BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00483-TIAS Bab 2.pdf12 produksi yang...
Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00483-TIAS Bab 2.pdf12 produksi yang...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Karakteristik Industri Mobil
Ciri produk industri mobil adalah: variasi produk yang semakin banyak dan
pergantian produk yang begitu cepat. Selain itu juga kini produk industri mobil sudah
mulai diekspor ke luar negeri sehingga haruslah sesuai dengan persyaratan-
persyaratan yang disyaratkan oleh negara pengekspor. Menyadari tuntutan itu, maka
jenis atau variant yang dihasilkan akan terus bertambah.
Karena adanya tuntutan yang berubah sesuai dengan perkembangan zaman, maka
dibutuhkan fleksibilitas didalam sistem produksi mobil itu sendiri. Oleh karena itu
kita harus memahami karakteristik dari industri mobil ;
1. Kegiatan produksi merupakan suatu kegiatan yang terintegerasi, banyak sekali
jenis proses produksi yang diperlukan sejak bahan baku sampai kepada
produk akhir. Hal ini perlu kita perhatikan karena setiap jenis proses produksi
mempunyai karakteristik yang berbeda, yang memerlukan pengaturan yang
mungkin berbeda-beda. Ditambah lagi dengan macam-macam jenis material
yang dipakai seperti metal, rubber, glass, ceramics, dan lain sebagainya.
9
2. Kegiatan perakitan adalah kegiatan labour intensive, ketergantungan terhadap
unsur orang dalam proses perakitan sangat tinggi. Dengan jenis produk yang
bermacam-macam yang menjadi tuntutan dari customer kita, maka
ketergantungan terhadap orang dalam proses produksi akan meningkat terus.
3. Lead time dari produk baru sejak dari design sampai ke pasar sangat lama
sehingga koordinasi antar proses sejak dari design, part supply, production
preparation mutlak diperlukan sebelum akhirnya kita perkenalkan produk
baru tersebut ke pasar dan karena waktu yang lama maka kegiatan ini
merupakan kegiatan dengan resiko yang tinggi.
4. Kegiatan produksi memerlukan investasi yang besar, untuk membeli mesin
peralatan dan pabrik, hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tidak
hanya pada saat membuat pabrik baru untuk produk tertentu, tapi juga pada
saat pengembangan produk tertentu yang juga memerlukan investasi baru.
Dengan segala karakteristik di dalam kegiatan industri mobil ditambah lagi
dengan banyaknya produk sejenis, maka kegiatan ini merupakan kegiatan yang
mempunyai resiko besar dan ketidak pastian. Banyaknya industri untuk produk
sejenis tetapi hanya beberapa yang berhasil untuk mencapai sasaran yaitu profit.
Beberapa kegiatan dalam sistem produksi memang diperlukan beberapa lain tidak
diperlukan. Usaha untuk membedakan antara apa yang benar-benar diperlukan dan
apa yang tidak diperlukan adalah kunci dari usaha untuk menurunkan biaya produksi.
Setiap elemen dari keseluruhan proses produksi yang tidak menghasilkan Added
Value (nilai tambah) kepada produk haruslah dianggap sebagai pemborosan
10
(MUDA). Usaha untuk menghilangkan Muda membawa kita kepada sistem atau
metoda dan proses yang dikenal sebagai Production Sistem.
2.2 Toyota Production System
Sistem Produksi Toyota, dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor
Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor krisis
minyak di tahun 1973. Tujuan utama dari sistem ini adalah menyingkirkan, lewat
aktivitas perbaikan, berbagai jenis pemborosan yang tersembunyi dalam perusahaan
(Moden, 1993; 1)
Bahkan selama periode pertumbuhan lambat, Toyota dapat meraih laba melalui
pengurangan biaya melalui sistem produksi yang sama sekali menyingkirkan sediaan
dan tenaga kerja yang terlalu banyak. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa
sistem ini adalah sistem manajemen produksi yang revolusioner.
2.2.1 Tujuan Toyota Production System (TPS)
Secara singkat ada tiga hal yang menjadi tujuan Toyota Production System, yaitu:
1. Pengurangan biaya (cost reduction) dan penghilangan Muda.
2. Menghasilkan barang tepat waktu dalam jumlah yang tepat.
3. Menghasilkan barang yang berkualitas dengan biaya yang murah.
Meskipun pengurangan biaya merupakan tujuan terpenting sistem ini, pertama-
tama harus dipenuhi tiga sub tujuan lain, yaitu:
11
1. Pengendalian jumlah, yang memungkinkan sistem menyesuaikan diri dengan
fluktuasi harian dan bulanan dalam permintaan, baik jumlah maupun
variasinya.
