BAB 2 - bi.go.id · Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan 17 aktivitas konsumsi...
Transcript of BAB 2 - bi.go.id · Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan 17 aktivitas konsumsi...
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
17
aktivitas konsumsi selama TW4-18 tumbuh
melambat, terimbas deselerasi wealth effect
dari pelemahan kinerja pasar keuangan,
serta penurunan kepercayaan konsumen
akibat ketegangan perdagangan dengan
Tiongkok dan kekhawatiran dampak partial
government shutdown. Namun, perlambatan
pertumbuhan konsumsi tersebut diiringi oleh
peningkatan pertumbuhan investasi sehingga
secara keseluruhan ekonomi TW4-18 tumbuh
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Indeks harga konsumen mereda
sejalan dengan konsumsi yang cenderung
menurun dan pelemahan harga energi. Inflasi
headline Desember 2018 menurun ke 1,9%
yoy, lebih rendah dari September 2018 (2,3%),
sementara inflasi inti stabil pada level 2,2%.
Penurunan juga terjadi pada inflasi personal
consumption expenditure core yang menjadi
salah satu target the Fed dalam menentukan
arah kebijakan. PCE core November 2018
tercatat menurun menjadi 1,9%, setelah
berhasil mencapai 2% pada September 2018.
Perbaikan aktivitas ekonomi dan sektor
tenaga kerja melatarbelakangi kebijakan the
2.1. Amerika Serikat
Kinerja perekonomian AS kembali
mengalami perbaikan di tengah berbagai
tantangan yang membayangi perjalanan
ekonomi selama triwulan akhir 2018. Ekonomi
AS pada TW4-18 mencatatkan pertumbuhan
sebesar 3,1% yoy1, membaik dibandingkan
3,0% pada TW3-18. Dengan kinerja tersebut,
ekonomi AS selama 2018 tumbuh impresif
mencapai 2,9%, dibandingkan 2,2% pada
2017. Performa ekonomi ditopang oleh
stimulus fiskal yang bersifat pro-siklikal
dan perbaikan pada sektor tenaga kerja.
Sementara itu, partial government shutdown
di penghujung tahun tidak berdampak
signifikan terhadap laju pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi TW4-
18 terutama dikontribusi oleh aktivitas
konsumsi, diikuti oleh investasi tetap dan
belanja pemerintah. Sementara kinerja
perdagangan (net ekspor) berkontribusi
negatif terhadap pertumbuhan. Meski
masih memberikan kontribusi terbesar,
1 First estimate.
Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
BAB
2
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
18
solid (produktivitas masih rendah, aging
population), ketegangan politik domestik,
dan faktor geopolitik. Respons kebijakan
Pemerintah AS dan the Fed untuk mengatasi
tantangan tersebut akan memengaruhi
perkembangan perekonomian global.
Kinerja ekonomi AS pada kuartal
terakhir mengalami perbaikan, sehingga
pertumbuhan ekonomi selama 2018
terakselerasi signifikan dibandingkan
2017. Sesuai ekspektasi, ekonomi AS TW4-
18 mencatatkan perbaikan pertumbuhan
ekonomi yaitu 3,1% yoy, meningkat dari
3,0% pada TW3-18.2 Dengan kinerja TW4-
18 tersebut, pertumbuhan ekonomi selama
2018 mencapai 2,9% yoy, jauh membaik
dibandingkan 2017 sebesar 2,2%. Kinerja
ekonomi 2018 didorong oleh kebijakan
fiskal easing yang bersifat pro-siklikal melalui
pemangkasan pajak dan peningkatan
pengeluaran pemerintah. Akselerasi
pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh
perbaikan sektor tenaga kerja, yang ditandai
dengan penurunan tingkat pengangguran
dan peningkatan upah sehingga memicu
aktivitas konsumsi. Kendati performa ekonomi
2018 membaik, level pertumbuhan ekonomi
sebesar 2,9% tersebut masih di bawah target
Presiden Trump yaitu 3%.
Pertumbuhan ekonomi TW4-18
terutama dikontribusi oleh aktivitas
konsumsi. Dengan pangsa sekitar 70% dari
PDB, konsumsi swasta menjadi kontributor
utama pertumbuhan yang mencapai
2 Sesuai perkiraan consensus forecast Februari 2019.
Fed untuk tetap melanjutkan normalisasi
kebijakan moneter. Pada Federal Open Market
Committee (FOMC) Desember 2018, the Fed
menaikkan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25
bps menjadi 2,25%-2,50% dan melanjutkan
kebijakan pengurangan reinvestasi aset
secara bertahap. Namun tekanan inflasi
yang mulai mereda melatarbelakangi
langkah the Fed untuk lebih bersabar dalam
menempuh langkah kebijakan moneter. The
Fed menggunakan frasa ‘patient’ dan akan
memerhatikan dampak risiko global kepada
ekonomi domestik dalam menetapkan FFR
selanjutnya, yang mengindikasikan laju
kenaikan FFR tidak akan seagresif sebelumnya.
Kinerja ekonomi AS ke depan
diperkirakan tumbuh melambat, sejalan
dengan daya dorong fiskal yang mulai
berkurang. The Fed –dalam Economic
Projection Desember 2018- memprediksi
bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan
melambat ke 2,3% yoy (2019) dan 2,0%
(2020), setelah tumbuh impresif 2,9% pada
2018. IMF juga memprediksi pertumbuhan
PDB akan lebih rendah pada 2019 dan 2020
masing-masing sebesar 2,5% dan 1,8%.
AS menghadapi sejumlah risiko
yang dapat mendorong dan menghambat
pertumbuhan ekonomi. Faktor yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu
tekanan inflasi yang mereda dan kebijakan
moneter yang lebih dovish. Namun terdapat
faktor yang dapat menahan pertumbuhan
antara lain ketegangan perdagangan dengan
negara mitra, keterbatasan stimulus fiskal,
sektor tenaga kerja yang belum terlalu
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
19
TW4-18 tumbuh melambat menjadi 3,7%
yoy, dari 5,7% pada TW3-18. Penurunan
penjualan ritel terutama terjadi pada Desember
2018 yang diluar dugaan turun hingga 2,3%
yoy, terburuk sejak Agustus 2016. Penurunan
konsumsi pada triwulan akhir 2018 antara
lain dipengaruhi penurunan penjualan on line
meski berlangsung perayaan natal dan tahun
baru. Partial government shutdown terlama
sepanjang sejarah AS yang dimulai sejak 22
Desember 2018 juga memengaruhi aktivitas
1,9%, diikuti oleh investasi tetap dan
belanja pemerintah. Sementara net ekspor
berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi.3 Kendati berkontribusi signifikan
terhadap PDB, pertumbuhan konsumsi pada
TW4-18 relatif melambat menjadi 2,7% yoy
(dari 2,9% pada TW3-18), baik konsumsi
barang maupun jasa. Perlambatan tersebut
antara lain dipengaruhi oleh penurunan
wealth effect dari pelemahan kinerja pasar
keuangan serta penurunan kepercayaan
konsumen akibat ketegangan perdagangan
dengan Tiongkok dan kekhawatiran dampak
shutdown.4 Penurunan pertumbuhan juga
terjadi pada belanja pemerintah dan net
ekspor masih terkontraksi.5 Sebaliknya,
investasi tetap mengalami peningkatan
pertumbuhan menjadi 7% yoy (dari 6,1%
pada TW3-18), terutama didukung investasi
nonresidensial sub sektor intellectual property
right.6
Konsumsi domestik yang tertahan
tercermin dari penjualan ritel yang
menurun. Rerata bulanan penjualan ritel pada
3 Kontribusi konsumsi pada PDB TW4-18 mencapai 1,9%, diikuti oleh investasi (1,3%), konsumsi pemerintah (0,3%) dan net ekspor (-0,4%).
4 Partial Government Shutdown terjadi akibat permintaan anggaran Presiden Trump untuk membangun tembok di perbatasan Meksiko senilai USD5,7 miliar tidak disetujui kongres (terutama dari Partai Demokrat).
5 Pengeluaran pemerintah TW4-18 tumbuh melambat menjadi 1,8% yoy (dari 2,2% pada TW3-18), dan net ekspor TW4-18 masih terkontraksi ke -7,1% (dari -12,3%).
6 Contoh produk Intellectual property right atau hak kekayaan intelektual di AS antara lain copyright (buku, lagu, film, web content), paten (produk atau proses baru), desain (gambar atau model komputer), dan trade marks (tanda, simbol, logo).
Sumber: Bloomberg
% yoy% yoy
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
GDPKonsumsi Swasta, lhsPengeluaran Pemerintah, rhs Investasi, rhs
Ekspor, rhs Impor, rhs
Grafik 2.1 Pertumbuhan PDB
Grafik 2.2 Penjualan Ritel dan Kendaraan
Sumber: Bloomberg
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-10
-5
0
5
10
15
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy % yoy Penjualan Kendaraan, lhs Penjualan Ritel, rhs
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
20
Sumber: Bloomberg
65
67
69
71
73
75
77
79
81
83
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% % yoy Produksi Industri, lhs Utilisasi Kapasitas, rhs
Grafik 2.3 Aktivitas Produksi
Indeks
45
47
49
51
53
55
57
59
61
63
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
ISM Manufacturing ISM Non-Manufacturing
Sumber: Institute of Supply Management
Grafik 2.4 Keyakinan Bisnis
Konsumsi domestik yang
melambat memicu pelemahan aktivitas
produksi. Produksi industri pada TW4-
18 menurun cukup jauh ke 4,3% yoy
dibandingkan 5,1% pada TW3-18.
Pelemahan terjadi secara merata pada sektor
manufaktur, pertambangan dan utilitas.
Perlambatan sektor manufaktur terdampak
oleh pelemahan permintaan global, kenaikan
harga bahan baku akibat tarif impor yang
ditetapkan Pemerintah Tiongkok, dan
kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR).
Pelemahan produksi utilitas disebabkan
oleh cuaca yang lebih hangat sehingga
konsumsi.7 Shutdown tersebut berdampak
pada kesejahteraan sejumlah pegawai federal
yang mengalami furlough (cuti sementara) dan
bekerja tanpa dibayar sehingga memengaruhi
aktivitas konsumsi. Sementara itu, benefit
yang diperoleh konsumen dari penurunan
harga gasoline belum mampu meningkatkan
belanja konsumen secara keseluruhan.
Kinerja konsumsi ke depan
diperkirakan akan tertahan, tercermin
dari tren bulanan indeks kepercayaan
konsumen yang menurun. Secara umum,
rerata indeks kepercayaan konsumen (survei
Michigan) relatif stabil di level 98,1 pada
dua kuartal terakhir 2018. Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh kepercayaan atas kondisi
saat ini yang naik ke 113,8 dari 113,3, yang
diimbangi oleh perlambatan keyakinan akan
ekspektasi ke depan (88,1 dari 88,3).8 Meski
rerata TW4-18 relatif stabil, tren pergerakan
bulanan indeks kepercayaan konsumen
cenderung menurun yaitu dari 100,1 pada
Oktober 2018, menjadi 98,6 (November)
dan 97,5 (Desember). Penurunan optimisme
konsumen tersebut dipicu peningkatan
volatilitas pasar keuangan, pelemahan data
perumahan, ketegangan perdagangan
dengan Tiongkok, dan government
shutdown. Lebih dari itu, optimisme terhadap
perbaikan sektor tenaga kerja dan prospek
akselerasi pendapatan yang lebih tinggi justru
sedikit memudar.
7 Informasi lebih lengkap tentang shutdown dapat dibaca pada box Partial Government Shutdown.
8 Michigan expectation confidence Desember 2018 turun ke 87,0 dibandingkan November 2018 sebesar 88,1.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
21
miliar, lebih tinggi dibandingkan keseluruhan
2017 (-USD375,6 miliar)11. Pelebaran defisit
neraca perdagangan AS menjadi salah satu
faktor yang mendorong pelebaran defisit
neraca current account.
Sumber: Bloomberg
% yoy
-15
-10
-5
0
5
10
15
-60
-50
-40
-30
-20
-10
0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 112015 2016 2017 2018
Miliar USD Trade Balance, lhs Exports, rhs Imports, lhs
Grafik 2.5 Neraca Perdagangan
Sumber: Bloomberg
-250
-200
-150
-100
-50
0
50
100
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Miliar USD
Goods and Services Balance Primary BalancesSecondary Balances Current Account
Grafik 2.6 Current Account
Pemerintah AS berupaya
menurunkan defisit neraca perdagangan
melalui kebijakan yang cenderung
proteksionis, antara lain dengan
menaikkan tarif impor sejumlah produk
dari negara mitra dagang –terutama
Tiongkok. Sejak awal 2019, AS telah
11 Sumber US Census Bureau.
mengurangi kebutuhan konsumsi gas dan
elektrik untuk pemanas. Aktivitas bisnis ke
depan masih ekspansi dengan laju yang
tertahan. Hal tersebut terindikasi dari rerata
indeks ISM manufacturing TW4-18 melambat
ke 56,9 (dari 59,6 pada TW3-18), sementara
ISM services meningkat ke 59,5 (dari 58,8).
Namun perlu dicermati pergerakan bulanan
kedua indeks ISM tersebut yang cenderung
menurun, terdampak pelemahan permintaan
global, sentimen negatif ketidakpastian
perundingan dagang AS-Tiongkok, dan
government shutdown.
Kinerja sektor perdagangan
AS masih belum menggembirakan.
Pertumbuhan ekspor dan impor menurun, dan
defisit neraca perdagangan melebar. Rerata
ekspor AS pada TW4-18 tumbuh melambat
menjadi hanya 5% yoy (dari 6,8% pada TW3-
18). Ekspor produk makanan terkontraksi
(-1,9% pada TW4-18) setelah berakhirnya aksi
front loading ekspor menjelang pemberlakuan
tarif impor oleh Tiongkok khususnya produk
pertanian. Ekspor kedelai bahkan terkontraksi
makin dalam.9 Sementara pertumbuhan
impor turun ke 5,9% (dari 9,2%) terdampak
kenaikan tarif. Dengan kinerja tersebut, total
defisit neraca perdagangan selama TW4-18
melebar ke -USD154,3 miliar, dibandingkan
-USD135,1 miliar pada TW3-18.10 Defisit
neraca perdagangan dengan Tiongkok juga
masih terus meningkat. Sampai dengan
November 2018, defisit mencapai -USD382,3
9 Ekspor kedelai rerata TW4-18 terkontraksi -37,8% yoy, semakin dalam dari -9,2% pada TW3-18.
10 Data perdagangan s/d November 2018.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
22
Sumber: US Bureau of Labor Statistics
0
1
2
3
4
5
6
62
62,2
62,4
62,6
62,8
63
63,2
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% %Unemployment rate, rhs Labor force participation rates, lhs
Grafik 2.7 Sektor Tenaga Kerja
Sumber: Federal Reserves
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
21
22
23
24
25
26
27
28
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122013 2014 2015 2016 2017 2018
% yoy USD Avg hourly earnings (all employees) private nonfarm (USD)-lhsAvg hourly earnings (all employees) private nonfarm (% yoy)-rhs
Grafik 2.8 Average Weekly Earning
Kondisi sektor tenaga kerja AS
dalam tren perbaikan dengan tingkat
pengangguran yang tergolong rendah.
Unemployment rate Desember 2018 sebesar
3,9%, jauh di bawah non-accelerating
inflation rate of unemployment (NAIRU)
yaitu 4,6%. Tingkat pengangguran pada
Desember 2018 sebesar 3,9% tersebut, juga
membaik dari 4,1% pada Desember 2017.
Rerata penyerapan tenaga kerja (non farm
payroll) selama TW4-18 mencapai 231,7
ribu orang, meningkat dari TW3-18 sebesar
189,3 ribu. Tingkat partisipasi tenaga kerja
juga membaik, antara lain didorong kenaikan
mengenakan tambahan tarif impor produk
panel surya, mesin cuci, baja dan aluminium.
Kebijakan tersebut diikuti dengan tambahan
tarif secara khusus kepada Tiongkok. Pada
September 2018, AS mengenakan tambahan
tarif 10% terhadap USD200 miliar produk
Tiongkok, dan berencana meningkatkan
menjadi 25% pada Januari 2019. Kebijakan
AS ini kemudian memicu tindakan balasan
dari Tiongkok yang memberlakukan impor
atas produk AS. Namun, ketegangan
perdagangan sedikit mereda setelah AS –pada
3 Desember 2018– menunda kenaikan tarif
tersebut dan bersedia melakukan negosiasi
dengan Tiongkok.12
Negosiasi perdagangan AS-
Tiongkok menghasilkan kemajuan yang
cukup substansial. Tiongkok berkomitmen
untuk meningkatkan pembelian produk AS
antara lain produk pertanian seperti kedelai.
Negosiasi juga mengerucut pada aspek
perlindungan kekayaan intelektual perusahaan
AS, stabilitas nilai tukar yuan, pengurangan
subsidi Pemerintah Tiongkok kepada
industrinya, pelonggaran perijinan usaha di
Tiongkok, penundaan kenaikan tarif lanjutan,
dan agreement enforcement.13 Pencapaian
tersebut akan didiskusikan lebih lanjut pada
pertemuan tingkat presiden antara Trump dan
Xi Jinping pada akhir Maret 2019.
12 Keputusan penundaan ditetapkan setelah pertemuan Trump dan Xi Jinping pada sidang G20.
13 Agreement enforcement akan mengatur bahwa proses pengenaan dan penghapusan tarif kepada Tiongkok akan didasarkan pada kepatuhan negara tersebut terhadap kesepakatan bersama.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
23
inflasi personal consumption expenditure core
(PCE core) November 2018 tercatat sebesar
1,9% (turun dari 2,0% pada September 2018),
sedikit di bawah target (2%). Penurunan inflasi
didorong meredanya tekanan harga energi,
biaya kesehatan dan rekreasi. Harga energi
selama TW4-18 turun tajam sejalan dengan
oversupply yang dipengaruhi peningkatan
produksi AS, Rusia dan Saudi Arabia di tengah
terjadinya penurunan permintaan global.
Deselerasi harga juga dipicu keringanan sanksi
AS terhadap Iran yang memperbaiki suplai.
Harga minyak WTI di akhir TW4-18 sebesar
USD45,41 per-barel, turun dibandingkan akhir
TW3-18 sebesar USD73,25 per-barel.
Sumber: Federal Reserves
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2015 2016 2017 2018
%
0,25
0,05
1,50
1,75
2,00
2,25
1,25
0,75
1,00
2,50
0,2
0,7
1,2
1,7
2,2
2,7
Grafik 2.11 Fed Fund Rate
Sumber: Federal Reserves
2018 2019 2020
5,0
4,5
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
Longer Run
Percent
Grafik 2.12 Dot Plot Desember 2018
upah yang meningkatkan minat masyarakat
untuk memasuki dunia kerja.14 Rerata upah
mingguan pada TW4-18 tumbuh sebesar
3,3% yoy, terakselerasi dari TW3-18 (3,0%).
Sumber: Bureau of Labor Statisticcs
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
-1,0
-0,5
0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy% yoy CPI Core CPI CPI Food CPI Energy, rhs
Grafik 2.9 Inflasi
Sumber: Bureau of Labor Statisticcs
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 112015 2016 2017 2018
% yoy PCE Deflator PCE Core Target PCE Core
Grafik 2.10 Inflasi Personal
Consumption Expenditure (PCE)
Tekanan inflasi mereda sejalan
dengan pelemahan konsumsi dan harga
energi. Indeks harga konsumen (CPI headline)
pada Desember 2018 menurun menjadi 1,9%
yoy (dari 2,3% pada September 2018), dengan
inflasi inti tetap di level 2,2%. Sementara itu,
14 Labor force participation rate Desember 63,1% (naik dari 62,7 pada September 2018).
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
24
menyatakan bahwa bank sentral AS akan
lebih patient dalam menetapkan suku bunga
ke depan dan memerhatikan dampak risiko
global kepada ekonomi domestik.16
Pemerintah AS melanjutkan
kebijakan fiskal yang ekspansif untuk
mendorong pertumbuhan. Pengeluaran
pemerintah selama TW4-18 rerata tumbuh
sebesar 9,6% yoy (naik dari 1,05% pada
TW3-18). Akselerasi pengeluaran tersebut
tidak dapat diimbangi dengan penerimaan
yang hanya naik 0,2% -meski membaik
dari kontraksi 2,4%-, imbas dari kebijakan
pemangkasan pajak individu dan perusahaan.
Pengeluaran pemerintah yang lebih besar dari
penerimaan mendorong terjadinya pelebaran
defisit fiskal menjadi -4,5% PDB pada
Desember 2018, dibandingkan -3,8% PDB
pada September 2018. Stimulus fiskal AS ke
depan diperkirakan akan berkurang, sehingga
daya dorong terhadap perekonomian menjadi
lebih rendah.
Sumber: US Treasury
-5
-4,5
-4
-3,5
-3
-2,5
-2
-1,5
-1
-0,5
0
-400
-200
0
200
400
600
800
1000
1200
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% PDB Miliar USD RevenueExpenditure
Govt Budget BalanceGovt Budget Balance to GDP (rhs)
Grafik 2.13 Anggaran Pemerintah
16 Kalimat tersebut diutarakan pada FOMC Desember 2018.
Perbaikan pada sektor tenaga
kerja dan aktivitas ekonomi yang
membaik mendorong the Fed melakukan
pengetatan kebijakan moneter. Pada
FOMC Desember 2018, FOMC memutuskan
menaikkan FFR sebesar 25 bps menjadi 2,25%-
2,50%. Dengan keputusan tersebut, selama
2018 the Fed telah menaikkan FFR sebanyak
4 kali. Selain itu, the Fed juga melanjutkan
kebijakan pengurangan reinvestasi aset US
treasury note dan mortgage-backed securities
masing-masing sebesar USD30 miliar dan
USD20 miliar.
Sejalan dengan tekanan inflasi
yang mereda, the Fed menurunkan
prakiraan median FFR. The Fed mulai
menekankan flexible approach dan data
dependence dalam estimasi outlook dan
formulasi kebijakan. Dalam proyeksi ekonomi
FOMC Desember 2018, the Fed telah
mengindikasikan kenaikan FFR yang lebih
lambat dari sebelumnya yaitu sebanyak
dua kali pada 2019 (dari tiga kali pada
FOMC September 2018) dengan median
FFR diprediksi mendekati 2,9%. Selanjutnya
FFR diperkirakan masih akan naik satu kali
lagi pada 2020 menjadi di kisaran 3,1%.15
Perubahan median FFR menjadi lebih rendah
tersebut mencerminkan kebijakan the Fed
yang tidak seagresif sebelumnya, sebagaimana
juga tercermin dari dot plot perkiraan FFR
yang lebih rendah dibandingkan September
2018. Chairman the Fed Jerome Powell juga
15 Sementara pada Economic Projection FOMC September 2018, median FFR 2019 sebesar 3,1% dan FFR 2020 sebesar 3,4%.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
25
dunia melatarbelakangi prakiraan
pertumbuhan ekonomi AS yang lebih
rendah. Setelah berhasil tumbuh sebesar
2,9% yoy pada 2018, the Fed pada Desember
2018 memerkirakan pertumbuhan PDB
2019 melambat ke 2,3% –lebih rendah
dibandingkan perkiraan sebelumnya18–
dan berlanjut turun ke 2,0% pada 2020.
Sementara IMF dalam World Economic
Outlook Januari 2019 memerkirakan
pertumbuhan PDB AS 2019 sebesar 2,5%,
dan turun ke 1,8% pada 2020. Sejalan dengan
perkiraan perlambatan ekonomi AS tersebut,
laju pengetatan moneter juga diprediksi
tertahan. Kenaikan FFR diperkirakan lebih
rendah dari prediksi awal, dan balance sheet
reduction akan berakhir pada 2019 dengan
jumlah penurunan yang lebih kecil. Penurunan
balance sheet the Fed yang berkurang dapat
mengurangi keketatan likuiditas global
sehingga berpotensi menahan outflow dari
negara emerging.
18 Sebelumnya pada September 2018, the Fed memprakirakan PDB 2019 tumbuh sebesar 2,5%.
Kinerja ekonomi AS ke depan
diperkirakan tumbuh melambat, sejalan
dengan daya dorong fiskal yang mulai
berkurang. Perekonomian AS yang tumbuh
impresif pada 2018 lebih banyak ditopang
oleh stimulus fiskal berupa peningkatan
pengeluaran dan pemotongan pajak.
Stimulus fiskal pada 2019 diperkirakan
tidak akan seagresif sebelumnya karena
menghadapi tantangan dari makin kuatnya
kubu Partai Demokrat dalam kongres yang
menentukan anggaran pemerintah. Selain
itu, AS juga dihadapkan pada pembahasan
debt ceiling pada Maret 2019 yang berpotensi
memengaruhi kemampuan pemerintah
untuk membiayai pengeluaran. Pemerintah
juga akan dihadapkan pada pembahasan
spending caps tahun 2020 yang diperkirakan
membatasi ruang gerak fiskal.17
Daya dorong fiskal yang berkurang
di tengah terjadinya pelemahan ekonomi
17 Pembahasan diperkirakan berlangsung pada Oktober 2019.
Realisasi
2017 2018 2019 2020 Longer Run 2018 2019 2020
PDB Riil (% yoy) 2,2 3,0 2,3 2,0 1,9 2,9 2,5 1,9Estimasi Sebelumnya 3,1 2,5 2,0 1,8 2,9 2,5 1,8Inflasi PCE (% yoy) 1,8 1,9 1,9 2,1 2,0 N.A. N.A. N.A.Estimasi Sebelumnya 2,1 2,0 2,1 2,0 N.A. N.A. N.A.Inflasi PCE Core (% yoy) 1,6 1,9 2,0 2,0 N.A. 1,9 1,9 2,1Estimasi Sebelumnya 2,0 2,1 2,1 N.A. 1,9 2,0 2,1Inflasi CPI (% yoy) 2,1 N.A. N.A. N.A. N.A. 2,4 1,9 2,2Estimasi Sebelumnya N.A. N.A. N.A. N.A. 2,4 1,9 2,2Tingkat Pengangguran (%) 4,1 3,7 3,5 3,6 4,4 3,9 3,7 3,7Estimasi Sebelumnya 3,7 3,5 3,5 4,5 3,9 3,6 3,6Fed Fund Rate 1,5 2,4 2,9 3,1 2,8 N.A. N.A. N.A.Estimasi Sebelumnya 2,4 3,1 3,4 3,0 N.A. N.A. N.A.
Sumber: Federal Reserves, IMF1. Data the Fed: estimasi sebelumnya adalah September 20182. Consensus Forecast: estimasi sebelumnya adalah Januari 2019
IndikatorThe Fed-FOMC Desember 2018 (Median) Consensus Forecast Februari 2019
Tabel 2.1 Outlook Ekonomi AS
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
26
mitra yang telah meningkatkan harga produk
impor; (b) keterbatasan fiskal stimulus;
(c) sektor tenaga kerja yang belum terlalu
solid (produktivitas masih rendah, aging
population); (d) ketegangan politik domestik
sejalan meningkatnya peran Partai Demokrat
pada kongres; dan (e) faktor geopolitik global.
Respons kebijakan Pemerintah AS dan the Fed
untuk mengatasi tantangan tersebut akan
memengaruhi perkembangan perekonomian
global.
Perjalanan ekonomi AS ke depan
dihadapkan pada sejumlah faktor risiko.
Faktor yang dapat mendukung pertumbuhan
(upside risks) antara lain adalah (a) tekanan
harga yang mereda seiring akselerasi suplai
minyak; dan (b) kenaikan FFR yang tidak
seagresif perkiraan sebelumnya diharapkan
dapat mendorong perekonomian dan
mengurangi keketatan likuiditas. Namun juga
terdapat faktor downside risks yang dapat
menahan laju pertumbuhan di antaranya (a)
ketegangan perdagangan dengan negara
BoksPartial Government Shutdown Terlama Sepanjang Sejarah AS
Pemerintahan AS pada
kuartal akhir 2018 menghadapi
tantangan berat karena mengalami
penutupan kegiatan sejumlah
kantor federal (partial government
shutdown) terlama sepanjang
sejarah. Penutupan (shutdown) kali
ini disebabkan oleh penolakan Partai
Demokrat atas permintaan anggaran
pembangunan tembok di perbatasan
Meksiko yang diajukan pemerintah
sebesar USD5,7 miliar. Shutdown
terlama sepanjang sejarah AS tersebut
berlangsung sejak 22 Desember 2018
hingga 25 Januari 2019 (35 hari), lebih
lama dibandingkan rekor shutdown
sebelumnya pada era Presiden Bill
Clinton yang berlangsung selama 21
hari pada 5 Desember 1995 – 6 Januari
1996.
Shutdown berdampak pada
penurunan kesejahteraan pekerja
federal dan terganggunya layanan
publik. Sekitar 380 ribu pekerja federal
harus dirumahkan (furlough) dan
420.000 pegawai lainnya yang bertugas
pada bidang strategis (antara lain
pertahanan dan pengatur penerbangan)
tetap harus bekerja dengan tanpa
digaji. Sejumlah kantor pemerintah
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
27
Boks
ditutup di antaranya Homeland Security,
Transportation, Interior, Agriculture,
State and Justice, termasuk museum
dan taman nasional. Rilis data ekonomi
penting juga tertunda seperti data PDB,
perumahan, konsumsi, dan factory
order.
Shutdown berakhir pada 25
Januari 2019 setelah Presiden Trump
dan Kongres mencapai kesepakatan
sementara (temporary spending).
Kesepakatan tersebut tercapai setelah
Pemerintahan Trump tidak memasukkan
anggaran pembangunan tembok
Meksiko dalam pendanaan operasional
Pemerintah AS untuk periode hingga
15 Februari 2019. Meskipun demikian,
Presiden Trump mengindikasikan
shutdown masih berpotensi terjadi
jika pemerintah tidak memperoleh
fair deal dari kongres s.d. 15 Februari
2019, dan akan menetapkan kondisi
darurat nasional untuk memperoleh
tambahan anggaran. Kekhawatiran
berakhir setelah Presiden Trump, pada
15 Februari 2019, menandatangani
spending bill yang disetujui oleh House
dan Senat untuk menghindari shutdown
lanjutan. Pada kesepakatan ini, Presiden
Trump memperoleh dana sekitar
USD1,375 miliar untuk membiayai
anggaran di perbatasan Meksiko.
Meskipun shutdown tersebut
menjadi yang terlama sepanjang sejarah
AS, dampaknya terhadap ekonomi
AS diperkirakan relatif terbatas.
Congressional Budget Office (CBO)
memperkirakan shutdown selama lima
minggu telah menunda pengeluaran
pemerintah sekitar USD18 miliar.
