BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Perpustakaan
Menurut undang-undang perpustakaan (UU nomor 43 tahun 2007),
“Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.”
Sedangkan menurut Sulistyo Basuki (1991:3),
“Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.”
Dengan demikian dapat disimpulkan perpustakaan merupakan institusi,
tempat atau lembaga yang menyimpan informasi dalam bentuk buku atau
bentuk-bentuk lain yang disimpan menurut aturan tertentu untuk digunakan
orang lain untuk bermacam-macam tujuan atau kebutuhan seperti untuk
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi tanpa harus
membayar.
2.2. Fungsi Perpustakaan
Perpustakaan sangat bermanfaat untuk mencari ilmu pengetahuan, namun
selain itu perpustakaan mempunya fungsi lain. Berikut adalah lima fungsi dari
perpustakaan:
7
1. Fungsi pelestarian
Perpustakaan berfungsi sebagai tempat menyimpan karya manusia,
khususnya karya cetak seperti buku, majalah, dan sejenisnya serta karya
rekaman seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya.
2. Fungsi informasi
Bagi mahasiswa dan dosen yang memerlukan informasi dapat memintanya
ataupun menanyakannya ke perpustakaan.Informasi yang diminta dapat
berupa informasi mengenai tugas sehari-hari, pelajaran maupun informasi
lainnya.Dengan koleksi yang tersedia, perpustakaan harus berusaha
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa dan dosen.
3. Fungsi pendidikan
Perpustakaan merupakan sarana pendidikan nonformal dan informal, artinya
perpustakaan merupakan tempat belajar di luar kampus maupun juga tempat
belajar dalam lingkungan kampus.
4. Fungsi rekrerasi
Mahasiswa dan dosen menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca
bacaan yang disediakan oleh perpustakaan. Fungsi rekreasi ini tampak nyata
pada perpustakaan umum, yaitu perpustakaan yang dikelola dengan dana
umum serta terbuka untuk umum.
5. Perpustakaan harus tumbuh berkembang.
Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan
apresiasi budaya. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan cara
8
menyelenggarakan pameran, ceramah, pertunjukan kesenian, pemutaran film
bahkan bercerita.
2.3. Manfaat Perpustakaan Universitas
Manfaat perpustakaan universitas menurut Ibrahim Bafadal (2008:12),
yaitu
1. Perpustakaan universitas dapat menimbulkan kecintaan mahasiswa-
mahasiswi terhadap membaca.
2. Perpustakaan universitas dapat memperkaya pengalaman belajar mahasiswa-
mahasiswi
3. Perpustakaan universitas dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang
akhirnya mahasiswa-mahasiswi mampu belajar mandiri.
4. Perpustakaan universitas dapat mempercepat proses penguasaan teknik
membaca.
5. Perpustakaan universitas dapat membantu perkembangan kecakapan
berbahasa.
6. Perpustakaan universitas dapat melatih mahasiswa-mahasiswi ke arah
tanggung jawab.
7. Perpustakaan universitas dapat memperlancar mahasiswa-mahasiswi dalam
menyelesaikan tugas-tugas kuliah.
8. Perpustakaan universitas dapat membantu dosen-dosen menemukan sumber-
sumber pengajaran.
9
9. Perpustakaan universitas dapat membantu mahasiswa-mahasiswi, dosen-
dosen, dan anggota staf universitas dalam mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2.4. Tujuan Perpustakaan
Menurut Sutarno (2011:72), Tujuan didirikannya perpustakaan adalah:
1. Sebagai tempat mengumpulkan atau menghimpun informasi dalam arti aktif.
2. Sebagai tempat mengolah atau memproses semua bahan pustaka dengan
metode atau sistem tertentu seperti registrasi, klasifikasi, katalogisasi dan
kelengkapan lainnya baik secara manual maupun menggunakan sistem
teknologi informasi.
3. Menjadi tempat menyimpan dan memelihara, artinya ada kegiatan untuk
mengatur, menyusun, menata, memelihara dan merawat agar koleksi rapi,
bersih, awet, utuh, lengkap, mudah diakses, dan tidak hilang atau rusak.
4. Merupakan agen perubahan dan agen kebudayaan dari masa lalu, masa kini
dan masa akan datang.
5. Membangun tempat informasi yang lengkap dan up to date bagi
pengembangan, pengetahuan dan perilaku atau skill.
2.5. Definisi Pelayanan
Terdapat banyak definisi dari pelayanan yang dikemukakan oleh para
pakar. Dan dari definisi menurut Zeithaml & Bitner (2003:3)adalah:
10
“Include all economic activities whose output is not a physical product or construction, is generally consumed at the time it is produced, and provided added value in forms (such as convenience, amusement, timeliness, comfort, or health) that are essentially intangible concerns of its first purchaser..”
Dari pengertian diatas maka dapat didefinisikan bahwa pelayanan adalah
kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain. Sebagai
produk, pelayanan memiliki beberapa karakter unik yang berbeda dari produk
barang.
Sedangkan menurut Kotler& Keller (2006:372), pelayanan dapat
didefinisikan sebagai berikut:
“A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. It’s production may or may not be tied to a physical product.”
Dari pengertian di atas dapat diartikan juga bahwa pelayanan adalah
setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain, yang
pada dasarnya bersifat tidak berwujud fisik dan tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu. Produksi pelayanan bisa berhubungan dengan produk fisik maupun
tidak.
