Bab 2 Industri Pelayaran Perkapalan-buku Ajar Keselamatan Maritim 2014-Wahyuddin

download Bab 2 Industri Pelayaran Perkapalan-buku Ajar Keselamatan Maritim 2014-Wahyuddin

of 21

description

keselamatan maritim

Transcript of Bab 2 Industri Pelayaran Perkapalan-buku Ajar Keselamatan Maritim 2014-Wahyuddin

  • Wahyuddin 12

    BAB II

    INDUSTRI PELAYARAN/PERKAPALAN

    KOMPETENSI PROGRAM STUDI

    Mampu merancang kapal yang optimal secara teknis dan ekonomis (U1).

    Mampu merencanakan manajemen operasi sarana dan prasarana

    tranportasi laut (U7).

    Mampu mengaplikasikan ilmu dasar keteknikan dalam perancangan kapal

    dan perencanaan sistem transportasi laut (P1).

    Mampu tanggap/peduli terhadap lingkungan (L4).

    Deskripsi:

    Bab ini menjelaskan tentang terminologi - terminologi yang berkaitan dengan

    industri pelayaran/perkapalan. Pemahaman terminologi industri pelayaran/

    perkapalan bermuara pada kemampuan mahasiswa untuk merancang kapal

    yang optimal secara teknis dan ekonomis serta tanggap/peduli terhadap isu-isu

    lingkungan hidup.

    SASARAN BELAJAR

    Mahasiswa dapat menilai resiko dan keselamatan kapal.

    Deskripsi :

    Sasaran belajar mata kuliah ini adalah mahasiswa menganalisa resiko dan

    keselamatan kapal hal ini berarti mahasiswa diharapkan mampu menganalisa

    resiko dan keselamatan kapal dengan terlebih dahulu memahami terminologi

    industri pelayaran /perkapalan..

  • Wahyuddin 13

    SASARAN PEMBELAJARAN

    Mampu menjelaskan terminologi industri pelayaran/perkapalan.

    Deskripsi:

    Sasaran pembelajaran pada bab ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan

    terminologi industri pelayaran/perkapalan, hal ini berarti untuk mampu menilai

    resiko dan keselamatan kapal dengan baik dan sistematis mahasiswa harus

    mempunyai entry behavior atau pengetahuan dasar mengenai istilah atau

    terminologi yang berhubungan dengan industri pelayaran/perkapalan meliputi

    defenisi industri pelayaran/perkapalan, pelaku-pelaku industri pelayaran,

    kebijakan-kebijakan serta keselamatan dan ekonomi.

    Pertemuan : I dan II atau Pekan I dan II.

    STRATEGI/METODE PEMBELAJARAN

    Kuliah

    Skenario :

    Guna mencapai sasaran pembelajaran ditempuh cara dengan menerapkan

    strategi atau metode pembelajaran kuliah interaktif dan Latihan Tugas Mandiri .

    Kuliah dilakukan selama 2 x 50 menit, dengan rincian kegiatan yaitu; dosen

    berceramah selama 50 menit pertama, selama 50 menit pertama mahasiswa

    dapat melakukan interupsi apabila ingin memperjelas materi kuliah. 50 menit

    kedua dilanjutkan ceramah dan dosen sesekali melakukan tanya jawab ke

    mahasiswa guna mengukur daya serap mahasiswa.

    INDIKATOR PENILAIAN

    Kriteria atau indikator penilaian ditetapkan sebagai patokan dalam mengevaluasi

    proses belajar mengajar terutama kemampuan mahasiswa dalam menyerap

    materi pembelajaran. Indikator penilaian pada bab ini adalah sebagai berikut:

    Pemahaman defenisi industri pelayaran/perkapalan.

    Pemahaman tentang pengaruh pelaku industri pelayaran terhadap

    keselamatan maritim.

    Mampu memberikan contoh kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan

    keselamatan maritim.

  • Wahyuddin 14

    Ketepatan waktu penyelesaian tugas.

    PEMBAHASAN MATERI PERKULIAHAN PENDAHULUAN

    Pemahaman secara mendalam mengenai penilaian resiko dan keselamatan

    kapal diawali dengan memahami terminologi industri pelayaran/perkapalan

    meliputi perdagangan dan pelayaran internasional, pelaku-pelaku industri

    pelayaran/perkapalan, kebijakan kebijakan keselamatan maritim serta

    keselamatan dan ekonomi.

