BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – Teori Umum 2.1.1...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori – Teori Umum 2.1.1...
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – Teori Umum
2.1.1 Pengertian Pengukuran
Menurut [http 1], Pengukuran atau measurement merupakan suatu
proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat
numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen
untuk melakukan penilaian.
Menurut Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu proses yang
dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu
obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku.
Sebagai simpulan, pengukuran adalah membandingkan suatu benda
yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Pengukuran
bersifat kuantitatif dari suatu obyek tertentu.
2.1.2 Pengertian Sistem
Menurut pendapat O’Brien (2006, p29), sistem adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama dengan menerima masukan (input) serta menghasilkan keluaran
(output) dengan proses transformasi yang teratur.
Menurut Hall (2007, p5),”A system is a group of two or more
interrelated components or subsystem that serve a common purpose”.
9
Sistem merupakan sekelompok dua atau lebih komponen yang saling terkait
atau subsistem yang melayani tujuan yang sama.
Sistem memiliki tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi,
yaitu:
- Input, meliputi penangkapan dan perakitan elemen yang memasuki sistem
untuk diproses.
- Process, meliputi tranformasi proses-proses yang mengubah input
menjadi ouput.
- Output, meliputi pemindahan elemen yang telah diproduksi oleh
tranformasi proses ke tujuan akhirnya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka sistem adalah adalah
kumpulan dari dua elemen atau lebih yang saling berhubungan dan
terintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu yang sama.
2.1.3 Pengertian Informasi
Menurut Turban et al. (2006, p730), informasi adalah data yang telah
diorganisir sehingga mereka memiliki makna dan nilai kepada penerima.
Menurut O’Brien (2006, p703), informasi adalah data yang
ditempatkan dalam konteks yang berarti dan berguna untuk pemakai akhir.
Menurut Romney (2009, p27), informasi adalah data yang telah diatur
dan diproses sehingga memberikan manfaat bagi penggunanya. Informasi
dibutuhkan untuk mengambil keputusan atau untuk meningkatkan proses
pengambilan keputusan.
10
Karakteristik informasi yang berguna menurut Hall (2007, p15)
meliputi:
• Relevance (Relevan): Isi sebuah laporan atau dokumen harus memenuhi
suatu tujuan.
• Timelines (Tepat waktu): Umur informasi merupakan faktor yang penting
dalam menentukan kegunaannya.
• Accuracy (Akurat): Informasi harus bebas dari kesalahan yang bersifat
material.
• Completeness (Lengkap): Tidak boleh ada informasi yang penting bagi
pengambilan keputusan yang hilang.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka informasi adalah data yang
sudah diolah dan terorganisir sehingga memiliki nilai guna dan bermanfaat
dalam pengambilan keputusan.
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Menurut pendapat O’Brien (2006, p5), sistem informasi merupakan
kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan
komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Hall (2007, p7), sistem informas i adalah serangkaian
prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan
didistribusikan kepada pengguna.
Menurut Laudon (2007, p15), sistem informasi adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama mengumpulkan atau
11
mengambil, memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan dalam
suatu organisasi.
Berdasarkan pengertian di atas, sistem informasi adalah kombinasi dari
orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya
data yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengolahan transaksi
harian dan mendukung kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasi dimana
data dikumpulkan dan diproses menjadi informasi dan didistribusikan
kepada pengguna.
2.1.5 Enterprise Resource Planning
2.1.5.1 Pengertian Enterprise Resource Planning (ERP)
Definisi Enterprise Resource Planning (ERP) menurut Wijaya
(2009, p27-28), adalah konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber
daya perusahaan, yaitu berupa paket aplikasi program terintegrasi dan multi
modul yang dirancang untuk melayani dan mendukung berbagai fungsi
dalam perusahaan, sehingga pekerjaan menjadi lebih efisien dan dapat
memberikan pelayanan lebih bagi konsumen, yang akhirnya dapat
menghasilkan nilai tambahan dan memberikan keuntungan maksimal bagi
semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas perusahaan.
Menurut Kumar (2010, p264), Enterprise Resource Planning (ERP)
adalah sistem manajemen bisnis yang terintegrasi dan operasi bisnisnya
sudah memiliki standar. ERP dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
organisasi. ERP merupakan nama dari sistem software manajemen yang
12
diciptakan melalui pemikiran korporasi diseluruh dunia untuk
meningkatkan kemampuan fungsi bisnis mereka yang penting. Sistem ERP
menyatukan, menstandarisasi dan meluruskan semua aktivitas bisnis
kedalam satu sistem yang akan mencapai standar tertinggi untuk informasi
yang aman, dipercaya, mudah diakses dan real time. Setiap orang yang
berpartisipasi didalam aktivitas bisnis baik di dalam maupun di luar
organisasi dapat mengakses sistem menggunakan struktur yang sama.
Prosesnya terus di-update dan disederhanakan serta redudansi
diminimalkan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka ERP adalah sebuah
sistem terintegrasi yang menghubungkan seluruh bagian di dalam suatu
perusahaan sehingga dapat mengakses informasi secara real time.
2.1.5.2 Sejarah Enterprise Resource Planning (ERP)
Tabel 2.1 Sejarah sistem ERP
TAHUN PERISTIWA
1960an Sistem pabrikan fokus kepada pengendalian inventory
(inventory control).
1970an Fokus bergeser pada MRP (Material Requirement
Planning), yang menerjemahkan jadwal utama suatu
produk menjadi kebutuhan berbasis time-phases, untuk
perencanaan dan pengadaan barang sebagian jadi,
komponen maupun bahan baku.
13
1980an MRP-II (Manufacturing Resource Planning) berkembang
mencakup pengelolaan operasi produksi (shop floor) dan
aktivitas pengelolaan distribusi.
1990an MRP-II dikembangkan lagi mencakup aktivitas rekayasa,
keuangan, sumber daya manusia, penelolaan proyek yang
melingkupi hampir semua aktivitas sistem organisasi usaha
(business enterprise), yang dikenal dengan istilah
Enterprise Resource Planning (ERP).
2000an-
sekarang
Extended ERP menjadi ERP II.
(sumber : Wijaya & Darudiato, 2009, p15-16)
2.1.5.3 Infrastruktur Sistem ERP
Infrastruktur merupakan hal utama dalam perencanaan pemakaian
sistem ERP, karena dengan adanya infrastruktur yang kuat, maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan telah membangun pondasi yang kuat.
Menurut Wijaya (2009, p22), infrastruktur ERP yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. People
Orang-orang yang terlibat dalam penerapan sistem ERP merupakan
faktor yang sangat penting, terutama dalam hal komitmen waktu,
dukungan top management, rasa memiliki (sense of belonging),
14
keterlibatan (involvement), semangat (spirit), dan rasa perlawanan yang
minimum (resistence).
b. Process
Berkaitan dengan proses bisnis berjalan dan proses bisnis ke depan
dengan penerapan sistem ERP. Dalam proses implementasi sistem ERP
harus ada kontrol dari tiap bagian.
c. Technology
Penerapan sistem ERP identik dengan investasi yang relatif besar,
dimana teknologi meliputi dari infrastruktur jaringan, hardware, dan
software.
