2.Teori Dasar Mesin Asinkron
-
Author
nia-cullen -
Category
Documents
-
view
43 -
download
6
Embed Size (px)
description
Transcript of 2.Teori Dasar Mesin Asinkron
-
TEORI DASAR
-
TEORI DASAR
1. Pendahuluan
2. Konstruksi
3. Medan putar
4. Prinsip kerja motor induksi
5. Slip
6. Kopel
-
Berdasarkan
fungsi
Mesin Tak Serempak
Pemakaian
Sumber
tegangan
Kelebihan dan
kekurangan
1. Pendahuluan
Putaran
-
Berdasarkan fungsi dibedakan menjadi generator induksi dan motor induksi. Generator induksi jarang atau tidak pernah di gunakan untuk melayani kepentingan umum.
Motor induksi dalam pemakaian sehari-hari digunakan dalam perindustrian (sistem 3 fasa) dan rumah tangga (sistem 1 fasa).
Sumber tegangan dihubungkan pada salah satu elemen nya (stator atau rotor), sedang elemen lainnya hanya karena dihasilkan tegangan induksi. Oleh sebab itu motor tak serempak dinamakan juga motor induksi.
Keuntungan/kelebihan: - tidak memerlukan arus dc untuk penguatan medan (eksitasi), hanya perlu arus ac
- lebih ekonomis untuk kecepatan tinggi
- tingkat pengaturan kecepatan cukup baik (rotor belit)
Kekurangan:- kecepatan motor berkurang dengan bertambahnya kopel beban
-
Gambar 1-1. Prinsip fungsi motor
-
Putaran:
Mesin Serempak/Sinkron f = (p x n) : 60 n = (60. f) : pdimana; f = frekuensi ------ Hz
n = putaran rotor rpmp = jumlah pasang kutub
Mesin Tak Serempak / Asinkron n (60. f) : pdimana; f = frekuensi ------ Hz
n = putaran rotor rpmp = jumlah pasang kutub
ns = (60. f) : p
ns = putaran sinkron / putaran medan putar - rpm
Pada mesin tak serempak tidak ada kutub magnet seperti pada mesin serempak, kecuali pada shaded pole
motor
-
Konstruksi
dasar
Stator Rotor
Rumah
stator
Inti
stator
Rotor
sangkar
Rotor
belit
2. Konstruksi
-
Konstruksi dasar stator
Rumah stator
terbuka dan tertutup
berfungsi mekanis, harus kokoh
terbuat dari besi cor/baja cor/besi plat yang dilengkung
Inti stator
fungsi elektris yang penting
terbuat dari bahan plat baja silikon berlaminasi, campuran silikon 1%3%. Lembaran baja plat antara (0,0140,019) inch
Alur stator
tempat belitan stator
terbuka, tertutup sebagian
tertutup
Belitan stator
dapat digunakan untuk satu, dua atau tiga macam tegangan
merubah kecepatan putaran motor
-
Gambar belitan motor induksi,
menggambarkan perubahan
putaran dengan perubahan
jumlah kutub
a. belitan motor 4 kutub, tiap-
tiap kutub hubungan seri
b. belitan motor 2 kutub yang
dihubungkan seri
c. belitan motor 2 kutub yang
dihubungkan paralel
-
8 kutub
4 kutub
Gambar rangkaian untuk merubah-ubah jumlah kutub
-
Konstruksi dasar rotor
1. a. Rotor belit
- alur-alur disekeliling rotor dipasang belitan
- dilengkapi dengan cincin seret untuk menghubungkan
tahanan luar pada rangkaian rotor
- tahanan luar pada rangkaian rotor berfungsi untuk:
a). menghasilkan kopel start yang besar
b). membatasi arus start yang besar, dan
c). mengatur kecepatan rotor
- jumlah fasa belitan rotor = jumlah fasa belitan stator
- belitan stator dan belitan rotor mempunyai jumlah kutub
yang sama.
