BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan...

37
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan (Inventory Control) 2.1.1 Pengertian Pengendalian (Control) Dalam sistem pengendalian persediaan pada perusahaan retail di Indonesia, istilah Inventory Control sering diartikan sebagai Manajemen Persediaan. Oleh karena itu pengendalian persediaan dapat diartikan juga sebagai manajemen persediaan. Menurut Lewis et al (2004, p5), manajemen dirumuskan sebagai berikut. Management is defined as the process of administering and coordinating resources effectively, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the organitations.” “Manajemen didefenisikan sebagai proses administrasi dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif, efisien untuk mencapai tujuan organisasi.” Sedangkan pengertian manajemen menurut James AF Stoner, yang dialih bahasakan oleh Handoko (2003, p8) adalah sebagai berikut. ”Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan oraganisasi yang telah ditetapkan.” Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha aktivitas para anggota organisasi dan koordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien secara bersama ataupun melalui organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengendalian Persediaan (Inventory Control)

2.1.1 Pengertian Pengendalian (Control)

Dalam sistem pengendalian persediaan pada perusahaan retail di Indonesia,

istilah Inventory Control sering diartikan sebagai Manajemen Persediaan. Oleh karena

itu pengendalian persediaan dapat diartikan juga sebagai manajemen persediaan.

Menurut Lewis et al (2004, p5), manajemen dirumuskan sebagai berikut.

”Management is defined as the process of administering and coordinating

resources effectively, efficiently, and in an effort to achieve the goals of the

organitations.”

“Manajemen didefenisikan sebagai proses administrasi dan mengkoordinasi

sumber daya-sumber daya secara efektif, efisien untuk mencapai tujuan organisasi.”

Sedangkan pengertian manajemen menurut James AF Stoner, yang dialih

bahasakan oleh Handoko (2003, p8) adalah sebagai berikut.

”Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber

daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan oraganisasi yang telah ditetapkan.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha aktivitas para anggota

organisasi dan koordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien secara

bersama ataupun melalui organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

7 2.1.2 Pengertian Persediaan (Inventory)

Menurut Freddy Rangkuti (2004, p1), persediaan adalah sebagai berikut.

”Persediaan merupakan bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan

dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-

barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen

atau pelanggan setiap waktu.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang

disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses

produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi

permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu yang disimpan dan dirawat

menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai

dan dicatat dalam bentuk buku perusahaan.

2.1.3 Fungsi dan Tujuan Persediaan

Inventory pada hakikatnya bertujuan untuk mempertahankan kontinuitas

eksistensi suatu perusahaan dengan mencari keuntungan atau laba perusahaan itu.

Caranya adalah dengan memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan dengan

menyediakan barang yang diminta.

Fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuti (2004, p15) adalah sebagai berikut.

1. Fungsi Batch Stock atau Lot Size Inventory

Penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya

potongan harga pada harga pembelian, efisiensi produksi karena psoses produksi

yang lama, dan adanya penghematan di biaya angkutan.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

8

2. Fungsi Decoupling

Merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple, dengan

mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah-pisah.

3. Fungsi Antisipasi

Merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk penyelamatan

jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok atau

leveransir. Tujuan utama adalah untuk menjaga proses konversi agar tetap

berjalan dengan lancar.

Alasan yang kuat untuk menyediakan inventory adalah untuk hal-hal yang

berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan produksi barang, untuk

kebutuhan yang berubah-ubah dari waktu ke waktu, untuk fleksibilitas di dalam fasilitas

penjadwalan distribusi barang, untuk spekulasi di dalam harga atau biaya, dan untuk

ketidakpastian tentang waktu pesanan perlengkapan dan kebutuhan.

Ketika menghadapi permintaan yang berubah-ubah dari waktu ke waktu, pihak

manajemen dapat melakukan pemesanan barang (inventory) selama periode permintaan

yang sedikit untuk mengantisipasi periode permintaan yang tinggi. Inventory ini

membuat manajemen dapat beroperasi secara tetap sepanjang musim, dan dapat

menghindari biaya produksi yang berubah-ubah.

Penyediaan inventory bertujuan untuk menghadapi kondisi ketidakpastian.

Permintaan barang tidak bisa diketahui secara pasti, oleh karena itu perlu diramalkan

untuk meminimalisir kerugian akibat over stock atau permintaan yang melampaui

ramalan, perhitungan persediaan barang harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

9 2.1.4 Tujuan Pengendalian Persediaan

Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan suatu

tentu mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan pengendalian persediaan menurut

Assauri (2004, p177) secara terinci dapat dinyatakan sebagai berikut.

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga

mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

b. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau

berlebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.

c. Menjaga agar pembelian kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan

memperbesar biaya pemesanan.

Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian

persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan

barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum

untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan. Dengan kata lain pengendalian

persediaan menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal agar produksi

dapat berjalan dengan lancar dan biaya persediaan adalah minimal.

Perencanaan inventory berhubungan dengan penentuan komposisi inventory,

penentuan waktu atau penjadwalan, serta lokasi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.

Pengendalian inventory meliputi pengendalian kuantitas dalam batas-batas yang telah

direncanakan dan perlindungan fisik inventory.

Untuk itu perlu dilakukan evaluasi apakah sistem inventory perusahaan itu sudah

sesuai dengan yang diharapkan. Pengelolahan inventory yang baik diperlukan kemahiran

dan pengalaman dalam membuat sistem inventory.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

10 2.1.5 Penggolongan Persediaan

Menurut Assauri (2004, p171), persediaan pada umumnya dapat dibedakan

menjadi 5 golongan yang meliputi.

1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Inventory).

Persediaan bahan baku yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan

dalam proses produksi, yang diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli

dari pemasok atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan

yang menggunakannya.

2. Persediaan Bagian Produk atau Parts yang dibeli (Purchased).

Persediaan bagian produk atau parts yaitu persediaan yang dibeli dari perusahaan

lain, yang dapat secara langsung dirakit dengan parts lain, tanpa melalui proses

produksi sebelumnya.

3. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)

Persediaan bahan-bahan pembantu yaitu persediaan bahan-bahan yang

diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau

yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan

bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan Bahan Setengah Jadi (Work In Process Inventory).

Persediaan barang setengah jadi yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari

tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi

suatu bentuk, tetapi diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

5. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods Inventory).

Persediaan barang jadi yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai

diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual pada pelanggan atau

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

11

perusahaan lain.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa persediaan perusahaan adalah suatu

barang tersimpan yang akan dilakukan suatu tindakan lebih lanjut ataupun barang yang

tersimpan dan siap untuk digunakan tetapi belum sampai pada pemegang akhir

(customer).

