BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id€¦ · adanya ekosistem khas tropis dengan...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.id€¦ · adanya ekosistem khas tropis dengan...
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pulau Kecil
Pengertian pulau kecil menurut Undang-Undang 27 Tahun 2007 adalah pulau
dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 Km2 (dua ribu kilometer persegi)
beserta kesatuan ekosistemnya. Di samping kriteria utama tersebut, beberapa
karakteristik pulau-pulau kecil adalah secara ekologis terpisah dari pulau induknya
(mainland island), memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil dari habitat pulau
induk, sehingga bersifat insular; mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan
keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi; tidak mampu mempengaruhi
hidroklimat; memiliki daerah tangkapan air (catchment area) relatif kecil sehingga
sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut serta dari segi sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat pulau-pulau kecil bersifat khas dibandingkan
dengan pulau induknya.
Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung
oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta
adanya ekosistem khas tropis dengan produktivitas hayati tinggi yaitu terumbu
karang (coral reef), padang lamun (seagrass), dan hutan bakau (mangrove). Ketiga
ekosistem tersebut saling berinteraksi baik secara fisik, maupun dalam bentuk bahan
organik terlarut, bahan organik partikel, migrasi fauna, dan aktivitas manusia.
Selain potensi terbarukan pulau-pulau kecil juga memiliki potensi yang tak
terbarukan seperti pertambangan dan energi kelautan serta jasa-jasa lingkungan yang
tinggi nilai ekonomisnya yaitu sebagai kawasan berlangsungnya kegiatan
kepariwisataan, media komunikasi, kawasan rekreasi, konservasi dan jenis
pemanfaatan lainnya.
Disamping memiliki potensi yang besar, pulau-pulau kecil memiliki
kendala dan permasalahan yang cukup kompleks dalam pengelolaannya, yaitu:
i) belum jelasnya definisi operasional pulau-pulau kecil;
ii) kurangnya data dan informasi tentang pulau-pulau kecil;
iii) kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap pengelolaan pulau-pulau kecil;
iv) pertahanan dan keamanan;
v) disparitas perkembangan sosial ekonomi;
vi) terbatasnya sarana dan prasarana dasar;
vii) konflik kepentingan dan
10
viii) degradasi lingkungan hidup (DKP, 2003).
Terdapat tiga kriteria yang dapat digunakan dalam membuat batasan pulau
kecil, seperti yang dikemukakan Retraubun (2001) yaitu :
1. Secara Ekologis
• Habitat/ Ekosistem pulau kecil cenderung memiliki spesies endemik yang tinggi
dibandingkan proporsi ukuran pulaunya.
• Memiliki resiko lingkungan yang tinggi, misalnya akibat pencemaran dan
kerusakan akibat aktivitas transportasi laut dan aktivitas penangkapan ikan, akibat
bencana alam seperti gempa tsunami.
• Keterbatasan daya dukung lingkungan pulau (ketersediaan air tawar dan tanaman
pangan).
2. Secara Fisik
• Terpisah dari pulau besar
• Bentuk gugusan atau sendiri
• Tidak mampu mempengaruhi hidroklimat laut
• Luas pulau tidak lebih dari 10.000 km2
• Rentan terhadap perubahan alam dan atau manusia seperti bencana angin badai,
gelombang tsunami, letusan gunung berapi, fenomena kenaikan permukaan air
laut
(sea level rise) dan penambangan.
3. Secara Sosial – Budaya – Ekonomi
• Ada pulau yang berpenduduk dan tidak
• Penduduk asli mempunyai budaya dan sosial ekonomi yang khas 11
• Kepadatan penduduk sangat rendah (1-2 orang per hektar)
• Ketergantungan ekonomi lokal pada perkembangan ekonomi luar (pulau induk,
kontinen)
• Keterbatasan kualitas sumberdaya manusia
• Aksesibilitas (sarana, jarak, waktu) rendah atau maksimal satu kali sehari. Jika
aksesibilitasnya tinggi maka keunikan pulau lebih mudah terganggu.
2.2 Sustainable Architecture
Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya. Sudah
banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan. Baik dalam hal material,cara membangun,
maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari bangunan tersebut yang
11
dibuat dengan tanpa memperhatikan aspek lingkungan untuk jangka panjang. Sehingga menjadi
timbul masalah baru yang membawa dampak negatif kepada lingkungan itu sendiri.
Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang semakin memburuk dan dampaknya
sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu ini sudah berkembang menjadi isu global yang biasa
kita dengar yaitu global warming.
Bila hal ini tidak dipikirkan bagaimana penyelesaiannya, entah apa yang akan terjadipada
bumi kita akibat perkembangan dalam bidang arsitektur khususnya. Oleh karena itu
saat ini kita harus mulai bertindak. Arsitektur berkelanjutan atau yang biasa dikenal
dengan Sustainable architecture lahir sebagai salah satu aksi yang harus kita lakukan
untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan.
Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian dari berbagai pihak.
Beberapa diantaranya adalah pengertian yang dikutip dari buku James Steele, Suistainable
Architecture adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, darisatu kawasan ke
kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait.”
Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam
bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep
mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi
vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem
pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi
sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi
pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat
dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
Pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diaplikasikan di era modern ini.
Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan adalah:
1. Environmental Sustainability:
a. Ecosystem integrity
b. Carrying capacity
c. Biodiversity
Yaitu pembangunan yang mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama
karena memungkinkan terjadinya keterpaduan antar ekosistem,yang dikaitkan dengan
umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti iklim planet,
keberagaman hayati, danperindustrian. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber
12
daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi
pasti,bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupanmanusia, akibat dari
berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
2. Social Sustainability:
a. Cultural identity
b. Empowerment
c. Accessibility
d. Stabilitye. Equity
Yaitu pembangunan yang minimal mampu mempertahankan karakter darikeadaan sosial
setempat. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunantersebut justru meningkatkan
kualitas sosial yang telah ada. Setiap orangyang terlibat dalam pembangunan tersebut, baik
sebagai subjek maupunobjek, haruslah mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar
tercipta suatu stabilitas sosial sehingga terbentuk budaya yang kondusif.