2. Jaminan mutu, yang memastikan bahwa tiap proses hanya akan memasok unit
yang baik kepada proses berikutnya.
3. Menghormati kemanusiaan, yang harus dibudayakan karena sistem
menggunakan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran biayanya.
Tujuan utama dari sistem ini tidak dapat dicapai tanpa realisasi dari berbagai
subtujuan yang ada.
2.2.2 Target Toyota Production System (TPS)
Target Toyota production System adalah :
1. Hanya membuat barang yang dapat dijual
Untuk memproduksi barang yang dapat terjual adalah dengan cara
menyesuaikan waktu produksi dengan waktu penjualan. Oleh karena itu,
dalam memproduksi diperlukan cara produksi dan standar waktu yang dapat
diatur atau disesuaikan :
• Takt Time
Di dalam membuat barang yang hanya dapat dijual maka standar
panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang tersebut
harus dapat diatur agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Hal
inilah yang dimaksud dengan Takt Time. Takt Time adalah kecepatan
12
produksi yang dinyatakan dalam satuan waktu untuk melakukan suatu
proses atau satu unit part, dan secara umum berlaku di seluruh proses
baik dari proses perakitan maupun sampai proses akhir yaitu barang jadi.
• Just in Time
Just in Time adalah produksi atau mengirim barang yang hanya
diperlukan dengan jumlah dan pada waktu yang dibutuhkan. Just in
Time ini merupakan salah satu tiang utama dari konsep Toyota
Production System.
• Kanban
Kanban adalah salah satu alat kontrol penting untuk produksi Just in
Time. Proses berikut hanya mengambil atau menarik barang yang
diperlukan dari proses sebelumnya. Proses sebelumnya hanya
memproduksi sejumlah barang yang telah diambil oleh proses
berikutnya.
2. Membuat mobil yang berkualitas baik
• Built in Quality
Pola pikir terhadap kualitas adalah salah satu hal yang sangat penting.
Dasar pemikiran seperti itu diwujudkan dengan ‘Membangun kualitas di
dalam proses’. Untuk itu masing-masing orang mempunyai tanggung
jawab dalam prosesnya sampai proses itu selesai, sedangkan proses
13
berikutnya adalah konsumen. Sehingga menjalankan built in quality
merupakan hal yang sangat penting.
• Jidoka
Jidoka adalah jika perlengkapan mesin yang dipakai untuk proses
produksi dapat mendeteksi kelainan yang timbul atau pada barang yang
sedang diproses dan perlengkapan mesin tersebut dapat berhenti secara
otomatis.
Tujuan utama dari Jidoka adalah :
• Membuat barang yang kualitasnya agar 100% baik.
• Mencegah rusaknya perlengkapan mesin.
• Penyederhanaan manpower (tidak perlu operator untuk mengawasi
jalannya mesin atau perlengkapan).
• Tindakan pencegahan agar defect tidak terulang kembali
Tindakan ini adalah sulit untuk mencegah secara total timbulnya barang
defect dan repair. Untuk itu penting sekali mengadakan penanganan
terhadap defect yang timbul tersebut. Dengan penanggulangan yang
hanya bersifat sementara/darurat, akan menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya defect dengan penyebab yang sama. Oleh
karena itu, perlu tindakan penanggulangan untuk mencegah agar tidak
timbul defect kembali.
14
3. Membuat barang dengan biaya yang lebih murah
Yang disebut dengan membuat barang dengan biaya yang lebih murah adalah
dengan hubungan biaya pembuatan dengan manusia, material, perlengkapan,
dan lain-lain. Jadi pembuatan barang memerlukan biaya seminimal mungkin
atau dapat disebut dengan “membuat barang yang lebih murah”.
• Heijunka
Yang disebut Heijunka adalah me-level-kan jumlah dan jenis barang
yang bermacam-macam. Ini menjadi persyaratan awal dari produksi Just
in Time dalam Toyota Production System.
• Standar Kerja
Standar kerja adalah alat untuk mengkombinasikan dengan baik antara
perlengkapan dan orang dalam mencapai produksi yang efisien. Atau
dapat disebut juga sebagai alat Kaizen (usaha perbaikan suatu hal untuk
menjadi lebih baik, yang tak pernah berhenti/berakhir) yang efisien.
