BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1...

43
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntasi Menurut Jones & Rama ( 2003 , p5), sistem informasi akuntansi adalah sebuah subsistem dari sebuah sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan finansial, juga informasi lain yang didapatkan dari proses rutin transaksi akuntansi. Menurut Moscove, Simkin, & Bagranoff (2001 , p7), sebuah sistem informasi akuntansi adalah sebuah subsistem informasi dalam organisasi yang mengumpulkan informasi dari berbagai subsistem dalam perusahaan dan mengkomunikasikannya pada subsistem pemrosesan informasi perusahaan. Sistem informasi akuntansi ( Wilkinson et al, 2000, p7) adalah struktur terpadu dalam sebuah perusahaan, seperti firma, yang memberdayakan sumber daya fisik dan komponen lain untuk merubah data ekonomis menjadi informasi akuntansi, dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan beragam pengguna terhadap informasi. Berdasarkan pendapat-pendapat yang ada, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sebuah subsistem yang terstruktur dari Sistem Informasi Manajemen dalam sebuah perusahaan, yang mengumpulkan informasi dari berbagai 7

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Akuntansi

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntasi

Menurut Jones & Rama ( 2003 , p5), sistem informasi akuntansi

adalah sebuah subsistem dari sebuah sistem informasi manajemen yang

menyediakan informasi akuntansi dan finansial, juga informasi lain yang

didapatkan dari proses rutin transaksi akuntansi.

Menurut Moscove, Simkin, & Bagranoff (2001 , p7), sebuah

sistem informasi akuntansi adalah sebuah subsistem informasi dalam

organisasi yang mengumpulkan informasi dari berbagai subsistem dalam

perusahaan dan mengkomunikasikannya pada subsistem pemrosesan

informasi perusahaan.

Sistem informasi akuntansi ( Wilkinson et al, 2000, p7) adalah

struktur terpadu dalam sebuah perusahaan, seperti firma, yang

memberdayakan sumber daya fisik dan komponen lain untuk merubah

data ekonomis menjadi informasi akuntansi, dengan tujuan untuk

memuaskan kebutuhan beragam pengguna terhadap informasi.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang ada, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sebuah

subsistem yang terstruktur dari Sistem Informasi Manajemen dalam

sebuah perusahaan, yang mengumpulkan informasi dari berbagai

7

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

8

subsistem perusahaan dan merubahnya menjadi informasi akuntansi,

untuk memenuhi kebutuhan pengguna terhadap informasi.

2.1.2 Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Jones dan Rama (2003, p6-8), sistem informasi

akuntansi memiliki 5 kegunaan :

• Memproduksi laporan yang dibutuhkan untuk investor, kreditor,

bagian pajak, dan lain-lain.

• Membantu manajer untuk mengatasi aktivitas operasi rutin selama

siklus operasi perusahaan berjalan.

• Diperlukan untuk mendukung keputusan pada setiap level dari sebuah

organisasi.

• Sebagai perencanaan dan kontrol.

• Mengimplementasikan kontrol internal yang digunakan untuk

melindungi asset dari kerugian dan mempertahankan akurasi data

keuangan.

2.1.3 Siklus Proses Transaksi Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Jones dan Rama (2003, p19), siklus proses transaksi

sistem informasi akuntansi ialah :

• Siklus akuisisi (pembelian) mengacu pada proses dari pembelian

barang dan jasa.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

9

• Siklus konversi mengacu pada proses dari transformasi dari bahan

baku menjadi barang jadi atau jasa.

• Siklus pendapatan mengacu pada proses dari menyediakan barang-

barang dan jasa kepada konsumen.

2.1.4 General Ledger dan kaitannya dengan siklus proses sistem informasi

akuntansi

Menurut Moscove, Simkin, & Bagranoff (2001, p103), general

ledger adalah kumpulan informasi moneter yang detil mengenai aset,

kewajiban, modal pemilik, pendapatan dan beban dari organisasi.

Fungsi general ledger (Wilkinson, 2000, p380) ialah :

1. Untuk mencatat semua transaksi akuntansi secara akurat

2. Untuk memposting transaksi-transaksi tersebut pada akun yang sesuai

3. Untuk menjaga keseimbangan debit dan kredit pada akun-akun

tersebut

4. Mengakomodasi pencatatan jurnal penyesuaian

5. Membuat laporan keuangan yang handal dan tepat waktu pada setiap

periode akuntansi

Aktivitas yang ada pada general ledger (Romney dan Steinhart,

2006, p525-528)

1 Update

2 Memposting jurnal penyesuaian

3 Menyiapkan laporan keuangan

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

10

4 Menghasilkan laporan manajerial

Menurut Wilkinson ( 2000, p384-385), Sumber Input General

Ledger pada suatu perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai transaksi

rutin, nonrutin, penyesuaian, pembalik, dan penutup. Tipe ini dapat

dipecah lagi menjadi:

a. Transaksi rutin eksternal

Timbul selama periode akuntansi dari pertukaran dengan pihak

independen yang berada dalam lingkungan sekitar.

b. Transaksi rutin internal

Timbul selama periode akuntansi dari aktivitas internal.

c. Transaksi nonrutin

Biasanya timbul dari sebab yang tidak biasa dan internal dalam

periode akuntansi dari aktivitas nonrutin.

d. Penyesuaian

Biasanya timbul pada akhir periode akuntansi (walaupun beberapa

timbul selama periode dan tidak berulang).

e. Pembalik

Dimasukkan pada awal periode akuntansi untuk membalik efek dari

penyesuaian yang dibuat pada akhir periode akuntansi sebelumnya.

f. Penutup

Memindahkan jumlah yang ada pada akun sementara ke dalam akun

modal pemilik yang sesuai.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

11

Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p126), kaitan antara

siklus sistem informasi akuntansi dengan general ledger ialah :

Gambar 2.1.4 : Hubungan sistem General Ledger – Reporting

dengan siklus sistem informasi akuntansi

Pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa semua siklus akan

mengarah kepada sebuah siklus pelaporan keuangan yang didalamnya

terdapat general ledger.

2.2 Sistem Pengendalian Intern

2.2.1 Pengertian Pengendalian Intern

Berdasarkan pendapat Mulyadi (2001, p163) sistem pengendalian

intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang

Cost and goods manufacture

Wages & salary expenses

Budget number

Budget

Cash Disbursements

Cash Receipts

Sales

Purchase

Investing Activity Journal Entries

Report

Financing Activity Journal Entries

General Ledger

Revenue Cycle

Production Cycle

Expenditure Cycle

Budget Director

Treasure Manager External User

Controller

Human Resource

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

12

dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian

dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong

dipatuhinya kebijakan manajemen.