3. Economical Sustainability:
a. Growth
b. Development
c. Productivity
d. Trickle-down
Yaitu pembangunan yang relative rendah biaya inisiasi dan operasinya. Selain itu, dari
segi ekonmomi bisa mendatangkan profit juga, selain menghadirkan benefit seperti yang
telah disebutkan pada aspek-aspek yangtelah disebutkan sebelumnya. Pembangunan ini
memiliki ciri produktif secara kuantitas dan kualitasnya, serta memberikan peluang
kerja dan keuntungan lainnya untuk individu kelas menengah dan bawah. Arsitektur
berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen Internasionaltentang
pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan focus perhatiannya
kepada faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan
berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping
pilar pembangunan ekonomi dan sosial.
Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan,
antaralain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan
material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemenlimbah.
Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah keharusan,
mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi kualitas atmosfer bumi
yang memberi dampak pada pemanasan global.Semakin banyak arsitek dan konsultan arsitektur
13
yang menggunakan prinsip desain yang berkelanjutan, semakin banyak pula bangunan yang
tanggap lingkungan dan meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk
lebih banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorongpula
pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan seperti developer,pemerintah dan lain-lain.
Mereka juga perlu untuk didorong lebih perhatian kepada keberlanjutan dalam pembangunan ini
dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya tanpa kontribusi bagilingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan yang
dapat terjadi.
Sebagai proses perubahan, pembangunan berkelanjutan harus dapat menggunakan sumber
daya alam, investasi, pengembangan teknologi, serta mampu meningkatkanpencapaian kebutuhan
dan aspirasi manusia. Dengan demikian, arsitektur berkelanjutan diarahkan sebagai produk
sekaligus proses berarsitektur yang eratmempengaruhi kualitas lingkungan binaan yang
bersinergi dengan faktor ekonomidan sosial, sehingga menghasilkan karya manusia yang mampu
menelada nigenerasi berarsitektur di masa mendatang.
Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan,mulai dari
proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaranbangunan. Visi arsitektur
berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisigas rumah kaca (greenhouses
effect), juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi kualitas
dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan,
kenyamanan, estetika dan nilai tambah.
Secara normatif, hal ini sudah terakomodasi dalam peraturan perundangan
seperti ketentuan tentang fungsi bangunan gedung, persyaratan tata bangunan yang berkaitan
dengan aspek lingkungan dan estetika pada berbagai skala dan cakupanbaik ruangan, bangunan,
lingkungan, maupun persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi keselamatan,
kesehatan, kenyamaman dan kemudahan. Darisisi ini, kesadaran faktor manusia dikedepankan
dibanding faktor lain. Hal ini mengingat paradigma yang juga sudah berubah dan mengalami
perkembangan yang awalnya sebagai paradigma pertumbuhan ekonomi, kemudian bergeser
keparadigma kesejahteraan. Di era reformasi dan demokratisasi politik di
Indonesia,mulai bergeser ke pola paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia (people
centered development paradigm) yang lebih bernuansa pemberdayaan komitmen internasional.
Penerapan arsitektur berkelanjutan diantaranya:
1. Dalam efisiensi penggunaan energi:
a. Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimalpada siang hari, untuk
mengurangi penggunaan energi listrik.
14
b. Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan(air conditioner).
c. Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-carainovatif lainnya.
d. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung dan mengolah
air hujan untuk keperluan domestik.
e. Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan alami merupakan
konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.
2. Dalam efisiensi penggunaan lahan:
a. Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau
ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yangada tidak memiliki cukup lahan hijau
dan taman. Menggunakan lahan secaraefisien, kompak dan terpadu.
b. Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan
berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (tamanatap), taman gantung (dengan
menggantung pot-pot tanaman pada sekitarbangunan), pagar tanaman atau yang dapat diisi
dengan tanaman, dindingdengan taman pada dinding ,dan sebagainya.
c. Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon,
sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan.
d. Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup
yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasiuntuk mengintegrasikan luar dan
dalam bangunan, memberikan fleksibilitasruang yang lebih besar.
e. Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak
ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang
diperlukan? Dimana letak lahan (dikota atau didesa) dan bagaimana konsekuensinya terhadap
desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang? Berapa banyak
potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan?
3. Dalam efisiensi penggunaan material :
a. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan,sehingga tidak
membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
b. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masihbisa digunakan,
misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
c. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-
baiknya, terutama untuk material seperti kayu.
4. Dalam penggunaan teknologi dan material baru :
15
a. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan
air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tanggadan bangunan lain
secara independen.
b. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka
kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka
terhadap inovasi, misalnya bambu.
5. Dalam manajemen limbah :
a. Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water,grey
water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
b. Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi limbah
organik agar terurai secara alami dalam lahan, membuat benda-bendayang biasa menjadi limbah
atau sampah domestik dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau dapat dengan mudah
terdekomposisi secara alami.
