BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00841-IF...
-
Upload
phungthuan -
Category
Documents
-
view
236 -
download
4
Transcript of BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00841-IF...
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Pengertian Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah sistem yang terdiri dari komputer –
komputer, serta perangkat – perangkat yang saling terhubung sebagai satu
kesatuan. Dengan di hubungkannya perangkat – perangkat tersebut kita dapat
saling berbagi sumber daya antar satu perangkat dengan perangkat lainnya.
Sedangkan dalam istilah komputer, jaringan merupakan penghubung antara
dua komputer atau lebih yang tujuan utamanya adalah saling berbagi data.
(Wahana Komputer, 2010:2)
Sedangkan menurut definisi dari (Solekan,ST ,2009:91) yang di
maksud jaringan komputer adalah suatu himpunan interkoneksi sejumlah
komputer. Atau dapat dijelaskan sebagai kumpulan beberapa komputer yang
saling terhubung satu sama lain melalui media perantara. Media perantara ini
bisa berupa kabel ataupun tanpa kabel (nirkabel).
Arsitektur yang digunakan oleh jaringan komputer pada umumnya
menggunakan sistem client-server. Klien (client) adalah pihak yang meminta
layanan, sedangkan Server adalah pihak penyedia layanan. Sistem ini berjalan
ketika client membutuhkan beberapa sumber daya yang diperlukan dan
dimiliki oleh server sebagai penyedia layanan yang akan memfasilitasi
sumber daya yang diminta oleh klien.
2.1.2 Jenis Jaringan Komputer
Jaringan komputer dalam penerapannya dibagi berdasarkan skala/area,
yang terdiri dari 4 jenis, yaitu :
6
1. LAN (Local Area Network)
LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relatif kecil,
umumnya dibatasi oleh area lingkungan. Contoh : kantor, sekolah ataupun
cafe. Jarak dari tiap-tiap node yang terhubung didalamnya tidak lebih dari
200 meter. (Syafrizal, 2005 : 8)
LAN berupa jaringan privat yang berhubungan menghubungkan
device didalam ruangan seperti kantor, gedung atau kampus. Sebuah
jaringan dapat dikatakan LAN apabila minimal ada 2 buah komputer yang
terhubung dengan data rate awal sebesar 4-16 Mbps dan berkembang
hingga saat ini mencapat kecepatan 100 ataupun 1000 Mbps. (Forouzan &
Fegan, 2007 : 13-14)
Komponen utama LAN (Bhunia, 2005:122) :
a. Media transmisi (bisa berupa kabel).
b. Medium-access Controller (MAC).
c. Interface yang terhubung jaringan.
Gambar 2.1 Topologi Local Area Network
2. MAN (Metropolitan Area Network)
MAN juga merupakan jaringan yang ukurannya berada diantara
LAN dan WAN. Didesain untuk pelanggan yang membutuhkan kecepatan
yang tinggi yang biasanya untuk akses internet dan akses jaringan yang
ada pada sebuah kota. (Forouzan & Fegan: 2007, 15).
7
MAN dalam bentuk fisik merupakan gabungan dari beberapa LAN.
Standar dari kategori MAN yang sekarang diemplementasikan adalah
IEEE802.6. (Bagad & Dotre, 2009 : 8)
Gambar 2.2 Topologi Metropolitan Area Network
3. WAN (Wide Area Network)
Sebuah WAN menyediakan jarak yang jauh untuk mentrasmisi
data, gambar, audio, video dan informasi pada area geografis yang besar.
Area ini dapat berupa sebuah negara, benua, dan bahkan hampir
keseluruhan dunia. (Forouzan & Fegan, 2007 :14)
Karakteristik dari WAN adalah (Barrett & King, 2005 : 117-118) :
a. Areanya mencakupi wilayah geografis yang luas.
b. Untuk koneksi yang digunakan biasanya menggunakan penyedia
layanan komunikasi seperti perusahaan teleopon ataupun internet
service provider (ISP).
Gambar 2.3 Topologi Wide Area Network
8
Perbedaan antara LAN, MAN dan WAN adalah :
Tabel 2.1 Perbandingan LAN, MAN dan WAN
2.1.3 Topologi Jaringan Komputer
Menurut Dede Sopandi (2008 : 27-32). “Topologi jaringan adalah
susunan atau pemetaan interkoneksi antara node, dari suatu jaringan, baik
secara fisik (riil ) dan logis (virtual). Topologi menggambarkan metode yang
digunakan untuk melakukan pengkabelan secara fisik dari suatu jaringan”.
Topologi fisik jaringan adalah cara yang digunakan untuk
menghubungkan workstation-workstation di dalam LAN tersebut. Macam-
macam topologi jaringan fisik, antara lain :
1. Topologi Bus
Topologi bus merupakan sebuah arsitektur jaringan dimana satu set client
terhubung pada satu kabel utama (backbone) yang dinamakan bus.
Topologi bus adalah cara yang paling sederhana untuk menghubungkan
Jenis Karakteristik Batas
LAN Kecepatannya tinggi,
perusahaan yang mempunyai
semua peralatannya.
Biasanya digunakan untuk
satu bangunan kecuali letak
antara gedung yang
berdekatan.
MAN Kecepatannya lebih lambat
dari LAN. Perusahaan
menggunakan jasa perusahaan
telekomunikasi untuk
infrastrukturnya.
Menghubungkan jaringan
antara kota-kota.
WAN Gabungan antara LAN dan
MAN, digunakan untuk
menghubungkan banyak LAN
didalam sebuah kota.
Koneksinya hanya terbatas
pada satu kota.
9
banyak client, namun masalah yang banyak dihadapi adalah pada saat dua
client akan mengirimkan data pada saat yang bersamaan pada bus yang
sama yang dapat mengakibatkan terjadinya collision.
Gambar 2.4 Topologi Jaringan Bus
2. Topologi Star
Topologi star merupakan salah satu topologi yang paling umum
digunakan. Semua kontrol dalam topologi star dipusatkan pada satu titik
yang dinamakan primary station dan terminal lain sebagai secondary
station. Satu titik tersebut dinamakan hub atau switch yang berfungsi
untuk menerima sinyal dari komputer dan meneruskannya ke semua
komputer yang berhubungan dengan hub atau switch tersebut.
Gambar 2.5 Topologi Jaringan Stars
3. Topologi Ring
Topologi ring merupakan sebuah topologi jaringan dimana tiap-tiap node
terhubung ke dua node lainnya, sehingga membentuk sebuah cincin.
Topologi ring kurang efisien jika dibandingkan dengan topologi star,
karena pada topologi ini data harus melalui banyak titik sebelum data
10
mecapai tujuan. Namun kelebihan topologi ini dibandingkan dengan
topologi star adalah topologi ini dapat mencari jalur alternatif jika jalur
yang terdekat untuk ke titik tujuan sedang rusak ataupun sebaliknya.
Gambar 2.6 Topologi Jaringan Ring 4. Topologi Mesh
Topologi mesh adalah sebuah cara untuk me-route data, suara, dan
instruksi diantara titik-titik jaringan. Topologi ini memungkinkan koneksi
secara terus-menerus dan mengkonfigurasi ulang di seputar path yang
rusak atau terblok dengan cara hopping dari satu titik ke titik lainnya
sampai mecapai tujuan.
Gambar 2.7 Topologi Jaringan Mesh
11
2.1.4 Media Transmisi
Pada dasarnya banyak media yang digunakan untuk membuat jaringan
komputer. Saat ini teknologi yang dikenal berupa kabel dan nirkabel
(Wireless). Kabel merupakan media yang sudah umum digunakan untuk
transfer data dalam jaringan komputer. Media kabel menyediakan saluran
pada satu perangkat ke perangkat lainnya. Dalam jaringan komputer dikenal
beberapa jenis kabel. Berikut beberapa jenis kabel yang sudah banyak
digunakan dalam implementasinya ke jaringan komputer.