Shutdown juga menurunkan PDB riil
sebesar USD3 miliar pada TW4-18,
dan sekitar USD8 miliar pada TW1-
19. Secara keseluruhan, dampak
shutdown pada ekonomi AS selama
2019 diperkirakan tidak terlalu besar
(-0,02% dari baseline)19 mengingat
loss pada triwulan awal 2019 dapat
terkompensasi oleh kegiatan ekonomi
pasca shutdown berakhir.
19 Sumber: The Effects of the Partial Shutdown Ending in January 2019, Congressional Budget Office.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
28
dunia. Inflasi inti masih di kisaran rendah
(0,9%) yang mencerminkan konsumsi masih
lemah. Ekonomi yang melemah dan tekanan
inflasi yang menurun melatarbelakangi
keputusan ECB untuk mempertahankan
stance kebijakan moneter akomodatif. Suku
bunga kebijakan tetap rendah dan didukung
oleh stimulus program pembelian aset, meski
volume pembelian bulanan menjadi lebih
rendah pada TW4-18.
Pelemahan ekonomi diperkirakan
masih berlanjut pada 2019, seiring rilis data
indikator ekonomi yang terus melemah.
Setelah tumbuh sebesar 1,8% yoy pada 2018,
ECB memperkirakan pertumbuhan ekonomi
pada 2019 melambat ke 1,7% yoy (direvisi
ke bawah dari 1,8%) dan akan stabil di level
1,7% pada 2020. Sejalan dengan ECB, IMF
dalam WEO Januari 2019 juga menurunkan
outlook PDB 2019 menjadi 1,6% (dari 1,9%)
dan mempertahankan proyeksi 2020 pada
1,7%.
Risiko perekonomian Kawasan Euro
bias ke bawah dan memengaruhi sentimen
yang dapat menekan aktivitas ekonomi lebih
lanjut. Konflik perdagangan menjadi risiko
terbesar bagi ekonomi di kawasan, terutama
ancaman tarif oleh AS terhadap impor dari
Uni Eropa. Pelemahan ekonomi Tiongkok
juga berpotensi menahan perdagangan
Kawasan Euro. Sementara itu, ekonomi
negara berkembang dan pasar keuangan
global yang masih terekspos risiko, dapat
berdampak pada ekonomi domestik Kawasan
Euro. Kondisi politik yang tengah bergejolak
di seluruh negara inti menjadi faktor krusial
2.2. Kawasan Euro
Perlambatan ekonomi Kawasan Euro
masih berlanjut pada TW4-18. PDB Kawasan
Euro TW4-18 hanya tumbuh 1,2% yoy,
turun cukup tajam dari 1,6% pada TW3-18.
Perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh
pelemahan aktivitas konsumsi, investasi dan
perdagangan Kawasan Euro, sejalan dengan
sentimen ekonomi yang memburuk akibat
aksi protes di Perancis, kendala produksi
otomotif Eropa, ketidakpastian negosiasi
Brexit, tensi perdagangan dunia dan konflik
pembahasan anggaran fiskal Italia.
Perlambatan ekonomi terjadi pada
hampir seluruh negara inti. PDB Jerman TW4-
18 melambat ke 0,6% yoy (dari 1,1% pada
TW3-18), Perancis 0,9% (dari 1,3%), dan
Italia 0,1% (dari 0,6%). Ekonomi yang cukup
stabil terjadi di Spanyol yaitu 2,4%. Secara
keseluruhan tahun, PDB keempat negara
tersebut mengalami perlambatan yang cukup
dalam. PDB Jerman 2018 melambat ke 1,5%
yoy (dari 2,4% pada 2017), Perancis 1,5%
(dari 2,3%), Italia 0,8% (1,6%), dan Spanyol
2,5% (dari 3,0%). Pelemahan tersebut
berkontribusi dalam menurunkan PDB
Kawasan Euro 2018 menjadi 1,8% yoy (dari
2,5% pada 2017).
Konsumsi yang melemah menahan
laju inflasi sehingga menjauh dari target.
Inflasi Desember 2018 turun ke 1,5% yoy
(dari 2,1% pada September 2018), tidak
lagi dalam kisaran target ECB (di bawah
dan mendekati 2%). Penurunan inflasi juga
dipengaruhi oleh pelemahan harga minyak
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
29
ekonomi Spanyol tumbuh stabil. Ekonomi
Jerman melambat tajam pada TW4-18
menjadi 0,6% yoy, dari TW3-18 sebesar
1,1%. Angka pertumbuhan triwulanan (yoy)
di bawah 1% tersebut juga merupakan
yang pertama sejak 2013. Sebagai ekonomi
terbesar di kawasan, perlambatan Jerman
berkontribusi besar terhadap pelemahan
ekonomi Kawasan Euro selama 2018.
Penurunan kinerja ekonomi Jerman dipicu
oleh penurunan output industri otomotif
yang perlu diwaspadai karena berpotensi
menahan pertumbuhan lebih lanjut. Negosiasi
proses transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa
juga belum terselesaikan sehingga berpotensi
terus menekan sentimen bisnis.
Perlambatan ekonomi Kawasan
Euro masih berlanjut pada TW4-18
dengan angka pertumbuhan yang
semakin rendah. Setelah melemah selama
tiga triwulan berturut-turut sejak mencapai
puncaknya pada semester dua 201720,
perekonomian TW4-18 turun signifikan
menjadi hanya 1,2% yoy (second estimate),
dari TW3-18 sebesar 1,6%. Gejolak politik –
khususnya di Italia dan Perancis– menyebabkan
sentimen terhadap prospek ekonomi
serta kepercayaan konsumen dan pelaku
usaha terus memburuk, mengakibatkan
perlambatan aktivitas konsumsi dan investasi.
Di sisi produksi, kinerja manufaktur masih
menurun signifikan, dipengaruhi oleh
kendala produsen otomotif di kawasan –
terutama Jerman– dalam menyesuaikan
produksinya berdasarkan ketentuan baru uji
emisi. Penurunan produksi juga dipengaruhi
oleh aksi demo buruh di beberapa negara,
terutama Perancis pada akhir 2018. Kinerja
perdagangan masih lemah karena penurunan
permintaan eksternal yang terimbas dari
eskalasi tensi perdagangan.
Pertumbuhan ekonomi melemah
pada Jerman, Perancis, Italia, sedangkan
20 Pertumbuhan ekonomi pada TW3-17 sebesar 2,8% yoy dan 2,7% pada TW4-17.
Grafik 2.14 Pertumbuhan PDB
Grafik 2.15 Pertumbuhan PDB Beberapa
Negara Kawasan Euro
Sumber: Bloomberg
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42014 2015 2016 2017 2018
% yoy Kawasan Euro Jerman Perancis Italia Spanyol
Sumber: Bloomberg
2,4 2,2
1,6
1,2
0
2
4
6
8
10
12
14
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42014 2015 2016 2017 2018
% yoy % yoy
GDP, lhs Household, rhsGovernment, rhs GFCF, rhsExports, rhs Imports, rhs
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
30
menahan aktivitas perdagangan, konsumen
cenderung menahan belanja di luar rumah,
disertai banyak toko ritel memutuskan tutup
sementara –bahkan di musim libur akhir
tahun–. Di sisi produksi, output TW4-18
terkontraksi (rerata -1,4% yoy, dari 0,7%)
sejalan dengan aksi demo yang diikuti oleh
banyak pekerja dan terhambatnya distribusi.
Aksi protes turut memengaruhi sentimen
pasar atas prospek Perancis yang semakin
terpuruk, dan berkontribusi menahan
pertumbuhan investasi menjadi 2,3% yoy
(dari 2,9%). Net ekspor berkontribusi negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi sejalan
dengan permintaan impor yang terakselerasi
lebih tinggi (1,0%, dari -0,4%), dari ekspor
(2,1% yoy, dari 1,9%).
Perekonomian Italia kembali
melemah pada TW4-18, imbas dari
pemburukan sentimen akibat gejolak
politik dalam negeri.22 PDB Italia melambat
lebih dalam menjadi 0,1% yoy (dari 0,7%
pada TW3-18), sebagian disebabkan
penurunan permintaan domestik. Investasi
perusahaan industri dan jasa turut melambat
karena ketidakpastian faktor politik dan
22 Pemerintah Italia yang kini lebih populis, mengajukan rencana anggaran fiskal (pada Oktober 2018) yang jauh lebih ekspansif dibanding pemerintah sebelumnya, di tengah defisit fiskal Italia yang sudah dalam: -2,4% PDB pada 2019 (dari -0,9% pada proposal pemerintah sebelumnya), -2,1% (2020; dari -0,2%), -1,8% (2021). Rencana tersebut mendapat perlawanan keras dari European Commission karena bertentangan dengan Italian Stability Programme (menargetkan defisit fiskal sebesar 0,9% PDB pada 2019). Konflik antara Italia dan EC terus berlangsung sepanjang TW4-18, hingga akhirnya Pemerintah Italia setuju untuk menurunkan rencana defisit 2019 menjadi 2,04% PDB pada 19 Desember 2018.
akibat ketentuan baru mengenai standar
emisi Eropa.21 Perusahaan otomotif Jerman
–khususnya Volkswagen Group– masih
mengalami kendala dalam menyesuaikan
produk otomotifnya terhadap ketentuan
emisi baru yang mulai diimplementasikan
pada September 2018. Isu pada sektor
otomotif juga memengaruhi pelemahan
kinerja konsumsi dan perdagangan Jerman.
Penjualan kendaraan melambat tajam (rerata
-8,0% yoy, dari 2,2%), disertai cuaca buruk
yang menekan permintaan belanja pakaian.
Ekspor (khususnya manufactured goods)
melambat karena penurunan produksi
kendaraan dan masih lemahnya permintaan
global. Sentimen pelaku ekonomi semakin
tergerus karena pesimisme di tengah masih
tingginya ketidakpastian global dan politik
di kawasan, meski sentimen konsumsi masih
terbantu oleh ekspektasi rencana kenaikan
upah pada 2019.
Pertumbuhan ekonomi Perancis
juga melambat cukup signifikan,
terbebani oleh pemburukan sentimen
global dan isu domestik. Aksi protes gilet
jaunes (yellow vest) sepanjang paruh kedua
TW4-18 telah menekan aktivitas ekonomi
dan menyebabkan PDB TW4-18 menjadi
hanya 0,9% yoy, turun tajam dari 1,3% pada
TW3-18. Pertumbuhan konsumsi melambat
menjadi 0,6% yoy (dari sebelumnya 0,8%),
sebagai dampak dari aksi protes besar yang
21 Produksi industri Jerman TW4-18 turun tajam menjadi -2,5% yoy (dari -0,2% pada TW3-18), bahkan mencapai -4,0% yoy pada November dan Desember 2018, produksi terendah sejak Desember 2009.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
31
sempat tertahan karena isu politik Katalonia).
Namun akselerasi konsumsi belum diikuti
perbaikan investasi yang melambat ke 4,6%
yoy (dari 5,5%), seiring sentimen yang
masih terpengaruh oleh prospek pelemahan
ekonomi dan penurunan popularitas
Perdana Menteri Spanyol. Ekspor terindikasi
pulih (1,8% yoy, dari 1,3%), namun impor
masih tumbuh meningkat dan lebih tinggi
dibanding ekspor (3,1% dari 2,5%), sehingga
kontribusi net ekspor terhadap pertumbuhan
tidak berubah.25
Pada Kawasan Euro, konsumsi
tetap menjadi penggerak ekonomi
dengan kontribusi terbesar diantara
komponen lainnya, meski terindikasi
masih lemah pada TW4-18. Penjualan ritel
–leading indicators konsumsi– masih rendah
meski tumbuh meningkat dengan rerata
sebesar 1,7% yoy, dari 1,1% pada TW3-18.
Perbaikan tersebut lebih disebabkan lonjakan
penjualan khususnya makanan dan pakaian
pada Oktober 2018, seiring ekspektasi
konsumen yang sempat membaik terhadap
prospek ekonomi di awal triwulan. Namun
penjualan ritel kembali merosot hingga akhir
tahun karena sentimen konsumen yang
kembali memburuk, seiring perkembangan
ekonomi yang kian melemah dan gejolak
politik di beberapa negara utama.
Kepercayaan konsumen terhadap
prospek ekonomi dan konsumsi telah
menurun signifikan. Consumer confidence
25 Net ekspor TW4-18 berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan, sebesar -0,3%, sama dengan TW3-18.
ekonomi di sepanjang TW4-18, serta tensi
perdagangan global. Pelemahan ekonomi
terkonfirmasi oleh pergerakan indikator Ita-
coin TW4-18 yang rerata negatif (-0,11; dari
0,02).23 Indikasi serupa juga tercermin dari
penurunan indikator Purchasing Managers’
Index (PMI) yang jatuh ke bawah threshold
untuk pertama kalinya sejak 2016.24 Hal ini
mengindikasikan tertahannya ekspansi bisnis
akibat penurunan permintaan dari domestik
dan eksternal (ekspor) yang terjadi sepanjang
TW4-18, khususnya produk otomotif. Kinerja
perdagangan juga memburuk, tercermin
dari pertumbuhan ekspor impor yang terus
melambat hingga akhir tahun.
Ekonomi Spanyol tumbuh stabil
terbantu oleh pemulihan konsumsi.
PDB Spanyol tumbuh 2,4% yoy pada TW4-
18, sama dengan pertumbuhan TW3-18.
Ekonomi Spanyol ditopang oleh perbaikan
konsumsi (2,2% yoy dari 2,1%) dengan
kontribusi yang juga meningkat menjadi
1,2% terhadap PDB (dari 1,1%). Penjualan
ritel juga terbantu oleh pulihnya arus masuk
wisatawan mancanegara (setelah sebelumnya
23 Ita-coin merupakan cyclical coincidental indicator yang dipublikasi Bank of Italy, yang menyediakan estimasi tren aktivitas ekonomi bulanan yang didasarkan dari sejumlah variabel kuantitatif (produksi industri, inflasi, penjualan ritel, arus perdagangan, indeks pasar saham) dan kualitatif (kepercayaan konsumen dan bisnis, PMI).
24 PMI merupakan indikator survei yang mencerminkan kinerja sektor manufaktur dan jasa, yang didasarkan pada perkembangan penjualan, ketenagakerjaan, inventori, dan harga. PMI memiliki indeks threshold pada level 50, dimana indeks di atas 50 menggambarkan bisnis mengalami ekspansi dan sebaliknya. Pada TW4-18, rerata PMI Komposit Italia turun ke 49,5 (rerata triwulanan terendah sejak 2013), mengindikasi ekspansi bisnis yang tertahan.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
32
semakin merosot, dengan rerata sebesar -6,9
pada TW4-18, lebih buruk dibandingkan
TW3-18 sebesar -5,7. Consumer confidence
bahkan sempat mencapai level -8,3 pada
Desember 2018 (terendah sejak Februari
2017), disebabkan pesimisme konsumen yang
semakin dalam terhadap prospek keuangan
dan ekonomi. Konflik perdagangan dunia
yang memanas turut memicu kekhawatiran
konsumen terhadap prospek permintaan
ekspor dan industri domestik. Perekonomian
juga dibayangi ketidakpastian politik di
Jerman, Perancis, Italia, dan Spanyol, sehingga
semakin menekan keyakinan konsumen dan
prospek kondisi keuangan ke depan.26
Sumber: Bloomberg
-12,0
-8,0
-4,0
0,0
4,0
8,0
12,0
16,0
20,0
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
% yoy % yoy
Penjualan Ritel, lhs Cons. Confidence, rhsRetail trade confidence, rhs
Grafik 2.16 Indikator Konsumsi
26 Jerman: perpecahan dalam koalisi partai pemerintahan dan penurunan dukungan terhadap kanselir Merkel. Pada 29 Oktober 2018, Merkel menyatakan mundur dari kursi ketua partai CDU dan dari kandidansi pemilu 2021. Perancis: kekecewaan mayoritas masyarakat terhadap rencana kenaikan pajak karbon dan bahan bakar, kebijakan pemerintah secara keseluruhan, dan standar hidup yang kian menurun, memicu aksi demo besar di Perancis sejak November 2018. Italia: perseteruan pemerintah Italia dan European Commission yang berkelanjutan mengenai proposal anggaran 2019 (defisit fiskal jauh lebih dalam). Spanyol: penurunan popularitas Perdana Menteri Sanchez dan penurunan dukungan dari partai Katalonia.
Sumber: Bloomberg
8,5 8,2
8 7,9
2,1
2,3
2,5
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
2,2
2,4
2,6
7,5
8
8,5
9
9,5
10
10,5
11
11,5
12
12,5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2014 2015 2016 2017 2018
% Unemployment Rate, lhs Labour Costs, rhs % yoy
Grafik 2.17 Tingkat Pengangguran dan Upah
Sumber: Bloomberg
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
Produksi Industri (% yoy), lhsIndustrial Confidence (Indeks), lhsBusiness Clim. Indicator (Indeks), rhs
Grafik 2.18 Indikator Investasi
Di tengah indikasi pelemahan
konsumsi, tingkat pengangguran dan
upah yang membaik belum mampu
mendorong pemulihan konsumsi. Tingkat
pengangguran terus menurun dan makin
rendah mencapai 7,8% pada Desember 2018,
lebih baik dari September 2018 (8,0%) dan
terendah sejak krisis keuangan 2008. Tingkat
upah masih mengindikasi perbaikan (tumbuh
2,5% yoy pada TW3-18, dari 2,3% pada TW2-
18). Namun demikian, masih terdapat slack
tenaga kerja yang terindikasi dari tingginya
pekerja paruh waktu dan jumlah pekerja
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
33
industri.29
Ekspansi bisnis melambat lebih
jauh pada TW4-18, mengonfirmasi
aktivitas ekonomi yang tertahan.
Purchasing Managers Index (PMI) Komposit
TW4-18 turun menjadi 52,3 (rerata), dari 54,3
pada TW3-18, melanjutkan tren pelemahan
sejak awal 2018 sekaligus merupakan
rerata triwulanan terendah sejak TW4-14.
Permintaan ekspor (new export orders) masih
lemah akibat aktivitas perdagangan global
yang lesu. Korporasi cenderung mengurangi
produksi untuk mengatasi dan mengantisipasi
permintaan yang lebih rendah. Hal tersebut
memengaruhi penciptaan lapangan kerja
yang mulai menurun. Pembukaan bisnis
baru turut melambat akibat pesimisme atas
prospek ekonomi. Pada survei Desember
2018, PMI Komposit turun hingga 51,3 dan
memberi indikasi peningkatan concern atas
pelemahan perdagangan dan pertumbuhan
global, ketidakpastian politik dan kesepakatan
Brexit, serta pengetatan kondisi finansial.
Sektor manufaktur berkontribusi
lebih besar terhadap penurunan
aktivitas bisnis dibanding jasa. Rerata
PMI Manufaktur turun hingga 51,7 (dari
54,3 pada TW3-18) terutama disebabkan
oleh hambatan produksi otomotif Eropa,
sedangkan penurunan PMI Jasa lebih moderat
menjadi 52,8 (dari 54,4). Perlambatan
29 Rerata komponen produksi industri TW4-18 dibanding TW3-18: intermediate goods (-2,4% dari -0,2%), energy (-3,6% dari -1,2%), capital goods (-2,1% dari 1,9%), durable goods (-2,5% dari -1,9%), non-durable goods (0,0% dari 1,5%).
yang tidak aktif mencari pekerjaan.27 Selain
itu, risiko tensi perdagangan yang menekan
permintaan eksternal terindikasi mulai
berimbas pada perlambatan penyerapan
tenaga kerja.28
Pelemahan permintaan dan isu
produksi menyebabkan aktivitas produksi
terkontraksi tajam. Rerata produksi industri
TW4-18 terkontraksi sebesar -2,0% yoy, jauh
lebih rendah dari TW3-18 sebesar 0,7%, dan
melanjutkan tren perlambatan sejak awal
2018. Produksi industri mulai terkontraksi
pada November 2018 (-3,0% yoy) dan anjlok
lebih dalam pada Desember 2018 (-4,2%),
terendah dalam tujuh tahun terakhir. Kondisi
tersebut antara lain disebabkan perlambatan
permintaan, baik dari domestik (karena
pelemahan aktivitas ekonomi) dan eksternal
(imbas dari eskalasi tensi perdagangan
dunia). Selain permintaan, proses produksi
juga terhambat oleh aksi protes di Perancis
serta isu produksi otomotif Eropa (produsen
belum dapat sepenuhnya menyesuaikan
produksi kendaraan sesuai dengan ketentuan
uji emisi baru). Penurunan produksi terjadi
pada seluruh komponen (hampir seluruhnya
tumbuh negatif), dengan penurunan terdalam
pada produksi capital goods, menandakan
penurunan aktivitas investasi oleh pelaku
27 Underemployed part-time workers sebesar 3,8% dari total angkatan kerja pada TW3-18, lebih rendah dari TW2-18 (4,2%) namun masih tinggi secara historis. Rasio Persons Available to Work but not Seeking sebesar 3,8% dari active population pada TW3-18, meningkat dari TW2-18 (3,4%).
28 Employment tumbuh melambat pada TW4-18 menjadi 1,2% yoy, dari 1,3% pada TW3-18, sekaligus terendah sejak TW4-15.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
34
Kinerja perdagangan Kawasan
Euro masih lemah, meski surplus neraca
perdagangan melebar. Surplus neraca
perdagangan pada TW4-18 mencapai
EUR51,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan
TW3-18 sebesar EUR40,3 miliar. Namun
pelebaran tersebut lebih disebabkan oleh base
effect kenaikan tinggi surplus perdagangan
pada TW2-18 yang kemudian turun tajam
pada TW3-1831, imbas dari eskalasi konflik
perdagangan AS-Tiongkok. Pada TW4-
18, tensi perdagangan cenderung mereda
dan menyebabkan sedikit peningkatan
permintaan eksternal, terutama pada produk
miscellaneous manufactured articles. Ekspor
minyak juga cenderung membaik seiring
penurunan harga minyak dunia. Namun
ekspor otomotif masih rendah –bahkan
defisit– karena masih terhambat isu produksi
dan moderasi permintaan otomotif Tiongkok.
Secara tahunan, ekspor terdeselerasi cukup
signifikan menjadi 3,6% yoy (dari 4,8%
pada TW3-18). Impor juga melambat namun
masih tumbuh lebih tinggi dari ekspor,
sebesar 6,9% (dari 10,0%). Berdasarkan
negara tujuan, surplus perdagangan dengan
AS dan Tiongkok membaik sejalan dengan
tensi perdagangan yang mereda. Aktivitas
perdagangan dengan Iran juga mulai pulih
setelah sebelumnya sempat tertahan karena
sentimen atas sanksi Iran oleh AS.
Surplus neraca transaksi berjalan
(current account) menyusut dikontribusi
oleh penurunan neraca jasa. Current
31 Sebelumnya, trade surplus TW2-18 mencapai 57,0 miliar, jauh lebih tinggi dari surplus TW3 dan TW4-18.
aktivitas bisnis terjadi pada Jerman, Perancis,
dan Italia. PMI Italia TW4-18 bahkan berada di
bawah threshold, dipengaruhi kondisi politik
yang tengah bergejolak. Sebaliknya, PMI
Spanyol sempat terekspansi pada November
2018 karena peningkatan permintaan jasa
sehingga rerata PMI TW4-18 masih lebih
tinggi dibanding triwulan sebelumnya.30
Sumber: Bloomberg
48
50
52
54
56
58
60
62
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
PMI Composite PMI ManufakturPMI Services
Indeks
Grafik 2.19 Indikator PMI
Sumber: Bloomberg
100
102
104
106
108
110
112
114
116
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
IndeksIndeks
Industrial Confidence, lhsServices Confidence, lhsConsumer Confidence, lhsConstruction Confidence, lhsRetail Trade Confidence, lhsEconomic Sentiment Indicator, rhs
Grafik 2.20 Indikator Keyakinan Ekonomi
30 Jerman TW4-18: PMI Komposit (52,4 dari 55,2), Manufaktur (51,8 dari 55,5), Jasa (53,3 dari 55,0).Perancis TW4-18: PMI Komposit (52,3 dari 54,4), Manufaktur (50,6 dari 53,1), Jasa (53,1 dari 55,0). Italia TW4-18: PMI Komposit (49,5 dari 52,4), Manufaktur (49,0 dari 50,5), Jasa (50,0 dari 53,3).Spanyol TW4-18: PMI Komposit (53,7 dari dari 52,7), Manufaktur (51,8 dari 52,4), Jasa (54,0 dari 52,6).
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
35
Tekanan inflasi mereda menjauhi
target seiring penurunan harga minyak
dunia. Inflasi headline melambat, menjadi
1,5% yoy (Desember 2018), dari 2,1%
(September 2018). Inflasi sempat menyentuh
level 2,3% pada Oktober 2018 –di atas target
inflasi ECB sebesar 2%- karena dorongan
harga energi, namun menurun bertahap pada
bulan-bulan selanjutnya seiring pembalikan
tren harga minyak. Kondisi tersebut
mengonfirmasi bahwa pergerakan inflasi
di Kawasan Euro belum struktural karena
lebih dipengaruhi oleh perkembangan harga
minyak dunia. Selain faktor energi (5,5% dari
9,6%), perlambatan inflasi TW4-18 turut
disebabkan oleh penurunan harga makanan
(1,8% dari 2,6%) seiring penjualan makanan
yang melemah sepanjang triwulan. Selain
itu, tekanan dari kenaikan biaya upah belum
tercerminkan pada akselerasi harga domestik
karena ter-offset oleh marjin profit yang lebih
rendah. Harga jasa cenderung masih lemah
(turun tipis ke 1,3% dari 1,4%) sehingga core
inflation juga lebih rendah menjadi 0,9% (dari
1,0%), menunjukkan konsumsi domestik
belum cukup kuat.
Penurunan inflasi headline
terjadi pada seluruh negara inti. Spanyol
mengalami penurunan terdalam ke level
1,2% yoy pada Desember 2018, dari 2,3%
pada September 2018. Jerman dan Perancis
juga melambat masing-masing menjadi 1,6%
dan 1,6% dari sebelumnya 1,9% dan 2,2%.
Perlambatan inflasi Italia lebih moderat,
menjadi 1,1% (dari 1,4%). Tren penurunan
harga energi turut menekan pertumbuhan
account surplus TW4-18 berada pada level
EUR88,6 miliar, sedikit lebih rendah dari
TW3-18 sebesar EUR90,4 miliar. Penyusutan
neraca jasa diantaranya merupakan imbas
dari gejolak kondisi domestik negara anggota
yang menurunkan kinerja sektor pariwisata,
restoran, dan akomodasi. Selain jasa, kinerja
neraca barang dan pendapatan sekunder
turut memburuk. Sebaliknya, neraca
pendapatan primer masih meningkat karena
penerimaan investasi dan bunga utang dari
eksternal pada akhir tahun.
Sumber: Bloomberg
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
EUR Bn % yoy
Trade Balance, rhs Exports, lhs Imports, lhs
Grafik 2.21 Neraca Perdagangan (Nilai)
Sumber: Eurostat
-30
-10
10
30
50
70
90
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
Miliar EUR Barang Jasa Primary IncomeSecondary Income Current Account
Grafik 2.22 Neraca Transaksi Berjalan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
36
tersebut dipengaruhi oleh perlambatan
kredit kepada non-financial counterparties
(NFC), dengan rerata 2,8% yoy pada TW4-
18 (dari 3,0% pada TW3-18), sejalan dengan
aktivitas ekonomi yang sedang melemah.
Pinjaman ke rumah tangga (RT) juga sedikit
termoderasi menjadi 3,1% dari sebelumnya
3,2%. Namun demikian, kredit ke sektor
swasta masih ditopang oleh suku bunga
yang rendah dan stimulus moneter ECB,
perbaikan pasar tenaga kerja, dan pasar
perumahan yang mulai solid. Selain itu,
perbankan juga masih mengalami kemajuan
dalam mengonsolidasikan neraca keuangan,
harga produsen. Producer Price Index (PPI)
tumbuh 3,0% yoy pada Desember 2018, jauh
lebih rendah dari September 2018 sebesar
4,6%, dipengaruhi oleh komponen harga
energi yang turun tajam 7,7% yoy, dari
sebelumnya 12,9%.
Di tengah pelemahan konsumsi
dan perlambatan inflasi, tren pemulihan
pertumbuhan kredit ke sektor swasta
terindikasi mulai tertahan. Tingkat
penyaluran kredit oleh lembaga keuangan
(Monetary Financial Institution/MFI) pada
TW4-18 rerata tumbuh 2,9% yoy, lebih
rendah dari TW3-18 sebesar 3,1%. Kondisi
Sumber: Bloomberg
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
% yoy % yoy
Inflasi, lhs Inflasi Inti, lhs Food, lhsServices, lhs Energy, rhs
Sumber: Bloomberg
-1,5
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
% yoy Kawasan Euro Jerman Perancis Italia Spanyol
Sumber: Bloomberg
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
% yoy % yoy
PPIDurable Cons. GoodsNondurable Consumer GoodsCapital GoodsIntermediate Goods, rhsEnergy, rhs
Sumber: Bloomberg
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
% yoy
Loans Made by MFI, lhsLoans to Non-Financial Corporation, lhsLoans to Household, rhs
Grafik 2.23 Inflasi Kawasan Euro
Grafik 2.25 Producer Price Index
Grafik 2.24 Inflasi Headline Negara Inti
Grafik 2.26 Pertumbuhan Kredit Perbankan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
37
ECB melakukan penyesuaian bahasa
pada naskah siaran pers meeting Desember
2018 yang dinilai pasar masih bersifat
akomodatif, meski stance ECB terindikasi
mulai less-accomodative. Pada naskah
tersebut, kebijakan reinvestasi obligasi yang
sebelumnya disebut akan berlangsung
hingga setelah APP berakhir (akhir Desember
2018), diubah menjadi hingga setelah ECB
mulai menaikkan suku bunga.34 ECB tetap
konsisten dengan keputusannya tersebut
pada Governing Council Meeting 24 Januari
2019 dan akan terus mempertahankan
stance sepanjang rilis data ke depan dapat
mengonfirmasi outlook inflasi jangka
menengah sesuai dengan target ECB.