Apabila di rangkum uraian penerapan arsitektur berkelanjutan di atas maka
akanterbagi kepada tiga hal:
1. Energy issues -> efficiency, renewable.Energi sangat perlu diberi perhatian khusus
oleh Arsitek, terutama energy listrik,karena listrik sangat berkaitan dengan bidang
Arsitektur. Banyak bangunan di Indonesia yang masih harus menyalakan lampu ketika digunakan
pada siang hari. Tentu hal tersebut sangat aneh, mengingat Indonesia memiliki sinar matahari yang
berlimpah. Matahari selalu bersinar sepanjangtahun di langit Indonesia yang hanya mengenal dua
musim tersebut
Salah satu penyebab keanehan tersebut adalah desain yang kurang
memasukkan cahaya matahari ke dalam bangunan. Mungkin salah satu solusi yang
bisa diberi adalah perbanyak bukaan pada fasad, perkecil tebal bangunan,atau buat
atrium yang menggunakan skylight.
2. Water conservation -> reduce, recyclePerlu adanya kesadaran bahwa kita haruslah
menlakukan penghematan terhadap air bersih. Karena untuk saat ini, air bersih mulai
mengalami kelangkaan. Bahkan di suatu tempat, untuk mendapatkan air bersih harus
mengantri, kemudian membeli dan menggotongnya ke rumah. (tidak melaluipipa)
Misalnya untuk hal-hal/kegiatan yang tidak begitu memerlukan air bersih, seperti
menyiram kotoran setelah buang air besar. Padahal kita bisa memanfaatkan airhujan
untuk hal tersebut, apalagi di Indonesia terdapat curah hujan yang cukup tinggi
sehingga penghematan air bersih sangat feasible untuk dilakukan.
Cara penghematan:
16
a. Gunakan air hujan tersebut (tampung) hingga tak ada lagi yang terbuang begitu
saja.
b. Bila ada sisa, resapkan air hujan ke dalam tanah. Selama ini, air hujan selalu
langsung dialirkan ke selokan yang berakhir di laut. Hal ini tidak memberikan
kesempatan pada air hujan untuk meresap ke dalam tanah karena semua selokan
diberi perkerasan seluruh permukaannya.
c. Bila masih ada lebihnya, baru dialirkan ke dalam selokan-selokan kota.Selain
menghemat air bersih, cara seperti ini bisa mengurangi tingkat banjir. Karena
selokan-selokan tidak akan dipenuhi air.
3. Material alam. Penggunaan material alam sangat direkomendasikan untuk dipakai
karena akan lebih bersahabat kepada penggunanya. Di sinilah terungkapkan bahwa
ada perbedaan yang cukup besar antara material alam dengan material buatan
manusia. Material alam yang merupakan karya Tuhan tidak meradiasikan panasdan
tidak merefleksikan cahaya.
Contoh: daun pada pepohonan. Kita akan merasa sejuk berada di bawahnya.Berbeda
dengan tenda ataupun material buatan manusia lainnya. Kita akan tetap merasa panas
dan tidak nyaman.
Aplikasinya dalam berarsitektur, misalnya penggunaan cobbale stone pada bak
kontrol. Selain dapat menyerap air, cobbale stone ini bisa ditumbuhi rumput.
Danrumput itulah yang membawa ‘ruh’ pada bak kontrol. Sehingga space berubah
menjadi place. Space adalah ruang yang belum punya makna. Place adalah space
yang telah memiliki kehidupan di dalamnya.Intinya, seorang arsitek sebaiknya
mendesain dengan menggunakan prinsip ekologi dan tidak melulu menggunakan
hardscape.
Citra dalam arsitektur berkelanjutan dapat dipandang dari tiga sisi dan dapat
pula menyatu jadi satu kesatuan. Citra dalam arsitektur berkelanjutan ini
merepresentasikan sikap arsitek dalam melihat karakter dan kondisi setempat baik
lingkungan dan budaya sebelum mendesain. Oleh karena itu, karya arsitektur
berkelanjutan ini sangat kaya akan keunikan local dan ramah lingkungan meskipun
dibalut dalam kemasan berteknologi tinggi.
Dalam citra natural atau alami, tujuan sebuah arsitektur berkelanjutan adalah
untuk bekerja sama dengan alam, bukan melawannya. Ekorintis menjadi nilai moral
yang digunakan untuk mendesain karya arsitektur tanpa merusak system alami yang
ada. Perangkat dalam sistem alami ini menomorsatukan ekosistem dan ekologi di
17
dalamnya, dimana bangunan dalam rancangannya tidak merusak sistem alami
ekosistem yang lebih dulu ada sebelum bangunan tersebut didirikan. Citra natural
selalu lebih menonjolkan unsur alam dan keanekaragaman hayati daripada
bangunannya sendiri sehingga desainnya tidak terlihat kontras, namun menyatu
dengan alam dengan menggunakan material alami dan material lokal.
Citra kultural menitik beratkan kepada kearifan lokal setempat dimana
bangunan tersebut didirikan. Hal ini mencerminkan pandangan antropologis di mana
unsur-unsur kultural yang telah lama hadir di tempat bangunan tersebut didirikan
harus dilestarikan. Unsur-unsur simbolis dan manifestasi estetis masing-masing
tempat berbeda-beda. Dalam sebuah karya arsitektur berkelanjutan, unsur-unsur di
dalamnya harus bias memahami perbedaan ini. Dengan tetap melestarikan unsur
kultural dimana karya arsitektur berkelanjutan tersebut dibangun makan keberlajutan
citra dari tempat tersebut turut terjaga. Citra kultural banyak berkaitan dengan genius
loci setempat, misalnya pada permukiman adat, dan lain-lain.
Citra teknik menitik beratkan kepada inovasi bagaimana mewujudkan sebuah
arsitektur berkelanjutan melalui teknologi. Penyelesaiannya dapat dilakukan secara
tradisional atau modern. Teknik pengerjaan bangunan di arsitektur berkelanjutan
dapat diturunkan dan dikembangkan dari arsitektur tradisional, namun mungkin
dengan menggunakan alat-alat dan material baru, misalnya penggunaan kaca,
aluminium sampai pada penyelesaian perancangan pasif dengan double skin yang
bias bergerak mengikuti arah cahaya matahari. Demikian juga penggunaan panel
surya dan alat-alat lainnya untuk membudidayakan penggunaan sumber energi alami
untuk listrik dalam bangunan.