2.6. Klasifikasi Pelayanan
Komponen pelayanan dapat merupakan bagian yang sedikit atau utama
dari sebuah penawaran. Sebuah pelayanan oleh Kotler& Keller (2006: 376)
dibedakan menjadi lima kategori :
11
1. Pure tangible goods
Disini penawaran hanya meliputi suatu barang yang dapat dilihat seperti
sabun, pasta gigi, buku, pensil dan lain-lain, dan tidak terdapat pelayanan
yang mendampingi produk tersebut.
2. Tangible goods with accompanying services
Disini penawaran terdiri dari barang berwujud yang didampingi oleh satu
atau lebih pelayanan untuk mempertinggi daya tarik pengguna.Misalnya
produsen alat elektronik tidak hanya menjual barang saja, tetapi juga disertai
dengan pelayanan pelayanan reparasi bila terjadi kerusakan.
3. Hybrid
Pada bentuk ini penawaran terdiri dari barang dan pelayanan yang sama
besar proporsinya. Contoh, sebuah restoran harus didukung oleh makanan
dan pelayanan yang sama pentingnya.
4. Major service with accompanying minor goods and services
Dalam hal ini penawaran terdiri dari pelayanan utama dan didukung oleh
pelayanan tambahan atau barang pendukung untuk meningkatkan kepuasan.
Contohnya: penumpang pesawat terbang yang membeli pelayanan
transportasi dengan tujuan sampai di tempat tujuan, namun dalam perjalanan
tersebut terdapat tambahan pelayanan berupa makanan, minuman, layar TV,
majalah dan lain-lain.
5. Pure service
Disini penawaran hanya terdiri dari sebuah pelayanan.Contohnya pengasuh
bayi, psikoterapi dan lain-lain.
12
2.7. Karakteristik Pelayanan
Ada empat karakteristik pelayanan yang dikemukakan oleh Zeithaml dan
Bitner (2003:20), yaitu:
1. Tidak berwujud (Intangibility)
Hal ini menyebabkan konsumen tidak dapat melihat, mencium, meraba,
mendengar dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk
mengurangi ketidakpastian, konsumen akan mencari informasi tentang jasa
tersebut, seperti lokasi perusahaan, para penyedia dan penyalur jasa,
peralatan dan alat komunikasi yang digunakan serta harga produk jasa
tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan
kepercayaan calon konsumen, yaitu sebagai berikut: 1. Meningkatkan
visualisasi jasa yang tidak berwujud, 2. Menekankan padamanfaat yang
diperoleh, 3. Menciptakan suatu nama merek (brand name) bagi jasa, atau 4.
Memakai nama orang terkenal untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.
2. Tidak terpisahkan (Inseparability)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu perusahaan jasa yang
menghasilkannya.Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Jika
konsumen membeli suatu jasa maka ia akan berhadapan langsung dengan
sumber atau penyedia jasa tersebut, sehingga penjualan jasa lebih diutamakan
untuk penjualan langsung dengan skala operasi terbatas. Untuk mengatasi
masalah ini, perusahaan dapat menggunakan strategi-strategi, seperti bekerja
dalam kelompok yang lebih besar, bekerja lebih cepat, serta melatih pemberi
jasa supaya mereka mampu membina kepercayaan konsumen.
13
3. Bervariasi (Variability)
Jasa yang diberikan sering kali berubah-ubah tergantung siapa yang
menyajikannya, kapan dan dimana penyajian jasa tersebut dilakukan.Ini
mengakibatkan sulitnya menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu standar.
Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan dapat menggunakan tiga
pendekatan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu sebagai berikut: a.
Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik. b.
Melakukan standarisasi proses produksi jasa. c. Memantau kepuasan
pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survei pelanggan, dan
comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik dapat diketahui
dan diperbaiki.
4. Tidak tahan lama (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan
datang. Keadaan mudah musnah ini bukanlah suatu masalah jika
permintaannya stabil, karena mudah untuk melakukanpersiapan pelayanan
sebelumnya. Jika permintaan berfluktuasi, maka perusahaan akan
menghadapi masalah yang sulit dalam melakukan persiapan pelayanannya.
Untuk itu perlu dilakukan perencanaan produk, penetapan harga, serta
program promosi yang tepat untuk mengantisipasi ketidaksesuaian antara
permintaan dan penawaran jasa.
14
2.8. Definisi Kualitas
Kualitas merupakan aspek penting dan perlu mendapatkan perhatian.
Kesadaran akan kualitas pun semakin meningkat baik dari penyedia pelayanan
maupun pengguna produk atau pelayanan. Hal ini dikarenakan oleh makin
meningkatnya pengetahuan dan tingkat keinginan pengguna terhadap kualitas
suatu produk atau pelayanan yang digunakan sehingga agar suatu produk atau
pelayanan tersebut mampu memuaskan pengguna, penyedia produk atau
pelayanan perlu melakukan peningkatan kualitas secara terus menerus.
