BAB 2 DASAR TEORI 2.1 KAJIAN PUSTAKA
Transcript of BAB 2 DASAR TEORI 2.1 KAJIAN PUSTAKA
4
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Dwi Aryanta pada tahun 2014 dengan judul βPerancangan dan
Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRPβ meneliti mengenai
perbandingan kualitas jaringan yang menerapkan protokol OSPF saja, protokol
EIGRP saja dan redistribusi kedua protokol. Dalam penelitian ini digunakan
software simulasi Packet Tracer 5.3. Parameter uji yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu delay dan trace route. Berdasarkan hasil pengujian dapat
disimpulkan bahwa delay terbaik pada saat pengujian jaringan dengan redistribusi
[3].
Sedangkan penelitian Shalley Bakshi pada tahun 2014 dengan judul
βOPNET Based Simulation for Route Redistribution in EIGRP, BGP and OSPF
Network Protocolsβ yang membahas mengenai perbandingan performansi rute
redistribusi pada protokol EIGRP, BGP dan OSPF dengan dua parameter yang diuji
yaitu konvergensi dan packet loss menggunkan simulasi OPNET. Berdasarkan hasil
dari penelitian menunjukan bahwa perbandingan perfornansi protokol EIGRP
menujukan nilai konvergensi durasi packet loss yang lebih baik dibandingkan
dengan protokol BGP dan OSPF [4].
Seperti yang telah dituliskan oleh Fauzan Masykur pada 2016 dalam
jurnalnya yang berjudul βPenggabungan Antar Routing Protocol Menggunakan
Teknik Redistributionβ yang membahas mengenai penggunaan teknik redistribusi
antar protokol OSPF dan EIGRP dalam suatu jaringan. Software simulasi yang
digunakan menggunakan GNS3. Menurut hasil dari penelitian yang telah dilakukan
menunjukan bahwa teknik redistribusi tidak mempengaruhi waktu proses
pengiriman data dari source ke destination. Selain itu, redistribusi berguna untuk
menghubungan beberapa protokol routing berbeda dalam suatu jaringan [5].
2.2 JARINGAN KOMPUTER
Jaringan komputer dapat didefinisikan sebagai kumpulan beberapa
komputer yang saling dipisah dengan jarak tertentu namun tetap dapat saling
5
terhubung dalam menjalankan tugasnya [6]. Jaringan komputer mempermudah
akses informasi jarak jauh. Dengan jaringan komputer yang terhubung ke internet,
komunikasi via e-mail dan video conference dapat dilakukan darimanapun. Tak
hanya terbatas pada kemudahan komunikasi yang ditawarkan saja, pembelian
produk online, mengakses berita, maupun hiburan interaktif dapat dilakukan
dengan begitu mudahnya.
Jaringan komputer dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis berdasarkan
teknologi transmisinya yaitu jaringan broadcast dan jaringan point-to-point.
Jaringan broadcast biasanya menggunakan saluran komunikasi tunggal yang
dipakai bersama. Sistem kerjanya adalah pengiriman paket akan dikirimkan secara
serentak ke seluruh user yang ada di jaringan tersebut. Sedangkan untuk jaringan
point-to-point merupakan jaringan data yang digunakan untuk membangun koneksi
langsung antar dua node jaringan [6].
Inter-Network atau yang biasa disebut dengan internet merupakan
sekumpulan interkoneksi dari jaringan komputer yang menghubungkan berbagai
macam situs, seperti situs perorangan, organisasi, akademik, hingga situs
pemerintahan yang kemudian saling terhubung dan membentuk sebuah jaringan.
Pada internet telah disediakan berbagai macam layanan telekomunikasi serta
sumber daya informasi yang dapat digunakan oleh para pengguna internet di
seluruh belahan dunia. Layanan lain yang disediakan oleh internet yaitu seperti
komunikasi langsung (e-mail, dan chat), diskusi (Usenet News, e-mail, milis),
sumber daya informasi yang terdistribusi (World Wide Web, dan Ghoper), remote
login serta lalu lintas file (Telnet, FTP), dan berbagai macam layanan lainnya [7].
Internet menggunakan protokol standar untuk menghubungkan jaringan
komputer dan mengalamati lalu lintas dalam jaringan. Protokol ini akan bertugas
mengatur format data yang diijinkan, error handling, lalu lintas pesan, dan juga
standar komunikasi yang lainnya [7].
2.2.1 Klasifikasi Jaringan Komputer
Pemanfaatan internet dalam suatu jaringan dapat dibedakan bersarkan
areanya. LAN (Local Area Network) merupakan jaringan sejumlah sistem
komputer yang dibatasi lokasi secara fisik dengan maksud untuk menghubungkan
6
semua komputer yang ada dalam satu jaringan tersebut agar dapat bertukar data.
LAN biasanya diterapkan pada sebuah sistem komunikasi di suatu bangunan atau
beberapa tempat yang terpisah beberapa kilometer. Tidak hanya dapat
menghubungkan sejumlah komputer, LAN juga dapat mengakses pheriperal
seperti printer dan harddisk. LAN adalah sebuah jaringan dimana sebuah hubungan
yang terjadi hanya terbatas pada satu lokasi saja [8].