Arsitektur berkelanjutan harus selalu menerapkan prinsip-prinsip responsive
terhadap iklim. Akan sangat aneh sekali jika kita mendesain sebuah bangunan di
iklim tropis namun menggunakan desain untuk bangunan iklim sub tropis. Sebuah
karya arsitektur berkelanjutan yang responsif terhadap iklim dapat dibuat menjadi
zero energy/energi bersih sampai dengan nol, maksudnya adalah energi yang
dikeluarkan bangunan mendekati nol. Dengan demikian sebuah arsitektur
berkelanjutan menjadi sebuah bangunan mandiri sepenuhnya (untuk bangunan),
kawasan mandiri (untuk skala kota). Banyak perancangannya menggunakan
perancangan pasif, mengolah kondisi alam dan lingkungan setempat menjadi energi
dalam bangunan.
18
Dapat disimpulkan bahwa sebuah karya arsitektur berkelanjutan menggunakan
prinsip-prinsip tradisional ke dalam konsep yang lebih modern dalam penggunaan
energi sementara citra local masih terlihat. Kesemuanya itu menjadi poin yang utama
dalam mendesain arsitektur berkelanjutan baik dari skala kota, kawasan sampai
dengan bangunan baik bangunan sederhana seperti rumah tinggal sampai bangunan
bertingkat banyak. Kesemuanya harus memasukan unsur-unsur berkelanjutan
sebagai cerminan dan keberlanjutan dari prinsip-prinsip arsitektur tradisional yang
ada dalam bentuk modern.
Penggunaan material-material yang berkaitan dengan keamanan dan
kenyamanan penghuni bangunan. Material disini adalah material yang akan
digunakan, yang digunakan dan setelah digunakan. Maka, kriteria-kriteria untuk
arsitektur berkelanjutan, adalah :
Menggunakan material yang :
• Durable, tahan lama, tahan banting
• Reclaimable yang bias diklaim
• Non-toxic, tidak beracun yang dapat membahayakan kesehatan penghuni
• Biodegradable, material yang bias mengalami biodegradasi, yaitu bias di
serap dalam tanah. Jika tidak bias diserap, harus dapat diolah lagi. Namun
prioritaskan material yang bias diserap tanah jika telah dipakai.
• Marterial yang sedikit memberikan emisi ke udara dalam proses
pembuatannya dan dalam penggunaan pada bangunan
• Memiliki umur yang Panjang atau merupakan material yang dapat diperbaiki
(repairable)
• Material yang jika diambil cepat tumbuh kembali, misalnya bambu.
Apabila kriteria tersebut dalam sebuah desain adalah dengan :
• Reuse, menggunakan material bangunan yang telah digunakan
• Recycle, menggunakan material hasil daur ulang atau material yang bias
didaur ulang
• Penggunaan material yang jika diambil untuk digunakan pada sebuah
bangunan, cepat tumbuh kembali, misalnya bambu dan material lainnya
• Menggunakan material lokal/setempat
• Menggunakan sistem konstruksi prefabrikasi dengan sistem modular untuk
melakukan efisiensi penggunaan material. Misalnya saja mengikuti modul
19
ukuran keramik, sehingga dalam pemasangan dan kontruksinya tidak
membuang bangyak keramik bekas
• Re-utilisation, pemanfaatan kembali material-material tersebut atau
• Adaptive reuse, mengalihfungsikan sebuah bangunan. Banyak bangunan lama
yang sebenarnya merupakan bangunan bersejarah terabaikan, sehingga timbul
upaya pelestarian bangunan bersejarah tanpa merobohkannya namun
dialihfungsikan kembali.
2.3 Resort
2.3.1 Definisi Resort
Resort merupakan salah satu kawasan yang di dalamnya terdapat
akomodasi dan sarana hiburan sebagai penunjang kegiatan wisata. Beberapa
definisi resort oleh beberapa sumber yaitu,
Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi
seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk
mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu.
Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan
olahraga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya.
(Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah Air Indonesia, hal.13, November, 1988)
Resort adalah tempat peristirahatan di musim panas, di tepi pantai/ di
pegunungan yang banyak dikunjungi (John.M.Echols, Kamus lnggris-
Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1987).
Resort adalah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang
dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya (A.S. Hornby,
Oxford Leaner's Dictionary of Current English, Oxford University Press,
1974).
Resort adalah sebuah kawasan yang terencana yang tidak hanya sekedar
untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi (Chuck Y.Gee,Resort
Development and Management,Watson-Guptil Publication 1988).
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa, Resort
adalah sebuah tempat peristirahatan yang terletak di area-area wisata seperti di
tepi pantai, di pegunungan dimana memiliki fasilitas khusus untuk kegiatan
bersantai dimana fasilitas ini diperuntukan untuk pengunjung yang datang
untuk menikmati potensi alam yang ada dan berekreasi.
20
Karakteristik resort yang memiliki kesamaan dari beberapa sumber
diatas antara lain:
a) Umumnya resort berlokasi di tempat tempat berpemandangan indah,
pegunungan, tepi pantai dan sebagainya, yang tidak dirusak oleh keramaian
kota, lalu lintas yang padat dan bising, “hutan beton” dan polusi perkotaan.
Pada resort, kedekatan dengan atraksi utama dan berhubungan dengan kegiatan
rekreasi merupakan tuntutan utama terhadap pasar dan berpengaruh terhadap
harganya.
b) Motifasi pengunjung untuk bersenang-senang dan mengisi waktu luang
menuntut ketersediaan fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area prifasi.