Persepsi kualitas juga mengalami pergeseran, yang sebelumnya
berorientasi pada kualitas produk atau pelayanan, sekarang bergeser pada
kepuasan pengguna.Kualitas menurut paradigma modern adalah didasarkan pada
persepsi pengguna terhadap jenis produk atau pelayanan yang ditawarkan.Dalam
suatu produk, kualitas harus juga dipertimbangkan dari sudut pandang atau
pendapat pengguna terhadap kualitas itu sendiri, sehingga kebutuhan dan
keinginan pengguna sangat mempengaruhi.Oleh karena itu dalam pengolahan
suatu kualitas produk, tingkat kualitas harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
keinginan pengguna. Maka dalam hal ini yang penting adalah menjaga output
yang dihasilkan oleh penyedia produk atau pelayanan berada pada tingkat
kualitas yang diharapkan.
2.9. Definisi Kualitas Pelayanan
Ada beberapa definisi yang dibuat untuk mengartikan kualitas pelayanan
diantarnya adalah sebagai berikut:
15
Bitner dan Hubert dalam buku Rust & Oliver (1994:77), mendefinisikan kualitas
pelayanan sebagai berikut:
“The consumer’s overall impression of the relative inferiority/superiority of the organizational and its services.”
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa kualitas pelayanan adalah kesan
pengguna secara keseluruhan tentang rendahatau tingginya mutu suatu organisasi
dan pelayanan yang diberikannya.
Sedangkan Zeithaml (1990:19), mengartikan Kualitas pelayananadalah:
“Service quality as perceived by customers, can be defined as the extent of discrepancy between customer’s expectations or desires and their perception.”
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kualitas pelayanan, sebagaimana
yang dirasakan oleh pengguna, didefinisikan sebagai tingkat ketidaksesuaian
antara harapan dan keinginan pengguna dan tanggapan mereka.
Dari definisi-definisi diatas, maka kualitas layanan dapat didefinisikan
sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna yang disertai
dengan ketepatan dalam menyampaikannya sehingga terwujud kesesuaian antara
harapan pengguna dan pelayanan yang diberikan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu pelayanan
yang diharapkan (expected service) dan pelayanan yang diterima (perceived
service). Dengan mengacu pada dua faktor tersebut, kualitas layanan dibedakan
menjadi tiga sebagai berikut:
1. Memuaskan, bila kualitas layanan yang diterima pengguna lebih tinggi
daripada yang diharapkan.
16
2. Ideal, bila kualitas layanan yang diterima pengguna sesuai dengan yang
diharapkan.
3. Buruk atau jelek, bila kualitas layanan yang diterima pengguna lebih rendah
daripada yang diharapkan
Kualitas pelayanan yang diberikan oleh sebuah organisasi haruslah
diperhatikan agar memberikan nilai tambahdi matapengguna. Apabila kualitas
pelayanan yang diterima penggunasama dengan atau lebih baik dari yang
dibayangkan atau diharapkan,maka pengguna akan cenderung menggunakan
pelayanan tersebut kembali. Akan tetapi, jika pelayanan yang diterima lebih
rendah dari yang diharapkan, maka penggunaakan kecewa atau bahkan tidak
akan menggunakan pelayanan tersebut kembali.
Zeithaml (1990:42) menyatakan bahwa 5 penentu mutu pelayananadalah:
1. Product and service features
Customer satisfaction with a product or service is influenced significantly by the customer’s evaluation of product or service features. Research has shown that customers of services will make trade-offs among different service features, depending on the type of service being evaluated and the criticality of the service.
2. Customer Emotions Customers’ emotions can also affect their perceptions of satisfaction with product and services. These emotions can be stable, preexisting emotions. Specifics emotions may also be included by the consumption experience itself, influencing a consumer’s satisfaction with the service.
3. Attributions for service success or failure Attributions the perceived causes of events-influence perceptions of satisfaction as well. When they have surprised by an outcome (the service is either much better or much worse then expected), consumers tend to look for the reasons, and their assessments of the reasons can influence their satisfaction.
17
4. Perceptions of Equity or fairness
Customer satisfaction is also influenced by perceptions of equity and fairness. Notions of fairness are central to customers’ perceptions of satisfaction with product and services.
5. Other consumers, family members, and coworkers In addition to product and service features and one’s own individual feelings and beliefs, consumer satisfaction is often influences by other people.
2.10. Model Kualitas Pelayanan
Parasuraman(2002:5)merupakan penemu kualitas pelayan dan penentu
kualitas pelayanan tersebut yang dikenal dengan istilah service quality
(SERVQUAL).Kelima dimensi dalam kualitas pelayanan tersebut yang disebut
“The gaps model”.
Gambar 2.1 Model Kualitas Pelayanan
18
Service quality model tersebut mengidentifikasikan 5 (lima)gap atau
celah yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Gap antara harapan pengguna dengan persepsi manajemen
Pada kenyataannya pihak manajemen suatu organisasi tidak selalu
dapat merasakan atau memahami apa yang diinginkan para pengguna secara
tepat. Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu pelayanan
seharusnya didesain dan pelayanan-pelayanan pendukung atau sekunder apa
saja yang diinginkan pengguna
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya gap 1 adalah:
• Komunikasi interaksi manajemen-pengguna yang tidak memadai.
• Terlalu banyak lapisan manajemen dari staff hingga ke level top
manajemennya.
• Orientasi pemasaran yang tidak jelas, yang dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut.
o Riset pemasaran yang tidak mencukupi.
o Penggunaan hasil riset pemasaran tidak memadai.
o Kurangnya hubungan timbal balik antara pengguna dan pihak
manajemen.