1. Kabel Tembaga
Kabel tembaga digunakan sebagai media transmisi yang ditanam
didalam tanah, kabel tembaga sendiri memiliki beberapa unsur yang
mempengaruhi kualitas tembaga itu sendiri.
a. Kapasitor: Apabila jarak antar kedua pelat semakin lebar maka
kapasitansinya semakin kecil, semakin dekat jarak antar kedua plat,
semakin besar nilai kapasitansinya.
b. Resistor : Resistansi, mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai hambatannya, seperti:
• Panjang kawat penghantar
• Luas penampang kawat penghantar
• Jenis kawat penghantar
c. Induktor : Semakin panjang jalur yang di sediakan maka semakin besar
hambatan itu dalam nilai gaya medan tertentu.
2. Kabel Twisted Pair
Dinamakan Twisted Pair karena pada tiap pasang kawatnya dipilin.
Kabel ini banyak digunakan karena keunggulannya yang memang
harganya murah. Twisted Pair terdiri dari 2 jenis, yaitu:
a. Shielded Twisted Pair
Pada kabel jenis ini kawat dibungkus pelindung berupa bahan
metalik, yang bertujuan untuk mengurangi noise elektrikal dalam kabel
maupun dari luar kabel.
12
Gambar 2.8 Kabel Shielded Twisted Pair
b. UnShielded Twisted Pair
Pada dasarnya UnShielded Twisted Pair sama saja dengan
Shielded Twisted Pair, hanya saja disini tidak adanya pembungkus
metalik yang berfungsi sebagai peredam noise dari dalam maupun dari
luar kabel. Sehingga harganya pun cenderung lebih murah untuk
digunakan.
Gambar 2.9 Kabel UnShielded Twisted Pair
3. Kabel Coaxial
Kabel Coaxial adalah kabel tembaga yang diselimuti oleh beberapa
pelindung (pelindung luar, pelindung anyaman tembaga, dan isolator
pelastik), dimana pelindung-pelindung tersebut memiliki fungsi sebagai
berikut :
a. Pelindung luar, ini adalah bagian dari pelindung yang keras. Pelindung
luar ini digunakana untuk melindungi kabel coaxial dari benturan fisik
yang keras dan juga untuk melindungi dari gangguan hewan-hewan
pengerat (sehingga bahannya biasanya dibuat dari bahan yang tidak
disukai oleh hewan pengerat seperti tikus).
13
b. Pelindung berupa anyaman serat tembaga untuk melindungi kabel dari
EMI (Electro Magnetic Interference) yang dihasilkan oleh kabel-kabel
yang berada di sekitarnya, sehingga dapat menghasilkan kecepatan
transmisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kabel Twisted-
Pair (yang sangat rentan terhadap interfensi dari luar kabel).
c. Isolator pelastik untuk membantu menfilter sinyal-sinyal interferensi
dari luar kabel sehingga inti kabel dapat dibuat bebas dari sinyal
interferensi dari luar.
Gambar 2.10 Kabel Coaxial
4. Serat Optik (Optical Fiber)
Kabel fiber optik merupakan saluran transmisi (pemindah
informasi) yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari
suatu tempat ke tempat lain. Fiber Optik terbuat dari serat kaca dan
bentuknya panjang dan tipis berdiameter lebih kurang 120 mikrometer
dengan maksimal data yang dapat di transfer sebesar 10Gbps. Serat kaca
ini merupakan serat yang dibuat secara khusus yang terbuat dari bahan
kaca murni dan kemudian diproses menjadi sebentuk gulungan kabel agar
dapat digunakan untuk melewati data yang ingin dikirim atau diterima.
Fiber optik ini terdiri dari beberapa bagian yaitu Cladding, Core,
dan Buffer Coating. Core adalah kaca tipis yang merupakan bagian inti
dari fiber optik dan menjadi tempat berjalannya cahaya sehingga
pengiriman cahaya dapat dilakukan. Cladding adalah lapisan luar yang
membungkus Core dan memantulkan kembali cahaya yang terpancar
keluar kembali ke dalam Core. Sedangkan Buffer Coating merupakan
14
lapisan plastik yang melindungi serat dari kerusakan dan kelembaban.
Core dan Cladding terbuat dari kaca sedangkan Buffer atau Coating
terbuat dari plastik agar fleksibel.
Gambar 2.11 Kabel Fiber Optic
Menurut Solekan, ST (2009:80) Kabel fiber optik yang biasa di
gunakan memiliki 3 mode yaitu :
1. Serat Optik Single Mode
Ilustrasi cara kerja :
Gambar 2.12 Single mode
Karakteristik single mode adalah :
a. Inti kecil sekali.
b. Diameter Diameter Core : 2-10 mikrometer.
c. Diameter cladding : 50-125 mikrometer.
d. Diameter coating : 250-1000 mikrometer.
15
e. Redaman : 0.1 – 0.5 dB/km.
f. Bandwidth : 500-50.000 MHz.
Kelebihan mode ini adalah Bandwidth yang sangat besar,
dispersi yang kecil sekali dibanding serat lain, memiliki redaman yang
paling kecil, dan dapat dipakai untuk jarak jauh Sedangkan
kekurangannya pembuatan yang sangat sulit dan memiliki harga yang
relative mahal. Single-Mode fiber juga dapat dibuat dengan indeks bias
yang berubah secara perlahan – lahan atau Granded Indeks.
2. Serat optik Multimode Step-Indeks.
Ilustrasi cara kerja :
Gambar 2.13 Multimode Step Indeks. Karakteristik Multi-Mode Step Indeks :
a. Indeks bias inti konstan.
b. Diameter Core : 50-250 mikrometer.
c. Diameter cladding : 125-400 mikrometer.
d. Diameter coating : 250-1000 mikrometer.
e. Redaman : 0,4 - 2 dB/km.
f. Bandwidth : 6-25 MHz.
Kelebihan mode ini adalah dalam proses pembuatannya dan
proses penyambungan yang mudah serta diimbangi dengan harga yang
relatif murah. Sedangkan kekurangannya bandwitdh yang dihasilkannya
lebih rendah dan sering terjadi dispersi dan menghasilkan Redaman
yang cukup besar sehingga digunakannya pada jarak – jarak pendek.
16
Berdasarkan hasil penelitian, penambahan prosentase bahan
silica pada serat optik ini akan meningkatkan performance tetapi jenis
serat optik ini tidak populer karena meskipun kadar silicanya
ditingkatkan, sewaktu transmit tetap besar, sehingga hanya baik
digunakan untuk menyalurkan data dengan kecepatan rendah dan jarak
dekat.
3. Serat optik Multimode Graded-Indeks.
Ilustrasi cara kerja :
Gambar 2.14 Multimode Graded Indeks
Karakteristik Multi-Mode Graded Indeks:
a. Indeks bias inti bertingkat dengan indeks bias tertinggi pada pusat
Core.
b. Diameter Core : 30-60 mikrometer.
c. Diameter cladding : 100-150 mikrometer.
d. Diameter coating : 250-1000 mikrometer.
e. Redaman : 0,2 - 1 dB/km.
f. Bandwith : 150-2000 MHz.
Kelebihan mode ini hampir sama seperti single mode seperti
bandwitdh yang lebih besar, dispersi yang lebih sedikit, Redaman yang
lebih kecil tetapi akan lebih cocok jika digunakan untuk jarak
menengah. Sedangkan kekurangannya pada proses pembuatan yang
lebih sulit di bandingkan dengan mode yang lain dan harga yang relatif
mahal.
17
2.1.5 Model Open System Interconnection (OSI)
Menurut Tanenbaum (2011 : 43 - 45) OSI (Open System
Interconnecting) mempunyai tujuh lapisan yaitu:
1. Phisycal Layer
Lapisan fisik disini bertujuan untuk mentransmisikan bit-bit
melewati saluran komunikasi dan memastikan bahwa ketika satu
sisi mengirimkan bit 1 maka sisi penerima harus mendapatkan bit 1
juga bukan 0. Protokol yang berlaku pada layer ini adalah protokol
DSL, ISDN, ethernet, optical transport network (OTN). Dan
perangkat yang digunakan pada layer ini adalah network adapter,
modem, Fiber Media Converter.
2. Data Link Layer
Tugas utama dari lapisan koneksi data adalah untuk
mengubah fasilitas transmisi dasar ke sebuah jalur yang tampak
terlihat bebas dari transmisi yang eror tanpa terdeteksi. Protokol
yang berlaku pada layer ini adalah MAC Address (Media Access
Control). Perangkat yang berada pada layer ini adalah hub, bridge,
dan switch layer 2.