Fasilitas rekreasi outdoor, meliputi kolam renang, lapangan tennis, dan
penataan landscape.
c) Wisatawan yang berkunjung cenderung mencari akomodasi arsitektur
dan suasana yang khusus dan berbeda dengan resort lainya. Wisatawan
pengguna resort cenderung memilih suasana yang nyaman dengan arsitektur
yang mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra yang
bernuansa etnik.
d) Sasaran yang ingin dicapai adalah wisatawan yang akan berkunjung,
berlibur, bersenang-senang, menikmati pemandangan alam, pantai, gunung dan
tempat tempat lainya yang memiliki panorama indah.
Berdasaran keputusan dirjen pariwisata No.14/U/11/88 tentang
pelaksanaan ketentuan usaha dan penggolongan resort. Dapat dijelaskan pada
klasifikasi standar di bawah ini:
1) Resort bintang satu: minimal 20 kamar.
2) Resort bintang dua: minimal 20 kamar.
3) Resort bintang tiga: minimal 30 kamar.
4) Resort bintang empat: minimal 50 kamar.
5) Resort bintang lima: minimal 100 kamar.
6) Resort bintang lima+diamond. Resort dengan kualaitas lebih baik dari resort
bintang lima.
Dari bawah ini merupakan berbagai fasilitas yang ada dalam sebuah
resort berbintang empat dengan 69 kamar:
1. Area parkir yang berlokasi di depan pintu masuk lobby resort. Area ini
harus mampu menampung kendaraan tamu sesuai kebutuhan. Para
21
pengunjung yang datang ke tempat rekreasi pada umumnya menggunakan
bebrapa macam jenis kendaraan di antaranya kendaraan umum maupun
pribadi. Standar ukuran yang digunakan akan dijelaskan pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1Jenis-Jenis Kendaraan Pengunjung
Jenis kendaraan Panjang (m)
Lebar (m)
Tinggi (m)
Radius putaran berbentuk lingkaran
Sepeda motor 2,20 0,70 1,00 1,00 Mobil pribadi 4,70 1,75 1.50 5,75 Mobil pribadi ukuran besar
5,00 1,80 2,00 6,00
Bus 11,00 2,50 3,95 10,25 Sumber: Neufert, 2013:105
2. Lobby resort, merupakan sebuah area dimana tamu yang datang akan
melakukan registrasi, sebuah area dimana tamu resort satu bertemu dengan
tamu hotel lainya dan dimana tamu melakukan proses keberangkatan (check-
out) dari hotel. Lobby resort juga biasa digunakan seperti area membaca pada
umumnya. Di bawah ini merupakan penjelasan dari standar ruang pada
fasilitas lobby sebagai ruang utama pada Tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Standar Ruang-ruang Lobby
Ruang Sumber Standar Main lobby BPDS 0,65-0,9 m²/orang Lounge Area NAD 2,5 m²/ orang receptionist BPDS 10 m²/ unit Ruang Kasir NAD 2.75 m²/ orang Costumer Service NMH 12 m²/ unit Toilet Umum NAD 3,6 m²/ orang
Sumber: http://petrachristianuniversitylibrary-/jiunkpe/s1/tmi/2000.html
3. Restoran, merupakan tempat penjualan makanan atau minuman. Berbagai
macam jenis restaurant disugukan untuk memenuhi kebutuhan tamu seperti
coffe shop, spesial restaurant (Indonesia, jepang, dan westren), dan lainya.
Biasanya semakin banyak kamar resort. Semakin banyak fasilitas yang
tersedia. Untuk standar acuan yang dipakai dijelaskan pada Tabel 2.3.
Tabel 2. 3 Standar Ruang-ruang Penunjang
Ruang Sumber Standar Restoran NAD 2.5 m²/ orang
22
cafe NAD 2.5 m²/ orang Gudang NAD 250x0,24 m²
Sumber: Neufert, 2013:105
4. Meeting room atau function room, adalah tempat yang di sewakan untuk
berbagai macam kebutuhan seperti meeting, rapat, seminar dan lain
sebagainya. Ruang ini disebut juga sebagai banquet room. Standar ruang
meeting dan function dijelaskan pada Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Standar Ruang-ruang Penunjang
Ruang Sumber Standar Meeting room HMC(hotel, motel and
condomonium) 1,1-1,3 m²/ orang
function room HMC 1,8 m²/ orang Sumber: http://petrachristianuniversitylibrary-/jiunkpe/s1/tmi/2000.html
5. Tempat untuk entertaintment dan olahraga merupakan fasilitas yang
ditawarkan kepada tamu yang ingin mendapatkan hiburan (musik dan
pertunjukan lainya) dan pelatihan (tennis, golf, renang, dan lainya). Untuk
standar kolam renang terbuka yang bukan digunakan oleh perenang bidang
air 500-1200 m² kedalaman air 0,50- 1,35 m. (Sumber: Neufert, 2013:193)
6. Laundry dan drycleaning, merupakan fasilitas untuk mencuci, pengeringan
dan penyetrikaan pakaian tamu. Fasilitas ini merupakan fasilitas penunjang
untuk mendapatkan keuntungan tambahan dijelaskan pada tabel 2.5.
Tabel 2. 5 Standar Ruang-ruang Penunjang
Ruang Sumber Standar Chief laundry TSS 7,5-9,5 m²/ orang Laundry TSS 0,5 m²/ kamar
Gudang
laundry
HPD(hotel planing
and design)
0,0023 m²/ kamar
Sumber: http://petrachristianuniversitylibrary-/jiunkpe/s1/tmi/2000.html
2.3.1 Fasilitas Penunjang Tambahan
1. Tempat untuk para karyawan seperti EDR (employees diningroom), locker,
toilet, mushola, dan lain- lain. Standar ruang pekerja dapat dilihat pada tabel
2.6.