Gambar 2.1 Komponen infrastruktur ERP
2.1.5.4 Manfaat Sistem Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut O’Brien (2006, p322), ERP merupakan perangkat lunak
yang digunakan oleh perusahaan yang memiliki beberapa manfaat, antara
lain:
a. Kualitas dan efisiensi
15
ERP menciptakan kerangka kerja untuk mengintegrasikan dan
meningkatkan proses bisnis internal perusahaan yang menghasilkan
peningkatan signifikan dalam kualitas serta efisiensi layanan pelanggan,
produksi, dan distribusi.
b. Penurunan biaya
Banyak perusahaan melaporkan penurunan yang siginifikan dalam biaya
pemrosesan transaksi dan hardware, software, serta karyawan
pendukung teknologi informasi, jika dibandingkan dengan sistem
warisan yang tidak terintegrasi yang digantikan oleh sistem ERP baru
mereka.
c. Pendukung keputusan
Sistem ERP dapat membantu tugas manajemen dalam pengambilan
kepututsan. Selain itu, sistem ERP menyediakan informasi mengenai
kinerja bisnis lintas fungsi yang sangat penting secara cepat untuk para
manajer agar dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan mereka
dalam mengambil keputusan secara tepat waktu di lintas bisnis
perusahaan.
d. Kelincahan perusahaan
Mengimplementasikan sistem ERP meruntuhkan banyak dinding
departemen dan fungsi atau “benteng” berbagai proses bisnis, sistem
informasi, dan sumber daya informasi. Hal ini menghasilkan struktur
organisasi, tanggung jawab manajerial, dan peran kerja yang lebih
fleksibel, dan karenanya menghasilkan organisasi serta tenaga kerja
16
yang lebih lincah dan adaptif, yang dapat dengan lebih mudah
memanfaatkan berbagai peluang baru bisnis.
e. Sistem terintegrasi
Sistem ERP menawarkan sistem yang terintegrasi dalam sebuah
perusahaan sehingga pengambilan keputusan dapat lebih efisien dan
efektif.
2.1.5.5 Modul-modul dalam Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut [http 2], beberapa modul yang terdapat dalam Enterprise
Resource Planning (ERP) antara lain:
1. Item Master Management (IMM)
2. Bill of Material (BOM)
3. Demand Management (DM)
4. Sales and Order Management (SOM)
5. Master Production Scheduling (MPS)
6. Material Requirements Planning (MRP)
7. Capacity Requirement Planning
8. Inventory Mangement (INV)
9. Shop Floor Control (SFC)
10. Purchasing Management (PUR)
11. General Ledger (GL)
12. Account Payable (AP)
13. Account Receivable (AR)
17
14. Cost Control (CO)
15. Financial Reporting (FIR)
2.1.5.6 Konsep Dasar Enterprise Resource Planning (ERP)
Menurut [http 3], sistem ERP adalah sebuah terminologi yang
secara de facto adalah aplikasi yang dapat mendukung transaksi atau
operasi sehari-hari yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya
sebuah perusahaan, seperti dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu,
material dan kapasitas.
Sistem ERP dibagi atas beberapa sub-sistem yaitu sistem Financial,
sistem Distribusi, sistem Manufaktur, sistem Maintenance dan sistem
Human Resource. Pada prinsipnya, dengan sistem ERP sebuah industri
dapat dijalankan secara optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya
operasional yang tidak efisien seperti biaya inventory (slow moving part,
dll.), biaya kerugian akibat 'machine fault', dll.
Sistem ERP dirancang berdasarkan proses bisnis yang dianggap
'best practice' proses umum yang paling layak di tiru. Misalnya, bagaimana
proses umum yang sebenarnya berlaku untuk pembelian (purchasing),
penyusunan stok di gudang dan sebagainya. Untuk mendapatkan manfaat
yang sebesar-besarnya dari sistem ERP, maka industri juga harus
mengikuti 'best practice process' (proses umum terbaik) yang berlaku.
Sebagai simpulan, sistem ERP adalah paket software yang sangat
dibutuhkan untuk mengelola sebuah industri secara efisien dan produktif.
Secara de facto, sistem ERP harus menyentuh segala aspek sumber daya
18
perusahaan yaitu dana, manusia, waktu, material dan kapasitas. Untuk lebih
meningkatkan kemampuan sistem ERP maka perlu ditambah modul CRM,
SRM, PLM dan juga Project Management.
2.1.6 Pengertian Flowchart
Menurut [http 4], flowchart sistem merupakan bagan yang
menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem
secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada
di dalam sistem. Dengan kata lain, flowchart ini merupakan deskripsi secara
grafik dari urutan prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk
suatu sistem.
Flowchart sistem terdiri dari data yang mengalir melalui sistem dan
proses yang mentransformasikan data itu. Data dan proses dalam flowchart
sistem dapat digambarkan secara online (dihubungkan langsung dengan
komputer) atau offline (tidak dihubungkan langsung dengan komputer,
misalnya mesin tik, cash register atau kalkulator).
2.2 Teori – teori Khusus
2.2.1 ORACLE
2.2.1.1 Gambaran Umum Oracle E-Business Suite
Menurut [http 5], Oracle E-Business Suite merupakan aplikas i
Enterprise Resource Planning (ERP) yang bermanfaat dalam hal
otomatisasi proses bisnis perusahaan dari hulu hingga hilir (end to end).
Oracle E-Business Suite adalah sebuah paket aplikasi bisnis yang lengkap
19
dan pre-configured yang memungkinkan pengelolaan seluruh fungsi bisnis
inti secara efisien, seperti interaksi dengan customer, pengelolaan finansial,
sumber daya manusia dan pengelolaan value chain.
Menurut Lee (2008, p3), Oracle E-Business Suite release 12
merupakan rilisan terbaru dari Oracle E-Business Suite 11i. Oracle E-
Business Suite terus menawarkan solusi untuk berbagai jenis bisnis di
seluruh dunia dan memungkinkan mereka untuk mengakses aplikasi
melalui internet. Update terbaru yang disediakan pada Oracle E-Business
Suite release 12 adalah release 12 RUP4 untuk semua modul, dan release
12 RUP5 untuk modul Financials dan HRMS.
Menurut ITGI (2010, p8), Oracle E-Business Suite (EBS) version
12 adalah produk Oracle yang terintegrasi dan berbasis internet. Oracle
EBS menawarkan aplikasi aliran bisnis, yang memungkinkan organisasi
untuk mengotomatisasi alur bisnis, seperti procurement atau order to cash.
Aplikasi ini memungkinkan operasi bisnis customer dapat berjalan dengan
biaya yang lebih murah.
