Diseño de microprocesadores para multimedia Procesadores de streams
BAB 2 KERANGKA TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB...
Transcript of BAB 2 KERANGKA TEORI - Binus Librarylibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/BAB...
18
BAB 2
KERANGKA TEORI
2.1 Model Bisnis
Menurut Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, sebuah model bisnis
menggambarkan dasar pemikiran bagaimana suatu perusahaan atau organisasi
menicptakan, memberikan dan menangkan nilai dari konsumen. Dalam bukunya yang
berjudul Business Model Generation, Alexander O. & Yves P. (2010) menggunakan
pendekatan canvas yang dapat menjadi bahasa bersama dan memungkinkan pebisnis
untuk mendeskripsikan dan mengkaji ulang keseluruhan proses bisnisnya dengan
mudah untuk kemudian menciptakan alternative strategi yang baru.
Konsep canvas ini dapat dijelaskan melalui “Nine Building Blocks” yang
digambarkan yang memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana sebuah
perusahaan menghasilkan uang (Gambar 2.1).
19
Gambar 2.1 Kanvas Model Bisnis
Model bisnis tersebut mencakup empat bidang utama dalam suatu pisnis,
yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur dan kelangsungan finansial. Kesembilan
blok dasar pembanggun model bisnis tersebut adalah Segmen Pelanggan, Proposisi
Nilai, Saluran, Hubungan Pelanggan, Arus Pendapatan, Sumberdaya Utama,
Aktivitas Kunci, Kemitraan Utama, dan Struktur Biaya.
2.1.1 Customer Segments
Customer segments building block adalah sekelompok customer yang
menjadi target sebuah perusahaan. Customer merupakan bagian inti dari suatu bisnis
model. Tanpa adanya customer yang memberikan profit, maka tidak ada perusahaan
20
yang akan bertahan lama. Demi mencapai kepuasaan customer yang lebih baik, maka
perusahaan harus membagi customer ke beberapa segmen yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan, kebiasaan membeli, dan atribut yang lain. Sebuah perusahaan
harus menentukan fokus segmen yang akan dilayani dan mana yang diabaikan.
Sekelompok customer mewakili segmen yang berbeda apabila:
1) Kebutuhan berbeda
2) Customer tersebut dapat dicapai melalui jalur distribusi yang berbeda
3) Hubungan yang berbeda jenisnya
4) Customer tersebut dapat menghasilkan tingkat profitabilitas yang berbeda
5) Customer memiliki kebutuhan untuk membayar aspek yang berbeda dari
sebuah penawaran
Ada beberapa tipe dari customer segments, antara lain:
1) Pasar Massa (Mass Market)
Sebuah business model yang berfokus kepada mass markets tidak memilah
customer segments. Value Propositions, Channels serta Customer
Relationships berfokus kepada sekelompok customer yang memiliki
kebutuhan dan masalah yang kurang lebih menyerupai satu dengan yang
lainnya.
2) Pasar Ceruk (Niche Market)
Model bisnis yang memiliki fokus pada niche market melayani customer
segment yang spesifik dan memiliki spesialiasi tertentu. Value propositions,
21
channels serta customer relationships dirancang sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan dari niche market.
3) Tersegmentasi (Segmented)
Business model segmented mengidenifikasikan customer segment ang
memiliki kebutuhan, problem dan vallue proposition yang sedikit berbeda
4) Terdiversifikasi (Diversified)
Business model yang memiliki customer segment yang beragam melayani dua
customer segments yang tidak berhubungan sama sekali dengan kebutuhan,
serta value propositions yang sangat berbeda pula.
5) Platform banyak sisi / Pasar banyak sisi (Multi-sided Marketing)
Business model yang memiliki dua atau lebih customer segments yang
independen.
Secara segmentasi psikografis, pembeli terbagi menjadi kelompok yang
berbeda-beda berdasarkan dari kepribadian dan gaya hidup. Orang-orang yang berada
di dalam kelompok demografis yang sama, dapat menunjukkan profil psikografis
yang berbeda. Menurut Kotler & Keller (2012), Sistem klasifikasi yang paling
popular berdasarkan pengukuran psikografis adalah kerangka pemikiran VALS™.