Standar kerja merupakan pedoman bagi operator dalam menjalankan
pekerjaannya di tempat kerja. Standar kerja juga berfungsi sebagai
pembagian tugas kerja operator yang dapat dipakai untuk pengembangan
cost reduction sehingga merupakan pedoman kerja yang tidak ada
Muda-nya
15
2.2.3 Konsep Pokok Toyota Production System
Ada empat konsep pokok yang merupakan tiang utama bagi Toyota
Production System, yaitu :
1. Just in Time (JIT)
Merupakan alat untuk produksi tepat waktu, dengan hanya menghasilkan
barang yang diperlukan, dalam jumlah yang diperlukan, dan pada waktu
yang diperlukan.
2. Autonomasi (Jidoka)
Merupakan pengendalian cacat secara otonom. Jidoka mendukung JIT
dengan tidak memungkinkan unit cacat dari proses terdahulu untuk
mengalir ke proses berikutnya dan mengacaukannya.
3. Tenaga kerja fleksibel (Shonjika)
Berarti mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan perubahan
permintaan.
4. Pemikiran kreatif atau gagasan inovatif (Soikufu)
Berarti kemampuan untuk mengeluarkan pemikiran kreatif dan menerima
saran dari para pekerja.
2.3 Just in Time (JIT)
Konsep JIT berasal dari Jepang, berawal dari kunjungan Kiichiro Toyoda pada
tahun 1936 mengambil konsep Ford Conveyer System khususnya untuk
memproduksi mobil dengan volume rendah, kemudian dikembangkan dan diuraikan
16
menjadi konsep JIT dalam perusahaan otomotif Toyota Jepang. Konsep JIT
digunakan:
1. Pertama kali digunakan dalam penerapannya untuk manajemen persediaan
(Inventory).
2. JIT dipandang sebagai suatu pendekatan terhadap pengendalian mutu dan
perencanaan produksi (Pull Sistem atau sistem Kanban)
Dan Toyota Motor Company, Japan menguraikan JIT pada Toyota Production
Sistem adalah JIT bertujuan untuk menurunkan ongkos produksi dengan
menghilangkan Muda (Pemborosan), Mura (Ketidak teraturan), Muri (Hal yang
berlebihan).
Just in Time (JIT) adalah suatu sistem manufaktur yang bertujuan untuk
mengoptimalkan proses-proses dan prosedur dengan mengurangi (menghilangkan)
pemborosan-pemborosan atau dengan kata lain JIT adalah sistem atau ide untuk
memproduksi dan membawa barang atau produk yang dubutuhkan pada saat
dibutuhkan dan sejumlah yang dibutuhkan saja.
Yang dimaksud dengan Just in Time pada dasarnya adalah sistem produksi yang
berupaya untuk :
1. Hanya memproduksi atau mengirim barang yang dibutuhkan.
2. Pada saat yang tepat ketika dibutuhkan; dan
3. Dalam jumlah yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan
Dalam sistem produksi konvensional biasanya di setiap proses dibuat jadwal,
apabila permintaan pasar berubah maka akan terjadi penumpukan atau kekurangan
17
persediaan, yang mengakibatkan lead time proses menjadi lama. Dengan cara
konvensional ini juga tidak ada koordinasi antar proses.
Dengan sistem JIT akan dapat dihindari masalah di atas, yaitu dengan mengikuti
3 prinsip :
1. Sistem tarik (pull sistem)
2. Aliran proses yang kontinu
3. Menetapkan Tack Time.
Agar ketiga prinsip tersebut dapat dioperasikan secara efektif, diperlukan suatu
pra-kondisi yang disebut Heijunka atau perataan produksi atau pe-level-an produksi.
Pemerataan atau pe-level-lan tersebut dilakukan terhadap volume produksi dan
pengaturan urutan model atau tipe barang yang akan diproduksi.
Pada dasarnya sistem produksi Just in Time (JIT) mempunyai 6 (enam) tujuan
dasar sebagai berikut:
1. Mengintegrasikan dan mengoptimumkan setiap langkah dalam proses
manufakturing.
2. Menghasilkan produk berkualitas sesuai dengan keinginan pasar atau
pelanggan.
3. Menurunkan ongkos produksi secara terus-menerus.
4. Menghasilkan produk hanya berdasarkan permintaan pelanggan.
5. Mengembangkan fleksibelitas manufakturing
6. Mempertahankan komitmen tinggi untuk bekerja sama dengan pemasok
dan pelanggan.
18
2.3.1 Prinsip Dasar Just in Time
1. Simplification (Penyederhanaan)
Merupakan eliminasi dari hal-hal yang tidak perlu. Dapat berupa
penyederhanaan produk, proses maupun prosedur yang akan menghasilkan
suatu pengurangan dalam jumlah waste. Usaha penyederhanaan ini merujuk
pada upaya pencapaian hasil yang sama dengan cara yang lebih sederhana,
cara yang lebih mendasar atau dengan menggunakan lebih sedikit input.
