BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-3-00375-SI BAB...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 …thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-3-00375-SI BAB...
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Proyek
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya
untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen).
2.1.2 Pengertian Proyek
Menurut Schwalbe (2000, p4), proyek ialah usaha temporer yang
dilakukan untuk menyelesaikan suatu tujuan yang unik.
Menurut Rakos (1990, p1), proyek adalah aktivitas yang
menghasilkan suatu produk atau jasa. Proyek selalu dimulai dengan
adanya masalah, yaitu user mendatangi tim proyek untuk meminta solusi
untuk menyelesaikan masalahnya.
Menurut buku Manajemen Proyek (2003, p2), beberapa aspek
yang perlu diperhatikan agar dapat memahami akan arti proyek itu sendiri
ialah sebagai berikut :
1. Tujuan : suatu proyek biasanya adalah suatu aktivitas yang
berlangsung dalam kurun waktu tertentu dengan hasil akhir tertentu.
7
2. Kompleksitas : proyek biasanya melibatkan beberapa fungsi
organisasi, karena diperlukan bermacam-macam ketrampilan dan
Bakat dari berbagai disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan dalam proyek.
3. Keunikan : suatu proyek adalah suatu pekerjaan yang sekali terjadi,
tidak pernah terulang dengan persis sama.
4. Tidak permanen : proyek merupakan aktivitas temporer. Organisasi
sementara dibentuk untuk mengelola personalia, material dan fasilitas
untuk mencapai tujuan tertentu, biasanya dalam jadwal tertentu, dan
sekali tujuan tercapai, organisasi akan dibubarkan dan akan dibentuk
organisasi baru untuk mencapai tujuan yang lain lagi.
5. Ketidakbiasaan (Unfamiliar) : proyek biasanya menggunakan
teknologi baru dan memiliki elemen yang tidak pasti dan beresiko.
6. Siklus hidup : proyek adalah suatu proses bekerja untuk mencapai
suatu tujuan, selama proses proyek akan melewati beberapa fase yang
disebut siklus hidup proyek.
2.1.3 Pengertian Manajemen Proyek
Menurut Schwalbe (2000, p8), manajemen proyek merupakan
aplikasi dari ilmu pengetahuan, keahlian, alat, dan teknik dari suatu
aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan stakeholder dan harapan
dari proyek tersebut.
Menurut buku Manajemen Proyek (2003, p3), manajemen proyek
merupakan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
8
dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan sumber daya tertentu. Manajemen proyek
mempergunakan personel perusahaan untuk ditempatkan pada tugas
tertentu dalam proyek.
2.2 Daur Hidup Manajemen Proyek
Menurut Rakos (1990, p7-p11), daur hidup proyek (Project Life Cycle)
ialah sebagai berikut :
1. Fase Definisi : yaitu mendefinisikan masalah dan kebutuhan user, yang
dibuat agar mengerti dengan baik masalah apa yang dialami oleh user dan
mendefinisikan apa saja yang diperlukan untuk membuat sistem yang dapat
membantu menyelesaikan masalah tersebut.
2. Fase Analisis : yaitu menganalisa spesifikasi yang dibutuhkan untuk
membuat sistem yang akan dibuat.
3. Fase Desain : yaitu mendesain interface dari sistem tersebut.
4. Fase Programming : yaitu fase dimana sistem itu dibuat dengan
menggunakan bahasa pemrograman yang sesuai.
5. Fase Testing : yaitu fase pengetesan sistem yang sudah dibuat, apakah masih
ada yang perlu diperbaiki atau semuanya sudah berjalan sesuai yang sudah
dibuat.
6. Fase Acceptance : yaitu fase persetujuan dengan user, dimana user
memeriksa apakah sistem yang dibuat sudah sesuai dan cocok untuk
membantunya menyelesaikan masalah atau belum.
9
7. Fase Operasi : yaitu fase dimana user sudah dapat menggunakan sistem yang
sudah dibuat tersebut.
2.3 Model Pengembangan Prototyping
Prototyping ialah proses membangun model dari sebuah sistem.
(http://www.umsl.edu/~sauter/analysis/prototyping/proto.html).
Menurut Olsen (2003, p128), prototyping sangat berguna dan dapat
membantu menunjuk pada pemahaman yang lebih besar dan definisi dari
kebutuhan proyek.
2.4 Sembilan Area Pengetahuan Manajemen Proyek
2.4.1 Manajemen Integritas Proyek
Menurut Schwalbe (2000, p49), Manajemen integritas proyek
meliputi proses yang terlibat dalam pengkoordinasian seluruh area
pengetahuan manajemen proyek lain di sepanjang daur hidup proyek. Hal
ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua elemen dari proyek
digunakan bersama waktu yang tepat untuk menyelesaikan suatu proyek
dengan baik.
Proses utama yang terlibat dalam manajemen integritas proyek
adalah :
a. Pengembangan Rencana Proyek (Project Plan Development)
Rencana proyek merupakan suatu dokumen yang digunakan
untuk mengkoordinasi seluruh dokumen perencanaan proyek dan
membantu memberi petunjuk akan eksekusi dan pengontrolan proyek.