2. Gap antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas pelayanan
Kadang kala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang
diinginkan oleh pengguna, tetapi mereka tidak menyusun suatu standard
kinerja tertentu yang jelas.
19
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya gap 2 adalah:
• Komitmen pihak manajemen terhadapa kualitas layanan yang diinginkan
pengguna yang tidak mungkin untuk dilaksanakan.
• Adanya persepsi manajemen terhadap kualitas layanan yang diinginkan
pengguna yang tidak mungkin untuk dilaksanakan.
• Standarisasi tugas yang tidak cukup memadai.
• Ketidakjelasan tujuan yang ingin dicapai.
3. Gap antara spesifikasi kualitas pelayananyang ditetapkan manajemen
dan pelayanan yang sesungguhnya diberikan
Karyawan memberikan pelayanantetapi tidak disertai dengan kualitas
yang seharusnya.
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya gap 3 adalah:
• Terjadinya kebingungan pada bagian pelaksana untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik karena tidak memiliki informasi dan keterampilan
yang dibutuhkan.
• Adanya persepsi dalam diri karyawan bahwa mereka tidak dapat
memenuhi semua permintaan dari semua individu yang harus mereka
layani. Hal ini dapat terjadi karena jumlah pengguna yang terlalu banyak
dan menginginkan pelayanan pada waktu yang sama.
• Adaptasi lingkungan dari karyawan yang tidak memadai.
• Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh karyawan
dalam melakukan tugasnya.
• Kurangnya pengawasan dan pengawasan yang tidak efektif.
20
• Tidak adanya rasa kebersamaan sebagai tim dari pihak pelaksana dan
pihak manajemen.
4. Gap antara penyampaian pelayanan dan komunikasi eksternal
Seringkali harapan pengguna dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan
atau janji yang dibuat oleh organisasi.Resiko yang dihadapi organisasi adalah
apabila janji yang diberikan ternyata tidak dipenuhi.
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya gap 4 adalah:
• Kecenderungan pihak manajemen untuk mengobral janji untuk menarik
pihak pengguna.
• Komunikasi horizontal yang tidak memadai, yang dapat disebabkan oleh:
o Komunikasi yang tidak memadai antara pihak operasi dan bagian
promosi.
o Komunikasi yang tidak memadai antara bagian penjualan dan operasi.
o Komunikasi yang tidak memadai antara bagian sumber daya manusia,
promosi dan operasi.
o Perbedaan di dalam kebijaksanaan dan prosedur di dalam departemen
atau cabang-cabang.
5. Gap antara pelayanan yang diterima dan pelayanan yang diharapkan
oleh pengguna
Gap ini akan dapat timbul pada saat pengguna menerima pelayanan
yang tidak sesuai dengan harapannya. Gap 5 merupakan gap yang utama
dimana harapan penggunaakan suatu pelayanan dibandingkan dengan
21
pelayanan yang diterimanya. Faktor-faktor utama penyebab terjadi gap 5
lebih merupakan gabungan dari gap 1 sampai gap 4.
2.11. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Parasuraman (2002:9) dimensi kualitas pelayanan awalnya
terdiri dari 10 dimensi, yaitu:
a. Access
b. Communication
c. Competence
d. Courtesy
e. Credibility
f. Reliability
g. Responsiveness
h. Security
i. Tangibles
j. Understanding/knowing the customer
Pada perkembangannya ke 10 dimensi itu dikelompokan oleh Zeithaml &
Bitner (2003:93) untuk menilai dan mengevaluasi tanggapan pengguna, yaitu :
a. Reliability
“The ability to perform promised service dependably and accurately. It involves consistency of performance and dependability”.
22
Kemampuan mewujudkan pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan dapat
dipercaya.Hal ini berarti organisasi pelayanan memberikan pelayanan yang
tepat, secara cepat, dan konsisten.
b. Responsiveness
“The willingness to help customers and to provide prompt service. It concerns the willingness or readiness of employees to provide services”. Keinginan atau kesiapan karyawan untuk membantu pengguna dan
menyediakan pelayanan yang tepat.Hal ini berarti harus ada kesiapan dari
karyawan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada pengguna.
c. Assurance, yang merupakan gabungan dari competence, courtesy, credibility
dan security
“The knowledge and courtesy of employees and their ability to convey trust and confidence”. Tingkat pengetahuan, kompetensi dan kesopanan yang dimiliki karyawan
serta kemampuan mereka untuk memberikan pelayanan yang jujur,
meyakinkan dan terpercaya.
d. Empathy, yang merupakan gabungan dari access, communication dan
understanding/knowing the customer
“The provision of caring, individualized attention the firm provides its customers; it involves making the efforts to understand the customer’s need”. Perhatian yang khusus yang diberikan kepada setiap pengguna secara
individu, termasuk membuat suatu usaha untuk mengerti kebutuhan
pengguna.
23
e. Tangibles
“The appearance of physical facilities, equipment, personnel and communication materials”. Tersedianya bukti fisik pelayanan, seperti fasilitas, perlengkapan, personil,
dan sarana komunikasi.
2.12. Definisi Kepuasan Pengguna
Pada umumnya kepuasan pengguna sering diartikan sebagai perbedaan
antara harapan (expectation), dengan kinerja yang dirasakan (perceived
performance) dari suatu produk.