Sumber: Bloomberg
0
20
40
60
80
100
-0,5
-0,25
0
0,25
0,5
0,75
1
1,25
1,5
Aug
-14
Oct
-14
Dec
-14
Feb-
15A
pr-1
5Ju
n-15
Aug
-15
Oct
-15
Dec
-15
Feb-
16A
pr-1
6Ju
n-16
Aug
-16
Oct
-16
Dec
-16
Feb-
17A
pr-1
7Ju
n-17
Aug
-17
Oct
-17
Dec
-17
Feb-
18A
pr-1
8Ju
n-18
Aug
-18
Oct
-18
Dec
-18
EUR Bil. %
Refinancing Rate (0,00%) Deposit Facility (-0,4%)Marginal Lending Facility (0,25%) Asset Purchase Target, rhs
Grafik 2.27 Suku Bunga ECB
Di sisi fiskal, neraca keuangan
pemerintah secara agregat mencatat
defisit lebih dalam, sejalan dengan
ekspansi fiskal untuk mendorong
34 Perubahan pernyataan tersebut mengindikasi bawah ECB akan menyediakan akomodasi moneter –berupa reinvestasi obligasi– untuk durasi lebih panjang dari sebelumnya.
meningkatkan profitabilitas, dan menekan
kredit bermasalah (Non-Performing Loan/
NPL), meskipun tingkat NPL masih tinggi di
beberapa negara anggota dan memengaruhi
kapasitas intermediasi perbankan.
Merespons berbagai dinamika
tersebut, ECB masih mempertahankan
kebijakan moneter akomodatif untuk
mendorong ekonomi yang melambat.
Pada Governing Council Meeting 25
Oktober dan 13 Desember 2018, ECB
mempertahankan suku bunga rendah, yaitu
main refinancing operations (MRO) di level
0,0%; marginal lending facility rate sebesar
0,25%; dan deposit facility rate sebesar
-0,4%. ECB juga melanjutkan kebijakan
nonkonvensional Asset Purchase Program
(APP), meski dengan nilai pembelian yang
lebih kecil (EUR15 miliar per bulan) mulai
Oktober 2018 dan menghentikannya pada
akhir Desember 2018.32 Selain itu, ECB juga
kembali menegaskan (i) forward guidance
bahwa tingkat suku bunga rendah akan
dipertahankan setidaknya hingga setelah
musim panas 2019; dan (ii) stimulus moneter
akan berasal dari kebijakan reinvesting
maturing debt yang ditujukan untuk
menjaga likuiditas dan kecukupan akomodasi
moneter.33
32 Volume pembelian obligasi di bawah program APP diturunkan dari sebelumnya EUR30 miliar per bulan selama periode Januari-September 2018, menjadi EUR15 miliar selama periode Oktober-Desember 2018.
33 Reinvesting maturing debt merupakan instrumen kebijakan ECB yang me-reinvestasikan aset yang diperoleh dari program pembelian aset (APP) yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan, dengan mengalirkannya kembali ke pasar obligasi, yang ditujukan untuk menjaga tingkat borrowing cost dan likuiditas.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
38
Defisit fiskal diprediksi akan lebih
dalam seiring stance fiskal yang lebih
ekspansif untuk memperbaiki ekonomi,
seperti kenaikan upah minimum di
empat negara inti. Sementara penerimaan
diperkirakan menyusut karena penurunan
kontribusi sosial dan beberapa kebijakan
spesifik per negara, seperti rencana penurunan
pajak di Perancis, Italia, dan Spanyol. Meski
defisit fiskal melebar, rasio utang pemerintah
terhadap PDB sedikit menurun. Utang
pemerintah TW3-18 tercatat sebesar 86,1%
PDB, lebih rendah dari TW2-18 sebesar
86,3%. Yunani, Italia, dan Portugal, menjadi
tiga negara pengutang terbesar dengan rasio
utang terhadap PDB masing-masing sebesar
182,2%, 133,0%, dan 125,0%.
Moderasi pertumbuhan ekonomi
Kawasan Euro diperkirakan berlanjut
seiring ketidakpastian politik domestik
dan perdagangan dunia. Dalam rilis proyeksi
ekonomi ECB Desember 2018, ekonomi
domestik diperkirakan melemah lebih dalam
menjadi 1,7% yoy pada 2019, lebih rendah
dari capaian 2018 (1,9%). Outlook 2019
tersebut juga merupakan revisi ke bawah dari
estimasi ECB sebelumnya 1,8% (September
2018), dengan mempertimbangkan rilis
data makroekonomi yang terus melemah
dan di bawah ekspektasi selama TW4-18.
Ekonomi kemudian diperkirakan tumbuh
stabil 1,7% pada 2020 (angka proyeksi
tidak berubah dibanding estimasi September
2018). Pelemahan aktivitas ekonomi dan
dampak isu temporer (seperti produksi
otomotif) diperkirakan akan berlanjut pada
ekonomi. Belanja pemerintah meningkat
menjadi 3,1% yoy pada TW3-18, cukup
signifikan dibanding TW2-18 (1,6%),
diantaranya disebabkan kenaikan pengeluaran
Pemerintah Jerman pasca ketidakjelasan
formasi pemerintah selama paruh pertama
2018. Sementara itu, penerimaan pemerintah
agregat berbalik melambat, menjadi 3,6%
yoy (dari 4,1%). Dengan kinerja tersebut,
defisit fiskal TW3-18 mengalami pelebaran
menjadi -0,5% terhadap PDB (seasonally
adjusted), dari -0,3% PDB pada TW2-18.
Sumber: Bloomberg
-0,2 -0,3
-0,5
-2,5
-2,0
-1,5
-1,0
-0,5
0,0
43
44
45
46
47
48
49
50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2015 2016 2017 2018
% GDP
Govt. Revenue Govt. ExpenditureFiscal Balance (RHS)
% GDP
Grafik 2.28 Rasio Defisit Fiskal
Terhadap PDB
Sumber: Bloomberg
86,9 86,3 86,1
9,2
9,3
9,4
9,5
9,6
9,7
9,8
9,9
10
85
87
89
91
93
95
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2015 2016 2017 2018
EUR Tn
% GDP
Govt Debt, rhs Debt to GDP, lhs
Grafik 2.29 Rasio Utang Publik
Terhadap PDB
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
39
pengaruh penurunan harga minyak.
Inflasi diprediksi akan deselerasi ke level 1,6%
yoy pada 2019 seiring proyeksi asumsi harga
minyak dunia yang lebih rendah, dari 1,7%
pada 2018. Angka inflasi 2019 tersebut juga
merupakan revisi ke bawah dari proyeksi ECB
September 2018 (1,7%). Inflasi kemudian
diproyeksi tumbuh meningkat 1,7% pada
2020, sama dengan estimasi sebelumnya.
Underlying inflation akan meningkat secara
bertahap seiring perbaikan tenaga kerja
(khususnya pertumbuhan upah), yang akan
mendorong harga domestik terutama harga
jasa.
Imbangan risiko perekonomian
Kawasan Euro masih bias ke bawah,
memengaruhi sentimen yang dapat
membebani aktivitas ekonomi kedepan.
Downside risks tetap mendominasi terutama
dari sisi eksternal: (i) ketidakpastian
perkembangan konflik perdagangan –meski
sempat mereda– tetap menjadi risiko besar
bagi global. Kawasan Euro perlu mewaspadai
ancaman tarif oleh AS terhadap impor barang
(khususnya otomotif) dari Uni Eropa karena
berpotensi menekan kinerja perdagangan;
(ii) risiko potensi kebijakan fiskal AS yang
dapat diperketat, terutama pada 2020; (iii)
2019, setidaknya hingga pertengahan tahun.
Ekonomi juga akan tertahan oleh long-term
lending rates yang sedikit lebih tinggi, serta
permintaan eksternal yang masih lemah di
tengah ketidakpastian perdagangan global.
Beberapa pelaku ekonomi menilai
outlook ECB untuk 2019 terlalu optimis, dan
memandang proyeksi European Commission
(EC) yang dirilis pada Februari 2019 lebih
mencerminkan outlook yang lebih realistis.
EC memperkirakan ekonomi 2019 tumbuh
1,3% yoy, di bawah estimasi sebelumnya
(1,9%, rilis November 2018) dan cukup jauh
berbeda dari proyeksi ECB. Outlook EC yang
lebih pesimis tersebut mempertimbangkan
perkembangan indikator makroekonomi
yang terus memburuk dalam kurun waktu
dua bulan terakhir. Oleh karena itu, pelaku
ekonomi memprediksi ECB akan kembali
menyesuaikan outlook-nya pada rilis Maret
2019. Sejalan dengan ECB dan EC, IMF
pada rilis World Economic Outlook (WEO)
Januari 2019 juga menurunkan proyeksi
pertumbuhan 2019 menjadi 1,6% yoy (dari
1,9% pada rilis Oktober 2018), dan outlook
2020 dipertahankan pada 1,7%.
Tingkat inflasi juga diperkirakan
lebih rendah dari ekspektasi karena
Tabel 2.2 Estimasi Pertumbuhan PDB dan Inflasi% yoy
2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020
GDP (% yoy) 2,5 1,9 1,7 1,7 1,9 1,3 1,6 1,8 1,6 1,7
Estimasi Sebelumnya 2,0 1,8 1,7 2,1 1,9 1,7 2,0 1,9 1,7
HICP (% yoy) 1,5 1,8 1,6 1,7 1,7 1,4 1,5 - - -
Estimasi Sebelumnya 1,7 1,7 1,7 1,8 1,8 1,6 1,7 1,7 1,8
Ket. estimasi sebelumnya: ECB (September 2018), EC (November 2018), IMF (WEO Oktober 2018)
Estimasi 2017ECB (Desember 2018) EC (Februari 2019) IMF (WEO Januari 2019)
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
40
anggaran yang diajukan pemerintah dan
memicu snap election pada April 2019. Selain
faktor politik, risiko juga datang dari potensi
hambatan temporary factors yang dapat
bertahan lebih lama dari perkiraan, serta
ketidakpastian tinggi dalam proses negosiasi
Brexit. Selain itu, masih terdapat beberapa
faktor yang mendukung pemulihan (upside
risks) yaitu: (i) kebijakan fiskal yang berpotensi
lebih ekspansif yang dapat mendorong
investasi dan ekonomi domestik, di tengah
terbatasnya ruang kebijakan moneter ECB,
serta (ii) kelanjutan perbaikan tenaga kerja
yang diantaranya dipicu rencana kenaikan
upah di sejumlah negara anggota yang akan
menopang permintaan domestik ke depan.
pelemahan ekonomi Tiongkok yang lebih
buruk dari ekspektasi; (iv) ekonomi negara
berkembang yang masih rentan terhadap
perubahan sentimen global; dan (v) pasar
keuangan global masih terekspos terhadap
perubahan persepsi prospek pertumbuhan
dunia dan risk appetite investor.
Di sisi domestik, risiko berasal dari
ketidakpastian perkembangan politik di
negara anggota. Pemerintahan Italia yang
kini lebih populis berpotensi menimbulkan
ketegangan politik lebih lanjut dengan Uni
Eropa. Popularitas Presiden Perancis (Macron)
makin menurun pasca protes “yellow vest”
pada akhir 2018. Gejolak politik Spanyol
meningkat pasca parlemen menolak rencana
% yoy
2017 2018 2018 2019 2020 2018 2019 2020 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2Kawasan Euro 2,5 1,9 1,8 1,6 1,7 1,8 1,3 1,4 2,4 2,2 1,6 1,2 1,4 1,4 1,6 1,6 1,5 1,4Jerman 2,4 1,5 1,5 1,3 1,6 1,4 1,2 1,5 2,1 2,0 1,1 0,6 1,3 1,2 1,8 1,7 1,5 1,4Perancis 2,3 1,5 1,5 1,5 1,6 1,5 1,3 1,4 2,2 1,7 1,3 0,9 1,4 1,6 1,6 1,6 1,6 1,5Italia 1,6 0,8 1,0 0,6 0,9 1,0 0,3 0,7 1,4 1,2 0,7 0,1 0,4 0,5 0,8 0,9 0,9 0,8Spanyol 3,0 2,5 2,5 2,2 1,9 2,5 2,2 1,9 2,8 2,5 2,4 2,4 2,3 2,3 2,1 2,0 1,9 1,9Keterangan: cetak miring dan biru merupakan angka proyeksi Consensus Forecast Februari 2019
NegaraIMF WEO
Januari 2019CF
Februari 2019Realisasi/Proyeksi
2018 2019 2020Realisasi
Tabel 2.3 Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
2.3. Inggris
Pemulihan ekonomi Inggris tertahan
pada penghujung 2018 akibat kontraksi
investasi dan net ekspor. PDB TW4-18
tumbuh 1,3% yoy, turun dari 1,6% pada
TW3-18. Investasi terkontraksi makin dalam
terimbas ketidakpastian Brexit. Pada saat
yang sama, net ekspor berkontribusi negatif
karena ekspor menurun –akibat pelemahan
demand global– di tengah akselerasi impor
dalam rangka akumulasi stok (stockfiling)
untuk mengantisipasi disrupsi pasokan pasca
Brexit. Kinerja konsumsi rumah tangga dan
belanja pemerintah menjadi penopang utama
ekonomi selama TW4-18. Secara keseluruhan
2018, ekonomi Inggris tumbuh 1,4% yoy –
terendah sejak 2009, dari 1,8% pada 2017.
Berdasarkan sektoral, moderasi
ekonomi karena kontraksi sektor produksi
–khususnya manufaktur– dan perlambatan
sektor konstruksi, yang tidak terkompensasi
oleh peningkatan kinerja sektor jasa.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
41
global, tensi perdagangan AS-Tiongkok,
serta meningkatnya ketidakpastian Brexit.
BoE merevisi ke bawah pertumbuhan outlook
PDB 2019 menjadi 1,2% sementara IMF
mempertahankan estimasi PDB 2019 sebesar
1,5%. Risiko utama yang membayangi
ekonomi Inggris ke depan berasal dari
ketidakpastian negosiasi Brexit yang
memengaruhi aktivitas dan keputusan bisnis,
rumah tangga, dan pelaku pasar keuangan.
Ketegangan perdagangan antara Amerika
Serikat dengan Tiongkok serta berpotensi
menekan aktivitas perdagangan Inggris.
Pemulihan ekonomi Inggris
tertahan akibat kontraksi investasi dan
net ekspor. PDB TW4-18 tumbuh 1,3% yoy
(preliminary data), melambat dari 1,6% pada
TW3-18, dan di bawah ekspektasi (1,4%).35
Perlambatan ekonomi disebabkan kontraksi
investasi (GFCF) yang makin dalam (-1,4%
yoy, dari -0,3% pada TW3-18) terimbas
ketidakpastian negosiasi dan politik terkait
Brexit.36 Kontribusi investasi terhadap PDB
menurun menjadi 0,6%, dari 0,9% pada
TW3-18. Pada saat yang sama, ekspor kembali
terkontraksi (-0,9% yoy, dari -1,7%) akibat
pelemahan demand global, khususnya Uni
Eropa dan Tiongkok. Sementara itu, impor
terakselerasi hingga 1,7% yoy (dari -0,1%)
didorong oleh upaya untuk meningkatkan
35 Perkiraan Consensus Forecast Februari 2019.36 Brexit (British exit) adalah keluarnya Inggris dari Uni
Eropa (UE) yang didasarkan pada hasil referendum 23 Juni 2016. Inggris dijadwalkan akan keluar dari UE pada 29 Maret 2019, yaitu dua tahun sejak Perdana Menteri Theresa May menyampaikan Article 50 kepada UE.
Kontraksi sektor produksi disebabkan: (i)
terjadinya bottleneck seiring implementasi uji
emisi Worldwide Harmonised Light Vehicle
Test Procedure (WLTP), (ii) lemahnya demand
domestik dan demand ekspor, serta (iii)
temporary shutdown perusahaan otomotif
Jaguar Land Rover (JLR). Sementara itu, kinerja
sektor konstruksi tertahan akibat kontraksi
demand properti nonresidensial serta kendala
pasokan material dan tenaga kerja terampil
menjelang Brexit.
Inflasi cenderung melemah, namun
masih di atas target 2%. Inflasi Desember
2018 sebesar 2,1% yoy, turun (dari 2,4%
pada September), disebabkan penurunan
harga bahan bakar. Di sisi ketenagakerjaan,
tingkat pengangguran terus menurun
hingga menyentuh rekor terendah (4,0%),
dikontribusi penyerapan tenaga kerja di
sektor jasa. Kondisi pasar tenaga kerja yang
ketat mendorong kenaikan upah, baik secara
nominal maupun riil.
Merespons perkembangan serta
outlook ekonomi, inflasi, dan ketenagakerjaan,
BOE mempertahankan suku bunga kebijakan
sebesar 0,75% pada pertemuan MPC 31
Oktober dan 19 Desember 2018. Di sisi fiskal,
defisit anggaran pemerintah pada TW4-
18 melebar karena penerimaan menurun
sedangkan belanja pemerintah meningkat.
Arah kebijakan fiskal ke depan juga masih
ekspansif untuk mendorong ekonomi
domestik menjelang Brexit.
Ekonomi Inggris ke depan diprediksi
masih lemah akibat penurunan demand
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
42
-0,5% pada TW3-18 karena peningkatan
belanja operasional dan belanja pertahanan.
Belanja pemerintah berkontribusi 0,2%
terhadap PDB TW4-18 (dari -0,1%). Secara
keseluruhan 2018, ekonomi Inggris tumbuh
1,4% yoy –terendah sejak 2009, dari 1,8%
pada 2017.
Sumber: Bloomberg
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
-4,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2013 2014 2015 2016 2017 2018
% yoy% yoy GDP, lhs Industry, rhs Services, rhsAgriculture, rhs Construction, rhs
Grafik 2.32 Pertumbuhan PDB sektoral
Sumber: Bloomberg
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy %yoy Retail Sales Food Stores Department StoreOnline Stores, rhs Automotive fuel, rhs
Grafik 2.33 Penjualan Ritel
Berdasarkan sektoral, moderasi
PDB pada TW4-18 disebabkan kontraksi
sektor produksi dan perlambatan sektor
konstruksi yang tidak terkompensasi oleh
peningkatan kinerja sektor jasa. Sektor
industri (pangsa 12% PDB) terkontraksi -1,0%
stok (stockpiling) guna mengantisipasi disrupsi
pasokan pasca Brexit, khususnya dari UE.
Seiring perkembangan tersebut, net ekspor
kembali berkontribusi negatif terhadap PDB
(-0,8%, dari -0,5%).
Sumber: Bloomberg
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2013 2014 2015 2016 2017 2018
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0% yoy% yoy
GDP, lhs Household Cons.Government Exp. Gross Fixed Capital Form, rhsExports, rhs Imports, rhs
Grafik 2.30 Pertumbuhan PDB
Sumber: Bloomberg
-3,0
-1,5
0,0
1,5
3,0
4,5
6,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
% Household Cons Govt ConsGross Fixed Capital Form Exports Imports
GDP
Grafik 2.31 Kontribusi Komponen PDB
Konsumsi rumah tangga dan
belanja pemerintah menjadi penopang
utama kinerja ekonomi selama triwulan
laporan. Konsumsi rumah tangga tumbuh
1,9% yoy, meningkat dari 1,8% pada TW3-
18, dengan kontribusi terhadap PDB stabil
sebesar 1,2%. Belanja pemerintah juga
meningkat 0,8% yoy setelah terkontraksi
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
43
pada sebagian besar sub-sektor, terutama
pada real estate, pendidikan dan kesehatan,
keuangan dan asuransi, perdagangan, serta
hotel dan restoran. Aktivitas sektor agrikultur
juga membaik, namun masih di zona kontraksi
(-2,8% dari -3,9% pada TW3-18).
Aktivitas konsumsi secara umum
melemah terimbas ketidakpastian
Brexit dan prospek ekonomi.38 Rerata
penjualan ritel –penyumbang 20% PDB
Inggris– tumbuh 2,5% yoy, melambat dari
3,5% pada TW3-18.39 Penurunan penjualan
terjadi pada makanan, serta furnitur dan floor
coverings (karpet, keramik, dan sejenisnya)
–sejalan dengan moderasi sektor konstruksi.
Pertumbuhan e-commerce juga tertahan
(9,8% yoy dari 13,0%) meski berlangsung
Black Friday dan Cyber Monday (23 dan 26
November), serta Natal dan Tahun Baru 2019.
Perbaikan demand terjadi pada sektor properti
residensial40 yang berhasil tumbuh 1,2% yoy
(dari -2,7%) ditopang ketenagakerjaan yang
robust, suku bunga KPR yang kompetitif,
serta skim help-to-buy bagi pembelian rumah
pertama.41
38 High frequent indicators konsumsi (penjualan ritel, indeks kepercayaan konsumen, dan penjualan kendaraan) menunjukkan pelemahan, sedangkan pada data PDB berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga pada PDB TW4-18 tumbuh solid. Perbedaan tersebut juga diidentifikasi BoE sebagaimana dinyatakan pada Inflation Report Februari 2019, “Consumption growth has been more resilient, ... , although some indicators have weakened recently.”
39 Konsumsi pada TW3-18 turut didorong faktor temporer yaitu perhelatan beberapa event internasional (antara lain Piala Dunia dan Kejuaraan Tenis Wimbledon) dan musim panas.
40 Properti residensial dengan nilai di atas GBP40000.41 Program help-to-buy diluncurkan pada April 2013 dan
akan berakhir pada 2020. Pada program tersebut,
yoy –terendah dalam 22 kuartal– (dari 0,7%
pada TW3-18). Kontraksi tersebut disebabkan
pelemahan subsektor manufaktur, utilitas,
dan water supply.37 Sementara itu, sektor
konstruksi (pangsa 5,6% PDB) hanya tumbuh
0,9% yoy, setelah terakselerasi hingga 1,5%
pada TW3-18. Sebaliknya, sektor jasa (pangsa
71% PDB) berhasil tumbuh 1,9% yoy, dari
1,8% pada TW3-18. Perbaikan kinerja terjadi
37 Subsektor manufaktur terkontraksi -1,5% yoy dari 0,9%, subsektor utilitas terkontraksi -1,7% dari -0,5%, dan subsektor water supply terkontraksi -1,6% dari -1,2%.
Sumber: ONS
-20
-15
-10
-5
0
5
10
-25,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
INDEKS % yoy
New Car Registration (% yoy), rhsGfk Consumer Confidence Index, rhs
Grafik 2.34 Registrasi Mobil Baru dan
Tingkat Kepercayaan Konsumen
Sumber: Bloomberg
-7,0
-3,5
0,0
3,5
7,0
10,5
14,0
-3,0
-1,5
0,0
1,5
3,0
4,5
6,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy% yoy
Industrial ProductionManufacturing ProductionConstruction Output, rhs
Grafik 2.35 Produksi Industri
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
44
Aktivitas produksi terkontraksi
akibat lemahnya demand domestik dan
demand ekspor, bottleneck akibat WLTP,
serta temporary shutdown perusahaan
otomotif JLR. Rerata produksi industri
TW4-18 terkoreksi ke level -1,0% yoy (dari
0,7% pada TW3-18), terendah sejak TW2-
13. Output manufaktur (pangsa 72,6%)
terkontraksi sebesar -1,4% yoy (dari 1%)
akibat penurunan output produk logam,
pembangkit listrik, dan kendaraan. Moderasi
produksi energi listrik disebabkan demand
yang menurun seiring temperatur yang lebih
tinggi daripada rata-rata historis.45 Sementara
itu, produksi kendaraan terkontraksi -3,8%
yoy (dari -0,8%) terimbas keputusan Jaguar
Land Rover (JLR) untuk mengurangi jumlah
hari kerja di lini produksi Castle Bromwich
serta menghentikan operasi di lini produksi
Solihull.46
Pertumbuhan sektor konstruksi
tertahan (1,3% yoy dari 1,4%)
karena kontraksi demand properti
pernafasan. NOx juga dinyatakan sebagai penyebab sekitar 23 ribu kematian prematur per tahun di Inggris. Oleh karena itu, UE (termasuk Inggris), beralih dari kendaraan diesel ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan (berbahan bakar bensin, listrik, ataupun hybrid). Perkembangan tersebut menyebabkan penurunan preferensi terhadap mobil diesel.
45 Temperatur selama November dan Desember berkisar 1,1°C dan 1,9°C di atas rata-rata jangka panjang.
46 JLR adalah produsen mobil terbesar di Inggris dan hampir 90% produk JLR bermesin diesel. Kontraksi demand mobil diesel, baik di pasar domestik maupun ekspor –khususnya Tiongkok–, menyebabkan JLR mengalami kerugian yang cukup besar. Merespons hal tersebut, JLR mengurangi jumlah hari kerja di lini produksi Castle Bromwich selama Oktober hingga Natal 2018 dan menghentikan produksi di Solihull selama 2 pekan (22 Oktober – 4 November).
Penjualan kendaraan-baru
menurun dipengaruhi oleh sentimen
konsumsi yang lemah dan berkurangnya
ketersediaan kendaraan-baru akibat
pemberlakuan uji emisi WLTP. Registrasi
mobil-baru terkoreksi signifikan (-3,8% yoy
pada TW4-18, dari 1,3%) seiring melemahnya
kepercayaan konsumen menjelang tenggat
waktu Brexit (29 Maret 2019).42 Penurunan
penjualan juga disebabkan keterbatasan
ketersediaan kendaraan akibat pemberlakuan
uji emisi Worldwide Harmonised Light Vehicle
Test Procedure (WLTP) dan Real Driving
Emissions (RDE) di UE sejak 1 September
2018.43 Faktor lain yang turut menyebabkan
penurunan penjualan kendaraan-baru adalah
meningkatnya ketersediaan mobil bekas,
khususnya kendaraan bermesin diesel.44
pemerintah memberikan pinjaman modal sebesar 20% harga properti kepada pembeli rumah pertama, dengan persyaratan tabungan pembeli sebesar 5% dari harga properti. Kekurangan pendanaan dipenuhi melalui kredit kepemilikan rumah.
42 Rerata tingkat kepercayaan konsumsi turun menjadi -12,3 pada TW4-18 (terendah sejak TW3-13), dari -8,7 pada TW3-18.
43 WLTP diluncurkan di UE pada September 2017 dan semula hanya diberlakukan bagi kendaraan model baru. Sejak 1 September 2018, pengujian wajib dilakukan bagi seluruh kendaraan baru yang akan dijual di kawasan Uni Eropa (UE). WLTP menguji konsumsi bahan bakar serta emisi CO2 dan dilaksanakan di laboratorium. Sementara itu, uji emisi NOx dan emisi partikulat kendaraan dilaksanakan melalui pengujian langsung di berbagai medan jalan (Real Driving Emissions/RDE). Rangkaian tes tersebut memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga leadtime (durasi) produksi menjadi lebih panjang −bahkan beberapa produsen menunda produksi untuk memastikan kesesuaian produk dengan standar emisi baru.
44 Selama ini, mobil diesel mendominasi penjualan di Inggris (pangsa 90%). Namun, tipe kendaraan tersebut menghasilkan emisi gas nitrogen oksida (NOx) yang merusak lapisan ozon serta menyebabkan terjadinya asap kabut (ozone smog) yang berbahaya bagi
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
45
Aktivitas perdagangan meningkat,
namun kenaikan impor melebihi ekspor
sehingga defisit neraca perdagangan
melebar. Rerata ekspor pada TW4-18 tumbuh
3,5% yoy, dari 2,3% pada TW3-18. Ekspor
barang (pangsa 54,5%) sedikit meningkat
4,1% yoy dari 3,8% dan mengompensasi
ekspor jasa yang terkontraksi makin dalam
(-1,8% yoy dari -1,3%).47 Kenaikan ekspor
barang terutama terjadi pada minuman dan
rokok, makanan, dan produk kimia. Akselerasi
ekspor terjadi ke Uni Eropa, khususnya ekspor
bahan bakar dan material manufaktur.
Pertumbuhan impor meningkat
dipicu stockpiling menjelang Brexit.
Rerata impor pada TW4-18 tumbuh 6,3%
yoy, tertinggi dalam lima triwulan (dari 4,1%
pada TW3-18), karena kenaikan impor barang
maupun jasa. Peningkatan impor barang
terutama terjadi pada mesin dan peralatan
transportasi –terutama mobil– serta material
manufaktur, khususnya dari UE (3,7%
yoy dari 0,6%). Kalangan usaha berupaya
mengantisipasi terhambatnya pasokan
terutama apabila terjadi no-deal Brexit (lihat
boks). Seiring laju akselerasi impor yang
melebihi ekspor, defisit neraca perdagangan
pada TW4-18 melebar menjadi –GBP9,5
miliar, dari –GBP8,4 miliar pada TW3-18.48
Tekanan inflasi melemah –karena
penurunan karena bahan bakar–, namun
47 Ekspor jasa antara lain meliputi jasa perjalanan, transportasi, perbankan, R&D, dan konsultan.
48 Defisit neraca perdagangan barang melebar menjadi -GBP36,9 miliar dari -GBP34,8 miliar, dan terbantu oleh surplus neraca perdagangan jasa yang meningkat menjadi GBP27,4 miliar dari GBP26,5 miliar.
nonresidensial serta kendala pasokan
material dan tenaga kerja. Penjualan
properti nonresidensial selama TW4-18 masih
terkontraksi -1,3% yoy (dari -1,7% pada TW3-
18). Kondisi tersebut disebabkan penundaan
keputusan pembangunan proyek-proyek
komersial terimbas ketidakpastian Brexit.
Hambatan aktivitas konstruksi juga berasal
dari: (a) kesulitan akses kredit perbankan
khususnya bagi kontraktor berskala kecil
dan menengah, (b) kelangkaan material dan
kenaikan harga material (terutama cat, pipa,
dan semen) akibat maraknya stockpiling,
dan (c) berkurangnya tenaga kerja imigran
terampil menjelang Brexit.
Sumber: Bloomberg
45
50
55
60
65
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2016 2017 2018
Indeks
PMI Composite PMI ManufacturingPMI Services PMI Construction
Grafik 2.36 Purchasing Manager Index
Sumber: Bloomberg
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy Miliar GBP Trade Balance, lhs Exports, rhs Imports, rhs
Grafik 2.37 Neraca Perdagangan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
46
Pasar tenaga kerja makin ketat.
Tingkat pengangguran pada Desember 2018
turun ke rekor terendah yaitu 4,0%, dari 4,1%
pada September. Penyerapan tenaga kerja
juga meningkat menjadi 75,8%, dari 75,6%,
dikontribusi sektor jasa, terutama sub-sektor
informasi dan komunikasi, perdagangan,
administrasi publik, serta real estate. Ketatnya
pasar tenaga kerja Inggris disebabkan oleh
berkurangnya peningkatan tenaga kerja dari
EU (-2,6% yoy pada TW4-18 dari -5,6% pada
TW3-18). Kondisi pasar tenaga kerja yang
ketat mendorong kenaikan upah. Rerata
upah mingguan pada TW4-18 tumbuh 3,4%
yoy –tertinggi sejak TW2-08 (dari 3,1% pada
TW3-18). Upah riil juga meningkat 1,2% yoy
dari 0,9% –tertinggi dalam sembilan kuartal.