3. Network Layer
Tugas utama dari lapisan jaringan adalah untuk mengontrol
subnet dan menentukan paket tersebut di arahkan dari sumber ke
tujuan. Protokol yang bekerja pada layer ini adalah IP dan
ARP(Address Resolution Protocol). Perangkat yang bekerja pada
layer ini adalah, router dan switch layer 3.
4. Transport Layer
Fungsi dasar dari lapisan pengirim ialah menerima data dari
lapisan atas kemudian memecahnya menjadi beberapa bagian kecil
18
jika dibutuhkan, melewatkannya melewati lapisan jaringan, dan
memastkan bagian-bagian tersebut sampai tujuan dengan tepat.
Protokol yang bekerja pada layer ini adalah TCP dan UDP.
5. Session Layer
Lapisan sesi mengizinkan pengguna di hardware atau mesin
yang berbeda untuk mengaktifkan sesi diantara mereka. Lapisan ini
menawarkan berbagai macam servis. Contohnya adalah TCP.
6. Presentation Layer
Tidak seperti lapisan yang berada dibawahnya yang
kebanyakan melakukan perpindahan bit-bit, lapisan presentasi
menekankan tentang sintag dan semantik dari informasi yang
dikirim. Protokol yang berada dalam level ini contohnya adalah,
layanan Workstation (dalam Windows NT) dan juga Network Shell
(semacam Virtual Network Computing (VNC) atau Remote
Desktop Protocol(RDP)).
7. Application Layer
Lapisan ini berisi oleh berbagai protokol yang umumnya
digunakan oleh user, contohnya HTTP (Hyper Text Transfer
Protokol), FTP (File Transfer Protocol), SMTP(Simple Mail
Transfer Protocol), NFS(Network FileSystem).
19
Gambar 2.15 Model OSI
2.1.6 Model TCP/IP
Menurut Tanenbaum (2011 : 46-48), model TCP/IP mempunyai 4
lapisan yaitu :
Gambar 2.16 Perbandingan Model TCP/IP dengan OSI
1. Link Layer
Lapisan ini mendeskripsikan koneksi seperti serial dan ethernet
klasik harus mampu memenuhi kebutuhan dari lapisan internet yang
bersifat conectionless.
20
2. Internet Layer
Fungsi dari lapisan ini adalah untuk mengizinkan user untuk
menyuntik paket ke berbagai network dan membiarkan paket tersebut
berjalan secara independen ke tujuannya. Protokol di layer ini sebagai
contoh adalah IP (Internet Protocol) ditambah dengan protokol
pendukung yang disebut ICMP (Internet Control Message Protocol).
3. Transport Layer
Lapisan ini di desain untuk mengizinkan entitas sejawat di
sumber dan tujuan untuk membawa percakapan, sama halnya lapisan
pengirim di OSI. Dua protokol end-to-end di definisikan di lapisan
ini. Pertama adalah TCP (Transmission Control Protokol) yang
handal dan berorientasi koneksi. TCP melakukan komunikasi dari
sumber ke tujuan untuk melakukan koneksi. Jadi ada sesi komunikasi
sebelum paket di kirimkan. Kedua adalah UDP (User Datagram
Protocol) yang tidak handal dan kurang terhadap orientasi koneksi.
UDP tidak melakukan komunikasi terlebih dahulu untuk mengirim
paket dari sumber ke tujuan.
4. Application Layer
Sama seperti lapisan aplikasi di model OSI, di model TCP/IP
lapisan ini juga merupakan kumpulan protokol-protokol yang
digunakan untuk berbagai macam tipe aplikasi seperti HTTP, FTP (File
Transfer Potocol), dan masih banyak lagi.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Wireless
Melalui buku yang berjudul Data Communications and Networking,
Forouzan (2007:203) berpendapat : “Wireless merupakan media yang
melakukan komunikasi tanpa menggunakan konduktor fisik, melainkan
dengan gelombang elektromagnetik. Sinyal gelombang disiarkan melalui
ruang bebas sehingga setiap orang dapat menerima data selama mempunyai
perangkat yang dibutuhkan.”
21
Gambar 2.17 Spektrum Elektromagnetik untuk Wireless
2.2.1.1 Pembagian Wireless
Transmisi Wireless dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
gelombang radio (radio wave), microwave, dan infra merah (infrared).
Perbedaan tiga kelompok gelombang tersebut terletak pada frekuensi
gelombang elektromagnetik. (Forouzan, 2007:205)
Gambar 2.18 Pembagian Transmisi Gelombang Wireless
22
1. Radio wave (gelombang radio)
Gelombang radio mempunyai frekuensi antara 900 kHz
sampai 1 GHz. Gelombang radio dipancarkan dengan pemancar
omnidirectional. Pemancar omnidirectional menyebarkan
gelombang ke segala arah. Kerugian dari pemancar
omnidirectional, yaitu gelombang rentan terhadap gangguan dari
pemancar lain yang mengirimkan sinyal dengan frekuensi yang
sama.
Gambar 2.19 Pemancar Omnidirectional
2. Microwave (gelombang mikro)
Microwave mempunyai frekuensi antara 1 sampai 100 GHz.
Microwave menggunakan pemancar unidirectional. Ketika
pemancar mentransmisikan microwave, pemancar pengirim dan
pemancar penerima harus disejajarkan. Keunggulan dari pemancar
unidirectional, yaitu sinyal tidak mengganggu pemancar lain
karena pemancar diletakan sejajar. Ada dua jenis antenna pemancar
unidirectional, yaitu dish antenna dan horn antenna.
Gambar 2.20 Jenis Antena Pemancar Undirectional
(a) Dish Antenna, (b) Horn Antenna
23
3. Infrared (infra merah)
Infrared mempunyai frekuensi antara 300 GHz sampai 400
THz, yang dapat digunakan untuk komunikasi jarak pendek.
Dengan frekuensi yang tinggi, infrared tidak dapat menembus
dinding. Keuntungan dari infrared adalah sistem komunikasi yang
sedang berlangsung dengan infrared tidak akan mengganggu
sistem sejenis yang berada di ruangan lain.
2.2.1.2 Standarisasi Wireless LAN IEEE
Wireless LAN menurut standar IEEE (Institute of Electrical
and Electronics Engineers) memiliki varian (Forouzan, 2007:432),
sebagai berikut:
1. 802.11a
802.11a beroperasi pada frekuensi 5 GHz dan kecepatan dapat
mencapai 54 Mbps. 802.11a efektif berada pada cakupan area yang
kecil dan kurang efektif untuk menembus gedung karena
berfrekuensi tinggi.
2. 802.11b
802.11b beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz dan kecepatan
dapat mencapai 11 Mbps. 802.11b memiliki kemampuan yang lebih
baik untuk menembus gedung dibandingkan IEEE 802.11a.
3. 802.11g
802.11g beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz dan kecepatan
dapat mencapai 54 Mbps. 802.11g memiliki frekuensi yang sama
dengan IEEE 802.11b, tetapi memiliki bandwidth setara dengan
IEEE 802.11a.
24
4. 802.11n
802.11n beroperasi pada frekuensi 2,4 GHz dan 5 GHz serta
kecepatan dapat mencapai 300 Mbps. 802.11n memiliki frekuensi
yang sama dengan IEEE 802.11a dan 802.11g.
Tabel 2.2 Frekuensi dan Bandwidth Varian 802.11
2.2.1.3 Wireless Network Structure
Suatu jaringan terdiri dari dua atau lebih perangkat yang saling
terkoneksi (link). Link adalah jalur komunikasi yang memindahkan data
dari satu perangkat ke perangkat lainnya yang terhubung dalam waktu
bersamaan. Ada dua kemungkinan jenis koneksi, yaitu : (Forouzan,
2007:8).
1. Koneksi Point to Point
Koneksi point to point menyediakan sambungan khusus antara
dua perangkat. Seluruh kapasitas koneksi disediakan untuk transmisi
antara dua perangkat. Pengiriman point-to-point dengan satu
pengirim dan satu penerima kadang disebut juga sabagai Unicasting,
Atau dapat juga dijelaskan dalam jaringan komputer, transmisi
unicast adalah pengiriman pesan ke satu jaringan host di jaringan
switching packet.