Definisi dari laporan COSO (COSO dalam Moscove et al 2001,

p211) mengutarakan bahwa pengendalian intern adalah sebuah proses

yang dibuat oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lain dalam

suatu perusahaan, didesain untuk menyediakan jaminan yang wajar

mengenai pencapaian tujuan dalam kategori berikut – efektifitas dan

efisiensi operasi, keandalan laporan finansial, dan ketaatan dengan

undang-undang dan peraturan yang berlaku.

2.2.2 Tujuan / Kegunaan Pengendalian Intern

Menurut Moscove, Simkin dan Bagranoff (2001, p210-212)

sebuah pengendalian intern terdiri dari berbagai metode dan pengukuran

yang didesain dan diimplementasikan dalam sebuah sistem organisasi

untuk mencapai empat tujuan , yaitu:

1. Menjaga aset

2. Memeriksa keakuratan dan keandalan data akuntansi

3. Mendorong efisiensi operasional

4. Mendorong ketaatan pada kebijakan yang dibuat manajemen

2.2.3 Komponen Pengendalian Intern

Menurut Moscove, Simkin, dan Bagranoff (2001, p213), laporan

COSO menyebutkan bahwa sistem pengendalian intern harus

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

13

mengandung lima komponen yang saling berhubungan satu sama lain,

yaitu:

1. Lingkungan pengendalian

2. Identifikasi resiko

3. Aktivitas pengendalian

4. Informasi dan komunikasi

5. Monitoring

2.2.4 Sistem pengendalian intern pada sistem berbasis komputer

Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006 , p250), sistem

pengendalian intern pada sistem berbasis komputer dapat diklasifikasikan

menjadi dua kategori :

1. Pengendalian perspektif manajemen atau general control

General Control adalah sistem pengendalian intern komputer yang

berlaku umum meliputi seluruh kegiatan komputerisasi sebuah

organisasi secara menyeluruh.

2. Pengendalian aplikasi atau application control

Application Control adalah sistem pengendalian intern pada sistem

informasi berbasis teknologi informasi yang berkaitan dengan

pekerjaan atau kegiatan atau aplikasi tertentu.

2.2.4.1 Pengendalian Perspektif Manajemen atau General Control

Kerangka pengendalian perspektif manajemen

(Gondodiyoto dan Hendarti, 2006, p262-303) terdiri dari :

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

14

a. Top Management Control

Pengendalian pucuk pimpinan (top management

control) adalah sistem pengendalian intern yang ada pada

suatu organisasi yang mendorong keterlibatan, kepedulian dan

tanggungjawab pucuk pimpinan organisasi terhadap kegiatan

teknologi informasi pada organisasi tersebut, berikut semua

konsekuensi, dampak dan syarat-syarat yang harus dipenuhi

demi berjalannya sistem secara memadai.

b. System Development Management Control

Pengendalian pengembangan dan pemeliharaan sistem

diperlukan untuk mencegah dan mendeteksi kemungkinan

kesalahan pada waktu pengembangan dan pemeliharaan

sistem (systems development / maintainance), serta untuk

memperoleh keyakinan memadai bahwa sistem berbasis

teknologi informasi dikembangkan dan dipelihara dengan cara

yang efisien dan melalui proses otorisasi yang semestinya.

c. Data Resource Management Control

Didalam suatu sistem berbasis teknologi informasi,

pengendalian atas manajemen sumber data (data resources

management) yang baik adalah user harus dapat berbagi data,

data harus tersedia untuk digunakan (kapan saja, dimana pun,

dan dalam bentuk apapun), harus menjamin adanya sistem

penyimpanan yang efisien, data harus dimodifikasi dengan

mudah oleh yang berwenang sesuai dengan kebutuhan user.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

15

d. Quality Assurance Management Control

Management quality assurance berkonsentrasi untuk

memastikan bahwa sistem informasi yang dihasilkan oleh

fungsi sistem informasi mencapai suatu standar kualitas yang

dapat diterima; dan juga pengembangan, implementasi,

operasional serta maintenance terhadap sistem informasi harus

tunduk kepada standar kualitas yang telah ditetapkan.

e. Operation Management Control

Operation management control merupakan jenis

pengendalian intern yang didesain untuk menciptakan

kerangka kerja organisasi, pendayagunaan sumber-daya

informasi, dan pembagian tugas yang baik bagi suatu

organisasi yang menggunakan sistem berbasis teknologi

informasi.

Pengendalian manajemen operasi dapat diterapkan

dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Pemisahan fungsi

Pemisahan fungsi didesain untuk memastikan bahwa

fungsi-fungsi yang tidak sejalan (atau seharusnya saling-

cek), seperti : fungsi analisis / desain dan pemrograman,

dengan operasi komputer (mencakup penyiapan transaksi,

otorisasi, proses entri, dan pelaporan) telah dipisahkan.

Terdapat dua jenis pemisahan fungsi, yaitu pemisahan

fungsi departemen teknologi informasi dengan non

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

16

teknologi informasi, dan pemisahan fungsi di dalam

departemen teknologi informasi.

2. Pengendalian personil

Pengendalian personil yang efektif dapat diindikasikan

oleh hal-hal berikut ini :

a. Adanya prosedur penerimaan dan pemilihan pegawai.

b. Adanya peningkatan keahlian melalui pelatihan yang

berhubungan dengan bidang tugasnya.

c. Adanya evaluasi atas pekerjaan.

d. Administrasi atas gaji dan prosedur promosi yang

jelas.

e. Penggunaan uraian tugas (job description).

f. Pemilihan dan pelatihan pegawai.

g. Supervisi dan penilaian.

h. Penggiliran pekerjaan dan keharusan mengambil cuti.

3. Pengendalian perangkat keras

Pengendalian perangkat keras didesain untuk memastikan

bahwa perangkat komputer aman dari kerusakan yang

disebabkan oleh faktor manusia maupun lingkungan.

Beberapa jenis pengendalian perangkat keras yang dapat

diterapkan untuk menjaga keamanan perangkat komputer

adalah mencakup :

a. Pengawasan terhadap akses fisik

b. Pengaturan lokasi fisik

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

17

c. Penggunaan alat pengaman

d. Pengendalian operasional perangkat keras

4. Pengendalian perangkat lunak

Pengendalian perangkat lunak didesain untuk memastikan

keamanan dan keandalan sistem. Pengendalian ini

dilakukan dengan cara mengawasi penggunaan program

dan mencegah akses oleh pihak yang tidak berwenang.

Beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengendalian

perangkat lunak sistem adalah dengan pemakaian prosedur

log-on dan pengendalian terhadap ancaman serangan

virus.

Secara garis besar manajemen operasi bertanggung jawab

terhadap hal-hal sebagai berikut :

1. Pengoperasian komputer

2. Pengoperasian jaringan

3. Persiapan dan pengentrian data

4. Pengendalian produksi

f. Security Management Control

Pengendalian manajemen keamanan (security

management control) ialah pengendalian intern untuk

menjamin agar aset sistem informasi tetap aman. Aset sumber-

daya informasi mencakup fisik (perangkat mesin dan fasilitas

penunjangnya) serta aset tak berujud (non fisik, misalnya data

/ informasi, dan program aplikasi komputer).

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

18

Beberapa alasan dibutuhkan keamanan informasi :

1. Semakin banyak informasi yang telah dikumpulkan,

disimpan dan diakses melalui jaringan sistem informasi

yang tersebar luas membutuhkan penanganan yang lebih

cermat dan aman.

2. Perubahan teknologi secara cepat menciptakan kemudahan

untuk dapat berinteraksi tetapi di satu sisi ikut pula

meningkatkan resiko rentan untuk mudah diserang

(misalnya melalui email yang disusupi virus).

3. Penggunaan komputer personal yang semakin banyak di

kantor dan di rumah juga berperan untuk mudah / rentan

terhadap serangan ke komputer besar (mainframe /

minicomputer) karena sistem yang terbuka (open system).

Dengan prinsip yang terbuka ini, setiap komputer personal

akan mudah dikenali (misalnya dari alamat IP-nya, siapa

penggunanya, dan aplikasi apa saja yang ada di dalam

komputer tersebut).

Adapun ancaman utama terhadap keamanan dapat

bersifat karena alam, oleh manusia yang bersifat kelalaian

maupun kesengajaan, antara lain :

1. Ancaman kebakaran

Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk ancaman

kebakaran adalah :

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

19

a. Memiliki alarm kebakaran otomatis yang diletakkan

pada tempat dimana aset-aset sistem informasi berada.

b. Memiliki tabung kebakaran yang diletakkan pada

lokasi yang mudah diambil.

c. Memiliki tombol power utama (termasuk AC).

d. Gedung tempat penyimpanan aset sistem informasi

dibangun dari bahan tahan api.

e. Memiliki pintu/tangga darurat yang diberi tanda

dengan jelas sehingga karyawan dengan mudah

menggunakannya.

f. Prosedur pemeliharaan gedung yang baik menjamin

tingkat polusi rendah disekitar aset sistem informasi

yag bernilai tinggi. Contoh : ruang komputer

dibersihkan secara teratur dan kertas untuk printer

diletakkan di ruang yang terpisah.

g. Untuk mengantisipasi ancaman kebakaran diperlukan

pengawasan rutin dan pengujian terhadap sistem

perlindungan kebakaran untuk dapat memastikan

bahwa segala sesuatunya telah dirawat dengan baik.

2. Ancaman banjir

Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk ancaman banjir:

a. Usahakan bahan untuk atap, dinding dan lantai yang

tahan air.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

20

b. Menyediakan alarm pada titik strategis dimana

material aset sistem informasi diletakkan.

c. Semua material aset sistem informasi ditaruh di tempat

yang tinggi.

d. Menutup peralatan hardware dengan bahan yang tahan

air sewaktu tidak digunakan.

3. Perubahan tegangan sumber energi

Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi perubahan

tegangan sumber energi listrik, misalnya menggunakan

stabilizer ataupun uninteruptable power supply (UPS)

yang memadai yang mampu meng-cover tegangan listrik

jika tiba-tiba turun.

4. Kerusakan struktural

Kerusakan struktural terhadap sistem informasi yang dapat

terjadi karena adanya gempa, angin, salju. Beberapa

pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi kerusakan

struktural misalnya adalah memilih lokasi perusahaan

yang jarang terjadi gempa dan angin ribut.

5. Polusi

Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk mengatasi

polusi, misalnya situasi kantor yang bebas debu atau tidak

memperbolehkan membawa binatang peliharaan. Atau

dengan melarang karyawan membawa/meletakkan

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

21

minuman di dekat peralatan komputer. Contoh lain ialah

tong sampah yang secara teratur dibersihkan.

6. Penyusup

Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi penyusup

dapat dilakukan dengan penempatan penjaga dan

penggunaan alarm.

7. Virus

Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi virus

meliputi tindakan :

a. Preventif, seperti meng-install anti virus dan meng-

update secara rutin, melakukan scan file yang akan

digunakan.

b. Detektif, melakukan scan secara rutin.

c. Korektif, memastikan backup data bebas virus,

pemakaian antivirus terhadap file yang terinfeksi.

8. Hacking

Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi

hacking :

a. Penggunaan kontrol logikal seperti penggunaan

password yang sulit untuk ditebak.

b. Petugas keamanan secara teratur memonitor sistem

yang digunakan.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

22

2.2.4.2 Pengendalian Aplikasi atau Application Control

Kerangka kontrol aplikasi (Weber, 1999, p365) terdiri dari :

a. Boundary controls

Boundary controls mempunyai 3 tujuan yaitu :

1) Untuk memastikan bahwa pemakai komputer adalah orang

yang memiliki wewenang.

2) Untuk memastikan bahwa identitas yang diberikan oleh

pemakai adalah benar.

3) Untuk membatasi tindakan yang dapat dilakukan oleh

pemakai untuk menggunakan komputer ketika melakukan

tindakan otorisasi.

Beberapa jenis kontrol pada boundary control yaitu

1) Cryptograpic control

Kontrol ini dirancang untuk mengamankan data pribadi

dan untuk menjaga modifikasi data oleh orang yang tidak

berwenang, cara ini melakukan dengan mengacak data

sehingga tidak memiliki arti bagi orang yang tidak dapat

menguraikan data tersebut.

2) Access control

Kontrol akses melarang pemakaian komputer oleh orang

yang tidak berwenang, membatasi tindakan yang dapat

dilakukan oleh pemakai, dan memastikan bahwa pemakai

hanya memperoleh sistem komputer yang asli. Salah satu

mekanisme fungsi kontrol akses ialah dengan melakukan

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

23

identifikasi dan autentifikasi yaitu pemakai

mengidentifikasi dirinya sendiri pada mekanisme kontrol

akses dengan menginformasikan nama atau nomor

account. Informasi identifikasi ini membuat mekanisme

dapat mencari dari file mereka tentang keotentikan dari

pemakai tersebut.

b. Input controls

Input controls merupakan hal yang sangat penting didalam

melakukan audit, alasannya ialah :

1) Pada sistem informasi, kontrol yang besar jumlahnya

adalah pada subsistem input, sehingga auditor harus

memberikan perhatian yang lebih kepada keandalan input

kontrol yang ada.