Pada jaringan LAN terdapat tiga metode transmisi yaitu unicast, broadcast
dan multicast. Pada transmisi unicast, paket dikirim oleh suatu sumber ke satu
destinasi pada sebuah jaringan. Sedangkan untuk multicast, paket dari suatu sumber
akan dikirimkan ke beberapa destinasi pada jaringan. Namun untuk broadcast,
paket dari suatu sumber akan dikirim ke seluruh destinasi yang ada dalam jaringan
tersebut [9].
MAN menggunakan teknologi yang sama dengan LAN namun dengan versi
ukuran yang lebih besar. Wilayah cakupan MAN yang cukup besar dapat
dimanfaatkan untuk keperluan umum maupun swasta. MAN dapat menunjang
suara, data hingga jaringan televisi kabel [7].
WAN biasanya diterapkan pada sebuah sistem komunikasi pada suatu
daerah yang luas atau area dengan ruang lingkup geografik yang besar. WAN
adalah suatu jaringan komunikasi data yang menghubungkan antar LAN satu
dengan lainnya. Salah satu jenis WAN yang biasa digunakan yaitu Link Point to
Point. Jenis ini biasa disebut dengan leased line link yang hanya menggunakan satu
buah alur komunikasi WAN antar LAN. Link ini mengakomodasi dua macam
transmisi yaitu transmisi datagram yang terdiri dari beberapa data / frame untuk
tujuan terpisah dan data-stream yang terdiri atas data frame untuk tujuan yang
sama. Selain jenis link point to point, masih banyak lagi jenis WAN yang lain
seperti circuit switching, packet switching, WAN virtual circuit dan WAN dial-up
service [7].
WAN beroperasi pada layer fisik dan layer data link dari osi layer. Sehingga
WAN mampu melakukan pertukaran paket data dan frame antar router dan switch.
Untuk membentuk suatu jaringan WAN menggunakan berbagai macam peralatan
seperti switch, router, modem, access point dan masih banyak lagi. Peralatan yang
digunakan ini dikhususkan untuk menunjang komunikasi jarak jauh [10].
7
2.2.2 Topologi Jaringan
Topologi jaringan merupakan gambaran umum interkoneksi antar titik atau
simpul dari sebuah jaringan komputer. Menurut topologinya, jaringan komputer
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, dimana masing masing jenis ini
memiliki representasi graf yang berbeda-beda. Dalam jaringan LAN, arsitekur
topologi jaringannya adalah logikal. Jenis topologi yang biasa digunakan yaitu star,
bus, ring, tree dan mesh. Berikut akan dijelaskan mengenai macam topologinya:
[6].
a. Star
Topologi star pada gambar 2.1 adalah arsitektur LAN dimana semua titik
akhir dari suatu jaringan terkoneksi dengan sentral melalui hub atau switch dengan
dedicated link. Dedicated link memungkinkan perangkat dalam jaringan yang sama
untuk berkomunikasi dengan perangkat lainnya yang terhubung langsung.
Gambar 2.1 Topologi Jaringan Star [6]
Dalam topologi ini, semua titik akhir yang terhubung ke titik special yang
menjadi pusat jaringan akan mengalami pengaturan komunikasi. Kelebihan
topologi ini yaitu ketika salah satu titik akhir bermasalah maka tidak akan
mempengaruhi interkoneksi titik lain selama titik sentral dalam kondisi baik. [5]
b. Bus
Topologi bus pada gambar 2.2 merukan arsitektur LAN dengan bentuk linier
yang sederhana. Transmisi dari suatu peralatan jaringan di propagasikan keseluruh
media dan akan diterima keseluruh node atau titik dalam jaringan tersebut.
8
Gambar 2.2 Topologi Jaringan Bus [10]
Kekurangan dari topologi ini adalah padatnya lalu lintas data pada jalur
pusat dan karena berpaku pada jalur pusat, maka apabila terjadi masalah di
sepanjang kabel pusat maka keseluruhan jaringan akan mengalami ganguan.
Topologi bus ini biasa digunakan pada implementasi jaringan ethertnet / IEEE
802.3, dan termasuk 100BaseT. 100BaseT adalah nama lain Fast Ethernet yang
memiliki kecepatan transmisihingga 100Mbps dengan media transmisi jaringan
menggunakan kabel bertipe twisted pairs tembaga.
c. Ring
Topologi ring pada gambar 2.3 adalah aritektur LAN yang terdiri dari
beberapa peralatan komputer yang terkoneksi melalui transmini unidirectional
membentuk suatu closed-loop.
Gambar 2.3 Topologi Jaringan Ring [10]
Kelemahan dari topologi ini yaitu ketika ada salah satu titik yang mati atau
bermasalah, akan berakibat tidak terhubungnya titik antar jaringan tersebut.
9
d. Mesh
Dalam topologi mesh pada gambar 2.4, semua titik terhubung secara
sembarang dengan titik lain. Kuncinya adalah sebuah titik harus memiliki lintasan
ke setiap titik yang lain. Sehingga dalam topologi ini tidak akan dijumpai satupun
titik atau simpul yang terpencil.
Gambar 2.4 Topologi Jaringan Mesh [10]
Topologi mesh biasanya digunakan dalam jaringan berskala besar. Poin utama
topologi ini adalah agar semua titik dalam suatu jaringan dapat terhubung sehingga
dapat saling berkomunikasi.