Gambar 2.21 Koneksi Point to Points
Varian Protokol 802.11a 802.11b 802.11g 802.11n
Frekuensi 5 GHz 2.4 GHz 2.4 GHz 2.4 GHz, 5 GHz
Bandwidth 54 Mbps 11 Mbps 54 Mbps 300 Mbps
25
2. Multipoint
Koneksi multipoint (multidrop) adalah suatu jaringan yang
terdiri dari lebih dari dua perangkat tertentu berbagi satu link. Dalam
lingkungan multipoint, kapasitas saluran dibagi, baik spasial atau
temporal. Jika beberapa perangkat dapat menggunakan koneksi
secara bersamaan, itu adalah spasial dibagi koneksi. Jika pengguna
harus bergiliran, itu adalah koneksi timeshared. Topologi multipoint
ini terlihat mirip dengan topologi star yang membedakannya adalah
topologi star menggunakan sebuah termian pusat (HUB atau Switch)
Gambar 2.22 Koneksi Multipoint to Multipoint
2.2.1.4 Arsitektur Wireless
IEEE telah mendefinisikan spesifikasi untuk Wireless LAN
(802.11) yang meliputi layer physical dan layer data link. Ada dua
standar yang didefinisikan, yaitu Basic Service Set (BSS) dan Extended
Service Set (ESS) (Forouzan, 2007:458).
1. Basic Service Set (BSS)
IEEE mendefinisikan BSS sebagai blok bangunan nirkabel
LAN. Satu set layanan dasar terdiri dari Access Point (AP). Gambar
2.21 menunjukkan dua set dalam keadaan standar. Blok bangunan
tanpa Access Point adalah jaringan yang berdiri sendiri dan tidak
dapat mengirim data ke BSS lainnya (Independent Basic Service
Set), hal ini disebut arsitektur adhoc. Arsitektur tersebut dapat
26
membentuk jaringan tanpa perlu sebuah Access Point. Perangkat
dapat saling menemukan dan setuju untuk menjadi bagian dari IBSS.
Sedangkan blok bangunan yang berkomunikasi melalui
Access Point yang terhubung melalui jaringan distribusi disebut
sebagai BSS. BSS tidak dapat berkomnukasi dengan BSS lainnya
dikarenakan tidak adanya perangkat seperti Access Point / Router
Wireless yang bekerja sebagai terminal pusat.
Gambar 2.23 Basic Service Set (IBSS dan BSS)
2. Extended Service Set (ESS)
ESS terdiri dari dua atau lebih BSS dengan Access Point
yang terhubung melalui sistem distribusi, contohnya kabel LAN.
Sistem distribusi menghubungkan Access Point yang ada di BSS
tersebut. IEEE 802.11 tidak membatasi sistem distribusi,
penggunaan LAN IEEE, seperti Ethernet dapat digunakan di sistem
distribusi.
Gambar 2.24 Extended Service Set
27
2.2.1.5 Wi-Fi (Wireless Fidelity)
Menurut M.Sreerama Murty, D.Veeraiah, dan A.Srinivas Rao
(2012:321), “Teknologi Wi-Fi dibangun berdasarkan standar IEEE
802.11 dan menggunakan LAN (Local Area Network). Wi-Fi dapat
digunakan oleh perangkat genggam, perangkat genggam dapat
terhubung ke internet dengan menggunakan koneksi Wi-Fi. Akses
jaringan Wi-Fi terbatas pada wilayah tertentu sehingga hanya dapat
digunakan selama berada di area jangkauan”.
Penggunaan teknologi Wi-Fi terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. City Wide Wi-Fi
Implementasi Wi-Fi ini hanya dilakukan pada suatu kota yang lebar,
namun performa koneksi tidak terlalu bagus.
2. Campus Wide Wi-Fi
Kampus dari universitas menyediakan Wi-Fi parsial dengan cakupan
satu area kampus berupa akses internet nirkabel secara penuh.
3. Internet Access
Akses internet menggunakan jaringan Wi-Fi dengan perangkat
genggam. Koneksi dilakukan dengan menggunakan Access Point.
Wi-Fi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memiliki connection oriented.
b. Terbatas untuk area tertentu.
c. Memiliki Bandwidth lebih sedikit.
d. Memiliki koneksi yang fleksibel.
2.2.2 DSLAM ( Digital Subscriber Line Access Multiplexer)
DSLAM merupakan perangkat jaringan akses yang melayani multi
layanan, seperti ADSL, SHDSL, POTS, dan Ethernet. DSLAM di
implementasikan untuk menyediakan suatu solusi layanan berbasis jaringan
lokal akses fiber atau tembaga dengan cost-effective pada suatu layer jaringan
28
yang konvergen, dimana layanan PSTN (Public Switched Telephone
Network), NGN (Next Generation Network) dan jaringan broadband bisa
digabungkan melalui satu perangkat yang sama. (Cahonge,2008:2)
Topologi DSLAM sendiri merupakan stacking (bertingkat) atau
master slave architecture yang berarti node slave digunakan sebagai
perpanjangan tangan dari master. Jika node master tidak cukup maka akan
digunakan slave untuk menambah kapasitas master. Chassis dan module
sama antara master dan slave. Untuk melakukan stacking, uplink card yang
diutilisasi sebagai module stack. Services yang ditawarkan DSLAM bersifat
modular dan menempel pada chassis DSLAM. Digital Subscriber Line
Access Multiplexer memiliki tiga fungsi penting yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai sistem akses broadband.
Broadband mengandung pengertian pita lebar, mengacu pada kapasita
maksimum link jaringan.
2. Sebagai akses gateway dalam NGN (Next Generation Network).
Agus, W.S. dkk (2010) menyebutkan bahwa NGN (Next Generation
Network) adalah sebuah terobosan di bidang telekomunikasi dengan
pemikiran untuk bermigrasi dari teknologi jaringan konvensional yang
berbasiskan jaringan circuit switched seperti PSTN menuju jaringan
berbasiskan sistem packet switched seperti pada jaringan Internet
Protocol (IP).
3. Sebagai jaringan akses tradisional PSTN (Public Switched Telephone
Network).
PSTN merupakan perangkat switch yang terdapat pada central office
penyedia jasa telepon publik untuk menyalurkan layanan POTS (Plain
Old Telephone Service), yaitu berupa layanan telepon tradisional non
data yang menggunakan media transmisi kabel tembaga.
2.2.2.1 Prinsip Dasar DSLAM
Atribut utama DSLAM merupakan perpaduan fleksibel dari
layanan broadband dan narrowband dapat diintegrasikan dari sebuah
single platform seperti : (Cahonge,2008)
29
a. Layanan Voice : POTS (Plain Old Telephone Service) merupakan
layanan telepon non data yang menggunakan media transmisi kabel
tembaga, VoIP (Voice over Internet Protocol) merupakan layanan
informasi suara berbasis IP.
b. Layanan Data / Broadband : xDSL (ADSL, VDSL, ADSL 2/2+,
SHDSL).
DSLAM memungkinkan beragam aplikasi penggelaran fiber
optik FTTx yang mungkin seperti :
a. FTTO (Fiber to The Office) letak TKO (Tempat Konversi Optik)
diletakkan disuatu tempat diluar gedung kantor, baik didalam
kabinet maupun diatas tiang dengan kapasitas besar, terminal
pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga
hingga jarak tertentu.
b. FTTC (Fiber To The Curb) TKO terletak disuatu tempat diluar
bangunan, didalam kabinet dan diatas tiang dengan kapasitas lebih
kecil, terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel
tembaga sampai beberapa ratus meter.
c. FTTB (Fiber To The Building) TKO terletak didalam gedung dan
biasanya terletak pada ruang telekomunikasi di basement ataupun
diletakkan dibeberapa lantai pada gedung tersebut, terminal
pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga
indoor.
2.2.2.2 Komponen DSLAM
Komponen penyusun jaringan DSLAM sampai ke AP (Access
Point) yang terdapat pada PT.Telkom terdiri dari terdiri dari Rangka
Pembagi Utama (RPU), Kabel Primer (KR), Rumah Kabel (RK), Kabel
Sekunder, Kotak Pembagi (KP) / Distribution Point (DP), Saluran
Penanggal, Kotak Terminal Batas (KTB), Modem ADSL, Access Point
(AP).