Berikut adalah contoh tampilan dalam Oracle EBS
Gambar 2.2 Login Oracle EBS
20
Gambar 2.3 Oracle EBS Home Page
2.2.1.2 Produk aplikasi Oracle E-Business Suite
Menurut Wijaya (2009, p154), produk aplikasi yang tersedia pada
Oracle E-Business Suite adalah sebagai berikut:
• Financials:
- Planning (General Ledger, Analyzer)
- Analysis
- Consolidation
- Expenditure Management
- Billing and Cash Collection
- Cash Management
- Asset Management
• Supply Chain Management:
- Strategic Procurement
- Non-production Procurement
21
- Strategic Souring
- Catalogue Management
Project:
- Costing
- Billing
- Time and Expense
- Activity Management Gateway
• Human Resource:
Material Management:
- Inventory
- Purchasing
Manufacturing:
- Factory and Item definition
- Planning and Simulation
- Materials Management
- Production
- Cost Management
- Integrated Technologies
2.2.1.3 Oracle Inventory
Menurut ITGI (2010, p13), Oracle Inventory mencakup item-item
yang dibeli dari pemasok atau item yang dihasilkan dari proses manufaktur.
Dalam modul Inventory Management, barang yang disimpan dalam
inventory akan dikenakan biaya dalam cost center. Barang-barang tersebut
22
dapat menjadi raw material yang diperlukan dalam proses manufaktur,
yang akan dijual kepada customer. Barang yang disimpan juga dapat
menjadi peralatan yang dibutuhkan untuk proses pemeliharaan mesin,
perlengkapan dan lain-lain.
Alur Oracle Inventory pada umumnya dimulai ketika baran g
diterima dari pemasok, barang dikembalikan dari customer, barang di-
transfer dari inventory organization lainnya atau finished goods dari
departemen produksi. Berikut adalah alur proses Oracle Inventory:
Gambar 2.4 Alur proses Oracle Inventory
2.2.2 INVENTORY
2.2.2.1 Pengertian Inventory
23
Menurut Nafarin (2007, p253), sediaan (Inventory) adalah baran g
yang diperoleh dan tersedia dengan maksud untuk dijual atau dipakai
dalam produksi atau dipakai untuk keperluan non produksi dalam siklus
kegiatan yang normal.
Pengertian inventory menurut Herjanto (2008, p237) adalah bahan
atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan
tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,
untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari peralatan atau mesin.
Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, bahan dalam
proses, barang jadi, ataupun suku cadang dimana bisa dikatakan bahwa
persediaan hanyalah suatu sumber dana menganggur, karena sebelum
persediaan digunakan berarti data terikat didalamnya tidak dapat digunakan
untuk keperluan lain
Menurut Assauri (2009, p171), inventory adalah barang-baran g
persediaan berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana
dapat diperoleh dari sumber-sumber ataupun dibeli dari supplier atau
perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang
menggunakannya.
Dapat pengertian diatas, dapat disimpulkan inventory adalah
sejumlah barang atau bahan-bahan dalam kendali perusahaan yang
disimpan dalam beberapa waktu tertentu, menunggu sampai digunakan
untuk keperluan produksi ataupun dijual.
2.2.2.2 Tujuan Inventory
24
Setiap perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan
memerlukan inventory. Dengan tersedianya bahan baku maka diharapkan
perusahaan industri dapat melakukan proses produksi sesuai kebutuhan
atau permintaan konsumen. Selain itu dengan adanya inventory yang cukup
tersedia digudang juga diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi
atau pelayanan kepada konsumen, perusahaan dan dapat menghindari
terjadinya kekurangan bahan baku.
Menurut Aquilano (2006, p590), tujuan penyimpanan persediaan
dapat dikarenakan beberapa alasan berikut:
a. Untuk mempertahankan kelangsungan operasi
b. Untuk memenuhi variasi permintaan produk
c. Untuk memungkinkan fleksibilitas dalam perencanaan produksi
d. Untuk mengantisipasi adanya variasi waktu pengiriman mulai dari
order pembelian sampai dengan barang diterima dalam gudang.
Fungsi dasar inventory sebenarnya sangat sederhana, yaitu
meningkatkan profitability perusahaan. Menurut Herjanto (2008, p238),
fungsi inventory adalah:
a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau
barang yang dibutuhkan perusahaan
b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan
c. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga atau inflasi
25
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman
sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan baku itutersedia
di pasaran
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon
kuantitas
f. Memberikan pelayan kepada pelanggan dengan tersedianya barang
yang diperlukan.
2.2.2.3 Jenis-jenis Inventory
Menurut Herjanto (2008, p239), inventory dapat dikelompokkan
kedalam empat jenis, yaitu:
• Fluctuation stock
Merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya
fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk
mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam prakiraan
penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang.
• Anticipation stock
Merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat
diramalkan pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi
pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga
dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan
baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi.
26
• Lot-size inventory
Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar
daripada kebutuhan saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam
jumlah yang besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya
pengangkutan per unit yang lebih rendah.
• Pipeline inventory
Merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal
ke tempat dimana barang tersebut akan digunakan. Misalnya, barang
yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat
memakan waktu beberapa hari atau minggu.
2.2.3 Material
2.2.3.1 Pengertian Material
Menurut Yunarto (2006, p116), material mencakup semua kategori,
baik itu produk (barang) maupun jasa. Dalam prakteknya setiap material
mempunyai kode tertentu. Kode material ini banyak sebutannya dan
berbeda-beda untuk setiap perusahaan, ada yang menyebut product code,
material code, item code, item number, part number, stock code, kode
barang, SKU, dan lain-lain. Material di dalam sistem informasi dikenal
dengan istilah material master.
27
2.2.3.2 Tipe Material
Salah satu tujuan pengelompokan tipe material adalah untuk
mempermudah dalam memilah-milah material sehingga dari sisi
operasional akan lebih mudah. Tujuan yang lain adalah tipe material
berhubungan dengan penentuan kode akun secara otomatis pada proses
jurnal akuntansi.
Menurut Yunarto (2006, p119), tipe material yang ada dibanyak
perusahaan adalah sebagai berikut:
• Trading goods
Merupakan barang yang diperjual-belikan. Barang tersebut bisa
diproduksi sendiri atau dibeli dari supplier. Barang tersebut memiliki
inventory atau lebih sering kita sebut dengan istilah barang stock.
Misalnya untuk perusahaan rokok maka trading goods-nya adalah
rokok.
• Non-stock material
Merupakan barang yang tidak dikontrol inventory-nya. Secara fisik
barang ini ada, tetapi karena barangnya bernilai kecil maka tidak di-
track sebagai inventory. Beberapa perusahaan menyebutnya dengan
istilah consumable goods. Barang ini banyak dipakai untuk menunjang
operasi produksi dan operasi perusahaan. Contoh barang ini sarung
tangan, masker, paku, sekrup, isolasi, lem, amplas, pelumas mesin, dan
lain-lain.
28
• Services
Services dapat diterjemahkan dengan istilah jasa. Contoh services
adalah jasa consultant, pendidikan, asuransi, jasa transportasi, jasa
dokter, jasa pengacara, dan lain-lain.