Menurut Kotler& Amstrong (2006:13) kepuasan penggunaadalah:
“Satisfaction is a person’s feeling of pleasure disappointment resulting from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in relation to his or her expectation.” Menurut Blackwell, Miniard, dan Engel (2001:3) definisi kepuasan
penggunaadalah:
“Activitis people undertake when obtaining, consuming, and disposing of products and services”.
Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dari
perbedaan antara harapan dengan kinerja yang dirasakan. Apabila kinerja
dibawah harapan, maka penggunaakan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan
harapanatau melebihi, penggunaakan puas.
24
2.13. Harapan Pengguna Atas Pelayanan (Customer expectation of service)
Harapan pengguna melatarbelakangi mengapa dua organisasi pada jenis
bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh penggunanya. Dalam konteks
kepuasan pengguna, umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan
pengguna tentang apa yang akan diterimanya. Menurut Kotler & Keller
(2006:382) ada dasarnya, harapan pengguna dapat dibentuk dari beberapa hal
sebagai berikut:
• Kebutuhan pribadi (Personal needs)
Setiap pengguna atau pengguna pelayanan akan mempunyai suatu kebutuhan
yang mereka harapkan dapat dipenuhi oleh pelayanan tersebut
• Pengalaman sebelumnya (Previous experiences)
Pengalaman atas pembelian atau penggunaan pelayanan di masa lampau akan
mempengaruhi ekspektasi di masa mendatang atas pelayanan itu sendiri.
• Cerita dari orang lain (Word of mouth communications)
Ekspektasi akan semakin terbentuk dengan adanya komunikasi dengan orang
yang menggunakan pelayanan dibandingkan dengan pemberi pelayanan itu
sendiri. Komunikasi ini dapat meliputi keluarga, teman, atau kenalan.
• Komunikasi yang tersirat (Implicit service communication)
Dapat berupa pernyataan dari organisasi penyedia pelayanan atau dari
brosur-brosur serta media-media lainnya.
• Komunikasi yang tidak tersirat (Explicit service communication)
Meliputi faktor-faktor fisik seperti keadaan gedung, lokasi yang strategis dan
lain-lain.
25
Menurut Tjiptono (1997:24) kepuasan atau ketidakpuasan pengguna
adalah respon pengguna terhadap evolusi ketidaksesuaian yang dirasakan antara
harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan bahwa pada
persaingan yang semakin ketat ini, semakin banyak produsen yang terlibat dalam
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pengguna sehingga hal ini menyebabkan
setiap organisasi menempatkan orientasi pada kepuasan pengguna sebagai tujuan
utama, antara lain dengan semakin banyaknya komitmen terhadap kepuasan
pengguna dalam pernyataan misi dan iklan.
2.14. Manfaat Pengukuran Kepuasan Pengguna
Menurut Hawkins dan Cooney (1995:410), manfaat pengukuran
kepuasan penggunaadalah:
• Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan berprestasi, yang
diterjemahkan menjadi pelayanan prima kepada pengguna.
• Pengukuran bisa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan standar
prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan mereka menuju mutu
yang semakin baik dan kepuasan pengguna yang semakin meningkat.
• Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada pelaksana, terutama bila
pengguna sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau organisasi yang
memberikan pelayanan.
• Pengukuran memberi tahu organisasiapa yang harus dilakukan untuk
memperbaiki mutu dan kepuasan pengguna serta bagaimana harus
melakukannya.
26
2.15. Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction indexmenurut Freddy Rangkuti (2003:24) adalah
indeks untuk menentukan tingkat kepuasan pengguna secara menyeluruh dengan
pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan atribut-atribut yang
diukur.
2.1 Tabel CSI Index CSI Interpretation
X ≤ 64% Sangat buruk (Very Poor) 64% < X ≤ 71% Buruk (Poor) 71% < X ≤ 77% Perlu perhatian (Cause for concern) 77% < X ≤ 80% Perbatasan (Border Line) 80% < X ≤ 84% Bagus (Good) 84% < X ≤ 87% Sangat bagus (Very Good)
X > 87% Sempurna (Excellent) Sumber: Fredy Rangkuti, Measuring Customer Satisfaction, 2003
2.16. Regresi Linier Berganda
Metode ini pada prinsipnya merupakan suatu model yang parameternya
linier, dan secara kuantitatif dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh suatu
variabel terhadap variabel lainnya. Secara matematis hubungan antar variabel
tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan antar variabel terikat Y
dengan satu atau lebih variabel bebas X1, X2, X3,…, Xn.
Dalam satu persamaan regresi yang menggunakan variabel bebas lebih
dari satu disebut sebagai model regresi linier berganda (Nachrowi & Hardius,
2008). Bentuk dari model regresi linier berganda adalah:
27
Analisis regresi linier berganda memerlukan asumsi klasik yang secara statistik
harus dipenuhi. Asumsi klasik tersebut meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual
yang terdistribusi normal.Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-
masing variabel tetapi pada nilai residualnya.Sering terjadi kesalahan yang
jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing
variabel.Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas
pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
Pengertian normal secara sederhana dapat dianalogikan dengan sebuah
kelas.Dalam kelas siswa yang bodoh sekali dan pandai sekali jumlahnya
hanya sedikit dan sebagian besar berada pada kategori sedang atau rata-
rata.Jika kelas tersebut bodoh semua maka tidak normal, atau sekolah luar
biasa.Dan sebaliknya jika suatu kelas banyak yang pandai maka kelas
tersebut tidak normal atau merupakan kelas unggulan. Pengamatan data yang
normal akan memberikan nilai ekstrim rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit
dan kebanyakan mengumpul di tengah. Demikian juga nilai rata-rata, modus
dan median relatif dekat.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot,
uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak
ada metode yang paling baik atau paling tepat.