Selain itu, simplifikasi juga berarti membuang fitur-fitur yang tidak
memberikan nilai tambah bagi produk.
2. Cleanliness and Organization (Kebersihan dan Keteraturan)
Fasilitas di dalam banyak organisasi biasanya kotor dan tidak teratur. Hal
ini akan mengakibatkan lebih sulit untuk melakukan pekerjaan, dan sering
berakibat pada kualitas kerja yang buruk. Oleh karena itu, perbaikan proses
yang kontinu harus dimulai dengan membersihkan dan mengatur fasilitas
tersebut. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya kebersihan dan
keteraturan yaitu:
• Memudahkan pekerjaan untuk melihat adanya kerusakan,
kehilangan peralatan.
• Mengurangi kemungkinan terkontaminasinya suatu produk.
• Meningkatkan keselamatan kerja dan mengurangi kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.
19
• Memudahkan pekerja untuk melihat adanya produk cacat.
3. Visibility (Kejelasan)
Kejelasan berarti mengetahui apa yang telah terjadi, yang harus dilakukan
serta yang seharusnya dilakukan dengan melihatnya. Inti dari kejelasan itu
sendiri adalah untuk menyambungkan kembali atau mendefinisikan kembali
informasi sehingga dapat terlihat oleh pekerja di lantai produksi dengan
secepatnya, kapanpun mereka butuhkan. Hal ini dapat dilaksanakan, sebagai
contoh dengan memasang papan informasi yang berisi standar produksi,
instruksi kerja, target produksi, dan lain sebagainya. Dengan menyediakan
informasi yang mudah terlihat seperti di atas, maka para pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, mengeliminasi bentuk pekerjaan
yang tidak perlu dan tidak efektif, serta melakukan aktivitas kontrol.
4. Cycle Timing (Waktu Siklus)
Waktu siklus adalah interval waktu diantara terjadinya sesuatu. Konsep
waktu siklus merupakan suatu yang fundamental bagi Just in Time, terutama
dengan menghilangkan pemborosan dari waktu siklus kerja yang sudah
diperpendek dan mereduksi variasi kerja. Waktu siklus yang sudah
diperpendek akan meningkatkan kapasitas produksi. Seiring dengan perbaikan
aktivitas kerja, bukan hanya waktu siklus dapat diperpendek, tetapi juga
keseluruhan lead time, yang memiliki kontribusi bagi prinsip Just in Time
yang lain, yakni agility (kemampuan proses).
20
5. Agility (Kemampuan Merespon)
Chester Richard dalam bukunya Agile Manufacturing Beyond Lean
mendeskripsikan agile manufacturer dalam konteks “OODA-loop”,
sebuah konsep untuk mengobservasi situasi (observe), mengorientasikan
diri (orient), mengambil keputusan (decide) dan melakukan aksi (act).
Dengan demikian agile manufacturer adalah suatu bentuk produksi yang
mampu bereaksi cepat terhadap perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi, merencanakan sesuatu untuk mengatasinya dan mampu
memberikan respon meskipun tanpa rencana. Contoh agile manufacturing
yang diterapkan dalam konsep Just in Time adalah mengurangi waktu set
up dan produksi dalam ukuran batch yang kecil. Untuk mampu berpindah
dari satu produksi ke produksi lainnya diperlukan kecepatan yang artinya
harus ada pengurangan dalam waktu set up serta ukuran batch yang kecil.
6. Variability Reduction (Pengurangan Variasi)
Variasi mewakili adanya penyimpangan jumlah dari nilai nominal
yang telah ditentukan (target, standar) yang menunjuk pada adanya waste
dan kualitas yang buruk. Reduksi variasi merupakan salah satu jalan
kearah perbaikan, dengan asumsi bahwa standarnya adalah benar, maka
variasi nol sama dengan tidak adanya waste dan zero defects. Dalam Just
in Time, usaha mereduksi variasi ini diaplikasikan dalam beberapa hal
seperti standarisasi kerja, prosedur perawatan mesin, dan jadwal produksi
yang merata.
