BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR...

30
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Menurut rujukan thesis berjudul Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Rumah Susun di Yogyakarta yang disusun oleh Manohara(2011)mengatakan bahwa: Masalah pemukiman merupakan masalah umum yang dihadapi tidak saja dinegara-negara maju, tapi juga di negara-negara yang sedang berkembang. Jumlahperumahan yang dibangun setiap tahun belum dapat menampung laju pertumbuhanpenduduk yang berjalan sangat cepat.Masalah perumahan tidak akan lepas dari masalah lingkungan dimana adanyarumah-rumah berkualitas rendah/temporer, berkepadatan tinggi, tidak teratur, danberprasarana minim atau yang disebut perkampungan miskin (slum area), akanmempengaruhi penurunan nilai lingkungan, baik segi fisik maupun dari segi sosialpenduduknya. Pada umumnya masalah perumahan di daerah perkotaan ditimbulkan oleh: a. Pertambahan penduduk yang pesat, baik yang berasal dari pertambahan penduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan (urbanisasi). b. Mahalnya biaya pembangunan rumah di kota yang disebabkan karena langkanya lahanperumahan, sehingga harga tanah menjadi mahal dan biaya konstruksi pembangunanrumahpun menjadi tinggi. c. Terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli/membangun rumah. d. Prasarana kota kurang memadai dan kurangnya pengawasan dalam ketertibanbangunan dan pemakaian tanah perumahan. 2.1.1. Ketentuan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) 1. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam) Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum

Menurut rujukan thesis berjudul Landasan Konseptual Perencanaan dan

Perancangan Rumah Susun di Yogyakarta yang disusun oleh

Manohara(2011)mengatakan bahwa:

Masalah pemukiman merupakan masalah umum yang dihadapi tidak saja

dinegara-negara maju, tapi juga di negara-negara yang sedang berkembang.

Jumlahperumahan yang dibangun setiap tahun belum dapat menampung laju

pertumbuhanpenduduk yang berjalan sangat cepat.Masalah perumahan tidak akan

lepas dari masalah lingkungan dimana adanyarumah-rumah berkualitas

rendah/temporer, berkepadatan tinggi, tidak teratur, danberprasarana minim atau

yang disebut perkampungan miskin (slum area), akanmempengaruhi penurunan nilai

lingkungan, baik segi fisik maupun dari segi sosialpenduduknya.

Pada umumnya masalah perumahan di daerah perkotaan ditimbulkan oleh:

a. Pertambahan penduduk yang pesat, baik yang berasal dari pertambahan

penduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah

perkotaan (urbanisasi).

b. Mahalnya biaya pembangunan rumah di kota yang disebabkan karena

langkanya lahanperumahan, sehingga harga tanah menjadi mahal dan biaya

konstruksi pembangunanrumahpun menjadi tinggi.

c. Terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli/membangun

rumah.

d. Prasarana kota kurang memadai dan kurangnya pengawasan dalam

ketertibanbangunan dan pemakaian tanah perumahan.

2.1.1. Ketentuan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)

1. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam) Kebutuhan

ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam

rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja,

duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil

kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan

ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

10

memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan

hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah

sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:

· kebutuhan luas per jiwa

· kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK)

· kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK)

· kebutuhan luas lahan per unit bangunan

Tabel 2.1. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat.

Sumber: Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat

2. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan Rumah sebagai tempat tinggal yang

memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek,

yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam

ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan

rumah sehat dan nyaman.

a) Pencahayaan

Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan

alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan

terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut:

- cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,

- ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,

- ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.

Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan

ditentukan oleh:

- kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

- lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

11

- tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,

- lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,

- sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu)

jam setiap hari,

- cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam

16.00.

Tabel 2.2. Kebutuhan pencahayaan alami Rumah Sederhana Sehat

Sumber: Pedoman Umum rumah Sederhana Sehat

Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh

kedudukanlubang cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau

dindingruangan. Semakin lebar bidang cahaya (L), maka akan semakinbesar

nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang bukaan(jendela) efektif

antara 70 – 80 cm dari permukaan lantai ruangan.Nilai faktor langit

minimum dalam ruangan pada siang hari tanpabantuan penerangan

buatan, akan sangat dipengaruhi oleh:

- tata letak furnitur rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja

makan.

- bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.

b) Penghawaan

Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas

sepanjanghidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam

menentukankenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan

memberikankesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat,

apabilaterjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui

ruangan-ruangan,serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau

partisisebagai ventilasi.

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara

penghawaanalami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

12

mengadakanperanginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai

berikut:

- Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas

lantairuangan.

- Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang

mengalir keluar ruangan.

- Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar

mandi/WC.

Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar

mandi/WC,yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti

bloweratau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

- Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan

disekitarnya.

- Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan

kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan

kerja.

c) Suhu udara dan kelembaban

Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan

kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusianormal. Suhu

udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhioleh penghawaan dan

pencahayaan. Penghawaan yang kurang atautidak lancar akan menjadikan

ruangan terasa pengap atau sumpekdan akan menimbulkan kelembaban

tinggi dalam ruangan.

Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan

dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan:

- keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan

keluar.

- pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan furnitur tidak

bergerak.

- menghindari furnitur yang menutupi sebagian besar luas lantai

ruangan.

3. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan

Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah

tinggal sederhana adalah: pondasi, dinding (dan kerangka bangunan),atap

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

13

serta lantai. Sedangkan bagian-bagian lain seperti langit-langit,talang dan

sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja.

Konsepsi Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)

Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) yaitu rumah yang dibangundengan

menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapimasih memenuhi

standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan,keamanan, dan kenyamanan,

dengan mempertimbangkan dan memanfaatkanpotensi lokal meliputi potensi fisik

seperti bahan bangunan, geologis, daniklim setempat serta potensi sosial budaya

seperti arsitektur lokal dan carahidup.

Sasaran penyediaan Rumah Sederhana Sehat yaitu bagi kelompokmasyarakat

yang berpenghasilan rendah. Dalam pelaksanaannya pemenuhanpenyediaan Rumah

Sederhana Sehat masih menghadapi kendala, beruparendahnya tingkat kemampuan

masyarakat, mengingat harga RumahSederhana Sehat masih belum memenuhi

keterjangkauan secara menyeluruh.Untuk itu perlu disediakan disain rumah antara

yang pertumbuhannyadiarahkan menjadi Rs Sehat.

- Komponen Rumah

1. Lantai

Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di atasnya. Bahan

untuk lantai biasanya digunakan ubin,kayu plesteran, atau bambu dengan

syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah rusak,

permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Lantai ubin adalah lantai

yang paling banyak digunakan pada bangunan perumahankarena : Lantai ubin

murah/tahan lama,dapat mudah dibersihkan dan tidak dapatmudah dirusak

rayap.

2. Dinding

Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain:

a. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban

tekananangin, dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat

memikul bebandiatasnya.

b. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air

sekurang-kurangnya15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm

di atas lantaibangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas,

sehingga dindingtembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak

bersih tidak berlumut.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

14

c. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m

dapatdiberi susunan batu tersusun tegak diatas batu,batu tersusun

tegak diatas lubangharus dipasang balok lantai dari beton bertulang

atau kayu awet.

d. Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka

pengkakuyang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang

setiap luas 12 meter.

3. Langit – langit

Dibawah kerangka atap/ kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang

disebutlangit-langit yang tujuannya antara lain:

a. Untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga

agar tidakterlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan

bersih.

b. Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan

tetesanair hujan yang menembus melalui celah-celah atap.

c. Untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat

sehinggapanas atas tidak mudah menjalar kedalam ruangan

dibawahnya.

Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah:

1) Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari

atap.

2) Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga

dengankonstruksi bebas tikus.

3) Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai.

4) Langit-langit kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah

2,40m,dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang dari

1,75m.

5) Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang

kurangnyasampai 2,40 m.

4. Atap

Secara umum konstruksi atap harus didasarkan kepada perhitungan

yang telitidan dapat dipertanggung jawabkan kecuali untuk atap yang

sederhana tidakdisyaratkan adanya perhitungan-perhitungan. Maksud utama

dari pemasangan atapadalah untuk melindungi bagian-bagian dalam

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

15

bangunan serta penghuninya terhadappanas dan hujan, oleh karena itu harus

dipilih penutup atap yang memenuhipersyaratan sebagai berikut:

a. Rapat air serta padat dan letaknya tidak mudah bergeser.

b. Tidak mudah terbakar dan bobotnya ringan dan tahan lama.

Bentuk atap yang biasa digunakan ialah bentuk atap datar dari

konstruksibeton bertulang dan bidang atap miring dari genteng, sirap, seng

gelombang atauasbes semen gelombang. Pada bidang atap miring mendaki

paling banyak digunakanpenutup/atap genteng karena harga rumah dan cukup

awet.

5. Pembagian Ruangan

Telah dikemukakan dalam persyaratan rumah sehat, bahwa rumah

sehatharus mmpunyai cukup banyak ruangan-ruangan seperti : ruang

duduk/ruang makan,kamar tidur, kamar mandi, WC, dapur, tempat cuci

pakaian, tempat berekreasidan tempat beristirahat, dengan tujuan agar setiap

penghuninya merasa nikmat danmerasa betah tinggal di rumah tersebut.

Adapun syarat-syarat pembagian ruanganyang baik adalah sebagai berikut :

a. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala

keluarga (suamiistri) dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki

maupun perempuan,terutama anak-anak yang sudah dewasa.

b. Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi

danperhubungan antara ruangan didalam rumah dan juga menjamin

kebebasandan kerahasiaan pribadi masing-masing terpenuhi.

c. Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup dengan luas

lantaisekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan

penghuninyauntuk melakukan kegiatan kehidupan.

d. Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak

bolehkurang dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang,

dalam hal iniharus dipisah.

e. Di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat

masak,tempat cuci peralatan dan air bersih. Didapur harus tersedia

tempatpenyimpanan bahan makanan. Atau makanan yang siap

disajikan yang dapatmencegah pengotoran makanan oleh lalat, debu

dan lain-lain dan mencegahsinar matahari langsung.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

16

6. Kamar Mandi dan WC

a. Setiap kamar mandi dan WC paling sedikit salah satu dari

dindingnyayang berlubang ventilasi berhubungan dengan udara luar.