Perhatikan gambar 1-7, 1-8, dan 1-9
-
Gambar 1-7 Rotor belit sebuah motor induksi
Gambar 1-8 Pelaksanaan hubungan motor induksi rotor belit
dengan tahanan asut
-
Gambar 1.9. Pelaksanaan hubungan motor induksi
rotor delit dengan tahanan asut
-
2. Rotor sangkar belitan rotor berupa batang konduktor telanjang yang dimasukkan
kedalam alur di sekeliling rotor. Pada kedua sisi/ujung-ujungnya disambung pendek dengan cincin.
bagian-bagian:
a). poros; dibuat dari baja giling
b). badan rotor ; dibuat dari baja silikon
c). batang-batang rotor; dibuat dari tembaga (Cu)/ aluminium (Al)
d). cincin hubung singkat; dibuat dari tembaga atau aluminium
Perhatikan gambar 1-10
-
(a)
(b)
Gambar : Konstruksi rotor sangkar; a). Untuk
kapasitas rendah s/d menengah; b) kapasitas besar
-
Alur rotor sangkar
- alur normal, alur dalam, dan alur ganda (gb. 1-11)
- alur dalam diisi dengan satu batang rotor
- alur ganda diisi dengan dua batang rotor, bagian puncak (T) diisi
dengan bahan dengan R yang tinggi tetapi X rendah, sedang
bagian dasar alur (B) diisi dengan bahan R yang rendah dan X
yang tinggi
- pemakaian alur dalam dan alur ganda bertujuan untuk
memperoleh tahanan yang tinggi pada rangkaian rotor saat start
agar mendapat kan kopel start yang besar dan tahanan yang
rendah pada waktu bekerja untuk mendapatkan efisiensi yang
baik.
- Teori skin effect
-
Rotor bagian permukaan (Top)
Rotor bagian dasar (bottom)
Gb. Alur dalam Gb. Alur ganda
Gambar : beberapa macam alur rotor sangkar
-
Gambar rotor sangkar tunggal
dari Bradley
Gambar rotor sangkar ganda dari
Boucherot
Gambar rotor sangkar dari Heemaf
-
Gambar konstruksi rotor batang
tunggalGambar konstruksi rotor batang ganda/
rangkap
-
3. Medan Putar
Medan putar disebut juga medan magnet stator yang dapat di
bangkitkan dengan sebuah magnet listrik atau magnet permanen
yang diputar.
Fungsi utama dari stator adalah menghasilkan medan putar.
Dengan adanya medan putar atau fluksi yang berputar ini maka
akan terjadi perputaran dari rotornya.
Perhatikan gambar 1-14
a. stator tiga fasa dengan kumparan a-a, b-b, dan c-c yang dihubung
kan sumber tegangan tiga fasa yang masing-masing bergeser 120
listrik.
b. distribusi arus I1, I2, dan I3 sebagai fungsi waktu
c. arah MR untuk t1 = 90 listrik
d. arah MR untuk t2 = 180 listrik
e. arah MR untuk t3 = 300 listrik
-
I2
I3
Stator 3 fasa dengan kumparan
a-a; b-b, dan c-c yang dihubung
kan sumber tegangan dengan
beda fasa masing-masing 120
listrik
Gambar 1-14(a) Gambar 1-14(b)
Distribusi arus I1, I2 dan I3 sebagai fungsi
waktu (t)
-
Gambar 1-14c, d, dan e. Medan putar yang dihasilkan oleh stator 3 fasa
untuk t1, t2 dan t3. Betulkah gambar di atas?
Gambar 1-14f. Diagram MMF (medan putar) yang dihasilkan oleh
kumparan 3 fasa pada saat t1
-
Dari gb.1-14b
I1 = Im sin I1 menghasilkan MaI2 = Im sin (-120) I2 menghasilkan MbI3 = Im sin (-240) I3 menghasilkan McIm = I maksimum menghasilkan M
Dari analisis secara vektor untuk 3 waktu t1,, t2, dan, t3, ternyata medan putar itu berputar (dengan kecepatan sinkron = ns)
Untuk membalik arah putaran, posisi I1 dengan I2, atau I1 dengan I3, atau I3 dengan I2 ; ditukar tempatnya.
Dari analisis secara matematika untuk 3 waktu t1,, t2, dan, t3, ternyata harga MR untuk sistem tiga fasa tetap konstan 3/2 M
Buktikan!
Jadi dari analisis secara vektor dan matematika dapat disimpul kan bahwa medan putar itu berputar dengan nilai/harga yang konstan.
-
4. Prinsip kerja motor induksi
1. Apabila kumparan stator 3 fasa dihubungkan pada sumber tegangan 3 fasa, maka pada stator akan dibangkitkan suatu medan putar. Medan putar ini mempunyai kecepatan berputar berdasarkan persamaan; ns = (60.f) : p rpm
2. Karena berputar, maka medan putar ini akan memotong batang konduktor rotor. Akibatnya pada rotor dibangkitkan tegangan induksi (ggl) sebesar e2 dimana e2 adalah tegangan induksi pada saat rotor berputar.