22
Gambar 2.2 VALS™ Framework
Sumber: US VALS™ Framework Types (n.d)
Kerangka pemikiran VALS™ dibagi ke dalam berbagai tingkat sumber yang
meningkatkan atau membatasi ekspresi seseorang dari motivasi utamanya (Kotler &
Keller, 2012). Empat kelompok dengan sumber yang tinggi adalah:
1) Innovators:
Seseorang yang sukses, mempunyai harga diri yang tinggi, sering
melakukan pegeluaran untuk kelas atas, produk dan jasa yang niche.
2) Thinkers:
23
Dewasa, mencari kepuasan, dan orang-orang yang dapat mudah termotivasi
dengan sesuatu yang ideal dimana terdapat nilai, pengetahuan, dan
tanggung jawab. Mereka yang mencari daya tahan, fungsi, dan nilai dalam
suatu produk.
3) Achievers:
Seseorang yang sukses, yang berorientasi pada tujuan, fokus pada karir dan
keluarga, mendukung produk premium yang senang menunjukkan
keberhasilan dengan rekan-rekan mereka.
4) Experiencers:
Muda, seseorang yang antusias, impulsif, mencari variasi dan kegembiraan,
menghabiskan sebagian besar pendapatannya pada fashion, hiburan, dan
untuk bersosialisasi.
Empat kelompok dengan sumber yang rendah adalah:
1) Believers
Konservatif, konvensional, dan tradisional. Orang dengan keyakinan kuat,
lebih memilih untuk setia kepada merek-merek yang sudah terkenal.
2) Strivers
Trendy, suka bersenang-senang, sumber daya terbatas, mendukung produk
gaya yang meniru pembelian mereka dengan kekayaan materi yang lebih
besar
3) Makers
24
Praktis, down-to-earth, mandiri, suka bekerja dengan tangan mereka,
mencari sesuatu yang praktis atau tujuan yang fungsional
4) Survivors
Lansia, pasif, perhatian tentang perubahan, setia pada merek favorit mereka
2.1.2 Value Proposition
Value proposition menjelaskan akan nilai dari produk dan jasa perusahaan.
Dalam suatu bisnis, value proposition dibutuhkan di dalam produk dan jasa yang
benar-benar tepat untuk melayani dan memenuhi kebutuhan serta keinginan pasar,
yang pada tujuan akhirnya dirancang untuk memberikan keuntungan finansial bagi
bisnis atau usaha tersebut. Dengan memiliki value proposition yang jelas, seluruh
proses bisnis yang dirancang akan lebih matang dan akan berakhir pada penyampaian
tepat yang begitu penting untuk keberlangsungan setiap bisnis dan dalam meraih
target pasar yang lebih besar serta membuat kestabilan baru dalam bisnis tersebut
(Martin dan Osberg, 2007).
Terdapat beberapa elemen dari value propositions, antara lain:
1) Newness
Elemen newness sendiri adalah sebuah kebutuhan baru yang sebelumnya
belum pernah terpikirkan oleh pelanggan karena belum ada penawaran serupa.
2) Performance
25
Dengan adanya penigkatan peforma dari sebuah produk atau servis
merupakan cara umum untuk menciptakan sebuah nilai.
3) Customizations
Merancang sebuah produk dan servis, agar sesuai dengan kebutuhan tertentu
dari customer segments maupun pelanggan individual, dapat menciptakan
value.
4) Getting the Job Done
Dengan membantu customer menyelesaikan pekerjaan tertentu dapat juga
menciptakan sebuah nilai.
5) Design
Design merupakan sebuah bagian dari value propositions yang sangat penting.
Sebuah produk dapat menjadi sorotan oleh karena sebuah design yang luar
biasa.
6) Brand/Status
Para customer dapat menciptakan value hanya dengan menggunakan atau
memperlihatkan sebuah produk dengan brand tertentu.
7) Price
Harga telah menjadi sebuah elemen penting yang dapat menciptakan value.
Dengan memberikan value yang sama dengan harga yang lebih rendah dapat
pula memenuhi kebutuhan customer yang mengutamakan harga.
8) Cost Reduction
Membantu customer untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan juga dapat
menciptakan value.