Bila tidak harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis untuk

mengeluarkan udaradari kamar mandi dan WC tersebut, sehingga

tidak mengotoriruangan lain.

b. Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang

cukupjumlahnya.

c. WC harus berleher angsa dan 1 WC tidak boleh lebih dari 7 orang

bilaWC tersebut terpisah dari kamar mandi.

7. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu

ruangan danpengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah

maupun secarabuatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari

pengaruh buruk yangdapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan

kediaman yang tertutup ataukurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh buruk itu

ialah (Sanropie, dkk, 1989) :

1. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman.

2. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia.

3. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.

4. Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh

badanmanusia.

5. Kelembaban udara dalam ruang hunian bertambah karena penguapan

airdan kulit pernafasan manusia.

Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin

adanya gerakudara yang lancar dalam ruang hunian. Caranya ialah dengan

memasukkankedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalaui jendela

atau lubang angin didinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui

jendela/lubang angin di dindingyang berhadapan.Tetapi gerak udara ini harus

dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras,karena gerak angin atau udara

angin yang berlebihan meniup badan seseorang, akanmengakibatkan

penurunan suhu badan secara mendadak dan menyebabkan jaringanselaput

lendir akan berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan

danmemberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit berkembang

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

17

biak, danselanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara lain :

masuk angin, pilekatau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini

terutama terjai pada orang yangpeka terhadap udara dingin. Untuk

menghindari akibat buruk ini, maka jendela ataulubang ventilasi jangan

terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu sedikit.Agar dalam ruang

kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebihbanyak jendela/lubang

yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas daririntangan-rintangan,

jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-kurangnyasama 1/10

dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang

ituharus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas

sampaisetinggi minimal 1,95 diatas permukaan lantai. Diberi lubang hawa

atau saluranangin pada ban atau dekat permukaan langit-langit (ceiling) yang

luas bersihnyasekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan.

Pemberian lubanghawa/saluran angin dekat dengan langit-langit berguna

sekali untuk mengluarkanudara panas dibagian atas dalam ruangan tersebut.

Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman

yangumum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan

iklim daerahtersebut. Untuk daerah pengunungan yang berhawa dingin dan

banyak angin, makaluas jendela/lubang angin dapat dikurangi sampai dengan

1/20 dari luas ruangan.Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah

yang berhawa panas danbasah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin

harus diperbesar dan dapatmencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.Jika ventilasi

alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurangmemenuhi syarat,

sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, makadiperlukan suatu

sistem pembaharuan udara mekanis. Untuk memperbaiki keadaanudara dalam

ruangan, sistem mekanis ini harus bekerja terus menerus selamaruangan yang

dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa digunakan/dipakaiuntuk

sistem pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin (ventilating, fan

atauexhauster), atau air conditioning.

8. Pencahayaan

Menurut Sanropie, dkk (1989) dalam Mukono (2000) bahwa cahaya

yangcukup kuat untuk penerangan didalam rumah merupakan kebutuhan

manusia.Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan

dan cahaya alam.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

18

a. Pencahayaan alam

Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari

ke dalamruangan melalaui jendela, celah-celah atau bagian ruangan

yang terbuka. Sinarsebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-

pohon maupun tembok pagar yangtinggi. Kebutuhan standar cahaya

alam yang memenuhi syarat kesehatan untukkamar keluarga dan

kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara untuk menilaibaik

atau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah, adalah

sebagaiberikut :

1) Baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil.

2) Cukup, bila samar-samar membaca huruf kecil.

3) Kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca.

4) Buruk, bila sukar membaca huruf besar.

Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah

sangat ditentukanoleh letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh

jumlah cahaya matahari pada pagihari secara optimal sebaiknya

jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendelayang baik

paling sedikit mempunyai luas 10-20 % dari luas lantai. Apabila

luasjendela melebihi 20 % dapat menimbulkan kesilauan dan panas,

sedangkansebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana

gelap dan pengap.

b. Pencahayaan buatan

Penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih

sistempenerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan

tersebut dapatmenumbuhkan suasana rumah yang lebih

menyenangkan. Lampu Flouresen (neon)sebagai sumber cahaya dapat

memenuhi kebutuhan penerangan karena padapenerangan yang relatif

rendah mampu menghasilkan cahaya yang baik biladibandingkan

dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan lampu

pijarsebaiknya dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan

beberapa lampu neon.