10
Bagian dari rencana proyek meliputi pengenalan proyek secara garis
besar, deskripsi bagaimana proyek tersebut akan terorganisasi, proses
manajemen dan teknikal yang digunakan dalam proyek, dan bagian-
bagian yang menggambarkan pekerjaan yang harus diselesaikan,
schedule atau jadwal, dan biaya.
Karena tujuan utama manajemen proyek ialah untuk memenuhi
kebutuhan para stakeholder dan ekspektasi dari proyek, sangat
penting untuk menyertakan analisa stakeholder sebagai bagian dari
perencanaan proyek. Analisa stakeholder mendokumentasikan
informasi seperti : nama stakeholder kunci dan organisasi,
peranannya masing-masing dalam proyek, dan lain-lain.
b. Pengeksekusian Rencana Proyek (Project Plan Execution)
Pengeksekusian rencana proyek meliputi pengaturan dan
pelaksanaan pekerjaan yang sudah digambarkan pada rencana proyek.
Mayoritas waktu pada suatu proyek lebih banyak dihabiskan pada
pengekusian ini, seperti hal nya pada biaya proyek. Manajemen
integritas proyek menganggap perencanaan dan pengeksekusian
proyek sebagai hal yang saling berhubungan dan aktivitas yang tidak
bisa dipisahkan. Fungsi utama membuat perencanaan proyek ialah
untuk mengarahkan eksekusi proyek. Perencanaan yang baik,
tentunya juga akan menghasilkan produk, jasa, atau kerja yang baik
juga.
c. Pengontrolan Perubahan Secara Keseluruhan (Overall Change
Control)
11
Meliputi identifikasi, evaluasi, dan mengatur perubahan pada daur
hidup proyek secara keseluruhan. Tiga tujuan utama dari
pengontrolan perubahan secara keseluruhan adalah :
• Mempengaruhi faktor yang membuat perubahan untuk
memastikan bahwa perubahan tersebut dapat menguntungkan dan
bahwa proyek sudah berjalan dengan sukses.
• Memastikan bahwa perubahan sudah terjadi.
• Mengatur waktu terjadinya perubahan secara aktual.
Untuk menyelesaikan manajemen integritas proyek, keterlibatan
didalam lingkup proyek, kualitas, waktu, biaya, sumber daya manusia,
komunikasi, resiko dan manajemen pengadaan (procurement) sangat
penting. Karena semua itu terikat satu sama lain didalam area
pengetahuan, manajemen integrasi proyek bergantung pada aktivitas dari
8 area pengetahuan lainnya.
Banyak yang berpendapat bahwa manajemen integrasi proyek
merupakan kunci kesuksesan suatu proyek secara keseluruhan. Seseorang
harus bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan seluruh anggota tim,
perencanaan, dan aktivitas yang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah
proyek.
2.4.2 Manajemen Ruang Lingkup
Menurut Schwalbe (2000, p76), seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang sangat berhubungan dengan
12
kesuksesan suatu proyek. Kebanyakan dari faktor ini seperti keterlibatan
user, misi proyek yang jelas, pernyataan akan kebutuhan yang jelas, dan
perencanaan yang tepat, merupakan elemen-elemen dari manajemen
ruang lingkup. Salah satu aspek terpenting dan aspek tersulit dari
manajemen proyek ialah, mendefinisikan ruang lingkup proyek. Ruang
lingkup menunjuk pada keseluruhan usaha yang terlibat dalam
pembuatan suatu produk dari proyek dan proses yang digunakan dalam
pembuatannya.
Manajemen ruang lingkup proyek meliputi proses-proses yang
terlibat dalam mendefinisikan dan mengontrol apa saja yang termasuk
dan tidak termasuk pada sebuah proyek. Proses-proses utama yang
termasuk dalam manajemen ruang lingkup proyek ialah :
1. Inisiasi (Initiation)
Yaitu dimulainya suatu proyek oleh organisasi atau melanjutkan ke
tahap selanjutnya dari tahapan-tahapan yang ada dalam kegiatan suatu
proyek. Para ahli setuju bahwa langkah pertama dari menginisiasikan
proyek ialah melihat pada gambar atau ilustrasi besar dari
perencanaan strategis dari suatu organisasi. Sangat penting bahwa
proses perencanaan proyek teknologi informasi dimulai dengan
menganalisa keseluruhan strategi organisasi. Suatu organisasi harus
membangun strategi untuk menggunakan teknologi informasi untuk
mendefinisikan bagaimana TI dapat mendukung tujuan organisasi.
Output dari proses ini ialah project charter, yaitu dokumen kunci
13
yang secara formal menunjukan eksistensi atau keberadaan suatu
proyek dan menyediakan gambaran umum proyek tersebut.
2. Perencanaan Ruang Lingkup (Scope Planning)
Yaitu meliputi pembuatan dokumen untuk menyediakan dasar bagi
pembuatan keputusan dalam suatu proyek di masa mendatang,
termasuk kriteria untuk menentukan apakah suatu proyek atau fase
dari suatu proyek sudah diselesaikan dengan baik. Output dari proses
ini ialah pembuatan pernyataan ruang lingkup secara tertulis,
termasuk detail dukungan, dan ruang lingkup rencana manajemen.