3. Karena belitan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka e2 akan mengalirkan arus rotor i2. Dengan adanya arus i2 dalam medan magnet akan membangkitkan gaya F pada rotor. Bila kopel mula yang dibangkitkan oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk mengatasi kopel beban, maka rotor akan berputar dan mempunyai arah yang sama dengan arah medan putar.
-
4. Di atas telah dijelaskan bahwa tegangan induksi e2 akan timbul
bila batang konduktor rotor terpotong oleh medan putar. Hal
ini berarti agar tegangan e2 tetap terinduksi, diperlukan adanya
perbedaan relatif antara kecepatan medan putar ns dengan
kecepatan berputar rotor nr. Perbedaan kecepatan ns dan nrdisebut slip (S) dan dinyatakan dengan S = (ns nr) rpm.
Biasanya dinyatakan dalam %
S ={ (ns nr) / ns} x 100%
5. Bila terjadi nr = ns atau S = 0, maka tidak akan terinduksi
tegangan e2 (e2 = 0), dan arus i2 tidak mengalir pada belitan
rotor (i2 = 0). Akibatnya tidak dibangkitkan gaya F (F = 0)
sehingga kopelnya (T) sama dengan nol. Kopel (T) motor
induksi akan timbul bila nr < ns
-
5. Slip (S)
Pengaruh slip (S) pada besaran-besaran rotor
SLIP
(S)
f2 = f1. S
e2 = sse2. S
x2 = ssx2. S
z2 ?
i2 ?
(cos)2 ?
-
f2
100%
25 Hz
0 %
50 Hz
100%
S S0 %
sse2
ssx2
Gambar 1-18. Hubungan S dengan f2, e2,dan x2
-
Soal-soal latihan
1. Motor induksi 3 fasa, 4 kutub, dicatu dari sistem 50 Hz. Hitunglah: a).
kecepatan sinkron, b).kecepatan rotor bila slip 4%, dan c). frekuensi
rotor bila rotor berputar 600 rpm.
2. Sebuah generator 3 fasa, 12 kutub berputar pada kecepatan 500 rpm
untuk mencatu sebuah motor induksi 3 fasa, 8 kutub. Jika slip motor
pada beban penuh 3%, kalkulasi kecepatan rotor pada beban penuh itu.
3. Sebuah pompa triple ram diputar dengan kecepatan 60 rpm oleh sebuah
motor induksi 3 fasa, 8 kutub, 50 Hz. Jika slip motor 4%, carilah
perbandingan total gigi motor dengan pompa.
4. Sebuah motor induksi 3 fasa, mempunyai belitan rotor hubungan
mempunyai tegangan induksi antar cincin seret 80 V pada saat standstill.
Rotor mempunyai tahanan dan reaktansi per fasa 1 dan 4 . Hitung
arus / fasa dan faktor kerja bila: a. slip ring dihubung singkat, b. rotor
dihubungkan pada tahanan luar(rheotat) hubungan dengan tahanan
3/fasa.
-
5. Rotor hubungan dari sebuah motor induksi mempunyai impedansi saat
standstill (0,4 + j4) /fasa, dan impedansi rheostat per fasa (6 +j2) .
Motor mempunyai tegangan induksi 80 V antar cincin seret saat
standstill bila dihubungkan pada catu tegangan normal. Cari: a) arus
rotor saat standstill dengan rheostat dihubungkan dalam rangkaian, b)
bila berputar dengan dihubung singkat pada slip 0,03.
6. Sebuah motor induksi 3 fasa mempunyai tegangan induksi 72V antar
cincin seret saat standstill. Tahanan dan reaktansi saat standstill per fasa
adalah 0,5 dan 3,5 . Harga tahanan hubungan untuk starting 4
/fasa. Hitung arus rotor dan faktor kerja saat: a) starting, b) pada slip
4% dengan cincin seret dihubungsingkat.
7. Sebuah motor induksi 3 fasa mempunyai kumparan stator dihubungkan
dan berputar pada frekuensi 50 Hz, dicatu dengan tegangan 400 V
antar line. Tahanan rotor dan reaktansi saat standstill berturut-turut 0,2
dan 2. Perbandingan kumparan rotor dengan kumparan stator 0,65.
Hitung arus rotor per fasa saat slip 3%. Rotor dihubungkan .
8. Tegangan induksi rotor sebuah motor induksi 3 fasa, 6 kutub, 440 V
membuat 180 rpm. Hitung a). Kecepatan motor, dan b) slip dalam
prosen.