Untuk penerangan malam hari alam ruangan terutama untuk

ruang baca danruang kerja, penerangan minimum adalah 150 lux sama

dengan 10 watt lampu TL,atau 40 watt dengan lampu pijar.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

19

2.1.2. RUMAH SUSUN

2.1.2.1. Pengertian Rumah Susun

Dalam UU No.16/1985 Tentang Rumah Susun, 1985, Bab 1 pasal 1

tertulis bahwarumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang terbagi

dalam bagian-bagian yangdistrukturkan secara fungsional dalam arah

horisontal maupun vertikal yang terbagi dalamsatu-satuan masing-masing jelas

batasannya, ukuran dan luasnya, dan satuan/unit yangmasing-masing

dimanfaatkan secara terpisah terutama untuk tempat hunian, yangdilengkapi

dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Jadi rumah

susunmerupakan suatu pengertian yuridis arti bangunan gedung bertingkat

yang senantiasamengandung sistem kepemilikan perseorangan dan hak

bersama, yang penggunaannyabersifat hunian atau bukan hunian. Secara

mandiri ataupun terpadu sebagai satu kesatuansistem pembangunan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 22 ayat 3

tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Luas lantai rumah tunggal dan

rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi.

dilengkapi denganKM/WC serta dapur, dapat bersatu dengan unit hunian

ataupun terpisah denganpenggunaan komunal, dan diperuntukan bagi golongan

masyarakat berpenghasilan rendahyang pembangunannya mengacu pada

Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentangPersyaratan Teknis Pembangunan

Rumah Susun.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah susun berarti

bangunan yangdirencanakan dan digunakan sebagai tempat kediaman oleh

beberapa keluarga sertamempunyai tingkat minimum dua lantai dengan

beberapa unit hunian.

2.1.2.2. Tujuan Rumah Susun

Tujuan Khusus Pembangunan Rumah Susun yaitu untuk

mengendalikan lajunyapembangunan rumah-rumah biasa yang banyak

memakan lahan.

UU No. 16 tahun 1985 Tentang Rumah Susun, Tujuan Pembangunan

RumahSusun adalah:

- Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama

bagigolongan masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah,

yangmenjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

20

- Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah didaerah perkotaan

denganmemperhatikan kelestarian sumber daya alam dan

menciptakan lingkunganpermukiman yang lengkap, serasi dan

seimbang.

2.1.2.3. Sasaran Penghuni Rumah Susun

Sasaran Penghuni Rumah Susun:

- Masyarakat berpenghasilan rendah < 2jt.

- Masyarakat yang terkena langsung proyek peremajaan dan

pembangunan.

- Masyarakat sekitar yang berada dalam lingkup kumuh yang segera

akandibebaskan.

2.1.2.4. Jenis – jenis Rumah Susun

Rumah susun dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Menurut penyelenggara pembangunan rumah susun

- BUMN / BUMD

- Koperasi

- BUMS

- Swadaya masyarakat

b. Berdasarkan kepemilikan

- Sistem sewa

Rumah susun dengan sistem sewa biasa disebut dengan rumah

susun sederhana disewakan (Rusunawa), rumah susun yang

disewakan untukkalangan menengah bawah, yang bekerja di

perkotaan, namun belum memilikirumah sendiri. Pengguna menyewa

dari pengelolanya.

Sistem sewa berkembang di daerah pemukiman di sekitar

pusat kota,baik itu perkampungan maupun di daerah lainnya.

Peraturan mengenai sewa-menyewarumah diatur dalam Peraturan

Pemerintah No.17 Tahun 1963 danPeraturan Pemerintah No. 55

Tahun 1981. Pembangunan rumah susunsederhana dengan sistem

sewa adalah merupakan salah satu alternatif penyediaan perumahan

bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah.

- Sistem pembelian secara langsung/sistem pemilikan

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

21

Rumah susun dengan sistem pemilikan biasa disebut dengan

Rusunami.Rusunami merupakan istilah khusus di Indonesia, sebagai

programpemerintah dalam menyediakan rumah tipe hunian bertingkat

untuk masyarakat menengah bawah. Rusunami bisa dimiliki melalui

kredit pemilikanapartemen (KPA) bersubsidi dari pemerintah, untuk

kalangan masyarakattertentu.

Apabila penghuni adalah pemilik maka disebut rumah milik.

Pemilikannya dapat ditempuh melalui pembelian secara tunai atau

secara sewabeli dengan memanfaatkan Kredit Pemilikan Rumah

(KPR). Sistem pemilikanini lazimnya diterapkan pada pengedaan

rumah di daerah pinggirankota, baikbagi masyarakat golongan

ekonomi menengah maupun rendah. Pertimbangannya adalah harga

tanah di daerah pinggiran kota belum tinggi, sehingga harga rumah

masih terjangkau oleh golongan yang dituju. Untuk golongan sosial

ekonomi yang tinggi biasanya disediakan perumahan di daerahyang

strategis dengan harga yang terjangkau bagi golongan tersebut.

Undang-undangyang mengatur kepemilikan rumah susun diatur dalam

Undang-undangRumah Susun No. 16 Tahun 1985.

c. Berdasarkan penyusunan lantai

o Simplex

- Satu unit hunian dilayani oleh satu lantai, dalam satu lantai ini

jugaterdiri dari beberapa unit hunian.Merupakan bentuk yang paling

sederhana dan paling ekonomis.

Gambar 2.1. Simplex

Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development 2nd Edition, p.73. 1995.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

22

o Duplex

- Kebutuhan satu hunian dilayani dalam dua lantai.