• Packaging
Merupakan material yang digunakan untuk packaging seperti kotak,
peti, palet, bungkus plastik, karton dan lain-lain.
• Semifinished goods
Merupakan barang setengah jadi. Sering disebut juga dengan istilah
material di work in process atau work in progress. Contoh barang
setengah jadi untuk industri ban adalah compound.
• Raw material
Merupakan bahan mentah. Bahan mentah ini digunakan sebagai bahan
untuk memproduksi suatu barang. Biasanya bahan mentah ini dibeli
dari supplier.
2.2.4 Stock
2.2.4.1 Pengertian Stock
Menurut Waters (2003, p4), stock terdiri dari semua goods dam
material-material yang disimpan oleh sebuah organisasi. Stock merupakan
gudang dari item-item yang disimpan untuk keperluan di masa depan.
29
2.2.4.2 Klasifikasi Stock
Menurut Waters (2003, p9-10), ada beberapa isitilah berbeda yang
digunakan untuk klasifikasi stock:
• Cycle stock adalah stock normal yang digunakan selama operasi.
• Safety stock adalah stock cadangan dari material yang digunakan untuk
keperluan darurat.
• Seasonal stock digunakan untuk menjaga kestabilan operasi selama
permintaan musiman yang bervariasi.
• Pipeline stock digunakan pada saat adanya perpindahan dari satu
lokasi ke lokasi lainnya.
• Other stock mencakup semua stock yang digunakan untuk beberapa
alasan lainnya.
2.2.5 Pengertian Receipt
Menurut Siddiqui (2010, p181), receipt di-generate ketika barang
sudah datang dan sampai di pelabuhan sesuai dengan pesanan pembelian.
Setelah dilakukan proses inspeksi maka akan digunakan form receipt untuk
penerimaan barang sesuai dengan jumlah yang dipesan.
2.2.6 Pengertian Inspection
Menurut Siddiqui (2010, p181), setelah barang diterima berdasarkan
purchase order, maka barang tersebut akan diinspeksi. Proses inspeksi
biasanya dilakukan oleh departemen Quality Assurance. Berdasarkan hasil
30
inspeksi, dapat dibuat keputusan apakah barang tersebut akan diterima atau
di-reject.
2.2.7 Pengertian Deliver
Menurut Siddiqui (2010, p182), deliver adalah tahap dimana barang
yang telah melalui proses inspeksi akan dipindahkan ke dalam inventory,
yang akan menambah jumlah stok barang.
2.2.8 Pengertian Sub-inventory Transfer
Menurut Siddiqui (2010, p182), sub-inventory transfer digunakan
ketika kita melakukan transfer barang dari satu sub-inventory ke sub-
inventory lainnya. Transfer ini berlangsung dalam inventory organisasi yang
sama. Jika memilki lebih dari dua sub-inventory dalam inventory organisasi
maka kita dapat menggunakannya secara efisien.
2.2.9 Pengertian Inter-organization Transfer
Menurut Siddiqui (2010, p182), inter-organization transfer adalah
mekanisme untuk melakukan transfer barang dari satu inventory
organization ke inventory organization lainnya. Inter-organization transfer
dapat terjadi apabila kita meng-create jaringan pengiriman antara inventory
organization.
31
2.2.10 Pengertian Inventory Organization
Menurut Siddiqui (2010, p192). inventory organization adalah gudang
untuk pendefinisian item atau suatu diferensiasi logis dari material. Dalam
setiap inventory organization, kita dapat mengendalikan atau mengelola item
kita pada level yang berbeda. Sebagai contoh, dalam sub-inventory dibuat
inventory organization dimana barang-barang ditempatkan. Selain itu, kita
dapat mengendalikan locator, lot dan serial.
Beberapa inventory organization dapat dibuat untuk suatu unit operasi
dan unit bisnis. Dalam Oracle, inventory organization dapat berupa finished
good dan semi-finished good, raw material, techinal store dan packing
material. Perbedaan jumlah inventory organization bergantung pada
persyaratan pada proses bisnis organisasi.
.
2.2.11 Move Order
2.2.11.1 Pengertian Move Order
Menurut Siddiqui (2010, p183), move order biasanya digunakan
untuk men-transfer dan mengeluarkan barang dari inventory ke departemen
pengguna. Permintaan move order pada dasarnya di-generate untuk
pengeluaran barang yang dialokasikan sesuai dengan jumlah dan lot yang
diinginkan.
Menurut [http 6], move order dapat diidentifikasi berdasarkan tipe
move order pada tingkat header. Beberapa tipe move order adalah:
• Move Order Requisitions
32
Dapat dibuat dari form Move Order yang didasarkan pada setup di
setiap organisasi. Move order memerlukan persetujuan sebelum di-
allocate dan di-transact. Move order requisition dapat dibuat untuk
mengisi akun atau memindahkan material dari satu sub-inventory ke
sub-inventory yang lain.
• Replenishment Move Order
Move order ini dapat di auto-create dengan status yang sudah
disetujui. Kita dapat mengisi kuantitas dalam sub-inventory untuk
sebuah item tergantung dari tipe perencanaan yang dipilih. Tiga tipe
perencanaan yang tersedia:
o Min-max Replenishment Planning
o Kanban Replenishment Planning
o Replenishing Count Planning
• Pick Wave Move Order Requisitions
Move order ini khusus untuk proses picking sales order. Ketika
picking telah dijalankan maka move order akan ter-create dengan
status pre-approved dan allocate.
33
2.2.11.2 Move Order Flow Diagram
Gambar 2.5 Move Order Flow Diagram
Proses Move Order:
1. Create Move Order
Create move order untuk material yang dibutuhkan. Kita dapat
membuat permintaan move order secara manual atau melakukan set up
pada sistem agar secara otomatis dapat men-generate replenishment
atau pick wave move order.
Approve Move order. Jika permintaan move order telah disetujui,
perencana item harus menyetujui juga permintaan move order tersebut.
34
Gambar 2.6 Move Order
2. Allocate Move Order.
Setiap move order yang telah diapprove, kita dapat melakukan allocate
atau membatalkannya. Allocate adalah proses yang menggunakan aturan
picking dalam Oracle Inventory untuk menentukan dimana sumber
material untuk memenuhi permintaan. Kita dapat membatalkan sebagian
permintaan allocate move order dan replenishment move order.
3. Print Pick Slip.
Sebelum melakukan transact move order, maka harus dicetak terlebih
dahulu pick slip-nya. Pick slip dapat dicetak sebelum maupun sesudah
transaksi move order dilakukan.
4. Transact Move Order
Semua permintaan move order dapat di-transact dalam satu waktu atau
transact dilakukan pada saat item dipindahkan. Jika kita melakukan
35
transact kurang dari jumlah permintaan, move order akan tetap terbuka
sampai semua jumlah permintaan di-transact atau sampai permintaan
ditutup atau dibatalkan.