21
7. Measurement (Pengukuran)
Suatu pengukuran dibutuhkan untuk mengetahui dengan pasti tahapan
tahapan yang telah dilalui, sedang maupun yang akan dilalui. Bentuk
pengukuran yang dilakukan dalam lingkungan Just in Time meliputi
pengumpulan data untuk membantu kelompok maupun individual untuk
mengetahui adanya permasalahan, mencari solusi, dan menganalisa
kemajuan kerja. Pekerja yang terlibat itu sendiri yang akan memutuskan
apa yang harus diukur, bagaimana cara pengukurannya dan sebanyak
mungkin mereka akan mengumpulkan datanya sendiri. Akhirnya
pengukuran itu merupakan cara untuk membangun prioritas dan
memusatkan perhatian pada area yang sangat membutuhkan perbaikan.
Perhitungan Perfoma JIT dapat menggunakan persamaan berikut :
..(2.1)
2.4 Kanban System
Sistem Kanban adalah sistem informasi yang dapat mengontrol proses produksi,
sehingga dapat memproduksi barang yang diperlukan dengan jumlah dan waktu
tertentu. Kanban yang ada di sini merupakan salah satu metode yang digunakan
dalam Toyota Production System. Dalam sistem ini, jenis dan jumlah unit yang
22
diperlukan ditulis pada suatu kartu mirip label yang disebut ‘Kanban’, yang dikirim
oleh pekerja dari satu proses kepada pekerja pada proses yang terdahulu.
2.4.1 Definisi Kanban
Kanban adalah suatu alat untuk mencapai produksi Just in Time. Kanban
berupa suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil berbentuk empat
persegi panjang. Kartu Kanban berbentuk kartu yang dilaminating (dibungkus
plastik) dengan bermacam informasi dan kode barcode yang mengidentifikasikan
barang atau unit fisik yang dibawa, lokasi atau tempat tujuan dimana unit akan
dibawa, dan asal lini produksi ataupun pemasok dimana unit fisik diproduksi
sebelumnya.
2.4.2 Tujuan Kanban
Sistem Kanban yang dikembangkan oleh Taiichi Ohno digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang mencakup:
• Mereduksi biaya dengan menghilangkan pemborosan (waste/scrap).
• Mencoba untuk menciptakan tempat kerja yang dapat merespon secara
cepat terhadap adanya perubahan.
• Mendukung metode-metode untuk mencapai dan memastikan
pengendalian kualitas.
23
• Merancang tempat keja berdasarkan rasa kemanusiaan, kepercayaan
dan dukungan, dan membiarkan para pekerja mencapai potensi
maksimalnya.
2.4.3 Fungsi Kanban
Kanban mempunyai tiga fungsi umum, yaitu :
1. Memberikan instruksi mengenai produksi dan pengangkutan
Penarikan suku cadang dan instruksi produksi Kanban menghasilkan
instruksi kerja. Instruksi-instruksi tersebut mengenai apa, kapan, di mana dan
berapa banyak yang harus diproduksi dan diangkut. Hal tersebut merupakan
cara untuk berkomunikasi mengenai informasi antara urutan-urutan proses
dan proses berikutnya.
2. Sebagai alat untuk pengawasan visual
Alat untuk pengawasan visual membantu untuk memonitor ketepatan dan
lokasi pengaturan suku cadang. Pergerakan kanban bersama-sama dengan
suku cadang yang aktual, merupakan alat yang penting untuk pengawasan
visual.
Suku cadang tanpa Kanban dapat dengan mudah diidentifikasi. Suku
cadang tersebut mengalami cacat, salah letak, dan sebagainya atau peraturan
Kanban tidak dapat diobservasi secara tetap. Pengawasan visual membantu
dalam dua hal yang sangat penting, yakni:
24
• Untuk meniadakan terjadinya over produksi (produksi yang berlebihan)
Peraturan operasional Kanban adalah hanya memproduksi jumlah suku
cadang yang ditarik kembali oleh proses berikutnya. Produksi suku cadang
yang berlebihan adalah penting untuk meningkatkan inventarisasi namun
menyebabkan timbulnya berbagai masalah dan kerugian. Untuk alasan ini
proses selanjutnya harus mengikuti aturan-aturan Kanban. Tidak boleh
mengambil suku cadang tanpa menetapkan terlebih dahulu berdasarkan
Kanban. Hal ini akan membantu ‘pencegahan’ terjadinya produksi yang
berlebihan.
• Untuk memonitor kemajuan dan medeteksi penundaan penundaan yang
terjadi dalam proses yang berlangsung
Heijunka atau produksi yang ditingkatkan merupakan kondisi sebelum
proses produksi. Hal ini mengatur keadaan pabrik mengenai jumlah yang
pasti dari produk-produk yang dihasilkan dalam jangka waktu yang
diberikan. Kemudian Kanban dapat diangkut dalam jangka waktu yang
sama. Jika Kanban menumpuk, jelaslah bahwa produksi telah tertunda,
jika Kanban menurun produksi meningkat sangat tinggi.