- Dapat mengeliminasi kebutuhan koridor, tidak setiap

lantaimembutuhkan koridor.

- Membutuhkan tangga di dalam setiap unit hunian, untuk

menghubungkanlantai satu dan lantai dua unit hunian.

- Dalam setiap unit area privat terpisah dengan publik area.

Gambar 2.2. Duplex

Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development 2nd Edition, p.73. 1995.

o Triplex

- Kebutuhan satu unit hunian dilayani dalam tiga lantai.

- Kegiatan dalam setiap unit hunian dapat dilanjutkan dalam area

yangterpisah.

Gambar 2.3. Triplex

Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development 2nd Edition, p.73. 1995.

d. Berdasarkan pencapaian secara vertikal

1) Walk up : pencapaian vertikal dengan menggunakan tangga.

2) Elevated : pencapaian vertikal dengan menggunakan lift, biasanya

untuk rumahsusun dengan ketinggian lebih dari 4 lantai.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

23

e. Berdasarkan akses sirkulasi horizontal

1) Eksterior corridor

• Kelebihan : penghawaan dan pencahayaan koridor dan unit baik.

• Kekurangan : sirkulasi lebih boros, pemakaian lahan lebih besar.

Gambar 2.4. Eksterior Corridor

Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development

2) Interior corridor

• Kelebihan : pemakaian lahan lebih efisien.

• Kekurangan: sirkulasi lebih boros; penghawaan dan

pencahayaankoridor dan unit kurang baik (gelap).

Gambar 2.5. Interior Corridor

Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development

3) Multiple exterior access

• Kelebihan : privasi penghuni lebih baik, pencahayaan danpenghawaan

lebih baik.

• Kekurangan : akses bertetangga jadi lebih jauh.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

24

Gambar 2.6. Multiple Exterior Access

Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housingand Residential Development

4) Multiple interior access

• Kelebihan : privasi penghuni lebih baik.

• Kekurangan : pencahayaan dan penghawaan tidak alami

Gambar 2.7. Multiple Interior Access

Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housingand Residential Development

5) Tower

• Kelebihan : setiap unit mendapat cahaya yang baik.

• Kekurangan : sirkulasi di tengah gelap, penghawaaan kurang.

Gambar 2.8. Tower

Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housingand Residential Development

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

25

6) Multi tower

• Kelebihan : privasi penghuni lebih baik, semua unit dan jalursirkulasi

mendapat pencahayaan maksimal

• Kekurangan : struktur mahal, pemanfaatan lahan menjadi boros.

Gambar 2.9. Multi Tower

Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housingand Residential Development

2.1.2.5. Kriteria Perencanaan Rumah Susun

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

05/PRT/M/2007 TentangPedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun

Sederhana Bertingkat Tinggi, beberapakriteria perencanaan pembangunan

rumah susun sederhana (Rusuna) adalah sebagaiberikut:

1) Kriteria Umum

a. Bangunan Rumah Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi

persyaratanfungsional, andal, efisien, terjangkau, sederhana namun

dapat mendukungpeningkatan kualitas lingkungan di sekitarnya dan

peningkatan produktivitaskerja.

b. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan

material,tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi

teknik dan fungsisosial bangunan, dan mampu mencerminkan

keserasian bangunan gedungdengan lingkungannya;

c. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan gedung sepanjang

umurnyadiusahakan serendah mungkin.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

26

2) Kriteria Khusus

a. Rusuna bertingkat tinggi yang direncanakan harus

mempertimbangkanidentitas setempat pada wujud arsitektur bangunan

tersebut.

b. Massa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) <

3,hindari bentuk denah yang mengakibatkan puntiran pada bangunan.

c. Jika terpaksa denah terlalu panjang (> 50 m) atau tidak simetris:

pasangdilatasi bila dianggap perlu.

d. Lantai dasar dipergunakan untuk fasos, fasek dan fasum, antara lain :

RuangUnit Usaha, Ruang Pengelola, Ruang Bersama, Ruang

Penitipan Anak, RuangMekanikal-Elektrikal, prasarana dan sarana

lainnya, antara lain tempatpenampungan sampah/kotoran.

e. Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukan sebagai hunian yang 1

(satu)Unit Huniannya terdiri atas: 1 (satu) Ruang Duduk/Keluarga, 2

(dua) RuangTidur, 1 (satu) KM/WC, dan Ruang Service (Dapur dan

Cuci) dengan total luasper unit minimum 30 m².

f. Luas sirkulasi, utilitas, dan ruang-ruang bersama maksimum 30% dari

total\ luas lantai bangunan.

g. Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan

sedapatmungkin tidak menggunakan balok anak, dan memenuhi

persyaratanpenghawaan dan pencahayaan.

h. Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa

(dinding geseratau rangka perimetral) harus kokoh, stabil, dan efisien

terhadap beban gempa.

i. Setiap lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus disediakan

ruangbersama yang dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi

antar penghuni.

j. Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggi harus lebih baik, dari segi

kualitas,kecepatan dan ekonomis (seperti sistem formwork dan sistem

pracetak)dibanding sistem konvensional.

k. Dinding luar rusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak

sedangkandinding pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton

ringan, sehinggabeban struktur dapat lebih ringan dan menghemat

biaya pembangunan.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

27

l. Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan untuk

memenuhikeselamatan dan kenyamanan, dengan lebar tangga

minimal 110 cm.

m. Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus

mempertimbangkan faktorprivasi dan keselamatan dengan

memperhatikan estetika sehingga tidakmenimbulkan kesan

masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan railing.

n. Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan

penutuplantai unit hunian menggunakan plester dan acian tanpa

keramik kecualiKM/WC.

o. Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan

tinggimaksimum adalah 1.80 meter dari level lantai.

p. Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik.