Migrasi tenaga kerja pasca Brexit
akan dipertahankan pada level yang
sustainable. Untuk menjaga stabilitas
ketersediaan tenaga kerja, pemerintah merilis
White Paper mengenai sistem imigrasi pasca
Brexit yang akan mengakhiri preferential
access bagi tenaga kerja berkewarganegaraan
UE dan membatasi entri migran low-
skilled. Mulai Januari 2021 hingga 2025,
tenaga kerja berketerampilan rendah dapat
mengajukan visa kerja dengan masa berlaku
hanya satu tahun. Selain itu, batasan kuota
visa bagi skilled worker (misalnya dokter dan
insinyur) ditiadakan. Pemerintah juga tidak
menetapkan kuota tenaga kerja migran
yang akan diperkenankan bekerja di Inggris,
namun net migrasi tahunan akan diupayakan
berada pada level yang sustainable.
masih di atas target (2%). Inflasi headline
(IHK) pada Desember 2018 sebesar 2,1%
yoy, turun dibandingkan September 2018
(2,4%).49 Penurunan harga terjadi pada
komponen transportasi –terimbas penurunan
harga minyak dunia– dan harga makanan.
Pelemahan IHK juga sejalan dengan inflasi
di tingkat produsen yang turun menjadi
2,4% yoy pada Desember (dari 3,1%
pada September) akibat penurunan harga
komoditas global.
Sumber: Bloomberg
-2
-1
0
1
2
3
4
-10
-5
0
5
10
15
20
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy % yoy
Food & Non-Alcoholic Beverage, lhsHousing & Household Services, lhsTransport, lhsRestaurants and Hotels, lhsRecreation & Culture, lhsCPI, rhsCore CPI, rhs
Grafik 2.38 Inflasi IHK
Sumber: Bloomberg
-18,0
-12,0
-6,0
0,0
6,0
12,0
18,0
24,0
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy% yoy
PPI Output Prices, lhsPPI Output Core, lhsPPI Input Prices, rhs
Grafik 2.39 Inflasi PPI
49 Inflasi inti stabil pada level 1,9%, karena penurunan biaya rekreasi dan pakaian dikompensasi oleh kenaikan biaya restoran dan perumahan.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
47
menekankan bahwa arah kebijakan ke depan
akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan
Brexit. Bank sentral juga menegaskan
bahwa respons kebijakan moneter perlu
membedakan antara faktor-faktor jangka
pendek versus faktor-faktor fundamental
yang mempengaruhi dinamika ekonomi dan
inflasi.
Di sisi fiskal, kebijakan fiskal
tetap ekspansif sehingga defisit fiskal
meningkat. Defisit keseimbangan fiskal
pada TW4-18 melebar menjadi –GBP15,6
miliar, dari –GBP2,4 miliar pada TW3-
18. Pendapatan pemerintah termoderasi
menjadi 3,4% yoy (GBP186,0 miliar) dari
6,1% (GBP191,4 miliar) karena moderasi
penerimaan pajak dan penurunan signifikan
penerimaan nonpajak. Sementara itu,
belanja pemerintah tumbuh 5,1% yoy
(GBP201,8 miliar) dari 4,7% (GBP196,2
miliar) dipicu lonjakan belanja modal. Seiring
perkembangan tersebut, utang pemerintah
naik menjadi GBP1,80 triliun (84% GDP), dari
GBP1,79 triliun (83,9% GDP).
Sumber: ONS
81.0
82.0
83.0
84.0
85,0
86,0
87,0
1,4
1,5
1,5
1,6
1,6
1,7
1,7
1,8
1,8
1,9
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% GDPMiliar GBP Utang Pemerintah Net Debt (% GDP), rhs
Grafik 2.42 Utang Pemerintah
-1.0
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
3.0
3.5
4.0
4.5
5.0
5.5
6.0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy%
Unemployment Rate, lhsAverage Weekly Earnings (Incl Bonus), rhsReal Wage, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.40 Tingkat Pengangguran dan Upah
Sumber: Bloomberg
330
360
390
420
450
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
Miliar GBP % BoE Asset Purchase Target, rhsBoE Corp Bond Purchase Target Bank Rate, lhs
Grafik 2.41 Kebijakan Moneter
Mersepons pasar tenaga kerja
yang makin ketat, tekanan inflasi yang
melebihi target, dan ketidakpastian
prospek ekonomi, BOE mempertahankan
suku bunga kebijakan. Pada pertemuan
Monetary Policy Committee (MPC) 31
Oktober dan 19 Desember 2018, BoE secara
aklamasi mempertahankan Bank Rate sebesar
0,75% dan melanjutkan program pembelian
aset (Asset Purchase Program).50 BoE kembali
50 Program APP BoE terdiri dari: (i) mempertahankan stok pembelian obligasi korporasi nonkeuangan berperingkat kredit layak investasi (investment-grade) pada level GBP10 miliar, dan (ii) mempertahankan stok pembelian obligasi pemerintah sebesar GBP435 miliar.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
48
menjadi 1,5% (revisi ke bawah dari 1,7%).
BoE memperkirakan bahwa volatilitas pasar
keuangan dan makroekonomi dalam jangka
pendek masih meningkat sejalan dengan
perubahan ekspektasi pasar keuangan,
sentimen bisnis dan konsumsi terkait
dinamika Brexit. BoE juga mengingatkan
bahwa ekonomi ke depan akan sangat
diwarnai kelancaran proses keluarnya
Inggris dari Uni Eropa, khususnya dalam hal
kesepakatan hubungan perdagangan pasca
Brexit. Sementara itu, IMF lebih optimis dan
mempertahankan proyeksi PDB Inggris 2019
sebesar 1,5% serta merevisi ke atas proyeksi
2020 menjadi 1,6% dari 1,5%.
Tekanan inflasi dalam jangka
pendek diperkirakan masih menurun
karena berlanjutnya penurunan harga
minyak dunia. BoE memperkirakan tingkat
inflasi pada 2019 sebesar 2%, revisi ke
bawah dari proyeksi November 2018 (2,1%).
Dalam perkembangan selanjutnya, inflasi
diperkirakan meningkat –meski terbatas–
pada 2020 (menjadi 2,1%) dipicu perbaikan
demand domestik seiring kenaikan upah,
berkurangnya pass-through depresiasi
GBP terhadap demand, dan meredanya
ketidakpastian Brexit.
Ekonomi Inggris ke depan masih
dihadapkan pada sejumlah risiko, baik
yang berasal dari domestik maupun
eksternal. Dari sisi domestik, ketidakpastian
negosiasi Brexit yang berkepanjangan antara
Inggris dan UE serta dinamika politik di Inggris
menjadi risiko utama bagi perekonomian.
Dari sisi ketenagakerjaan, terdapat risiko
Sumber: ONS
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
-12,0
-9,0
-6,0
-3,0
0,0
3,0
6,0
9,0
12,0
15,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy Miliar GBP
Budget Balance Total Revenue, rhs Total Expenditure, rhs
Grafik 2.43 Keseimbangan Fiskal
Prospek ekonomi Inggris diprediksi
masih lemah, akibat penurunan
demand global –khususnya Tiongkok,
tensi perdagangan AS-Tiongkok, serta
meningkatnya ketidakpastian Brexit.
Dalam jangka pendek, konsumsi rumah
tangga diperkirakan tetap resilien ditopang
kenaikan upah seiring pasar tenaga kerja
diprediksi tetap ketat.51 Investasi bisnis dan
properti diperkirakan tetap lemah karena
perusahaan memilih menunda proyek seiring
dengan meningkatnya ketidakpastian Brexit.
Kontribusi net ekspor terhadap PDB diprediksi
masih negatif seiring penurunan ekspor akibat
pelemahan ekonomi global dan peningkatan
impor untuk stockpiling.
Bank sentral Inggris merevisi
ke bawah proyeksi pertumbuhan PDB
2019-2020. BoE memprediksi ekonomi
Inggris pada 2019 tumbuh 1,2% yoy (revisi
ke bawah dari 1,7%), melambat dari 1,4%
pada 2018. Outlook PDB 2020 juga direvisi
51 BoE memprediksi tingkat pengangguran pada 2019 berkisar 4%.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
49
AS, serta kondisi keuangan global yang
lebih ketat dibandingkan 2018. Selain itu,
tantangan ekonomi ke depan juga berasal
dari pergerakan harga minyak dunia dan tensi
geopolitik.
berkurangnya tenaga kerja dari UE, baik
sebelum maupun setelah Brexit. Sedangkan
dari sisi eksternal, faktor-faktor yang menjadi
tantangan adalah perlambatan demand
global, ketegangan perdagangan Tiongkok-
Tabel 2.4 Estimasi Pertumbuhan dan Inflasi
Realisasi
2018 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020Estimasi
Keterangan referensi:Estimasi terkini: IMF-WEO Januari 2019, BoE Inflation Report Februari 2019, EC Winter Forecast 2019, CF Februari 2019Estimasi sebelumnya: IMF-WEO Oktober 2018, BoE Inflation Report November 2018, EC Autumn Forecast 2018, CF Januari 2019
IMF BoE European Commission (EC)
Consensus Forecast (CF)
GDP (%yoy) 1,4 1,5 1,5 1,2 1,5 1,3 1,3 1,4 1,5Estimasi Sebelumnya - 1,5 1,5 1,7 1,7 1,2 1,2 1,5 1,6CPI (%yoy) 2,1 2,2 2,2 2,0 2,1 1,8 2,0 2,0 2,1Estimasi Sebelumnya - 2,2 2,2 2,1 2,1 2,0 1,9 2,0 2,1
Boks
bertugas memastikan implementasi
perjanjian, serta (iv) protokol terkait
Irlandia Utara, Cyprus, dan Gibraltar. UE
dan Inggris juga menyepakati deklarasi
politik framework future relationship
pada 22 November 2018 yang akan
menjadi basis kerja sama ekonomi
kedua pihak. Kedua dokumen disahkan
pada EU Summit (25 November
2018) serta akan dilanjutkan dengan
proses ratifikasi WA oleh parlemen UE
(European Parliament) dan parlemen
Inggris (House of Commons).
Perkembangan Negosiasi Brexit dan Risiko No-Deal Brexit52
52 Disarikan dari KEKG KPw London edisi Februari 2019 dan berbagai sumber lainnya.
Pada 14 November 2018, UE
dan Inggris merilis draft Withdrawal
Agreement yang telah disetujui oleh
pemimpin 27 negara UE bersama
Pemerintah Inggris (Perdana
Menteri Theresa May). Withdrawal
Agreement –yang juga disebut Brexit
deal– merangkum berbagai kesepakatan
yang telah dicapai kedua pihak sejauh
ini, antara lain terkait: (i) periode transisi,
(ii) hubungan transaksi finansial dan
kontribusi Inggris terhadap anggaran UE,
(iii) pembentukan Joint Commitee yang
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
50
Boks
alotnya pembahasan di Parlemen
Inggris, UE menekankan bahwa core
dari withdrawal agreement tidak
dapat direnegosiasikan, namun siap
berkoordinasi dengan Pemerintah
Inggris.
Negosiasi Brexit yang
berkepanjangan memunculkan
risiko no-deal55 Brexit yang
akan berdampak negatif bagi
perekonomian Inggris. Pada 28
November 2018 Bank of England
mempublikasikan laporan EU withdrawal
scenarios and monetary and financial
stability yang menganalisis dampak
Brexit berdasarkan dua skenario, yaitu
55 “No-deal” Brexit memiliki implikasi a.l. tidak akan ada periode transisi dua tahun setelah 29 Maret 2019, dan peraturan UE (termasuk single market) tidak berlaku lagi di Inggris.
Pembahasan draft EU
Withdrawal Agreement di parlemen
Inggris diwarnai penolakan dari
mayoritas anggota Parlemen,
khususnya terkait backstop Irlandia
Utara.53 Parlemen memandang bahwa
Brexit deal belum memuat jaminan
terkait jangka waktu penerapan
backstop serta kemampuan Inggris
untuk menghentikan backstop secara
sepihak, sehingga Irlandia Utara
berisiko untuk terikat dalam peraturan
single market UE dalam jangka waktu
yang tidak terbatas.54 Merespons
53 Klausul backstop: menjaga perbatasan Irlandia Utara (yang termasuk wilayah Inggris Raya) dengan Republik Irlandia (UE) tetap open border.
54 Penolakan tersebut berujung dengan kekalahan May dalam pemungutan suara Brexit deal di Parlemen (meaningful vote) pada 15 Januari 2019 dengan jumlah suara 432:202
Sumber: Bank of England
News in level of GDPrelative to May 2016
trend
News in level of GDPrelative to
November IR:
Economic partnership:-1 1/4 to - 3 3/4
No deal, no transition:-7 3/4 to - 10 1/2%
Economic partnership:-1 1/4 to - 3/4%
No deal, no transition:-4 3/4 to - 7 3/4%
120
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Indices: 2016q2 = 100GDP in EU withdrawal scenarios
May 2016 trend
Economicpartnership
CloseLess Close
Disruptive
Disorderly
No deal, notransition
November IR
115
110
105
100
95
Grafik 2.44 Proyeksi Dampak Brexit terhadap Ekonomi Inggris
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
51
2.4. Jepang
Perekonomian Jepang secara umum
masih lemah meski terjadi sedikit perbaikan
pertumbuhan ekonomi pada kuartal akhir
2018. Ekonomi Jepang TW4-18 tumbuh
0,3% yoy, membaik dari level pertumbuhan
yang sangat rendah 0,1% pada TW3-18
akibat bencana alam.
Kinerja ekonomi selama TW4-18
dipicu peningkatan belanja pemerintah dan
investasi, yang mengompensasi moderasi
konsumsi rumah tangga dan kontraksi net
ekspor. Penurunan permintaan dari negara
mitra dagang akibat tensi perdagangan global
menjadi kendala utama aktivitas ekonomi
selama triwulan laporan. Secara keseluruhan
2018, perekonomian Jepang tumbuh 0,8% yoy,
melambat dibanding 1,9% yoy pada 2017.
Di satu sisi, aktivitas konsumsi
cenderung menurun akibat pertumbuhan
pendapatan riil rumah tangga yang masih
lemah. Di sisi lain, penjualan kendaraan
melonjak dipicu promosi dan aktivitas turisme
yang kembali pulih. Kinerja industri manufaktur
juga kembali pulih untuk memenuhi backlog
order serta meningkatkan inventori. Sentimen
bisnis tetap positif, baik di sektor manufaktur
maupun jasa, sehingga investasi-tetap
meningkat. Dukungan pemerintah terhadap
ekonomi juga meningkat dalam rangka
rekonstruksi sarana publik pascabencana.
Tekanan inflasi makin lemah dan
menjauh dari target akibat deflasi pada
harga sayuran dan transportasi –dampak
penurunan harga minyak dunia. Bank of
(i) economic partnership dan (ii) no-deal,
no-transition. Berdasarkan hasil analisa
tersebut disimpulkan bahwa skenario no-
deal, no-transition akan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Inggris pada
2023 turun sebesar 7,75% hingga
10,5% lebih rendah dibandingkan
tren pertumbuhan ekonomi Inggris
sebelum referendum (Mei 2016)56, atau
4,75% hingga 7,75% lebih rendah
dibandingkan proyeksi BoE terkini
pada Inflation Report November 2018.
Sementara itu, untuk skenario economic
partnership sebagaimana kesepakatan
yang diajukan oleh Perdana Menteri
Theresa May, pertumbuhan ekonomi
Inggris diperkirakan 1,25% hingga
3,75% lebih rendah dibandingkan
tren pertumbuhan ekonomi Inggris
sebelum referendum (Mei 2016), atau
-0,75% hingga +1,75% lebih tinggi
dibandingkan proyeksi November 2018.
56 Referendum Brexit terjadi pada 23 Juni 2016.
Boks
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
52
Kinerja ekonomi Jepang secara
umum masih relatif lemah, kendati sedikit
mengalami perbaikan pada kuartal akhir
2018. Setelah tumbuh melemah sebesar 0,1%
yoy pada TW3-18, pertumbuhan ekonomi
Jepang pada TW4-18 meningkat menjadi
0,3% yoy, namun di bawah ekspektasi
(0,6%).57 Peningkatan pertumbuhan dipicu
akselerasi belanja pemerintah dan investasi,
yang mengompensasi moderasi konsumsi
rumah tangga dan kontraksi net ekspor.
Secara keseluruhan 2018, ekonomi Jepang
tumbuh 0,8% yoy, jauh melambat dari 1,9%
pada 2017.
Aktivitas ekonomi Jepang
selama TW4-18 terutama ditopang oleh
permintaan domestik, baik dalam rangka
konsumsi maupun investasi. Konsumsi
rumah tangga tumbuh 0,5% yoy selama
TW4-18, menurun dari 0,6% pada TW3-18,
namun kontribusi konsumsi terhadap PDB
cukup stabil sebesar 0,3%. Peningkatan
konsumsi rumah tangga didorong perbaikan
upah, serta meningkatnya aktivitas di
sektor turisme. Perbaikan konsumsi rumah
tangga terutama pada sektor jasa, durable
goods, dan semi-durable goods.58 Investasi
mengalami rebound hingga 0,9% yoy, dari
-0,9% pada TW3-18, dan berkontribusi
sebesar 0,2% (dari -0,2%). Akselerasi
terjadi pada investasi swasta nonresidensial
57 Perkiraan Consensus Forecast, Januari 2019.58 Konsumsi rumah tangga pada sektor jasa tumbuh
1,2% yoy (dari 0,4%), durable goods – seperti mobil, mebel, dan televisi – tumbuh 5% yoy (dari 3,7%), dan semi-durable goods – seperti pakaian, sepatu, dan kain – tumbuh 2% yoy (dari 1,4%).
Japan (BOJ) merespons perkembangan
tersebut dengan mempertahankan stance
kebijakan akomodatif melalui Qualitative
and Quantitative Easing with Yield Curve
Control, disertai forward guidance untuk
mempertahankan tingkat suku bunga rendah.
Aktivitas ekonomi diperkirakan tetap
berada di atas output potensial pada 2019
ditopang kondisi keuangan yang akomodatif
dan persiapan penyelenggaraan Olimpiade
2020. Stimulus fiskal yang akan diluncurkan
pada FY19 untuk mengatasi dampak kenaikan
pajak konsumsi diprediksi menopang ekonomi
ke depan. BOJ memperkirakan ekonomi FY19
tumbuh sebesar 0,9% yoy, revisi ke atas dari
proyeksi Oktober 2018 (0,8%). Sementara
IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi
Jepang 2019 mencapai 1,1% yoy –meningkat
dibandingkan 2018 (0,8%), revisi ke atas dari
proyeksi Oktober 2018 (0,9%). BOJ optimis
bahwa perbaikan ekonomi akan berlanjut dan
diprakirakan tumbuh 1,0% yoy pada FY20,
sementara IMF memperkirakan ekonomi
termoderasi ke level 0,5% yoy.
Sejumlah risiko perlu diwaspadai
karena dapat menghambat kinerja ekonomi
Jepang ke depan. Usia penduduk, utang
pemerintah yang tinggi, inflasi yang masih
lemah, dan kenaikan pajak konsumsi,
merupakan faktor risiko yang perlu
diperhatikan dari dalam negeri. Dari sisi
eksternal, risiko yang perlu diantisipasi
adalah dinamika kebijakan ekonomi AS,
tensi perdagangan, pelemahan ekonomi
Tiongkok, tensi geopolitik, serta fluktuasi
harga komoditas dunia.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
53
berkontribusi negatif terhadap PDB sebesar
-0,5% (memburuk dari -0,2% pada TW3-18).
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
-1,7
-0,9
0,0
0,9
1,7
2,6
3,4
Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
% yoy% yoy
GDP, lhsGovernment ConsumptionHousehold Consumption, rhs
GFCF, rhs Exports, rhsImports, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.45 Pertumbuhan PDB
Sumber: Bloomberg
-3,50
-1,75
0,00
1,75
3,50
5,25
7,00
Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
%
Household
Government Consumption
Gross Fixed Capital Form
Exports
Imports
GDP
Grafik 2.46 Kontribusi Komponen PDB
Aktivitas konsumsi pada TW4-18
mixed dengan kecenderungan menurun
akibat pertumbuhan pendapatan riil
rumah tangga yang masih lemah. Rerata
belanja rumah tangga terkontraksi -0,2%
yoy (dari 0,5% pada TW3-18) dikontribusi
kontraksi belanja bahan bakar dan makanan,
serta moderasi belanja transportasi dan
komunikasi. Namun demikian, belanja rumah
tangga untuk perumahan melonjak (11,6%
yoy dari 0,6%), dipicu meningkatnya aktivitas
yang tumbuh 3,9% yoy (dari 1,2%) dipicu
kebutuhan teknologi otomasi dan labor-
saving untuk ekspansi kapasitas produksi dan
mengatasi keterbatasan tenaga kerja akibat
aging population.59 Pengeluaran pemerintah
tumbuh 1,3% yoy (dari 0,6% pada TW3-18)
untuk alokasi anggaran keamanan nasional,
proyek pemerintah –antara lain untuk
rekonstruksi pascabencana–, dan belanja
pendidikan.
Net ekspor berkontribusi negatif
pada pertumbuhan ekonomi Jepang
TW4-18. Net ekspor terkontraksi lebih dalam
seiring pelemahan demand global dan tensi
perdagangan dunia. Kinerja ekspor pada
TW4-18 menurun ke level terendah dalam
sebelas triwulan menjadi 0,4% yoy dari
1,6% pada TW3-18. Penurunan permintaan
yang tajam dari Tiongkok, berkontribusi
signifikan terhadap koreksi kinerja ekspor
Jepang. Sementara, pada saat yang sama,
impor meningkat 3,6% yoy dari 2,8%. Impor
liquified natural gas (LNG) dan kerosene
mengalami kenaikan akibat akselerasi harga
minyak yang sempat terjadi pada awal
TW4-18. Selain itu, penutupan sementara
Bandara Kansai, menyebabkan peningkatan
impor pada awal TW4-18, untuk memenuhi
kebutuhan yang sempat tertunda.60
Peningkatan impor yang lebih tinggi dari
ekspor tersebut menyebabkan net ekspor
59 Investasi residensial juga membaik namun masih di zona kontraksi (-2,2% yoy, dari -6,4% pada TW3-18).
60 Bandara Kansai, Osaka merupakan bandara terbesar ke-2 di Jepang. Bandara Kansai sempat ditutup selama 17 hari (5 – 21 September 2018) baik untuk penerbangan komersial maupun kargo internasional akibat terjangan Topan Jebi.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
54
Penjualan kendaraan melonjak
dan sektor turisme kembali pulih
pascabencana. Rerata penjualan mobil
meningkat signifikan pada TW4-18 menjadi
6,5% yoy dari 1,3% pada TW3-18, baik untuk
mobil penumpang maupun mobil komersial,
khususnya tipe non-mini vehicles. Sementara
itu, rerata jumlah wisatawan asing pada
periode liburan akhir tahun (Okt-Des) mulai
pulih dan tumbuh 3,1% yoy. Sebelumnya,
jumlah kedatangan turis hanya tumbuh
1,5% pada TW3-18 –terendah dalam tujuh
tahun terakhir– akibat terjadinya serangkaian
bencana alam.
Kinerja sektor manufaktur dan
investasi kembali pulih pasca bencana
alam, serta sentimen bisnis meningkat.
Produksi industri pada TW4-18 tumbuh
1,3% yoy (dari -0,1% pada TW3-18) untuk
memenuhi backlog order yang sempat
terhambat pada TW3-18, serta untuk
meningkatkan inventori. Peningkatan produksi
terutama terjadi pada alat transportasi,
produk kimia, serta alat elektronik untuk
komunikasi dan informasi. Utilisasi kapasitas
TW4-18 kembali pulih (2% yoy) setelah
terkontraksi pada TW3-18 (-1,1%). Sentimen
bisnis juga membaik meski akselerasi profit
tertahan. Hal tersebut tercermin pada sub-
indeks Software, R&D, and Fixed Investment
excluding Land Purchase pada survei Tankan
TW4-18 yang meningkat signifikan sebesar
15,4% yoy (dari 6%). Sementara itu, net
income manufaktur tumbuh 5% pada paruh
kedua 2018, dari 7% pada Semester I-2018.
Ekspansi output serta optimisme bisnis turut
rekonstruksi pascabencana. Sementara itu,
penjualan ritel tumbuh stabil sebesar 2,1%
yoy (sama dengan TW3-18) –tertinggi dalam
lima kuartal. Peningkatan penjualan terjadi
pada kendaraan, obat-obatan, serta pakaian,
yang mengompensasi penurunan penjualan
makanan dan minuman, serta bahan bakar.
Pelemahan konsumsi terindikasi dari indeks
kepercayaan konsumen yang turun ke level
42,9 dari 43,4. Kinerja konsumsi yang belum
solid disebabkan pertumbuhan pendapatan
riil rumah tangga yang masih terkontraksi
(-0,2% yoy dari -1,3%).
Sumber: Bloomberg
-32,0
-24,0
-16,0
-8,0
0,0
8,0
16,0
-12,0
-10,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy% yoy Penj. Ritel Belanja RT Penj. Kendaraan, rhs
Grafik 2.47 Indikator Daya Beli Masyarakat
44
46
48
50
52
54
56
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
Indeks% yoy IPIP-ShipmentIP-InventoryPMI Manufaktur, rhs PMI Jasa, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.48 Produksi Industri dan Indeks PMI
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
55
18) karena deselerasi ekspor ke sejumlah
mitra dagang utama. Penurunan ekspor
terutama ke Tiongkok, Hong Kong, dan
Taiwan, khususnya produk semikonduktor,
mesin listrik, dan bahan bakar mineral. Pada
saat yang sama, ekspor ke AS pulih (4,9%
yoy) pasca terkontraksi di TW3-18 (-0,1%)
terutama ekspor mobil, semikonduktor, dan
mesin pembangkit listrik.
-30
-20
-10
0
10
20
30
-1.500
-1.000
-500
0
500
1.000
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy Miliar JPY Trade Balance Ekspor, rhs Impor, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.50 Neraca Perdagangan
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
JPY Triliun Goods & Services Primary IncomeSecondary Income Current Account
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.51 Neraca Transaksi Berjalan
Impor pada TW4-18 termoderasi
namun masih di level yang relatif tinggi,
sehingga defisit neraca perdagangan
melebar. Impor TW4-18 tumbuh melambat
terkonfirmasi pada indikator PMI Manufaktur
yang rerata TW4-18 meningkat 52,6 (dari
52,4 pada TW3-18).
Sumber: Bloomberg
-24
-17
-10
-3
4
11
18
25
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
%
Large Manufacturer Medium ManufacturerSmall Manufacturer Large Non-ManufacturerMedium Non-Manufacturer Small Non-Manufacturer
Grafik 2.49 Hasil Survei Tankan TW4-18
Sektor nonmanufaktur (jasa)
tumbuh ekspansif, ditopang peningkatan
permintaan domestik. Sektor jasa tumbuh
1,4% yoy pada TW4-18 dari 0,4% pada
TW3-18, terutama pada sub-sektor penjualan
grosir, layanan kesehatan, dan layanan
transportasi. Sentimen bisnis pada sektor jasa
juga tetap positif, terindikasi pada indeks PMI
jasa dan Business Conditions nonmanufaktur
Tankan TW4-18 yang membaik masing-
masing ke level 51,9 (dari 51) dan 15 (dari
14). Sejalan dengan optimisme usaha, survei
Tankan terkait investasi-tetap pada sektor
nonmanufaktur yang tercermin pada sub-
indeks Software, R&D, and Fixed Investment
excluding Land Purchase TW4-18 meningkat
(8,8% yoy dari 4,8%).
Pertumbuhan ekspor terkoreksi,
akibat penurunan demand global dan
terimbas eskalasi tensi perdagangan AS-
Tiongkok. Ekspor pada TW4-18 tumbuh
1,5% yoy (melambat dari 3,1% pada TW3-
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
56
Di tengah meningkatnya tendensi
proteksionisme dan tensi perdagangan
global, agenda liberalisasi perdagangan
Jepang berlanjut. Pada 8 Desember
2018, Parlemen Jepang meratifikasi Japan–
European Union (EU) Economic Partnership
Agreement (EPA) yang sebelumnya telah
ditandatangani Jepang dan EU pada 17 Juli
2018 di Tokyo.62 Japan-EU EPA merupakan
kesepakatan dagang terbesar di dunia karena
mencakup negara dengan pangsa sekitar
30% PDB dunia dan 40% nilai perdagangan
global. Japan-EU EPA akan mulai berlaku pada
1 Februari 2019. Sementara itu, kerja sama
perdagangan Comprehensive and Progressive
Agreement for Trans-Pacific Partnership
(CPTPP) antara Jepang dan 10 negara lainnya
mulai berlaku pada 30 Desember 2018.63
Japan–EU EPA meliberalisasi
sekitar 99% perdagangan bilateral
kedua negara. Jepang akan menghapus
tarif untuk 94% produk yang dipasok EU,
antara lain produk wine, keju, serta produk
tas dan garmen branded. Jepang juga akan
membebaskan tarif terhadap 85% produk
pertanian EU (segera ataupun setelah periode
transisi tertentu), serta menurunkan pajak
dan menyederhanakan regulasi impor untuk
waktu 90 hari untuk menetapkan langkah yang akan ditempuh. Apabila disetujui, maka tarif impor sebesar 20-25% berpotensi diterapkan atas produk otomotif, termasuk impor yang berasal dari Jepang.
62 Ratifikasi Japan-EU EPA oleh Parlemen Uni Eropa terjadi pada 13 Desember 2018.
63 CPTPP adalah kesepakatan perdagangan bebas antara Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam yang ditandatangani pada 8 Maret 2018 di Santiago.
ke 11,5% yoy, dari 12,4% pada TW3-18
karena penurunan impor petroleum, alat
komunikasi, dan kendaraan. Aktivitas impor
yang masih tinggi di tengah perlambatan
ekspor menyebabkan defisit neraca
perdagangan melebar menjadi JPY1,25 triliun
–terburuk dalam 15 kuartal (dari JPY0,55
triliun pada TW3-18).