2.2 Model Sistem Inventory Retail

2.2.1 Proses Sistem Inventory Control

Model proses sistem inventory retail meliputi kegiatan-kegiatan yang dijelaskan

dalam urutan berikut ini (Roy et al.,1997).

1. Pengiriman barang dari pabrik.

2. Pengepakan dan penyimpanan produk pada gudang pusat.

3. Pengiriman barang dari gudang pusat ke toko-toko retail.

4. Pemenuhan kebutuhan pelanggan dengan mengunakan barang-barang yang ada

dalam toko.

Model proses sistem inventory retail ini dapat dilihat dalam Gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram skematik dari sistem inventory control Sumber: Benjamin Van Roy et al, Inventory Management

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

12

Permintaan bisa terjadi setiap saat pada periode tertentu dan dapat dinilai sebagai

unit permintaan pelanggan terhadap suatu produk. Apabila barang tersedia di toko maka

barang tersebut akan langsung digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan.

Namun apabila kehabisan barang dalam toko habis, maka pelanggan harus menunggu

pengiriman dari gudang (jika barang tersebut tersedia di gudang).

Bagian pergudangan akan memesan unit persediaan tambahan dari pabrik dan

toko akan memesan barang dari gudang. Manajer bagian pegudangan berusaha

semaksimal mungkin untuk memenuhi pesanan toko.

Proses pemesanan dari pabrik ke gudang dan dari gudang ke toko, memerlukan

waktu dan biaya transportasi. Dengan ketidakpastian permintaan, maka dimungkinkan

terjadi keterlambatan pemesanaan barang yang mengakibatkan kekosongan barang.

Aliran barang disajikan pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Ilustrasi Buffer pada sistem inventory control Sumber: Benjamin Van Roy et al,. Inventory Management, p8

Penyimpanan barang di gudang memberikan pengaruh yang cukup besar

terhadap biaya dan servis kepada pelanggan. Sebagai contoh, barang yang disimpan di

dalam gudang mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dibandingkan dengan

menyimpan pada satu toko.

Terlihat bahwa barang yang terdapat di gudang dapat digunakan untuk

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

13 memenuhi pemesanan dari toko. Tetapi, kelebihan stok pada suatu toko tidak dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan toko lain.

2.2.2 Arus Inventory Yang Dinamis

Seperti yang ditunjukan oleh Gambar 2.1, inventory disimpan di gudang dan di

toko-toko. Gudang juga menyimpan barang untuk mengantisipasi pemesanan khusus

dari toko. Dengan demikian terdapat waktu penundaan selama proses transportasi, oleh

karena itu akan melibatkan sistem dynamic dengan menggunakan discrete time.

Setiap penundaan di dalam sistem inventory ditunjukkan oleh Gambar 2.2. Setiap

kotak melambangkan buffer dialokasikan pada waktu titik tertentu. Pergerakan dari

barang-barang antar buffer disinkronkan oleh waktu per hari. Barang masuk dan keluar

dari buffer dalam hitungan hari. Barisan buffer di sebelah kiri buffer gudang

melambangkan penundaan transportasi barang dari pabrik ke gudang. Begitu juga buffer

di samping setiap toko melambangkan penundaan pengiriman barang dari gudang

menuju toko. Proses transportasi membuat barang yang terletak di dalam suatu buffer

bergerak ke buffer yang di sebelah kanan dalam hitungan hari.

Barang yang dimasukan ke dalam sistem tersebut dan pergerakan barang dari

suatu buffer ke buffer yang lain dikendalikan oleh keputusan dari manajer inventory.

Jumlah barang yang dipesan dibatasi oleh kapasitas produksi dan kapasitas

penyimpanan di dalam gudang. Jumlah barang yang dipesan dalam suatu waktu tidak

dapat melebihi batas produksi, dan total barang di gudang dan barang yang sedang

dipesan tidak boleh melebihi daya tampung gudang.

Dalam jangka waktu tertentu sejumlah barang dikirim dari gudang menuju toko.

Total barang di dalam toko dan barang yang sedang dipesan oleh toko tidak boleh

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

14 melebihi kapasitas penyimpanan toko.

Barang keluar dari toko berdasarkan permintaan pelanggan yang muncul di

setiap toko. Dengan demikian jumlah barang yang tersedia di dalam toko itu adalah

jumlah inventory di dalam toko dikurangi dengan jumlah permintaan tersebut. Apabila

inventory di dalam toko habis, maka pelanggan diminta menunggu pemesanan khusus

dari gudang. Dalam skripsi ini, untuk pelanggan yang meminta pemesanan khusus dari

gudang akan diberi nilai kemungkinan (probabilitas) dan berakibat inventory di gudang

akan berkurang (Roy et al., 1997).

2.2.3 Proses Permintaan

Pemodelan sistem inventory dalam skripsi ini didasarkan pada ketidakpastian

permintaan pelanggan dan ketidakpastian persediaan barang. Oleh karena itu besarnya

permintaan merupakan variabel bebas yang random.

2.2.4 Struktur Biaya

Semakin lama suatu barang berada di dalam sistem inventory retail, maka

semakin besar biaya yang dikeluarkan. Biaya penyimpanan terjadi ketika berada dalam

gudang maupun dalam toko. Dalam suatu kurun waktu, banyaknya barang di dalam

suatu gudang dikalikan dengan biaya penyimpanan barang di gudang, dan banyaknya

barang di dalam suatu toko dikalikan dengan biaya penyimpanan barang di toko. Hasil

kali kedua variabel ini akan dijumlahkan untuk mendapatkan biaya penyimpanan.

Biaya kekurangan stok barang terjadi ketika ada permintaan dari pembeli yang

tidak terpenuhi. Permintaan pembeli dapat dipenuhi oleh barang-barang yang tersedia di

toko maupun di gudang (bila pembeli memilih untuk menunggu pengiriman khusus).

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

15 Setiap permintaan pembeli yang tidak dapat dipenuhi oleh barang di dalam akan

menghasilkan biaya kekurangan stok barang di dalam sistem.

Biaya transportasi pada model ini adalah biaya transportasi yang terjadi karena

adanya pengiriman khusus. Oleh karena itu biaya yang terjadi karena kekurangan barang

lebih besar daripada biaya transportasi yang terjadi karena adanya pengiriman khusus.

2.2.5 Parameter Yang Digunakan

Parameter-parameter dalam perhitungan pengendalian barang harus diisi dengan

data yang sebenarnya untuk memastikan bahwa karakteristik model tidak menyimpang

jauh dengan sistem inventory retailer yang berlaku.