28
Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya
signifikansi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan
metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh
dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan
transformasi data, melakukan trimming data outliers atau menambah data
observasi. Transformasi dapat dilakukan ke dalam bentuk Logaritma natural,
akar kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva
normalnya, apakah condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di tengah atau
menyebar ke samping kanan dan kiri.
b. Uji multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi
yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear
berganda.Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya,
maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
terganggu.
Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan
multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF), korelasi
pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues dan
condition index (CI).
Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas
adalah sebagai berikut:
1) Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang
tinggi.
29
2) Menambah jumlah observasi.
3) Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma
natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
4) Dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang
masih jarang sekali digunakan.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara
suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1).Secara sederhana adalah
bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi
dengan data observasi sebelumnya.Uji autokorelasi hanya dilakukan pada
data time series (runtut waktu) dan tidak harus dilakukan pada data cross
section seperti pada kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan
secara serempak pada saat yang bersamaan.
Beberapa uji statistik yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-
Watson, uji dengan Run Test dan jika data observasi di atas 100 data
sebaiknya menggunakan uji Lagrange Multiplier. Beberapa cara untuk
menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan mentransformasikan
data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk
persamaan beda umum (generalized difference equation). Selain itu juga
dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya
menjadi salah satu variabel bebas, sehingga data observasi menjadi
berkurang 1.
30
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat
kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap atau disebut homoskedastisitas.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter
plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai
residualnya).Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu
pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar
atau sebaliknya melebar kemudian menyempit.Uji statistik yang dapat
digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White.
Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi
heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk
logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif.Atau
dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang
mengalami gangguan heteroskedastisitas.
e. Uji Asumsi linieritas.
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang
dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak.Uji ini jarang digunakan
pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah
teoritis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya
adalah linear.Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan
31
hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi
linear, misalnya masalah elastisitas.
Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah
linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan
adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak.Uji linearitas
digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel
yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi
yang ada.Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test
atau uji Lagrange Multiplier.
2.17. Uji F
Uji F merupakan pengujian secara bersama-sama (simultan) pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.Uji ini dilakukan dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel.Apabila nilai Fhitung lebih
besar dari nilai Ftabel, maka variabel bebas secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas.Kesimpulan ini dapat
juga dilihat dari nilai signifikansi Fhitung. Bila signifikansinya lebih tinggi
daripada tingkat keyakinan (α = 0,05) maka seluruh variabel independen tidak
punya pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap varaibel dependennya,
begitupun sebaliknya. Bila signifikansinya lebih kecil daripada tingkat keyakinan
(α = 0,05) maka paling tidak salah satu variabel independen mampunyai
pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variabel dependennya.
32
2.18. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
individu (parsial) terhadap variabel dependen.Uji ini dilakukan dengan
membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel.Apabila nilai thitung lebih besar
dari nilai ttabel, maka variabel bebas secara individu mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel tidak bebas.Kesimpulan ini dapat juga dilihat dari
nilai signifikansi thitung. Bila signifikansinya lebih tinggi daripada tingkat
keyakinan (α = 0,05) maka variabel independen tidak punya pengaruh yang
signifikan secara parsial terhadap varaibel dependennya, begitupun sebaliknya.
Bila signifikansinya lebih kecil daripada tingkat keyakinan (α = 0,05) maka
variabel independen mampunyai pengaruh yang signifikan secara parsial
terhadap variabel dependennya.
2.19. Importance-Performance Analysis (IPA)
Analisa ini berguna untuk memetakan tingkat kepentingan dan juga
tingkat performa dari masing-masing atribut yang ditanyakan di dalam kuesioner,
sehingga nantinya memudahkan untuk membuat strategi dalam meningkatkan
kepuasan pengguna.
Empat kuadran yang terdapat dalam Importance-Performance Matrix
adalah sebagai berikut (Kotler & Keller, 2006:388):
• Kuadran 1 (Concentrate here)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap paling penting
oleh pengguna tetapi pada kenyataannya faktor ini belum sesuai seperti yang
33
dia harapkan (tingkat kepuasan yang diperoleh masih rendah).Variabel-
variabel yang termasuk ke dalam kuadran ini harus ditingkatkan. Caranya
adalah organisasi melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga
kinerja variabel yang ada dalam kuadran ini akan meningkat.
• Kuadran 2 (Maintain performance)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh
pengguna dan faktor-faktor yang dianggap penting oleh pengguna ini sudah
sesuai dengan yang dirasakannya sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih
tinggi.Variabel-variabel yang termasuk di dalam kuadran ini harus tetap
dipertahankan karena semua variabel ini menjadikan produk/pelayanan
tersebut unggul di mata pengguna.
• Kuadran 3 (Not important)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting
oleh pengguna dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu
istimewa.Peningkatan variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini
dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang
dirasakan oleh pengguna sangat kecil.