Surplus neraca pembayaran
menyempit karena penurunan surplus
current account (CA) dan capital and
financial account (CFA). Surplus CA
menyempit menjadi JPY2,52 triliun (TW4-
18), dari JPY5,71 triliun (TW3-18), karena
pelebaran defisit neraca perdagangan barang
dan jasa dan penurunan pendapatan primer–
khususnya pendapatan investasi di luar
negeri. Surplus CFA turun menjadi JPY2,8
triliun dari JPY4,4 triliun akibat outflow
investasi portfolio. Outflow portofolio dipicu
perilaku search for yield pasca keputusan
BOJ 31 Juli 2018 mengenai berlanjutnya
kebijakan negative interest rate hingga
waktu yang belum ditetapkan. Optimisme
investor terhadap prospek industri di Jepang
juga memudar akibat kinerja ekspor yang
menurun, terimbas konflik dagang AS-
Tiongkok serta rencana penerapan tarif impor
kendaraan oleh AS.61
61 Pada pertengahan Mei 2018, Trump menyatakan rencana pemberlakuan tarif impor otomotif 25% dan memerintahkan Departemen Perdagangan AS untuk melakukan investigasi mengenai apakah tarif ataupun restriksi lainnya dibutuhkan terhadap impor kendaraan. Pada 17 Desember 2018, Departemen Perdagangan AS menindaklanjuti melalui penyampaian “Section 232” national security report kepada Presiden Trump mengenai dampak impor otomotif dan komponen otomotif terhadap national security. Trump memiliki
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
57
pekerja paruh waktu naik menjadi 26,9%
pada Desember dari 26,8% pada September.
Upah mengalami kenaikan dengan
akselerasi yang terbatas. Rerata upah
nominal tumbuh 1,5% yoy (dari 0,9% pada
TW3-18) dan upah riil tumbuh 0,5% yoy (dari
-0,4%) –ditopang kenaikan upah dasar (base
pay) dan bonus. Kenaikan upah tersebut
masih jauh di bawah target pemerintah FY18
(3%). Pengusaha enggan menaikkan upah
karena akan berimbas kepada profit dan
ongkos produksi. Oleh karena itu, Pemerintah
Jepang kembali menghimbau kalangan
pengusaha untuk menaikkan upah untuk
mendorong konsumsi dan mengantisipasi
rencana kenaikan pajak konsumsi pada
Oktober 2019.
Guna mengatasi keterbatasan
ketersediaan tenaga kerja, Jepang
membuka akses bagi tenaga kerja asing
semi-terampil. Pada 8 Desember 2018,
Parlemen Jepang menyetujui usulan revisi
Undang-Undang (UU) Pengendalian Imigrasi
mengenai pembentukan dua kategori visa
baru, yaitu bagi tenaga kerja asing semi-
terampil dan terampil. Jepang menargetkan
mendatangkan sekitar 345.000 tenaga
kerja asing semi-terampil dari Kawasan Asia
selama lima tahun ke depan untuk bekerja
pada 14 sektor industri, antara lain pertanian,
keperawatan, restoran, dan manufaktur.
pegawai perusahaan untuk mengisi waktu luang dengan bekerja di perusahaan lain, namun harus atas persetujuan perusahaan utama. Sebelumnya, pemerintah hanya memperkenankan pegawai untuk memiliki satu pekerjaan.
dairy product. Sementara itu, EU menghapus
tarif impor untuk 99% produk Jepang. EU
juga akan menghapus tarif impor mobil dari
Jepang secara bertahap dalam tujuh tahun
dan menurunkan pajak impor komponen
kendaraan dalam waktu yang lebih singkat.
Kedua negara juga akan melakukan kerja
sama liberalisasi investasi dan jasa.64 Ekspor
EU diperkirakan akan meningkat sebesar 34%
dan ekspor Jepang meningkat 29%, ketika
liberalisasi tarif dan perjanjian perdagangan
telah terimplementasi sepenuhnya.65
Pasar ketenagakerjaan tetap ketat,
terindikasi pada rasio jobs-to-applicant
Desember yang tetap tinggi (1,63).66
Kondisi tersebut menimbulkan optimisme di
kalangan pegawai untuk mencari pekerjaan
lain yang lebih baik dan mengundurkan
diri dari pekerjaan yang dimiliki. Akibatnya,
tingkat pengangguran pada Desember naik
menjadi 2,4% dari 2,3% pada September
2018. Sementara itu, terbatasnya jumlah
tenaga kerja yang tersedia serta pelonggaran
aturan batasan jumlah pekerjaan yang dapat
dimiliki pegawai mendorong meningkatnya
jumlah pekerjaan paruh waktu.67 Pangsa
64 Jepang akan memberikan kemudahan akses bagi UE untuk berpartisipasi dalam tender proyek besar Pemerintah, terutama di bidang perkeretaapian, sekolah, dan rumah sakit, serta distribusi listrik.
65 Proyeksi oleh BusinessEurope (Confederation of European Business), kelompok lobi yang mewakili 40 perusahaan yang berasal dari EU dan enam negara non-EU.
66 Rasio jobs-to-applicants tersebut mengindikasikan bahwa terdapat 163 lowongan kerja bagi setiap 100 orang pelamar. Rasio jobs-to-applicants Desember 2018 sedikit menurun dari 1,64 pada September 2018, namun tetap tinggi dibandingkan historis.
67 Sejak Januari 2018, pemerintah memperkenankan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
58
deflasi harga makanan –terutama sayuran68–
dan transportasi –akibat penurunan harga
minyak dunia. Sejalan dengan perlambatan
ekonomi domestik, core inflation (inflasi yang
mengeluarkan fresh food) pada Desember
2018 turun menjadi 0,7% (dari 1% pada
September 2018) dan core core inflation
(mengeluarkan fresh food dan energi) masih
tertahan pada level 0,1% (sama dengan
September 2018).
Penurunan inflasi sejalan dengan
pelemahan tekanan harga di tingkat
produsen. Harga di tingkat produsen (IHP)69
pada TW4-18 turun menjadi 2,3% yoy dari
3% pada TW3-18. Penurunan IHP terutama
terjadi pada kelompok produk minyak dan
batubara, bahan dan produk kimia, serta
produk pertanian dan kehutanan. Penurunan
IHP tersebut ditransmisikan kepada konsumen
secara lebih agresif, sebagaimana tercermin
pada penurunan IHK yang jauh lebih lebar
dibandingkan penurunan IHP. Hal tersebut
mengindikasikan upaya produsen untuk
menjaga daya saing di tengah kompetisi
pasar yang ketat serta deflationary mindset
masyarakat Jepang.
Dengan realisasi inflasi yang
masih undershoot, BOJ mempertahankan
stance kebijakan moneter akomodatif.
BOJ melanjutkan kombinasi kebijakan
Qualitative and Quantitative Easing dan yield
68 Harga sayuran sempat naik signifikan pada TW3-18 akibat pasokan yang terganggu oleh cuaca buruk dan gelombang panas.
69 IHP mencerminkan harga barang yang ditransaksikan antarkorporasi.
Jepang juga menargetkan peningkatan
pasokan tenaga kerja asing terampil (skilled-
worker) di sektor konstruksi dan shipping.
Kebijakan tersebut akan efektif berlaku pada
April 2019.
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
1,0
1,1
1,2
1,4
1,5
1,6
1,7
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
Rasio% Unemployment Rate Jobs-to-Applicants Ratio, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.52 Tingkat Pengangguran dan
Jobs-to-Applicants Ratio
-3,75
-3,00
-2,25
-1,50
-0,75
0,00
0,75
1,50
2,25
3,00
3,75
0,0
100,0
200,0
300,0
400,0
500,0
600,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoyRibu JPY Base PayOvertime Pay
BonusNominal Wage, rhsReal Wage, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.53 Perkembangan Upah
Tekanan inflasi semakin melemah
dan menjauh dari target 2%. Inflasi
headline (IHK) Desember 2018 turun
signifikan 0,3% yoy, dari 1,2% pada
September 2018. Deselerasi inflasi disebabkan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
59
sebesar -0,1%. BOJ melanjutkan pembelian
JGB dalam jumlah yang fleksibel sehingga
yield 10-year JGB tenor berada di kisaran
0%.70 Target kenaikan outstanding JGB
tetap dipertahankan sebesar JPY80 triliun per
tahun. BOJ juga melanjutkan pembelian ETF
dan J-REITS sehingga outstanding ETF dan
J-REITS pada neraca BOJ meningkat masing-
masing sebesar JPY6 triliun dan JPY90 miliar
per tahun. Sementara itu, jumlah outstanding
commercial paper dan corporate bonds tetap
dipertahankan pada level JPY2,2 triliun dan
JPY3,2 triliun.
BOJ tetap berkomitmen mencapai
target inflasi meski target tersebut masih
sulit tercapai. Pada proyeksi terkini (Outlook
Report Januari 2019), BOJ memprediksi target
inflasi 2% kemungkinan belum dapat tercapai
hingga FY2021.71 Namun demikian, BOJ tetap
berkomitmen untuk mencapai target inflasi
dengan mereiterasi forward guidance bahwa
tingkat suku bunga jangka pendek dan jangka
panjang yang rendah akan dipertahankan
dalam jangka waktu yang relatif panjang.72
Gubernur BOJ, Haruhiko Kuroda, kembali
menegaskan bahwa exit strategy dari
Negative Interest Rate Policy (NIRP) akan dirilis
70 Yield JGB tenor 10 tahun merepresentasikan suku bunga jangka panjang.
71 Proyeksi tersebut merevisi proyeksi MPM 30-31 Oktober 2018 yang memperkirakan target inflasi dapat dicapai pada FY2020.
72 “The Bank intends to maintain the current extremely low levels of short- and long-term interest rates for an extended period of time, taking into account uncertainties regarding economic activity and prices including the effects of the consumption tax hike scheduled to take place in October 2019.” (Monetary Policy Release BOJ, 20 Desember 2018).
-3,6
-1,8
0,0
1,8
3,6
5,4
7,2
9,0
10,8
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy% yoy
CPI excl. Fresh Food CPI excl. Food & EnergyCPI FoodTransport & Communication, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.54 Inflasi
Grafik 2.55 Indeks Harga Produsen
Sumber: Bloomberg
-12,0
-10,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy PPI Input Price PPI Output Price PPI
Sumber: Bloomberg
80,3 78,6
57,9
37,6
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
JPY triliunJPY triliun
Net Pembelian JGB Total Pembelian Tahunan JGB, rhs
Grafik 2.56 Pembelian JGB oleh BOJ
curve control (QQE with YCC) pada Monetary
Policy Meeting (MPM) 30-31 Oktober dan 19-
20 Desember 2018, serta 22-23 Januari 2019.
Suku bunga jangka pendek dipertahankan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
60
bawah target tahunan kenaikan outstanding
JGB BOJ (JPY80 triliun).73 Seiring langkah
tersebut, yield 10-year JGB secara point-
to-point (ptp) turun ke level 0,013% (akhir
Desember 2018) setelah mencapai 0,134%
pada akhir September 2018.74
Sumber: JMOF
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
JPY Triliun Revenue ExpenditureRevenue (% yoy), rhs Expenditure (% yoy), rhs
Grafik 2.59 Penerimaan dan Belanja
Pemerintah
Sumber: CEIC
192
194
196
198
200
202
204
206
9,2
9,4
9,6
9,8
10,0
10,2
10,4
10,6
10,8
11,0
11,2
Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
% PDBTriliun JPY
Utang Pemerintah Utang Pemerintah (% PDB), rhs
Grafik 2.60 Utang Pemerintah
73 Meski pembelian JGB BOJ menurun, namun share JGB dalam neraca BOJ tetap meningkat dan mencatat rekor sebesar 82,6% pada akhir Desember, dari 82% pada akhir September 2018. Total kepemilikan obligasi pemerintah oleh BOJ juga tertinggi dibandingkan bank sentral lainnya.
74 Namun demikian, secara rerata yield 10-year JGB naik menjadi 0,104% pada TW4-18 dari 0,093% pada TW3-18.
pada saat inflasi inti (excluding. fresh food)
mencapai target 2%.
Sumber: Bloomberg
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
0
100
200
300
400
500
600
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoyJPY triliun
JGB T-Bills CPCorporate Bonds Pecuniary Stocks ETFsREITs BoJ Balance Sheet Pertumbuhan B/S, rhs
Grafik 2.57 Balance Sheet BOJ
Sumber: Bloomberg
-0,2
-0,18
-0,16
-0,14
-0,12
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0,18% 10Y 1Y
Grafik 2.58 Yield JGB 1-year dan 10-year
BOJ melanjutkan ekspansi moneter
dengan laju yang kian melambat. Rerata
laju ekspansi uang beredar (monetary base)
selama TW4-18 termoderasi menjadi 5,9%
yoy, dari 6,9% pada TW3-18. Laju pembelian
JGB oleh BOJ juga melambat menjadi 6,3%
yoy (JPY8,8 triliun), dari 7,3% (JPY12,0
triliun). Total pembelian JGB oleh BOJ selama
2018 sebesar JPY37,6 triliun, jauh di bawah
realisasi selama 2017 (JPY57,9 triliun) dan di
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
61
ketersediaan tenaga kerja akibat aging
population–, serta persiapan menjelang
Olimpiade 2020.
BOJ dan IMF merevisi ke atas
proyeksi kinerja ekonomi 2019-2020. BOJ
memperkirakan ekonomi FY1976 tumbuh
sebesar 0,9% yoy, revisi ke bawah dari
proyeksi Oktober 2018 (0,8%). Sementara
IMF memprediksi ekonomi 2019 tumbuh
1,1% yoy, meningkat dibandingkan 2018
(0,8%), dan merupakan revisi ke atas dari
proyeksi Oktober 2018 (0,9%) karena
keyakinan IMF terhadap dampak positif
dari penambahan stimulus fiskal yang telah
disiapkan oleh Pemerintah Jepang. BOJ
optimis bahwa ekonomi pada FY20 semakin
membaik dan tumbuh sebesar 1% didorong
investasi dan konsumsi –seiring perbaikan di
pasar tenaga kerja, dan investasi pemerintah.
Sementara itu, IMF merevisi ke atas proyeksi
pertumbuhan PDB Jepang menjadi 0,5%
pada 2020, dari proyeksi semula 0,3%.
Laju inflasi diprediksi meningkat
secara gradual namun masih di bawah
target 2%. Realisasi inflasi pada akhir 2018
sebesar 0,3% yoy, melambat dari 1,2% pada
September 2018. Tekanan inflasi ke depan
diperkirakan masih terbatas, disebabkan
oleh perusahaan yang masih berhati-hati
untuk menaikkan upah dan harga karena
deflationary mindset masyarakat. Selain
itu, harga minyak yang diprediksi menurun,
menyebabkan BOJ kembali merevisi ke bawah
76 Tahun fiskal Jepang berlangsung selama April tahun berjalan hingga Maret tahun berikutnya.
Respons kebijakan fiskal lebih
ekspansif, seiring upaya rekonstruksi
pascabencana. Belanja pemerintah pada
TW4-18 meningkat 2,2% yoy (dari -2,1%),
terutama untuk alokasi anggaran keamanan
nasional dan anggaran public works untuk
rekonstruksi pascabencana, serta peningkatan
penyaluran bagi hasil pajak dan hibah dana ke
daerah (local government allocation). Defisit
pendapatan menyempit menjadi -2,1%
yoy pada TW4-18, dari -9,4% yoy, seiring
peningkatan penerimaan pajak. Namun
demikian, surplus keseimbangan primer
melebar menjadi -JPY1,1 triliun dari JPY2,2
triliun pada TW3-18. Outstanding utang
pemerintah juga naik ke posisi JPY1.100,5
triliun (200,6% PDB) dari JPY1.091,7 triliun
(198,9% PDB) pada TW3-18.
Ekspansi ekonomi diperkirakan
berlanjut, ditopang kondisi keuangan
yang akomodatif dan pengeluaran
pemerintah. Konsumsi rumah tangga
diperkirakan meningkat, ditopang perbaikan
upah, kondisi keuangan yang masih
akomodatif, serta stimulus fiskal untuk
mengimbangi rencana kenaikan pajak
konsumsi pada Oktober 2019.75 Investasi
swasta diprediksi tetap tumbuh positif
ditopang oleh profit serta kebutuhan
teknologi dan otomasi produksi yang bersifat
labor-saving –untuk meningkatkan kapasitas
produksi dan mengatasi keterbatasan
75 Pada APBN FY19 (disetujui 21 Desember 2018), Pemerintah mengalokasikan stimulus sebesar JPY2 triliun (USD17,7 miliar) untuk mengantisipasi kenaikan pajak konsumsi pada Oktober 2019.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
62
sentimen konsumen akibat kenaikan pajak
konsumsi. Sementara itu, risiko dari sisi
eksternal berasal dari dinamika kebijakan
ekonomi AS dan dampaknya terhadap pasar
keuangan global, tensi perdagangan AS
dan Tiongkok, potensi kenaikan tarif impor
otomotif AS, perlambatan ekonomi Tiongkok,
ketidakpastian negosiasi Brexit, fluktuasi
harga komoditas, serta risiko geopolitik.
proyeksi inflasi, khususnya FY19. Proyeksi
inflasi inti FY18, FY19, dan FY20 turun
menjadi 0,8%, 1,1% dan 1,5%, dari proyeksi
Oktober 2018 (0,9%, 1,6%, dan 1,6%).
Ekonomi ke depan masih
dihadapkan pada sejumlah risiko yang
mengarah pada downside. Risiko domestik
berasal dari permasalahan aging population,
kekhawatiran terkait sustainabilitas fiskal,
inflasi yang masih lemah, serta perubahan
Realisasi
2018Indikator
BoJ(Januari 2019)
FY19 FY20 FY19 FY202019 2020
IMF WEO(Januari 2019)
Consensus Forecast(Februari 2019)
PDB (% yoy) 0,7 0,9 1,0 1,1 0,5 0,9 0,4Forecast sebelumnya - 0,8 0,8 0,9 0,3 1,0 0,4Inflasi (% yoy) 1,0 1,1 1,5 - - 0,8 1,2Forecast sebelumnya - 1,6 1,6 1,3 1,7 0,9 1,3
Sumber: BOJ Outlook for Economic Activity and Prices January 2019, IMF WEO Update January 2019, IMF WEO October 2018. Consensus Forecast Januari 2019 dan Februari 2019.
Tabel 2.5 Realisasi dan Proyeksi Pertumbuhan PDB & Inflasi
2.5. Tiongkok
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok
melambat sejalan dengan perlambatan
konsumsi, kontraksi investasi, dan penurunan
ekspor. Berbagai stimulus baik fiskal maupun
moneter yang diluncurkan belum efektif
untuk mendorong ekonomi. Pada TW4-18,
PDB Tiongkok tumbuh melambat menjadi
6,4% yoy, dibandingkan 6,5% pada TW3-18.
Seiring perlambatan tersebut, PDB selama
2018 tumbuh 6,6% yoy, menurun dari 6,8%
pada 2017, namun di atas target pemerintah
(6,5%).
Konsumsi masyarakat terus melemah
akibat pengetatan kredit (deleveraging),
wealth effect dari penurunan harga aset,
dan sentimen negatif konflik perdagangan
dengan AS. Investasi masih lemah seiring
sentimen bisnis yang menurun dan ketatnya
akses perusahaan swasta terhadap kredit
perbankan di tengah menurunnya shadow
banking. Aktivitas ekspor menurun seiring
berakhirnya front-loading, namun impor
menurun lebih dalam akibat demand domestik
yang lemah sehingga secara keseluruhan net
ekspor masih positif. Perkembangan tersebut
berimbas kepada penurunan aktivitas
produksi, profit industri, dan sentimen bisnis,
meski sektor ketenagakerjaan masih tetap
solid.
Tingkat inflasi pada triwulan laporan
juga menurun dan masih di bawah target
pemerintah (3%). Inflasi yang rendah
dipengaruhi pelemahan permintaan serta
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
63
Ekonomi ke depan juga dibayangi
sejumlah tantangan, baik dari domestik
maupun eksternal. Dari sisi domestik, risiko
berasal dari aging population, potensi
capital outflows, depresiasi nilai tukar,
utang korporasi tinggi, utang pemerintah
meningkat, sustainabilitas fiskal menurun,
serta reformasi struktural yang tertunda
seiring pergeseran prioritas respons kebijakan
moneter maupun fiskal. Dari sisi eksternal,
risiko bersumber dari tensi perdagangan
dengan AS, dinamika kebijakan ekonomi AS,
serta faktor geopolitik.
Pada triwulan akhir 2018, ekonomi
Tiongkok semakin termoderasi akibat
perlambatan konsumsi, investasi, dan
ekspor. Sesuai ekspektasi77, PDB Tiongkok
pada TW4-18 menurun ke 6,4% yoy,
dari 6,5% pada TW3-18, dan merupakan
pertumbuhan terendah sejak TW1-09.78
Kinerja TW4-18 tersebut menjadikan PDB
selama 2018 tumbuh 6,6% yoy, lebih rendah
dibandingkan 2017 (6,8%), meski masih di
atas target pemerintah (6,5%).
Konsumsi menjadi kontributor
terbesar PDB Tiongkok –meski secara level
menurun. Kontribusi konsumsi (pemerintah
dan rumah tangga) turun menjadi 4,6% (dari
5,0% pada TW3-18). Kontribusi investasi
(GCF) turun menjadi 1,3% dari 2,1% seiring
sentimen investasi yang melemah. Ekspor
selama TW4-18 termoderasi dengan level
77 Consensus Forecast Januari 2019.78 PDB pada TW1-09 sebesar 6,4% yoy.
deflasi harga bahan bakar dan makanan.
Pergerakan inflasi juga sejalan dengan
penurunan harga di tingkat produsen. Secara
keseluruhan 2018, inflasi naik menjadi 2,1%
yoy, dari 1,6% pada 2017, namun masih jauh
di bawah target pemerintah.
Otoritas Tiongkok telah menempuh
sejumlah kebijakan yang menyeimbangkan
antara menjaga likuiditas untuk mendorong
stabilitas pertumbuhan dan deleveraging.
People’s Bank of China (PBC) mempertahankan
suku bunga kebijakan (7-Days Reverse
Repo Rate/7DRRR) pada level 2,55%, dan
menurunkan tingkat Giro Wajib Minimum
(GWM) untuk mengakselerasi penyaluran
kredit kepada UKM dan perusahaan swasta.
Peningkatan likuiditas juga ditempuh
melalui peluncuran fasilitas Targeted
Medium-term Lending Facility (TMLF) bagi
perbankan. Pada saat yang sama, pemerintah
menempuh kebijakan fiskal ekspansif dengan
meningkatkan belanja infrastruktur dan
pemotongan pajak.
Aktivitas ekonomi ke depan
diprediksi masih tertahan. Konsumsi
masyarakat akan lebih konservatif
karena ekonomi masih dihadapkan pada
ketidakpastian konflik perdagangan dengan
AS. Sementara itu, aktivitas investasi diprediksi
membaik karena dukungan stimulus
pemerintah serta pelonggaran deleveraging.
IMF memperkirakan PDB Tiongkok pada 2019
dan 2020 tumbuh melambat masing-masing
menjadi 6,2% yoy, dibandingkan pencapaian
2018 sebesar 6,6%.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
64
-1,5
0,0
1,5
3,0
4,5
6,0
7,5
9,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42015 2016 2017 2018
% Konsumsi
Sumber: Bloomberg
GCF Net Ekspor PDB
Grafik 2.61 Kontribusi PDB
Menurut Pengeluaran
0,0
1,5
3,0
4,5
6,0
7,5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42015 2016 2017 2018
% Primer Sekunder Tersier PDB
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.62 Kontribusi PDB
Menurut Sektoral
Konsumsi masyarakat terus
menurun terimbas deleveraging,
penurunan wealth effect dari pelemahan
harga aset, dan sentimen negatif konflik
perdagangan dengan AS. Penjualan ritel
pada TW4-18 tumbuh 8,3% yoy, melambat
dari 9% pada TW3-18, akibat kontraksi
penjualan kendaraan dan alat komunikasi,
serta penurunan penjualan bahan bakar dan
masing sebesar 0,4% dan 2,4% terhadap pertumbuhan PDB TW4-18.
yang lebih mild dari impor, sehingga net
ekspor berkontribusi positif 0,5%, dari
-0,6%. Secara keseluruhan 2018, kontribusi
konsumsi meningkat menjadi 5,0% dari
4,0% pada 201779, kontribusi investasi
stabil sekitar 2,1%. Sebaliknya, net ekspor
berkontribusi negatif (-0,6%, dari 0,6%)
terimbas pelemahan demand global dan
konflik perdagangan dengan AS.
Secara sektoral, perlambatan PDB
TW4-18 disebabkan moderasi aktivitas
sektor tersier (jasa) dan sektor primer
yang tidak terkompensasi oleh perbaikan
sektor sekunder. Sektor tersier tumbuh
melambat ke 7,4% yoy (dari 7,9% pada
TW3-18) –terendah dalam 10 triwulan karena
penurunan kinerja subsektor real estate,
teknologi informasi, dan perdagangan seiring
pelemahan demand.80 Namun demikian,
sektor tersier masih menjadi motor utama
ekonomi Tiongkok dengan kontribusi
sebesar 3,6% terhadap pertumbuhan PDB.
Pertumbuhan sektor primer (pertanian dan
pertambangan) sedikit melemah ke 3,5%
yoy, dari 3,6% pada TW3-18. Sebaliknya,
aktivitas sektor sekunder terakselerasi sebesar
5,8% yoy (dari 5,3%) karena peningkatan
aktivitas konstruksi (6,1% yoy dari 2,5%) yang
mengompensasi moderasi sektor manufaktur
(5,1% yoy dari 6%).81
79 Pangsa konsumsi pada PDB 2018 meningkat signifikan menjadi 76,2% dari 58,8% pada 2017, sejalan dengan proses rebalancing, yaitu mengalihkan sumber pertumbuhan dari investasi yang ditopang utang (debt-fuelled investment) menjadi konsumsi.
80 Pangsa sektor tersier sebesar 49,1%, sektor sekunder 40,7%, dan sektor primer 10,2% dari PDB TW4-18.
81 Sektor primer dan sekunder berkontribusi masing-
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
65
tidak kena pajak (PTKP) naik menjadi
RMB5.000/bulan, dari semula RMB3.500/
bulan. Pemerintah juga memperlebar
tax bracket pada kelompok pendapatan
rendah dan menengah. Misalnya, pajak 3%
diberlakukan untuk penghasilan hingga
RMB3.000, (naik dari RMB1.500), dan
pajak 25% diberlakukan untuk rentang
penghasilan RMB25.000-RMB35.000 (naik
dari RMB9.000-RMB35.000). Sementara itu,
penyelenggaraan Golden Week Festival (1-7
Oktober 2018) belum mampu mendongkrak
penjualan. Selama penyelenggaraan festival
tersebut, penjualan harian hanya tumbuh
9,5% yoy, lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya (10,3%).
Pelemahan konsumsi domestik
dan ekspor berimbas kepada penurunan
aktivitas produksi dan profit industri,
serta sentimen bisnis. Rerata output
industri TW4-18 sedikit terkoreksi (5,7% yoy,
dari 6,0% pada TW3-18), karena moderasi
produksi manufaktur terutama industri
otomotif. Kondisi tersebut menyebabkan
profit industri tertahan (0% dari 9,8%,
terendah dalam 12 kuartal) dan sentimen
bisnis melemah. Rerata PMI manufaktur yang
dirilis pemerintah turun menjadi 49,9 (dari
51,1), sedangkan rilis Caixin turun menjadi
50,0 (dari 50,5).85 Pelemahan ekspansi juga
terjadi pada sektor nonmanufaktur besar
dengan rerata PMI (rilis pemerintah) turun
85 PMI rilis pemerintah didasarkan pada hasil survei terhadap perusahaan besar dan BUMN, sedangkan PMI rilis Caixin berdasarkan survei kepada usaha kecil menengah (UKM).
garmen. Penjualan kendaraan terkontraksi
makin dalam (-12,9% yoy, dari -6,5%).
Penjualan properti residensial juga tumbuh
melambat sebesar 12,3% yoy, setelah
meningkat hingga 17,9% pada TW3-18.
Pelemahan permintaan tersebut disebabkan
perlambatan ekonomi, ketidakpastian pasar
finansial yang memperburuk kinerja saham82
dan pasar properti83 sehingga menurunkan
daya beli masyarakat, serta dampak kebijakan
deleveraging antara lain pengendalian kredit
online (peer-to-peer lending). Sementara
itu, penurunan permintaan kendaraan
turut disebabkan oleh restriksi pembelian
kendaraan berbahan bakar bensin untuk
pengendalian polusi, berakhirnya reduksi
pajak pembelian mobil kecil84, serta
meningkatnya penggunaan jasa car-sharing
dan ride-hailing.
Konsumsi tetap lemah di tengah
upaya Pemerintah untuk mendorong
konsumsi melalui pelonggaran pajak
penghasilan perseorangan dan
penyelenggaraan Golden Week Festival.
Sejak 1 Oktober 2018, threshold penghasilan
82 Indeks harga saham gabungan Shanghai pada TW4-18 melemah 5,9% qtq, dan menyentuh level terendah selama 2018 pada 27 Desember 2018.
83 Sektor properti –yang selama ini menjadi andalan untuk mengamankan nilai kekayaan (store of wealth)– masih lemah, khususnya di Tier 1. Rata-rata harga properti di kota Tier 1 selama TW4-18 hanya meningkat 1,8% yoy (dari 0,8% pada TW3-18), akibat pengetatan persyaratan pembelian properti dan kenaikan uang muka KPR.
84 Mobil kecil adalah mobil dengan kapasitas mesin 1600 cc ke bawah. Sejak 1 Januari 2018, pajak pembelian mobil tersebut kembali ke level normal (10%), dari 7,5% selama 2017. Pada 2017, mobil kelas kecil berkontribusi sebesar 70% dari penjualan kendaraan baru di Tiongkok.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
66
sektor, penurunan investasi terjadi pada sektor
tersier dan sektor primer, yang dikompensasi
oleh berlanjutnya pemulihan FAI di sektor
sekunder.87 Berdasarkan kepemilikan,
investasi BUMN sedikit meningkat dan masih
rendah secara historis (2% yoy ytd dari 1,3%),
sedangkan investasi swasta relatif stabil
(8,7%). Stabilitas investasi swasta tersebut
seiring dukungan Pemerintah melalui:
(a) penurunan VAT sektor manufaktur,
transportasi, konstruksi, telekomunikasi, dan
agrikultur sejak 1 Mei 2018; (b) potongan
pajak perusahaan pada Agustus 2018; (c)
perluasan pemberlakuan tax deductability
sebesar 75% bagi aktivitas penelitian dan
pengembangan pada Juli 2018; serta (d) tax
breaks bagi usaha kecil pada April 2018.