30
Berikut penjelasan dari masing - masing konfigurasi DSLAM
yang ada pada PT.Telkom:
1. RPU (Rangka Pembagi Utama) / MDF (Main Distribution Frame)
RPU yang dimiliki oleh PT. Telkom berbentuk blok-blok
terminal yang terdapat dalam gedung STO (Sentral Telepon
Otomatis) atau Sentral Lokal. RPU / MDF biasanya terletak di
bawah ruang sentral telepon untuk gedung STO bertingkat.
Sedangkan, untuk gedung STO tidak bertingkat, MDF diletakkan di
samping ruang sentral telepon. Di bawah MDF terdapat ruang bawah
tanah yang dipasang rangka besi (Cable Chamber) untuk
menempatkan kabel-kabel primer dari luar gedung sebelum di
distribusikan ke MDF.
Fungsi MDF :
a) Tempat penyambungan Kabel Primer dengan Kabel Sentral
b) Tempat pengetesan komunikasi.
c) Fleksibelitas Saluran, artinya dapat ditukar pasangkan kabel
sentral dengan kabel primer dengan menggunakan kabel jumper
wire.
d) Tempat meletakkan pengaman jaringan.
Blok terminal vertikal dan blok terminal horizontal
dihubungkan dengan dengan menggunakan kabel jumper wire, yaitu
kabel tembaga polietelin.
2. Kabel Primer
Pada PT. Telkom kabel primer berfungsi untuk
menghubungkan RPU suatu sentral telepon ke RK dan DP / KP pada
daerah catuan Langsung. Kabel primer mempunyai kapasitas
maksimal 2400 pasang dengan diameter 0,4 mm dan 0,6 mm. Untuk
STO kapasitas besar kabel primer ditanam Langsung atau dipasang
melalui pelanggan yang dicor beton (sistem duct).
31
3. Rumah Kabel (RK)
Pada PT. Telkom RK merupakan salah satu bagian yang
penting dalam suatu jaringan kebel telepon antara sentral dengan
pesawat pelanggan yang biasanya dipasang di tepi jalan, trotoar, dan
pada tempat yang tidak mengganggu lalu lintas dan aman. RK
mempunyai fungsi sebagai tempat penyambungan antara kabel
primer dengan kabel sekunder, tempat melaksanakan pengetesan
untuk mengetahui keberadaan gangguan, dan tempat melaksanakan
jumper antara terminal blok disisi primer dengan terminal blok disisi
sekunder.
Kapasitas RK paling kecil 800 pasang, dengan arti jumlah
pasangan primer dengan pasangan sekunder yang dapat
diterminasikan adalah 800 pasang, sedangkan kapasitas RK paling
besar 2400 pasang (dimensi RK dengan kapasitas 2400 pasang sama
dengan kapasitas 1600 pasang). Pada umumnya, perbandingan antara
kapasitas kabel primer dan kabel sekunder adalah 2 : 3.
Gambar 2.25 Rumah Kabel
4. Kabel Sekunder
Kabel sekunder adalah kabel yang menghubungkan RK
dengan DP/KP. Kabel sekunder mempunyai kapasitas maksimal 200
pasang dengan diameter urat kabel bervariasi antara 0,4 s/d 0,8 mm.
Kabel sekunder biasa diaplikasikan di udara atau dipendam didalam
tanah. Kabel yang berada di udara memerlukan tiang-tiang utama
dan jarak tiang satu dan yang lainnya adalah 40 m, maksimal
32
dilarang melebihi 55 meter. Sedangkan kabel yang terpendam
didalam tanah atau kabel tanam harus dilihat dari kondisi geografis
tanah yang stabil dan mudah digali.
5. Kotak Pembagi (KP) / Distribution Point (DP)
KP merupakan unit terminal kabel tempat penyambungan
antara kabel sekunder dengan kabel distribusi (penanggal) yang
mempunyai fungsi sebagai tempat penyambungan antara kabel
sekunder dengan kabel distribusi, dan sebagai tempat pengetesan
untuk mengetahui keberadaan gangguan.
Fungsi KP :
a. Tempat penyambungan kabel sekunder dengan saluran penanggal.
b. Tempat pengetesan atau mengetahui keberadaan gangguan.
c. Tempat mutasi jaringan yang menuju rumah pelanggan.
d. Saluran yang stabil karena setiap pasang urat kabel sekunder bisa
di tukar pasang dengan setiap saluran penaggal.
Gambar 2.26 Distribution Point
KP ada berbagai macam jenis, antara lain :
a) Kotak Pembagi Tiang ( KPT )
Mempunyai kapasitas 10 pasang yang kecil dan 20
pasang yang besar. Digunakan untuk mencatu pelanggan
yang terpencar dengan menggunakan saluran penanggal.
33
b) Kotak Pembagi Dinding ( KPD )
Dipasang pada dinding sebelah luar, biasanya
digunakan untuk mencatu pertokoan/rumah yang letaknya
berdampingan secara teratur. Dapat juga dipasang pada
dinding sebelah dalam / biasanya digunakan untuk mencatu
tiap tingkat pada gedung bertingkat/komplek industri,
kampus, perkantoran. DP jenis ini mempunyai kapasitas lebih
besar dibanding DP atas tiang dan biasanya kapasitas paling
kecil 60 pasang dan paling besar 400 pasang.
c) Tabung Pembagi / Terminal Post ( TP )
Kotak pembagi yang dipasang di atas permukaan
tanah/pelataran. Digunakan untuk mencatu pelanggan pada
daerah permukaan yang sudah mapan seperti perumahan
pada real estate. Pada STO Simpang lima menggunakan
kotak pembagi tiang dengan kapasitas 10 – 20 saluran.
Umumnya, dari 10 saluran, diambil 1 sebagai saluran
cadangan dan dari 20 saluran diambil 2 sebagai saluran
cadangan. Saluran cadangan ini berfungsi sebagai pengganti
apabila dalam 1 KP tersebut ada saluran yang mengalami
kerusakan atau sedang dalam perbaikan.
6. Kabel Distribusi
Kabel distribusi pelanggan yang fungsinya menghubungkan
DP/KP ke tambatan akhir pada rumah pelanggan. Kabel yang
digunakan adalah kabel penanggal. Kabel penanggal ada dua jenis,
yaitu kabel dengan penguat dan tanpa penguat.
Kabel saluran penanggal berfungsi menghubungkan KP
(Kotak Pembagi) dengan KTB( Kotak Terminal Batas) yang berada
di pelanggan. Kabel yang digunakan adalah kabel DW (Drop Wire).
Jarak kabel Drop Wire terjauh adalah 250 meter. Dengan jarak 250
meter itu, maka maksimaldiperlukan tiang adalah :
a. Banyaknya tiang = Jarak terjauh / 50
b. Banyaknya tiang = 250 / 50 = 5 tiang
34
c. Pada rumus terdapat pembagian 50 karena jarak maksimal
antara tiang itu adalah 50 meter.
7. Kotak Terminal Batas (KTB)
KTB merupakan tempat penyambungan antara kabel
penanggal / distribusi dengan kabel instalasi dalam rumah (indoor
cable) yang mempunyai fungsi sebagai pembatas antara IKR pada
rumah pelanggan dengan saluran penanggal pada jaringan kabel,
tempat terminasi awal IKR pada rumah pelanggan, tempat terminasi
akhir saluran penanggal dari jaringan kabel telepon lokal, tempat
penyambungan antara IKR pada rumah pelanggan dengan saluran
penanggal dari jaringan lokal, dan tempat pemeriksaan ada tidaknya
dial tone (nada pilih). KTB biasanya dipasang pada dinding rumah
pelanggan dengan ketinggian kurang lebih 170 cm dari atas tanah.
8. Modem ADSL
Modem adalah satu komponen dari CPE yang berfungsi
melakukan modulasi dan demodulasi sinyal informasi, sedangkan
ADSL adalah teknologi akses yang memungkinkan terjadi
komunikasi data, suara, dan video secara bersamaan, menggunakan
media jaringan akses kabel tembaga 1 Pair. Sistem hubungan
komunikasi pada perangkat ADSL dapat dilakukan menggunakan
dua sistem switching yaitu narrowband switching dan broadband
switching.