Tinggimaksimum pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60

meter dari levelmeja dapur.

q. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal

iniberkaitan dengan mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing

air bekasdan kotor menembus pelat lantai.

r. Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan alumunium

ukuran 3x7cm, kusen harus tahan bocor dan diperhitungkan agar

tahan terhadap tekananangin.

s. Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa penutup (exposed).

t. Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft, perencanaan shaft

harusmemperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan.

u. Ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontal antarruang

dipertimbangkanberdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah

pengguna, minimal 1.2m.

v. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan

area parkirdengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 5

(lima) unit hunianyang dibangun.

w. Jarak bebas bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap bangunan

gedunglainnya minimum 4 m pada lantai dasar, dan pada setiap

penambahanlantai/tingkat bangunan ditambah 0,5 m dari jarak bebas

lantai di bawahnyasampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

28

2.1.2.6. Prinsip Dasar Perencanaan Arsitektur Bangunan Rusunawa

A. Perencanaan Arsitektur Secara Umum

− Blok bangunan dan unit hunian harus dapat mengakomodasi gaya hidupcalon

penghuni dan budaya lokal;

− Menjamin terwujudnya bangunan rusuna yang didirikan

berdasarkankarakteristik lingkungan, ketentuan bangunan dan budaya

daerahsetempat, sehingga seimbang, serasi dan selaras dengan

lingkungannya;

− -Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat

memberikankeseimbangan dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya;

− Menjamin bahwa bangunan rusuna dibangun dan dimanfaatkan dengantidak

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

− Data dan informasi berkaitan dengan kependudukan, kondisi fisik

prasaranadan sarana, sosial, ekonomi, budaya serta teknologi, merupakan

bahan utamadalam proses perencanaan kawasan perumahan susun.

− Data dan informasi sekurang-kurangnya memuat kapasitas dan dayadukung

kawasan yang akan dibangun, yaitu kependudukan, kondisi

fisikgeomorfologi, dan peraturan daerah setempat yang berlaku.

B. Persyaratan Keselamatan Bangunan

− Menjamin terwujudnya bangunan rusuna yang dapat mendukung bebanyang

timbul akibat perilaku alam dan manusia.

− Menjamin keselamatan manusia dari kernungkinan kecelakaan atau lukayang

disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.

− Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan bendayang

disebabkan oleh perilaku struktur.

− Menjamin pertindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang

disebabkanoleh kegagalan struktur.

− Menjamin terpasangnya instalasi listrik, penangkal petir,

komunikasi,transportasi vertikal dalam gedung, proteksi kebakaran,

plambingsecara aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di

dalambangunan rusuna.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

29

− Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan semuainstalasi

secara baik.

− Menjamin terwujudnya bangunan rusuna yang memenuhi persyaratan

jalankeluar pada saat terjadi kebakaran, serta memberikan akses bagi

upayapemadaman dari luar.

− Dalam hal denah bangunan rusuna berbentuk T, L, atau U, maka

harusdilakukan pemisahan struktur atau delatasi untuk meminimasi

terjadinyakerusakan akibat gempa atau penurunan tanah.

− Dalam meminimalisasi terjadinya kerusakan akibat gempa, denahbangunan

rusuna sedapat mungkin simetris terhadap dua akses/sumbudan sederhana.

Denah berbentuk sentris (bujursangkar, segibanyak, atau lingkaran) lebih

baik daripada denah bangunan yang berbentukmemanjang.

− Menjamin terwujudnya keselamatan gerak dan aktivitas penggunabangunan.

− Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari cedera atau lukasaat

evakuasi pada keadaan darurat.

C. Persyaratan Kesehatan Bangunan

− Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami

maupunbuatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam

bangunanrusuna.

− Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udarasecara

baik.

− Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik

alamimaupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di

dalambangunan rusuna.

− Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan

pencahayaansecara baik.

− Menjamin tersedianya sarana dan parasarana air bersih dan sanitasi

yangmemadai dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam

bangunanrusuna.

− Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sarana

danparasarana air bersih dan sanitasi secara baik.

D. Persyaratan Keamanan dan Kenyamanan dalam Bangunan

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

30

− Perencanaan blok bangunan dan unit hunian harus menjamin keamanandan

kenyamanan huni untuk jangka waktu lama denganmempertimbangkan

kesesuaian dengan elemen-elemen lingkungansekitarnya.

− Perencanaan bangunan harus memenuhi persyaratan keamanan

terhadaptindak kriminal dalam bangunan.