23
Tabel 2. 6 Standar Ruang-ruang Penunjang Tambahan
Ruang Sumber Standar Locker NAD 0,882 m²/ orang
Toilet karyawan NAD 0,5 m²/ kamar Musholla NAD 1,008 m²/ orang
Sumber: Neufert, 2013:105
2. Ruang penyimpanan atau gudang material untuk oprasional seperti,
makanan, minuman, perlengkapan gudang dan sebagainya. Dapat dilihat
pada Tabel 2.7.
Tabel 2. 7 Standar Ruang-ruang Penunjang Tambahan
Ruang Sumber Standar Gudang makanan HPD 0,1 m²/ kamar Gudang minuman NAD 0,18 m²/ kamar Gudang pendingin HPD 0,1 m²/ kamar
Gudang bahan NAD 0,14 m²/ kamar Ruang cuci TSS 0,2 m²/ kamar
Sumber: http://petrachristianuniversitylibrary-/jiunkpe/s1/tmi/2000.html
3. Office atau kantor untuk berbagai jenis aktifitas di dalam resort dimulai dari
general manager, front office manager, F&B manager, chief accounting,
personal manager, sampai bagian terbawah. Penjelasan mengenai standar
ruang kantor pada resort dijelaskan pada tabel 2.8.
Tabel 2. 8 Standar Ruang-ruang Penunjang Tambahan
Ruang Sumber Standar General manager TSS 1.33 m²/ orang
Sekertaris TSS 1,8-2,3 m²/ orang F&B manager HPD 7,5-9,5 m²/ orang
Staf admin HPD 1,8-2,3 m²/ orang Akuntan HPD 7,5-9,5 m²/ orang
Arsip HPD 0,02 m²/ orang Rapat HPD 1,5-2 m²/ orang
Sumber: http://petrachristianuniversitylibrary-/jiunkpe/s1/tmi/2000.html
4. Ruang atau tempat lain yang digunakan untuk berbagai maksud seperti
koridor, tangga, lift, pos security, ruang perbaikan dan perawatan, dan
sebagianya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa oprasional resort harus
didukung dengan berbagai fasilitas yang dapat mendukung kelancaran
aktifitas penjualan. Kelengkapan fasilitas yang tersedia memberi dampak
24
lama masa tinggal tamu dan uang yang akan dikeluarkan oleh tamu. Semakin
besar pengeluaran yang dikeluarkan, semakin menambah pemasukan bagi
resort tersebut. Dengan demikian telah memenuhi standart yang harus
dimiliki sebagai industri jasa akomodasi.
2.3.2 Jenis-jenis Kamar Resort
Kamar resort merupakan fasilitas utama untuk penjualan dan penyewaan
kamar. Berbagai tipe kamar dan berbagai fasilitas yang terdapat di dalamnya. Jenis-
jenis kamar resort, contoh-contoh kamar sesuai kualifikasinya menurut Agustinus
Darsono (2011:52) sebagai berikut:
a) Single room: Jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi satu tempat
tidur untuk satu orang tamu.
b) Twin room: Jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi dua tempat
tidur untuk dua orang tamu.
c) Triple room: Jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi dua tempat
tidur atau satu tempat tidur double jenis queen dengan satu tempat tidur
tambahan untuk tiga orang tamu.
d) Superior room: Jenis kamar tamu yang cukup mewah dilengkapi satu double
bed jenis queen atau twiin bed. Tempat tidur jenis queen bed digunakan
untuk dua orang tamu.
e) Suite room: Jenis kamar tamu mewah, yang dilengkapi beberapa kamar tamu,
ruang makan, dapur kecil dan kamar tidur dengan sebuah king bed.
f) President suite room: Kamar resort yang terlengkap fasilitasnya dengan harga
yang mahal. Pemberian nama jenis kamar di resort berbeda-beda sesuai
dengan selera manajemen masing-masing. Di bawah ini merupakan
keterangan gambar pada jenis-jenis kamar resort pada Tabel 2.9.
25
Sumber: Neufert, 2012:128
Tabel 2. 9 Ukuran dan Tipe Kamar Resort
Single bed
Double Bed
Triple Room
Superior Room
Suite Room
President Suite
2.4 Studi Banding
2.4.1 Alila Seminyak Resort, Bali
26
Gambar 2. 1 Site Plan Alila Seminyak Resort, Bali
Sebuah resor kontemporer dengan taman vertikal dan kuil kuno di
jantungnya memberi karakter yang benar-benar khas ke Alila Seminyak,
menjadikannya tempat tambahan terbaru ke pantai di tempat peristirahatan
resor di Bali. Desain memaksimalkan lokasi istimewa resort yang menawarkan
pemandangan laut yang menakjubkan di setiap kesempatan sambil
mempertahankan suasana privasi dan individualitas. Hotel ini dirancang untuk
menjadi taman rahasia di kawasan ramai Seminyak, Bali.
Gambar 2. 2 Alila Seminyak Resort, Bali
Perpaduan arsitektur kontemporer yang unik, ditenun dengan tanaman
hijau vertikal, tanaman memeluk erat, atap hijau dan teras lanskap, dirancang
untuk meramaikan indra. Ruang hijau berlimpah, direplikasi di koridor, lobi
dan semua ruang publik, yang berventilasi secara alami oleh angin laut. Dan
ketika datang ke akomodasi 240 kamar dan suite di Alila Seminyak, termasuk
satu 811 meter persegi, penthouse tiga kamar tidur, menawarkan pengalaman
spektakuler. Bertempat di empat bangunan terpisah di seluruh resor, kamar dan
Sumber: https://www.theplan.it/eng/project_shortlist/1221/, diakses tanggal 14 Maret 2018
Sumber: https://www.theplan.it/eng/project_shortlist/1221/, diakses tanggal 14 Maret 2018
27
suite menampilkan gaya kontemporer, terdiri dari ruang yang dirancang dan
dapat digunakan secara serius.