Sistem hubungan layanan POTS (Plain Old Telephone
Service) atau layanan narrowband dilakukan berbasis circuit
switching, sedangkan layanan data, video atau layanan broadband
dilakukan berbasis packet switching. Jenis modem yang digunakan
oleh PT.Telkom adalah ADSL TP-LIK 8840, berikut spesifikasinya:
1. G.DMT (G.992.1)
2. RFC1483R (MPoA), RFC2364 (PPPoA/PPPoE)
3. Encapsulation LLC, VC
4. Support IP WAN/LAN static/dinamik
35
Gambar 2.27 Modem ADSL TP LINK 8840
9. AP (Access Point)
Access Point berfungsi sebagai pengatur lalu lintas data,
sehingga memungkinkan banyak client dapat saling terhubung
melalui jaringan. Sebagai hub/switch yang bertindak untuk
menghubungkan jaringan lokal dengan jaringan Wireless/nirkabel.
Access Point dapat memancarkan atau mengirim koneksi data
/ melalui gelombang radio, ukuran kekuatan sinyal juga
mempengaruhi area coverage yang akan dijangkau, semakin besar
kekuatan sinyal semakin luas jangkauannya. AP biasa bekerja pada
layer 1 dan 2, tetapi jika AP dilengkapi kemampuan router seperti
linksys, maka AP tersebut bisa bekerja pada layer 1,2 dan 3.
Gambar 2.28 Access Point Cisco Air CAP 16021-C-K9
Spesifikasi AP Cisco Air CAP 16021-C-K9 :
1. Frequency Band : Dual Band (2.4GHz Band dan 5-GHz Band)
2. Bandwidth : 20,40 MHz
3. Max data rate : 802.11n (300Mbps)
36
2.2.3 GPON (Gigabit Passive Optical Network)
GPON (Gigabit Passive Optical Network) merupakan teknologi akses
yang berbasis kabel fiber optik yang dikembangkan oleh ITU-T via G.984.
Standar GPON memungkinkan pengaksesan mencapai jarak 60 km bersama
dengan rasio split maksimal 128 (meskipun dengan split penuh, dan
komponen optik standar, jarak tersebut tidak normal terealisasi), dan
kemampuan total bandwidth hulu dan hilir sebesar 2,5 Gbit/s dan 1,2 Gbit/s.
Dengan melakukan desain yang cermat, sehingga cocok untuk
pertukaran antara jangkauan dan rasio split, dan memilih node dengan
tuntutan bandwidth yang sesuai, sistem GPON bisa dikerahkan untuk
melayani node tersebut dalam berbagai bidang. Satu perangkat akan
diletakkan pada sentral, kemudian akan mendistribusikan traffic Triple Play
(Suara/VoIP, Multi Media/Digital Pay TV dan Data/Internet) hanya melalui
Media 1 Core kabel optik disisi subscriber atau pelanggan.
Ciri khas dari teknologi ini dibanding teknologi optik lainnya adalah
teknik distribusi trafik nya dilakukan secara pasif. Dari sentral hingga ke arah
subscriber akan didistribusikan menggunakan pasif splitter (1:2, 1:4, 1:8,
1:16, 1:32, 1:64, 1:128). (Hambali : 2010)
2.2.3.1 Sejarah Perkembangan GPON
Teknologi JARLOKAF (Jaringan Lokal Kabel Fiber) terdiri
atas PON dan AON. Dimana masing-masing memiliki cara kerja yang
berbeda, PON memliki komponen berupa splitter passive sedangkan
AON bersifat active dengan memiliki komponen ASE (Active Splitting
Equipment) atau lebih singkat AS (Active Splitter).
Pada titik percabangan, ASE mempunyai 2 ODN (Optical
Distribution Network), yaitu primary ODN dan secondary ODN. ASE
pada AON berfungsi untuk mendistribusikan informasi dari dan ke
OLT, dari satu atau lebih ONU, dengan fungsi sebagai multiplexer/
demultiplexer serta sebagai intermediate regenerator, inilah mengapa
37
splitter pada AON bersifat aktif. Pada PON splitter bersifat pasif karena
dengan passive splitter kabel optik dapat dipecah menjadi beberapa
kabel optik lagi, dengan kualitas informasi yang sama tanpa adanya
fungsi addressing dan filtering. Dengan demikian pada perangkat
jaringan AON masih dibutuhkan tenaga listrik pada setiap splitternya,
sedangkan di perangkat PON hanya splitter pasif yang tidak
memerlukan tenaga listrik untuk beroperasi.(Sri Juniarti : 2009)
GPON merupakan evolusi dari teknologi PON. Ada pun
tahapan-tahapan evolusinya adalah sebagai berikut :
1. ITU-T G.983
ITU-T G.983 merupakan teknologi PON berbasis ATM,
mendukung suara dan data, efesiensi 70% yang memiliki bandwidth
622Mbps, diadopsi dari standar ITU tahun 1999. Terdiri dari BPON
(Broadband Passive Optical Network) dan APON (ATM Passive
Optical Network) merupakan standar PON (Passive Optical
Network) yang pertama yang digunakan terutama untuk aplikasi
bisnis dan menggunakan teknologi ATM.
2. ITU-T G.984
ITU-T G.984 merupakan standar yang dikeluarkan oleh ITU-
T untuk teknologi GPON. GPON merupakan evolusi dari standar
BPON. Teknologi ini mendukung kecepatan yang besar, peningkatan
dalam pengamanan dan pilihan 2 layer protokol (ATM, GEM,
Ethernet). Tetapi pada kenyataannya ATM tidak diimplementasikan.
Teknologi ini memiliki bandwidth 2,5 Gbps dengan efisiensi 93%
GEM (GPON Encapsulate Method) menggunakan frame
segmentation untuk QoS (Quality of Service) yang lebih besar.
Standar teknologi ini memiliki kecepatan 2,488 Mbps untuk
downstream dan 1,244 Mbps untuk upstream.
38
3. IEEE 802.3ah
IEEE 802.3ah adalah suatu standar yang dikeluarkan IEEE
untuk EPON (Ethernet Passive Optical Network) atau GEPON
(Gigabit Ethernet Passive Optical Network) yang merupakan PON
berbasis ethernet, standar IEEE/EFM pada penggunaan ethernet
untuk paket data. Teknologi ini mendukung suara dan data, efisiensi
49%, bandwidth 1 Gbps untuk upstream dan downstream, standar ini
dibuat tahun 2004.
4. IEEE 8022.3av
IEEE 8022.3av merupakan standar yang dikeluarkan oleh
IEEE sebagai pengembangan dari GEPON. Teknologi ini biasa
dikenal dengan 10GEPON (10 Gigabit Ethernet Passive Optical
Network). 10GEPON ini menggunakan standar teknologi WDM
(Wavelenght Data Multiplexer), dengan Bandwidth 10 Gbps untuk
upstream dan downstream.
Tabel 2.3 Perkembangan PON (Passive Optical Network)
2.2.3.2 Prinsip Dasar GPON
Prisip kerja dari GPON yaitu ketika data atau sinyal
dikirimkan dari OLT, maka ada bagian yang bernama splitter yang
berfungsi untuk memungkinkan serat optik tunggal dapat mengirim ke
berbagai ONT. Untuk ONT sendiri akan memberikan data – data dan
sinyal yang diinginkan oleh user.
Protokol PON APON/BPON EPON/GEPON GPON
Standar ITU-T G.983 IEEE 802.3ah/av ITU-T G.984
Penghantaran ATM ATM, TDM, Ethernet WDM, TDM,ATM
Biaya Rendah Sedang Paling rendah
Lebar jalur hulu 155 Mbps 1.5 Gbps 1.25 Gbps
Lebar jalur hilir 622 Mbps 1.5 Gbps 2.5 Gbps
39
Pada prinsipnya, Passive Optical Network adalah sistem point-
to-multipoint, dari fiber ke arsitektur premise Network dimana
menggunakan unpowered optikal splitter serat optik tunggal. Arsitektur
sistem GPON berdasarkan pada WDM (Wavelength Division
Multiplexing) yang merupakan komunikasi dua arah dilakukan pada
satu Core optical fibre, masing – masing arah tx dan rx yang
menggunakan panjang gelombang λ1 dan λ2.