2.3 PROTOKOL JARINGAN
Komputer dengan sistem operasi serta vendor yang berbeda dalam suatu
jaringan dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan protokol. Protokol
disini bekerja sebagai bahasa universal yang dimengerti setiap komputer agar dapat
saling berkomunikasi satu sama lain. Protokol jaringan biasanya dikembangkan
dalam bentuk lapisan lapisan. Dimana setiap lapisan tersebut memiliki fungsi dan
tanggungjawabnya masing-masing. Dengan model layering ini, setiap orang dapat
lebih mudah dalam memahami bagaimana proses komunikasi data yang dilakukan
oleh komputer. Terdapat dua model protokol jaringan yaitu Model OSI (Open
System Interconnection) dan Model TCP/IP (Transmission Control Protocol /
Internet Protocol) [11].
10
2.3.1 MODEL OSI
Model Open System Interconnection (OSI) merupakan alat referensi yang
digunakan untuk memahami komunikasi data antara dua sistem jaringan [11].
Model OSI ini dikembangkan oleh International Standards Organization (ISO) dan
dijadikan standar dalam sistem komunikasi data. Model OSI ini bekerja dengan cara
merepresentasikan proses komunikasi menjadi 7 lapisan.
Gambar 2.5 Model OSI [11]
Pada setiap lapisan memiliki fungsi spesifik masing-masing yang saling
bekerja sama dengan lapisan diatasnya maupun dibawahnya. Sesuai yang
dijelaskan pada gambar 2.5 dibawah, dapat dilihat bahwa ketujuh lapisan OSI
tersebut yaitu [11]:
a. Lapisan Aplikasi (Application Layer) posisinya di lapisan ke 7
b. Lapisan Presentasi (Presentation Layer) posisinya di lapisan ke 6
c. Lapisan Sesi (Session Layer) posisinya di lapisan ke 5
d. Lapisan Transport (Transport Layer) posisinya di lapisan ke 4
e. Lapisan Network (Network Layer) posisinya di lapisan ke 3
f. Lapisan Data Link (Data Link Layer) posisinya di lapisan ke 2
g. Lapisan Fisik (Physical Layer) posisinya di lapisan ke 1
11
Terdapat dua kategori dalam model OSI, yaitu media layer dan host layer.
Lapisan yang termasuk kedalam bagian media layer adalah tiga lapisan teratas,
meliputi network layer, data link layer dan physical layer. Ketiga lapisan ini
berhubungan dengan bagian software. Untuk kategori host layer yaitu empat
lapisan teratas, meliputi transport layer, session layer, presentation layer dan
application layer. Keempat lapisan ini berhubungan dengan bagian hardware.
Gambar 2.6 Ilustrasi Komunikasi Data Model OSI [11]
Berikut adalah penjelasan mengenai ketujuh model lapisan OSI sesuai
dengan gambar 2.6 yaitu [11]:
a. Physical Layer (lapisan 7)
Physical layer atau lapisan fisik mendefinisikan media penghubung dan
masalah kelistrikan, seperti kecepatan fisik transfer, maksimum panjang
kabel, konektor, serta transmisi jaringan. Pada lapisan paling dasar ini user
dapat menentukan tipe konektor, kabel, level tegangan, bit rate, dan lain-
lain. Physical layer ini berfungsi untuk melakukan proses transmisi aliran
data ke media pengiriman. Satuan unit datanya adalah bits. Contohnya yaitu
802.11 A/B/C/N, HUB, repeater.
12
b. Data Link Layer (lapisan 6)
Data Link Layer atau lapisan data link mendefinisikan kecepatan jaringan,
karakteristik protokol, alamat fisik, arsitektur jaringan, topologi jaringan,
penanganan error, dan flow control. Data link layer ini berfungsi untuk
pemindahan informasi antar link jaringan fisik. Satuan unit datanya adalah
frame. Protokol yang digunakan yaitu: PAGP, LACP, Frame Relay, PPP,
Token Ring.
c. Network Layer (lapisan 5)
Network Layer ini mendefinisikan routing dan fungsi fungsinya, sehingga
berbagai jenis data link dapat bergabung dalam jaringan. Fungsi dari layer
ini yaitu untuk menentukan rute yang akan dilewati oleh data. Cara kerjanya
dengan memberikan address virtual, logic, maupun network. Protokol yang
digunakan yaitu protokol protokol yang berhubungan dengan routing
seperti, OSPF, RIP, EIGRP, BGP.
d. Transport Layer (lapisan 4)
Transport Layer mendefinisikan pelayanan transportasi data yang
transparan terhadap layer diatasnya. Selain itu layer ini bertanggung jawab
terhadap terhadap integritas data antara node yang berhubungan. Protokol
yang digunakan dalam layer ini yaitu UDP, TCP, SSL.
e. Session Layer (lapisan 3)
Session Layer mendefinisikan konektivitas, management, serta pemutusan
sesi komunikasi. Sesi komunikasi terdiri dari establishing (memulai sesi),
maintening (mempertahankan sesi), dan terminating (mengakhiri sesi).
Protokol yang digunakan pada lapisan ini yaitu RTP, RPC, SQL, dan
Netbios.
f. Presentation Layer (lapisan 2)
Presentation Layer mendefinisikan berbagai jenis coding dan konversi yang
diterapkan kepada application layer seperti kompresi data dan enkripsi data.
Lapisan ini akan mengubah bentuk data yang akan di kirim ke jaringan oleh
aplikasi ke dalam bentuk data yang dapat di transmisikan melalu jaringan.