26
9) Risk Reductions
Membantu customer untuk mengurangi risiko yang dihadapi juga merupakan
salah satu cara untuk menciptakan sebuah value
10) Accessibility
Memberikan akses kepada customers yang sebelumnya belum memiliki
produk atau servis tersebut yang dapat menyampaikan value yang sesuai.
11) Convenience / Usability
Kemudahan dalam menggunakan sebuh produk dapat menciptakan sebuah
value yang penting.
2.1.3 Channels
Channels Building Block mendeskripsikan strategi perusahaan dalam
menyampaikan pesan dan tujuannya kepada customer segment yang ditargetkan
gunanya untuk memberikan value propositions. Channels memiliki beberapa fungsi
diantaranya:
1) Meningkatkan kesadaran customer tentang suatu perusahaan dan
produknya.
2) Membantu para customer untuk mengevaluasi value propositions
yang disampaikan oleh perusahaan.
3) Menyampaikan sebuah value propositions kepada customer.
4) Menyediakan after sales service setelah pembelian dilakukan.
27
Demi mendapatkan channel yang benar untuk memenuhi kebutuhan dari
customers adalah suatu hal yang sangat penting untuk memberikan value
propositions. Salah satu caara nya adalah menyeimbangkan jalur distribusi melalui
channel milik sendiri ataupun partner untuk dapat menyampaikan value kepada
customer serta meningkatkan revenue.
2.1.4 Customer Relationship
Customer Relationships Building Block memberikan hubungan yang dibangun
oleh sebuah perusahaan dengan customer segment spesifik yang ditargetkan.
Beberapa kategori dari customer relationships adalah sebagai berikut:
1) Personal Assistance
Pelanggan dapat berkomunikasi dengan pihak customer service untuk
mendapatkan bantuan saat proses belanja dan setelahnya.
2) Dedicated personal assistance
Seorang customer dilayani oleh seorang personal assitant yang dikhususkan
hanya untuk melayani customer tersebut.
3) Self-service
Perusahaan menyediakan seluruh kebutuhan agar customer dapat melayani
diri sendiri, tidak terdapat hubungan dengan customer.
4) Automated Service
28
Merupakan integral dari hubungan self-service. Perusahaan melayani
customer melalui proses otomatis melalui mesin atau online.
5) Communities
Perusahaan menggunakan komunitas untuk berbagai pengetahuan serta
menyelesaikan permasalahan satu sama lain. Komunitas dapat membantu
perusahaan mengerti lebih dalam tentang customer.
6) Co-Creation
Perusahaan melibatkan customer untuk ikut serta dalam membuat sebuah
produk yang inovatif.
2.1.5 Revenue Streams
Revenue stream building block mendeskripsikan tentang revenue yang
dihasilkan oleh perusahaan dari setiap customer segment. Selain customer, revenue
streams juga merupakan inti dari sebuah business model. Revenue stream dari sebuah
business model dapat dibagi menjadi 2, antara lain:
1) Revenue dari sebuah transaksi dihasilkan dari pembayaran yang dilakukan
oleh customer dalam sekali proses pembayaran.
2) Revenue yang didapatkan dari pembayaran yang dilakukan secara terus
menerus untuk menyampaikan value proposition atau menyediakan after sales
service setelah proses pembelian.
29
2.1.6 Key Resources
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, p. 28) Key Resources adalah aspek-
aspek yang diperlukan agar suatu model bisnis dapat berjalan dengan baik sehingga
dapat menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
Key Resources dalam sebuah model bisnis dikategorikan menjadi empat,
antara lain:
1) Physical
Merupakan seluruh bentuk aset fisik yang dimiliki oleh suatu model bisnis.
2) Intellectual
Sumber intellectual seperti merek, hak paten dan hak cipta, kerja sama dan
database pelanggan yang merupakan komponen penting menjadi suatu model
bisnis yang kuat
3) Human
Merupakan aspek yang paling penting dari suatu model bisnis karena jika
memiliki sumber daya manusia yang sangat kompeten makan akan
berdampak dalam suatu bisnis model tertentu.
3) Financial
Modal merupakan hal yang sangat diperlukan dalam suatu bisnis model.
MOdal dapat berupa uang tunai, kredit maupun saham dalam suatu bisnis.
30
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan revenue streams, yaitu:
1) Penjualan Aset
Menjual hak kepemilikan dari suatu produk untuk mendapatkan revenue.