− Perencanaan bangunan harus menjamin terpenuhinya persyaratankenyamanan

baik termal, audial, visual dan gerak serta minirhasi gangguanterhadap

getaran dan polusi dengan tetap menjamin penggunaan energiyang efisien.

− Menjamin tersedianya alai transportasi yang layak, aman, dan nyaman

didalam bangunan rusuna.

− Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman,

apabilaterjadi keadaan darurat.

E. Persyaratan Kemudahan Bangunan

− menjamin terwujudnya bangunan rusuna yang mempunyai akses yanglayak,

aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan didalamnya.

− menjamin tersedianya akses bagi penyandang cacat, khususnya

untukbangunan fasilitas umum dan sosial.

− menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif di dalam

bangunanrusuna apabila terjadi keadaan darurat;

− menjamin kemudahan aksesibilitas dari rusuna menuju ke fasilitas umum dan

fasilitas sosial yang bisa dinyatakan dalam satuan jarak geometris (km,m) dan

waktu tempuh dengan berjalan kaki maupun kendaraan bermotorserta

kendaraan tidak bermotor.

F. Persyaratan Penampilan Bangunan

− penempatan bangunan tidak boleh mengganggu fungsi prasarana, lalulintas

dan ketertiban umum.

− kepala daerah dapat menetapkan secara khusus bentuk bangunan,

tatabangunan dan lingkungan yang mengakomodasi ciri arsitektur lokal.

− kepala daerah dapat membentuk suatu panitia khusus yang bertugasmemberi

nasehat teknis mengenai ketentuan bentuk bangunan, tatabangunan dan

lingkungan.

− perlu ditetapkan penampang-penampang bangunan untuk

memperolehkawasan yang memenuhi syarat keindahan dan keserasian.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

31

− bentuk bangunan harus dirancang dengan memperhatikan bentuk

dankarakteristik arsitektur lingkungan yang ada di sekitamya, atau

yangmampu sebagai pedoman arsitektur atau panutan bagi lingkungannya.

− bentuk bangunan harus dirancang dengan mempertimbangkan

terciptanyaruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap

lingkungannya.

− bentuk, tampak, profil, detail, material maupun warna bangunan

harusdirancang serasi dengan lingkungan sekitarnya dan sesuai

denganpersyaratan fungsinya.

G. Bentuk Bangunan

− bentuk bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap

ruangdalam dimungkinkan menggunakan pencahayaan dan penghawaan

alamisehingga memenuhi ketentuan hemat energi.

− ketentuan pada butir di atas tidak berlaku apabila berdasarkan

fungsinyabangunan memerlukan sistem pencahayaan dan penghawaan

buatan dan tetap mengacu pada prinsip-prinsip hemat energi.

− pada bangunan dengan lantai banyak, kulit atau selubung bangunan

harusmemenuhi persyaratan hemat energi.

2.1.2.7. Perencanaan Tapak Rusunawa

A. Kepadatan Bangunan

- Perencanaan kepadatan bangunan dalam kawasan rusuna dimaksudkanuntuk

mencapai pemanfaatan dan pendayagunaan lahan yang optimalsesuai

fungsinya.

- Optimalisasi pemanfaatan lahan untuk penempatan

bangunandipertimbangkan terhadap keserasian tata letak bangunan,

keselamatandan kenyamanan lingkungan, kebutuhan pencahayaan

alami,pengaliran dan pertukaran udara alami, serta pencegahan

terhadapbahaya kebakaran.

- Pengaturan kepadatan bangunan ditentukan sebagai berikut:

a. luas lahan yang tertutup bangunan maksimum sama dengan 40%

sedangkan 60% dari luas lahan digunakan untuk halaman dan

atauruang terbuka.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

32

b. luas lahan untuk bangunan terhadap seluruh luas lahan seluas-

luasnyaadalah 50%.

c. luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka (taman, tempat bermainanak,

dan lapangan olahraga) sekurang-kurangnya 20%.

d. luas lahan untuk fasilitas Iingkungan terhadap lahan bersamaseluas-

luasnya 30%.

e. flasilitas Iingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunanrusuna

maksimal 30% dari luas lantai dan tidak ditempatkan lebih dari lantai

ke 3(tiga).

f. rusunawa 5(lima) lantai mempunyai KDB 25% dan KLB 1,25serta

daya tampung penghuni maksimum sebanyak 1.736 jiwa.

g. rusunawa 10 lantai mempunyai KDB 14% -15% dan KLB 1,42 -1,436

dengan daya tampung penghuni maksimum 1.972 - 1.995jiwa.

B. Garis Sempedan Bangunan

- Garis sempadan bangunan ditetapkan dalam rencana tata ruang,rencana tata

bangunan dan lingkungan, serta peraturan bangunansetempat;

- Dalam mendirikan atau mernperbarui seluruhnya atau sehagian darisuatu

bangunan, garis sempadan bangunan yang telah ditetapkansebagaimana

dimaksud dalam butir di atas harus mendapat persetujuanpemerintah daerah

setempat;

- Penetapan garis sempadan bangunan didasarkan pada

pertimbangankeamanan, kesehatan, kenyamanan dan keserasian terhadap

lingkungansekitarnya;

- Ketentuan garis sempadan bangunan dapat diperbarui denganpertimbangan

perkembangan kota, kepentingan UMLIM, keserasiandengan lingkungan,

maupun pertimbangan lain dengan memperhatikanpendapat teknis para ahli

terkait.