3. Sebagai alat dalam proses Kaizen
Apabila Kanban dimengerti secara tepat, Kanban melayani sebagai
suatu alat pengawasan visual. Sebagai suatu hasil jalur Kaizen
memungkinkan perolehan Kanban yang begitu banyak meningkatkan
25
inventaris. Namun adalah perlu untuk mengurangi jumlahnya, dan apabila
terdapat penyebaran Kanban haruslah diperiksa (dicek) dan tindak balik
perlu diambil melalui Kaizen. Di samping itu, prioritas dalam rangkaian
produksi dapat ditentukan dari peningkatan atau penurunan suku cadang
yang ditarik melalui proses selanjutnya dan pekerjaan yang telah diatur
sedemikian rupa.
2.4.4 Jenis-jenis Kanban dalam sistem Just in Time
Sistem Kanban pada sistem JIT terdapat berbagai jenis, seperti yang terlihat
pada gambar 2.1.
Gambar 2. 1 Jenis-jenis Kanban dalam sistem Just in Time
26
Secara garis besar ada dua jenis kanban yang sering digunakan dalam
penerapan sistem Just in Time, yaitu:
1. Kanban Pengambilan (Withdrawal Kanban)
Dalam Sistem Kanban, kanban pengambilan harus selalu mengikuti aliran
material dari suatu proses ke proses yang lain (dari proses sesudah/subsequent
process ke proses sebelumnya/preceding process). Suatu kanban pengambilan
harus menspesifikasikan nomor part dan tingkat revisi, lot size, dan routing
process. Kanban pengambilan harus menunjukkan nama proses sebelum
(preceding process) beserta lokasinya dan proses sesudah (subsequent
process) beserta lokasinya. Kanban pengambilan harus senantiasa melekat
pada parts, apabila proses berikutnya mengambil parts dalam jumlah lot size
tertentu maka kanban pengambilan akan bergeser lagi ke proses sebelumnya
untuk memperoleh parts baru. Kanban pengambilan terdiri dari:
1. Kanban Pengambilan Antar Proses
Informasi yang terdapat pada kanban antar proses adalah identifikasi
komponen yang sudah dibuat (nomor komponen dan jenis produk),
keterangan proses sebelum dan proses sesudah, isi dalam setiap Sistem
Kanban yaitu tipe dari pallet yang digunakan serta kualitas dari pallet
tersebut, nomor kanban, dan siklus pengiriman.
27
2. Kanban Pemasok
Informasi yang terdapat pada kanban pemasok adalah nomor kanban,
nama komponen dan nomor komponen, waktu kedatangan pemasok, jenis
pallet, kapasitas per pallet, tipe produk dan model yang akan diproduksi,
penggunaan komponen tiap unit, Cycle Issue, dan alamat kirim serta nama
pemasok.
2. Kanban Perintah Produksi (Production Kanban)
Kanban produksi berfungsi sebagai alat yang sah untuk mengeluarkan
pesanan produksi kepada proses sebelum agar memproduksi lagi. Apabila
kanban pengambilan tiba di lokasi proses sebelum maka akan menemukan
container yang berisi parts yang telah dipesan tersebut. Setelah itu pekerja
melampirkan kanban pengambilan pada container dan mengirimkannya ke
proses sesudah yang memesan parts berdasarkan kanban produksi yang
dikeluarkan. Kanban produksi terdiri dari:
1. Kanban proses
Kanban proses adalah suatu kanban yang digunakan untuk tujuan
instruksi pemasangan komponen pada lini produksi atau disebut sebagai
instruksi produksi. Kanban ini biasa digunakan untuk proses produksi satu per
satu. Informasi yang terdapat dalam kanban produksi adalah jenis produk
yaitu nama komponen yang digunakan serta nomor komponennya, proses
mesin, jenis pallet, kapasitas per pallet, pemakaian pieces/unit/type, dan
gambar.
28
2. Kanban Isyarat
Kanban isyarat mempunyai fungsi untuk memberikan instruksi kepada
operator untuk memproduksi sejumlah lot yang tercantum dalam kanban
isyarat ini. Informasi yang tercantum dalam kanban isyarat adalah nama
proses, jenis produk, jenis material, ukuran, dan alamat lokasi stok, jenis
pallet dan kapasitas pesan ulang, lot size dan kuantitas pesan ulang serta
tanggal dan jam produksi.