Parameter–parameter yang digunakan dalam sistem inventory retailer meliputi

(Roy et al, 1997).

1. Jumlah toko.

2. Waktu yang digunakan untuk mengirim barang ke toko.

3. Waktu yang digunakan untuk mengirim barang ke gudang.

4. Kapasitas produksi.

5. Kapasitas gudang.

6. Kapasitas toko.

7. Kemungkinan pelanggan menunggu.

8. Biaya untuk pengiriman spesial.

9. Biaya penyimpanan gudang.

10. Biaya penyimpanan toko.

11. Permintaan rata–rata.

12. Biaya kekurangan barang (shortage).

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

16

Parameter-parameter tersebut harus diisi dengan data yang benar agar diperoleh

solusi yang tepat dan dapat mengatasi masalah. Dengan demikian perusahaan dapat

memberikan pelayanan ke konsumen yang lebih baik, meyediakan barang yang diminta

pelanggan, dan tidak menumpuk barang terlalu banyak di gudang.

2.3 Pengertian Jaringan

2.3.1 Latar Belakang Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network)

Manusia selalu berusaha mengembangan sesuatu ilmu pengetahuan yang

berguna untuk kemajuan hidupnya. Salah satunya adalah mengembangkan mesin cerdas

dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan (Artificial Neural Network). Artificial

Neural Network yang berdasarkan operasi merupakan generasi baru dalam informasi

proses networking.

Dengan menggunakan Artificial Neural Network, diharapkan Neural Network

dapat menerapkan fleksibilitas dan kekuatan otak manusia ke dalam komputer.

Computation Network dihasilkan dengan perhitungan simpul-simpul dan koneksinya.

Operasi dasar dalam neural network disebut artificial neurons, atau simple neurons

(node). Neuron biasanya dioperasikan secara pararel atau dikonfigurasikan pada

arsitektur yang regular. Neuron juga sering dihubungkan dengan layer. Setiap koneksi

diekspresikan dengan angka atau bilangan yang disebut sebagai bobot yang dapat

diubah-ubah.

Fungsi artificial neural system didistribusikan dalam computing networks. Hanya

beberapa networks yang menyediakan respons secara langsung. Sedangkan yang lainnya

merespons secara berkala sesuai dengan time-domain behavior, yang sering disebut

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

17 sebagai dynamics. Pada akhirnya network memiliki kecepatan yang berbeda, sehingga

respons terhadap input juga berbeda.

Secara umum, kebanyakan neural system memerlukan proses pembelajaran

(training). Pembelajaran meliputi asosiasi, patterns, dan fungsi yang baru. Neural

network tidak memberi spesifikasi sebuah algoritma untuk dieksekusi dalam setiap

perhitungan. Neural network memilih arsitektur tertentu dengan karakteristik neuron,

weight, dan model training sendiri. Artificial neural network juga dapat melakukan

perhitungan teknik matematika, seperti minimalisasi kesalahan perhitungan.

2.3.2 Pengertian Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) adalah sistem pemrosesan

informasi yang mempunyai karakteristik kinerja tertentu seperti jaringan neural biologis.

Artificial neural network (dalam pembahasan selanjutnya disebut sebagai jaringan

neural saja) telah dikembangkan sebagai generalisasi model matematika dari

pengetahuan manusia atau biologi neural, yang berbasis pada beberapa asumsi.

Asumsi yang diambil dalam jaringan syaraf tiruan adalah sebagai berikut.

1. Pemrosesan informasi terjadi pada sejumlah elemen sederhana yang disebut

neuron.

2. Sinyal diberikan antar neuron lewat jalinan koneksi.

3. Setiap jalinan koneksi mempunyai bobot yang menggandakan sinyal yang

ditransmisikan.

4. Setiap neuron menerapkan fungsi aktivasi (yang biasanya non-linear) terhadap

jumlah sinyal masukan terbobot untuk menentukan sinyal keluarannya.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

18

Jaringan neural terdiri atas sejumlah besar elemen pemrosesan yang disebut

neuron, unit, dan simpul. Setiap neuron terhubung dengan neuron lain dengan jalinan

koneksi langsung yang terkait dengan bobot. Bobot mewakili informasi tertentu yang

berguna untuk menyelesaikan masalah. Jaringan neuron dapat diterapkan untuk berbagai

masalah yang luas, di antaranya:

1. Penyimpanan dan pemulihan data atau pola

2. Klasifikasi pola

3. Pemetaan dari pola-pola masukkan yang serupa

4. Pencarian solusi masalah optimasi terkendali

Setiap neuron mempunyai keadaan internal yang disebut level aktivasi atau level

aktivitas yang merupakan fungsi masukan yang diterima. Secara khusus, suatu neuron

mengirimkan aktivasinya ke beberapa neuron lain sebagai sinyal. Perlu diperhatikan

bahwa neuron hanya dapat mengirimkan satu sinyal sesaat, meskipun sinyal tersebut

dipancarluaskan ke beberapa neuron lain.

Sebagai contoh dapat dilihat neuron Y yang menerima masukan dari neuron X1,

X2, dan X3 (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Neuron Y menerima masukkan terbobot dari neuron X1, X2, dan X3 Sumber : Widodo, Sistem Neuro Fuzzy untuk Pengolahan Informasi

Pemodelan, dan Kendali, p2.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

19

Aktivasi (sinyal keluaran) dari neuro-neuron ini adalah X1, X2, dan X3. Bobot

koneksi dari neuro X1, X2, dan X3 ke neuron Y adalah W1, W2, dan W3. Masukan neto -

yin ke neuron Y adalah jumlah sinyal terbobot dari neuron X1, X2, dan X3 yaitu:

yin = W1 X1 + W2 X2 + W3 X3 ………………. (2.1)

Aktivasi y dari neuron y diberikan oleh fungsi masukan netonya: Y = f(yin )

2.4 Dynamic Programming

Dynamic Programming dapat menyelesaikan masalah inventory control dengan

pendekatan neuro-dynamic programming yang bisa melakukan perhitungan lebih

efisien.

Beberapa karakteristik Dynamic Programming adalah sebagai berikut

(Bersetkas, 2004).

1. Terdiri dari sederetan tahapan keputusan. Pada setiap tahapan keputusan

diberlakukan principle of optimality, prinsip yang menyatakan bahwa apa pun

keadaan awal dan keputusan yang dibuat, keputusan berikutnya harus

memberikan hasil yang optimal dengan melihat pada hasil sebelumnya.