Pernyataan ruang lingkup merupakan dokumen yang digunakan untuk
membuat dan mengkonfirmasikan pengertian umum dari ruang
lingkup proyek. Pernyataan ruang lingkup bervariasi atau berbeda-
beda tergantung pada tipe proyek. Proyek yang sangat besar dan
kompleks, memiliki pernyataan ruang lingkup yang sangat panjang.
Seperti dokumen manajemen proyek lainnya, pernyataan ruang
lingkup harus sesuai untuk dapat memenuhi kebutuhan suatu proyek.
3. Pendefinisian Ruang Lingkup (Scope Definition)
Setelah selesai perencanaan ruang lingkup, langkah selanjutnya ialah
lebih jauh mendefinisikan usaha yang diperlukan untuk suatu proyek
dan memecahnya menjadi lebih kecil agar lebih mudah di kelola atau
diatur. Definisi ruang lingkup yang baik sangat penting bagi
kesuksesan suatu proyek karena dapat membantu meningkatkan
keakuratan waktu, biaya, dan perkiraan sumber daya, hal ini juga
mendefinisikan basis atau dasar untuk pengukuran kinerja dan kontrol
14
proyek. Pada proses ini, tim proyek membuat WBS atau Work
Breakdown Structure.
• Menurut Schwalbe (2004, p92), WBS merupakan analisa yang
berorientasi hasil keluaran dari pekerjaan yang terlibat dalam
proyek yang mendefinisikan total ruang lingkup proyek. WBS
merupakan dokumen dasar bagi manajemen proyek, karena WBS
menyediakan dasar untuk perencanaan dan pengaturan jadwal
proyek, biaya dan perubahan.
4. Verifikasi Ruang Lingkup (Scope Verification) dan Pengontrolan
Perubahan Ruang Lingkup (Scope Change Control)
Verifikasi ruang lingkup meliputi penerimaan secara formal ruang
lingkup proyek oleh stakeholder. Untuk mendapat penerimaan secara
formal dari ruang lingkup proyek, tim proyek harus membuat
dokumentasi yang jelas dari produk suatu proyek dan prosedur untuk
mengevaluasi apakah proses dari proyek tersebut sudah diselesaikan
dengan baik.
2.4.3 Manajemen Waktu Proyek
Menurut Schwalbe (2000, p111), didefinisikan meliputi proses-
proses yang dibutuhkan untuk memastikan ketepatan waktu pengerjaan
suatu proyek. Proses-proses utama yang terlibat pada manajemen waktu
proyek ini adalah :
1. Definisi Aktifitas (Activity Definition)
15
Pendefinisian aktivitas menghasilkan WBS yang lebih spesifik dan
penjelasan support oleh tim proyek. Tujuan dari proses ini ialah untuk
memastikan tim proyek memiliki pengertian yang mendalam akan
aktivitas atau tahapan yang harus dijalankan sebagai bagian dari
ruang lingkup proyek.
2. Barisan Aktivitas (Activity Sequencing)
Setelah mendefinisikan aktivitas, langkah selanjutnya adalah barisan
aktivitas atau activity sequencing. Yaitu meliputi memeriksa kembali
aktivitas pada detail WBS, detail deskripsi produk, asumsi, dan
batasan untuk menentukan hubungan antar aktivitas.
3. Estimasi Durasi Aktivitas (Activity Duration Estimating)
Proses selanjutnya ialah mengestimasi durasi aktivitas. Output dari
proses ini ialah estimasi durasi untuk setiap aktivitas.
4. Pengembangan Jadwal (Schedule Development)
Pengembangan jadwal menggunakan hasil dari keseluruhan proses
manajemen waktu proyek yang sudah dilakukan untuk menentukan
waktu dimulai dan diakhirinya suatu proyek. Tujuan umum
pengembangan jadwal adalah untuk membuat jadwal proyek yang
realistis yang menyediakan basis atau dasar untuk mengawasi
kemajuan proyek. Beberapa tools dan teknik dapat membantu dalam
proses ini adalah :
2.4.3.1 Gantt Chart
Menurut Schwalbe (2000, p119), Gantt Chart menyediakan
format standard untuk menggambarkan informasi jadwal
16
proyek dengan memberikan daftar aktivitas proyek dan waktu
dimulai dan waktu selesai suatu proyek yang sesuai dengan
format kalender.
2.4.3.2 Critical Path Method (CPM)
CPM disebut juga teknik analisis jalur kritis (Critical Path
Analysis) yang merupakan teknik analisa jaringan proyek yang
digunakan untuk memprediksi total durasi proyek. Critical
path bagi sebuah proyek ialah serangkaian aktivitas yang
menentukan waktu paling awal suatu proyek dapat
diselesaikan. Critical path merupakan waktu terpanjang pada
diagram jaringan dan memiliki jumlah slack/float paling
sedikit. Slack/float adalah jumlah waktu aktivitas yang
mungkin tertunda tanpa menunda atau memundurkan aktivitas
lain yang berurutan atau tanggal penyelesaian suatu
proyek.