Contohnya adalah DOC, ASCII, MPEG, MIDI
13
g. Application Layer (lapisan 1)
Application Layer merupakan layer yang paling dekat dengan end user.
Layer ini sebagai penyedia berbagai aplikasi yang digunakan pada jaringan.
Contohnya adalah HTTP, SMTP, dan FTP.
2.3.2 TCP / IP Layer
Transmission Control Protocol / Internet Protocol (TCP/IP) merupakan
standar aturan komunikasi data yang digunakan dalam proses transfer data. Dalam
model TCP/IP terdapat 4 lapisan, yaitu:
a. Application layer
b. Trasnsport layer
c. Network layer
d. Data Link / Physical layer
Pada model TCP seperti yang ada pada gambar 2.7 terdapat 4 lapisan yang
setara dengan 7 lapisan pada model OSI. Layer application pada model TCP/IP
memiliki fungsi dan posisi yang setara dengan layer application dan layer
presentation pada model OSI [12]. Layer transport pada TCP/IP berkerja seperti
layer session dan layer transport pada model OSI. Layer Network baik pada model
OSI dan model TCP menempati posisi dan mendefinisikan fungsi yang sama.
Terakhir, link layer model TCP/IP yang mendefinisikan layer datalink dan
physical.
Gambar 2. 7 TCP/IP Model [13]
14
Berdasarkan gambar 2.7 diatas, berikut penjelasan mendetail mengenai
setiap lapisan pada model TCP/IP yaitu [13]:
a. Application layer digunakan oleh program yang menggunakan protokol TCP/IP
untuk berkomunikasi. Protokol HTTP adalah protokol pada lapisan aplikasi
yang mendukung layanan web browser dan web server. Protokol lain yang
bekerja di lapisan ini yaitu POP3 dan SMTP yang mendukung layanan surat
elektronik, FTP untuk transfer file, Telnet dan SSH pada command line
interface guna untuk remote computer.
b. Transport layer atau bisa disebut juga dengan host to host layer. Lapisan ini
bertanggung jawab dalam pertukaran paket atau pesan antar host. Pada layer ini
terdapat dua protokol yaitu TCP (Trasport Control Protocol) dan UDP (User
Datagram Protocol). Kelebihan TCP yaitu menawarkan servis data yang dapat
diandalkan, dimana setiap data yang dikirimkan akan dipastikan terkirim
seluruhnya ketujuan. Apabila terjadi packet loss maka maka TCP akan
melakukan transmisi ulang. Protokol UDP berkerja dengan lebih sederhana
sehingga prosesnya lebih cepat, namun protokol ini memiliki kekurangan yaitu
kesuksesan pengiriman data tidak dijamin.
c. Network layer atau sering disebut juga dengan lapisan internet. Lapisan ini
berhubungan dengan forwarding data dari host ke tujuan melalui router. Semua
transport data pada layer ini ditangani oleh Internet Protocol (IP). IP di dukung
oleh ICMP (Internet Control and Messaging Protocol) dan IGMP (Internet
Group Management Protocol) yang berfungsi untuk melaporkan bila terjadi
error. IP juga bergantung pada protokol routing seperti RIP, OSPF, EIGRP, dan
BGP yang menentukan isi konten dari tabel routing.
d. Data link layer sering disebut juga dengan lapisan network access atau lapisan
antarmuka. Lapisan ini berfokus pada pengiriman dan penerimaan data melalui
link point-to-point atau LAN. Fungsi dari layer ini diimplementasikan sebagian
pada hardware dan sebagian lagi pada software. Protokol yang digunakan
contohnya yaitu Ethernet dan MAC Address.
15
2.3.3 UDP
User Datagram Protocol merupakan sebuah protokol layer transport yang
bersifat unreliable dan connectionless. Unreliable disini artinya paket yang
dikirimkan ke tujuan dengan protokol UDP, dikirimkan sebagai datagram yang
mengabaikan urutan nomor pengiriman paket. Sehingga paket yang diterima dalam
keadaan acak. Connectionless sendiri dimaksudkan karena protokol ini tidak
melakukan inisiasi pembangunan koneksi sebelum melakukan pengiriman paket
maupun pemutusan koneksi ketika selesai pengiriman paket [14]. UDP termasuk
kedalam protokol yang sederhana dan effisien, sehingga untuk pengiriman pesan
yang sederhana dapat menggandalkan protokol ini.
(a) (b)
Gambar 2. 8 (a) User Datagram (b) Header Datagram
Datagram atau paket UDP, memiliki header sebesar 8 bytes seperti pada
gambar 2.8. Dalam header tersebut terbagi menjadi 4 bagian yang masing masing
sebesar 2 bytes atau 16 bits. Bagian pertama yaitu source port number sebesar 16
bits, bagian kedua destination port number 16 bits, bagian ke 3 yaitu totol length
sebesar 16 bits dan bagian ke 4 yaitu checksum sebesar 16 bits. Untuk keseluruhan
data sendiri dapat digunakan hingga 65.535 bytes [14].
UDP menawarkan layanan process-to-process communication
menggunakan socket addresses, yaitu kombinasi alamat IP dan nomor port. Selain
itu UDP tidak mendukung error control hal ini dikarenakan untuk menunjang
kecepatan pelayanan, sehingga meminimalisir delay yang mungkin terjadi dalam
proses pengiriman data [14].