2. Algoritma Dynamic Programming, memang ”exhaustive”, yaitu mencoba

seluruh kemungkinan, akan tetapi setiap hasil perhitungan pada setiap tahap akan

ditabelkan. Perhitungan pada tahap berikutnya selalu mengacu pada tabel (look-

up table) sebelumnya. Apabila sudah dihitung maka tahap tersebut tinggal

menggunakan hasil perhitungan yang sudah ada di dalam tabel. Dengan

demikian algoritma ini menjadi lebih efisien.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

20

Dua keadaan inventory variabel xt, yt untuk semua ukuran waktu integer yang

tidak negative t. Keputusan ut mempengaruhi sistem yang diambil dari himpunan

berhingga u pada setiap tahap. Kedua variabel itu ditingkatkan dengan dua persamaan,

yaitu sebagai berikut (Roy et al., 1997).

xt+1 = f1(yt,wt) ……………… (2.2)

yt+1 = f2(xt,ut) ……………… (2.3)

dimana:

xt = variabel keadaan inventory sebelum keputusan

yt = variabel keadaan inventory setelah keputusan

f1, f2 = fungsi-fungsi aktifasi sistem dynamic

wt = variabel acak gangguan yang didapat dari distribusi

ut = variabel keputusan.

Dalam inventory retailer menggunakan dynamic programming terdapat biaya

persediaan barang yang dinotasikan dalam fungsi g(yt,wt), nilai fungsi biaya g(yt,wt)

didapatkan dengan cara menghitung biaya-biaya yang terjadi pada variabel keadaan yt

yang dipengaruhi oleh variabel gangguan wt.

Keadaan inventory sebelum keputusan dan keadaan inventory sesudah keputusan

memperlihatkan banyaknya barang yang tersedia. Banyaknya inventory yang sedang

dikirim ke gudang, dan yang akan tiba di gudang dinotasikan dengan q0,t pada ukuran

waktu t hari. Sama seperti q0,t, banyaknya inventory yang sedang dikirim ke toko i, dan

yang akan tiba di toko i dinotasikan dengan qi,t pada ukuran waktu t hari.

Maka vector x dipresentasikan dalam bentuk.

x = (q0,0;q0,DW; q1,0;q1,DS;….;qK,0;qK,DS) …………. (2.4)

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

21 dimana:

x = variabel keadaan inventory sebelum keputusan

q0,0 = banyaknya barang di gudang

qK,0 = banyaknya barang di toko ke-K

K = banyaknya toko, diberi indeks i=1,..,K

Dw = penundaan barang menuju ke gudang

DS = penundaan barang menuju ke toko

Vektor untuk keputusan direpresentasikan dalam bentuk.

ut = (a0,a1,…,aK) ………… (2.5)

dimana:

ut = variabel keputusan

a0 = banyaknya pemesanan gudang

a1,..,aK = banyaknya pemesanan dari toko

Untuk membuat banyaknya pemesanan dan persediaan barang tetap postitif, dan

kapasitas di dalam gudang dan toko tidak overloaded maka dibuat beberapa kendala.

Kendalanya antara lain.

a0 ≤ Cp ................ (2.6)

∑=

K

iia

1

< q0,0 ................ (2.7)

∑ ∑= =

+−≤Dw

T

K

iiTw aqCa

0 1,00

................ (2.8)

∑=

∀+−≤Ds

TTs KiqCa

0,11 },...,1{ε .................(2.9)

dimana:

Cp = kapasitas pemasok

CW = kapasitas gudang

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

22

CS = kapasitas toko.

wt = faktor acak yang memperngaruhi sistem selama waktu t.

Faktor acak wt didapat dari permintaan pelanggan yang ada di setiap toko dan

kemungkinan pelanggan untuk menunggu pengiriman khusus bila terjadi kekurangan

barang. Vektor untuk faktor acak wt direpresentasikan dalam bentuk vektor w=

(d1,…,dK), di mana setiap di adalah banyaknya permintaan yang timbul pada toko ke-i

pada suatu hari. Setiap permintaan di dihasilkan dari hasil peramalan data permintaan

pelanggan masing-masing toko dengan menggunakan metode Brown’s Double

Exponential Smoothing.

Definisikan fungsi dari yt+1 = f2 (xt,ut) dengan vektor xt dan vektor ut. Maka nilai

fungsi yang baru sama dengan.

Dwq ,0 = q0,DW + a0, .............. (2.10)

0,0q = q0,0−∑ ai + a0, .............. (2.11)

},...,1{,,, Kiaqq iDsiDsi ε∀+= .............. (2.12)

},...,1{,,0, Kiqq Dsii ε∀= .............. (2.13)

berdasarkan fungsi yt+1 = f2 (xt,ut) maka didapat nilai vektor

);;..;;;;( ,0,,10,1,00,0 DsKKDsDw qqqqqqy = .............. (2.14)

Untuk menentukan fungsi xt+1 = f1(yt,wt) maka dipakai vektor

);;..;;;;( ,0,,10,1,00,0 DsKKDsDwt qqqqqqy = .............. (2.15)

),...,( 1 kddw = .............. (2.16)

);;..;;;;( ,0,,10,1,00,01 DsKKDsDwt qqqqqqy =+ .............. (2.17)

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

23 Untuk menyederhanakan persamaan yang terlibat, maka transformasi xt+1 = f1(yt,wt)

dibagi menjadi tiap tahap, menggunakan },...0{,ˆ 0,1 Kiq ε , sebagai variabel perantara.

Pertama-tama, permintaan dipenuhi oleh toko menurut rumus

[ ] },...0{,ˆ 0,10,1 Kidqq i ε∀−= .............. (2.18)

Kedua, premintaan khusus dipenuhi oleh gudang bila pelanggan bersedia

menunggu ketika barang tidak tersedia di toko i menurut rumus

[ ])(ˆ 0,00,0 ii Cdqq =−= .............. (2.19)

Terakhir, banyaknya transportasi barang tergantung dari

Dwqqq ,00,00,0 ˆ += ............. (2.20)

0,0 =Dwq .............. (2.21)

},....,1{ˆ ,0,0, Kiqqq Dsiii ε∀+= .............. (2.22)

0, =Dsiq .............. (2.23)

Satu rumus untuk menghitung biaya penyimpanan di dalam dynamic

programming adalah fungsi persamaan Bellman. Di dalam skripsi ini, formula Bellman

yang dipakai adalah (Roy et al., 1997).

J*(y) = [g(y,w)] .............. (2.24)

Dalam hal ini, J*(y) adalah ongkos jangka panjang yang diharapkan terjadi pada

keadaan sesudah keputusan y. Dengan persamaan di atas, kebijakan optimal dapat

dihasilkan berdasarkan suatu fungsi nilai J* hanya dapat didefinisikan setelah keputusan.