Gambar 2.1 Critical Path Method (CPM)
A estimate cost to complete project 12 weeks No predecessors
E Implement system 5 weeks Predecessor : C,
D develop training 20 weeks Predecessor : B
C build system 40 weeks Predecessor : B
B bid job and complete contract 1 week Predecessor : A
17
(Sumber : Olsen, Information System Project Management, 2003,
p185)
2.4.3.3 Program Evaluation And Review Technique (PERT)
Teknik lain manajemen waktu proyek ialah Program
Evaluation and Review Technique (PERT), yang merupakan
teknik analisa jaringan yang digunakan untuk mengestimasi
durasi proyek saat dimana ada tingkatan yang tinggi akan
ketidakpastian estimasi durasi aktivitas individu. PERT
menggunakan estimasi probabilitas waktu, yaitu estimasi
durasi berdasarkan pada estimasi optimis, most likely, dan
pesimis dari durasi aktivitas. Untuk menggunakan metode
PERT, dapat dihitung bobot rata-rata untuk estimasi durasi
bagi setiap aktivitas proyek dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
PERT Weighted Average =
optimistic time + 4x most likely time + pessimistic time
6
5. Kontrol Jadwal (Schedule Control)
Banyak hal yang terlibat dalam mengontrol perubahan jadwal proyek.
Sangat penting untuk pertama-tama memastikan bahwa jadwal proyek
sudah realistis. Tahap ini meliputi aktivitas pengontrolan dan
pengaturan perubahan schedule proyek.
18
2.4.4 Manajemen Biaya Proyek
Apa itu biaya? Textbook yang populer akan biaya akunting
menyatakan bahwa “Akuntan biasanya mendefinisikan biaya sebagai
sumber daya yang dikorbankan atau terdahulu untuk mencapai tujuan
yang spesifik”. Apa itu manajemen biaya proyek? Menurut Schwalbe
(2000, p144), Manajemen biaya proyek meliputi proses-proses yang
diperlukan untuk memastikan bahwa proyek diselesaikan dengan budget
atau anggaran yang sudah ditentukan. Proses-proses yang terlibat dalam
manajemen biaya proyek ini adalah :
1. Perencanaan Sumber Daya (Resource Planning)
Untuk mengestimasi anggaran, dan pengontrolan biaya, manajer
proyek dan tim nya harus menentukan sumber daya secara fisik
(manusia, alat, dan material) dan kuantitas dari sumber daya-sumber
daya tersebut yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Sangat
penting untuk melibatkan orang-orang yang memiliki pengalaman
dan keahlian pada proyek serupa. Output utama dari proses ini adalah
daftar kebutuhan sumber daya termasuk manusia, alat, dan material.
Disamping penyediaan basis atau dasar untuk perkiraan biaya,
anggaran, dan pengontrolan biaya, daftar sumber daya yang
dibutuhkan merupakan informasi vital bagi manajemen sumber daya
proyek, dan manajemen pengadaan proyek.
2. Perkiraan Biaya (Cost Estimating)
Setelah membuat daftar sumber daya yang dibutuhkan, manajer
proyek dan tim nya harus membangun beberapa estimasi dari biaya
19
untuk sumber daya tersebut. Output utama dari proses ini ialah
estimasi biaya, rincian support dan manajemen perencanaan biaya.
3. Penganggaran Biaya (Cost Budgeting)
Penganggaran biaya meliputi alokasi estimasi biaya proyek bagi
pekerjaan tiap individu. Demikian juga, jadwal proyek diperlukan
untuk mengalokasikan biaya lembur. Output utama dari proses ini
ialah dasar biaya (cost baseline). Dasar biaya (cost baseline)
merupakan fase waktu anggaran yang digunakan manajer proyek
untuk mengukur dan mengawasi jalannya alur biaya.
4. Pengontrolan Biaya (Cost Control)
Pengontrolan biaya proyek meliputi monitoring atau mengawasi
jalannya biaya, memastikan apakah adanya perubahan pada proyek
yang mempengaruhi biaya proyek dan menginformasikannya kepada
stakeholder. Output utamanya adalah revisi estimasi biaya, update
budget, tindakan koreksi, estimasi penyelesaian dan ilmu yang
dipelajari.
2.4.4.2 Constructive Cost Model (COCOMO)
Menurut Olsen (2003, p170), Constructive Cost
Models atau COCOMO digunakan untuk mengestimasi
effort yang diperlukan dalam membangun sebuah software.
Model dasar COCOMO menghitung effort pembuatan
sebuah software berdasarkan ukuran program.
Untuk software yang tergolong kecil, dan simpel
dan dibuat dengan tim yang tidak terlalu besar dengan
20
pengalaman yang baik, formula COCOMO untuk person-
months dari effort pengembangan waktu yang kronologis
adalah:
Person/month = 2.4 x (KLOC) 1.05 = E
Duration (months) = 2.5 x E 0.38
Dimana, E : effort
KLOC :1000 lines of code
Untuk proyek software yang tergolong menengah
dalam ukuran dan kompleksitas, dibangun oleh tim yang
terdiri dari pengalaman yang bermacam-macam adalah:
Person – month = 3.0 x KLOC 1.12 = E (usaha)
Duration ( waktu dalam bulan) = 2,5 . e 0,35
Terakhir formula COCOMO untuk proyek yang
dibangun dibawah kondisi yang sulit adalah:
Person – month = 3.6 x KLOC 1.2 = E (usaha)
Duration ( waktu dalam bulan) = 2,5 . e 0,32
Menurut Pressman (2002, p144), dalam buku
klasiknya tentang ekonomi rekayasa perangkat lunak, Barry
Boehm (BOE81) memperkenalkan hirarki model estimasi
perangkat lunak dengan nama COCOMO, kependekan dari
Constructive Cost Model (Model Biaya Konstruktif), hirarki
model Boehm berbentuk sebagai berikut :
21
Tabel 2.1 Tabel Model COCOMO Dasar
Proyek Perangkat Lunak ab bb cb db Organik 2,4 1,05 2,5 0,38 Semi-detached 3,0 1,12 2,5 0,35 Embedded 3,6 1,20 2,5 0,32
Model COCOMO ditetapkan untuk tiga kelas
proyek perangkat lunak. Dengan menggunakan terminologi
Boehm, ada :
1. Mode Organik : proyek perangkat lunak yang sederhana
dan relatif kecil dimana tim kecil dengan pengalaman
aplikasi yang baik mengerjakan serangkaian kebutuhan
yang lebih tidak tegar.