Penggunaan UDP cocok untuk program yang mengandalkan komunikasi
sederhana namun cepat, tanpa mempedulikan flow control dan error control. Selain
itu UDP cocok untuk multicasting, yaitu teknik pengiriman data yang ditujukan
untuk beberapa orang sekaligus. UDP biasa digunakan pada aplikasi yang berbasis
realtime [14].
16
2.4 PENGALAMATAN IP
Alamat IP adalah identitas atau kode unik komputer dalam jaringan. Alamat
IPv4 terdiri dari 32 bit angka yang unik untuk setiap host pada jaringan. Setiap paket
data yang dikirimkan melalui internet mengandung IP address sumber paket dan IP
address tujuan [14].
Gambar 2.9 Struktur IPv4 [14]
Pada gambar 2.8 dapat dilihat bahwa dua octet pertama berisikan net ID
sedangkan dua octet terakhir berisikan host ID. Dalam IPv4 ini angka unik yang
diadapatkan komputer akan diklasifikasikan menuurut kelasnya masing masing.
Secara umum hanya kelas A, B, dan C yang digunakan secara umum. Kelas D
digunakan untuk multitasking dengan byte pertama berkisar 224-247 dan kelas E
digunakan untuk sains dan penelitian dengan byte pertama berkisar antara 248-255.
Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pembagian per kelasnya.
a. Kelas A
Pada kelas A, IPv4 terdiri dari 24 bit dengan kemungkinan host sebanyak 16.7
juta. Struktur pengalamatan untuk kelas A dapat dilihat pada gambar 2.9. Pada
kolom pertama gambar 2.9 dapat dilihat bahwa alamat yang digunakan hanya
dari 0-126, hal ini terjadi karena alamat IP 127 digunakan untuk alamat
loopback. [14]
Gambar 2.10 Struktur IP Address kelas A [14]
17
b. Kelas B
Pada kelas B, IPv4 terdiri dari 16 bit dengan kemungkinan 65534 host yang
dapat menggunakan kelas ini. Struktur alamat IP kelas B dapat dilihat pada
gambar 2.10 [14].
Gambar 2.11 Struktur IP Address kelas B [14]
c. Kelas C
Pada kelas C, IPv4 terdiri dari 8 bit dengan jumlah host sebanyak 254 host.
Struktur alamat IP kelas C dapat dilihat pada gambar 2.11 [14].
Gambar 2.12 Struktur IP Address kelas C [14]
2.5 KONSEP DASAR ROUTING
Routing merupakan proses pemilihan jalur yang akan dilalui suatu paket dari
komputer sumber agar sampai ke komputer tujuan dengan lebih efisien. Proses
routing ini melibatkan perangkat yang bekerja pada layer tiga yaitu router atau
multilayer-switch. Router menggunakan alamat IP tujuan untuk melakukan fungsi
routing. Alamat IP tujuan ini nantinya akan di cek eksistensinya dalam tabel routing
router. Bila alamat IP tujuan sesuai dengan alamat network yang terdapat dalam
tabel routing, maka paket akan segera dikirimkan menuju alamat IP tujuan setelah
ditentukan rute terbaiknya [2].
Dalam tabel routing, alamat network dapat diklasifikasikan ke dalam 2
bagian yaitu alamat network yang terhubung langsung dan alamat network yang
tidak terhubung langsung. Informasi mengenai rute pada alamat network yang
terhubung langsung akan secara otomatis tercatatkan pada tabel routing apabila
interface router telah diberikan alamat IP. Sedangkan untuk memasukan alamat
network yang tidak terhubung langsung pada tabel routing dapat dilakukan dengan
18
cara manual (statis) atau otomatis (dinamis). Penambahan alamat network secara
dinamis biasanya direkomendasikan untuk digunakan pada jaringan dengan skala
yang besar [8].
2.5.1 Protokol Routing
Dalam jaringan yang besar, dapat dipastikan bahwa terdapat banyak
network address yang tidak terhubung langsung. Pencatatan network address secara
statis tentu akan membutuhkan waktu yang lama mengingat jumlahnya bisa
mencapai ratusan. Penggunaan metode dinamis lebih dianjurkan untuk menghindari
kesalahan yang mungkin terjadi ketika proses memasukan network address secara
manual. Pada metode dinamis, peran protokol routing sangat dibutuhkan.
Protokol routing akan mencatatkan semua alamat network lawan kedalam
tabel routing router begitu protokol ini diaktifkan. Protokol yang telah diaktifkan
ini akan mempertukarkan informasi mengenai rute yang terdapat pada tabel routing.
Dengan adanya pertukaran informasi yang ada dalam setiap tabel routing suatu
router maka router lainnya yang tidak terhubung langsung dapat mengetahui isi
dari tabel routing router tetangga yang tidak terhubung langsung. Dengan begitu
proses pemilihan rute untuk pengiriman paket ke tujuan dapat dilakukan tanpa perlu
menginputkan network address yang tidak terhubung langsung secara manual atau
statis. Kondisi ketika semua alamat network dalam suatu jaringan telah tercatatkan
dalam tabel routing dapat disebut dengan kondisi jaringan yang konvergen
sehingga antar komputer dapat saling bertukar data dan saling terkoneksi [2].