Manajemen inventory diformulasikan dalam kerangka kerja dynamic

progamming, adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

24

1. Keadaan system retailer dideskripsikan oleh vektor xt di mana masing-masing

komponen sesuai dengan buffer (Gambar 2.2).

2. Setiap keputusan ut bersesuaian dengan vektor pemesanan toko dan gudang

selama tahap waktu ke-t. Keputusan ut harus dicari sebagai dasar dari keadaan

sebelum keputusan xt.

3. Dari keadaan sebelum keputusan xt dan keputusan ut telah diberikan, maka

keadaan setelah keputusan yt dapat ditentukan hasilnya. Keadaan setelah

keputusan yt berubah karena permintaan pelanggan telah terpenuhi selama proses

transportasi.

4. Nilai dari keadaan setelah keputusan yt adalah nilai dari keadaan sebelum

keputusan selanjutnya xt+1. Transisi dari yt menuju xt+1 disebabkan karena

permintaan barang. Pada formulasi dynamic programming yang dipakai, nilai

permintaan ditentukan oleh nilai gangguan acak wt.

5. Biaya g(yt,wt) dihitung secara langsung dari biaya-biaya yang ada di dalam

sistem inventory.

Variabel yang dibutuhkan dynamic programming untuk menghitung optimasi

inventory control tidak sesuai untuk masalah kontrol persediaan barang yang kompleks,

maka digunakan Neuro-Dynamic Programming.

2.5 Neuro-Dynamic Programming

2.5.1 Pengertian Neuro-Dynamic Programming

Neuro-dynamic programming merupakan pengembangan dari dynamic

programming. Metode ini mengunakan dasar-dasar intelegensi semu (Artificial

Intelligence) yang mencakup simulasi, dan berbasis algoritma serta fungsi teknik

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

25 pendekatan seperti neural networks (Roy et al., 1997).

Dalam skripsi ini, dipakai pendekatan neuro-dynamic programming untuk

mengoptimalkan sistem inventory retail (Nahmias dan Smith, 1993). Optimasi sistem

inventory retail membahas permasalahan pada pemesanan dan penempatan persediaan

barang di dalam gudang dan toko untuk memenuhi permintaan pelanggan. Optimasi

sistem inventory retail secara serempak akan meminimumkan biaya pergudangan dan

transportasi.

Dalam memilih algoritma neuro-dynamic untuk tujuan manajemen inventory

retail, dipilih dua macam algoritma neuro-dynamic yaitu approximate policy iteration

dan online temporal difference method.

2.5.2 Pengertian Approximate Policy Iteration

Approximate policy iteration (kebijakan pendekatan iterasi) adalah generalisasi

kebijakan iterasi, sebuah algoritma klasik di dalam dynamic programming. Algoritma

kebijakan iterasi menghasilkan sederetan ui. Awalan kebijakan u0 pada umumnya dipilih

dari heuristik yang layak, dan fungsi biaya Ju0 di dalam kebijakan tersebut dihitung

(setiap tahap mempunyai satu nilai yang berbeda dengan tahap yang lain). Lalu, nilai u1

dihasilkan berdasarkan persamaan (Roy et al., 1997):

u1(x) = min Ju0(f 2(x, u)) .............. (2.25)

Persamaan di atas diulang untuk menghasilkan nilai kebijakan selanjutnya.

Untuk masalah dengan jumlah kebijakan yang terbatas, nilai ui sama dengan nilai u* dan

nilai Jui sama dengan nilai J* untuk suatu nilai i. Di dalam kebijakan pendekatan iterasi,

sebagai ganti dihitungnya fungsi biaya Jui pada setiap iterasi, fungsi ini dihampiri oleh

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

26 sejumlah arsitektur )(., irJ , di mana ri adalah parameter vektor yang terpilih untuk

membuat )(., irJ mendekati Jµi. Nilai kebijakan yang berikutnya dihasilkan oleh

Persamaan:

u i+1(x) = min )),,(( 2 iruxfJ .............. (2.26)

Ada banyak metode yang dipakai untuk pendekatan Jµi pada kebijakan iterasi ke-

i. Metode yang dipakai di dalam skripsi ini adalah on-line temporal difference method

(metode perbedaan sementara secara on-line), di mana pada setiap iterasi, metode ini

secara efektif menghitung parameter vektor.

2.5.3 Pengertian Online Temporal Difference Method

Algoritma perbedaan sementara (temporal-difference) sudah diaplikasikan

dengan sukses untuk beberapa aplikasi skala besar di dalam neuro-dynamic

programming.

Vektor r0 bernilai sama dengan vektor x0, begitu pula vektor rt bernilai sama

dengan vektor xt. Proses neuro-dynamic programming yang mengunakan online

temporal difference method adalah sebagai berikut (Roy et al., 1997).

1. Keadaan sebelum keputusan xo adalah sebagai simulator, dan kontrol u0 dihitung

dari

u0 = min )),,(( 002 ruxfJ .............. (2.27)

2. Jalankan simulator menggunakan kontrol u0 untuk mendapatkan keadaan setelah

keputusan yang pertama

),( 020 uxfy = .............. (2.28)

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

27

3. Pada waktu t, jalankan simulator menggunakan kontrol ut untuk mendapatkan

keadaan sebelum keputusan selanjutnya

xt+ 1 = f 1 ( yt,wt) .............. (2.29)

4. Dapatkan kontrol ut+1dengan cara

u t + 1 = min J ( f 2( xt + 1, u),rt ) .............. (2.30)

5. Jalankan simulator menggunakan kontrol ut+1 untuk mendapatkan keadaan

setelah keputusan.

yt+1 = f 2( x t + 1, u t+1) .............. (2.31) 6. Ulangi ke langkah 3 selama waktu transportasi yang dibutuhkan.

2.5.4 Algoritma Neuro-Dynamic Programming

Algoritma Neuro-Dynamic Programming dapat ditulis sebagai berikut (Roy et

al., 1997).

1. Mulai dengan t = 0.

2. Tentukan vektor wt = (d1,d2,d3). Besaran di merupakan permintaan yang terjadi di

Toko i. Vektor wt = (d1,d2,d3) ditentukan dari hasil peramalan data permintaan

pelanggan masing-masing toko dengan menggunakan metode Brown’s Double

Exponential Smoothing

3. Tentukan vektor xt = (q0,0;q0,DW; q1,0;q1,DS;….;qK,0;qK,DS). Besaran DW adalah waktu

transportasi dari pemasok ke gudang, DS adalah waktu transportasi dari gudang

ke toko, q0,0 adalah banyak stok barang awal di dalam gudang, q0,DW adalah

banyak stok barang pada waktu transportasi di dalam gudang, qK,0 adalah banyak

stok barang awal di dalam toko K, qK,DW adalah banyak stok barang dikurangi

dengan permintaan di toko K.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

28

4. Tentukan vektor rt = vektor xt = (q0,0;q0,DW; q1,0;q1,DS;….;qK,0;qK,DS).

5. Tentukan vektor u = (a0,a1,…,aK) berdasarkan banyak pemesanan yang dilakukan

oleh bagian pembelian. Besaran a0 adalah pemesanan untuk gudang dan aK

adalah pemesanan untuk toko K.