    Memahami terminologi industri pelayaran/perkapalan sangat membantu

    mahasiswa dalam memahami kebijakan-kebijakan keselamatan maritim,

    manajemen operasi kapal, perencanaan perbaikan dan perawatan kapal yang

    berimplikasi posistif dalam memasuki dunia kerja.

    PERDAGANGAN DAN PELAYARAN INTERNASIONAL

    Menurut undang-undang No.17 tahun 2008, pelayaran didefenisikan sebagai

    satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan,

    keselamatan dan keamanan serta perlindungan lingkungan maritim. Sedangkan

    angkutan di perairan merupakan kegiatan mengangkut dan atau memindahkan

    penumpang dan atau barang dengan menggunakan kapal.

    Menurut Kristiansen Svein (2005), angkutan di perairan (waterborne transport)

    merupakan pengangkut penumpang dan barang selama berabad-abad yang

    menjadi prasyarat utama dalam terciptanya perdagangan antara negara dan

    wilayah, dan tidak diragukan lagi memainkan peran penting dalam mewujudkan

    pembangunan ekonomi dan kesejahteraan.

    Angkutan di perairan secara harfiah tercipta dari perdagangan internasional,

    sehingga menarik untuk mempelajari hubungan antara perdagangan

    internasional dan permintaan untuk pengangkutan dan bagaimana hubungannya

    dengan- pertumbuhan secara umum. Pada gambar 2.1 diperlihatkan prediksi

  • Wahyuddin 15

    perdagangan internasional menggunakan angkutan di perairan rentang tahun

    2000 2030.

    Gambar 2.1 Prediksi perdaganngan internasional menggunakan traportasi di perairan (seaborne transport)

    Sumber: International Chamber Of Shipping (ICS), 2013, www.ics-shipping.org.

    Menurut Dickie John Waddell (2014), angkutan di perairan adalah salah satu

    metode yang layak untuk mengangkut muatan di seluruh dunia. Muatan yang

    diangkut pada kapal yang berbeda jenis dan ukuran akan menentukan biaya

    pengiriman dan kebelangsungan angkutan ini.

    Biaya angkutan di perairan sangat kompetitif dibandingkan dengan angkutan

    darat dan udara, dan peningkatan biaya produk total untuk operasi pelayaran

    yang dikeluarkan hanya meningkat beberapa persen.

    Aspek negatif atau kekurangan angkutan di perairan meliputi waktu pelayaran

    lama sebagai akibat dari kecepatan relatif rendah kapal, kemacetan layanan di

    pelabuhan menyebabkan terjadinya waktu tunggu yang lama, sebagai akibat

    kurang efesiennya integrasi moda angkutan dan distribusi.

    Menurut Lun Y.H.V.,et.al, (2010), Industri atau jasa pelayaran terkonsentrasi

    mengangkut muatan antara dua buah pelabuhan menggunakan kapal dalam

    pengertian yang lebih luas industri pelayaran diartikan sama dengan kapal dan

    bisnis angkutan di perairan. Intrepretasi yang berbeda-beda tentang

  • Wahyuddin 16

    bisnis/industri pelayaran memberikan implikasi bahwa bisnis ini akan menjadi

    sangat dinamis dan kompleks.

    Industri atau jasa pelayaran dari waktu ke waktu mendapat sorotan tajam

    terutama berkaitan dengan keselamatan kapal dan pencemaran lingkungan laut.

    Pada titik ini sebuah pernyataan yang harus mendapat respon adalah sebagai

    berikut: Sebuah paradoks yang timbul karena mengingat biaya yang relatif

    rendah dari angkutan ini, maka rendah juga standar keselamatannya. Padahal

    angkutan yang efesien adalah jika setiap anggaran yang dikeluarkan mampu

    meningkatkan aksesbilitas keselamatan yang baik.

    Menurut undang-undang No.17 tahun 2008, yang dimaksud dengan

    keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya

    persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di

    perairan, kepelabuhanan dan lingkungan maritim. Sedangkan keselamatan

    kapal merupakan sebuah keadaan kapa yang memenuhi persyaratan material,

    konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta

    perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal

    yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

    Hal ini, telah menjadi pembahasan atau topik diskusi selama beberapa waktu,

    terutama apakah mekanisme ekonomi dapat memastikan pelayaran yang

    aman?. Dalam konteks ini beberapa pertanyaan yang relevan dalam kerangka

    membuat pelayaran yang aman, antara lain

    Adakah motivasi ekonomi untuk mencapai tingkat keselamatan yang tinggi?

    Siapa yang harus membayar untuk peningkatan keselamatan ?

    Bagaimana trade-off antara keselamatan dan efesiensi ?

    PELAKU-PELAKU INDUSTRI PELAYARAN

    Pada industri pelayaran ada sejumlah aktor-aktor atau pelaku-pelaku yang

    mempunyai pengaruh sangat penting terhadap keselamatan pelayaran, seperti

    terlihat pada tabel 2.1.

  • Wahyuddin 17

    Tabel 2.1 Aktor di industri pelayaran yang mempuyai pengaruh terhadap keselamatan.

    AKTOR ATAU PELAKU PENGARUNYA TERHADAP KESELAMATAN

    Pembangun kapal (shipbuilder) Standar teknis kapal

    Pemilik kapal (shipowner) Biasanya lebih suka dengan standar teknis minimun Memilih awak kapal dan pengelola perusahaan untuk

    pengoperasian. Membuat keputusan tentang kebijakan operasi dan

    keselamatan kapal.

    Pemilik muatan (cargo owner) Membayar layanan transportasi berikut kualitas dan keselamatan dalam operasi kapal

    Dapat menilai secara bebas/independen kualitas perusahaan pengakutan.

    Asuransi (insurer) Menjadi bagian utama dalam penilain suatu resiko mewakili pengangkut dan pemilik muatan.

    Dapat menilai secara bebas/independen kualitas perusahaan pengakutan.

    Pengelola perusahaan pelayaran (Management company)

    Bertanggung jawab terhadap pemilihan awak, operasi dan perawatan kapal sebagai perwakilan pemilik kapal

    Kebangsaan Kapal (Flag state) Mengawasi kapal,standar awak dan pengelolaan kapal

    Biro Klasifikasi (Classification society)

    Mengawasi standar teknis kapal sebagai bagian asuransi.

    melakukan beberapa fungsi pengawasan sebagai bagian kebangsaan kapal.

    Administrator Pelabuhan (Port administration)

    Bertanggung jawab terhadap keselamatan dalam pelabuhan dan dermaga.

    Mengawasi standar keselamatan kapal dalam keadaan ekstrim termasuk kapal-kapal dibawah standar.

    Sumber: Kristiansen Svein, 2005 PEMILIK KAPAL (THE SHIPOWNER)

    Pada kasus kecelakaan kapal yang parah dan menimbulkan kerugian, pemilik

    kapal dan/atau pengelola perusahaan pelayaran akan memberikan perhatian

    khusus. Hal ini wajar mengingat fakta bahwa pemilik kapallah yang rusak atau

    hilang kapalnya, melakukan perekrutan dan penempatan awak kapal,

    melakukan kegiatan pemeliharaan dan pengoperasian kapal.

    Pertanyaan yang selalu muncul dalam konteks kecelakaan maritim adalah

    apakah pemilik kapal telah menunjukkan perhatian yang tulus untuk

    keselamatan? dan apakah standar kapal dan awaknya telah dikorbankan

  • Wahyuddin 18

    semata-mata untuk keuntungan pemilik?. Pemilik kapal dapat menyanggah

    pertanyaan-pertanyaan seperti dengan mengklaim bahwa standar keselamatan

    tidak akan lebih baik daripada apa yang pasar rela bayar (besaran tarif).

    Sehubungan dengan standar keselamatan kapal pemilik muatan (the cargo

    owner) juga memberikan perhatian khusus, hal ini disebabkan karena pemilik

    muatan adalah sebagai pihak yang memutuskan mana kapal yang disewa dan

    berapa harganya. Piagam Kesepahaman (MOU) atau kontrak memberikan

    pemilik muatan otoritas yang cukup untuk memberikan arahan kepada nakhoda

    agar mengoperasikan kapal secara baik. Peran ini penting dalam hal

    keselamatan, namun sebuah paradoks yang muncul bahwa pemilik muatan

    memiliki tanggung jawab minimal, jika ada kasus kecelakaan pelayaran.

    Gambar 2.2. Negara-negara kebangsaan kapal (flag state) (Sumber: Allianz Global Corporate & Specialty, 2012, halaman 37 )

    Pemilik kapal mengambil beberapa keputusan penting yang berkaitan dengan

    keselamatan, seperti memilih Kebangsaan Kapal (flag state), Biro Klasifikasi

    (classification society) dan asuransi. Khusus untuk memilih kebangsaan kapal

    banyak terjadi yang disebut flagging out yaitu suatu keadaan dimana pemilik

    kapal mendaftarkan kapalnya dinegara lain atau dengan kata lain tidak sama

    dengan kebangsaannya. Pada gambar 2.2 diperlihatkan negara-negara yang

    masuk 20 besar dalam kebangsaan kapal (flag state)

  • Wahyuddin 19

    Menurut Bergantino dan Marlow dalam Kristiansen Svein (2005), flagging out

    terutama dilakukan karena alasan ekonomi, ketersediaan tenaga kerja murah,

    serta biaya dan ketatnya kontrol keselamatan, seperti yang ditunjukkan pada

    gambar 2.3. Berdasarkan hal ini maka timbul pertayaan apakah pemilik kapal,

    melalui kebebasan dalam menentukan pilihan kebangsaaan kapal, akan

    mengorbankan keselamatan?.

    Gambar 2. 3. Alasan-alasan terjadinya praktek flagging out

    (Sumber: Bergantino et Marlow, 1998 dalam Jalonen Risto, Salmi Kim, 2009, halaman 13)

    Menurut Kristiansen Svein (2005), pemilik kapal harus dapat melihat dan

    menyeimbangkan sejumlah tujuan yang berbeda dalam konteks yang lebih luas

    mengenai aspek keselamatan pengoperasian kapal. Tujuan-tujuan ini meliputi:

    Bertahan : Mengembalikan investasi

    Pemasaran : Memenangkan kontrak pengangkutan

    Layanan : Meminimalkan kerusakan muatan dan memastikan

    pelayaran sesuai jadwal

    Efesiensi : Pengoperasian dan perawatan kapal

    Pekerja : Menarik/merekrut awak yang berkompeten

    Subkontraktor : Memilih penyedia layanan (rekanan) yang efesien

    Ketersediaan : Meminimalkan penyewaan kapal yang tidak terencana

  • Wahyuddin 20

    Dengan demikian tidak selalu jelas bahwa tujuan dan prioritas untuk suatu

    perusahaan pelayaran konsisten dengan standar keselamatan yang tinggi setiap

    saat. Dalam pandangan ini sangat penting bahwa pemilik kapal mempunyai

    kebijakan yang jelas dan berpihak terhadap keselamatan. Sebuah pandangan

    alternatif bahwa tidak ada konflik antara biaya, efisiensi dan keselamatan.

    Penjelasan utama dalam posisi ini adalah bahwa untuk bertahan di bisnis dan

    berkembang dalam jangka panjang, pemilik kapal harus mengoperasikan kapal

    dengan aman dan menjaga armada agar terawat dengan baik dan sesuai

    standar. Pandangan ini mungkin, sedikit naif, karena sebuah perusahaan

    pelayaran yang lancar belum tentu memiliki perspektif bisnis jangka panjang.

    Sebuah studi OECD (Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) telah

    menunjukkan bahwa banyak perusahaan pelayaran tidak kompetitif.

    KESELAMATAN DAN EKONOMI

    Sangat masuk akal untuk mengasumsikan bahwa salah satu prasyarat untuk

    mencapai standar keselamatan yang dapat diterima untuk kapal (acceptable

    safety standard) adalah bahwa perusahaan harus sehat dengan demikian

    mampu beroperasi secara sistematis dan terus menerus dalam hal-hal yang

    terkait dengan keselamatan seperti pelatihan personil, pengembangan standar

    teknis yang lebih baik dan peningkatkan operasi manajemen .

    Gambar 2.4. Tarif/harga sewa pengangkutan minyak mentah rentang tahun 1980-2002

    (Sumber: Kristiansen Svein, 2005, halaman 5)

  • Wahyuddin 21

    Ini sulit sebagaimana fakta bahwa dalam bisnis pelayaran biasanya ditemukan

    bahwa pendapatan dan pengembalian modal berfluktuasi secara dramatis dari

    waktu ke waktu, dalam lingkungan bisnis yang tidak pasti. Hal ini diilustrasikan

    oleh Gambar 2.4, yang menunjukkan bagaimana tarif/harga sewa untuk

    pengangkutan minyak mentah bervariasi pada periode 1980-2002.

    Seperti dapat dilihat dari angka ini , tarif sewa untuk minyak sangat dipengaruhi

    oleh perkembangan politik seperti perang dan krisis ekonomi. Seperti terlihat

    pada gambar 2.4 tarif menyentuh harga sekitar 80.000 USD / hari pada musim

    gugur tahun 2000, tarif turun menjadi sekitar 10.000 USD / hari dalam jangka

    waktu satu tahun, berarti terjadi penurunan penurunan tarif sebesar 8 poin, jika

    bahwa tarif minimum untuk menghasilkan keuntungan sekitar 22.150 USD/day ,

    jelas bahwa apabila motif ekonomi yang akan dijadikan dasar untuk

    memperbaiki keselamatan secara berkelanjutan dan sistematis bukanlah hal

    yang terbaik.

    Pada pandangan yang berbeda, bahwa rendahnya biaya transportasi laut harus

    menempatkan pelayaran dalam posisi yang menguntungkan dibandingkan

    dengan moda transportasi yang lebih mahal. Sebuah studi oleh Abeille et al.

    (1999) dalam Kristiansen Svein, 2005 , diilustrasikan oleh Tabel 2.2,

    menunjukkan bahwa transportasi laut mungkin kompetitif secara ekonomi

    bahkan pada jarak pendek.

    Tabel 2.2 Perbandingan biaya berbagai moda tranportasi trayek barcelona genoa

    Moda transportasi Trailer 16,6 meter Kontainer 40 feet

    Kereta (rel) - 1300 1500

    Mobil (jalan) 900 -

    Kapal Ro-ro (laut) 1300 1200

    Sumber : Abeille et al. (1999) dalam Kristiansen Svein, 2005

    Keterangan: biaya diekspresikan dalam mata uang Euro.

  • Wahyuddin 22

    Saat ini yang menjadi perhatian secara nasional, regional dan internasional

    adalah masalah emisi yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar

    fosil, dan ini juga mempengaruhi pelayaran. Namun, menurut Kristensen (2002),

    beberapa jenis kapal lebih baik dari transportasi jalan dalam hal memberikan

    dampak terhadap lingkungan. Hal ini terlihat pada hasil studi mengenai biaya

    lingkungan jalan dan transportasi laut seperti terlihat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3. Biaya lingkungan jalan dan transportasi laut, dalam euro/1000 ton-km

    Mode transportasi (sumber biaya) Biaya lingkungan

    /1000 ton-km

    Tranportasi truk Emisi 7 12

    Kecelakaan 4 7

    Kebisingan 5 - 15

    Konjensi 5 12

    Total biaya 21 46

    Kapal kontainer, 3000 TEU 6 8

    Bulk carrier, 40,000 DWT 2 3

    Kapal barang Ro-Ro, 3000 lane-meter 33 - 48

    Sumber : Kristensen (2002) dalam Kristiansen Svein, 2005

    KEBIJAKAN PENGUASA (REZIM) TERHADAP KESELAMATAN MARITIM

    Keselamatan merupakan masalah penting bagi perusahaan pelayaran dalam

    domain transportasi laut. Satu mungkin, bagaimanapun, bahwa desain kapal

    modern mencapai tingkat keselamatan yang tinggi, pelatihan awak dengan

    standar yang cukup tinggi dan perusahaan pelayaran yang relatif maju bila

    dibandingkan dengan jenis usaha yang sama. Selain itu, perusahaan pelayaran

    mendapat pengawasan yang ketat dan terus-menerus baik pemerintah dengan

    masyarakat. Gambar 2.5 menunjukkan bahwa saat ini transportasi laut diatur

    secara ketat sebagai akibat ratifikasi serangkaian konvensi keselamatan

    internasional yang dikeluarkan oleh IMO (international maritime organization).

    Jumlah armada kapal dunia diilustrasikan seperti tampak pada gambar 2.6,

    dimana pada tahun 1910 sebanyak 30,058 unit meningkat menjadi 103,392 unit

  • Wahyuddin 23

    pada tahun 2010. Rerata laju kehilangan armada kapal dunia, diukur secara

    relatif yaitu berapa persen kehilangan pertahun, hal ini secara signifikan

    berkurang dari tahun ke tahun, seperti terlihat pada gambar 2.7. Pada gambar

    2.8 memperlihatkan persentase kehilangan armada berdasarkan tipe kapal,

    dalam rentang tahun 2000 2010. Pada gambar 2.9 memperlihatkan

    persentase kehilangan armada berdasarkan jenis/kasus, dalam rentang tahun

    2000 2010.

    Kecelakaan kapal harus mendapat perhatian selama dapat menyebabkan

    kerugian fatal dan konsekuensi bagi lingkungan. Sebagai contoh pada Tabel 2.4

    menunjukkan bahwa keselamatan maritim masih terus direspon atau

    diagendakan atau didiskusikan di masa akan datang.

  • Wahyuddin 24

    Gambar 2.5. Pintasan waktu : Tonggak-tonggak keselamatan maritim sejak tahun 1912 (Sumber: Allianz Global Corporate & Specialty, 2012, halaman 26-27)

  • Wahyuddin 25

    Gambar 2.6. Total jumlah armada kapal dunia rentang tahun 1910 - 2010

    (Sumber: Allianz Global Corporate & Specialty, 2012, halaman 12)

    Gambar 2.7. Total jumlah kehilangan armada kapal dunia rentang tahun 1910 - 2009 (Sumber: Allianz Global Corporate & Specialty, 2012, halaman 13)

  • Wahyuddin 26

    Gambar 2.8. Total kehilangan kapal berdasarkan tipe/jenis kapal (Sumber: Allianz Global Corporate & Specialty, 2012, halaman 13)

    Gambar 2.9. Total kehilangan kapal berdasarkan tipe/jenis kasus (Sumber: Allianz Global Corporate & Specialty, 2012, halaman 14)

  • Wahyuddin 27

    Tabel 2.4. Kecelakaan-kecelakaan Kapal dan Respon

    Latar Belakang Tanggapan/Respon

    Perlu untuk meningkatkan keselamatan maritim, perlindungan lingkungan laut, dan memperbaiki kondisi kerja di kapal. Flag-state-control dianggap tidak cukup efisien

    Deklarasi pada tahun 1980 oleh Konferensi Regional Eropa mengenai Keselamatan Maritim dengan memperkenalkan di Port-state-control kapal, yang dikenal sebagai Paris Memorandum of Understanding (MOU)

    Hilangnya feri penumpang Ro-Ro Herald of Free Enterprise (Dover, 1987), dan hilangnya feri penumpang Scandinavian Star (Skagerak, 1990)

    IMO mengadopsi Kode Manajemen Internasional untuk Keselamatan Pengoperasian Kapal dan Pencegahan Pencemaran (ISM Code): operator kapal wajib menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu di seluruh organisasi mereka

    Grounding dari kapal tanker minyak Exxon Valdez di Alaska tahun 1989, yang mengakibatkan tumpahan minyak dan kerusakan lingkungan yang cukup besar

    Kongres AS meloloskan UU Pencemaran Minyak (OPA '90): Kapal operator memiliki tanggung jawab tanpa batas untuk penyingkiran minyak yang tumpah dan kompensasi atas kerusakan

    Penggenangan/kebanjiran ,terbalik dan tenggelamnya kapal penumpang Ro-Ro Estonia

    Perjanjian Stockholm (1995): negara-negara Eropa NW setuju untuk memperkuat persyaratan desain yang memperhitungkan tumpahan air ke dek

    Konsistensi dan efektivitas biaya yang lebih besar peraturan keselamatan.di masa depan

    Pedoman Penerapan Formal Safety Assessment (FSA) oleh IMO 1997

    Kerusakan lambung kapal dan tenggelamnya kapal tanker minyak Erika di lepas pantai Perancis, 1999.

    Komisi Eropa menyetujui petunjuk pemanggilan dan pemeriksaan kapal, pemantauan masyarakat klasifikasi dan penghapusan tanker single-hull.

    Kapal tanker minyak Prestige tenggelam di lepas pantai Spanyol, 2002.

    Komisi Eropa mempercepat pelaksanaan paket ERIKA 1 dan 2

    Penyebaran organisme eksotis melalui pembuangan air balas telah mengakibatkan perubahan ekosistem secara luas.

    Peningkatan fokus pada penelitian tentang masalah ini, dan pengenalan regulasi , tindakan dan kontrol baru

    Sumber : Kristiansen Svein, 2005

    MENGAPA PENINGKATAN KESELAMATAN SULIT

    Terlepas dari kenyataan bahwa keselamatan menjadi agenda utama baik oleh

    perusahaan pelayaran dan regulator, namun demikian sejauh ini terlihat bahwa

    laju perbaikan keselamatan agak rendah. Beberapa penjelasan untuk

    pandangan seperti itu adalah sebagai berikut (Kristiansen Svein, 2005):

    Ingatan pendek (short memory): puas, yaitu bahwa orang-orang cenderung

    lupa tentang tantangan yang berkaitan dengan keselamatan jika tidak ada

    kecelakaan atau insiden memberi mereka 'wake-up call'. kelemahan ini

  • Wahyuddin 28

    tampaknya menurunkan efektivitas keselamatan kerja bagi perusahaan

    pelayaran dan regulator.

    Fokus pada konsekuensi (Focus on consequences): orang memiliki

    kecenderungan untuk fokus pada konsekuensi dari sebuah kecelakaan bukan

    akar penyebabnya. dalam hal misalnya, ketidakpastian besar dalam

    pengurangan pencemaran minyak dengan cara yg terbaik yaitu apakah

    menggunakan double-hull tanker atau investasi besar dalam peralatan penahan

    dan pembersihan. melakukan sesuatu berdasar konsekuensi umumnya jauh

    lebih mahal dibandingkan dengan mencegah, atau mengurangi probabilitas dan

    penyebab dari sebuah kecelakaan.

    Kompleksitas (Complexity): manusia memiliki kecenderungan untuk

    menghindari mengubah perilaku mereka, juga termasuk tugas-tugas penting

    berkenaan keselamatan . orang kadang-kadang mengekspresikan pemahaman

    tentang perlunya perubahan, tetapi dalam prakteknya menggunakan segala cara

    untuk menyabotase prosedur baru. Sayangnya di beberapa perusahaan, 'jalan

    pintas' masih menjadi perilaku alami/wajar.

    Fokus Selektif (Selective focus): Penilaian Keselamatan Formal (FSA) dapat

    dilihat secara umum sebagai sesuatu yang menjanjikan dalam mengendalikan

    secara lebih efisien sebuah risiko. namun, metode tersebut mendapat beberapa

    kritikan yaitu: peyederhanaan sistem yang diteliti, sejumlah kombinasi

    kegagalan yang diabaikan karena terlalu besarnya masalah, dan pemodelan

    kelalaian operator tidak dibahas sedemikian rupa.

    KONFLIK ATAU BENTURAN KEPENTINGAN

    Setiap kegiatan bisnis maritim dan hampir semua kegiatan lain dalam hal ini,

    akan ada konflik kepentingan antara pihak-pihak yang terlibat dan dipengaruhi

    oleh kegiatan itu. Sebagai contoh, sebuah perusahaan pertambangan minyak

    yang berencana untuk mendirikan sebuah terminal minyak dengan kapasitas

    besar di suatu tempat di pantai yang di huni oleh masyarakat/komunitas lokal.

    Hal ini akan memberikan dampak positif maupun negatif, seperti yang

  • Wahyuddin 29

    digambarkan oleh Tabel 2.5. Bagi populasi masyarakat, proyek tersebut

    menghasilkan perbaikan infrastruktur dan peningkatan jumlah pekerjaan, yang

    keduanya memberikan manfaat yang jelas. Di sisi lain proyek dapat

    mengakibatkan efek negatif seperti polusi udara dan pembatasan penggunaan

    lahan. Masalah lain yang berkaitan dengan kegiatan pembangunan terminal

    minyak mencakup pendapatan dan biaya, yang mungkin tidak merata antara

    pihak-pihak yang terkena dampak.

    Tabel 2.5.Konflik kepentingan berbagai pihak akibat keberadaan terminal minyak

    Pelaku Dampak positif Dampak Negatif

    Perusahaan minyak Menghasilkan uang

    Pasar baru

    Peningkatan pangsa pasar

    Produksi berhenti pendapatan hilang.

    Memberikan gantirugi beberapa kecelakaan.

    Reputasi buruk akibat polusi.

    Pemilik Kapal Perdagangan baru/alternatif

    Menghasilkan uang

    Ketebatasan ganti rugi akibat kecelakaan.

    Kehilangan kontrak.

    Pekerja Memperoleh pekerjaan.

    Pendapatan.

    Peningkatan kesejahteraan

    Dapat mengalami kecelakaan.

    Pilihan kerja sedikit

    Populasi Perbaikan infrastruktur.

    Banyak jenis pekerjaan.

    Polusi udara.

    Pembatasan Penggunaan lahan.

    Ekonomi lokal Pajak pendapatan.

    Perbaiakan layanan publik.

    Peningkatan populasi

    Ekonomi lokal bergantung keberadaan terminal minyak.

    Terjadi peningkatan biaya gaji.

    Polusi mempengaruhi industri utama seperti perikanan laut dan darat.

    .

    Nasional Memberikan kontribusi ekonomi nasional.

    Harus membayar mahal jika ada kasus kecelakaan besar dan pencemaran minyak.

    Sumber : Kristiansen Svein, 2005

    CONTOH SOAL

    Pertayaan:

    Transportasi air pengangkut penumpang dan barang selama

    berabad-abad menjadi prasyarat utama dalam terciptanya

    perdagangan antara negara dan wilayah, dan tidak diragukan lagi

    memainkan peran penting dalam mewujudkan pembangunan

    ekonomi dan kesejahteraan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri

  • Wahyuddin 30

    transportasi jenis ini mempunyai aspek negatif atau kekurangan.

    Jelaskan aspek negatif tersebut.

    Jawab :

    Aspek negatif atau kekurangan transportasi air meliputi waktu

    pelayaran lama sebagai akibat dari kecepatan relatif rendah kapal,

    kemacetan layanan di pelabuhan menyebabkan terjadinya waktu

    tunggu yang lama, sebagai akibat kurang efesiennya integrasi

    moda transportasi dan distribusi.

    SOAL-SOAL LATIHAN MANDIRI

    1. Apa yang dimaksud dengan transportasi air ?

    2. Jelaskan pengaruh pemilik kapal, pemilik muatan, asuransi dalam

    keselamatan maritim ?

    3. Apa yang dimaksud flagging out dan alasan-alasan melakukan flagging out?

    4. Sebutkan dan berikan contoh kebijakan-kebijakan keselamatan maritim yang

    dikeluarkan oleh IMO?.

    5. Mengapa peningkatan keselamatan maritim sulit?

  • Wahyuddin 31

    PEDOMAN PENILAIAN

    NAMA MATA KULIAH : Keselamatan Maritim KODE/NAMA DOSEN : 254D3102/............................ JUMLAH PESERTA : ............................................

    EVALUASI KOMPETENSI AKHIR SESI PEMBELAJARAN

    No. NIM NAMA

    MAHASISWA

    Mampu menjelaskan industri pelayaran/perkapalan (10 %)

    Ketepatan waktu penyelesain

    (2%)

    Pemahaman defenisi industri

    pelayaran/perkapalan. (3%)

    Pemahaman tentang pengaruh pelaku industri

    pelayaran terhadap keselamatan maritim (3 %)

    Mampu memberikan contoh kebijakan-

    kebijakan yang berkaitan dengan keselamatan

    maritim (2 %)

    1 2 3 4 5 6 7

    1

    2

    3

    .

  • Wahyuddin 32

    DAFTAR BACAAN

    Anonim,2008,Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Kementerian Sekertaris Negara, Jakarta.

    Anonim,2013, Sustainable Development IMO World Maritime Day 2013, www.ics-shipping.org, International Chamber Of Shipping (ICS),London.

    Carly Fields..,Editor, 2012, Safety and Shipping 1912-2012 From Titanic to Costa Concordia An insurers perspective, Allianz Global Corporate & Specialty (AGCS), www.agcs.allianz.com , Munich, Germany.

    Dickie John Waddell, 2014, Reeds 21st Century Ship Management, Published by Adlard Coles Nautical, London.

    Kristiansen Svein, 2005, MaritimeTransportation Safety Management and Risk Analysis, Elsevier Butterworth-Heinemann , Burlington.

    Risto Jalonen, Kim Salmi, 2009, Safety Performance Indicators For Maritime Safety Management, Literature Review, Helsinki University of Technology Faculty of Engineering and Architecture Department of Applied Mechanics, Finland.

    Y.H.V. Lun, K.-H. Lai and T.C.E. Cheng,2010, Shipping and Logistics Management, Springer , New York.