2.5.2 Klasifikasi Protokol Routing
Pemilihan protokol routing yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan
kondisi jaringan yang akan di konfigurasi. Misalnya ditinjau dari wilayah
autonomous system (wilayah edar paket update yang saling di pertukarkan) yang
digunakan jaringan tersebut, atau dapat disesuaikan berdasarkan jumlah router
yang terdapat pada jaringan dan kecepatan konvergensi yang diinginkan [2].
Menurut pembagian wilayah autonomous system, protokol routing dapat
dikategorikan menjadi dua macam yaitu Interior Gateway Protocol (IGP) dan
Exterior Gateway Protocol (EGP). Protokol dengan kategori IGP hanya bisa
19
diaktifkan untuk router yang berada pada wilayah autonomous system yang sama.
Sedangkan EGP biasanya di aplikasikan pada router yang saling terhubung dengan
wilayah AS berbeda. Protokol yang termasuk dalam kategori EGP yaitu BGP
(Border Gateway Protocol) [2].
Gambar 2.13 Klasifikasi Protokol Routing [2]
Pada IGP juga terdapat pengklasifikasian protokol yang diklasifikasikan
berdasar cara kerjanya yaitu distance vector dan link state [15]. Distance vector
bekerja dengan cara mencari rute terbaik berdasarkan jarak. Pada kategori distance
vector digunakan algoritma Bellman Ford dan DUAL. Update tabel routing pada
protokol ini terjadi secara periodik atau ketika terjadi perubahan dalam sebuah
jaringan. Kekurangan protokol ini yaitu kemungkinan adanya routing loop karena
update tabel routing terlambat. Untuk mencegah routing loop yang terus menerus,
maka router akan membiarkan routing loop terjadi hingga melewati batas nilai
metric maksimumnya yaitu 15 hop. Kemudian paket yang melampaui batas dari
jumlah hop tadi akan dibuang. Protokol yang menggunakan algoritma ini yaitu RIP
(Routing Information Protocol) dan IGRP (Interior Gateway Routing Protocol).
Sedangkan algoritma DUAL digunakan oleh protokol EIGRP (Enchanced Interior
Gateway Protocol) [2].
Protokol EIGRP dan IGRP merupakan protokol yang dikembangkan oleh
Cisco sehingga perangkat router yang bisa menggunakan protokol tersebut
20
hanyalah router buatan Cisco. Sedangkan untuk protokol RIP dapat digunakan
untuk semua vendor router.
Teknologi link-state dikembangkan oleh ARPA-net. Fungsi dari protokol
ini untuk menentukan jalur terdekat dan terbaik dalam suatu jaringan. Dalam Link
State Routing (LSR) terdapat Link State Advertisement (LSA). LSA adalah paket
kecil yang dikirimkan antar router yang terhubung langsung. Kumpulan informasi
dari LSA seperti IP Address dan subnet mask disebut link-state database. Database
ini digunakna untuk menghitung rute terbaik pada jaringan yang dikenal dengan
Algoritma Shortest Path First (SPF) [15].
Protokol OSPF dan ISIS menggunakan algoritma Dijkstra. Selain itu kedua
protokol ini juga dapat digunakan oleh semua vendor, tidak hanya router Cisco saja.
Untuk OSPF sendiri merupakan pengembangan dari protokol RIP sebagaimana
protokol EIGRP yang menyempurnakan protokol IGRP [7].
Tabel 2.1 Kategori Routing Protokol Berdasarkan Kelas
Class Distance Vector Link-State
Classful RIP, IGRP
Classless RIPv2, EIGRP OSPF, IS-IS
Berdasarkan kelasnya, routing protocols dibagi menjadi dua yaitu classless
dan classfull. Protokol OSPF, IS-IS merupakan protokol link-state yang termasuk
kedalam kategori classless. Dalam kategori classless ini pengalamatan IP tidak
memperhatikan kelas IP yang digunakan, melainkan menggunakan CIDR
(Classless-Inter Domain Routing) atau panjang prefix. Sifat classless ini
memungkinkan penggunaan IP kelas A dan B dengan panjang prefik tertentu yang
lebih spesifik.
Protokol RIPv2 dan EIGRP merupakan protokol routing distance vector
yang termasuk dalam kategoti classless. Sedangkan protokol RIP dan IGRP
termasuk kedalam kategori classfull. Dalam kategori classless ini pengalamatan IP
ditinjau berdasarkan kelasnya. Dengan pengalamatan ini jaringan yang dapat di
21
bentuk akan dibatasi sebatas kapasitas masing masing kelas. Kapasitas host kelas
A dan B yang besar menjadi sering tidak terpakai secara optimum.
2.5.3 EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol)
EIGRP adalah protokol yang dikembangkan oleh cisco dengan
menggunakan algoritma DUAL. EIGRP yang merupakan penyempurna dari IGRP
memiliki beberapa kelebihan yaitu waktu konvergensi yang cepat ketika terjadi
perubahan pada topologi jaringan, pola pengiriman paket update dilakukan secara
multicast dan hanya dikirimkan pada router yang membutuhkan, serta dapat
digunakan pada jaringan dengan mekanisme VLSM dan discontinues [2].
Pada protokol EIGRP ini digunakan Perhitungan nilai metric. Nilai metric
disini berfungsi sebagai acuan untuk pemilihan jalur terbaik. Parameter yang
digunakan untuk menentukan jalur terbaiknya yaitu bandwidth, delay, reliability,
load dan MTU [10].