Di sisi eksternal, kinerja
perdagangan menurun secara signifikan
namun surplus neraca perdagangan
melebar karena moderasi ekspor yang
lebih mild dari impor. Ekspor selama TW4-
18 tumbuh 5,5% yoy, turun dari 12,2%,
akibat meredanya front-loading untuk
mengantisipasi kenaikan tarif impor AS
serta tercapainya gencatan tarif (trade truce)
dengan AS pada 1 Desember 2018 (lihat
boks). Penurunan ekspor terjadi pada central
processing unit (CPU), games dan mainan,
serta kendaraan dengan negara tujuan ke
Hong Kong, AS, EU, dan Jepang. Namun,
pelemahan ekspor tertahan oleh stimulus
sebesar 13,1% yoy ytd.87 Pemulihan FAI di sektor sekunder terjadi pada
subsektor pertambangan nonlogam dan manufaktur bahan kimia, namun tertahan oleh kontraksi subsektor konstruksi dan otomotif.
menjadi 53,7 (dari 54,4), sementara di
kalangan UKM nonmanufaktur (rilis Caixin)
sedikit membaik (52,8 dari 52,5).
7,0
8,0
9,0
10,0
11,0
12,0
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy % yoy Penjualan Properti ResidensialPenjualan Ritel, rhs
Penjualan Kendaraan
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.63 Penjualan Ritel, Kendaraan,
dan Properti Residensial
-6,0
-3,0
0,0
3,0
6,0
9,0
12,0
15,0
5,0
5,5
6,0
6,5
7,0
7,5
8,0
8,5
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy
% yoy Produksi Industri ManufacturingMining & Quarrying, rhs Prod & Dist of Electiricity, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.64 Produksi Industri
Seiring penurunan sentimen
bisnis, investasi selama TW4-18 masih
tertahan pada level yang rendah secara
historis. Investasi aset-tetap (fixed-asset
investment atau FAI) tumbuh 5,8% yoy ytd,
dari 5,4% pada TW3-18. Meski membaik,
laju pertumbuhan tersebut masih jauh
dibandingkan rerata historis.86 Berdasarkan
86 Rerata bulanan pertumbuhan FAI selama 2013-2017
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
67
dari seluruh barang kena pajak/taxable items)
sejak 1 November 2018.89 Penurunan impor
terjadi pada mesin listrik, alat komunikasi,
dan kendaraan dari Korea, AS, Taiwan, dan
Vietnam. Seiring moderasi ekspor yang lebih
minor daripada moderasi impor, surplus
neraca perdagangan melebar menjadi
USD136,7 miliar, dari USD87,6 miliar. Pada
saat yang sama, surplus neraca perdagangan
bilateral Tiongkok dengan AS kembali
mencatat rekor (USD97,2 miliar dari USD93,3
miliar pada TW3-18). Kondisi tersebut akibat
kontraksi impor dari AS yang cukup dalam
(-20,8% dari 4%) di tengah ekspor yang
masih tumbuh positif –meski pada level
yang lebih rendah, seiring berakhirnya front-
loading (6,5% dari 12,8%). Penurunan impor
Tiongkok dari AS terjadi pada bahan bakar
mineral, sayuran, serta mesin dan alat listrik.
Surplus neraca transaksi berjalan
(current account) melebar didorong oleh
peningkatan surplus neraca perdagangan
barang. CA surplus pada TW4-18 meningkat
tajam menjadi USD54,6 miliar dari USD23,3
miliar pada TW3-18. Selain karena
peningkatan surplus perdagangan barang,
kenaikan surplus CA turut disebabkan oleh
penyempitan defisit neraca perdagangan
jasa seiring penurunan impor jasa perjalanan
dan transportasi di tengah peningkatan
ekspor jasa transportasi, konstruksi, dan
telekomunikasi. Secara keseluruhan 2018,
89 Pemerintah menurunkan pajak impor produk logam (8,4% dari 11,5%), mesin dan alat elektronik (8,8% dari 12,2%), produk tekstil dan bahan konstruksi (8,4% dari 11,5%), produk kayu, kertas, mineral, dan batu mulia (5,4% dari 6,6%).
pemerintah berupa kenaikan pengembalian
pajak ekspor (tax rebate) dan percepatan
pembayaran tax rebate sejak 1 November
2018.88
47,6
48,8
50,0
51,2
52,4
53,6
54,8
56,0
-12,0
-6,0
0,0
6,0
12,0
18,0
24,0
30,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
Indeks % yoy
Profit IndustriPMI Manufaktur (Pemerintah), rhsPMI Manufaktur (Caixin), rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.65 Profit Industri dan
PMI Manufaktur
0
8
16
24
32
40
0
5
10
15
20
25
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy ytd% yoy ytd
FAIBUMNSwasta
Primary, rhsSecondary, rhsTertiary, rhs
Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 2.66 Fixed-Asset Investment (FAI)
Aktivitas impor selama TW4-18
juga menurun signifikan pasca lonjakan
pada triwulan sebelumnya. Impor hanya
tumbuh 5,6% yoy, dari 20,5% pada TW3-
18, meski pemerintah menurunkan pajak
impor atas 1.585 barang (atau sekitar 19%
88 Sebelumnya, sejak 15 September 2018, pemerintah telah menaikkan tax rebates 397 produk ekspor, termasuk produk integrated circuits, baja, produk elektronik dan produk kultural.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
68
turun dari September 2018 (2,5%), karena
deflasi harga bahan bakar –seiring penurunan
harga minyak dunia– serta penurunan harga
sayuran segar dan telur. Namun demikian,
inflasi inti meningkat menjadi 1,8% yoy dari
1,7%, karena kenaikan harga kelompok
pakaian dan biaya pendidikan. Secara
keseluruhan 2018, rata-rata inflasi naik
menjadi 2,1% yoy, dari 1,6% pada 2017.
Inflasi masih jauh di bawah target pemerintah
(3%), sehingga bank sentral masih memiliki
ruang untuk menempuh pelonggaran
kebijakan moneter.
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy% yoy
CPICore CPIClothing Education Culture & Entertainment
Food, lhs Transportation & Com., rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.69 Inflasi CPI
-0,6
-0,3
0,0
0,3
0,6
0,9
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy % yoy PPI Producer Goods Consumer Goods, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.70Inflasi PPI
CA mencatat surplus USD49,1 miliar (0,39%
PDB) dari USD164,9 miliar (1,35% PDB) pada
2017. Angka tersebut merupakan rekor
terendah sejak 2004 dan sejalan dengan
upaya rebalancing ekonomi Tiongkok
yaitu beralih dari ekonomi yang semula
mengandalkan sektor eksternal menuju
ekonomi yang berbasis permintaan domestik.
-35,0
-17,5
0,0
17,5
35,0
52,5
70,0
-30,0
-15,0
0,0
15,0
30,0
45,0
60,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
Miliar USD
% yoy Trade Balance, rhs Impor Ekspor
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.67 Neraca Perdagangan
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
Miliar USD
Neraca Barang Neraca JasaPendapatan Primer
Pendapatan SekunderNeraca Transaksi Berjalan (CA)
Sumber: Bloomberg, CEIC
Grafik 2.68 Neraca Transaksi Berjalan
Konsumsi yang melambat serta
penurunan harga minyak menyebabkan
berkurangnya tekanan inflasi. Inflasi
headline Desember 2018 sebesar 1,9% yoy,
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
69
dan melampaui target pemerintah (11 juta).
Rerata surveyed urban unemployment rate
dan urban-registered jobless rate selama
2018 yang masing-masing berkisar antara
4,8%-5,1% dan 3,8%-3,9% juga sesuai
target (5,5% dan 4,5%).
Merespons berbagai dinamika ter-
sebut, Bank Sentral Tiongkok menerapkan
kebijakan yang menyeimbangkan antara
menjaga likuiditas untuk mendorong
stabilitas pertumbuhan dan menurunkan
tingkat utang. Selama TW4-18, People’s
Bank of China (PBC) mempertahankan
suku bunga kebijakan (7-Days Reverse Repo
Rate/7DRRR) pada level 2,55%.92 Sementara
itu, untuk meningkatkan likuiditas perbankan,
pada 7 Oktober 2018, PBC menurunkan
Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 100
bps menjadi 14,5% (dari 15,5%). Kebijakan
tersebut berlaku efektif pada 15 Oktober
2018 dan diperkirakan memberi tambahan
likuiditas sekitar CNY750 miliar. Selanjutnya,
untuk mendorong penyaluran kredit kepada
UKM serta perusahaan swasta, bank sentral
kembali menurunkan GWM sebesar 100 bps
yang dibagi menjadi dua tahap, yaitu sebesar
50 bps pada 15 Januari 2019, dan 50 bps
mulai 25 Januari 2019.
Pelonggaran likuiditas PBC
belum berdampak signifikan terhadap
pertumbuhan kredit dan likuiditas
perbankan. Monetary Conditions Index
(MCI) secara ptp turun ke level 85,2 pada
92 PBC terakhir kali menaikkan suku bunga operasi moneter 7DRRR sebesar 5 bps pada 22 Maret 2018 sebagai respons terhadap kenaikan FFR.
Pelemahan tekanan harga
konsumen sejalan dengan penurunan
signifikan harga di tingkat produsen.
Indeks harga produsen Desember 2018
turun menjadi sebesar 0,9% yoy, dari 3,6%
pada September 2018 karena penurunan
harga bahan baku dan input produksi
seiring penurunan harga komoditas global.
Pelemahan harga produsen tersebut
dikontribusi oleh menurunnya harga
producer goods, khususnya bahan tambang
dan bahan baku. Sementara harga consumer
goods di tingkat produsen hanya turun
tipis, karena penurunan harga produk daily-
use dikompensasi kenaikan harga produk
pakaian.
Kinerja sektor tenaga kerja masih
relatif terjaga meski ekonomi secara
umum termoderasi. Tingkat pengangguran
(surveyed urban unemployment rate)90
terjaga pada level yang cukup rendah sebesar
4,9% pada Desember 2018, level yang
sama dengan tingkat pengangguran pada
September 2018. Tingkat registered urban
jobless rate juga terus menurun hingga
3,80% (TW4-18) dari 3,82% (TW3-18).91
Selama 2018, pembukaan lapangan kerja
baru di area perkotaan mencapai 13,6 juta,
atau meningkat hingga 100 ribu dari 2017,
90 Surveyed urban unemployment rate adalah indikator yang dirilis oleh Biro Statistik Tiongkok (NBS) sejak April 2018, dan disusun berdasarkan hasil survei kepada pekerja migran dari daerah (rural) yang mencari pekerjaan di kota.
91 Urban-registered jobless rate dirilis oleh Kementerian SDM dan Jaminan Sosial Tiongkok, merupakan indikator yang disusun berdasarkan warga perkotaan yang meregistrasikan diri sebagai pengangguran kepada pemerintah.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
70
makroprudensial serta memberi dukungan
yang kuat bagi ekonomi riil.
Upaya menjaga ketersediaan
likuiditas juga dilakukan oleh PBC dengan
melonggarkan upaya deleveraging. Pada
pernyataan pasca pertemuan 27 Desember
2018, PBC menghapuskan stance kebijakan
“netral”96 dan tidak lagi menyertakan frasa
“kampanye deleveraging” sebagaimana
rilis pertemuan triwulanan sebelumnya. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan
moneter masih akan relatif longgar untuk
mendorong ekonomi di tengah ketidakpastian
konflik perdagangan dengan AS. PBC juga
menyatakan bahwa kebijakan moneter
ke depan akan bersifat forward-looking,
fleksibel, dan targeted.
Dari sisi fiskal, Pemerintah
Tiongkok menempuh kebijakan fiskal
ekspansif melalui stimulus pemerintah
untuk mendorong ekonomi. Rerata belanja
pemerintah pada TW4-18 terakselerasi
hingga 10% yoy dari 6,1%, antara lain
untuk peningkatan belanja publik di sektor
pertanian, jaminan sosial, transportasi, dan
infrastruktur. Sementara itu, penerimaan
pemerintah justru tumbuh negatif -2,2% yoy
dari 4,0% pada TW3-18, akibat kontraksi
penerimaan pajak karena kebijakan tax
cut.97 Seiring perkembangan tersebut, defisit
96 Tiongkok mengadopsi stance kebijakan moneter “appropriately loose” pasca GFC 2008, kemudian berubah menjadi “prudent” pada penghujung 2010, dan menjadi “prudent and neutral” pada akhir 2016 seiring peluncuran deleveraging campaign.
97 Selama 2018 diperkirakan total akumulasi penurunan pajak dan fees mencapai RMB1,3 triliun.
Desember 2018, dari 89,0 pada September
2018,93 namun likuiditas di perekonomian
riil masih ketat. Hal tersebut terindikasi pada
perlambatan jumlah uang beredar (M2) dan
stagnasi kredit lembaga keuangan –karena
perbankan masih enggan menyalurkan
kredit ke sektor swasta yang dipandang
berisiko tinggi. Total social financing (TSF)
−yang mencerminkan kondisi kredit dan
likuiditas secara menyeluruh− juga melambat.
Sementara itu, shadow banking terkontraksi
makin dalam sejalan dengan deleveraging.94
Merespons hal tersebut, PBC
berupaya meningkatkan likuiditas
perbankan melalui peluncuran fasilitas
Targeted Medium-term Lending Facility
(TMLF) bagi perbankan. Pada 19 Desember
2018, PBC meluncurkan fasilitas TMLF yang
mulai berlaku pada akhir Januari 2019.
TMLF merupakan fasilitas pendanaan jangka
panjang PBC95 dengan suku bunga 15 bps
di bawah fasilitas Medium-term Lending
Facility (MLF). Fasilitas tersebut diberikan
bagi lembaga keuangan (bank komersial dan
policy bank) yang memenuhi persyaratan
93 MCI merupakan alat bantu yang digunakan sejumlah bank sentral serta organisasi internasional (misalnya IMF dan OECD) untuk mengukur tingkat kelonggaran atau keketatan kondisi moneter suatu negara. MCI dihitung berdasarkan suku bunga jangka pendek dan nilai tukar. Kenaikan MCI mengindikasikan pengetatan kondisi moneter di perekonomian riil.
94 Rerata pertumbuhan uang beredar (M2) sebesar 8,0% yoy (TW4-18) dari 8,3% (TW3-18). Kredit baru dari sektor perbankan tumbuh stabil 12,7% yoy (sama dengan TW3-18), total social financing (TSF) tumbuh 10% yoy (dari 10,7%), dan shadow banking terkontraksi -8,9% yoy (dari -4,0%).
95 TMLF bertenor satu tahun dan dapat di-roll over hingga dua tahun berikutnya.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
71
-2,0
-1,5
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
-60,0
-40,0
-20,0
0,0
20,0
40,0
60,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
Triliun RMB% yoy Keseimbangan Primer, rhs Penerimaan FiskalBelanja Fiskal
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.72 Keseimbangan Fiskal
Tren perlambatan ekonomi
diprediksi berlanjut pada 2019,
sejalan dengan proses rebalancing,
pengendalian risiko di sektor keuangan,
serta tensi perdagangan dengan AS.
Di tengah berbagai ketidakpastian dan
pelemahan sentimen, konsumsi masyarakat
diprediksi lebih konservatif. Dampak
pelonggaran pajak penghasilan diperkirakan
tidak signifikan karena pada saat yang
sama ekonomi Tiongkok masih menghadapi
risiko dari konflik perdagangan. Tiongkok
juga berencana meluncurkan stimulus di
beberapa sektor utama, termasuk otomotif
dan peralatan rumah tangga. Tiongkok telah
mengawali dengan menghapus tarif impor
sejumlah bahan makanan mulai 1 Januari
2019 dan menurunkan pajak impor produk
hi-tech.
Investasi diperkirakan membaik
karena dukungan stimulus pemerintah.
Investasi infrastruktur diperkirakan berlanjut
seiring percepatan penerbitan obligasi
pemda. Perlambatan kinerja manufaktur
juga berpotensi tertahan ditopang
keseimbangan primer melebar menjadi
-CNY2,0 triliun, dari -CNY1,0 triliun pada
TW3-18.
Pada 2019, kebijakan fiskal akan
bersifat proaktif, melalui potongan
pajak dan fees secara agresif, serta
peningkatan penerbitan special bonds
pemerintah daerah. Pemerintah akan
memberikan potongan pajak dan fees dengan
total sekitar CNY2 triliun untuk mendorong
profit korporasi, naik dari alokasi selama
2018 (CNY1,3 triliun). Sementara itu, VAT
sektor manufaktur turun menjadi 13% (dari
16%), serta pajak transportasi dan konstruksi
turun menjadi 9% (dari 10%). Pemerintah
juga meningkatkan pendanaan infrastruktur
melalui penerbitan local government
special bonds 2019 sekitar CNY2,15 triliun,
meningkat dari penerbitan selama 2018
(CNY 1,35 triliun). Sejalan dengan berbagai
stimulus tersebut, target defisit anggaran
2019 diperkirakan naik menjadi -2,8% PDB
hingga -3% PDB, dari target 2018 sebesar
-2,6% PDB.
50
60
70
80
90
100
110
-12
-6
0
6
12
18
24
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
Indeks % yoy M2 Shadow BankingKredit Perbankan Monetary Conditions Index, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.71 Monetary Condition Index,
M2, Shadow Banking, Kredit Perbankan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
72
depresiasi nilai tukar, (c) leverage (tingkat
utang) korporasi yang masih relatif tinggi serta
imbasnya terhadap stabilitas keuangan, (d)
kenaikan utang pemerintah dan menurunnya
sustainabilitas fiskal seiring berbagai stimulus
yang diluncurkan, serta (e) tertundanya
reformasi struktural yang seharusnya
ditempuh untuk menunjang sustainabilitas
ekonomi dalam jangka panjang. Sementara
risiko dari eksternal antara lain terdiri dari (a)
dinamika negosiasi kesepakatan perdagangan
dengan AS (lihat boks), (b) peningkatan
ketidakpastian global, (c) dinamika kebijakan
ekonomi AS serta dampaknya terhadap pasar
keuangan global, serta (d) risiko geopolitik.
Tensi geopolitik antara lain berasal dari
sengketa perebutan wilayah di Laut China
Selatan, persaingan eksistensi kekuatan
militer di Samudera Pasifik, serta sanksi AS
terhadap Iran dan Venezuela yang termasuk
10 besar pemasok minyak Tiongkok.
Tabel 2.6 Outlook PDB dan Inflasi
(2019-2020)
2019 2020 2019 20206,2 6,2 6,2 6,16,2 6,2 6,2 6,1- - 2,2 2,2
2,4 2,7 2,2 2,2
2018 IMF
6,6
2,1
Consensus Forecast
GDP (%yoy)
CPI (%yoy)Estimasi sebelumnya
Estimasi sebelumnya
Sumber estimasi terkini: IMF-WEO Update Januari 2019, Consensus Forecast Februari 2019.Sumber estimasi sebelumnya: IMF-WEO Oktober 2018, Consensus Forecast Januari 2019.
Keterangan:
penurunan pajak dan fees, tax rebates serta
pelonggaran regulasi. Sementara itu, untuk
menjaga stabilitas sektor tenaga kerja dan
meringankan beban pengusaha, Kabinet
Tiongkok berencana memberikan subsidi bagi
perusahaan yang tidak melakukan pemutusan
hubungan kerja (PHK). Pemerintah juga
berencana memberikan pelonggaran pajak
lebih lanjut serta penurunan iuran jaminan
sosial bagi perusahaan swasta. Di samping
itu, pemerintah juga akan menempuh
pelonggaran aturan antara lain di sektor
properti dan sektor keuangan –sebagaimana
terindikasi pada dihapuskannya kampanye
deleveraging dalam pernyataan PBC.
Pertumbuhan PDB Tiongkok pada
2019-2020 diprediksi turun ke level
terendah dalam hampir tiga dekade.
IMF memprakirakan ekonomi Tiongkok
tumbuh 6,2% pada 2019 dan 2020, turun
dari 6,6% (2018). Sementara itu, Pemerintah
menetapkan target pertumbuhan ekonomi
2019 sebesar 6,0%–6,5% (yoy), dan target
inflasi di bawah 3,0% yoy. Dukungan stimulus
fiskal dan moneter akan berperan penting
dalam mencapai target tersebut.
Ekonomi Tiongkok ke depan
dibayangi sejumlah risiko, baik dari
domestik maupun eksternal. Risiko dari
sisi domestik antara lain berasal dari (a) aging
population, (b) potensi capital outflows dan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
73
Boks
Pembicaraan tersebut menjadi yang
pertama sejak Mei 2018, dengan fokus
utama terkait konflik perdagangan.
Pasca pembicaraan, Trump dan
Jinping menyatakan optimisme untuk
mengatasi konflik perdagangan kedua
negara. Keduanya juga membuka
peluang untuk kembali mendiskusikan
penyelesaian tensi perdagangan disela
pertemuan pemimpin negara G20 di
Argentina.
Pada 1 Desember 2018, Trump
dan Jinping merealisasikan komitmen
untuk bertemu di sela pertemuan G-20
Summit di Buenos Aires, Argentina.
Langkah positif dicapai oleh Trump
dan Jinping yaitu AS dan Tiongkok
bersepakat untuk tidak mengenakan
tambahan tarif selama 90 hari (trade
truce). Sejalan dengan itu, AS tidak
akan memberlakukan tarif terhadap
USD267 miliar produk Tiongkok pada 1
Januari 2019. Sementara itu, Tiongkok
akan meningkatkan pembelian produk
AS dalam jumlah besar –khususnya
agrikultur, industri, dan energi– untuk
mengurangi trade imbalances dengan
Konflik perdagangan Tiongkok-
AS selama TW3-18 telah berujung
pada pemberlakuan tarif impor oleh AS
sebesar 25% terhadap USD50 miliar, dan
10% terhadap USD200 miliar produk
Tiongkok (lihat PEKKI Edisi IV-2018). AS
bahkan mengancam akan menaikkan
tarif 10% tersebut menjadi 25% mulai 1
Januari 2019, serta memberlakukan tarif
terhadap USD267 miliar produk impor
lainnya.98 Sebagai langkah balasan,
Tiongkok memberlakukan tarif masing-
masing sebesar 25% dan 10% terhadap
USD50 miliar dan USD60 miliar produk
AS.
Tensi ketegangan perdagangan
antara dua kekuatan ekonomi terbesar
dunia tersebut mereda pada TW4-18.
Presiden Donald Trump dan Presiden
Xi Jinping pada 1 November 2018
membuka komunikasi melalui telepon
untuk membicarakan hubungan
dagang yang sedang merenggang.
98 Berdasarkan data Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS (www.bea.gov), total impor barang dan jasa AS dari Tiongkok selama 2017 sebesar USD523,7 miliar.
Tensi Perdagangan Menurun Pasca Trade Truce AS-Tiongkok
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
74
rekor pembelian gas alam cair (6,3 juta
ton) selama Desember 2018. Selain
itu, Tiongkok mengumumkan akan
menghentikan tambahan tarif sebesar
25% bagi impor kendaraan dan komponen
kendaraan dari AS sejak 1 Januari hingga
31 Maret 2019, sehingga tarif impor
otomotif dari AS sama dengan impor
dari negara lainnya (15%). Meskipun
Tiongkok telah merealisasikan beberapa
komitmennya, pembahasan hubungan
dagang diantara kedua negara masih terus
berlangsung terutama membicarakan
permintaan AS kepada Tiongkok untuk
melakukan reformasi struktural.
Boks
AS. Pencapaian positif lain adalah kedua
negara juga sepakat untuk segera memulai
negosiasi terkait reformasi struktural yang
perlu ditempuh Tiongkok99 dan diharapkan
dapat menghasilkan kesepakatan dalam
waktu 90 hari. Dengan batas waktu ini, AS
dapat menaikkan tarif impor 10% menjadi
25% pada 1 Maret 2019100 apabila
hingga akhir Februari 2019 tidak tercapai
kesepakatan antara AS dan Tiongkok.
Kesepakatan tersebut kemudian
ditindaklanjuti secara intensif melalui
sejumlah pertemuan bilateral serta tele-
konferensi. Tiongkok juga mewujudkan
komitmennya dengan mengimpor lebih
dari 5 juta ton kedelai AS dan mencatat
99 Khususnya terkait pemaksaan transfer teknologi, perlindungan hak cipta (intellectual property), hambatan nontarif (non-tariff barriers), dan peretasan dan pencurian via cyber.
100 Pada 24 Februari 2019, Trump memutuskan menunda kenaikan tarif seiring tercapainya kemajuan yang substansial pada negosiasi intensif pasca trade truce.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
75
energi. Sejalan dengan tekanan inflasi yang
mereda, Reserve Bank of India (RBI) tetap
mempertahankan suku bunga kebijakan,
namun stance berubah dari netral menjadi
calibrated tightening.
Kinerja ekonomi India pada FY18/19
diprediksi membaik dibandingkan tahun
lalu. RBI memproyeksikan ekonomi India
tumbuh sebesar 7,4% yoy pada FY18/19,
sementara IMF memprediksi sebesar 7,3%.
Prediksi tersebut lebih baik dari 6,7% pada
FY17/18. Selanjutnya kinerja ekonomi India
pada FY19/20 diprediksi tumbuh stabil di level
yang tinggi (7,4%, proyeksi RBI). Sementara
inflasi diperkirakan sedikit termoderasi pada
FY18/19, lalu meningkat pada FY19/20. CF
memproyeksikan inflasi sebesar 3,7% pada
FY18/19 dan meningkat menjadi 4,2% pada
FY19/20 –di bawah proyeksi sebelumnya
(masing-masing 3,8% dan 4,5%).
Perekonomian India masih akan
menghadapi sejumlah faktor risiko. Risiko
penghambat antara lain: potensi reformasi
struktural tergantikan oleh kebijakan populis
menjelang Pemilu, instabilitas politik,
volatilitas harga minyak dunia, dan tingkat
GNPA yang masih tinggi. Di sisi lain, terdapat
sejumlah upside risks, antara lain disinflasi
yang persisten berpotensi membuka peluang
bagi RBI untuk menempuh kebijakan moneter
akomodatif, tren peningkatan peringkat
ease of doing business yang dapat menarik
aliran investasi asing, dan program farm loan
waiver yang dapat meningkatkan daya beli
masyarakat rural.
2.6 India
Ekonomi India kembali tumbuh
dengan laju yang tertahan. Laju pertumbuhan
ekonomi pada TW4-18 termoderasi menjadi
6,6% yoy, setelah tumbuh 7,0% pada TW3-
18. Perlambatan pertumbuhan ekonomi
disebabkan oleh pengeluaran pemerintah
dan konsumsi swasta yang termoderasi.
Pelemahan aktivitas konsumsi
tercermin dari kontraksi penjualan kendaraan
pada kawasan rural akibat penurunan daya
beli masyarakat rural. Pelemahan konsumsi
turut dipengaruhi oleh pemburukan sektor
ketenagakerjaan (tingkat pengangguran
meningkat). Sementara itu, belanja
pemerintah turun signifikan sejalan dengan
upaya pemerintah untuk mengerem
belanja sehingga sisa anggaran fiskal dapat
direalokasikan ke program kebijakan populis
menjelang Pemilu Mei 2019. Pelemahan
belanja rumah tangga dan pemerintah turut
menekan pertumbuhan aktivitas industri.
Penurunan aktivitas industri disebabkan
oleh keketatan kondisi finansial domestik,
moderasi ekspor, dan terimbas aturan emisi
yang baru.
Perlambatan kegiatan ekonomi
juga tercermin pada tekanan inflasi yang
terus melemah dan semakin mendekati
batas bawah target inflasi (4%±2%). Inflasi
headline Desember 2018 menurun ke level
2,1% yoy (dari 3,7% pada September 2018)
karena deflasi kelompok makanan dan
minuman, serta penurunan harga BBM dan
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
76
sektor pertambangan, di tengah moderasi
kinerja sub-sektor manufaktur dan utilitas.
Sektor konstruksi juga membaik, didorong
oleh proyek pembangunan jalan, tol, dan
infrastruktur rural oleh pemerintah.
7,0 6,6
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Q1 Q2 Q3 Q3 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
% yoy % yoy PDBKonsumsi Swasta, rhs
Belanja Pemerintah, rhs
Sumber: Bloomberg
PMDB, rhs Ekspor, rhsImpor, rhs
Grafik 2.73 PDB Berdasarkan Pengeluaran
7,0 6,6
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
% yoy Konsumsi Rumah Tangga PMDBNet Ekspor DisrepanciesBelanja Pemerintah PDB
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.74 Kontribusi PDB
Perlambatan konsumsi tercermin
dari kontraksi penjualan kendaraan pada
kawasan rural. Rerata penjualan kendaraan
komersial (commercial vehicle) melambat
7,6% pada TW4-18 (dari 27,8% pada TW3-
18) dan kendaraan roda tiga (digunakan
di kawasan rural untuk menunjang
sektor pertanian) terkontraksi -7,2% (dari
26,9%). Perlambatan disebabkan daya beli
Pertumbuhan ekonomi India TW4-
18 sedikit termoderasi menjadi 6,6%
yoy (dari 7,0% pada TW3-18). Pencapaian
tersebut di bawah ekspektasi pasar (6,7%)
dan terendah dalam enam triwulan terakhir.
Secara keseluruhan 2018, perekonomian
India tumbuh impresif sebesar 7,3% yoy –
jauh di atas pertumbuhan 6,6% pada 2017
(yang tertahan akibat implementasi GST pada
Juli 2017).
Dari sisi permintaan, perlambatan
ekonomi pada TW4-18 disebabkan oleh
moderasi pengeluaran pemerintah dan
konsumsi swasta. Belanja pemerintah
tumbuh 6,5% yoy, turun signifikan dari
10,8% pada TW3-18. Konsumsi swasta
tumbuh sebesar 8,4% yoy, dari 9,8%.
Sebaliknya, investasi (pembentukan modal
domestik bruto/PMDB) masih tumbuh pesat
hingga 10,6% yoy (dari 10,2%) dipicu oleh
sentimen bisnis yang semakin ekspansif.
Kontraksi net ekspor juga berkurang, seiring
penurunan ekspor yang lebih moderat
dibandingkan dengan penurunan impor.
Berdasarkan sisi penawaran,
deselerasi pertumbuhan PDB pada TW4-
18 disebabkan penurunan kinerja sektor
jasa dan agrikultur. Sektor jasa tumbuh
7,2%, melambat dari 7,4% akibat moderasi
sub-sektor administrasi publik. Sektor
agrikultur hanya tumbuh 2,7% yoy (dari
4,2%), akibat produksi biji-bijian, rami, dan
katun yang terkontraksi pada musim tanam
kharif FY18/19 (karena curah hujan yang
kurang merata). Sebaliknya, sektor industri
membaik ditopang peningkatan aktivitas sub-
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
77
dengan gelar sarjana (35%), terutama
pada daerah rural. Pertumbuhan ekonomi
India yang pesat selama beberapa dekade
terakhir, tidak diiringi dengan pembukaan
lapangan kerja non-agrikultur yang cukup
untuk memperkerjakan angkatan kerja
muda –sehingga India berpotensi kehilangan
manfaat dari bonus demografi.101 Secara
keseluruhan 2018, tingkat pengangguran
melonjak hingga 6,1% dari 4,5% pada 2017.