• Kuadran 4 (Possible overkill)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting
oleh pengguna dan dirasakan terlalu berlebihan.Variabel-variabel yang
termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar organisasi dapat
menghemat biaya.
34
Gambar 2.2 Importance-Performance Matrix
2.20. Analisis Mean
Analisis mean adalah penelitian nilai yang didapatkan dari perhitungan
rata-rata dari sebuah data. Analisis ini sama seperti mencari rata-rata dari sebuah
data.
2.21. JavaScript
JavaScript merupakan salah satu bahasa yang paling banyak digunakan
di dunia.Hampir tidak ada satupun halaman web site yang ada saat ini yang tidak
mengandung JavaScript.Menurut Negrino dan Smith (2004:1), JavaScript adalah
sebuah bahasa pemrograman yang dapat digunakan untuk membuat halaman web
site lebih interaktif.
Menurut buku yang dikarang oleh Mark Baartse, Stuart Conway, Jean-
Luc David, Sing Li, Nigel McFarlane, Sean B. Palmer, John Stephens, Margie
35
Virdell, Stephen Williams, Paul Wilton, Cliff Wootton dan Jeff Yates (2001:3)
dengan JavaScript ada beberapa hal yang dapat lakukan, misalnya:
• Insert, update, delete content dan tags dari HTML
• Capture dan process input pengguna dari keyboard maupun mouse
• Mengatur browserwindows, gambar, animasi, form dan cookies
• Mencari versi dan informasi dari browser
JavaScript adalah sebuah third generation language (3GL)
• Melakukan kalkulasi seperti yang dilakukan banyak bahasa pemrograman
JavaScript adalah bahasa berbasis client-side, yang didesign untuk
bekerja dengan mesin, bukan server, kareana itu JavaScript mempunyai
beberapa keterbatasan, sebagian besar untuk alasan keaman, misalnya:
• JavaScript tidak diizinkan membaca atau menulis file di mesin client.
Jadi, JavaScript tidak bisa menyebarkan virus ke dalam mesin ataupun
memanipulasinya. Tetapi ada pengecualian untuk file cookie di browser,
itupun ada batasan.
• JavaScript tidak diizinkan membaca atau menulis file di mesin server.
Dibutuhkan program lain di server untuk mengatasi ini.
• JavaScript tidak bisa menghapus sebuah window yang belum dibuka. Ini
untuk menghindari situasi dimana sebuah site mengambil alih browser
dan menutup window dari web site lain.
• JavaScript tidak bisa membaca informasi dari halaman web site yang
berasal dari server lain. Dengan kata lain, sebuah halaman web site tidak
bisa membaca informasi dari window lain yang terbuka.
36
2.22. ActiveX
ActiveXcontrol adalah sebuah programsecurity dari Microsoft. ActiveX
merupakan kumpulan dari teknologi OOP (Object Oriented Programming) dan
alat yang dikembangkan oleh Microsoft pada tahun 1996 untuk berbagi
informasi antar aplikasi yang berbeda.ActiveX adalah perkembangan dari
teknologi Microsoft lainnya yang disebut OLE (Object Linking and Embedding)
dan COM (Component Object Model). Biasanya, Internet Exlporer
menggunakan ActiceX untuk men-load aplikasi lain di browser.
Salah satu keuntungan dari ActiveX adalah bisa digunakan untuk banyak
aplikasi. Sayangnya, bisa digunakan untuk maliciouscode yang bisa mengakses
file penting.
2.23. Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)
Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak
Kerangka kerja yang meliputi sebuah proses, seperangkat metode, dan
sebuah array dari alat itu yang disebut rekayasa piranti lunak. Saat ini, perangkat
lunak mengambil peran ganda.Sebagai produk dan sebagai kendaraan dalam
menyampaikan sebuah produk.Sebuah produk, perangkat lunak memberikan
potensi komputasi yang diwujudkan oleh perangkat keras komputer atau, lebih
luas, dengan jaringan komputer yang dapat diakses oleh perangkat kerasa lokal.
Sebagai kendaraan untuk mengantarkan produk, perangkat lunak bertindak
sebagai dasar untuk control komputer (sistem operasi), komunikasi informasi
37
(jaringan), dan penciptaan dan pengendalian program – program lain (Pressman,
2005).
Model Proses Perangkat Lunak
Model-model dalam proses perangkat lunak sangat banyak, kali ini
peneliti akan menggunakan model waterfall.
Tahap – tahapnya adalah sebagai berikut (Somerville, 2011:29):
1. Analisis dan definisi persyaratan
Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan
didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program yang akan
dibangun. Fase ini harus dikerjakan secara lengkap untuk bias menghasilkan
desain yang lengkap.
2. Perancangan sistem dan perangkat lunak
Desain dikerjakan setelah kebutuhan selesai dikumpulkan secara lengkap.
3. Implementasi dan pengujian unit
Desain program diterjemahkan ke dalam kode-kode dengan menggunakan
bahasa pemrograman yang sudah ditentukan. Program yang akan dibangun
langsung diuji baik secara unit.
4. Integrasi dan pengujian sistem
Penyatuan unit-unit program kemudian diuji secara keseluruhan.