Salah satu kelebihan dalam protokol EIGRP ini yaitu adanya proses load
balancing. Yaitu proses pembagian beban data yang dikirimkan melalu jalur yang
berbeda agar lebih cepat sampai ke alamat network tujuan. Proses load balancing
ini masih dapat diterapkan pada jalur dengan nilai metrik yang berbeda. Syarat yang
harus di penuhi agar dapat dilakukan proses load balancing yaitu nilai feasible
distance rute alternative harus lebih besar dari feasible distance rute utama.
Penerapan load balancing pada jalur dengan nilai metric berbeda inilah yang
disebut dengan Unequal Cost Load Balancing [2].
Dalam penggunaan protokol EIGRP ini bekerka algoritma DUAL. DUAL
(Diffusing Update Algorithm) merupakan algoritma yang digunakan oleh protokol
EIGRP. Dalam algoritma DUAL ini akan digunakan beberapa istilah seperti
successor, feasible successor, feasible distance, reported distance dan feasible
condition [2]. Berikut adalah penjelasan istilah yang digunakan dalan penentuan
jalur terbaik:
a. Successor merupakan router tetangga, dimana router tersebut akan menjadi
jalur utama untuk meneruskan paket menuju alamat network tujuan.
b. Feasible successor adalah router tetangga yang diposisikan sebagai rute
cadangan ketika terjadi masalah pada successor. Dengan penggunaan
22
metode jalur cadangan ini algoritma DUAL menjadi lebih unggul dalam hal
konvergensi waktu ketika terjadi perubahan topologi pada jaringan [2].
c. Feasible distance adalah nilai metric yang dihasilkan untuk menuju ke
alamat network tujuan.
d. Reported distance merupakan nilai metric yang disampaikan oleh router
tetangga ketika router yang berfungsi sebagai jalur utama mengalami
masalah.
e. Feasible condition merupaka kondisi untuk dapat menjadikan router
tetangga sebagai feasible successor. Syarat yang harus dipenuhi yaitu nilai
dari reported distance router tetangga lebih kecil dari nilai feasible distance
router successor.
Dalam routing EIGRP untuk membatasi wilayah distribusi jaringan
digunakan nomor autonomous system (AS). Nomor AS ini adalah nomor yang
merujuk kepada sekumpulan wilayah jaringan, yang telah diatur oleh suatu
lembaga. Lembaga yang mengatur pemakaian nomer AS adalah IANA (Internet
Assigned Number Authority) [2].
2.5.4 OSPF (Open Shortest Path First)
OSPF adalah protokol routing dengan algoritma Dijkstra yang bersifat open,
sehingga vendor perangkat router manapun dapat menggunakan protokol ini. OSPF
merupakan protokol routing link-state, yang digunakan untuk mendistribusikan
informasi dengan autonomous system tunggal. Kelebihan protokol OSPF ini yaitu
tidak mengenal jumlah hop sehingga tidak ada batasan jumlah router yang
digunakan. Protokol OSPF cocok untuk digunakan pada jaringan dengan skala yang
besar [2].
Pada protokol OSPF ini dikenal dengan konsep pembagian wilayah untuk
mengatasi keterbatasan memory pada router dalam penggunaan pada jaringan
berskala besar. Wilayahnya meliputi area backbone dan area non-backbone. Area
backbone merupakan area inti yang wajib ada dalam suatu jaringan OSPF. Area
backbone ini akan dihubungkan ke area-area lain. Kode yang digunakan untuk
menandai area backbone adalah 0. Jadi area selain area 0 harus terhubung dengan
23
area 0 agar dapat saling terhubung [2]. Berikut adalah beberapa pembagian wilayah
dalam jaringan yaitu:
a. Backbone Area atau area 0 merupakan area yang harus ada dalam perancangan
jaringan ospf. Backbone area merupakan titik pusat dari semua area. Sifat area
ini yaitu dapat menggirimkan informasi mengenai alamat network yang ada
dalam area-nya kepada area lain. Cara kerja area ini dengan menerima
informasi rute dari luar area-nya untuk didistribusikan ke area lain sesuai
dengan tujuannya. Sehingga, area selain non backbone harus terhubung dengan
area backbone agar dapat saling terhubung [2].
b. Stub Area merupakan area non backbone. Area ini adalah area yang hanya
menerima informasi rute dari wilayah OSPF. Contohnya ketika ada jaringan
yang mengaktifkan protokol selain OSPF maka informasi rute dalam jaringan
tersebut tidak akan diterima [2].
c. Totally Stub Area merupakan area dimana informasi rute tidak dapat diterima,
baik dari luar wilayah OSPF maupun jaringan lain yang tidak mengaktifkan
protokol OSPF [2].
Gambar 2.14 Konsep Area OSPF [2]
Pada protokol OSPF yang bekerja sesuai dengan pembagian wilayahnya
terjadi penamaan router untuk mempermudah pembuatan topologinya. Penamaan
router yang digunakan yaitu internal router, backbone router, autonomous system
24
boundary router dan area border router. Berikut adalah penjelasan mengenai
penamaan router beserta contohnya yang dapat dilihat pada gambar 2.12 [2].
a. Internal router merupakan router OSPF yang semua interface-nya masuk
dalam satu wilayah jaringan OSPF yang sama. Contohnya R1 dan R2.
b. Backbone router adalah router yang interface-nya masuk dalam area 0 atau
area backbone OSPF. Contohnya R4.
c. ABR (Area Border Router) yaitu router yang minimal kedua interface-nya
masuk pada 2 wilayah area OSPF yang berbeda. Contohnya R5.
d. ASBR (autonomous system boundary router) merupakan router yang paling
tidak terdapat satu interface yang masuk kedalam wilayah bukan OSPF.