2.5 Junbiki Sistem
Dalam pelaksanaannya sistem kanban mengalami banyak perkembangan, salah
satunya adalah dengan penerapan sistem Junbiki. Junbiki berasal dari bahasa Jepang
yang berarti Persiapan (Preparation). Yang dimaksud dengan persiapan di sini
adalah bahwa urutan produksi yang berada diproduksi sama dengan urutan yang
diproduksi di pemasok. Hal ini sangat menunjang pelaksanaan sistem JIT dan dapat
mengurangi persediaan seminimal mungkin, atau dengan kata lain adalah Junbiki
adalah “suatu sistem delivery (pengiriman) yang menggunakan sistem order
(pemesanan) dengan menggunakan faks yang sesuai dengan heijunka pattern (urutan
produksi) di line produksi.”
Metode ini mempunyai tujuan antara lain:
1. Mengurangi stok part (komponen) yang ada di line produksi dan di ware
house (gudang) komponen
2. Menjaga kesalahan terhadap pemasangan komponen yang di butuhkan.
29
3. Mereduksi biaya produksi (tenaga kerja, energi, investasi).
4. Meningkatkan performa JIT.
Dalam menerapkan sistem Junbiki ini hal yang paling berpengaruh dan yang
harus diperhatikan adalah waktu (Time) yang sangat menentukan. Dalam hal ini kita
harus memperhitungkan waktu produksi didalam pelanggan (Tack Time), waktu
produksi dipemasok (production time) dan waktu pengiriman (handling dan delivery
Time).
Untuk mengirim informasi mengenai urutan produksi sekaligus berlaku sebagai
kanban pengambilan maka digunakan mesin Fax yang dikhususkan untuk keperluan
ini. Teknologi ini disebut e-Kanban (Electronic Kanban). Untuk menjalankan sistem
Junbiki, lead time proses harus lebih dari lead time pengiriman ditambah lead time
handling, atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
……………. (2.2)
Tack Time adalah waktu yang tersedia untuk memproduksi satu unit atau sebuah
part berdasarkan waktu operasional yang tersedia dibandingkan dengan jumlah
produk yang diperlukan. Atau dapat di rumuskan sebagai berikut :
……………. (2.3)
Dalam sistem produksi yang menggunakan ban berjalan (conveyor), tack time
biasanya digunakan untuk menentukan waktu kerja tiap pos.
30
Lead time/interval keberangkatan dan kedatangan truk supplier ke ADM dapat
di tentukan berdasarkan persamaan dibawah ini :
……………. (2.4)
dengan :
2.5.1 Syarat Part Junbiki
Suatu part atau komponen, dapat diperlakukan sebagai part Junbiki bila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Berdimensi besar (Big Parts), (part ataupun palet atau lorry)
2. Part tersebut merupakan Harigami part
3. Part tersebut harus unik, unik disini adalah bahwa part tersebut walaupun
memiliki bentuk yang sama, tetapi memiliki speksifikasi yang berbeda,
misalnya dalam hal warna, komposisi bahan jenis (harigami).
4. Merupakan assembly part (part yang langsung di pasang pada produk), bukan
Sub assembly part (memerlukan proses lebih lanjut)
31
2.5.2 Syarat Supplier untuk mengikuti metode Junbiki
Selain part yang harus memenuhi syarat, supplier harus pula memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Waktu informasi < Waktu proses, waktu informasi disini meliputi waktu
loading, penerimaan fax dari perusahaan, pengiriman ke perusahaan, waktu
unloading dan waktu suplai.
2. Alat transportasi (truk) harus bisa mengimbangi lead time atau interval
keberangkatan dari supplier ke perusahaan.
Syarat-syarat di atas mutlak harus dipenuhi perusahaan untuk memenuhi metode
ini, apabila salah satu syarat tidak dapat dipenuhi, maka perusahaan tersebut tidak
mengimplementasikan metode Junbiki ini.
2.6 Pemborosan (Muda)
Pemborosan merupakan hal yang haris dihindari untuk mengimplementasikan
Toyota Production System ini. Karena pemborosan (waste) merupakan segala
sesuatu selain jumlah minimum material, peralatan, komponen, ruang atau waktu
yang penting untuk menambah nilai produk. Sumber-sumber pemborosan yang
diidentifikasikan oleh Toyota dan untuk pertama kali dideskripsikan oleh Taiichi
Ohno adalah sebagai berikut:
1. Pemborosan dari memproduksi produk cacat. Idealnya, produk yang
cacat diidentifikasi jauh sebelum sampai pada konsumen,
bagaimanapun juga mengidentifikasi dan memperbaiki produk cacat
32
adalah aktivitas yang tidak berguna dan menimbulkan biaya. Produk
cacat membutuhkan tenaga kerja tambahan dan biaya material
berhubungan.