6. Tentukan vektor );;..;;;;(),( ,0,,10,1,00,02 DskKDsDwt qqqqqquxf = ,

Dengan 0,, aqq DwoDwo += ; ∑ +−= 00,0, aaqq ioo ; iissiDsi aqq += ,, ,

},...,1{ Kiε∀ , },...,1{,,0,1 Kiqq Dsi ε∀= ,

7. Tentukan vektor biaya g(f2(xt,u)).

8. Tentukan vektor biaya g(rt)

9. Hitung fungsi )),,(( 2 tt ruxfJu = . Dengan menentukan minimum dari fungsi

biaya J*(y) = g(f2(x0,u)) dan fungsi biaya J*(y) = g(rt).

10. Tentukan vektor );;..;;;;(),( ,0,,10,1,00,02 DskKDsDwttt qqqqqquxfy == dengan

cara yang sama dengan langkah 6.

11. Tentukan vektor );;..;;;;(),( ,0,,10,1,00,011 DskKDsDwtttt qqqqqqwyfx == ++ ,dengan

[ ] },...0{,ˆˆ 0,10,1 Kidqq i ε∀−= , 0ˆ 0,0 =q , bila perminataan pelanggan dapat dipenuhi

oleh persediaan di dalam toko. Bila permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi

oleh persediaan di dalam toko maka 0ˆ 0, =iq dan [ ]ii Cdqq −+= (ˆˆ 0,00,0 . Lalu

Dwooo qqq ,0,0, ˆ += , 0, =Dwoq , },...0{),(ˆˆ ,0,10,1 KiCdqqq iiDsi ε∀−+−= , 0, =Dsiq .

12. Kemudian dihitung biaya g(yt,wt).

13. Update t = t + 1, setelah itu update vektor rt, f2(xt,u), ut = min J f2(xt,u), rt) ,

yt=f2(xt,ut), wt, x1= ft+1(yt,wt) dengan cara diiterasi ketahap 2 sebanyak waktu

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

29

transportasi yang dibutuhkan untuk mengirim barang dari gudang ke toko atau

bila stok barang masih lebih kecil daripada selisih permintaan rata-rata.

2.6 Proses Pengumpulan Data

Dalam menghitung optimasi persediaan barang (inventory) dengan metode

neuro-dynamic programming, diperlukan parameter-parameter yang mempengaruhi

persediaan barang tersebut di dalam gudang dengan cara pengamatan dan pengambilan

data dari database perusahaan.

Parameter-parameter tersebut antara lain:

a. Kapasitas gudang

b. Kapasitas pemasok

c. Jumlah stok barang yang tersedia di dalam gudang

d. Biaya penyimpanan per unit

e. Biaya kekurangan barang

f. Biaya pengiriman khusus

g. Permintaan rata-rata.

Untuk mendapatkan biaya kekurangan barang (shortage), besarnya adalah

keuntungan yang didapat dari penjualan barang tersebut. Permintaan rata-rata

didapatkan dengan cara merata-ratakan permintaan dari pelanggan selama jangka waktu

transportasi barang dari gudang ke toko.

Setelah mendapatkan semua parameter tersebut, maka harus didapatkan pula

banyaknya pemesanan gudang dan pemesanan setiap toko yang biasa dilakukan oleh

bagian pembelian. Dalam melakukan pemesanan ada batasan-batasan yang tidak boleh

dilampaui.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

30 Batasan-batasan itu antara lain adalah sebagai berikut.

a. Jumlah pemesanan setiap toko tidak dapat melebihi kapasitas toko dikurangi

dengan stok barang yang tersedia di dalam toko.

b. Total pemesanan yang dilakukan oleh toko-toko tidak boleh melebihi jumlah

stok barang yang tersedia di dalam gudang.

c. Pemesanan gudang tidak dapat melebihi kapasitas pemasok untuk mengirimkan

barang ke gudang.

d. Pemesanan gudang tidak dapat melebihi kapasitas gudang ditambah dengan total

pemesanan yang dilakukan oleh toko dikurangi dengan stok barang yang ada di

dalam gudang.

2.7 Peramalan dan Deret Waktu (Forecasting and Times Series)

2.7.1 Peramalan (Forecasting)

Peramalan merupakan prediksi nilai-nilai sebuah peubah berdasarkan kepada

nilai yang diketahui dari variabel tersebut atau variabel yang berhubungan (Makridakis

et al., 1999, p24).

Peramalan adalah alat vital dalam persediaan barang. Dengan peramalan,

diperkirakan bagaimana urutan permintaan pelanggan terhadap barang yang terus

berlanjut pada masa mendatang.

Terdapat banyak metode dalam peramalan yang dibagi dalam 4 kategori sebagai

berikut.

1. Metode Penghakiman (Judgement Methods)

Metode ini mencoba untuk mengumpulkan data dan menganalisis pendapat ahli

secara sistematis untuk mencapai sebuah konsensus.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

31

2. Metode Penelitian Pasar (Market Research Methods)

Penelitian pasar adalah alat yang berguna untuk mengembangkan perkiraan,

terutama untuk produksi baru. Saran atau masukan dari pelanggan melalui

telepon, wawancara, dan survei tertulis adalah sumber utama untuk

memperkirakan permintaan produk.

3. Metode Akibat (Causal Methods)

Dengan metode ini diasumsikan variabel yang diinginkan untuk meramalkan

berkorelasi tinggi dengan beberapa bagian data yang lain. Sebagai contoh,

perkiraan penjualan untuk satu bulan berikutnya adalah fungsi dari pendapatan

kotor, cuaca, atau laju import.

4. Metode Deret Waktu (Times Series Methods)

Dalam metode deret waktu, digunakan data masa lalu untuk memperkirakan data

masa depan. Ada beberapa teknik dalam metode deret waktu untuk peramalan,

yaitu rata-rata bergerak (moving average), pemulusan eksponensial (exponential

smoothing), dan sebagainya.