2) Kegiatan subsistem input melibatkan jumlah kegiatan

yang besar dan rutin dan merupakan kegiatan yang

monoton sehingga dapat menyebabkan terjadinya

kesalahan.

3) Subsistem input seringkali merupakan target fraud, banyak

kegiatan yang tidak seharusnya dilakukan seperti

penambahan, penghapusan.

Beberapa komponen yang harus diperhatikan terkait dengan

input kontrol yaitu :

1) Metode input data

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

24

Menyangkut bagaimana sistem informasi mendapatkan

data untuk diinput. Data dapat diinput secara langsung

(dengan touch screen, joystick) maupun tidak langsung,

(melalui medium seperti image reader atau keyboarding).

2) Desain dokumen sumber

Menyangkut mengenai bagaimana penginputan data

dengan penggunaan dokumen sumber serta desain

dokumen sumber yang baik.

3) Rancangan tampilan data entry

Berbicara mengenai perancangan layar yang baik bagi

penginputan, agar tidak terjadi kesalahan input dan

mencapai subsistem input yang efektif dan efisien.

Rancangan tampilan meliputi beberapa hal yaitu :

a. Pengaturan Layar

b. Desain Caption atau nama field

c. Desain Field untuk Data entry

d. Tabbing dan Skipping

e. Warna

f. Respons Time

g. Display Rate

h. Prompting dan Help Facilities

4) Kontrol kode data

Pengendalian ini bertujuan untuk mengidentifikasi entitas

sebagai sebuah anggota dari sebuah kelompok atau

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

25

rangkaian, serta untuk membantu pengidentifikasian

dengan bantuan kode. 5 faktor yang mempengaruhi error

terhadap pemasukan kode :

a. Panjang kode (length of code)

Kode yang lebih panjang biasanya akan memperbesar

kemungkinan kesalahan dalam penginputan data.

Menurut Miller (1956), manusia hanya bisa menghafal

hingga 9 digit kode, lebih dari itu akan memperbesar

kemungkinan terjadinya kesalahan input

b. Campuran alfabet dengan angka (alphabetic /numeric

mix)

Jika karakter numerik dan alfabet akan dicampur

dalam kode, maka kemungkinan kesalahan akan lebih

kecil jika alphabet dan angka dikelompokkan masing-

masing. Misalnya : KBH178 akan lebih mudah diinput

dibanding K7B8H1

c. Pemilihan karakter (choice of character)

Akan lebih baik untuk menghindari karakter B,I,O,S,V

dan Z karena mereka akan dibingungkan dengan angka

8,1,0,5,U dan 2

d. Campuran uppercase/lowercase fonts

Jika terdapat campuran antara huruf besar dan kecil,

maka akan lebih susah untuk diinput, karena penginput

harus menekan tombol shift

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

26

e. Penebakan karakter (predictabilty of character

sequence)

Beberapa karakter akan mudah ditebak dari pada yang

lain, misalnya karakter THE akan lebih mudah ditebak

daripada ZXQ

5) Check digits

Merupakan pengendalian untuk memastikan pemasukan

angka atau kode secara akurat

6) Batch controls

Merupakan pengendalian yang mengatur pengumpulan

transaksi yang saling berhubungan satu sama lain

7) Validasi dari data input

Merupakan pengendalian yang membahas mengenai

validasi data segera sesudah setelah dibuat dan sedekat

mungkin dengan sumbernya.

8) Penginputan Instruksi

Merupakan pengendalian yang mengatur penginputan

instruksi yang diinginkan user dijalankan oleh aplikasi

9) Validasi dari instruksi input

Merupakan pengendalian yang mengatur validasi

mengenai penginputan instruksi yang akan dijalankan

aplikasi

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

27

10) Existence Controls

Merupakan pengendalian mengenai pemulihan file master

yang dimiliki aplikasi ketika data master rusak atau

terkorupsi

c. Communication controls

Tujuan dilakukannya communication controls ialah :

1) Kerusakan transmisi dapat mengakibatkan data yang

dikirim berbeda dengan data yang diterima.

2) Data dapat hilang atau corrupted karena kerusakan

komponen.

3) Pihak musuh dapat melakukan sabotase terhadap data

yang dikirim pada subsistem.

d. Processing controls

Processing controls melindungi, mendeteksi dan mengkoreksi

error dari data yang diterima dari subsistem input atau

subsistem komunikasi untuk dikirim kepada subsistem

database, komunikasi atau output.

e. Database controls

Database controls dilakukan untuk menjaga akses oleh orang

yang tidak berwenang dan penggunaan data oleh orang yang

tidak bertanggung jawab.

f. Output controls

Output controls dilakukan untuk melindungi isi dari data yang

akan disampaikan kepada pemakai baik itu secara hardcopy

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

28

maupun softcopy. Kontrol yang terdapat didalam output

control ini ialah dengan inference control. Kontrol inference

terdiri dari 2 kontrol yang digunakan untuk mencegah

kompromi yaitu :

1) Restriction control

Merupakan satu rangkaian tanggapan yang diberikan

kepada pemakai untuk memberikan proteksi terhadap data

konfidensial tentang individu yang datanya ada pada

database.

2) Pertubation control

Merupakan kontrol yang menggunakan beberapa jenis

noise (gangguan) terhadap perhitungan statistik yang

dibuat berdasarkan record yang diambil dari database.

Batch output ialah output yang dihasilkan pada beberapa

fasilitas operasional dan sesudah itu dikirim atau disimpan

oleh custodian atau pemakai output tersebut. Kontrol terhadap

batch output dilakukan dengan tujuan untuk memastikan

bahwa laporan tersebut akurat, lengkap dan tepat waktu yang

hanya dikirim atau diserahkan kepada pemakai yang berhak.

Batch output controls terdiri dari :

1) Stationery supplies storage controls

Merupakan pengendalian yang berkaitan dengan

pembuatan, penggunaan dan penyimpanan persediaan

stationery, seperti form dan kertas untuk mencetak bukti.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

29

2) Report program execution controls

Merupakan pengendalian yang berkaitan dengan

pelaksanaan persyaratan dan batasan-batasan dalam

pencetakan laporan.