2. Mode Semi-detached : proyek perangkat lunak menengah
(dalam ukuran dan kompleksitas) di mana tim dengan
pengalaman pada tingkat yang berbeda-beda harus
memenuhi bauran yang kurang kuat dari syarat yang
ketat.
3. Mode Embedded : proyek perangkat lunak yang harus
dikembangkan ke dalam serangkaian perangkat keras,
perangkat lunak dan batasan operasional yang ketat.
Persamaan COCOMO dasar berbentuk :
E = ab KLOC bb
D = cbE db
22
Di mana E adalah usaha yang diaplikasikan dalam
person-month, D adalah waktu pengembangan dalam bulan
kronologis, dan KLOC adalah jumlah baris penyampaian
kode yang diperkirakan untuk proyek tersebut (diekspresikan
dalam ribuan). koefisien ab dan cb dan eksponen bb dan db ada
pada tabel 2.1.
2.4.4.3 Return Of Investment
Menurut Schwalbe (2000, p84), pertimbangan lain
mengenai finansial yang penting ialah Return of Investment
atau ROI, ialah income atau penghasilan yang dibagi dengan
modal atau investment. Contoh, untuk investasi saat ini
senilai $100, dan pada tahun depan menjadi $110, ROInya
adalah $110/100 atau 0,10 atau 10%.
Lebih besar nilai ROI, maka hal itu lebih baik.
Secara aritmatika, ROI dapat dirumuskan sebagai berikut:
Vf
ROI = X 100% Vi
Dimana :
Vf merupakan keuntungan yang diperoleh dalam suatu
waktu
Vi merupakan modal yang diinvestasikan
23
Jika ROI mendekati 100%, menandakan bahwa balik modal
dari investasi semakin cepat, dan begitu juga dengan
sebaliknya.
(Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Rate_of_return).
2.4.5 Manajemen Kualitas Proyek
Menurut Schwalbe (2000, p178), manajemen kualitas proyek
merupakan area pengetahuan yang sulit untuk didefinisikan. Organisasi
Standarisasi Internasional (ISO) mendefinisikan kualitas sebagai totalitas
karakteristik dari suatu entitas yang berhubungan dengan keahliannya
untuk memuaskan kebutuhan yang sudah dinyatakan. Tujuan utama dari
manajemen kualitas proyek ialah untuk memastikan bahwa proyek akan
memenuhi kebutuhan yang sudah ada. Mengingat bahwa manajemen
proyek meliputi pemenuhan kebutuhan dan ekspektasi stakeholder, tim
proyek harus membangun hubungan yang baik dengan stakeholder kunci,
khususnya pelanggan utama bagi proyek tersebut untuk lebih mengerti
apa arti kualitas yang bagi mereka.
Kualitas, oleh karena itu harus dipandang satu level atau pada
level yang sama dengan ruang lingkup proyek, waktu, dan biaya. Jika
stakeholder proyek tidak puas dengan kualitas dari bagaimana proyek
tersebut diatur atau bagaimana produk tersebut dihasilkan, tim proyek
harus membuat penyesuaian ruang lingkup, waktu dan biaya untuk
memenuhi kebutuhan dan ekspektasi stakeholder. Manajemen kualitas
proyek meliputi 3 proses dibawah ini :
24
1. Perencanaan Kualitas (Quality Planning)
Manajer proyek sekarang ini memiliki dasar pengetahuan yang luas
akan informasi yang berhubungan dengan kualitas, dan langkah
pertama untuk memastikan bahwa manajemen kualitas proyek sudah
terencana. Pada perencanaan kualitas proyek, sangat penting untuk
mengidentifikasikan standar kualitas yang relevan untuk setiap
proyek yang unik dan untuk mendesain kualitas menjadi produk dari
proyek dan proses yang terlibat dalam mengatur jalannya sebuah
proyek. Singkatnya, perencanaan kualitas meliputi identifikasi standar
kualitas apa saja yang relevan dengan proyek dan bagaimana
memenuhi kebutuhannya.
2. Jaminan Kualitas (Quality Assurance)
Jaminan kualitas meliputi keseluruhan aktivitas yang berhubungan
untuk memuaskan standar kualitas yang relevan bagi proyek atau
evaluasi kinerja proyek secara keseluruhan untuk memastikan bahwa
proyek akan memenuhi standard kualitas yang diinginkan. Tujuan
lain dari jaminan kualitas ialah peningkatan kualitas secara kontinu.