2) Usage Fee
Perusahaan mendapatkan revenue sesuai dengan banyaknya atau lamanya
customer menggunakan produk atau jasa dari perusahaan.
3) Biaya langgganan
Perusahaan mendapatkan revenue melalui biaya berlangganan atau biaya
akses berkelanjutan untuk sebuah service perusahaan.
4) Lending/Renting/Leasing
Perusahaan mendapatkan revenue dengan menjual hak guna dari sebuah asset
tertentu untuk waktu yang ditentukan.
5) Licensing
Perusahaan mendapatkan revenue dengan memberikan izin untuk
menggunakan properti intelektual tertentu yang telah dilindungi yang diganti
dengan biaya tertentu.
6) Brokerage Fees
Perusahaan mendapatkan revenue dengan berlaku sebagai penengah antara
kedua belah pihak.
7) Advertising
Perusahan mendapatkan revenue melalui publikasi iklan dari sebuah produk,
service, atau brand tertentu.
31
2.1.7 Key Activities
Osterwalder & Pigneur (2010) mendeskripsikan Key Activities sebagai
aktivitas yang terpenting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk membuat
model bisnis dapat berjalan secara efisien dan dengan baik.
Key Activities tersebut dapat dikategorikan menjadi 3, yakni:
1) Produksi
Aktivitas ini berhubungan dengan desain, membuat dan menyampaikan
produk dengan jumlah tertentu atau kualitas yang baik.
2) Solusi Masalah
Tipe key activities yang berhubungan langsung dengan solusi baru untuk
masalah pada individu. Konsultasi di rumah sakit sebagai contohnya, dapat
memberikan solusi yang berbeda kepada setiap individunya.
3) Platform/ Network
Model bisnis yang dapat didominasikan oleh platform/network. Sebagai
contohnya adalah e-bay yang selalu harus mengembangkan bisnisnya dan
melakukan monitor pada ptaform bisnis tersebut.
2.1.8 Key Partnership
Perusahaan melakukan kerja sama dan kesepakatan dengan pihak lain untuk
mencapai suatu kepentingan bersama. Hal tersebut dilakukan untuk mengoptimalisasi
kan aliasi model bisnis agar memiliki daya saing terhadap kompetitor dan
32
mengurangi risiko yang disebabkan pada ketidakpastian (Osterwalder & Pigneur,
2010).
Terdapat empat jenis kemitraan yaitu sebagai berikut:
1) Strategic Alliences between non-competitor
2) Cooperation
3) Joint ventures to develop new businesses
4) Buyer supplier relationships to assure reliable supplier
2.1.9 Cost Structure
Cost Structure menjelaskan biaya-biaya penting yang akan muncul ketika
menjalankan sebuah model bisnis. Dalam menciptakan, menawarkan dan
memberikan value kepada pelanggan memperoleh keuntungan serta menjaga
hubungan terhadap pelanggan tentu akan memerlukan biaya. Namun dengan strategi
yang tepat, perusahaan dapat mengurangi biaya-biaya tersebut untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal. Menurut Osterwalder & Pigneur (2010) terdapat dua jenis
Cost Structure yaitu sebagai berikut:
1) Cost Driven
Struktur Cost Driven fokus pada penekanan biaya seminimal mungkin untuk
mempertahankan Cost Structure yang ramping. Pendekatan ini dilakukan
karena produk maupun jasa yang dipasarkan bersifat murah.
2) Value Driven
33
Struktur Value Driven tidak terlalu memperhatikan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk mendesain model bisnis namun lebih berfokus pada
penciptaan sebuah nilai untuk pasar. Biasanya Value Propositions dengan
level premium dan pelayanan yang lebih personal menandakan cost structure
jenis ini seperti bisnis hotel bintang lima.
Karakter pada Cost Structure terbagi mejadi 4 tipe, yaitu:
1) Fixed Costs
Merupakan sebuah biaya yang tetap sama tidak terpengaruh dari jumlah
barang yang dihasilakan, beberapa contohnya adalah biaya gaji, biaya sewa
dan alat-alat produksi. Perusahaan produksi biasanya tinggi dalam fixed costs.
2) Variable Costs
Merupakan biaya yang besar tergantung dari jumlah produk dan jasa yang
dihasilkan. Beberapa bisnis seperti festival musik, biasanya tinggi dalam
variable costs.