3) Printer file controls

Merupakan pengendalian yang berkaitan dengan

pengaturan lalu lintas proses pencetakan laporan jika

terdapat cukup banyak pengguna yang menggunakan

sebuah printer untuk mencetak laporan secara bersama-

sama.

4) Printing controls

Merupakan pengendalian yang bertujuan untuk

memastikan laporan dicetak pada printer yang benar,

mencegah pihak lain mengambil data yang tercetak pada

laporan, dan memastikan pengendalian yang sesuai telah

dijalankan terhadap pencetakan form.

5) Report collecion controls

Merupakan pengendalian yang mengatur pengamanan

laporan yang masih belum sampai ke tangan penerima.

6) User/client services review controls

Merupakan pengendalian yang mengatur pemeriksaan

output dari kesalahan yang mungkin timbul, sebelum

akhirnya didistribusikan kepada user.

7) Report Distribution controls

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

30

Merupakan pengedalian yang mengatur pendistribusian

laporan sehingga dapat sampai kepada penerima secara

aman dan benar.

8) User output controls

Pengendalian ini dilakukan oleh user untuk mendeteksi

kesalahan pada output dan mempunyai pelaksanaan yang

hampir sama dengan user/client services review controls.

9) Storage controls

Merupakan pengendalian yang bertujuan untuk

memastikan bahwa output tersimpan pada lingkungan

yang baik dan aman sehingga dapat memaksimalkan umur

output yang disimpan.

10) Retention controls

Merupakan pengendalian mengenai jangka waktu berapa

lama setiap tipe output dapat disimpan sampai akhirnya

output tersebut akan dihancurkan.

11) Destruction controls

Merupakan pengendalian mengenai proses penghancuran

atau pemusnahan output yang sudah melebihi jangka

waktu retention masing-masing.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

31

2.3 Audit Sistem Informasi

2.3.1 Pengertian Audit Sistem Informasi

Weber (1999,p10) menyebutkan bahwa audit sistem informasi

adalah proses mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk memastikan

apakah sebuah sistem komputer telah menjaga aset-aset,

mempertahankan integritas data, memungkinkan tujuan organisasi

tercapai secara efektif, dan menggunakan sumber daya secara efisien.

2.3.2 Metode Audit Sistem Informasi

Weber (1999, p55-57), terdapat dua metode audit yang

berhubungan dengan komputer, yaitu :

1. Audit di sekitar komputer (audit around the computer)

Audit di sekitar komputer ialah metode yang menghasilkan opini

audit melalui pemeriksaan dan evaluasi terhadap management control

dan input serta output dari sistem aplikasi. Berdasarkan kualitas input

dan output dari sistem aplikasi, auditor dapat menentukan kualitas

proses dari sistem. Proses dalam sistem aplikasi tidak diperiksa secara

langsung melainkan auditor melihat komputer sebagai black box.

Auditor dapat melakukan audit ini jika terdapat 3 karakteristik dalam

perusahaan yaitu :

a. Sistemnya sederhana dan berorientasi pada sistem batch.

b. Dalam perusahaan menggunakan paket software yang umum.

c. Fokus yang ditekankan lebih terarah kepada kontrol terhadap user

dibandingkan kontrol terhadap komputer.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

32

2. Audit melalui komputer (audit through the computer)

Audit melalui komputer ialah metode audit dimana auditor

menggunakan komputer untuk melakukan tes terhadap logika proses

dan pengendalian yang ada dalam sistem dan record yang dihasilkan

oleh sistem.

2.3.3 Prosedur Audit Sistem Informasi

Ketika auditor eksternal mengumpulkan bukti-bukti untuk

menentukan apakah terdapat kehilangan materi atau informasi finansial

material yang salah dicatat, terdapat lima tipe prosedur dalam audit

(Weber, 1999, p46-47), yaitu :

1. Prosedur untuk mendapatkan pengertian dari pengendalian

(procedures to obtain an understanding of control) : pencarian,

inspeksi, dan observasi yang dapat digunakan untuk memperoleh

pengertian dari pengendalian yang ada, seberapa baik desainnya, dan

apakah pengendalian tersebut sudah dipakai dalam operasi.

2. Uji coba pengendalian (test of control) : pencarian, inspeksi,

observasi, dan reperformance dari prosedur pengendalian dapat

digunakan untuk mengevaluasi apakah pengendalian telah berfungsi

dengan baik

3. Uji coba substantif pada detil transaksi (substantive tests of details of

transactions): uji coba ini dirancang untuk mendeteksi kesalahan

jumlah atau kejanggalan pada transaksi yang dapat mempengaruhi

laporan keuangan.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

33

4. Uji coba substantif pada detil saldo akun (substantive tests of details

of account balances): Uji coba ini berfokus pada saldo akhir buku

besar pada neraca saldo dan laporan rugi laba.

5. Prosedur review analitis (analytical review procedure) : uji coba ini

berfokus pada hubungan di antara data dengan tujuan dari area yang

membutuhkan audit tambahan.

Selain itu juga terdapat langkah-langkah dalam audit (Weber,

1999, p47-55), yaitu:

1. Perencanaan Audit (audit planning)

Perencanaan merupakan langkah pertama dari audit. Hal ini

mencakup memeriksa klien baru dan lama untuk menentukan apakah

pelaksanaan audit dapat diterima, menugaskan staf yang sesuai untuk

audit, mendapatkan surat pelaksanaan, mengetahui informasi tentang

latar belakang klien, mengetahui kewajiban legal klien, dan

melaksanakan prosedur review analisis untuk memahami bisnis klien

secara lebih baik dan mengidentifikasi area resiko dalam audit.

2. Pengujian pengendalian (test of control)

Uji coba ini dilakukan untuk melakukan penyelidikan, inspeksi, dan

observasi dari prosedur-prosedur kontrol untuk mengevaluasi apakah

sistem telah memiliki kontrol yang baik.

3. Pengujian substantif

a. Pengujian transaksi

Auditor menggunakan pengujian transaksi untuk mengevaluasi

apakah kesalahan dalam pemrosesan transaksi telah

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

34

mengakibatkan kesalahan yang material dalam pencatatan

informasi keuangan.

b. Pengujian saldo/ keseluruhan hasil

Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti yang

cukup untuk membuat keputusan akhir mengenai kehilangan atau

kesalahan pencatatan akun yang timbul ketika sistem informasi

gagal untuk menjaga aset, menjaga integritas data serta mencapai

efektifitas dan efisiensi sistem.