3. Pengontrolan Kualitas (Quality Control)
Walaupun salah satu tujuan utama pengontrolan kualitas ialah untuk
meningkatkan kualitas, output utama dari proses ini merupakan
keputusan persetujuan, pengerjaan ulang, dan penyesuaian proses.
Singkatnya, pengontrolan kualitas meliputi pengawasan/monitoring
hasil spesifik proyek untuk memastikan apakah proyek sudah
memenuhi standar kualitas yang relevan sementara
25
mengidentifikasikan cara untuk meningkatkan kualitas secara
keseluruhan.
Disamping beberapa pendapat yang disediakan dalam
menggunakan perencanaan kualitas yang baik, jaminan kualitas, dan
pengontrolan kualitas, terdapat beberapa hal yang terlibat dalam
memperbaiki kualitas proyek teknologi informasi. Kepemimpinan yang
kuat, pemahaman akan harga kualitas, penyediaan tempat kerja yang baik
untuk meningkatkan kualitas, dan kinerja yang baik untuk meningkatkan
keseluruhan kematangan organisasi dalam pengembangan software. Dan
manajemen proyek dapat membantu meningkatkan atau memperbaiki
kualitas tersebut.
2.4.6 Manajemen Sumber Daya Manusia Proyek
Menurut Schwalbe (2000, p209), banyak eksekutif perusahaan
mengatakan “Sumber daya manusia merupakan asset terpenting”. Sumber
daya manusia menentukan kesuksesan atau kegagalan suatu proyek.
Banyak manajer proyek setuju bahwa mengatur sumber daya manusia
dengan efektif merupakan salah satu tantangan tersulit yang harus
dihadapi. Manajemen sumber daya proyek merupakan salah satu
komponen vital dari manajemen proyek, khususnya pada bidang
teknologi informasi, dimana orang-orang yang berkualitas di bidangnya
sulit ditemukan.
Menurut Schwalbe (2000, 211), Manajemen sumber daya manusia
proyek meliputi proses-proses yang dibutuhkan untuk menciptakan
26
kegunaan yang paling efektif dari sumber daya manusia yang terlibat
dalam suatu proyek. Manajemen sumber daya manusia meliputi semua
stakeholder proyek seperti: sponsor, pelanggan, anggota tim proyek, staf
pendukung, para penjual yang mendukung proyek dan lain-lain. Proses
utama yang terlibat didalam manajemen sumber daya manusia proyek
yaitu :
1. Perencanaan Organisasional (Organizational Planning)
Perencanaan organisasional dalam suatu proyek meliputi
pengidentifikasian, dokumentasi, dan pemberian tugas, tanggung
jawab, dan melaporkan hubungan. Proses ini menghasilkan
grafik/diagram atau chart organisasi untuk proyek, peranan, dan
tanggung jawab penugasan. Sebelum membuat grafik ini, manajemen
senior dan manajer proyek harus mengidentifikasikan tipe orang
seperti apa yang benar-benar diperlukan untuk memastikan
kesuksesan suatu proyek. Contoh, jika kunci sukses dari suatu proyek
ialah dengan memerlukan programmer java, maka perencanaan
organisasional harus mencari orang yang benar-benar ahli di
bidangnya dengan kata lain, perencanaan organisasional harus
memenuhi kebutuhan tersebut. Kunci output dari proses ini meliputi
peranan dan tanggung jawab dari penugasan yang sering ditunjukkan
dalam bentuk matriks dan sebuah bagan organisasional suatu proyek.
2. Akuisisi Staf (Staff Aquisition)
Setelah membangun manajemen perencanaan staff, manajer proyek
harus bekerja sama dengan orang lain pada organisasi nya untuk
27
menugaskan personil proyek atau untuk mendapatkan sumber daya
manusia yang dibutuhkan sebagai staff proyek. Akuisisi staff
melibatkan cara mendapatkan kebutuhan personil yang ditugaskan
untuk meningkatkan kinerja proyek. Mendapatkan personil
merupakan salah satu tantangan yang penting bagi proyek teknologi
informasi. Bagaimanapun, organisasi tersebut harus memastikan
kembali bahwa orang-orang yang ditugaskan atau ditempatkan pada
posisi tertentu di dalam proyek harus sesuai dengan skill atau
kemampuan bidang orang tersebut.
3. Pengembangan Tim (Team Development)
Walaupun orang-orang yang di rekrut untuk bekerja pada sebuah
proyek sudah berkemampuan baik, harus dipastikan lagi bahwa
orang-orang tersebut dapat bekerja di dalam tim untuk dapat
memenuhi tujuan proyek. Pengembangan tim melibatkan
pembangunan kemampuan secara individu maupun tim untuk
meningkatkan kinerja proyek. Membangun kemampuan individu dan
tim juga merupakan tantangan bagi banyak proyek teknologi
informasi. Tujuan utama dari pengembangan tim ini ialah untuk
menolong atau membantu orang tersebut bekerja sama lebih efektif
untuk meningkatkan kinerja proyek.