3) Economies of Scale
Merupakan sebuah keuntungan dari biaya yang akan semakin murah makan
semakin banyak output yang dihasilkan. Seperti contohnya adalah perusahaan
yang menjual barang secara grosis tentunya membeli dengan harga yang jauh
lebih murah karena pada sebelumnya membeli dengan jumlah yang sangat
besar dari produsen.
4) Economies of Scope
34
Merupakan keunggulan biaya yang akan lebih murah saat operasi perusahaan
menjadi luas dan besar. Misalnya pada sebuah perusahaan yang memiliki
biaya besar pada marketing dan distribusi akan menjadi lebih efisien karena
bisa digunakan untuk berbagai macam produk, tidak hanya satu jenis saja.
2.2 Perencanaan Bisnis
Perencanaan bisnis yang baik harus memuat hal-hal berikut:
Ringkasan eksekutif, latar belakang masalah dan latar belakang perusahaan:
produk serta jasa yang diberikan oleh perusahaan, produk serta jasa yang
diberikan oleh perusahaan, strategi pemasaran, strategi manajemen dan
strategi manajemen, strategi kueangan, strategi operasional, strategi untuk
pengembangan di masa yang akan datang.
2.2.1 Ringkasan Eksekutif
Ringkasan eksekutif merupakan ringkasan yang menjadi titik
perhatian (highlight) perencanaan bisnis. Dengan demikian ringkasan
eksekutif hanya dapat ditulis setelah dokumen perencanaan bisnis selesai
dibuuat seluruhnya. Tujuan ringkasan eksekutif ini adalah untuk memberikan
gambaran perencanaan bisnis perusahaan yang dibuat. Ringkasan eksekutif
akan menjelaskan dua hal yaitu: Mengapa sangat tertarik untuk bergelut pada
bidang ini dan cara mengimplementasikan keinginan-keinginan yang hendak
kita capai.
35
2.2.2 Deskripsi Bisnis
Perencanaan bisnis harus membeuat rencana bisnis secara mendetail
dan jelas dengan memuat hal-hal berikut: Sejarah berdirinya perusahaan,
pihak yang terlibat dan bertanggung jawab serta rencana pengembangan.
Bagian deskripsi bisnis menjelaskan secara terperinci untuk produk
dan jasa yang akan dan telah dibuat serta cara pembuatannya. Gambaran
umum perusahaan perlu menekankan faktor-faktor yang diperlukan untuk
kegiatan bisnis tersebut, misi dan tujuan yang ingin dicapai serta tagline yang
ingin digunakan.
2.2.3 Keunikan Layanan
Bagian ini menjelaskan secara terperinci produk dan jasa yang akan
telah dibuat serta cara membuatnya. Bagian ini juga mengemukakan
mengapa produk atau jasa tersebut memiliki nilai lebih dibandingkan produk
-produk lain yang sejenis dan kemungkinan tingkat keberhasilannya. Manfaat
produk dan jasa yang berikan: Penjelasan secara terperinci keunggulan
produk dan jasa yang dihasilkan, seperti apa yang dijual, apakah produk atau
jasa yang diberikan memberikan banyak keuntungan kepada pelanggan dan
keunggulan produk atau jasa yang dijual.
36
2.2.4 Rencana Operasional
Rencana operasional mencakup lokasi operasional, proses
penyampaian produk dan jasa, recana distribusi melalui proses delivery
hingga proses pembayaran.
2.2.5 Rencana Pemasaran
Perencanaan pemasaran merupakan aspek penting yang terdapat dalam
desain suatu bisnis untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Dimana tujuan
terbeut adalah untuk mencapai target pasar dan untuk mendapatkan profit
bagi mengetahui langkah-langkah strategi yang harus diambil oleh
perusahaan untuk melakukan pemasaran kepada target konsumen, sehingga
bisnis dapat diketahui oleh target pasar dan bisnis dapat berjalan dengan
semestinya. Bagian-bagian yang harus diketahui secara jelas dalam rencana
pemasaran adalah Analisa Pasar, Analisa Kompetitor serta Analisa Threat
Weakness Opportunity and Strength (TWOS).