2.7.2 Brown’s Double Exponential Smoothing

Metode Brown’s Double Exponential Smoothing menggunakan koefisien α

(alpha) yang bernilai antara 0 dan 1 untuk operasi pemulusannya. Metode ini melakukan

pengukuran trend dengan cara menghitung perbedaan antara pemulusan tunggal dan

ganda. Lalu menambahkan nilai tersebut dengan nilai pemulusan tunggal dengan

penyesuaian untuk mendapatkan nilai trend yang sesuai.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

32

Model Brown’s Double Exponential Smoothing diimplementasikan dengan

menggunakan beberapa persamaan berikut (Makridakis et al., 1999, p111).

1')1(' −−+= ttt SXS αα .............. (2.32)

1")1('" −−+= ttt SSS αα .............. (2.33)

tttttt SSSSSa "'2)"'(' −=−+= .............. (2.34)

)"'(

1 ttt SSb −−

α

............. (2.35)

mbF ttmt +=+ α ............. (2.36)

dimana :

S’t = single exponential smoothing

S”t = double exponential smoothing

tα = nilai pemulusan diakhir periode t

bt = penduga trend di akhir periode t

m = rentang waktu peramalan

Persamaan berikut menunjukkan metode umum untuk menghitung nilai awal

atau inisialisasi nilai variabel dari metode ini.

S’1 = S”1= X1 ............. (2.37)

a1 = X1 ............. (2.38)

2

)()( 34121

XXXXb −+−= ............. (2.39)

Kelebihan metode Brown’s Double Exponential Smoothing adalah dapat

memodelkan trend dan tingkat dari suatu deret waktu, secara perhitungan lebih efisien

dibandingkan dengan double moving averages (rata-rata bergerak ganda), memerlukan

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

33 data yang lebih sedikit, karena hanya satu parameter yang digunakan sehingga optimasi

parameter menjadi sederhana.

Kekurangan metode Brown’s Double Exponential Smoothing adalah metode ini

memerlukan optimasi parameter, sehingga diperlukan waktu untuk mencari α yang

paling optimal.

2.7.3 Ketepatan Metode Peramalan

Makridakis et al. (1999, p57) mengatakan bahwa dalam banyak hal, kata

“ketepatan (accuracy)”, menunjuk ke “kebaikan sesuai”, yang pada akhirnya

penunjukan seberapa jauh model peramalan tersebut mampu mereproduksi data yang

telah diketahui. Dalam permodelan deret berkala, sebagian data yang diketahui dapat

digunakan untuk meramalkan sisa data berikutnya, sehingga memungkinkan orang

untuk mempelajari ketepatan ramalan secara lebih langsung. Bagi pembuat model,

kebaikan sesuai model untuk fakta yang diketahui harus diperhatikan.

Jika Xt merupakan data aktual untuk periode t dan Ft merupakan ramalan (fitted

value) untuk periode yang sama, maka kesalahan didefinisikan sebagai berikut.

Et = Xt - Ft ............. (2.40)

Jika terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk n periode waktu, maka akan

terdapat n buah galat dan ukuran statistik yang dapat didefinisikan sebagai berikut

(Makridakis, 1999, p61).

• Nilai Tengah Galat (Mean Error)

∑=

=n

iie

nME

1

1 ............. (2.41)

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

34

• Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error)

∑=

=n

iie

nMAE

1

1 ............. (2.42)

• Jumlah Kuadrat Galat (Sum of Squared Error)

2

1∑=

=n

iieSSE ............. (2.43)

• Nilai Tengah Galat Kuadrat (Mean Squared Error)

neMSEn

ii /

1

2∑=

= ............. (2.44)

• Deviasi Standart Galat (Standart Deviation of Error)

)1/(1

2 −= ∑=

neSDEn

ii

............. (2.45)

Selain kelima ukuran standar di atas, ada juga beberapa ukuran relatif yang dapat

digunakan sebagai berikut (Makridakis, 1999, p62).

• Galat Persentase (Percentage Error)

%100xX

FXPEt

ttt

−= ............. (2.46)

• Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error)

∑=

=n

iiPE

nMPE

1

1 ............. (2.47)

• Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage Error)

∑=

=n

iiPE

nMAPE

1

1 ............ (2.48)

• Statistika Durbin-Watson

∑=

−−=− 2

1

21 )(

t

n

ttt

e

eeWD ............ (2.49)

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

35 2.8 Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)

2.8.1 Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)

Menurut Pressman (2002, p28), rekayasa perangkat lunak adalah pengembangan

dan pengunaan prinsip pengembangan suara untuk memperoleh perangkat lunak secara

ekonomis yang reliabel dan bekerja secara efisien pada mesin nyata.

2.8.2 Tujuan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)

Tujuan rekayasa perangkat lunak adalah sebagai berikut (Mulyanto, 2008, p3).

a. Memperoleh biaya produksi perangkat lunak yang rendah.

b. Menghasilkan perangkat lunak yang kinerjanya tinggi, andal dan tepat waktu.

c. Menghasilkan perangkat lunak yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform.

d. Menghasilkan perangkat lunak yang biaya perawatannya rendah.

2.8.3 Model Proses Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)

System Development Life Cycle (SDLC) adalah kerangka kerja yang terstruktur

yang terdiri dari urutan proses oleh sistem informasi yang dikembangkan. Dalam skripsi

ini digunakan pendekatan waterfall ke SDLC, di mana tugas-tugas dalam satu tahap

telah selesai sebelum melanjutkan pekerjaan ke tahap berikutnya (Potter, 2003).

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

36

Gambar 2.4 Model waterfall

Sumber: Turban Rainer Potter et al, Introduction to Information Technology, p45

Adapun penjelasan setiap tahap adalah sebagai berikut.

1. Systems Investigation

Semakin banyak waktu yang diinvestasikan dalam usaha memahami program

yang harus dipecahkan, dalam memahami pilihan teknis untuk sistem dan

pemahaman masalah yang mungkin terjadi selama perkembangan, semakin besar

kesempatan untuk benar-benar berhasil memecahkan (benar) masalah. Untuk

alasan ini, system investigation dimulai dengan masalah bisnis.

2. Systems Analysis

Systems analysis adalah pemeriksaan bisnis organisasi terencana untuk

memecahkan masalah dengan sistem informasi. Tahap ini mendefinisikan

masalah bisnis,mengidentifikasi penyebabnya, menentukan solusi dan

mengidentifikasi persyaratan informasi bahwa solusi harus terpenuhi.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

37

3. Systems Design

Systems analysis menggambarkan apa yang harus dilakukan untuk memecahkan

masalah bisnis, dan systems design yang menggambarkan bagaimana sistem akan

menyelesaikan tugas ini.

4. Programming

Programming melibatkan terjemahan spesifikasi desain ke dalam kode

komputer. Proses ini dapat menjadi panjang dan memakan waktu.