2.4.7 Manajemen Komunikasi Proyek
Menurut Schwalbe (2000, p242), mengingat bahwa the Standish
group pada tahun 1995 menemukan 3 faktor yang berhubungan dengan
28
kesuksesan sebuah proyek ialah keterlibatan user, dukungan eksekutif
manajemen, dan statement kebutuhan yang jelas. Ketiga faktor ini
bergantung pada baik atau tidaknya kemampuan komunikasi masing-
masing tim atau sumber daya manusianya.
Menurut Schwalbe (2000, p243) tujuan dari manajemen
komunikasi proyek adalah untuk memastikan ketepatan waktu dan
kecocokan generasi, pengumpulan, penyebaran, penyimpanan dan
peletakan yang tepat dari informasi proyek. Proses utama yang terlibat
didalam manajemen komunikasi proyek adalah:
1. Perencanaan Komunikasi (Communication Planning)
Karena komunikasi begitu penting dalam sebuah proyek, setiap
proyek harus melibatkan rencana manajemen komunikasi, yaitu
dokumen yang memandu komunikasi proyek. Tipe rencana
manajemen komunikasi berbeda-beda menurut kebutuhan dari
proyek. Perencanaan komunikasi meliputi penentuan informasi dan
kebutuhan komunikasi stakeholder, yaitu siapa yang membutuhkan
infomasi, kapan dibutuhkannya dan bagaimana informasi tersebut
akan diberikan.
2. Pendistribusian Informasi (Information Distribution)
Memberikan informasi proyek kepada orang yang tepat, dalam waktu
yang tepat, dan dengan format yang dapat digunakan sama
pentingnya dengan membangun informasi pertama kali. Manajer
proyek dan tim nya harus memutuskan siapa yang akan menerima
informasi tertentu, tapi mereka juga harus memutuskan cara terbaik
29
untuk mendistribusikan informasi tersebut. Pendistribusian informasi
meliputi pembuatan informasi yang dibutuhkan bagi stakeholder
proyek dengan tepat waktu.
3. Pelaporan Kinerja (Performance Reporting)
Pelaporan kinerja menjaga stakeholder diinformasikan tentang
bagaimana sumber daya digunakan untuk mencapai tujuan proyek.
Perencanaan proyek dan hasil kerja merupakan input yang penting
bagi pelaporan kinerja. Pelaporan kinerja meliputi pengkoleksian dan
penyebaran informasi kinerja, termasuk laporan status, ukuran
kemajuan dan perkiraan. Output utama dari proses ini ialah laporan
status, laporan kemajuan, perkiraan, dan permintaan perubahan.
4. Penutupan Administratif (Administrative Closure)
Fase dari suatu proyek memerlukan penutupan. Penutupan
administratif terdiri dari verifikasi atau memeriksa dan
mendokumentasikan hasil proyek. Proses ini memformalkan
penerimaan sponsor atau pelanggan akan produk yang dihasilkan
proyek tersebut. Penutupan administratif juga memperbolehkan waktu
untuk mengkoleksi catatan proyek, memastikan bahwa catatan
tersebut sudah merefleksikan spesifikasi akhir, analisa efektivitas
proyek, dan arsip informasi untuk digunakan lagi di masa mendatang.
Telah dilihat bagaimana pentingnya komunikasi bagi suatu
proyek, ada beberapa area dimana manajer proyek dan tim nya harus
lebih memperhatikan dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan
komunikasi proyek, yaitu menggunakan skill komunikasi untuk
30
memecahkan konflik, membangun skill komunikasi dengan lebih baik,
mengadakan rapat atau meeting secara efektif, menggunakan template
untuk komunikasi proyek, dan membangun infrastruktur komunikasi.
2.4.8 Manajemen Resiko Proyek
Menurut Schwalbe (2000, p273), Manajemen resiko proyek
merupakan seni dan pengetahuan mengidentifikasi, penugasan dan
merespon resiko pada keseluruhan daur hidup proyek dan perhatian
dalam memenuhi tujuan proyek. Manajemen resiko bisa memiliki
pengaruh positif dalam memilih proyek, menentukan ruang lingkup
proyek, dan membangun schedule yang realistis, juga estimasi biaya. Hal
ini dapat membantu stakeholder proyek untuk memahami sifat dasar
suatu proyek, termasuk anggota tim dalam menentukan kelebihan dan
kekurangan, dan membantu untuk mengintegrasikan area pengetahuan
manajemen proyek yang lain.
Apa itu resiko? Kamus dasar mendefinisikan resiko sebagai suatu
kemungkinan untuk rugi atau kerusakan. Resiko proyek meliputi
pemahaman akan masalah yang berpotensi terjadi pada suatu proyek dan
bagaimana hal tersebut dapat mengganggu kesuksesan sebuah proyek.
Tujuan dari manajemen resiko proyek dapat dilihat sebagai
meminimalisasikan resiko potensial sementara memaksimalkan
kesempatan atau hasil dari proyek tersebut. Proses utama yang terlibat
didalam manajemen resiko proyek ialah:
1. Identifikasi Resiko (Risk Identification)
31
Ialah proses memperoleh pemahaman akan potensial hasil yang tidak
memuaskan yang berhubungan dengan proyek. Identifikasi resiko
meliputi penentuan resiko mana yang sekiranya dapat mempengaruhi
proyek dan mendokumentasikan setiap karakteristiknya.