101 India merupakan negara yang memiliki penduduk usia muda (15 hingga 29 tahun) terbanyak di dunia.
masyarakat rural yang menurun akibat harga
jual hasil panen yang rendah, kontraksi luas
lahan penanaman musim dingin FY18/19,
dan perlambatan kredit kendaraan (akibat
keketatan likuiditas di perbankan, kenaikan
suku bunga, dan tingginya beban utang
personal).
-50
-25
0
25
50
75
100
-25
-13
0
13
25
38
50
3 6 9 123 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 1220162015 2017 2018
% yoy % yoy
Motor Vehicle Sales
Passenger Vehicle
Two Wheelers
Commercial Veh., rhs
Three Wheelers, rhs
Sumber: CEIC
Grafik 2.75 Penjualan Kendaraan
41
42
43
44
45
46
47
48
49
3
4
5
6
7
8
9
10
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
% % Unemployment Rate Labour Participation Rate, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.76 Ketenagakerjaan
Sektor ketenagakerjaan makin
memburuk menyebabkan konsumsi
melemah. Tingkat pengangguran pada
Desember 2018 meningkat menjadi 7,4% (dari
6,6% pada September) –tertinggi dalam 15
bulan. Secara umum, tingkat pengangguran
tertinggi berada pada kelompok usia pemuda
5,5
6
6,5
7
7,5
8
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
%
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.83 Suku Bunga Kebijakan
Grafik 2.84 Keseimbangan Fiskal
-400
-300
-200
-100
0
100
200
300
-2000
-1500
-1000
-500
0
500
1000
1500
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy Miliar INR Keseimbangan Fiskal Receipt Growth, rhsExpenditure Growth, rhs
Sumber: Bloomberg
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
78
kontraksi aktivitas industri petroleum, pupuk,
listrik, dan batu bara. Penurunan aktivitas
industri disebabkan keketatan kondisi
finansial domestik, moderasi ekspor, dan
terimbas aturan emisi yang baru. Sementara
itu, produksi refined petroleum terkontraksi
karena penutupan temporer sejumlah
refineries dalam rangka upgrading kualitas
output untuk memenuhi standar emisi Bharat
Stage VI, ekspor tertekan (seiring nilai tukar
Rupee yang menunjukkan tren apresiasi dan
penurunan harga minyak global). 103,104
Walaupun output menurun,
ekspansi bisnis masih berlanjut –baik di
sektor manufaktur maupun jasa. Rerata
Purchasing Manager Index (PMI) komposit
pada TW4-18 meningkat menjadi 53,7 (dari
52,5 pada TW3-18) –rekor PMI tertinggi
dalam sejarah India.105 Akselerasi bisnis
terjadi pada sektor jasa maupun manufaktur,
didukung oleh permintaan (new orders) yang
meningkat signifikan (baik dari pasar domestik
maupun ekspor) –sehingga produksi turut
meningkat. Tekanan inflasi input melandai,
seiring penurunan tajam harga minyak dunia
selama TW4-18. Namun, level permintaan
103 Selama TW4-18 rata-rata nilai tukar rupee terdepresiasi -2,8% qoq average, namun dengan tren apresiatif seiring membaiknya sentimen pelaku pasar keuangan terhadap emerging markets, the Fed yang dovish dan penurunan harga minyak (India adalah net oil importer). Secara ptp, rupee terapresiasi 3,9% pada TW4-18 (setelah terdepresiasi -5,5% pada TW3-18).
104 Pada 4 Oktober 2018, pemerintah menetapkan bahwa seluruh kendaraan baru yang dijual mulai 1 April 2020 harus memenuhi standar emisi Bharat Stage VI yang lebih ramah lingkungan daripada yang selama ini digunakan (Bharat Stage IV).
105 Rata-rata PMI manufaktur dan jasa pada TW3-18 masing-masing sebesar 53,4 dan 53 (dari 52,1 dan 52,2).
-9
-6
-3
0
3
6
9
12
15
18
21
24
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy % yoyIP Index IP Mining, rhsIP Manufacturing, rhs IP Electricity, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.77 Ketenagakerjaan
44
46
48
50
52
54
56
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 1220172016 2018
Indeks PMI Komposit PMI Manufaktur PMI Jasa
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.78 Purchasing Manager Index
Sejalan dengan pelemahan
konsumsi, aktivitas produksi tumbuh
melambat pada TW4-18. Rerata output
produksi industri tumbuh 3,8% yoy (dari
5,3% pada TW3-18). Berdasarkan sektor,
perlambatan terjadi pada sektor manufaktur
dan kelistrikan.102 Produksi manufaktur
menurun terutama untuk produk batu bara
dan refined petroleum, kendaraan bermotor,
kimia, dan farmasi. Kondisi tersebut turut
terkonfirmasi pada indikator 8 core industries
yang melambat 3,6% (dari 5,4%) akibat
102 Produksi manufaktur (pangsa 78%) tumbuh 3,5% (melambat dari 5,6%) dan produksi kelistrikan tumbuh 6,8% (dari 7,5%).
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
79
ilegal oleh Tiongkok), serta penghapusan
fasilitas Generalized System of Preferences
(GSP) atas 50 produk ekspor India oleh AS.106
Perlambatan ekspor terjadi pada engineering
goods, perhiasan dan batu mulia, daging,
benang katun, kimia non-organik, dan obat-
obatan –khususnya ke Bangladesh, Vietnam,
Nepal, Tiongkok, Hong Kong, dan AS.
Impor juga melambat cukup
signifikan akibat demand domestik yang
melemah, pengetatan aturan impor, dan
kenaikan tarif impor sejumlah produk.
Rerata pertumbuhan impor turun signifikan
ke level 6,5% (dari 21,6%) disebabkan
kontraksi impor emas dan mutiara, serta
penurunan impor minyak, produk elektronik,
dan permesinan. Impor emas terkontraksi
-27,6% yoy, setelah melonjak hingga 61,7%
pada TW3-18.107 Kontraksi permintaan emas
disebabkan kenaikan harga emas, nilai tukar
Rupee yang masih lemah secara historis, dan
pengetatan regulasi impor emas bagi beberapa
eksportir.108 Demand terhadap emas untuk
tujuan investasi juga menurun akibat kenaikan
suku bunga dan pengetatan persyaratan
kredit. Sementara itu, moderasi impor minyak
disebabkan harga minyak yang turun tajam.
106 Per 1 November, AS mencabut status GSP bagi 94 jenis produk bagi seluruh negara, 50 diantaranya berdampak bagi India (senilai USD70 juta).
107 Lonjakan impor emas pada TW3-18 dipicu persediaan menjelang India International Jewellery Show (9-13 Agustus 2018), Diwali dan musim pernikahan, serta spekulasi bahwa pemerintah akan menaikkan tarif impor emas untuk mengatasi defisit current account.
108 Mulai Oktober 2018, export houses (nominated agencies) hanya dapat mengimpor emas bebas cukai untuk digunakan sebagai bahan baku produk ekspor ataupun untuk re-ekspor, dan tidak untuk dijual di pasar domestik.
yang tinggi mendorong perusahaan untuk
tetap menaikkan harga jual. Sentimen
bisnis satu tahun ke depan cenderung lebih
positif, meski dibayangi ketidakpastian politik
menjelang Pemilu 2019.
-20
-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
Miliar USD % yoy Trade Balance, rhs Exports Imports
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.79 Neraca Perdagangan
-25
-20
-15
-10
-5
0
-3,5
-3
-2,5
-2
-1,5
-1
-0,5
0
Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q32014 2015 2016 2017 2018
Miliar USD % CAD (% of GDP) Current Account Balance
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.80 Current Account (% PDB)
Kinerja net ekspor membaik karena
penurunan kinerja ekspor lebih moderat
daripada penurunan kinerja impor. Ekspor
pada TW4-18 tumbuh melambat menjadi
6,3% yoy (dari 10,5% pada TW3-18), terimbas
penurunan demand global, penurunan ekspor
benang katun dan daging ke Tiongkok
(karena daya saing yang lemah dibandingkan
negara sejenis dan pengetatan impor daging
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
80
Rupee, dan net outflow yang menurun.109
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122014 2015 2016 2017 2018
% yoy CPI Food & Bev. Tobacco & AlcoholFuel & Light Housing Clothing Misc.
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.81 Inflasi
63,7
65,2
68,8
72,6
74,4
69,8
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
Jan-
18
Feb-
18
Mar
-18
Apr-1
8
May
-18
Jun-
18
Jul-1
8
Aug-
18
Sep-
18
Oct
-18
Nov-
18
Dec-
18
Rupee/USD
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.82 Pergerakan Nilai Tukar
Perlambatan aktivitas ekonomi
juga tercermin pada tren inflasi yang
terus melemah dan mendekati batas
bawah target inflasi (4%±2%). Inflasi
headline Desember 2018 menurun ke level
2,1% yoy (dari 3,7% pada September 2018)
karena deflasi kelompok makanan dan
minuman, serta penurunan harga BBM dan
energi –karena penurunan harga minyak
109 Net capital outflow selama TW4-18 sebanyak USD2,2 miliar, turun dari USD2,4 miliar pada TW3-18. Penurunan disebabkan harga minyak yang menurun drastis, indikasi the Fed yang lebih akomodatif, dan pelemahan nilai tukar dolar.
Pemerintah pada September 2018
menaikkan pajak impor barang non-esensial,
antara lain batu mulia, penyejuk ruangan,
kulkas, alas kaki, pengeras suara, koper, dan
bahan bakar pesawat. Sementara itu, mulai
12 Oktober, pemerintah memberlakukan
kenaikan tarif alat elektronik dan
telekomunikasi, seperti smart watch, ethernet
switches, serta peralatan Voice over Internet
Protocol (VOIP). Kenaikan tarif ditujukan
untuk meredam impor serta menjaga
stabilitas nilai tukar rupee. Moderasi impor
yang lebih dalam daripada penurunan ekspor
menyebabkan defisit neraca perdagangan
pada TW4-18 menyempit menjadi USD46,9
miliar (dari USD49,4 miliar pada TW3-18).
Defisit neraca transaksi berjalan
(current account) pada TW3-18 melebar.
Data terkini menunjukkan bahwa defisit
CA India meningkat menjadi INR19,1 miliar
(2,9% PDB), dari INR15,8 miliar (2,4%
PDB) pada TW2-18 akibat pelebaran defisit
neraca perdagangan barang dan jasa serta
defisit pendapatan primer. Defisit neraca
perdagangan melebar menjadi USD29,8
miliar (TW3-18), dari USD27,1 miliar (TW2-
18) –akibat kenaikan impor minyak dan
lonjakan impor emas. Sementara itu, defisit
pendapatan primer melebar menjadi -USD8,7
miliar (dari –USD5,9 miliar), karena pelebaran
defisit penerimaan investasi langsung
maupun portofolio –akibat outflow dari
pasar keuangan. Namun, current account
deficit diperkirakan akan menyempit pada
TW4-18, seiring penyempitan defisit neraca
perdagangan pada triwulan laporan, apresiasi
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
81
(HRA) pegawai negeri112– serta kelompok
harga pakaian dan alas kaki.
Kebijakan moneter India
mengarah kepada bias ketat (calibrated
tightening) meski tekanan inflasi mulai
mereda. Reserves Bank of India pada
Monetary Policy Committee (MPC) Oktober
2018 mempertahankan suku bunga repo
rate pada level 6,5% dan mengubah stance
dari neutral menjadi calibrated tightening.
Keputusan tersebut di luar prediksi pasar
yang memperkirakan RBI akan menaikkan
suku bunga sebesar 25 bps untuk merespons
pelemahan nilai tukar, peningkatan harga
minyak, dan tekanan defisit current account.
Selanjutnya RBI kembali mempertahankan
repo rate pada MPC 5 Desember 2018, seiring
outlook inflasi yang melandai dan aktivitas
investasi yang membaik. Independensi RBI
112 Pada Juli 2017, pemerintah (melalui 7th Central Pay Commission, CPC) merevisi struktur tunjangan HRA, yang menyebabkan tunjangan naik hingga 105,6%. Pencairan yang bertahap turut menyebabkan inflasi perumahan meningkat dan bertahan di level yang tinggi selama Desember 2017 hingga Juli 2018.
dan tren apresiasi Rupee. Deflasi berlanjut
pada harga sayuran, gula, dan kacang-
kacangan seiring pasokan yang melimpah
didukung curah hujan yang memadai selama
tiga tahun berturut-turut. Stabilitas pasokan
juga menyebabkan harga makanan lainnya
menurun. Sementara itu, pembelian hasil
panen oleh pemerintah dalam kerangka
minimum support price (MSP) masih rendah,
sedangkan harga spot sejumlah komoditas
masih di bawah MSP.110,111 Inflasi inti juga
turun menjadi 5,7% yoy pada Desember
2018, dari 5,8% pada September, karena
moderasi harga perumahan –akibat
meredanya dampak house rent allowance
110 Faktor penyebab lainnya yang juga berkontribusi terhadap menurunnya harga makanan India adalah penurunan harga komoditas global serta implementasi platform online perdagangan komoditas nasional India (National Agriculture Market/e-NAM).
111 MSP merupakan program pemerintah untuk mendukung sektor agrikultur dengan membeli (procure) 22 jenis produk seharga MSP (1,5 kali harga produksi). Namun penerapan MSP terhambat oleh standar kualitas yang tinggi, birokrasi yang rumit, serta keterbatasan Pemda dalam penyediaan logistik, modal kerja, dan SDM untuk procurement.
RealisasiFY17/18 FY18/19 FY19/20 FY18/19 FY19/20 FY18/19 FY19/20 FY18/19 FY19/20
7,4H1: 7,2-7,4
Q3; 7,57,4
H2: 7,2-7,3H1: 3,2-3,4
Q3: 3,9
RBI IMF CF World Bank
PDB (% yoy) 6,7 7,4H2: 7,2-7,3 7,3 7,5 7,3 7,3 7,3 7,5
Estimasi sebelumnya H1: 7,5 7,3 7,4 7,3 7,3 7,4 7,4
Inflasi (% yoy) 3,6 Q4: 2,8 _ _ 3,7 4,2 _
_
_
Estimasi sebelumnya H2: 2,7-3,2 H1: 3,8-4,2 4,7 4,9 3,8 4,5 _
Keterangan: Sumber info: IMF WEO Oktober 2018 dan Januari 2019; Consensus Forecast Januari dan Februari 2019; RBI MPC Desember 2018 dan Februari 2019Periode Fiscal Year (FY) India adalah April-Maret.
% yoy Tabel 2.7 Proyeksi Pertumbuhan PDB dan Inflasi a)
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
82
kontraksi belanja modal (-35,2% dari 5,8%).
Pemerintah tengah mengerem belanja
untuk merelokasikan sisa anggaran fiskal
ke program kebijakan populis menjelang
Pemilu Mei 2019, khususnya bagi petani.113
Sementara itu, penerimaan pemerintah
kembali menurun -5,3% yoy (sama dengan
TW3-18) akibat perlambatan penerimaan
bukan pajak dan penerimaan pajak korporasi,
serta penerimaan GST yang di bawah target.114
Seiring perlambatan pengeluaran yang lebih
agresif dibandingkan penurunan penerimaan,
defisit fiskal menyempit menjadi INR1,1 triliun
(dari INR1,7 triliun pada TW3-18).
Target defisit fiskal FY18/19
direvisi ke atas seiring peluncuran
income support bagi petani. Berdasarkan
tahun fiskal FY18/19115, defisit selama April-
Desember 2018 mencapai INR7,0 triliun
(112% dari budgeted target sebesar INR6,2
triliun). Capaian tersebut sedikit lebih rendah
baik dibandingkan dengan periode yang
sama pada FY17/18 (114% dari target).
Defisit fiskal untuk keseluruhan FY18/19
diperkirakan sebesar 3,4% PDB seiring
diluncurkannya income support bagi petani
sebesar INR20.000 crore pada FY18/19 RE
113 Petani merupakan pihak yang sangat dirugikan oleh penurunan harga pertanian di tengah kenaikan biaya produksi. Oleh karena itu, Pemerintah berencana meluncurkan program bantuan langsung tunai dan pembebasan utang bagi petani.
114 Implementasi GST mulai Juli 2017 dinilai menyulitkan UMKM dan pedagang karena pemerintah sering merubah proses pelaporan, pengisian form dan rates (terdapat lima klasifikasi GST rates: 0%, 5%, 12%, 18%, dan 28% -serta pemerintah sering mengganti produk di tiap klasifikasi).
115 Tahun fiskal 2018/19 India berlangsung mulai April 2018 – Maret 2019.
di dalam menetapkan kebijakan moneter
mendapat tantangan yang cukup berat.
Gubernur Urjit Patel pada 11 Desember 2018
mengundurkan diri setelah menjabat sejak 5
September 2016, seiring terjadinya perbedaan
pandangan antara RBI dan pemerintah terkait
arah kebijakan moneter. Shaktikanta Das,
yang sebelumnya menjabat sebagai Economic
Affairs Secretary, ditunjuk menjadi Gubernur
RBI yang baru dengan masa jabatan tiga
tahun.
RBI juga mulai memutuskan untuk
menurunkan statutory liquidity ratio
(SLR) bank sebesar 0,25% per triwulan
mulai Januari 2019 hingga mencapai
rasio 18%. SLR adalah porsi pendanaan
bank yang wajib dipelihara dalam bentuk
tunai, cadangan emas, serta surat berharga
yang disetujui pemerintah. Saat ini, rasio SLR
sebesar 19,50% dan RBI akan menurunkan
rasio tersebut sebesar 25bps per kuartal
selama enam kuartal mendatang hingga
SLR mencapai 18% dari net demand and
time liabilities (NDTL). Langkah tersebut
diharapkan menambah likuiditas perbankan
hingga INR1-1,5 triliun untuk menurunkan
demand terhadap obligasi pemerintah serta
mendorong penyaluran kredit bank kepada
sektor usaha.
Defisit fiskal pada TW4-18
menyempit seiring perlambatan belanja
yang cukup dalam, di tengah kontraksi
penerimaan pemerintah. Rerata belanja
pemerintah turun signifikan dan terkontraksi
-3,4% yoy (dari 20,1%) akibat moderasi
belanja operasional (1,4% dari 25,4%) dan
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
83
laju produksi industri dan kinerja ekspor yang
tertahan, serta meningkatnya ketidakpastian
menjelang Pemilu 2019 (terutama demo
nasional selama 2-3 Januari 2019 yang
diikuti setidaknya 200 juta pekerja, atau 16%
populasi India, untuk memprotes pemerintah
yang dinilai tidak mendukung serikat kerja).
Selanjutnya kinerja ekonomi
India pada FY19/20 diprediksi tumbuh
stabil di level yang tinggi. RBI pada
MPC Februari 2019 memprediksi ekonomi
India akan kembali tumbuh 7,4% yoy pada
FY19/20 –yakni 7,2%-7,4% pada semester
pertama dan 7,5% pada triwulan ketiga–
dan mempertahankan status sebagai world’s
fastest growing major economy. Proyeksi IMF
dan World Bank cenderung lebih optimis di
kisaran 7,5%, sedangkan CF di level 7,3%.
Dari sisi harga, inflasi diperkirakan
sedikit termoderasi pada FY18/19,
lalu meningkat pada FY19/20. RBI
memperkirakan inflasi pada Q4-FY18/19
(TW1-19) sebesar 2,8% yoy, sedikit
meningkat dibandingkan rata-rata inflasi
2,6% pada TW4-18. RBI menilai ada
beberapa risiko terkait inflasi, a.l. deflasi
kelompok makanan sayuran berpotensi
untuk berbalik, ketidakpastian arah harga
minyak global, serta peningkatan risiko
geopolitik dan perdagangan akan memicu
perlambatan global, dan volatilitas pasar
keuangan. Sementara CF memproyeksikan
inflasi sebesar 3,7% pada FY18/19 dan
meningkat menjadi 4,2% pada FY19/20 –di
bawah proyeksi sebelumnya (masing-masing
3,8% dan 4,5%).
dan INR75.000 crore pada FY19/20 pada 2
Februari 2019.
Pada Interim Budget FY19/20,
pemerintah merevisi ke atas target defisit
fiskal FY18/19 dan FY19/20. Target untuk
FY18/19 naik menjadi 3,4% PDB (dari semula
3,3% PDB). Target defisit fiskal FY19/20 juga
direvisi menjadi 3,4% PDB, dari semula 3,1%
PDB. Revisi tersebut seiring peningkatan
belanja untuk income support bagi 120 juta
rumah tangga petani, tunjangan pensiun
bagi 100 juta tenaga kerja yang bekerja
di sektor informal, dan pengembalian
pajak penghasilan (tax rebate) bagi 30 juta
pembayar pajak.116
Pertumbuhan PDB pada
keseluruhan FY18/19 diprediksi membaik
dibandingkan FY17/18. RBI memprediksi
pertumbuhan PDB pada FY18/19 sebesar
7,4% yoy, dari 6,7% pada FY17/18.
Sementara Central Statistics Office India
merevisi ke bawah pertumbuhan PDB pada
FY18/19 menjadi 7,0% dari proyeksi semula
(7,2%). Sedangkan IMF, World Bank, dan
survei CF memprediksi pertumbuhan FY18/19
berada di kisaran 7,3%. Secara lebih detail,
RBI memprediksikan pertumbuhan pada
H2-FY18/19 sebesar 7,2%-7,3%, turun dari
realisasi 7,7% pada H1-FY18/19. Faktor
penyebab deselerasi adalah output gap sedikit
melebar (actual output menjauhi potensial),
laju konsumsi pedesaan yang tertahan (petani
terlilit utang akibat harga panen yang anjlok),
116 Sementara itu, pemerintah memperkirakan bahwa komitmen untuk mencapai defisit fiskal 3% baru dapat terwujud pada Maret 2021.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
84
ekonomi Singapura melambat (1,9% dari
2,4%) akibat penurunan konsumsi rumah
tangga dan pengeluaran pemerintah.
Kinerja konsumsi di Thailand, Vietnam,
dan Malaysia tetap solid seiring tekanan
inflasi yang menurun. Sebaliknya, konsumsi
Singapura menurun terimbas ketidakpastian
dan pelemahan ekonomi global, serta
high-base effect. Konsumsi di Filipina juga
termoderasi karena pengetatan kebijakan
moneter. Di sisi produksi, peningkatan aktivitas
terjadi di Malaysia –didorong konsumsi dan
ekspor– dan Thailand –didorong konsumsi
dan produksi rokok pasca IPO BUMN.
Sementara itu, ekspor cenderung melambat
akibat moderasi ekonomi Tiongkok serta tensi
perdagangan Tiongkok-AS yang berdampak
pada penurunan kinerja perdagangan di
ASEAN-5, kecuali Thailand dan Malaysia.
Tingkat inflasi di ASEAN-5 menurun,
bahkan inflasi di beberapa negara berada di
bawah target, akibat penurunan harga minyak
dunia dan makanan. Namun demikian, inflasi
inti ASEAN-5 bergerak variatif. Inflasi inti
Malaysia dan Vietnam meningkat sejalan
dengan perbaikan konsumsi, inflasi inti
Thailand menurun terimbas high-base
effect, sedangkan inflasi inti Filipina stabil.
Di Singapura, inflasi inti meningkat dan
masih berada di level yang tinggi meskipun
konsumsi domestik melemah.
Inflasi yang masih terkendali
memberikan ruang bagi otoritas moneter
Malaysia dan Vietnam untuk mempertahankan
suku bunga kebijakan. Otoritas moneter
Sejumlah risiko membayangi
kinerja ekonomi ke depan. Terdapat
downside risks yaitu: reformasi struktural
tergantikan dengan kebijakan populis
menjelang Pemilu (defisit fiskal berpotensi
melebar); peningkatan ketidakpastian politik
memicu volatilitas di pasar keuangan dan
berpotensi menyebabkan depresiasi Rupee;
volatilitas harga minyak dunia menyulitkan
forecast inflasi, penentuan kebijakan
moneter, dan mengancam pelebaran defisit
perdagangan; serta tingkat GNPA yang masih
tinggi akan menghambat penyaluran kredit
untuk investasi swasta.117 Di sisi lain, terdapat
sejumlah upside risks, a.l. disinflasi yang
persisten membuka peluang untuk kebijakan
moneter akomodatif (untuk mendorong
pertumbuhan dan mengurangi keketatan
likuiditas), tren peningkatan peringkat ease of
doing business akan menarik aliran investasi
asing dan membantu penyempitan CAD, dan
program farm loan waiver akan meningkatkan
daya beli masyarakat rural.
2.7 ASEAN-51
Perekonomian negara ASEAN-5
pada TW4-18 membaik, kecuali ekonomi
Singapura. Akselerasi ekonomi terjadi di
Thailand (3,7% yoy dari 3,2%), diikuti oleh
Vietnam (7,3% dari 6,9%), dan Malaysia
(4,7% dari 4,4%) ditopang konsumsi rumah
tangga. Ekonomi Filipina membaik secara
terbatas (6,1% dari 6,0%), sedangkan
117 Gross non performing asset (GNPA) pada September 2018 sebesar 10,8%, dari 11,5% pada Maret 2018.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
85
Perekonomian negara ASEAN-5
pada TW4-18 membaik, kecuali ekonomi
Singapura. Laju pertumbuhan PDB Malaysia,
Filipina, Thailand dan Vietnam menguat
ditopang konsumsi rumah tangga seiring
tekanan inflasi yang menurun. Secara
keseluruhan 2018, akselerasi ekonomi terjadi
di Vietnam yang berhasil tumbuh 7,1% yoy
(tertinggi sejak GFC 2008 dan sesuai target
6,7%), dari 6,6% pada 2017. Ekonomi
Thailand pada 2018 tumbuh 4,2% yoy dari
4,0%, sesuai dengan target pemerintah
(4,2% - 4,7%). Sebaliknya, ekonomi Filipina
tumbuh 6,2% yoy melambat dari 6,7% pada
2017, dan di bawah target pemerintah (6,5%
- 6,9%). Moderasi ekonomi juga dialami
Singapura (3,3% yoy pada 2018 dari 3,9%)
dan Malaysia (4,8% yoy pada 2018 dari
5,9%), namun sesuai target.118
Akselerasi ekonomi Vietnam
berlanjut pada TW4-18 dan kembali
menjadi top performer di antara ASEAN-5.
PDB Vietnam tumbuh 7,3% yoy, dari 6,9%
pada TW3-18, seiring kinerja yang solid pada
sektor jasa, serta sektor industri.119 Sektor
jasa tumbuh 7,0% yoy (dari 6,8%) terutama
pada subsektor perdagangan dan penjualan
kendaraan, akomodasi, serta keuangan dan
perbankan. Sektor industri tumbuh stabil
8,9% yoy, ditopang subsektor manufaktur
(13,7%, dari 12,1%) dan subsektor konstruksi
(10,3%, dari 9,2%).
118 Target PDB Singapura 2,5% - 3,5% dan target PDB Malaysia 4,5% - 5,5%.
119 Vietnam tidak merilis data PDB berdasarkan pengeluaran.
Filipina memperketat kebijakan untuk
meredam laju inflasi. Monetary Authority
of Singapore (MAS) menaikkan slope laju
apresiasi SGD NEER secara terbatas untuk
merespons apresiasi nilai tukar dan ekspektasi
kenaikan inflasi inti. Bank of Thailand (BoT)
menaikkan suku bunga kebijakan meski
tekanan inflasi menurun dan nilai tukar relatif
terkendali. Langkah tersebut ditempuh untuk
mengatasi risiko instabilitas keuangan -akibat
kebijakan moneter longgar sejak 2011-serta
untuk memperlebar ruang kebijakan ke
depan. BoT juga meluncurkan kebijakan
makroprudensial berupa pengetatan rasio
Loan-to-Value (LTV) KPR.
Pertumbuhan ekonomi ASEAN-5
diprediksi akan termoderasi akibat pelemahan
demand ekspor, tensi perdagangan, serta
meningkatnya ketidakpastian ekonomi
global. Sementara itu, inflasi ASEAN-5
diperkirakan bergerak variatif, seiring
kebijakan domestik yang ditempuh beberapa
negara dan dinamika harga komoditas global.
Tantangan ekonomi ke depan juga semakin
berat. Dari sisi domestik, sumber risiko
berasal dari pengetatan aturan kepemilikan
kendaraan dan kepemilikan rumah Singapura,
potensi ketegangan domestik menjelang
pemilihan umum Thailand, dan tingginya
utang pemerintah Malaysia. Risiko eksternal
berasal dari perlambatan ekonomi global
dan Tiongkok, eskalasi konflik perdagangan,
meningkatnya volatilitas di pasar keuangan,
kondisi keuangan global yang mengetat,
serta tensi geopolitik.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
86
tinggi namun melambat (11,9% yoy dari
14,3%). Sementara itu, sektor eksternal masih
berkontribusi negatif terhadap PDB (-0,8%,
dari -4,0% pada TW3-18).
Kinerja ekonomi Malaysia mulai
pulih pada TW4-18 setelah mengalami
tren perlambatan sejak TW4-17. PDB
Malaysia tumbuh 4,7% yoy dari 4,4% pada
TW3-18, didukung stabilitas konsumsi rumah
tangga (8,5% yoy) dan belanja pemerintah
(4,0% yoy), serta perbaikan net ekspor. Net
ekspor berkontribusi positif terhadap PDB
sebesar 0,8% (dari -0,7% pada TW3-18)
dipicu akselerasi ekspor (1,3% dari -0,8%)
di tengah stagnasi impor (0,2% dari 0,1%).
Sebaliknya, investasi hanya tumbuh 0,3%
yoy, turun signifikan dari 3,2% pada TW3-18.
Pemulihan ekonomi juga dialami
oleh Thailand seiring perbaikan konsumsi
swasta dan investasi. PDB Thailand pada
TW4-18 sebesar 3,7% yoy (dari 3,2% pada
TW3-18). Konsumsi swasta tumbuh 5,3% yoy
(dari 5,2%), ditopang oleh tingkat inflasi yang
rendah dan kebijakan moneter akomodatif.
Investasi meningkat 4,2% yoy (dari
3,9%), khususnya investasi konstruksi dan
permesinan, sedangkan belanja pemerintah
termoderasi (1,4% yoy dari 1,9%). Net ekspor
masih berkontribusi negatif namun membaik
(-3,4% dari -8,1%) ditopang kenaikan ekspor
(0,6% dari -0,9%) dan perlambatan impor
(5,6% dari 11,0%).