4. Penyelesaian audit (completion of the audit)

Membuat kesimpulan dan rekomendasi untuk dikomunikasikan pada

manajemen.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

35

Start

Persiapan kerjaaudit

Memahamipengendalian

internal

Menaksir ResikoPengendalian

Tergantungkontrol

Melakukan teskontrol

Menaksir ulangresiko

Melakukan tessubtantif

Masih tergantungkontrol?

Meningkatkanketergantungan

kontrol

Tes subtantifterbatas

Memberikan opinidan laporan audit

Stop

Tidak

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Ya

Gambar 2.3.2 : Langkah proses audit

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

36

2.3.4 Standar Audit

Standar audit sistem informasi (ISACA, 2006, p8-17) :

1. Audit charter

a. Tujuan, tanggung jawab, otoritas dan akuntabilitas dari fungsi

sistem audit informasi atau tugas audit sistem informasi harus

didokumentasikan tepat waktu dalam sebuah audit charter atau

perjanjian tertulis.

b. audit charter atau perjanjian tertulis harus disetujui dan diakui

pada sebuah level yang tepat dalam organisasi.

2. Independence

a. Independensi secara profesional

Dalam segala hal yang berhubungan dengan audit, auditor sistem

informasi harus independen dari auditee dalam sikap dan

penampilan.

b. Independensi secara organisasi

Fungsi audit sistem informasi harus independen dari area atau

aktivitas yang sedang di-review untuk mengijinkan pemenuhan

tujuan dari tugas audit.

3. Professional ethics and standards

a. Auditor sistem informasi harus taat kepada kode ISACA dari etika

profesional dalam mengadakan tugas audit.

b. Auditor sistem informasi harus melatih ketelitian hak profesional,

termasuk ketaatan pada standar profesional yang dapat

diaplikasikan, dalam mengadakan tugas audit.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

37

4. Professional competence

a. Auditor sistem informasi harus secara kompeten secara

profesional, mempunyai skill dan pengetahuan untuk mengadakan

tugas audit.

b. Auditor sistem informasi harus mempertahankan kompetensi

profesional melalui pendidikan dan pelatihan lanjutan profesional

yang cukup.

5. Planning

a. Auditor sistem informasi harus merencanakan cakupan audit

sistem informasi untuk menunjukkan tujuan audit dan kesesuain

dengan hukum yang berlaku dan standar profesional audit.

b. Auditor sistem informasi harus mengembangkan dan

mendokumentasikan sebuah pendekatan audit berbasis resiko.

c. Auditor sistem informasi harus mengembangkan dan

mendokumentasikan sebuah rencana audit yang mendaftar tujuan

dan kebiasaan detail audit, waktu dan tingkat, tujuan dan sumber

daya yang dibutuhkan.

d. Auditor sistem informasi harus mengembangkan sebuah program

dan/atau rencana audit dan menjelaskan kebiasaan, waktu dan

tingkat dari prosedur audit yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

audit.

6. Performance of audit work

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

38

a. Supervisi – Staff audit sistem informasi harus disupervisi untuk

menyediakan suatu jaminan yang masuk akal dimana tujuan audit

dapat dicapai dan standar audit yang berlaku dapat dilaksanakan.

b. Bukti – selama pembelajaran audit, auditor sistem informasi harus

memperoleh bukti yang cukup, dapat dipercaya dan relevan untuk

mencapai tujuan audit. Penemuan audit dan pemecahan harus

didukung dengan analisa yang tepat dan intepretasi dari bukti.

7. Reporting

a. Auditor sistem informasi harus menyediakan sebuah laporan,

dalam bentuk yang tepat, pada penyelesaian dari audit. Laporan

harus mengidentifikasi organisasi, penerima yang diharapkan dan

semua batasan pada sirkulasi.

b. Pelaporan audit harus menyatakan cakupan, tujuan, periode dari

cakupan dan kebiasaan, waktu dan tingkat dari pekerjaan audit

yang ditampilkan.

c. Laporan harus menyatakan penemuan, konklusi dan rekomendasi

dan segala reservasi, kualifikasi dan batasan dalam cakupan

dimana auditor sistem informasi mempunyai rasa hormat pada

audit.

d. Auditor sistem informasi harus mempunyai bukti audit yang

cukup dan tepat untuk mendukung hasil yang dilaporkan.

e. Ketika dihasilkan, laporan audit sistem informasi harus

ditandatangani, diberi tanggal dan didistribusikan menurut kepada

masa dari audit charter atau surat perjanjian.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

39

8. Follow-up activities

a. Setelah melaporkan penemuan dan rekomendasi, auditor sistem

informasi harus melakukan permintaan dan evaluasi pada

informasi yang relevan untuk mengkonklusikan apakah tindakan

yang tepat yang telah diambil oleh pihak manajemen dalam

tindakan yang tepat waktu.

9. Irregularities and illegal acts

a. Dalam perencanaan dan melakukan audit untuk mengurangi

resiko audit ke level yang lebih rendah, auditor sistem informasi

harus mempertimbangkan resiko dari ketidakberesan dan

perlakuan ilegal.

b. Auditor sistem informasi harus mempertahankan sebuah sikap

dari skeptimisme profesional selama audit, mengenali peluang

dimana pernyataan yang salah secara material pada

ketidakberesan dan perlakuan ilegal yang muncul, tidak

menghormati evaluasi auditor pada ketidakberesan dan perlakuan

ilegal.

c. Auditor sistem informasi harus memperoleh sebuah pengertian

dari organisasi dan lingkungan organisasi tersebut, termasuk

internal kontrol.

d. Auditor sistem informasi harus memperoleh bukti audit yang

cukup dan tepat untuk menentukan apakah manajemen atau pihak

dalam organisasi memiliki pengetahuan dari ketidakberesan dan

perlakuan ilegal yang terjadi, dicurigai dan yang dinyatakan.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

40

e. Ketika melakukan prosedur audit untuk memperoleh sebuah

pengertian dari organisasi dan lingkungannya, auditor sistem

informasi harus mempertimbangkan hubungan yang tidak biasa

dan tidak diharapkan yang mungkin mengindikasikan sebuah

resiko dari pernyataan yang salah secara material pada

ketidakberesan dan perlakuan ilegal yang terjadi.

f. Auditor sistem informasi harus merancang dan melakukan

prosedur untuk mencoba ketepatan dari internal kontrol dan resiko

dari manajemen yang menolak kontrol-kontrol.