2.2.12 Pengertian Physical Inventory
Menurut [http 7], physical inventory merupakan suatu aktivitas dimana
100% dari on-hand secara fisik diverifikasi dan direkonsiliasi dengan sistem
on-hand. Biasanya dilakukan setahun sekali atau dua kali didasarkan pada
kebutuhan bisnis. Ketika proses physical inventory biasanya semua operasi
akan ditahan. Setiap perbedaan dalam fisikal dan sistematis akan disesuaikan
dan disetujui sistem dan dicocokan dengan jumlah on-hand secara fisik.
2.2.13 Balance Scorecard
2.2.13.1 Pengertian Balance Scorecard
Menurut Yuwono, et.al (2006, p8), Balance Scorecard merupakan
suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian secara cepat, tepat
dan komperhensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang
performance bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis
dari empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis
dalam perusahaan (internal), serta proses pembelajaran dan berkembang.
Menurut Mulyadi (2007, p3), Balance Scorecard terdiri dari dua
kata yaitu Balanced dan scorecard. Scorecard diartikan sebagai kartu skor,
maksudnya adalah kartu skor yang akan digunakan untuk merencanakan
skor yang diwujudkan dimasa yang akan datang. Balanced artinya
36
berimbang, untuk mengukur kinerja eksekutif secara berimbang dari
berbagai dimensi yaitu keuangan dan non keuangan jangka pendek dan
jangka panjang. Balance Scorecard dapat dimanfaatkan untuk sistem
pengelolaan kinerja personel. Hal tersebut dilakukan dengan
pengintegrasian sistem manajemen strategik berbasis Balance scorecard
dengan sistem pengelolaan kinerja personel.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, Balance Scorecard adalah
suatu alat pengukuran kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan
empat perspektif (yang saling berhubungan) yang mampu menerjemahkan
visi dan strategi organisasi kedalam tindakan nyata dilapangan.
2.2.13.2 Kelebihan Balance Scorecard
Menurut Luis dan Biromo (2008, p.48), Balanced scorecard (BSC)
adalah salah satu metode perencanaan strategi. BSC memiliki kelebihan-
kelebihan seperti berikut ini:
• BSC dapat berfungsi sebagai alat ukur untuk mengkomunikasikan
strategi diantara para stakeholders (pihak manajemen, karyawan,
pelanggan, pemegang saham, dan komunitas lingkungan).
• BSC memungkinkan organisasi untuk menjelaskan semua faktor
utama yang ada didalam organisasi baik dalam bentuk benda fisik
(tangible asset) atau benda non fisik (intangible asset).
• BSC dapat mengaitkan strategi dengan kinerja organisasi. Konsep
perencanaan strategi lain hanya terfokus pada membangun strategi dan
37
berhenti setelah strategi itu selesai dibangun. Sedangkan BSC
memungkinkan organisasi untuk mengaitkan strategi yang dibangun
dengan proses pelaksanannya. Dan proses pelaksanaan itu dapat
dipantau tingkat pencapaiannya dengan menggunakan Key
Performance Indicator yang biasa disingkat menjadi KPI. Hal ini
menunjukkan bahwa Balance Scorecard tidak hanya membantu
organisasi dalam menyusun strategi, tetapi juga memonitor pencapaian
strategi tersebut.
• BSC memiliki konsep sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat ini secara
tidak langsung menguatkan kerjasama dalam organisasi dan
mendorong mereka dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
• BSC dapat membantu proses penyusunan anggaran. Pada saat
penyusunan anggaran tahunan, organisasi dapat menggunakan BSC
sebagai titik tolak. Dari BSC kita dapat mengetahui kegiatan apa saja
yang harus dilakukan oleh organisasi guna mencapai target-targetnya
2.2.13.3 Perspektif Balance Scorecard
Menurut [http 8], Balance Scorecard mengukur empat perspektif
yang berbeda tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai sasaran
strategi yang sudah direncanakan oleh perusahaan. Keempat perspektif
tersebut saling berkaitan yang nantinya akan meningkatkan kinerja
perusahaan. Keempat perspektif tersebut diuraikan berikut ini:
38
1. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)
Dalam balance scorecard, perspektif keuangan tetap menjadi
perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dari
konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan
dan tindakan ekonomi yang diambil. Pengukuran kinerja keuangan
menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari
strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Perbaikan-perbaikan
ini tercermin dari sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan
dengan keuangan yang terukur, baik berbentuk Gross Operating
Income, Return On Investment, atau bahkan Economic Value Added.
2. Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)
Dalam perspektif pelanggan, Balance Scorecard melihat aspek
pelanggan memainkan peran penting dalam kehidupan perusahaan.
Sebuah perusahaan yang tumbuh dalam persaingan tidak mungkin
survive apabila tidak didukung oleh pelanggan. Loyalitas tolak ukur
pelanggan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemetaan
terhadap segmen pasar yang akan menjadi target atau sasaran.
Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:
1. Pengukuran utama pelanggan (Customer Core Measurement)
Customer Core Measurement memiliki beberapa komponen
pengukuran, yaitu:
• Pangsa pasar (Market Share)
39
Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai oleh
perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi:
jumlah pelanggan, jumlah penjualan dan volume unit
penjualan.
• Tingkat retensi pelanggan (Customer Retention)
Mengukur dimana perusahaan dapat mempertahankan
hubungan dengan konsumen.
• Tingkat akusisi pelanggan (Customer Acquisition)
Mengukur dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan
baru atau memenangkan bisnis baru
• Tingkat kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction)
Menaksirkan tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan
kriteria kinerja dalam value proportion.
• Profitabilitas pelanggan (Customer Profitability)
Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen
setelah dikurangin biaya khusus yang diperlukan untuk
mendukung pelanggan tersebut.
2. Proporsi nilai pelanggan (Customer Value Proposition)
Customer Value Proposition merupakan pemicu kinerja yang
terdapat pada :
• Product/service attributes, meliputi fungsi dari produk/jasa,
harga dan kualitas.
40
• Customer relationship, menyangkut perasaan pelanggan
terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan
perusahaan.
• Image and reputation, membangun image dan reputasi dapat
dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang
dijanjikan.
3. Perspektif Proses Internal Bisnis (Internal Business Process
Perspective)
Perspektif proses internal bisnis lebih menekankan pada
penciptaan produk baru yang lebih berkualitas. Tentunya proses
internal bisnis tidak lepas dari perspektif keuangan dan perspektif
pelanggan. Untuk mengoperasikan perspektif proses internal bisnis ini
perusahan harus lebih dahulu melihat keuangan perusahaan dan
kemauan pelanggan. Jadi ketiga perspektif ini membentuk rantai yang
saling berhubungan. Di dalam perspektif proses internal bisnis ada tiga
tahapan yang harus dilakukan, yaitu:
1. Inovasi
Pada tahap ini perusahaan berusaha keras untuk mengadakan
penelitian dan pengembangan produk baru sehingga tercipta produk
yang benar-benar sesuai dengan keinginan customer.