2. Pemborosan dalam transportasi. Dua hal yang mempengaruhi jarak
yang harus ditempuh oleh komponen dan alat transportasi yang
digunakan adalah: Layout perusahaan (lokasi mesin, meja,
departemen-departemen, area resepsionis, area shipping dan receiving,
dan sebagainya). Urutan operasi yang dibutuhkan untuk mempoduksi
komponen. Semua peralatan dan tenaga kerja yang terlibat dalam
transportasi komponen akan memakan biaya dan tidak berguna
(pemborosan)
3. Pemborosan dari persediaan/inventori. Toyota menyebut persediaan
sebagai akar dari segala kejahatan. Persediaan merupakan komponen
yang menunggu sesuatu, suatu pemborosan karena akan menimbulkan
biaya-biaya yang berhubungan dengan membiarkan komponen
menunggu dan kehilangan waktu dengan tidak menambahkan nilai
pada komponen tersebut. Biaya simpan persediaan meningkat seiring
dengan makin besarnya ukuran persediaan. Biaya simpan mencakup
biaya untuk gudang, kertas kerja dan handling, asuransi, keamanan,
dan sebagainya. Karena modal yang dibutuhkan untuk produksi ada
dalam persediaan maka modal tersebut tidak dapat diinvestasikan di
tempat lain, sehingga akan timbul opportunity cost. Persediaan disebut
33
sebagai filosofi atau manajemen just in case, yang berarti bahwa
manager menggunakannya sebagai pembendung dari hal-hal yang
mungkin menjadi salah. Mereka gagal melihat alternatif-alternatif
untuk menyelesaikan masalah-masalah, antara lain: Persediaan
digunakan untuk menutupi fluktuasi permintaan di masa depan.
Persediaan digunakan supaya aliran material tidak akan terganggu
dengan adanya kerusakan mesin atau keterlambatan pengantaran.
Persediaan digunakan untuk menutupi kecacatan pada material dan
produk jadi. Persediaan yang besar merupakan akibat dari laju
produksi yang tinggi, dimana menurut manager merupakan hal yang
penting karena adanya set up yang memakan waktu dan biaya. Dengan
pengurangan persediaan, masalah-masalah dalam sistem (peramalan
yang buruk, perawatan mesin yang buruk, ongkos set up yang tinggi,
desain produk dan pengendalian kualitas yang buruk, dan sebagainya)
akan terlihat, dan manajemen harus mengatasi masalah-masalah
tersebut agar sistem tetap dapat bekerja.
4. Pemborosan dari produksi berlebih. Perusahaan kadang memproduksi
lebih dari yang dapat dijual karena mereka ingin membangun
persediaan atau karena mereka ingin tetap menjaga peralatan dan
fasilitasnya tetap bekerja (mencapai utilisasi sumber yang tinggi).
Apapun alasannya, membuat produk dimana tidak ada permintaan
merupakan suatu pemborosan.
34
5. Pemborosan dari waktu menunggu. Tidak seperti pemborosan akibat
produksi berlebih, pemborosan dari waktu menunggu mudah
diindentifikasi. Pemborosan ini mencakup menunggu perintah,
material, komponen dari proses sebelumnya atau perbaikan peralatan.
Pemborosan ini juga terjadi dalam proses atau operasi otomatis, yaitu
ketika operator membongkar dan menyalakan mesin otomatis, dan
melihat dan menunggu sampai mesin selesai.
6. Pemborosan dalam proses. Suatu proses dapat mengandung langkah-
langkah yang tidak perlu atau tidak efektif. Pemborosan dalam proses
dapat dihilangkan dengan menggunakan kelebihan dari kekuatan alam,
sepeti gravitasi. Penghilangan pemborosan dalam proses dapat juga
dicapai dengan meminimasi gerakan yang diperlukan untuk
menjalankan kerja.
7. Pemborosan dari gerakan. Dalam kenyataannya, gerakan (motion) dan
kerja (work) tidak sama. Kerja adalah salah satu jenis gerakan yang
menambah nilai. Gerakan yang tidak diperlukan untuk melakukan
kerja dianggap sebagai pemborosan. Suatu konsep yang berguna untuk
mengidentifikasi pemborosan dari gerakan adalah work content.
Tujuan untuk setiap pekerjaan adalah mencapai work content 100%.
Hal ini dicapai dengan menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak
berguna, bukan dengan meningkatkan kerja.