g. Ketika auditor sistem informasi mengidentifikasi sebuah

pernyataan yang salah, auditor sistem informasi harus menilai

apakah pernyataan yang salah tersebut mengindikasikan sebuah

ketidakberesan atau perlakuan yang ilegal. Jika ternyata ada

sebuah indikasi, auditor harus mempertimbangkan implikasi

dalam hubungan kepada aspek lain dari audit dan dalam fakta-

fakta representasi dari manajemen.

h. Auditor sistem informasi harus memperoleh representasi tertulis

dari manajemen sedikitnya satu tahun sekali atau lebih sering

tergantung pada perjanjian audit.

i. Jika auditor sistem informasi telah mengidentifikasi sebuah

ketidakberesan atau perlakuan ilegal secara material, atau

memperoleh informasi bahwa terjadi sebuah ketidakberesan atau

perlakuan ilegal secara material, auditor sistem informasi harus

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

41

mengkomunikasikan masalah ini kepada manajemen dengan level

yang tepat dalam waktu yang tepat.

j. Jika auditor sistem informasi mengidentifikasi sebuah

ketidakberesan atau perlakuan ilegal secara material yang

melibatkan manajemen atau karyawan yang mempunyai peranan

penting dalam internal control, auditor sistem informasi harus

mengkomunikasikan masalah ini dalam waktu yang tepat kepada

pihak yang berwenang dari pemerintah.

k. Auditor sistem informasi harus menyarankan level yang tepat dari

manajemen dan pihak yang berwenang dari pemerintah pada

kelemahan yang material dalam merancang dan implementasi dari

internal kontrol untuk mencegah dan mendeteksi ketidakberesan

dan perlakuan ilegal yang menjadi perhatian auditor sistem

informasi selama audit.

l. Jika auditor sistem informasi menghadapi keadaan yang luar biasa

yang mempengaruhi kemampuan auditor sistem informasi untuk

melanjutkan pekerjaan audit karena sebuah pernyataan yang salah

secara material atau perlakuan ilegal, auditor sistem informasi

harus mempertimbangkan tanggung jawab yang legal dan

profesional yang dapat diaplikasikan dalam keadaan tersebut,

termasuk ketika ada sebuah syarat-syarat untuk auditor sistem

informasi untuk melaporkan kepada orang yang mengadakan

perjanjian atau dalam beberapa kasus kepada pihak yang

berwenang dari pemerintah .

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

42

m. Auditor sistem informasi harus mendokumentasikan semua

komunikasi, perencanaan, hasil-hasil, evaluasi dan konklusi yang

berhubungan dengan ketidakberesan secara material atau

perlakuan ilegal yang telah dilaporkan kepada manajemen, yang

berhubungan dengan pemerintah, badan regulasi dan lain-lain.

10. IT governance

a. Auditor sistem informasi harus memeriksa dan memperkirakan

apakah fungsi sistem informasi sejalan dengan misi organisasi,

visi, nilai-nilai, tujuan dan strategi.

b. Auditor sistem informasi harus memeriksa apakah fungsi audit

mempunyai sebuah pernyataaan yang jelas tentang kinerja yang

diharapkan oleh bisnis dan perkiraaan dari pencapainnya.

c. Auditor sistem informasi harus memeriksa dan memperkirakan

efektivitas dari sumber daya sistem informasi dan proses kinerja

manajemen.

d. Auditor sistem informasi harus memeriksa dan memperkirakan

pemenuhan dengan hukum, lingkungan dan kualitas informasi,

dan kebutuhan keamanan dan gadai.

e. Sebuah pendekatan berbasis resiko harus digunakan oleh auditor

sisterm informasi untuk mengevaluasi fungsi sistem informasi.

f. Auditor sistem informasi harus memeriksa dan memperkirakan

lingkungan kontrol dari organisasi.

g. Auditor sistem informasi harus memeriksa dan memperkirakan

resiko-resiko yang merugikan lingkungan sistem informasi.

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

43

11. Use of risk assesment in audit planning

a. Auditor sistem informasi harus menggunakan sebuah teknik

penaksiran resiko yang tepat atau pendekatan dalam

mengembangkan perencanaan audit secara keseluruhan dan dalam

menentukan prioritas untuk alokasi yang efektif dari sumber daya

audit sistem informasi.

b. Ketika merencanakan pemeriksaan individu, auditor sistem

informasi harus mengidentifikasi dan memperkirakan resiko yang

relevan pada area yang diperiksa.

12. Audit materiality

a. Auditor sistem informasi harus mempertimbangkan materialitas

audit dan hubungannya pada resiko audit sementara menentukan

kealamian, waktu dan tingkat prosedur audit.

b. Ketika merencanakan audit, auditor sistem informasi harus

mempertimbangkan kelemahan yang potensial atau absennya

kontrol yang dapat menghasilkan defisiasi atau sebuah kelemahan

secara material dalam sistem informasi.

c. Auditor sistem informasi harus mempertimbangkan pengaruh

kumulatif dari kelemahan dan absennya kontrol yang minor untuk

mengubahnya menjadi kelemahan yang jelas dalam sistem

informasi.

d. Laporan audit sistem informasi harus menutup kontrol yang tidak

efektif atau absennya kontrol dan defisiasi kontrol yang jelas dan

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

44

kemungkinan dari kelemahan-kelemahan yang menghasilkan

sebuah defisiasi yang jelas atau kelemahan yang material.

13. Using the work of other experts

a. Auditor sistem informasi harus, dimana dirasa perlu,

pertimbangkan penggunaan pekerjaan dari para pakar untuk audit.

b. Auditor sistem informasi harus memperkirakan dan merasa puas

dengan kualifikasi profesional, kompetensi, pengalaman yang

relevan, sumber daya, independensi dan kualitas proses kontrol

dari pakar lain, mengarah pada perjanjian.

c. Auditor sistem informasi harus memperkirakan, memeriksa dan

mengevaluasi pekerjaan dari pakar lain sebagai bagian dari audit

dan menyimpulkan tingkat penggunaan dan kepercayaan pada

pekerjaan pakar.

d. Auditor harus menentukan dan menyimpulkan apakah pekerjaan

dari para pakar adalah cukup dan lengkap untuk memampukan

auditor sistem informasi untuk menyimpulkan pada tujuan audit.