41
2. Operasi
Tahap ini mencerminkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan
mulai dari penerimaan order dari customer, pembuatan produk/jasa
sampai dengan pengiriman produk/jasa tersebut kepada customer.
Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi
dikelompokkan pada waktu, kualitas, dan biaya.
3. Pelayanan Purna Jual
Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah
penjualan produk atau jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang
terjadi dalam tahapan ini, misalnya, penangan garansi dan
perbaikan penanganan atas barang rusak dan yang dikembalikan
serta pemrosesan pembayaran pelanggan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth
Perspective)
Perspektif ini berfokus pada sumberdaya khususnya sumber daya
manusia yang ada dalam organisasi. Perspektif ini berurusan dengan
pengembangan sumberdaya manusia, agar masing-masing menjadi
karyawan yang kompeten yang akhirnya akan menghasilkan kinerja
yang prima bagi organisasi. Karena itu sasaran strategis harus
merefleksikan strategi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan.
Menurut Craig Symons (2005, p6), berikut merupakan wujud dari
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu modal manusia
(human capital), dan modal informasi (information capital).
42
1. Modal Manusia (Human Capital)
Faktor penting dalam mencapai keunggulan proses bergantung
pada tenaga kerja yang memiliki motivasi. Tenaga kerja akan
terdorong untuk mengetahui apakah mereka memiliki
keterampilan dan kompetensi yang diperlukan, dan terdorong
untuk memahami apakah aktivitas sehari-hari yang mereka
lakukan selaras dengan tujuan strategis perusahaan secara
keseluruhan.
2. Modal Informasi (Information Capital)
Faktor penting lainnya dalam mencapai keunggulan proses juga
mensyaratkan bahwa karyawan memiliki akses ke sistem
informasi, data, dan alat lainnya yang diperlukan untuk secara
efektif dan efisien dalam melaksanakan tanggung jawab mereka.
Menurut [http9], modal informasi yang merupakan komponen dari
pembelajaran dan pertumbuhan, mengukur seberapa besar
kemampuan yang dimiliki dalam menyediakan alat yang
dibutuhkan perusahaan dalam menjalankan strategi perusahaan.
Khususnya pada lingkungan bisnis saat ini menuntut perusahaan
mengubah informasi menjadi pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan untuk kesuksesan.
43
2.2.14 COBIT
2.2.14.1 Pengertian COBIT
Menurut Brand (2007, p21), COBIT (Control Objectives for
Information Technology) merupakan model yang didesain untuk
mengendalikan fungsi TI. Model ini sebenarnya dikembangkan oleh
Information Systems Audit and Control Foundation (ISACF), lembaga
penelitian untuk Information Systems Audit and Control Association
(ISACA). Tahun 1999 tugas ISACF untuk COBIT ditransfer ke IT
Governance Institute (ITGI), yang merupakan badan independen di dalam
ISACA.
Menurut Wallace (2011, p61), COBIT (Control Objectives for
Information Technology) adalah kerangka dari best practices manajemen
TI yang membantu organisasi untuk memaksimalkan keuntungan bisnis
dari organisasi TI mereka. COBIT dapat membantu auditor, manajemen
dan pengguna akhir (end user) untuk menjembatani gap antara risiko
bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan-permasalahan teknis. Selain
itu, COBIT juga memberikan panduan yang berorientasi pada bisnis, dan
karena itu proses bisnis owner dan manajer, termasuk juga auditor dan
user, diharapkan dapat memanfaatkan panduan ini dengan sebaik-baiknya.
2.2.14.2 Sejarah COBIT
Para eksekutif membuktikan bahwa mereka dapat memanipulasi
sistem akuntansi mereka. Untuk menjawab kebutuhan para eksekutif,
maka dikembangkanlah COBIT framework pada tahun 1992 oleh ISACA.
44
Pada tahun 1992, the Committee of Sponsoring Organization
(COSO) mendirikan framework untuk otorisasi, merekam dan melaporkan
transaksi. Security and Exchange Commission (SEC) mengenal bahwa
COSO framework mampu mendirikan kontrol internal untuk laporan
keuangan. COSO adalah dasar dari standar COBIT untuk kontrol internal
dan audit. Secara periodik COBIT meng-update dan menyamakan dengan
standar kelas dunia lainnya. COBIT menjelaskan apa yang perlu dilakukan
dan bagaimana melakukannya. COBIT dirancang untuk dapat bekerja sama
dengan standar IT governance lainnya.
COBIT versi 4 diterbitkan pada tahun 2005. Versi 4 lebih dekat
dengan ITIL dan memiliki orientasi bisnis yang lebih kuat. COBIT versi 4
dibangun berdasar masalah yang ada pada COBIT versi 3. Versi 4
mengkombinasikan buku versi 3 (Executive Summary, Framework, kontrol
objek dan panduan manajemen) ke dalam satu buku.
2.2.14.3 Kerangka kerja COBIT
Menurut Gondodiyoto (2007, p157), kerangka kerja COBIT terdiri
atas beberapa arahan (guidelines), yakni:
1. Control Objectives
Control objectives TI adalah pernyataan mengenai hasil atau
tujuan yang harus dicapai melalui penerapan prosedur kendali dalam
aktivitas TI tertentu. Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi
(high-level control objectives) yang tercermin dalam 4 domain, yaitu:
o Perencanaan dan Organisasi (Plan and Organize)
45
Kesuksesan organisasi TI memerlukan analisis yang teliti mengenai
apa yang dibutuhkan, bagaimana hal tersebut dibutuhkan, dan
dimana TI banyak digunakan. Tanpa adanya rencana yang
menuntun organisasi TI, maka dapat terjadi kesalahan dikemudian
hari yakni biaya operasi yang mahal dan hasil yang diperoleh tidak
efektif.
Domain ini mencakup pembahasan tentang identifikasi dan strategi
investasi teknologi informasi yang dapat memberikan yang terbaik
untuk mendukung pencapaian tujuan bisnis. Selanjutnya identifikasi
dan visi strategis perlu direncanakan, dikomunikasikan, dan diatur
pelaksanaannya (dari berbagai perspektif).
o Pengakuisisi dan Implementasi (Acquire and Implement)
Untuk merealisasi strategi TI, perlu diatur kebutuhan teknologi
informasi, diidentifikasi, dikembangkan, atau diimplementasikan
secara terpadu dalam proses bisnis perusahaan.
o Penyerahan dan Pendukung (Deliver and Support)
Domain ini fokus pada ukuran tentang aspek dukungan teknologi
informasi terhadap kegiatan operasional bisnis (tingkat jasa layanan
TI actual atau service level) dan aspek urutan (prioritas
implementasi dan untuk pelatihannya).
o Memantau dan Evaluasi (Monitor and Evaluate)
Domain ini fokus pada proses pengawasan pengelolaan TI pada
organisasi serta harus diawasi dan dinilai kelayakannya secara
berkala. Selain itu, domain ini fokus pada masalah pengendalian,
46
pemeriksaan internal dan eksternal. Domain ini akan menilai
apakah sistem TI saat ini masih memenuhi tujuan yang dirancang.