5. Operasi dan pemeliharaan
Mengoperasikan program dilingkungannya dan melakukan pemeliharaan,
serta penyesuaian atau perubahan karena adaptasi dengan situasi sebenarnya.
38
Gambar 2.3 Model Waterfall
2.24. Usability of Sistem
Kesan pertama dari suatu halaman web site sangat penting. Meskipun
kesan pertama penting, hal ini tidak akan selalu membuat pengguna untuk tetap
menggunakan atau mengunjungi halaman web site tersebut. Usability dari suatu
sistem selalu diketahui sebagai sesuatu yang penting, tetapi sangat sering tidak
diperhatikan. Hal ini sangat mengejutkan mengingat user interface merupakan
suatu pengalaman, termasuk juga user interface website suatu perpustakaan.
Di banyak perpustakaan, jumlah pengunjung yang datang telah menurun
secara signifikan semenjak pertengahan tahun 90an. Tidak mengejutkan karena
pengguna lebih memilih web site sebagai sarana untuk mencari informasi.
Menurut Kochtanek dan Matthews (2002:188), ada 3 bagian yang
membentuk piramida yang harus bekerjasama untuk mendesign dan memaintain
suatu website, yaitu librarian, graphic designer dan computer coding person. Jika
hanya 2 bagian yang bekerja sama, tidak mengejutkan bila web site tidak bisa
memenuhi kebutuhan pengguna.
39
Gambar 2.16 Piramida Web Site Design
Steven Krug, Patrick Lynch, Jakob Nielsen, Louis Rosenfeld, dan Jared
Spool merekomendasikan 3 hal untuk sebuah web site, yaitu:
a. Provide locally developed information
Pengunjung sebuah web site mencari informasi. Jika web site perpustakaan
mendukung apa yang dia perlukan atau menyediakan layanan yang berguna,
seperti layanan untuk menghubungi pustakawan, mengecek buku yang
diinginkan dan sebagainya, pengguna memilki kemungkinan untuk kembali
mengunjungi web site perputakaan tersebut.
b. Be easy to find and access
Kemudahan untuk mencari informasi sangat penting untuk pengguna.Menu
navigasi yang jelas akan sangat membantu mereka untuk memenuhi
kebutuhannya.
Librarian
Computer Coding Person
Graphics Designer
40
c. Be well formatted and edited
Design yang konsisten membantu pengguna untuk menjelajahi isi website
tersebut. Perpustakaan harus secara terus menerus memperbahurui web site
agak sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2.25. Human Computer Interaction
Menurut Shneiderman (2010:88), dalam perancangan sebuah interface
terdapat aturan-aturan yang telah dikenal dengan Eight Golden Rules in Interface
Design (delapan aturan emas), yaitu:
a. Strive for consistency
Aturan ini adalah aturan yang paling sering dilanggar.Mengikuti
aturan ini bisa rumit karena ada banyak bentuk konsistensi.Konsistensi warna,
tata letak, huruf besar, dan sebagainya dilakukan pada urutan tindakan,
perintah, dan istilah yang digunakan pada promt, menu, serta layar
bantuan.Tetapi ada pengecualian, seperti peringatan password atau
konfirmasi.
b. Enable frequents users to use shortcuts
Karena frekuensi penggunaan meningkat, begitu juga keinginan
pengguna untuk mengurangi jumlah interaksi dan untuk meningkatkan
kecepatan interaksi, shortcut, tombol khusus, perintah tersembunyi, dan
fasilitas makro sangat dihargai oleh pengguna yang sudah berpengalaman.
c. Offer informative feedback
41
Untuk setiap tindakan pengguna, sebaiknya sistem harus ada umpan
balik.Untuk tindakan yang sering dilakukan ataupun tindakan tidak terlalu
penting, dapat dilakukan umpan balik yang sederhana.Sedangkan untuk
tindakan yang jarang dan tindakan-tindakan penting, umpan balik harus lebih
besar.
d. Design dialogs to yields closure
Urutan tindakan sebaiknya diorganisir dalam suatu kelompok dengan
bagian awal, tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatifakan
memberikan indikasi bahwa cara yang dilakukan sudah benar dan dapat
mempersiapkan kelompok tindakan yang lainnya.
e. Offer error prevention and simple error handling
Sedapat mungkin, sistem didesain sehingga pengguna tidak dapat
membuat kesalahan fatal.Jika pengguna membuat kesalahan, sistem harus
mendeteksi kesalahan dengan cepat dan memberikan mekanisme perbaikan
yang sederhana.
f. Permit easy reversal of actions
Sebanyak mungkin, tindakan harus reversible.Hal ini dapat
mengurangi kekuatiran pengguna, karena pengguna tahu bahwa kesalahan
dapat dibatalkan, sehingga pengguna tidak takut untukmencoba pilihan-
pilihan lain yang belum biasa digunakan.
g. Support internal locus of control
Pengguna berpengalaman menginginkan mereka memegang kendali
atas sistem dan harus merespon tindakan mereka.Tindakan sistem yang
42
mengejutkan, membosankan, ketidakmampuan atau kesulitan dalam
memperoleh informasi yang diperlukan, dan ketidakmampuan untuk
menghasilkan tindakan yang diinginkan semua membangun kecemasan dan
ketidakpuasan.
h. Reduce short-term memory load
Keterbatasan ingatan manusia memerlukan tampilan tetap yang
sederhana atau banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan.