BAB 2 Dasar Teori

15
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Bab 2 Dasar Teori Kelompok XIII BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Peta Topografi 2.1.1. Pengertian Peta adalah bayangan rupa bumi yang di gambar pada bidang datar dengan skala tertentu, sedangkan peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur asli dan buatan manusia di atas permukaan bumi dan biasanya digunakan sebagai peta dasar dalam pekerjaan di bidang teknik sipil. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal maupun diidentifikasi dan pada umumnya untuk memperlihatkan keadaan yang sesungguhnya. Pengertian lain mengenai peta topografi ada dua, yaitu : a. Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami maupun buatan manusia yang ada di atasnya. b. Peta yang menggambarkan relief/sifat permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur. 2.1.2. Garis Kontur Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama terhadap bidang referensi yang digunakan. Kecuraman dari suatu lereng (stepness) dapat ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan jarak horizontal antara dua garis kontur dapat ditentukan dengan cara interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling berpotongan 5

Transcript of BAB 2 Dasar Teori

Page 1: BAB 2 Dasar Teori

+ 600+550

+ 500+ 450

+ 400

Laporan Praktikum Ilmu Ukur TanahBab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

BAB 2

DASAR TEORI

2.1. Peta Topografi

2.1.1. Pengertian

Peta adalah bayangan rupa bumi yang di gambar pada bidang datar dengan skala

tertentu, sedangkan peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur asli

dan buatan manusia di atas permukaan bumi dan biasanya digunakan sebagai peta

dasar dalam pekerjaan di bidang teknik sipil. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal

maupun diidentifikasi dan pada umumnya untuk memperlihatkan keadaan yang

sesungguhnya.

Pengertian lain mengenai peta topografi ada dua, yaitu :

a. Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami

maupun buatan manusia yang ada di atasnya.

b. Peta yang menggambarkan relief/sifat permukaan bumi yang digambarkan dengan

garis kontur.

2.1.2. Garis Kontur

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai

ketinggian yang sama terhadap bidang referensi yang digunakan. Kecuraman dari

suatu lereng (stepness) dapat ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak

antara dua kontur, sedangkan jarak horizontal antara dua garis kontur dapat

ditentukan dengan cara interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling berpotongan satu

sama lain. Selain itu garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik di dalam

maupun di luar peta.

Pada gambar berikut ditunjukan jenis-jenis garis kontur :

(a)

5

Page 2: BAB 2 Dasar Teori

+ 110 + 107,5+ 105

+ 102,5

+ 200

+ 300

+ 400

+ 500

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 6 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

(b)

(c)

Gambar 2.1. Jenis-jenis Garis Kontur. (a) Kontur Sebuah Bukit, (b)

Kontur Sebuah Sungai, (c) Kontur Pada Daerah Datar.

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut :

1. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas peta.

2. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin saling

berpotongan.

3. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam,

kecuali buatan manusia).

4. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu, kecuali pada

bagian tanah yang vertikal akan digambarkan sebagai garis yang berimpit.

5. Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.

6. Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.

7. Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung ke arah turunnya

tanah.

8. Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung ke arah titik atau hulu

lembah.

9. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung ke arah hulu sungai.

10. Garis kontur yang memotong jalan akan cembung ke arah turunnya jalan.

Page 3: BAB 2 Dasar Teori

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 7 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

Garis kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta

lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan

bumi yang dipetakan. Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis

kontur antara lain, untuk pembuatan trace jalan dan menghitung volume galian dan

timbunan.

2.2. Tahap Pembuatan Peta

2.2.1. Pengukuran Kerangka Peta

a. Kerangka Horisontal

Sesuai dengan keadaan luas daerah yang akan dipetakan, maka kerangka peta yang

digunakan dalam praktikum adalah berupa poligon. Poligon dibagi menjadi dua yaitu,

poligon terbuka dan poligon tertutup. Dalam proses pembuatan kerangka horisontal

poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik pasti yang telah diketahui koordinatnya.

Gambar 2.2. Pengukuran Kerangka Horisontal

Keterangan :

1,2,3,… = nomor titik

1,2,3,… = sudut dalam poligon

1, 2, 3,… = sudut luar poligon

12,23,34,… = azimuth

Rumus-rumus yang harus dipenuhi :

a). Syarat Sudut

Jumlah sudut dalam poligon : d = (n – 2) x 180o

Jumlah sudut luar poligon : = (n – 2) x 360o

dimana : n = jumlah titik poligon

= jumlah sudut polygon

α12

α51 α45

β4

β3 α34

α23

β1

β2

α45

α23α2

α34

α3

α51

α12

α1

α5 α4

β5

Page 4: BAB 2 Dasar Teori

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 8 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

b).Syarat Sisi

Jumlah proyeksi pada sumbu y : = (d sin ) = 0

Jumlah proyeksi pada sumbu x : = (d cos ) = 0

c). Azimuth Awal

Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau azimuth

kompas.

d). Menghitung Azimuth Masing-masing Titik

Untuk poligon sudut dalam (n,n+1) = (n – 1, n) + 180o - d

Untuk poligon sudut luar (n,n+1) = (n – 1, n) - 180o +

dimana : n = nomor titik

= azimuth

= sudut luar/dalam poligon

Cara perhitungan poligon dilakukan menurut tetapan :

1. Menjumlahkan sudut dari sudut dalam atau luar yang diukur.

2. Menentukan besar penyimpangan () kemudian memberikan koreksi pada tiap

titik.

3. Menghitung sudut jurusan didasarkan pada sudut poligon yang telah terkoreksi.

4. Menghitung proyeksi titik ke sumbu x dan y, yaitu d sin dan d cos .

5. Menentukan penyimpangan jumlah jarak proyeksi dan memberikan koreksi pada

tiap-tiap jarak tertentu.

b. Kerangka Vertikal

Kerangka vertikal diukur dengan menggunakan alat waterpass. Pekerjaan

waterpassing atau pengukuran beda tinggi yaitu :

1. Pengukuran beda tinggi di suatu tempat.

2. Pengukuran profil/penampang tanah pada arah memanjang.

Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam vertikal atau jarak terpendek

antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Penampang adalah tampang yang arahnya

melintang. Pengukuran beda tinggi diperlukan untuk menghitung volume galian dan

timbunan tanah.

Page 5: BAB 2 Dasar Teori

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 9 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

Dalam pembuatan peta topografi digunakan pengukuran memanjang untuk ketinggian

titik detail dan dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon)

terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat nantinya akan digunakan sebagai

data dalam pembuatan dan penggambaran peta topografi.

Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara

lain :

1. Metode Menyipat Datar

BTA BTB

i

B

HAB

A

Gambar 2.3. Pengukuran Beda Tinggi dengan Metode Menyipat Datar

Metode ini menggunakan waterpass sebagai alat ukurnya.

HAB = BTA – BTB

HB = HA + HAB

keterangan : Titik A= Titik di belakang alat (waterpass)

Titik B = Titik di depan alat (waterpass)

HAB = Beda tinggi antara titik A dan titik B

BTA = Bacaan benang tengah titik A

BTB = Bacaan benang tengah titik B

HA = Ketinggian/elevasi titik A

HB = Ketinggian/elevasi titik B

2. Metode Barometris

Gambar 2.4. Pengukuran dengan Metode Barometris

Metode barometris menggunakan barometer sebagai alat ukurnya. Metode ini

memakai prinsip menggunakan tekanan udara pada tempat yang akan dicari

B

A

Page 6: BAB 2 Dasar Teori

m

D’

z

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 10 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

ketinggiannya. Untuk mengetahui ketinggian dari muka air laut rata-rata. Setelah

ketinggian diketahui, maka beda tinggi yang diperoleh kurang akurat, karena

tergantung dari suhu, kelembaban udara, dan juga gaya tarik bumi.

3. Metode Tachymetri

BA

BB

BT

Page 7: BAB 2 Dasar Teori

i

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 11 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

Δ HAB

Page 8: BAB 2 Dasar Teori

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 12 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

D

Gambar 2.5. Pengukuran Beda Tinggi dengan Cara Tachymetri

Jarak datar (D) = D’ cos m

= (BA – BB) x 100 x cos2 m

Beda tinggi (H) = ½ (BA – BB) x 100 sin 2 m + i– BT

keterangan : i = tinggi alat

BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah

BT = bacaan benang tengah

m = sudut miring

z = sudut zenith = 90o - m

H = beda tinggi antara titik A dan B

D = jarak datar

D’ = jarak miring

Page 9: BAB 2 Dasar Teori

z

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 13 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

4. Metode Trigonometri

D’ BB

m B

BABT

Page 10: BAB 2 Dasar Teori

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 14 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

Δ HAB

D

Gambar 2.6. Pengukuran dengan Menggunakan Cara Trigonometri

Pada metode ini alat yang digunakan adalah theodolit.

Beda tinggi antara A dan B = Δ HAB

keterangan : D = jarak datar

z = zenith

m = sudut miring

c. Data yang Harus Diukur

Data yang harus dicari tergantung dengan alat yang digunakan. Data yang perlu

diukur dalam kaitannya dengan pengukuran kerangka horizontal dengan

menggunakan theodolit adalah benang atas, benang bawah, benang tengah, azimuth,

zenith, tinggi alat, dan sket pengukuran, sedangkan data yang perlu diambil untuk

kerangka vertikal adalah data dari penggunaan waterpass, yaitu benang atas, benang

bawah, dan benang tengah.

d. Praktikum yang Dilaksanakan

Praktikum dilaksanakan di lokasi Gedung 2 Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Kerangka horisontal berupa poligon segi lima tidak beraturan.

Pengukuran kerangka horisontal dengan menggunakan theodolit manual (T0) dan

digital theodolit (DT), sedangkan untuk kerangka vertikal digunakan alat berupa

waterpass. Setiap titik poligon dilakukan dua kali pengukuran, yaitu pengukuran

pergi dan pengukuran pulang.

2.2.2. Pengukuran Titik Detail

Titik detail adalah semua penampakan yang ada di muka bumi baik alamiah maupun

buatan manusia. Pada pengukuran ini tidak mungkin dilakukan secara lengkap dan

terperinci. Oleh karena itu, harus diambil titik detail seefektif mungkin yang dapat

mewakili dalam penggambaran peta tranches nantinya.

Dalam pemilihan titik detail harus disesuaikan dengan kondisi lapangan, yaitu jangan

terlalu jarang maupun terlalu rapat. Jika titik terlalu jarang, maka hasil peta tranches

tidak akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya, namun jika terlalu rapat kurang

A

i

Page 11: BAB 2 Dasar Teori

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 15 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

efisien. Untuk daerah datar cukup diambil beberapa titik saja, untuk tanah

bergelombang diambil titik efektifnya, untuk parit diambil data tentang kedalaman

dan lebarnya.

Agar pengambilan titik detail lebih mudah mengenai sasaran, maka titik tersebut

dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. semua jalan (meliputi : jalan raya, jalan kecil, dll)

b. saluran-saluran air batas sungai, batas pantai

c. jembatan, gardu listrik, tugu, monumen, dll

d. lapangan olahraga, lapangan terbang, persawahan, permukiman, dll

e. kantor pemerintahan, kantor polisi, bank, pasar, toko, dll

f. batas-batas propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dll

A. Cara-cara Pengambilan Titik Detail

Dalam pengukuran titik detail dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

1. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Memancar

a1 b1

a8 a2 b8 b2

a7 A a3 b7 b3

B

a6 a5 a4 b6 b5 b4

Gambar 2.7. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Memancar

Cara ini dipakai jika jarak antara titik tetap berdekatan, A dan B adalah titik tetap.

Dari gambar di atas, pesawat diletakkan di titik A kemudian diambil a1, a2, a3,…,

sedangkan arah sumbu masing-masing menjauhi titik A, begitu juga titik B.

Page 12: BAB 2 Dasar Teori

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 16 Bab 2 Dasar TeoriKelompok XIII

2. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Melompat

TD1

a2 b2

a3 a1 b3 b1

a4 a8

b4 b8

a5 a7

a6 b5 b6 b7

Gambar 2.8 Pengukuran Titik Detail dengan Cara Melompat

Adakalanya kita mengalami kesulitan jika menggunakan metode memancar dalam

mengukur titik detail karena titik tetap berjauhan, sehingga diperlukan cara

melompat.

3. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Grid

Dilakukan dengan membuat grid-grid tertentu pada tiap jarak tertentu.

a. Data yang Harus Diukur

Data pengukuran titik detail yang diperlukan adalah azimuth, zenith, benang atas,

benang bawah, benang tengah, dan tinggi alat serta sketsa pengukuran titik tersebut.

Data tersebut digunakan untuk mencari jarak dan beda tinggi antara tempat alat

didirikan dengan titik detail yang diukur.

b. Praktikum yang Dilaksanakan

Alat yang digunakan untuk pengukuran titik detail adalah theodolit manual (TO) dan

digunakan cara pengukuran memancar pada tiap titik poligon. Pada titik poligon

dilakukan pendekatan dalam arah azimuth 0o, 45o, 90o, 135o, 180o, 225o, 270o, dan

315o serta ke arah titik penting lainnya, antara lain sudut-sudut bangunan, jalan, talud,

saluran air, dan lain-lain.