Kesimpulan tersebut harus secara jelas didokumentasikan.

e. Auditor sistem informasi harus mengaplikasikan prosedur

percobaan untuk mendapatkan bukti yang cukup dan tepat dalam

keadaan dimana pekerjaan dari pakar lainnya yang tidak

menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat.

f. Auditor sistem informasi harus menyediakan opini audit yang

tepat dan termasuk batasan cakupan ketika dibutuhkan bukti yang

tidak didapatkan melalui prosedur percobaan tambahan.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

45

14. Audit evidence

a. Auditor sistem informasi harus memperoleh bukti audit yang

cukup dan tepat untuk mengambarkan kesimpulan yang masuk

akal dimana menjadi dasar untuk hasil audit.

b. Auditor harus mengevaluasi bukti audit yang cukup yang

diperoleh selama audit.

2.3.5 Audit Trail

Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p196), istilah audit trail

bermula dengan konsep dari seorang auditor eksternal yang bertanya

untuk mengekspresikan sebuah opini pada pernyataan laporan keuangan

dalam sebuah organisasi. Audit trail akan muncul jika sebuah total

keuangan yang ada didalam sebuah akun general ledger dapat didukung

oleh bukti yang terkait dengan semua transaksi dimana terdiri dari total

dan sebaliknya. Jika sebuah audit trail muncul, auditor dapat yakin bahwa

sistem informasi akuntasi dan pernyataaan yang berhubungan dapat

dipercaya, dimana sistem dan output-nya akurat.

Didalam sistem informasi, istilah audit trail (Gondodiyoto dan

Hendarti, 2006, p331) ialah catatan-catatan atau data tertentu yang

disimpan di dalam sistem komputer dengan tujuan apabila dikemudian

hari bermasalah, maka catatan/data itu dapat digunakan untuk pelacakan.

Audit trail mencakup data antara lain : identitas user, informasi tentang

otentifikasinya, identitas sumber daya yang digunakan, jenis kegiatan

yang dilakukan, apakah yang bersangkutan mencoba akses beberapa kali

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

46

karena akses gagal (dalam menggunakan ATM kita diberi kesempatan

dua kali kesalahan pengisian PIN), dan kapan mulai serta berakhirnya

kegiatan.

2.4 Metodologi Analisis Resiko Standar

Menurut Peltier (2001, p5), analisis resiko adalah proses

pengidentifikasian aset dan ancaman memprioritaskan bahaya ancaman, dan

mengidentifikasi tindakan pengamanan yang tepat. Metode analisa resiko terdiri

dari :

1. Mengidentifikasi aset untuk dikaji

2. Mengidentifikasi ancaman

3. Memprioritaskan resiko atau mengukur tingkat vulnerabilitas ancaman

terhadap aset

4. Mengimplementasikan tindakan korektif, pengendalian, tindakan

pengamanan, atau menerima resiko tersebut

5. Memonitor efektifitas dari pengendalian dan mengukur efektifitasnya.

2.5 Data Flow Diagram (DFD)

Menurut Whitten, Bentley dan Dittman (2004, p344), data flow diagram

(DFD) adalah sebuah proses yang digunakan untuk menggambarkan aliran dari

data melalui sebuah sistem dan pemrosesan yang dilakukan oleh sistem. Ada 3

simbol dan sebuah koneksi yang digunakan untuk menggambarkan data flow

diagram yaitu :

1. Lingkaran membulat mewakili proses atau pekerjaan yang harus dilakukan.

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

47

Gambar 2.4.1 : Simbol Proses

2. Kotak mewakili external agents – batasan dari sistem.

Gambar 2.4.2 : Simbol External Agents

3. Kotak yang terbuka disisi sebelah kanan mewakili penyimpanan data, yang

terkadang disebut file-file atau database.

Gambar 2.4.3 : Simbol file atau database

4. Panah mewakili aliran-aliran data, atau input atau output, ke dan dari proses.

Gambar 2.4.4 : Konektor Aliran Data

2.6 Log System

Menurut Weber (1999, p590), Log System atau Logging melibatkan

pencatatan sebuah transaksi yang mengubah database atau perubahan citra dari

record yang diakibatkan oleh tindakan update. Log tersebut dapat digunakan

untuk memulihkan sistem dari titik sebelum kegagalan.

External Agents

Proses

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

48

2.7 Help Desk

Menurut Weber (1999, p314), Help Desk mempunyai 2 fungsi pada

bagian operasional yaitu :

1. Membantu end user untuk menggunakan hardware dan software.

2. Menyediakan dukungan teknis untuk membantu mengatasi masalah.

Fungsi-fungsi umum pada helpdesk :

1. Menyediakan hardware dan software bagi end user.

2. Membantu end user menghadapi kesulitan pada hardware dan software.

3. Memberikan pelatihan kepada end user untuk menggunakan hardware,

software dan database.

4. Menjawab pertanyaan dari end user.

5. Memantau perkembangan teknologi dan memberitahukan end user akan

perkembangan tersebut.

6. Menentukan sumber masalah pada sistem-sistem produksi dan melakukan

tindakan koreksi.

7. Memberitahukan end user mengenai masalah pada hardware, sofware atau

database yang mempengaruhi mereka.

8. Mengatur instalasi upgrade hardware dan software.

9. Mengadakan perubahan-perubahan untuk meningkatkan efisiensi.

2.8 Laporan Hasil Audit Sistem Informasi

Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p513-519), ada 2 bentuk

penyajian laporan hasil audit yaitu :

1. Penyajian Intisari Hasil Audit

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00310-KA-Bab 2.pdfbaku menjadi barang jadi atau jasa. • Siklus pendapatan

49

Intisari hasil audit adalah untuk mengkomunikasikan informasi yang ada

dalam laporan agar lebih efektif, menyediakan ringkasan yang berguna

sehingga pembaca tidak perlu lagi menyusun catatan singkatnya dan

memberikan motivasi kepada pembaca untuk menelaah isi laporan

selanjutnya. Penyajian intisari hasil audit dilakukan dengan pertimbangan

bahwa pembaca laporan audit adalah pejabat penting yang waktunya terbatas.

Intisari hasil audit harus memuat hal-hal sebagai berikut :

• Temuan dan kesimpulan

• Saran dan rekomendasi

• Pandangan para pejabat yang bertanggung jawab

2. Penyajian Uraian Hasil Audit

Penyajian uraian hasil audit terdiri dari :

• Informasi umum

Informasi umum disajikan dengan tujuan untuk menyediakan informasi

bagi pembacanya tentang program atau kegiatan yang diaudit dan sifat

audit sehingga dapat digunakan untuk membantu pembaca agar dengan

mudah dapat menanggapi informasi yang dimuat dalam laporan hasil

audit.

• Temuan audit

Bagian ini memuat pesan pokok yang ingin disampaikan auditor ke

pembaca laporan, dan merupakan alasan utama dibuatnya laporan

tersebut.