ONT mempunyai kemampuan untuk mentransmisikan data di
3 mode power. Pada mode 1, ONT akan mentransmisikan pada kisaran
daya output yang normal. Pada mode 2 dan 3 ONT akan
mentransmisikan 3 – 6 dB lebih rendah daripada mode 1 yang
mengizinkan OLT untuk memerintahkan ONT menurunkan dayanya
apabila OLT mendeteksi sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya,
OLT akan memberi perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi
sinyal dari ONT terlalu lemah. (Modul Telkom : 2010)
Tabel 2.4 Standard Teknologi GPON
Karakteristik GPON
Standardisation ITU-T G.984
Frame ATM (Asynchronus Transfer Mode) / GEM
(GPON Encapsulation Method)
Speed Upstream 1.244 Gbps
Speed Downstream 2.488 Gbps
Service Data, Voice, Video
Transmission Distance 10 km / 20 km
Wavelength Up 1310 nm
Wavelength Down 1490 nm
Splitter Passive
40
2.2.3.3 Kesisteman GPON
Kesisteman yang terdapat dalam GPON dapat dibagi kedalam
3 bagian yaitu: (Dave Hood & Elmar Trojer : 2012)
1. GEM (GPON Encapsulation Method)
GEM merupakan metode enkapsulasi frame pada GPON.
Dimana mekanisme ini bekerja pada layer 2 OSI. Frame GEM
akan terdiri atas enkapsulasi data user (voice, data, video) dan
ditambah dengan overhead. Jika tidak ada data user yang akan
dikirim, proses pengiriman frame akan disisipkan frame kosong
(idle frame). Untuk selanjutnya frame GEM akan dibundel dalam
sub-layer GTC dengan panjang frame 125 µs. GEM terdiri dari
beberapa frame yang diantaranya berisi :
• 5 bytes GEM Header.
o PLI (Payload Length Indicator), 16 bits.
o Port-Id (12 bits).
o FFS (further field study), 2 bit.
o FRAG (FRAGmentation), 2 bits; digunakan untuk
fragmentasi.
00=complete frame.
10=1st fragment of frame.
11= intermediate frame fragment.
01= last fragment of frame.
o 1 byte HEC (CRC-8).
• 1 GEM Payload
Panjangnya variable dapat berisi Ethernet dan TDM frame.
41
Gambar 2.29 Skema GEM (GPON Encapsulation Method)
Untuk Downstream, transmisi pada arah ini frame GEM
akan dibroadcast ke semua ONU, dimana masing-masing ONU
akan mengidentifikasi paket yang diterimanya dari overhead frame.
Sedangkan untuk Upstream, transmisi pada arah ini frame GEM
akan dibawa dalam bentuk semacam kontainer yang diistilahkan
dengan T-CONT (Transmission Container). T-CONT akan
membawa ID port dari GEM dari setiap ONU.
2. AES (Advanced Encryption Standard)
Mekanisme keamanan sistem transmisi antara OLT dengan
ONU dalam sistem GPON secara periodik akan mengganti (renew)
kode keamana n untuk peningkatan aspek keamanannya.
Teknis mekanisme AES antara lain :
a. Untuk transmisi data downstream saja.
b. Enkripsi dibuat dalam model counter 128 bit blok kode dengan
128 bit key.
c. Proses permintaan key, acknowledged, aktivasi key dan
penggantian key dilakukan oleh PLOAM message.
d. Pergantian key di-inisiasi dan dikontrol oleh OLT.
e. Key di-generate dan disimpan oleh ONU.
f. Key diganti 3 kali setiap detiknya.
42
g. Ketika OLT menerima key yang benar, maka OLT akan
mengirim key switch message ke ONU dan kemudian melalukan
trafik downstream.
Gambar 2.30 Mekanisme Advanced Encryption Standard
3. DBA (Dynamic Bandwidth Assignment)
Mekanisme dari perangkat ONT dapat secara dinamik
meminta dan memberi garansi bandwidth yang telah dialokasikan
oleh T-CONT (Transmission Containers). DBA menyediakan
utilisasi bandwidth menjadi lebih baik.
Secara garis besar DBA mempunyai fungsi :
a. Mendeteksi status ONU dan OLT.
b. Melaporkan status ONU ke OLT.
c. Menentukan bandwidth didalam OLT sesuai yang di prediksi.
d. Meminta bandwidth sesuai dengan tipe T-CONT.
Mekanisme kerja DBA :
a. SR(Status-report) DBA; mengirimkan kalkulasi output ukuran
block dan cell dari buffer T-CONT ke OLT pada saat
“uploading transmission” melalui ONU.
b. NSR (Non Status-Report) DBA; metode yang digunakan oleh
OLT untuk memonitor jumlah traffic yang datang ke OLT.
4. T-CONT (Transmission Container)
Mekanisme T-CONT adalah dimana paket data yang
diminta oleh user dibawa kedalam sebuah paketisasi request item
43
yang nantinya di tujukan ke OLT. Didalamnya terdapat berbagai
macam antrian request package yang berasal dari user.
G
ambar 2.31 Skema Transmission Container
2.2.3.4 Komponen GPON
Komponen - komponen pada teknologi GPON antara
lain yaitu : (Che, X :2010)
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya yang digunakan untuk
memancarkan cahaya yang membawa informasi
merupakan hasil pengubahan sinyal listrik menjadi sinyal
optik. Sumber cahaya yang digunakan dalam teknologi
GPON adalah ILD (Injection Laser Diode).
Jenis ILD yang digunakan pada sistem GPON
antara lain Fabry Perot Laser dan DFB (Distributed
Feedback Laser), dengan lebar spektrum masing – masing
3 nm dan 1 nm.
2. Serat optik
Jenis serat optik yang digunakan dalam GPON
yang diaplikasikan untuk komunikasi jarak jauh harus
memiliki kemampuan untuk membawa banyak sinyal
44
dengan laju bit yang tinggi. Dari dua jenis serat optik yang
ada yaitu single-mode dan multi-mode, yang digunakan
sebagai media transmisi teknologi GPON adalah jenis
single-mode, hal ini dikarenakan daerah kerja panjang
gelombang single-mode lebih tinggi daripada daerah kerja
panjang gelombang multi-mode. Sehingga serat optik jenis
ini lebih sesuai digunakan pada transmisi jarak jauh yang
memerlukan transmisi kecepatan tinggi dan rugi yang
kecil.
3. Optical Line Termination (OLT)
Optical Line Termination sebagai daerah pusat dari
sistem jaringan. OLT menggunakan WDM (Wavelengh
Division Multiplexing) yang dipergunakan untuk
mentransmisikan suara, data dan video yang melewati
GPON.
OLT mempunyai fungsi untuk melakukan konversi
dari sinyal elektrik yang digunakan oleh penyedia
layananan menjadi sinyal optik yang digunakan oleh
jaringan optik pasif. OLT juga mengkoordinasikan
multiplexing pada perangkat lain di ujung jaringanm atau
biasa disebut dengan ONT (Optical Network Terminal)
atau ONU (Optical Network Unit) .Bagian – bagian dari
OLT:
Gambar 2.32 Bagian Optical Line Termination
45
4. Fiber Termination Mana gement (FTM)
Adalah suatu perangkat yang digunakan untuk
terminasi, interkoneksi dan cross connect fisik kabel optic
baik dari outside plantt (OSP), maupun dari perangkat
aktif serta tempat untuk melakukan fungsi dan pengukuran
fiber optik.
5. Optical Distribution Cabinet(ODC)
Merupakan cabinet yang berfungsi sebagai
penempatan splitter passive pada GPON. Disusun
berdasarkan kapasitas yang tersedia pada cabinet atau
mewakili dari jumlah jaringan yang sudah aktif.
6. Optical Distribution Point (ODP)
Merupakan sebuah perangkat pasif yang diinstalasi
diluar STO. Penempatannya dapat dilakukan baik didalam
maupun diluar (indoor/outdoor). Berfungsi sebagai
berikut.
• Sebagai titik terminasi distribusi dan titik tambat awal
kabel penanggal (drop point).
• Sebagai titik distribusi kabel distribusi yang menjadi
beberapa saluran penanggal (drop cable).
• Tempat splitter.
• Tempat penyambungan.