2. Kuantifikasi Resiko (Risk Quantification)
Sekali manajer proyek mengidentifikasikan resiko, mereka harus
dapat menemukan pengaruh apa dari resiko tersebut yang sekiranya
akan mempengaruhi hasil akhir suatu proyek. Kuantifikasi resiko
ialah proses mengevaluasi resiko untuk menilai jarak atau hasil dari
suatu proyek. Teknik dalam proses ini ialah estimasi PERT, simulasi,
kalkulasi faktor resiko, keputusan ahli, dan perkiraan nilai moneter.
3. Pengembangan Respon Terhadap Resiko (Risk Response
Development)
Setelah resiko diidentifikasikan dan dikuantitasikan, suatu organisasi
harus membangun respon. Membangun respon terhadap resiko
meliputi pendefinisian langkah untuk meningkatkan kesempatan dan
membangun rencana untuk menangani resiko atau ancaman bagi
kesuksesan suatu proyek. Output dari proses ini ialah perencanaan
manajemen resiko.
4. Pengontrolan Respon Resiko (Risk Response Control)
Pengontrolan respon resiko meliputi eksekusi proses dan perencanaan
manajemen resiko untuk merespon terhadap resiko tersebut. Atau bisa
didefinisikan juga sebagai respon terhadap resiko selama berjalannya
suatu proyek. Output dari proses ini meliputi tindakan korektif dalam
32
merespon suatu resiko dan mengupdate perencanaan manajemen
resiko.
2.4.9 Manajemen Pengadaan Proyek
Menurut Schwalbe (2000, p300), Pengadaan (procurement) dapat
diartikan sebagai memperoleh barang dan atau jasa dari sumber daya luar.
Sebagai tambahan, banyak perusahaan yang mengoutsource data operasi
mereka atau dukungan help desk bagi perusahaan lain yang memiliki
spesialisasi pada area tersebut. Sebagai contoh, suatu perusahaan
mempekerjakan perusahaan konsultan besar untuk memfasilitasi
pengembangan perencanaan strategi teknologi informasi. Kebutuhan unik
setiap organisasi yang seperti ini dapat diisi oleh organisasi luar dengan
waktu yang ditentukan.
Kesuksesan banyak proyek teknologi informasi yang
menggunakan sumber daya dari luar organisasi nya biasanya dengan
manajemen pengadaan proyek yang baik. Manajemen pengadaan proyek
itu meliputi proses yang diperlukan untuk mendapatkan barang atau jasa
untuk proyek dari luar performance atau kinerja organisasi itu sendiri.
Proses utama yang terlibat di dalam manajemen pengadaan proyek adalah
:
1. Perencanaan Pengadaan (Procurement Planning)
Yaitu proses pengidentifikasian kebutuhan proyek mana yang dapat
ditemukan dengan menggunakan produk atau jasa dari luar
organisasi. Proses ini meliputi apa yang akan diadakan, bagaimana
33
pengadaan itu, berapa banyak yang untuk diadakan, dan kapan akan
diadakan. Bagi banyak proyek, sangat penting untuk kreatif dalam
proses perencanaan pengadaan. Input yang diperlukan untuk
perencanaan pengadaan adalah : pernyataan ruang lingkup proyek,
deskripsi produk, kondisi pasar, batasan dan asumsi.
2. Perencanaan Permohonan (Solicitation Planning)
Meliputi penyiapan dokumen yang diperlukan untuk permohonan dan
menentukan kriteria evaluasi untuk kontrak. Dalam proses ini ada dua
contoh dokumen permohonan seperti, Request For Proposal (RFP),
dan mengembangkan kriteria evaluasi.
3. Permohonan ( Solicitation)
Proses ini meliputi cara untuk memperoleh kuota, penawaran atau
proposal yang cocok. Proses ini biasanya meliputi penyelesaian
dokumen pengadaan, pengiklanan, mengadakan konferensi para
penawar, dan penerimaan proposal atau penawaran untuk kerja.
4. Pemilihan Sumber Daya (Source Selection)
Yang meliputi pemilihan antar para penjual yang potensial. Proses ini
melibatkan evaluasi vendor yang prospektif, negosiasi kontrak, dan
pemberian kontrak.
5. Administrasi Kontrak (Contract Administration)
Administrasi kontrak memastikan bahwa kinerja penjual memenuhi
kebutuhan yang berdasarkan perjanjian. Poses ini meliputi pengaturan
hubungan dengan vendor. Proses ini meliputi pengawasan kinerja
34
kontrak, pembayaran, dan pengadaan modifikasi atau perubahan
kontrak.
6. Penutupan Kontrak (Contract Close-Out)
Proses akhir dari manajemen pengadaan proyek ialah penutupan
kontrak. Penutupan kontrak meliputi verifikasi produk untuk
menentukan bahwa seluruh pekerjaan sudah diselesaikan dengan baik
dan sudah memenuhi kebutuhan. Penutupan kontrak juga termasuk di
dalamnya aktivitas administratif untuk mengupdate catatan untuk
merefleksikan hasil akhir dan mengarsipkan informasi untuk
digunakan lagi di masa mendatang, penerimaan dan penutupan
kontrak secara formal, juga audit kontrak.