Contohnya R3.
2.5 REDISTRIBUSI
Pada jaringan dengan skala yang besar yang terdiri dari beberapa kumpulan
jaringan kecil, tentu tidak dapat diseragamkan dalam pemilihan penggunaan
protokolnya. Pemilihan penggunaan protokol pun disesuaikan dengan kebutuhan
jaringan yang digunakannya. Karena protokol routing bekerja hanya pada router
dengan protokol yang sama maka digunakanlah redistribusi untuk menjembatani
komunikasi yang terjadi antar protokol tersebut.
Dengan menggunakan mekanisme redistribusi ini kita tidak perlu
menyeragamkan protokol routing dalam suatu jaringan. Beberapa protokol routing
yang dapat digunakan untuk mekanisme redistribusi ini yaitu RIP, EIGRP, OSPF
dan IS-IS. Cara kerja dari redistribusi ini yaitu dengan menambahkan satu router
yang berfungsi untuk mendistribusikan informasi rute antar jaringan. Jadi pada
router tersebut harus diaktifkan dua buah protokol routing sekaligus [2].
2.6 QOS (QUALITY OF SERVICE)
QoS merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengelola bandwidth,
delay, jitter dan packet loss guna membantu end-user untuk menjamin peforma
suatu jaringan [16]. Dengan penggunaan QoS, atribut atribut layanan yang
disediakan dapat didefinisikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam
QoS terdapat beberapa parameter yang digunakan yaitu throughput, delay, jitter,
25
dan packet loss. Terdapat beberapa standar yang digunakan untuk menentukan
kualitas suatu jaringan, salah satu Standar untuk QoS yang dapat digunakan yaitu
ITU-T G.114 [9]
2.6.1 Throughput
Throughput dapat didefinisikan sebagai kemampuan sebenarnya suatu
jaringan dalam proses pengiriman data [7]. Throughput bisa disebut juga dengan
bandwidth, bedanya throughput ini bersifat dinamis tergantung trafik yang sedang
terjadi. Rumus untuk menghitung nilai throughput yaitu:
πβπππ’πβππ’π‘ =β π πππ‘ πππ‘π (πππ‘)
π‘πππ πππ‘π πππππ£πππ¦ πππ β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ (1)
Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses
dikirimkan yang diamati pada bagian destinasi dalam durasi waktu tertentu. Nilai
throughput didapatkan dengan cara membagi jumlah seluruh data yang diterima
dengan waktu pengiriman data. Satuan dari throughput sendiri yaitu bps.
2.6.2 Delay
Delay adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses
transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya [7]. Rumus yang
digunakan untuk mengitung nilai delay suatu paket yaitu:
π·ππππ¦ (π ππ)ππ₯ =ππππ πππ‘π€πππ ππππ π‘ πππ πππ π‘ ππππππ‘
β ππππππ‘ β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ (2)
Berdasarkan hasil delay yang didapatkan, kualitas delay dapat
dikelompokan sesuai dengan kategorinya. Menurut standard quality ITU-T delay
dapat dikelompokan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Standard Quality ITU-T G.114 untuk delay [17]
Kategori Delay
Baik 0-150ms
Sedang 150-400 ms
Buruk >400ms
Berdasarkan tabel diatas, jaringan yang masuk dalam kategori baik itu
memiliki delay yang berada dalam kisaran 0-150 ms, sedangkan yang termasuk
26
dalam kategori sedang memiliki delay dalam kisaran 150-400 ms, dan delay diatas
400 ms menunjukan kualitas jaringan yang buruk. Delay dapat digolongkan sebagai
berikut [10]:
a. Packetization Delay yaitu delay yang disebabkan oleh waktu untuk proses
pembentukan paket IP dari informasi user.
b. Queuing Delay yaitu delay yang disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh
router untuk menangani transmisi paket di jaringan.
c. Delay Propagation yaitu delay yang disebabkan karena waktu perjalanan
informasi selama dalam media transmisi.
2.6.3 Jitter
Jitter adalah variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP. Nilai
jitter dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan congestion yang ada dalam jaringan
IP. Untuk mendapatkan nilai jitter dapat digunakan rumus sebagai berikut [7]:
π½ππ‘π‘ππ (π ππ)ππ₯ =β πππππ¦βπ£πππππ‘πππ
β ππππππ£ππβππππππ‘π π πππππβ¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ (3)
Suatu jaringan dapat memiliki QoS yang baik jika nilai jitter dijaga untuk tetap
seminimum mungkin. Berdasarkan nilai jitter yang didapat dengan persamaan 3,
kualitas service jaringan dapat kategorikan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh ITU-T sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Standard Quality ITU-T G.114 untuk jitter [17]
Kategori Jitter
Baik 0-20 ms
Sedang 20-50 ms
Buruk >50 ms
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jaringan yang memiliki servis dengan
kualitas yang baik memiliki nilai jitter yang ada dalam kisaran 0-20 ms. Untuk
jaringan dengan jitter berkisar antara 20-50 ms termasuk dalam kategori sedang dan
selebihnya masuk dalam kategori buruk.