2.2.6 Rencana Organisasi
Dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, baik dalam level strategis
maupun eksekutif dan operasional, seluruhnya akan dijalankan secara
profesional dan dijelaskan dalam pembagian tugas antar bagian. Keterangan
yang jelas dan terperinci mengenai kondisi manajemen sangat penting dalam
rencana bisnis. Untuk itu kita menjelaskan struktur organisasi serta siapa saja
yang akan terlibat dalam bisnis tersebut berdasarkan kualifikasi yang telah
disetujui.
37
2.2.7 Penilaian Resiko
Setiap bisnis dan usaha pasti memiliki resiko yang terkadang tidak
dapat dihindari, namun resiko tersebut dapat di prediksikan lebih awal
sehingga perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk meminimalisasi resiko
yang akan muncul. Oleh karena itu, perlunya dipaparkan beberapa resiko
yang dapat mungkin terjadi selama model bisnis ini berjalan.
2.2.8 Rencana Keuangan
Rencana keuangan yang dipaparkan merupakan rencana keungan tiga
tahun pertama dari bisnis yang dijalankan, yang dimulai dari Start-Up Cost
atau biaya awal, proyeksi laba/rugi (Income Statement), proyeksi arus kas
(Cash flow), proyeksi neraca (Balance Sheet), Payback period dan Break
Even Point.
2.2.9 Strategi Jangka Panjang
Suatu perusahaan dibentuk dengan tujuan agar selalu semakin
berkembang dan dapat tetap berjalan dengan baik tanpa ada ujung waktu.
Oleh karena itu dierplukan suatu rencana jangka panjang untuk mecegah
timbulnya kemunduran pada perusahaan.
38
2.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal
suatu organisasi yang selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap
faktor kekuatan (Stength) dan kelemahan (Weakness). Sementara eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threats). Keempat
faktor tersebut dalam analisis SWOT yaitu:
1. Kekuatan (Strength)
Suatu keunggulan sumber daya yang relatif terhadap pesaing dan
kebutuhan dari pasar yang dilayani atau hendak dilayani oleh
perusahaan kekuasaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan dibanding
dengan pesaing.
2. Kelemahan (Weakness)
Keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan
kemampuan secara serius menghalangi kinerja efektif perusahaan.
Keterbatasan dalam fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan
manajemen dan keterampilan pemasaran merupakan sumber dari
kelemahan.
3. Peluang (Opportunity)
Adalah suatu daerah kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat
beroperasi secara menguntungkan dan untuk merebut lebih banyak
konsumen dibandingkan dengan pesaing.
4. Ancaman (Threat)
39
Tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan dari
para pesaing dalam merebut konsumen.
2.4 Ergonomi
2.4.1 Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan
nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan.
Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan
dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di
dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas
kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu
menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2004).
Pheasant (1991), ergonomi merupakan ilmu yang secara ilmiah
mengkaji manusia dalam pekerjaannya atau aplikasi informasi yang
menitikberatkan pada desain suatu alat dan mesin, desain objek, sistem dan
lingkungan kerja untuk kepentingan manusia. Ergonomi jua dapat berarti
sebagai ilmu yang menyesuaikan pekerjaan dengan pekerjaannya dan produk
dengan penggunanya.
40
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa ergonomi merupakan
multidisplin ilmu untuk menyesuaikan tempat kerja dan semua aspek
fisiologinya terhadap pekerja sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas dengan mengurangi
factor resiko.
2.4.2 Pengertian Ergonomi pada Kaki
Dalam buku “The Human Foot and The Human Hand” oleh G.M
Humphry (1861) mendiskusikan tentang ergonomis dan teori tentang kaki.
Dalam tubuh manusia, seluruh berat tubuh menjadi tanggungan diatas dua
kaki – ini merupakan keseimbangan yang umum dari seluruh tubuh. Bagian
yang disebut kaki adalah dari tumit sampai dengan ke ujung jari kaki.
Terdapat 26 tulang pada jari kaki, yang merupakan dasar sebuah kaki untuk
menapak.Untuk berjalan, berdiri dan berlari, merupakan support dari tubuh
bagian atas yang berasal dari tulang paha ke pergelangan kaki. Kaki dan
associated bones terutama diguankan untuk traction. Selama traction, pusat
gravitasi ditransfer dari tumit ke jari kaki.