Gambar 2. 3 Alila Suite Room - Alila Seminyak Resort, Bali
Gambar 2. 4 Penthouse Alila - Alila Seminyak Resort, Bali
Sumber: https://www.theplan.it/eng/project_shortlist/1221/, diakses tanggal 14 Maret 2018
Sumber: https://www.theplan.it/eng/project_shortlist/1221/, diakses tanggal 14 Maret 2018
28
Gambar 2. 5 Beach Suite Room - Alila Seminyak Resort, Bali
S
emua kamar dirancang untuk memaksimalkan pandangan dan dilengkapi
dengan pintu geser, balkon yang lebar dan layar shading matahari yang
mengaburkan perbedaan antara di dalam dan di luar sehingga memungkinkan
para tamu untuk sepenuhnya merangkul pengalaman sisi pantai dari properti
ini. Terhadap kanvas keanggunan abadi ini, sentuhan tujuan dapat ditemukan
dalam detail unik seperti lampu dan perabotan yang dirancang khusus dengan
menggunakan interpretasi kontemporer motif batik dan desain Bali. Di luar
daya tarik estetisnya, desain Alila Seminyak juga didasarkan pada
keberlanjutan dan perayaan lokalnya.
Alila Seminyak Resort adalah resort pertama di Indonesia yang
melampaui standar EarthCheck Building, Planning and Design yang ketat. Ini
berarti Allila Seminyak (terutama di Australasia dan Indonesia) adalah
pengembangan terkemuka mengenai pembangunan berkelanjutan dan kinerja
perbaikan ekologis jangka panjang. Hotel ini telah dirancang dengan standar
keberlanjutan yang paling ketat.
Selama pembangunan hotel, URBNarc bekerja sama dengan arsitek
lansekap dan tim konstruksi untuk membersihkan saluran drainase yang
berdekatan dan bekerja dengan semua tetangga untuk menciptakan solusi
berkelanjutan untuk menjaga saluran drainase tetap bersih. Rumput Vettiver
dan jenis tanaman lainnya yang membantu secara alami membersihkan air dari
bahan limbah yang ditanam secara strategis. Jalan dan jalur telah dirancang
dengan sedikit atau tanpa beton untuk memungkinkan pengisian air tanah
maksimum. Spesies tanaman lokal yang pada gilirannya menarik fauna mikro
lokal burung dan kupu-kupu telah ditanam secara strategis melalui properti
sesuai dengan konsep pembuatan taman rahasia.
Penggunaan bahan bangunan lokal, dan penggabungan sistem
lingkungan, energi dan sumber daya yang efisien juga merupakan bagian
integral dari disain. Semua arsitektur, lansekap dan interior selesai seluruhnya
dari bahan lokal. Selain itu, tata letak tata ruang Alila Seminyak dirancang
untuk memaksimalkan penggunaan pendinginan alami, naungan dan siang hari
untuk mengurangi penggunaan energi, memanfaatkan angin laut alami, tanpa
Sumber: https://www.theplan.it/eng/project_shortlist/1221/, diakses tanggal 14 Maret 2018
29
AC di tempat umum. Benar-benar modern namun memberi penghormatan
kepada tradisi, Alila Seminyak memunculkan bar dalam hal desain, inovasi dan
keberlanjutan resor, memberikan kesan spektakuler atas reputasi operator hotel
untuk memberi para tamu pengalaman yang sangat berbeda.
2.4.2 Four Season Resort at Landaa Giraavaru, Maldives
Gambar 2. 6 Site Plan Four Season at Landaa Giraavaru, Maldives
Four Season at Landaa Giraavaru yang luas menggabungkan 103
bungalow dan vila bertema desain Maldivian kontemporer. Tersembunyi di
balik gerbang turquoise tradisional, semua akomodasi berbasis darat memiliki
akses pantai, kolam renang dan taman pribadi mereka yang indah. Beach Villas
dan Family Beach Villas juga memiliki kolam renang sepanjang 12 meter,
ruang tamu di lantai pasir dengan sofa dan makan kaki di pasir, dan loteng
yang menghadap ke laut. Bertempat di panggung di atas laguna yang tenang,
Villa Air - beberapa dengan kolam renang - menawarkan pemandangan
Samudera Hindia yang indah melalui jendela lantai ke langit-langit, tempat
berjemur yang luas, shower outdoor, dan jaring untuk bermalas-malasan di atas
air. Land & Ocean Villas menghubungkan tempat tinggal berbasis tanah dan
kamar tidur berlantai air di dek kolam renang yang luas, sedangkan Apartemen
Landaa tiga kamar tidur uber-luxe memiliki pantai sendiri seluas 80 meter dan
ruang tamu seluas 2.000 kaki persegi di al fresco.
Sumber: https://www.fourseasons.com/maldiveslg/, diakses tanggal 14 Maret 2018
30
Gambar 2. 7 Sunset Water Villa with Pool, Maldives
Gambar 2. 8 Sunset Water Villa, Maldives
Sumber: https://www.fourseasons.com/maldiveslg/, diakses tanggal 14 Maret 2018
Sumber: https://www.fourseasons.com/maldiveslg/, diakses tanggal 14 Maret 2018
31
2.4.3 Mercure Maldives Kooddoo Resort, Maldives
Gambar 2. 9 Site Plan Mercure Maldives Kooddoo Resort, Maldives
M
e
rcure Maldives Kooddoo Resort terletak di wilayah selatan Maladewa
kepulauan 100 kilometer sebelah utara Khatulistiwa. Atol terkenal
untuk kehidupan laut yang luar biasa dan gaya hidup santai. Pulau Kooddoo,
dengan vegetasinya yang matang, pantai berpasir yang lembut dan lokasi yang
mudah dijangkau, adalah Pintu gerbang yang sempurna ke berbagai tempat
hanya menunggu untuk dijelajahi.