5. Testing

Testing akan memeriksa untuk melihat apakah kode komputer akan

menghasilkan hasil yang diharapkan dan mengalami kondisi tertentu. Testing

membutuhkan sejumlah besar waktu, tenaga dan biaya untuk melakukan dengan

benar.

6. Implementation

Implementation adalah proses konversi dari sistem lama ke sistem baru.

7. Operation and Maintenance

Setelah konversi, sistem baru akan beroperasi selama jangka waktu tertentu,

sampai (seperti yang lama digantikan oleh sistem baru) itu tidak lagi memenuhi

tujuannya. Sistem memerlukan beberapa jenis maintenance. Tipe pertama adalah

debugging, sebuah proses yang berlanjut sepanjang hidup dari sistem. Tipe

kedua adalah memperbarui sistem untuk mengakomodasi perubahan dalam

kondisi bisnis.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

38 2.8.4 Interaksi Manusia dan Komputer

Menurut Shneiderman (1998, p74-75) dalam perancangan sebuah interface

terdapat aturan-aturan yang telah dikenal dengan Eight Golden Rules of Interface

Design (delapan aturan emas).

1. Berusaha keras untuk konsisten (strive for consistency).

Konsisten ini adalah konsisten dalam penggunaan bentuk dan ukuran font,

pemberian warna pada latar belakang dan tulisan, pembuatan layout.

2. Memungkinkan pengguna menggunakan shortcut sesering mungkin (enable

frequent users to use shortcuts).

Pengurangan jumlah interaksi melalui fasilitas shortcuts memberikan manfaat

bagi pengguna dalam memberikan waktu respon dan waktu tampilan yang cepat.

3. Memberikan umpan balik yang informatif (offer informative feedback).

Untuk setiap tindakan yang dilakukan oleh user, harus diberikan umpan balik

(feed back). Umpan balik dapat berupa tampilan ataupun suara sehingga

pengguna mengetahui bahwa pernagkat lunak tersebut memberikan respon.

4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir (design dialogs to yield

closure).

Urutan dari tindakan harus diatur ke dalam suatu kelompok yang memiliki

bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Umpan balik yang informatif

dalam penyelesaian tindakan-tindakan akan memberikan kepuasan bagi pemakai.

5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana (offer error prevention and

simple error handling).

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

39

Dalam mendesain, sedapat mungkin diberikan error prevention, contohnya, pada

menu untuk memasukkan nama, user tidak diperbolehkan untuk memasukkan

angka. Jika user melakukan kesalahan, sistem harus dapat mendeteksi kesalahan

tersebut dan menampilkan kesalahan si pengguna dan memberikan contoh

penggunaan yang benar secara sederhana.

6. Mengizinkan pembalikan aksi dengan mudah (permit easy reversal of actions).

Dalam melakukan desain, sebisa mungkin diberikan undo. Hal ini akan

memudahkan user jika melakukan kesalahan yang tidak disengaja ketika sedang

mengerjakan sesuatu.

7. Menyediakan kendali internal bagi user (support internal locus of control).

Sistem harus dirancang supaya user merasa menguasai sistem dan sistem akan

memberi respon atas tindakan yang diberikan.

8. Mengurangi muatan memory jangka pendek (reduce short-term memory load).

Manusia mempunyai keterbatasan dalam mengingat sehingga memerlukan

tampilan sederhana, tampilan halaman-halaman dapat digabungkan, dan

pergerakan Windows dapat dikurangi.

2.8.5 Unified Modeling Language (UML)

UML (Unified Modeling Language) adalah penyulingan dari tiga notasi utama

dan sejumlah teknik pemodelan yang diambil dari beragam luas metodologi yang telah

dalam praktek selama dua dekade sebelumnya. Selama kali ini memiliki dampak tak

terbantahkan tentang cara kita memandang pengembangan sistem (Tom Pender, 2003).

UML memiliki beberapa diagram yang digunakan dalam menggambarkan suatu

sistem.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

40

Dalam skripsi ini, digunakan diagram sebagai berikut.

1. Use case diagram

Menggambarkan sekumpulan use case dan actor dan hubungan antara mereka.

Gambar 2.5 Contoh Use Case Diagram

Sumber: Tom Pender, UML Bible, chapter 12

Adapun komponen-komponen di dalam use case diagram adalah sebagai

berikut.

a. Actor: sebuah peran yang dimainkan oleh orang, sistem, perangkat, atau

bahkan sebuah perusahaan, yang memiliki saham dalam keberhasilan sistem

operasi.

b. Use Case: mengidentifikasi perilaku kunci dari sistem. Tanpa perilaku ini,

sistem tidak akan memenuhi persyaratan aktor.

c. Association: mengidentifikasi interaksi antara aktor dan use case. Setiap

asosiasi menjadi sebuah dialog yang harus dijelaskan dalam kasus

menggunakan narasi.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

41

d. Include relationship: mengidentifikasi penggunaan yang dapat digunakan

kembali kasus yang tanpa syarat dimasukkan ke dalam pelaksanaan

penggunaan lain kasus. Tanggung jawab untuk keputusan tentang kapan dan

mengapa menggunakan use case yang disertakan terletak dengan

menggunakan pemanggilan kasus.

e. Extend relationship: mengidentifikasi suatu kasus yang dapat digunakan

kembali menggunakan kondisional mengganggu pelaksanaan kasus

penggunaan lain untuk meningkatkan fungsinya. Tanggung jawab untuk

memutuskan saat memperpanjang kasus penggunaan harus digunakan

terletak pada penggunaan memperpanjang kasus ini.

2. Sequence diagram

Merupakan diagram interaksi yang menekankan pada urutan waktu dari

pertukaran message.

Gambar 2.6 Contoh Sequence Diagram Sumber: Tom Pender, UML Bible, chapter 9

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan ...library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-1-00609-STIF Bab 2.pdf · berhubungan dengan skala ekonomi dalam pengadaan dan

42 2.8.6 Diagram Alir (Flow Chart)

Diagram alir adalah sebuah skema yang mempresentasikan sebuah algoritma

atau sebuah proses. Adapun simbol-simbol dari diagram alir yang digunakan dalam ilmu

komputer seperti pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Simbol-simbol dalam diagram alir Sumber: Tom Pender, UML Bible, chapter 7

Notasi Arti Notasi

Proses

Predefined Proses

Operasi input / output

Decision, berupa pertanyaan atau penentuan suatu keputusan

Terminal, untuk menandai awal dan akhir program

Panah, sebagai penghubung antar komponen dan penunjuk arah

Manual input, input dari pengguna

On-page connector, sebagai penghubung dalam satu halaman

Off-page connector, sebagai penghubung antar halaman yang bersedia