Pengendalian mencakup penilaian terhadap efektivitas sistem TI
pada kemampuannya untuk memenuhi tujuan dan proses bisnis.
Tabel 2.2 Domain dan High Level Control COBIT
COBIT Domain High Level Objectives
1 Plan and
Organize (PO)
PO1. Menetapkan rencana strategis TI
PO2. Menetapkan arsitektur informasi
PO3. Menentukan arah teknologi
PO4. Menetapkan proses TI, organisasi dan hubungannya
PO5. Mengelola investasi TI
PO6. Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen
PO7. Mengelola sumber daya manusia TI
PO8. Menjaga kualitas
PO9. Menilai dan mengatur resiko
PO10. Mengelola proyek
2. Acquire and
Implement
(AI)
AI1. Mengidentifikasi solusi-solusi otomatis
AI2.Mendapatkan dan memelihara perangkat lunak
aplikasi
AI3.Mendapatkan dan memelihara infrastruktur teknologi
AI4. Menjalankan operasi dan menggunakannya
AI5. Pengadaan sumberdaya TI
47
AI6. Mengelola perubahan
AI7.Meng-install dan mengakreditasi solusi dan
perubahan
3. Delivery and
Support (DS)
DS1. Mengdefinisikan dan mengatur tingkat pelayanan
DS2. Mengatur pelayanan bagi pihak ketiga
DS3. Mengatur kinerja dan kapasitas
DS4. Memastikan pelayanan yang berkelanjutan
DS5. Memastikan keamanan sistem
DS6. Mengidentifikasi dan mengalokasikan biaya
DS7. Mendidik dan melatih user
DS8. Mengelola bantuan layanan dan insiden
DS9. Pengaturan konfigurasi
DS10. Mengatur masalah
DS11. Mengatur data
DS12. Mengatur lingkungan
DS13. Mengatur operasi
4. Monitor and
Evaluation
(ME)
ME1. Monitor dan evaluasi kinerja TI
ME2.Memonitor dan mengevaluasi pengendalian internal
ME3. Memastikan pemenuhan kebutuhan dengan syarat
dari luar
ME4. Penyediaan untuk tata kelola TI
Sumber : Gondodiyoto (2007, p160)
48
2. Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 (tiga ratus delapan belas) tujuan pengendalian
yang bersifat rinci (detailed control objective) untuk membantu para
auditor dalam memberikan management assurance dan atau saran
perbaikan.
3. Management Guidelines
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja
yang mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut:
- Sejauh mana TI anda harus bergerak, dan apakah biaya TI yang
dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya?
- Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus?
- Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat
mencapai sukses (critical success factors)?
- Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai
sasaran yang ditentukan?
- Bagaimana dengan perusahaan lainnya, apa yang mereka lakukan?
- Bagaimana Anda mengukur keberhasilan dan bagaimana pula
membandingkannya?
Konsep dari kerangka kerja COBIT adalah bahwa pengendalian
terhadap sistem informasi dapat dilakukan dengan cara menentukan
informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mendukung business
objectives. Setelah informasi ditentukan, kemudian dilakukan
49
pengendalian terhadap informasi tersebut. Pengendalian atas informasi
tentang sumber daya yang terkait dalam proses sistem informasi akan
didukung oleh sumber daya TI (IT Resources). Dimana sumber daya
TI dikelola oleh proses TI (IT Processes) untuk mencapai tujuan TI
agar dapat menanggapi kebutuhan bisnis. Berikut merupakan matrix
relasi antara IT Goals dan Business Goals COBIT 4.1:
Gambar 2.7 Matrix Relasi IT Goals dan Business Goals Sumber: ITGI (2010, p178)
Berikut merupakan matrix relasi IT Goals dengan proses-proses yang
ada setiap domain COBIT 4.1:
50
Gambar 2.8 Matrix Relasi IT Goals dan Proses-Proses di setiap Domain Sumber: ITGI (2010, p179)
Secara keseluruhan, COBIT dapat dipandang sebagai sebuah kubus
yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu:
1. Information Criteria
Tujuh kriteria informasi yang menjadi perhatian dalam COBIT
adalah:
• Efektivitas (Effectiveness)
Menitikberatkan pada sejauh mana efektifitas informasi dikelola
dari data-data yang diproses oleh sistem informasi yang dibangun.
51
• Efisiensi (Efficiency)
Menitikberatkan pada sejauh mana efisiensi investasi terhadap
informasi yang diproses oleh sistem.
• Kerahasiaan (Confidentiality)
Menitikberatkan pada pengelolaan kerahasiaan informasi secara
hierarki.
• Keterpaduan (Integrity)
Menitikberatkan pada integritas data/informasi dalam sistem.
• Ketersediaan (Availability)
Menitikberatkan pada ketersediaan data atau informasi dalam
sistem informasi.
• Kepatuhan pada kebijakan atau aturan (Compliance)
Menitikberatkan pada kesesuaian data atau informasi dalam
sistem informasi.
• Kehandalan informasi (Reliability)
Menitikberatkan pada kemampuan/ketangguhan sistem informasi
dalam pengelolaan data/informasi.
2. IT Resources
IT Resources adalah sumber daya yang berkaitan dengan teknologi
informasi. IT Resource terdiri dari empat hal, yaitu :
1. Application
Meliputi aplikasi untuk mengelola informasi dalam menjalankan
proses bisnis
52
2. Information
Merupakan data yang diinput, diproses, dan dihasilkan oleh sistem
informasi yang digunakan untuk kebutuhan bisnis.
3. Infrastructure
Merupakan teknologi dan fasilitas (seperti hardware, sistem
operasi, sistem manajemen database, jaringan, multimedia) yang
mendukung proses aplikasi.
4. People
Merupakan personil yang dibutuhkan untuk merencanakan,
mengorganisasi, memperoleh, mengimplementasi, men-deliver,
mendukung, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan layanan
informasi. Personil dapat berasal dari internal perusahaan,
outsource maupun kontrak.
3. IT Processes
Kerangka kerja COBIT menyediakan referensi pada proses agar
setiap orang didalam perusahaan dapat me-manage operasi TI.
Setiap operasi yang dikerjakan TI, sebagaimana keseluruhan
operasi yang tersedia pada proses inti, harus diintegrasikan kedalam
perencanaan yang ada. Perencanaan dan sruktur organisasi yang
telah ada dapat digunakan, tergantung atas kondisi dari setiap
operasi tersebut. Kemudian, operasi akan diimplementasi dan
dilakukan tindakan pencegahan yang dilakukan terus menerus.