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
% yoy Malaysia
Sumber: WEO October 2018, Bloomber
Filipina Singapura Thailand Vietnam
Grafik 2.85 Pertumbuhan PDB Tahunan
Sumber: Bloomber
0,0
1,2
2,4
3,6
4,8
6,0
7,2
8,4
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42013 2014 2015 2016 2017 2018
% yoy % yoyThailand, lhs Malaysia, rhs Filipina, rhsSingapura, rhs Vietnam, rhs
Grafik 2.86 Pertumbuhan PDB
Pertumbuhan ekonomi Filipina
meningkat secara terbatas (6,1% yoy
dari 6,0%), ditopang perbaikan konsumsi
rumah tangga. Konsumsi rumah tangga
menguat (5,4% yoy dari 5,2% yoy) didukung
oleh peningkatan remitansi, pasar tenaga kerja
yang solid, serta tekanan inflasi yang mereda.120
Sebaliknya, investasi hanya tumbuh 5,5% yoy,
turun tajam dari 18,2% pada TW3-18, akibat
moderasi subsektor konstruksi (9,8% yoy dari
17,4%). Dukungan belanja pemerintah tetap
120 Remitansi Filipina pada TW4-18 tumbuh 5,2% yoy dari 2,2% pada TW3-18, dan tingkat pengangguran domestik pada TW4-18 sebesar 5,1% (turun signifikan dari 5,4%).
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
87
itu, net ekspor masih berkontribusi positif dan
naik menjadi 2,7% (dari 1,8%).
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
%% Malaysia Thailand SingapuraVietnam Filipina, rhs
Sumber: Bloomber, Tradingeconomics
Grafik 2.89 Tingkat Pengangguran
-4
-2
0
2
4
6
8
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122016 2017 2018
% yoy % yoy Filipina, lhs Singapura, lhs Vietnam, lhsMalaysia, rhs Thailand, rhs
Sumber: Bloomber, Tradingeconomics
Grafik 2.90 Produksi Industri
Kinerja konsumsi di kawasan,
mixed dengan pelemahan konsumsi
terjadi di Singapura. Penjualan ritel
Singapura terkontraksi makin dalam
(-2,4% yoy dari -0,4%) terutama penjualan
kendaraan, aksesoris, pakaian dan alas
kaki, serta bahan bakar. Kondisi tersebut
disebabkan pelemahan sentimen konsumsi
terimbas ketidakpastian dan pelemahan
-10,0
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q42016 2017 2018
% Malaysia Filipina Singapura, rhs Thailand
Sumber: Bloomber, diolah
Grafik 2.87 Kontribusi Net Ekspor
terhadap PDB
-10
0
5
-5
10
15
20
25
-10
0
5
-5
10
15
20% yoy% yoy Filipina, lhs Singapura, lhs Thailand, rhs
Vietnam, lhs
Sumber: Bloomber, CEIC
Malaysia, rhs
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
Grafik 2.88 Penjualan Ritel
Berbeda dengan ASEAN-5 lainnya,
PDB Singapura tertahan (1,9% yoy, dari
2,4%) akibat penurunan konsumsi rumah
tangga dan pengeluaran pemerintah.
Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat
(1,2% yoy dari 2,7% pada TW3-18),
sedangkan belanja pemerintah hanya tumbuh
0,7% yoy (dari 2,3%). Investasi terkontraksi
namun menyempit (-3,1% yoy dari -7,0%)
akibat kontraksi investasi intellectual property,
konstruksi residensial, dan permesinan
yang dikompensasi oleh investasi konstruksi
nonresidensial dan transportasi. Sementara
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
88
sedikit termoderasi –namun masih tumbuh
relatif tinggi–menjadi 12,1% yoy (dari 12,9%
pada TW3-18). Di samping penjualan bahan
bakar, penurunan penjualan terjadi pada alat
rumah tangga terimbas implementasi sales
and service tax (SST) sejak September 2018.126
Aktivitas produksi ASEAN-5 pada
TW4-18 cenderung menguat, kecuali di
Vietnam dan Filipina. Produksi industri
Singapura tumbuh 4,7% yoy (dari 3,5% pada
TW3-18) disumbang produksi farmasi dan
peralatan transportasi lain-lain. Akselerasi
output juga terjadi di Malaysia (3,2% yoy
dari 2,4% pada TW3-18) dipicu produksi
minyak mentah dan gas alam –meski masih
di zona kontraksi (-0,5% yoy dari -5,3%).
Kinerja industri Thailand meningkat tipis
2,6% yoy dari 2,4% dikontribusi produksi
rokok, minuman, kendaraan bermotor,
dan makanan, sejalan dengan peningkatan
permintaan domestik.127 Sebaliknya, output
industri Filipina terkontraksi -1,8% yoy setelah
terakselerasi sebesar 6,2% pada TW3-18,
terimbas pengetatan moneter, pelemahan
konsumsi domestik, dan kontraksi ekspor.
Penurunan output terjadi pada industri
makanan, minyak, dan kimia. Output industri
Vietnam juga menurun (9,6% dari 11,6%),
sejalan dengan kinerja ekspor. Moderasi
output terutama pada industri pengolahan
minyak, kendaraan, dan farmasi.
126 Alat elektronik dikenakan pajak SST sebesar 10%.127 Produksi rokok melonjak hingga 143,6% yoy pasca go-
public BUMN rokok Thailand Tobacco Monopoly (TTM) pada Mei 2018 dan pembukaan lini produksi baru. Sejak Agustus 2018, TOAT memusatkan produksi pada satu pabrik baru di Ayutthaya dengan kapasitas produksi hingga 60 ribu batang rokok per hari.
ekonomi global, serta high-base effect.121
Penurunan penjualan kendaraan juga
disebabkan dihapusnya tax rebate bagi emisi
pollutant matter (PM) dalam skim VES mulai
1 Juli 2018122, serta meningkatnya jasa ride-
hailing dan car-sharing. Moderasi konsumsi
juga terjadi di Filipina, terindikasi pada
perlambatan kredit konsumsi (outstanding
kredit tumbuh 11,5% yoy, dari 13,9%) akibat
pengetatan moneter.123,124
Sebaliknya, kinerja konsumsi
Thailand, Vietnam, dan Malaysia tetap
solid. Penjualan ritel Thailand terakselerasi
hingga 14,8% yoy dari 14,1%. Kenaikan
penjualan terjadi pada kendaraan, seiring
peluncuran low-cost car dan pelonggaran
persyaratan kredit kendaraan. Akselerasi
konsumsi juga sejalan kondisi pasar tenaga
kerja yang makin solid.125 Penjualan ritel
Vietnam selama TW4-18 juga meningkat
13,4 % yoy dari 11,7%, ditopang moderasi
inflasi. Sementara itu, penjualan ritel Malaysia
121 Penjualan ritel pada TW4-17 tumbuh relatif tinggi (3,9% yoy), tertinggi sejak TW4-15, ditopang penjualan kendaraan.
122 Sejak 1 Januari 2018, Singapura memberlakukan Vehicular Emissions Scheme (VES), menggantikan Carbon Emissions-Based Vehicle Scheme (CEVS). VES memperhitungkan emisi polutan hidrokarbon (HC), karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), dan zat partikulat (particulate matter/PM), di samping emisi karbondioksida (CO2).
123 Pelemahan konsumsi Filipina turut terkonfirmasi pada rerata pertumbuhan net sales index –indikator total keuntungan penjualan– yang turun signifikan menjadi 8,2% yoy dari 12,8%.
124Bank sentral Filipina (BSP) telah menaikkan suku bunga sebanyak 175 bps dalam lima pertemuan Monetary Policy Committee (MPC) berturut-turut sejak Mei 2019 untuk meredam inflasi.
125 Tingkat pengangguran pada Desember 2018 sebesar 0,91%, dari 0,97% pada September 2018.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
89
pada TW4-18, dari USD10,8 miliar.
Rerata pertumbuhan ekspor Filipina TW4-18
terkontraksi menjadi -2,3% yoy dari 1,5%
pada TW3-18, terutama pada ekspor produk
elektronik, petroleum, dan emas ke Hong
Kong, Tiongkok, dan Singapura. Pada saat
yang sama, impor terkoreksi cukup signifikan
menjadi 6,3% yoy (dari 22,9%) khususnya
produk elektronik, alat transportasi, dan besi
dan baja.
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
Sumber: CEIC
Grafik 2.91 Ekspor
-40,0
-30,0
-20,0
-10,0
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoyMalaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam
Sumber: CEIC
Grafik 2.92 Impor
Neraca perdagangan Thailand
pada TW4-18 kembali mencatat defisit,
namun menyempit seiring penurunan
Neraca perdagangan ASEAN-5
menurun, kecuali di Thailand dan
Malaysia, terimbas pelemahan demand
Tiongkok dan tensi perdagangan
Tiongkok-AS. Surplus neraca perdagangan
Singapura turun menjadi SGD9,0 miliar dari
SGD14,4 miliar, terendah dalam 23 triwulan.
Ekspor Singapura terkoreksi menjadi 7,3%
yoy (dari 12,7% pada TW3-18) akibat
berkurangnya ekspor bahan bakar mineral,
bahan dan produk kimia, dan farmasi,
khususnya ke Indonesia, Malaysia, India, dan
Uni Eropa. Sementara itu, ekspor ke Tiongkok
dan Korea masih terkontraksi, namun
menyempit. Impor Singapura juga turun
menjadi 11,6% yoy dari 17,0%, terutama
impor bahan bakar mineral, electronic valves,
serta besi dan baja, dari Tiongkok, Arab
Saudi, dan Jepang.
Surplus neraca perdagangan
Vietnam menyempit menjadi USD111,5
juta, setelah mencatat rekor sebesar
USD3,2 miliar pada TW3-18. Ekspor
Vietnam turun menjadi 6,3% yoy pada TW4-
18 dari 14,3% yoy pada TW3-18 akibat
kontraksi ekspor ke Tiongkok dan Hong Kong,
serta moderasi ekspor ke India, terutama
alat komunikasi, komponen listrik, kamera,
serta besi dan baja. Impor Vietnam juga
turun menjadi 6,3% yoy (dari 14,3%) akibat
penurunan impor yang berasal dari Tiongkok,
AS, Jepang, dan Thailand, khususnya impor
telepon dan komponen telepon, logam dasar,
besi dan baja, serta minyak.
Defisit neraca perdagangan
Filipina melebar menjadi USD11,7 miliar
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
90
Kondisi berbeda terjadi di Malaysia,
surplus neraca perdagangan pada TW4-
18 meningkat menjadi MYR34,8 miliar
dari MYR25,2 miliar pada TW3-18. Ekspor
tumbuh 8,2% yoy pada TW4-18 (dari 5,2%)
–ditopang oleh ekspor gas alam cair, minyak,
serta produk elektronik ke Singapura, Jepang,
dan Vietnam. Sementara itu, impor terkoreksi
menjadi 5,7% yoy (dari 6,2%) karena
penurunan impor minyak, permesinan, serta
besi dan baja.
Tekanan inflasi di seluruh negara
ASEAN-5 menurun dikontribusi biaya
bahan bakar dan makanan, bahkan
inflasi di beberapa berada di bawah
target.128 Tekanan inflasi Vietnam turun
menjadi 3% yoy pada Desember 2018 dari
4% pada September karena komponen biaya
transportasi, perumahan, dan makanan.
Inflasi Thailand juga turun relatif tajam
menjadi 0,4% yoy (dari 1,3%) –dipengaruhi
pada biaya transportasi serta high-base effect
harga minuman beralkohol dan rokok akibat
kenaikan cukai.129 Sementara itu, inflasi
Singapura turun menjadi 0,46% yoy pada
Desember (dari 0,72% yoy pada September)
disumbang biaya transportasi dan makanan,
terutama makanan siap saji. Inflasi Malaysia
juga melemah menjadi 0,2% yoy (dari 0,3%)
karena penurunan biaya bahan bakar dan
harga sayuran, serta perubahan kebijakan
128 Pada 2018, target inflasi Malaysia sebesar 1,5%-2,5%, Thailand sebesar 1%-4%, Vietnam 5%, sementara Filipina sebesar 2%-5%.
129 Sejak 16 September 2017, Thailand menaikkan cukai bagi produk tembakau, minuman beralkohol, dan minuman bergula (sugary drinks).
impor yang lebih dalam dibandingkan
ekspor. Total neraca perdagangan pada
TW4-18 sebesar -USD392,4 juta, dari –
USD617,1 juta pada TW3-18. Pertumbuhan
ekspor terkoreksi menjadi 2,0% yoy dari
3,3% pada TW3-18, akibat penurunan ekspor
komponen komputer, kendaraan, minyak,
dan petrokimia, ke Kamboja, Filipina, Uni
Eropa, dan Hong Kong. Impor juga terkoreksi
cukup dalam menjadi 5,9% yoy (dari 14,4%
yoy), terutama impor emas, bahan bakar,
serta bahan baku dan setengah jadi non-
agrikultur.
-3,0
-1,5
0,0
1,5
3,0
4,5
6,0
7,5
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy Malaysia
Sumber: Bloomberg
Filipina Singapura Thailand Vietnam
Grafik 2.93 Inflasi
0,3
0,5
0,7
0,9
1,1
1,3
1,5
1,7
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% yoy% yoy Malaysia Filipina SingapuraVietnam Thailand, rhs
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.94 Inflasi Inti
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
91
Inflasi inti ASEAN-5 bergerak
variatif. Inflasi inti Malaysia meningkat (0,4%
yoy pada Desember 2018 dari 0,3% pada
September 2018) terimbas pelemahan nilai
tukar ringgit, berlakunya sales and service tax
(SST) sejak 1 September 2018, serta aktivitas
konsumsi yang cukup solid.134 Kenaikan inflasi
inti juga terjadi di Vietnam (1,7% yoy dari
1,6%) sejalan dengan perbaikan aktivitas
konsumsi. Di Singapura, inflasi inti meningkat
dan masih berada di level yang tinggi meskipun
konsumsi domestik melemah. Inflasi inti
Singapura mencapai 1,9% yoy pada Desember
(dari 1,8% pada September) jauh di atas angka
inflasi headline – terutama disebabkan oleh
kenaikan harga tiket pesawat, belanja liburan,
dan kenaikan harga pakaian. Di sisi lain,
inflasi inti Filipina masih tertahan pada level
yang tinggi (4,7%) dengan kecenderungan
menurun. Inflasi inti Thailand juga turun
menjadi 0,7% yoy dari 0,8%, namun lebih
disebabkan high base-effect.
Pergerakan inflasi yang masih
terkendali memberikan ruang bagi Bank
Sentral Malaysia dan Vietnam untuk
melanjutkan kebijakan akomodatif. Bank
Negara Malaysia (BNM) mempertahankan
suku bunga kebijakan pada level 3,25% pada
pertemuan Monetary Policy Committee (MPC)
8 November 2018, dan tetap dipertahankan
akreditasi dari NFA. AO tersebut juga memerintahkan instansi terkait untuk memprioritaskan pemrosesan impor agrikultur, baik dari sisi bongkar-muat, logistik, transportasi, dan distribusi. Selanjutnya, pada Oktober 2018 pemerintah memerintahkan untuk melaksanakan impor beras tanpa hambatan (unimpeded).
134 Secara rerata, ringgit Malaysia melemah 2,0% selama TW4-18 dibandingkan rerata TW3-18.
harga bahan bakar.130 Tekanan inflasi di
Filipina turun signifikan meski masih berada
di level yang tinggi. Inflasi Desember 2018
turun ke level 5,1% yoy, setelah mencatat
inflasi hingga 6,7% pada September 2018 –
tertinggi sejak Maret 2009. Moderasi inflasi
dikontribusi harga makanan khususnya beras,
biaya transportasi, dan gas.
Harga beras –salah satu
kontributor terbesar inflasi Filipina131–
turun signifikan (6,0% yoy dari 10,4%)
ditopang musim panen dan langkah
kebijakan pemerintah. Rerata stok beras
nasional membaik meski masih di area
kontraksi (-7,0% yoy pada TW4-18 dari
-19,4%). Perbaikan tersebut dipicu panen
raya sejak Oktober 2018 serta lonjakan
impor selama TW3-18.132 Kenaikan impor
berlanjut di TW4-18 seiring serangkaian
kebijakan pemerintah dalam rangka menjaga
ketersediaan bahan pokok dan komoditas
utama pada harga yang reasonable.133
130 Sejak 1 Desember 2018, harga bensin dan diesel RON95 ditetapkan berdasarkan sistem mengambang terkendali (managed float) berdasarkan perkembangan harga minyak dunia. Sebelumnya, harga bahan bakar ditetapkan oleh pemerintah pada level tertentu, sehingga penurunan harga bahan bakar dunia tidak berdampak kepada harga jual di SPBU.
131 Bobot harga beras dalam inflation basket Filipina sebesar 9,6%.
132 Total impor beras selama TW3-18 mencapai 0,8 ton –tertinggi dalam 8,5 tahun terakhir– untuk mengantisipasi menurunnya produksi akibat bencana alam.
133 Pada 21 September 2018, Presiden Duterte mengesahkan Administrative Order (AO) 13. Melalui AO tersebut, pemerintah: (i) menghapuskan non-tariff barriers impor agrikultur, (ii) menyetujui peningkatan kuata impor beras bagi sektor swasta, (iii) meningkatkan impor perikanan. Sebelumnya, impor beras dimonopoli oleh National Food Authority (NFA), dan pihak swasta hanya dapat melakukan impor sesuai kuota yang ditetapkan NFA setelah mendapat
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
92
dari policy band MAS sejak MPC April 2018
serta potensi meningkatnya inflasi inti dipicu
output gap Singapura yang positif –meski
tipis–, serta proyeksi kenaikan harga minyak
dan pangan global.136
Bank of Thailand (BoT) menaikkan
suku bunga kebijakan meski tekanan
inflasi menurun dan nilai tukar relatif
terkendali.137 Suku bunga kebijakan
Thailand naik sebesar 25 bps menjadi
1,75% pada MPC 19 Desember 2018, yang
merupakan kenaikan pertama kalinya sejak
2011. Langkah tersebut ditempuh untuk
mengatasi risiko instabilitas sektor keuangan
−antara lain akibat kebijakan moneter
longgar selama ini− serta untuk memperlebar
ruang kebijakan (policy space), khususnya di
tengah ketidakpastian menjelang pemilihan
umum.138
Di sisi kebijakan makroprudensial,
BoT memperketat aturan loan-to-value
(LTV) kredit pemilikan rumah (KPR).
Kebijakan suku bunga rendah yang telah
cukup lama ditempuh BoT memicu sejumlah
kerentanan di sektor keuangan, antara lain
136 Inflasi inti Singapura adalah inflasi yang tidak memperhitungkan biaya akomodasi dan kendaraan (private road transport). Sementara itu, harga pangan dan harga minyak menjadi salah satu pembentuk inflasi inti. Pada MPC 12 Oktober 2018, MAS memprediksi harga kedua komoditas tersebut akan melanjutkan peningkatan harga yang telah terjadi sejak September 2018.
137 Rerata nilai tukar Baht selama TW4-18 terapresiasi 0,5% dibandingkan TW3-18, ditopang surplus neraca berjalan dan cadangan devisa yang tinggi. Surplus neraca berjalan selama 2018 sebesar USD35,2 miliar (7,0% PDB) dan cadangan devisa per Desember 2018 sebesar USD205,6 miliar (setara 10 bulan impor).
138 Thailand akan melaksanakan pemilu pada Maret 2019, setelah beberapa kali tertunda.
pada pertemuan 24 Januari 2019. State Bank
of Vietnam (SBV) juga melanjutkan kebijakan
akomodatif dengan mempertahankan suku
bunga acuan (refinancing rate) sebesar 6,25%.
Bank sentral Filipina kembali
menempuh pengetatan kebijakan untuk
meredam laju inflasi. Bangko Sentral ng
Pilipinas (BSP) menaikkan suku bunga acuan
sebesar 25 bps menjadi 4,75% pada 15
November 2018, melanjutkan pengetatan
yang ditempuh sejak Mei 2018. Di samping
untuk mengatasi inflasi, langkah kebijakan
tersebut juga ditujukan untuk merespons
dampak normalisasi kebijakan moneter
negara maju dan penguatan USD terhadap
aliran modal dan nilai tukar. Namun demikian,
seiring laju inflasi yang mulai terkendali, BSP
mempertahankan suku bunga kebijakan pada
MPC Desember 2018.
Otoritas moneter Singapura
juga menempuh pengetatan moneter
seiring ekspektasi peningkatan inflasi
inti. Monetary Authority of Singapore
(MAS) menaikkan slope laju apresiasi SGD
NEER secara terbatas (slightly) pada MPC
12 Oktober 2018, namun lebar (width) dari
policy band serta titik tengah policy band
tetap dipertahankan.135 Langkah tersebut
merespons perkembangan nilai tukar yang
terapresiasi dan berada pada upper half
135 MAS menggunakan target NEER (Nominal Effective Exchange Rate) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter dan kenaikan slope apresiasi SGD NEER mencerminkan pengetatan kebijakan. Sebelumnya, pada MPC April 2018 MAS mengubah arah kebijakan SGD NEER dari bias netral (yang telah dianut sejak April 2016) menjadi modest and gradual appreciation.
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
93
Otoritas Malaysia menargetkan pertumbuhan
PDB 2019 sebesar 4,9%, sementara IMF
memprediksi ekonomi tumbuh 4,6%,
dari 4,8% pada 2018. Pelemahan ekspor
juga akan berimbas kepada ekonomi
Singapura, khususnya terhadap sektor yang
berorientasi ekspor, antara lain perdagangan,
transportasi, keuangan dan asuransi. Otoritas
memperkirakan ekonomi tumbuh 1,5%-
3,5% pada 2019, dengan bias ke bawah.
Sejalan dengan otoritas, IMF memprediksi
ekonomi Singapura tumbuh 2,5%, dari 3,3%
pada 2018.
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 122015 2016 2017 2018
% Malaysia
Sumber: Tradingeconomics
Filipina Thailand Vietnam
Grafik 2.95 Suku Bunga Kebijakan
119
121
123
125
127
129
Sumber: Bloomberg dan MAS
Jan-
15M
ar-1
5M
ay-1
5Ju
l-15
Sep-
15N
ov-1
5Ja
n-16
Mar
-16
May
-16
Jul-1
6Se
p-16
Nov
-16
Jan-
17M
ar-1
7M
ay-1
7Ju
l-17
Sep-
17N
ov-1
7Ja
n-18
Mar
-18
May
-18
Jul-1
8Se
p-18
Nov
-18
Indeks
Pelonggaran Jan- 2015: slope S$NEER diubah
Pelonggaran Apr- 2016:slope S$NEER diubah
Pengetatan Apr- 2018:slope S$NEER ditingkatkan
Pelonggaran Okt- 2015:slope S$NEER diubah menjadi 0,5% dari 1%
menjadi 1% dari 2% menjadi netral (0%)
Pengetatan Okt- 2018 :slope S$NEER kembaliditingkatkan
Grafik 2.96 Kebijakan Moneter Singapura
mendorong spekulasi dan perilaku mencari
imbal hasil di pasar properti139, akselerasi
pertumbuhan kredit rumah tangga dan
harga properti, serta meningkatnya non-
performing loan (NPL) pada segmen kredit
properti. Merespons kerentanan tersebut,
BoT menaikkan rasio loan-to-value (LTV) KPR
terutama untuk pembelian rumah kedua dan
seterusnya, efektif per 1 April 2019.
Moderasi pertumbuhan ekonomi
ASEAN-5 diprediksi berlanjut akibat
pelemahan demand ekspor, tensi
perdagangan, serta meningkatnya
ketidakpastian ekonomi global. Demand
domestik (konsumsi dan investasi swasta)
diperkirakan menjadi penopang aktivitas
ekonomi Malaysia pada 2019. Kinerja
konsumsi rumah tangga ditopang stabilitas
pasar tenaga kerja dan kenaikan upah, yang
selanjutnya mendorong investasi swasta,
khususnya di sektor jasa dan manufaktur.
Sebaliknya, konsolidasi dan rasionalisasi
fiskal (pemangkasan belanja dan investasi
publik) tetap berlangsung untuk menurunkan
utang pemerintah di tengah moderasi
penerimaan pemerintah. Sementara itu,
pelemahan ekonomi global dan penurunan
harga komoditas akan menahan kinerja
eksternal seiring tingginya share ekspor
terhadap ekonomi Malaysia (70% PDB).
139 Persaingan pasar yang ketat menyebabkan bank melonggarkan persyaratan KPR. Selama ini, aturan KPR hanya berupa panduan BoT yang tidak bersifat wajib: (i) pembelian rumah dengan nilai di atas 10 juta baht perlu disertai uang muka sedikitnya 20%, dan (ii) uang muka bagi pembelian properti kedua dengan harga di bawah BHT100 juta minimal sebesar 5% bagi low-rise housing dan 10% bagi pembelian kondominium.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
94
(targeted fuel subsidies). Peningkatan inflasi
turut dipengaruhi faktor low-base effect,
yaitu menurunnya inflasi sejak Juni 2018
seiring pemberlakuan pajak 0% menjelang
implementasi SST. Namun demikian,
tekanan tersebut dikompensasi penurunan
harga bahan bakar –sejalan dengan outlook
harga minyak yang melemah dan kebijakan
managed float harga bahan bakar. Kondisi
serupa juga terjadi di Singapura. Di satu sisi,
tekanan harga akan berasal dari pasar tenaga
kerja yang ketat, output gap yang positif meski
tipis, serta rencana kenaikan pajak diesel mulai
18 Februari 2019. Di sisi lain, harga di sektor
telekomunikasi, kelistrikan, dan ritel tertekan
karena kompetisi yang ketat. Tekanan inflasi
Vietnam diperkirakan meningkat dipicu
kenaikan pajak produk petroleum, batubara,
dan kantong plastik mulai 1 Januari 2019,
kenaikan upah minimum sebesar 5,3%
pada 2019, dan rencana kenaikan tarif listrik
untuk mendorong masuknya investasi asing
di sektor kelistrikan. Sebaliknya, proyeksi
inflasi Thailand dan Filipina diperkirakan
menurun seiring penurunan harga minyak
internasional dan meningkatnya pasokan
pangan –baik dari domestik maupun impor–,
terutama di Filipina. Sementara itu, kenaikan
pajak bahan bakar dalam kerangka TRAIN
(Tax Reform for Acceleration and Inclusion)140
140 TRAIN (berdasarkan Republic Act 10963) diterapkan Filipina sejak 1 Januari 2018 dengan tujuan menciptakan sistem pajak yang lebih sederhana, adil, dan efisien, serta meningkatkan penerimaan pajak. Pada kebijakan tersebut, bahan bakar termasuk komoditas dikenai kenaikan pajak tahunan selama 2018 hingga 2020. Apabila rata-rata harga minyak dunia mencapai USD80 per barel dalam tiga bulan menjelang kenaikan pajak periode berikutnya, maka
Ekonomi Vietnam, Filipina,
dan Thailand diprediksi termoderasi
meski dukungan dari sisi domestik
cukup solid. Pelemahan eksternal juga
membayangi ekonomi Vietnam, meski dari
sisi domestik aktivitas ekonomi ditopang
oleh restrukturisasi ekonomi, iklim bisnis
yang mendukung, serta akselerasi konsumsi
seiring meningkatnya jumlah penduduk
kelas menengah. Otoritas memprediksi
PDB 2019 Vietnam di kisaran 6,6%-6,8%,
sedangkan prediksi IMF sebesar 6,5%, dari
7,1% pada 2018. Serupa dengan Vietnam,
ekonomi Filipina diperkirakan tetap tumbuh
solid pada 2019. Konsumsi rumah tangga
ditopang oleh penurunan inflasi dan pasar
tenaga kerja yang ketat. Selain itu, investasi
dan pengeluaran pemerintah dalam kerangka
program “Build, Build, Build” Presiden Duterte
akan mendukung aktivitas ekonomi Filipina.
Otoritas memproyeksi PDB Filipina 2019
sebesar 6,6%, sama dengan prediksi IMF.
Ekonomi Thailand juga diperkirakan didorong
investasi swasta dan konsumsi rumah tangga,
di tengah pelemahan aktivitas eksternal.
Otoritas Thailand memperkirakan ekonomi
tumbuh 4,0% pada 2019, sementara proyeksi
IMF sebesar 3,9%, dari 4,2% pada 2018.
Inflasi ASEAN-5 diperkirakan
bergerak variatif pada 2019, seiring
kebijakan domestik di beberapa negara
dan dinamika harga komoditas global.
Inflasi Malaysia diperkirakan meningkat
secara gradual. Tekanan harga bersumber dari
kenaikan pajak (implementasi SST), depresiasi
ringgit, serta reformasi subsidi bahan bakar
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Beberapa Negara dan Kawasan
95
komoditas global. Risiko di sisi eksternal
berasal dari perlambatan ekonomi global
dan ekonomi Tiongkok, eskalasi konflik
perdagangan, meningkatnya volatilitas di
pasar keuangan, kondisi keuangan global
yang mengetat, serta tensi geopolitik.
Tabel 2.8 Proyeksi Pertumbuhan
PDB ASEAN-5 (% yoy)
Tabel 2.9 Proyeksi Inflasi ASEAN-5 (% yoy)
akan diterapkan sesuai jadwal pada 1 Januari
2019 diperkirakan tidak berimbas signifikan
terhadap inflasi Filipina.
Sejumlah risiko eksternal maupun
domestik berpotensi menghambat
perekonomian ASEAN-5 ke depan.
Dari sisi domestik, sumber risiko ekonomi
Singapura berasal dari moderasi kinerja sektor
transportasi dan konstruksi residensial, seiring
pengetatan aturan kepemilikan kendaraan
dan kepemilikan rumah. Di Thailand, risiko
berasal dari potensi ketegangan domestik
menjelang pemilihan umum 24 Maret
2019 serta utang rumah tangga dan non-
performing loan (NPL) yang tinggi. Di Filipina,
peningkatan impor agrikultur berpotensi
menekan harga jual produk pertanian lokal
dan pendapatan petani. Filipina juga akan
melaksanakan pemilu pada 13 Mei 2019.
Ekonomi Malaysia masih dibayangi oleh
utang pemerintah yang tinggi, ketidakpastian
kebijakan pemerintah, serta dinamika harga
kenaikan pajak dapat ditunda. Sebelumnya, pada 14 Oktober 2018 Duterte membatalkan kenaikan pajak per 1 Januari 2019. Namun keputusan tersebut dianulir karena meningkatnya kebutuhan penerimaan pajak untuk mendanai program infrastruktur “Build, Build, Build”.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2019
96
Halaman ini sengaja dikosongkan