-
9. Motor induksi 3 fasa 50 Hz, dengan rotor dihubungkan menginduksikan
tegangan efektif 400 V antar slip-ring saat standstill. Hitung arus rotor dan
faktor kerja tiap fasa saat rotor standstill dan dihubungkan pada rangkaian
hubungan dengan tahanan 8 dan induktansi 0,025H. Tahanan
kumparan rotor/fasa 0,15 dan induktansi 0,025H. Kalkulasi arus rotor
dan faktor kerja tiap fasa bila slip ring dihubungsingkat dan motor berputar
dengan slip 4%. Impedansi kumparan start diabaikan
-
Kopel (T)
Terjadinya kopel. Perhatikan gb.1-16
Bila kumparan stator dihubungkan dengan sumber tegangan
tiga fasa yang seimbang, maka akan terjadi fluksi yang besar
nya konstan dan berputar berlawanan arah dengan jarum jam
pada kecepatan sinkron.
Selanjutnya bila belitan rotor ditempatkan dalam stator dan
diputar dengan arah yang sama dengan arah fluksi di atas juga
pada kecepatan sinkron (nr = ns), maka tidak terjadi perpotong
an fluksi dengan batang-batang rotor a-b. Akibatnya tidak ter
jadi tegangan induksi pada konduktor a dan b (ea dan eb nol),
sehingga tidak ada arus yang mengalir pada belitan rotor (i2=0)
Karena kopel (T) fungsi dari arus rotor maka T = 0.
-
Gambar 1-19a dan 1-19b rotor yang terdiri dari satu belitan
-
Bila belitan rotor dipertahankan tetap (tidak berputar, nr=0),
fluksi atau medan putar akan menginduksikan tegangan pada
batang a dan b (ea dan eb) dengan frekuensi yang sama dengan
frekuensi jala-jala (f2 = f1). Besar tegangan rotor e2 adalah
jumlah dari ea dan eb (e2 = ea + eb ) dan berbanding lurus
dengan kecepatan perubahan fluksi yang terpotong oleh rotor
e2 = sse2. S.
Dalam keadaan dimana konduktor a dan b dialiri arus dan ke
duanya berada dalam medan magnet yang mempunyai kepadat
an fluksi B, maka akan terjadi kekuatan/gaya pada konduktor a
dan b sebesar:
F = 0,1 B. i2.L dyne
B = kepadatan fluksi dalam garis-garis/cm2
L = panjang efektif konduktor dalam cm
i2 = arus yang mengalir pada konduktor rotor dalam Amper.
-
Besar kopel T = F x konstanta (jari-jari rotor).
Bila motor bekerja dengan slip rendah (S
-
Gb.1-20a. Hubungan antara i2, dengan e2 dan T pada cos = 1
I2 e2 B
-
Bila motor bekerja dengan S yang lebih besar (S>), maka:
S>
e2> e2 = sse2. S x2> x2 = ssx2. S
2
2
2
2
22
)()( xr
ei
-
Semakin besar S maka i2 juga akan bertambah dan semakin
induktif (cos ) semakin kecil
i2 mengikuti e2 dan B
Bentuk gelombang kopel dapat diperoleh dengan mengalikan
ordinat i2 dan B
i2 dapat diuraikan menjadi arus komponen berupa Watt ip dan
arus reaktif iR
Perhatikan gb.1-20
a. Hubungan antara i2 dengan e2 dan kopel T pada cos =1
b. Bentuk gelombang B dengan i2 dengan adanya reaktansi (x)
c. Kopel T dari rotor yang terdiri dari satu belitan
d. Kopel T yang dihasilkan oleh arus ip dengan cos =1
e. Kopel T yang dihasilkan oleh arus reaktif iR
-
Ip B
B
iR
-
Kesimpulan.
1. Kopel (T) yang terjadi pada kecepatan sinkron adalah nol
2. Pertambahan slip (S) akan menyebabkan bertambahnya
tegangan rotor (e2) sampai pada suatu batas akan menaikkan
kopel
3. Pertambahan slip (S) akan menyebabkan bertambahnya
reaktansi rotor (x2), dan akan menyebabkn arus rotor yang
semakin mengikuti pada rangkaian rotor.
4. Komponen dari arus rotor ip adalah yang sefasa dengan e2akan menghasilkan kopel positif
5. Komponen dari arus rotor iR yang mengikuti e2 dengan sudut
90 listrik akan menghasilkan kopel yang berosilasi yang
rata-ratanya sama dengan nol