53
Gambar 2.9 Kubus COBIT Sumber: ITGI (2010, p29)
2.2.15 Maturity Model
Maturity model digunakan sebagai metric untuk mengukur tingkat
pengembangan sistem informasi. Maturity model untuk setiap proses
COBIT, digunakan untuk mengidentifikasi:
1. Kinerja aktual perusahaan – Dimana perusahaan saat ini
2. Status industri yang terkini – Sebagai perbandingan
3. Target peningkatan perusahaan – Posisi yang ingin dicapai perusahaan
Menurut ITGI (2010, p23), kapabilitas proses manajemen tidak
sama untuk setiap proses kinerja. Kapabilitas yang diperlukan ditentukan
oleh tujuan bisnis dan tujuan TI. Untuk mengukur kapabilitas kinerja TI,
COBIT menggunakan lima level maturity model:
54
• Skala 0 : Non-existent
Tidak ada proses TI yang diidentifikasi. Perusahaan tidak mengetahui
adanya masalah.
• Skala 1 : Initial/Ad Hoc
Terdapat bukti bahwa perusahaan sudah menyadari adanya masalah
yang perlu dibahas. Dan bagaimanapun juga perusahaan belum
memliki standarisasi proses. Ada pendekatan khusus (ad hoc) yang
diterapkan per kasus. Pendekatan manajemen secara keseluruhan
belum terorganisasi.
• Skala 2 : Repeatable but Intuitive
Perusahaan sudah memiliki prosedur dalam proses teknologi
informasi. Namun tidak ada pelatihan dan komunikasi tentang standar
prosedur. Tanggung jawab terhadap proses teknologi informasi
dibebankan pada setiap individu. Dan tingkat ketergantungan pada
pengetahuan individu sangat tinggi sehingga sering terjadi kesalahan.
• Skala 3 : Defined Process
Prosedur sudah distandarisasi, didokumentasikan dan dikomunikasikan
melalui pelatihan. Prosedur yang dibuat tidak rumit, hanya merupakan
formalisasi praktek yang sudah ada.
• Skala 4 : Managed and Measurable
Manajemen melakukan pemantauan dan pengukuran prosedur yang
ada dan mengambil aksi apabila terdapat proses yang tidak berjalan
secara efektif. Proses yang ada sudah berjalan dengan baik dan
55
mengalami perbaikan. Otomatisasi dan perangkat teknologi digunakan
secara terbatas.
• Skala 5 : Optimised
Proses yang ada telah disempurnakan ke tingkat praktek yang lebih
baik, berdasarkan hasil perbaikan terus menerus. TI digunakan secara
terintegrasi untuk mengotomatisasi proses kerja, menyediakan alat
untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas serta membuat
perusahaan mudah beradaptasi.
Berikut adalah gambar skala maturity model COBIT:
Gambar 2.10 Maturity Model (ITGI, 2010)
Terdapat 5 (lima) jenis kemungkinan respon, dikaitkan dengan
maturity model yang direkomendasikan oleh COBIT (skala 0 – 5).
Responden akan memilih tingkat aktivitas yang sesuai dengan kondisi
perusahaan saat ini. Maturity model akan membantu para professional
56
menjelaskan ke para manajer tentang kekurangan manajemen TI dan
menetapkan target yang mereka perlukan. Tingkatan maturity akan
dipengaruhi oleh sasaran bisnis perusahaan dan operasi lingkungan.
Pemetaan posisi tiap proses sistem informasi perusahaan terhadap
maturity model dibuat berdasarkan hasil dari respon yang diperoleh.
Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks adalah:
Indeks = ∑ (Jumlah Nilai Jawaban)
∑ (Pertanyaan Kuesioner)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Djatmiko (2007), skala
pembulatan indeks bagi pemetaan ke tingkat maturity model adalah
sebagai berikut:
• 0.00 – 0.49 berada pada tingkat 0 (Non-Existent)
• 0.50 – 1.49 berada pada tingkat 1 (Initial/Ad Hoc)
• 1.50 – 2.49 berada pada tingkat 2 (Repeatable but Intuitive)
• 2.50 – 3.49 berada pada tingkat 3 (Defined Process)
• 3.50 – 4.49 berada pada tingkat 4 (Managed and Measurable)
• 4.50 – 5.00 berada pada tingkat 5 (Optimised)
2.3 Kerangka Pikir
Berikut ini merupakan sebuah bagan yang dapat digunakan untuk membantu
dan menggambarkan kerangka pemikiran dalam penyusunan skripsi ini:
57
Gambar 2.11 Kerangka Pikir
Analisa: • Proses bisnis • Analisa masalah
Perspektif Visi Misi Inventory
Business Goals
Target Maturity Level
Pengumpulan Data: • Kuesioner • Wawancara • Observasi
Melakukan Pengukuran
Hasil Maturity Level VS Target Maturity Level
GAP
Temuan
Rekomendasi Usulan
Proses Bisnis VS Business Goals
IT Goals
58
• Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan analisa terhadap proses
bisnis inventory yang sedang berjalan saat ini. Setelah memahami proses bisnis
yang ada, maka dilakukan identifikasi dan analisa masalah-masalah yang terjadi
di inventory tersebut.
• Setelah memahami proses bisnis yang sedang berjalan saat ini, maka akan
dilanjutkan dengan memahami visi misi dari inventory. Proses bisnis, visi dan
misi inventory akan dijadikan landasan untuk menentukan perspektif yang akan
dibahas dalam penulisan skripsi ini, dimana ada terdapat empat perspektif yaitu
financial perspective, customer perspective, internal perspective dan learning
and growth perspective.
• Pada saat menentukan perspektif yang dibahas, ditentukan juga tingkat maturity
level yang diharapkan oleh perusahaan pada sistem Oracle EBS. Selanjutnya,
ditentukan business goals yang dibahas pada penulisan skripsi ini, yaitu business
goals yang sesuai dengan proses bisnis inventory.
• Dari business goals yang telah dipilih, maka akan menentukan IT goals yang
sesuai dengan business goals tersebut. Pemilihan IT goals ini disesuaikan dengan
standar yang telah ditentukan oleh COBIT 4.1.
• Kemudian akan dilakukan analisa proses-proses mana saja didalam IT goals
tersebut yang sesuai dengan standar COBIT 4.1 yang akan dibahas didalam
penulisan ini. Kriteria pemilihan proses tersebut adalah proses yang berhubungan
dengan inventory.
• Setelah mengetahui proses-proses yang akan dianalisa, maka selanjutnya adalah
mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk melakukan analisa sesuai
dengan standar COBIT 4.1. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan
59
menggunakan kuesioner, wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait
dan observasi langsung.
• Data-data yang telah diperoleh itu kemudian diukur tingkat maturity level-nya
sesuai dengan standar yang diberikan oleh COBIT 4.1. Kemudian, akan dilihat
apakah terdapat gap antara target level yang diinginkan oleh perusahaan dengan
level yang dicapai saat ini.
• Apabila terdapat gap dari hasil pengukuran tersebut, maka akan dijelaskan
temuan-temuan masalah atau ketidaksesuaian dengan standar yang menyebabkan
munculnya gap tersebut.
• Dari hasil tersebut akan diberikan rekomendasi usulan yang sesuai, baik dalam
hal perbaikan untuk meminimalkan gap yang ada maupun untuk perkembangan
ke level yang lebih tinggi.