Mercure Maldives Kooddoo Resort menyediakan fasilitas untuk tamu
penyandang cacat demi memudahkan tamu selama menginap. Membawa
akomodasi kelas menengah yang trendi ke selatan selatan Maldives.With 68
vila termasuk 43 yang terletak di atas air dan 25 tersebar di sepanjang pantai
berpasir putih.
Resor ini dibangun dengan menggunakan bahan-bahan lokal, warna-
warna cerah dan perabotan bergaya dan desain interior untuk mencerminkan
budaya Maldivian dan semangat perjalanan.
Sumber: https://exciting-travel.com/hotel/mercure-maldives-kooddoo/, diakses tanggal 14 Maret 2018
32
Gambar 2. 10 The Beach Villas – Mercure Maldives Kooddoo
T
he Beach Villas terletak di sepanjang pantai berpasir putih yang dikelilingi lanskap
tropis di bawah naungan pohon kelapa dewasa. Vila memiliki bak mandi outdoor &
shower.
Gambar 2. 11 The Over Water Villas – Mercure Maldives Kooddoo
The Over Water Villas terletak di laguna pirus. Mereka menawarkan
tamu kesempatan untuk tinggal di atas air dan mengalami liburan tanda tangan
Maldivian.
Sumber: https://exciting-travel.com/hotel/mercure-maldives-kooddoo/, diakses tanggal 14 Maret 2018
Sumber: https://exciting-travel.com/hotel/mercure-maldives-kooddoo/, diakses tanggal 14 Maret 2018
33
Gambar 2. 12 Beach Pool Villa – Mercure Maldives Kooddoo
Tersebar di sepanjang pantai berpasir putih yang dikelilingi oleh lanskap
tropis di bawah naungan pohon kelapa dewasa, vila-vila kami menampilkan
permulaan tambahan kolam renang pribadi.
Gambar 2. 13 Over Water Sunset Pool Villas – Mercure Maldives Kooddoo
Indulgensi Maladewa yang terbaik. Terletak di atas laguna pirus dengan
pemandangan barat yang tidak terganggu untuk mengalami matahari terbenam
tropis dan kolam renang pribadi.
Sumber: https://exciting-travel.com/hotel/mercure-maldives-kooddoo/, diakses tanggal 14 Maret 2018
Sumber: https://exciting-travel.com/hotel/mercure-maldives-kooddoo/, diakses tanggal 14 Maret 2018
34
2.5 Novelty
Dalam melakukan perancangan sebuah resort menurut Undang-Undang 27
Tahun 2007 adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 Km2 (dua
ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Di samping kriteria utama
tersebut, beberapa karakteristik pulau-pulau kecil adalah secara ekologis terpisah
dari pulau induknya (mainland island), memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil
dari habitat pulau induk, sehingga bersifat insular; mempunyai sejumlah besar
jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi; tidak mampu
mempengaruhi hidroklimat; memiliki daerah tangkapan air (catchment area) relatif
kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut serta
dari segi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pulau-pulau kecil bersifat khas
dibandingkan dengan pulau induknya.
Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian dari berbagai pihak.
Beberapa diantaranya adalah pengertian yang dikutip dari buku James Steele, Suistainable
Architecture adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa
membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, darisatu kawasan ke
kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait.”
Penggunaan material-material yang berkaitan dengan keamanan dan
kenyamanan penghuni bangunan. Material disini adalah material yang akan
digunakan, yang digunakan dan setelah digunakan. Maka, kriteria-kriteria untuk
arsitektur berkelanjutan, adalah :
Menggunakan material yang :
• Durable, tahan lama, tahan banting
• Reclaimable yang bias diklaim
• Non-toxic, tidak beracun yang dapat membahayakan kesehatan penghuni
• Biodegradable, material yang bias mengalami biodegradasi, yaitu bias di
serap dalam tanah. Jika tidak bias diserap, harus dapat diolah lagi. Namun
prioritaskan material yang bias diserap tanah jika telah dipakai.
• Marterial yang sedikit memberikan emisi ke udara dalam proses
pembuatannya dan dalam penggunaan pada bangunan
• Memiliki umur yang Panjang atau merupakan material yang dapat diperbaiki
(repairable)
35
• Material yang jika diambil cepat tumbuh kembali, misalnya bambu.
Apabila kriteria tersebut dalam sebuah desain adalah dengan :
• Reuse, menggunakan material bangunan yang telah digunakan
• Recycle, menggunakan material hasil daur ulang atau material yang bias
didaur ulang
• Penggunaan material yang jika diambil untuk digunakan pada sebuah
bangunan, cepat tumbuh kembali, misalnya bambu dan material lainnya
• Menggunakan material lokal/setempat
• Menggunakan sistem konstruksi prefabrikasi dengan sistem modular untuk
melakukan efisiensi penggunaan material. Misalnya saja mengikuti modul
ukuran keramik, sehingga dalam pemasangan dan kontruksinya tidak
membuang bangyak keramik bekas
• Re-utilisation, pemanfaatan kembali material-material tersebut atau
• Adaptive reuse, mengalihfungsikan sebuah bangunan. Banyak bangunan lama
yang sebenarnya merupakan bangunan bersejarah terabaikan, sehingga timbul
upaya pelestarian bangunan bersejarah tanpa merobohkannya namun
dialihfungsikan kembali.
36