C. Jarak antar Bangunan

- Jarak antara bangunan ditentukan berdasarkan persyaratan terhadapbahaya

kebakaran, kebutuhan pencahayaan alami, kebutuhanpertukaran udara,

kenyamanan pribadi (privacy) dan ketinggianbangunan:

- Pada bangunan dengan ketinggian 5 (lima) lantai yang letaknyaberdampingan

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

33

1. bila kedua dinding pada bangunan yang berhadapan merupakanbidang

tertutup, maka jarak bangunan boleh 3 meter.

2. bila salah satu dinding pada bangunan yang berhadapanmerupakan bidang

tertutup, jarak minimum bangunan dapatberjarak 6 meter.

3. bila kedua dinding pada bangunan yang berhadapan merupakanbukaan,

berupa pintu dan atau jendela, maka jarak minimumantar bangunan adalah 12

meter.

- Pada bangunan dengan ketinggian 10(sepuluh) lantai atau lebih yangletaknya

berdampingan, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. bila kedua dinding pada bangunan yang berhadapan merupakanbidang

tertutup, maka jarak bangunan boleh 4,5 meter.

2. bila salah satu dinding pada bangunan yang berhadapanmerupakan bidang

tertutup, jarak minimum bangunan dapatberjarak 8.5 meter

3. bila kedua dinding pada bangunan yang berhadapan merupakanbukaan,

berupa pintuijendela, maka jarak minimum antarbangunan adalah 17 meter.

- Untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpananbahan-

bahan/benda-benda yang mudah terbakar dan/atau bahanberbahaya, maka

Kepala Daerah dapat menetapkan syarat-syarat lebihlanjut mengenai jarak-

jarakyang harus dipatuhi.

2.2. Tinjauan Khusus

2.2.1. Standar Ruang Gerak

Pembahasan standar ruang gerak ini ditunjukkan untuk memberikan acuan

ukuran furnitur dan sirkulasi sehingga penghuni nyaman beraktifitas. Ukuran ini

akan diterapkan pada sistem furnitur kompak yang akan dibahas selanjutnya.

Menurut rujukan buku Dimensi Manusia & Ruang Interior yang ditulis oleh

(Julius Panero, Martin Zelnik, 1979)menyebutkan beberapa acuan standar untuk

ruang gerak manusia yaitu:

A. Ruang TV

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

34

Gambar 2.10. Standar ruang duduk Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior

B. Ruang Cuci dan Jemur

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

35

Gambar 2.11. Standar ruang cuci dan jemur Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior

C. Ruang Makan

Gambar 2.12. Standar Ruang Makan Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior

D. Dapur

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

36

Gambar 2.13. Standar Ruang Dapur Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior

E. Ruang Tidur

Gambar 2.14. Standar ruang tidur Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior

F. Kamar Mandi

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

37

Gambar 2.15. Standar kamar mandi Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior

2.3. NOVELTY

Novelty adalah unsur kebaharuan yang dimunculkan dari suatu

penelitian.Dalam penelitian ini dibahas hubungan aktifitas penghuni rumah susun

dengan kebutuhan besaran ruang yang sesuai dengan standar untuk menghasilkan

hunian yang ideal. Besaran ruang dipengaruhi oleh kebutuhan furnitur untuk

menunjang aktifitas tersebut. Namun pada kenyataannya rumah susun tidak bisa

menyediakan ruang yang sesuai dengan standar kebutuhan penghuni karena

keterbatasan lahan. Sehingga diperlukan pengolahan furnitur agar dapat

memaksimalkan fungsi luas ruangan.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00745-AR Bab2001.pdfpenduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan

38

2.4. TINJAUAN STUDI KASUS

Rusun Tambora yang terletak di jalan Angke Jaya, Jakarta Barat memiliki

beberapa hunian blok yaitu Tambora I yang terdiri dari 4 blok bangunan, Tambora II

yang terdiri dari 2 blok bangunan dan Tambora III yang terdiri dari 3 blok bangunan.

Dimana terdapat 2 (dua) jenis rusun yaitu Rusunawa atau Rumah Susun Sederhana

Sewa (Tambora I dan II) dan Rusunami atau Rumah Susun Sederhana Milik

(Tambora III). Untuk tipe-tipe hunian pada Rusun Tambora ada 2 (dua) jenis yaitu

Tipe 18 dan Tipe 21. Tipe 18 untuk katagori studio ( 1 kamar, 1 dapur/balkon, 1

kamar mandi) sedangkan Tipe 21 untuk katagori keluarga ( 1 ruang keluarga, 1

kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 balkon). Dalam Penelitian ini peneliti

memfokuskan penelitian pada rusun Tambora II dimana terdapat 90 unit hunian

perblok yang bertipe Tipe 21.