Seiring dengan pergeseran gravitasi, tubuh bergerak maju dalam
kaitannya dengan kaki yang menapak kebawah (Gambar 2.3).
41
Gambar 2.3 Kaki yang Ergonomis
Sumber: Convertible High-Heels Design, Chang Pei-Yu, 2011
Pentingnya kaki manusia dapat dipahami melalui “foot reflex zone
Health Act”. Penulisnya, Mr Rossi, mengaitkan penelitiannya dengan efek pada
kaki manusia. Dalam bukunya Mr. Rossi menyebutkan tentang pengembangan
desain ergonomis pada kaki. Pertama, tentang struktur kaki, masing-masing kaki
memiliki dua puluh enam tulang yang sangat tidak teratur dalam bentuk dan
ukuran. Komposisi dari struktur tulang ini memberikan 137 sendi atau artikulasi
yang mengizinkan pergerakan dari kaki, memberikan fleksibiltas dan berfungsi
sebagai peredam guncangan ketika seseorang berdiri, berjalan, berlari.
Arsitektur tulang kaki manusia diatur dalam tiga kelompok utama yaitu
kelompok kaki, kelompok metatarsus, dan kelompok tarsus (Harold, R, 1946).
Oleh karena itu berdasarkan pengertian dari struktur kaki, ada beberapa bagian
yang penting dari kaki, yaitu lengkungan tulang metatarsal, lengkungan
melintang, lengkungan membujur luar dan lengkungan longitudinal yang dalam.
Ini semua meruapakan bagian kaki yang langsung berhubungan dengan alas kaki
42
/ sepatu (William R, 2000). Hal ini merupakan titik-titik utama pada kaki yang
mudah sakit pada saat mengenakan sepatu (Gambar 2.4).
Gambar 2.4 Titik Kaki yang Sakit saat Pakai Sepatu
Sumber: Convertible High-Heels Design, Chang Pei-Yu, 2011
Poin diatas digunakan sebagai dasar untuk mengerti tentang
ergonomis saat mendesain sebuah alas kaki. Variasi dari satu individu ke
individu lain berarti bahwa setiap orang akan berreaksi berbeda terhadap
sepatu tertentu. Prinsip-prinsip ini digunakan sebagai referensi ketika
merancang sepatu yang ergonomis. Selain itu, menurut teori ergonomi kaki,
sebelum membuat sepatu, bentuk kaki dan jari kaki harus dikombinasikan
untuk membayangkan bentuk atau desain sepatu. Prinsip-prinsip ini yang
digunakan oleh Tip Toe sebagai referensi dalam merancang desain sepatu.
Karena Tip Toe menyadari bahwa design sepatu yang cantik atau menarik
tidak akan bertahan lama jika tidak memiliki kenyamanan bagi para
pelanggan.
Kesesuaian untuk setiap sepatu didasarkan oleh pengertian dari
struktur dasar sebuah kaki. Fitting merupakan proses untuk meyakinkan
bahwa bentuk dari sepatu sesuai dengan kaki. Prosedur fitting dilakukan
43
sebelum pelanggan membeli sepatu, pada saat pengembangan dan persiapan
membuat bentuk atau gaya sepatu yang baru. Oleh karena itu, melalui fitting,
berbagai skala analog digunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan alas
kaki (William, 2000, p63-64).
Menurut Sistem Amerika atau Standard Amerika (p163), uji standar
meliputi berbagai ukuran kategori sepatu, rentang ukuran sepatu dibagi
menjadi teratur dan ekstrim (melebihkan sedikit di luar jangkauan reguler).
Selain itu, untuk klasifikasi ukuran resmi, meliputi; bayi, anak perempuan &
anak laki-laki, remaja, dan laki-laki. Sistem kode digunakan untuk menandai
ukuran sebenarnya, membuat kenyamanan sepatu untuk pelanggan atau
konsumen. Di sisi lain, memakai ukuran sepatu yang benar dapat melindungi
kaki dari ketidaknyamanan, memakai ukuran sepatu yang salah dapat
menyebabkan cacat kaki dan luka (William 2000 p162-164). Sebagai
hasilnya, sistem pengukuran akan membentuk dasar untuk pengembangan dan
desain lebih lanjut.