7. Optical Network Terminal (ONT)
ONU / ONT menyediakan Interface antara jaringan
optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan
melalui ODN diubah oleh ONU menjadi sinyal elektrik
yang diperlukan untuk service pelanggan.
ONT mempunyai tugas utama yaitu dipergunakan
untuk mentransmisikan suara, data dan video yang
46
melewati jaringan GPON kepada para pelanggan dan
OLT.
Gambar 2.33 Optical Network Termination
8. Splitter
Splitter adalah optical fiber coupler sederhana
yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path
(multiple path) atau sinyal – sinyal kombinasi dalam satu
path. Selain itu, splitter juga dapat berfungsi untuk
merutekan dan mengkombinasikan berbagai sinyal optik.
Splitter terdiri dari 3 port dan bisa mencapai dari 32 port.
Splitter mendukung beberapa pilihan ratio
pembagian sinyal. Ratio pembagian dapat menggunakan
sebuah alat untuk splitter, sebagai contoh pemakaian
splitter tunggal 1:32, atau pemakaian splitter secara
pararel seperti 1:8 dan 1:4 atau 1:16 dan 1:2.
Gambar 2.34 Splitter
47
9. Splicer
Alat sambung serat optik dikenal dengan sebutan
splicer yaitu suatu alat yang digunakan untuk
menyambung core serat optik yang berbasis kaca yang
mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah
menjadi sebuah media sinar berbentuk sinar laser yang
berfungsi memana si kaca yang putus pada core sehingga
terhubung kembali secara baik.
Alat sambung splicer ini harus memiliki
keakuratan tinggi sehingga pada saat penyambungan
(splicing) bisa mendekati sempurna, karena proses
terjadinya pengelasan media kaca terjadi proses peleburan
kaca yang menghasilkan suatu media yang tersambung
dengan utuh tanpa adanya celah karena memiliki karakter
media yang memiliki senyawa yang sama.
2.2.3.5 Arsitektur GPON
GPON adalah suatu teknologi akses yang dikategorikan
sebagai broadband access yang berbasis kabel serat optik.Yang
menjadi ciri khas dari teknologi ini dibanding teknologi optik lainnya
adalah teknik distribusi traffic dilakukan secara pasif. Dari sentral
hingga kearah pelanggan akan didistribusikan menggunakan pasif
splitter. (Hambali : 2010)
Gambar 2.35 Arsitektur GPON PT.Telkom Pada Layanan WiFi-ID
48
Gambar diatas menggambarkan arsitektur GPON yang ada
pada PT.Telkom, dalam gambar tersebut komponen GPON terdiri dari:
1. Optical Line Terminal (OLT)
OLT adalah suatu perangkat aktif yang mengubah sinyal
elektik menjadi sinyal optik, dan sebagai alat multiplexer dan
demultiplexer untuk menggabungkan sinyal berbeda pada setiap
layanan yang disediakan oleh metro menjadi satu sinyal dan
kemudian disalurkan kedalam medium transmisi fisik fiber optic
sampai ke premis pelanggan.
2. Optical Distribution Network (ODN)
ODN merupakan jaringan optik antara OLT sampai
perangkat ONU/ONT. ODN menyediakan sarana transmisi optik
dari OLT terhadap pelanggan dan sebaliknya. Transmisi ini
menggunakan komponen optik passif. ODN menyediakan peralatan
transmisi optik antara OLT dan ONU, ODN sendiri terdiri dari :
- Passive Splitter
- Connector
- Jaringan Fiber optic
- Splices
3. Optical Network Terminal / Unit (ONT / ONU)
Pada bagian CPE (Costumer Premises Equipment) bagian
terpenting adalah ONT/ ONU. ONT / ONU menyediakan Interface
antara jaringan optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang
ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONT / ONU menjadikan
sinyal elektrik yang diperlukan untuk layanan pelanggan melalui
perangkat AP (Access Point).
49
2.2.4 Arsitektur Jaringan WiFi-ID
Gambar 2.36 Arsitektur Jaringan WiFi-ID Sumber : Modul Telkom
Didalam arsitektur WiFi-ID terdapat 4 segmentasi yang
memiliki fungsi tersendiri didalam jaringan WiFi-ID yaitu: (Modul
Telkom : 2010)
1. Segmen WAC (Wide Access Controller)
Berfungsi sebagai melakukan control jarak jauh pada setiap
AP, seperti kontrol verifikasi authentication untuk setiap username
dan password yang digunakan pengguna yang terhubung melalui
SSID yang terdapat pada AP (Access Point) (menggunakan
mekanisme AA Proxy), kontrol IP (Internet Protocol) pada setiap AP
(menggunakan mekanisme DHCP), serta kontrol gateway untuk
dapat menghubungkan pengguna ke internet sesuai dengan operator
yang digunakan pengguna untuk masuk layanan WiFi-ID
menggunakan mekanisme WAG (Wide Access Gateway)).
2. Segmen Metro Cloud
Berfungsi sebagai pengatur rute lalu lintas semua elemen
jaringan akses DSLAM atau GPON ke dan dari WAC pada layanan
50
WiFi-ID, fungsi dari Metro Cloud yang lain diantaranya adalah
sebagai penyedia konektivitas layer 2 melalui bridging transparan,
membuat kebijakan QoS untuk layer 2.
3. Segmen Akses Infrastruktur
Berfungsi menghubungkan perangkat pelanggan dengan
Metro Cloud, segmen tersebut terdiri dari komponen jaringan akses
DSLAM maupun MSAN, termasuk didalamnya adalah Medium
pengangkut yang digunakan pada segmen ini yaitu kabel tembaga
untuk DSLAM atau serat optik untuk GPON.
4. Segmen CPE (Customer Premise Equipment)
Berfungsi sebagai komponen perangkat yang digunakan pada
pelanggan atau tempat publik untuk dapat terhubung dengan layanan
Wi-Fi ID, CPE berupa modem ADSL, ONT / ONU, dan AP (Access
Point).
2.2.5 Parameter Pengukuran
1. Parameter QoS
Menurut Ningsih dkk (2004) QoS adalah kemampuan
sebuah jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik lagi
bagi layanan trafik yang melewatinya.
QoS (Quality of Service): “the collective effect of service
performance which determines the degree of satisfaction of a user
of the service”. International Telecommunication Union (ITU-T
Rec. Y.641, 2006).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan QoS
(Quality of Service) adalah efek kolektif (keseluruhan) dari kinerja
pelayanan (service) yang menentukan tingkat kepuasan dari
pengguna layanan, dalam hal ini pelanggan yang menggunakan
jasa dari penyedia layanan, berdasarkan pada International
51
Telecommunication Union (ITU-T Rec. Y.641, 2006). Parameter
QoS adalah Throughput, Packet Loss, Jitter, Delay/Latency.
Tabel 2.5 Indeks parameter QoS Versi TIPHON
Nilai Persentase (%) Indeks
3,84 – 4 95 – 100 Sangat Baik
3 – 3,79 75 – 94,75 Baik
2 – 2,29 50 – 74,75 Cukup
1 – 1,99 25 – 49,75 Buruk
Pada penelitian ini pengukuran QoS dibatasi pada parameter
berikut:
a. Throughput
Yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang
diukur dalam bps. Throughput merupakan jumlah total
kedatangan paket yang sukses yang diamati pada tujuan
selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval
waktu tersebut. Throughput adalah kemampuan sebenarnya
suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data.
Nilai Throughput sesuai dengan versi TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization
Over Networks) sebagai berikut :
52
Tabel 2.6 Nilai Throughput Versi TIPHON
Kategori Throughput Throughput Indeks
Sangat Baik 100 % 4
Baik 75 % 3 Cukup 50 % 2
Buruk < 25 % 1
b. Packet Loss
Merupakan suatu parameter yang menggambarkan
suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket yang
hilang, dapat terjadi karena collision dan congestion pada
jaringan.
Nilai Packet Loss sesuai dengan versi TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization
Over Networks) sebagai berikut :
Tabel 2.7 Nilai Packet Loss Versi TIPHON
Kategori Degredasi Packet Loss Indeks Sangat Baik 0% 4
Baik 3% 3
Cukup 15 % 2
Buruk 25 % 1
53
c. Jitter
Perbedaan waktu kedatangan dari suatu paket ke
penerima dengan waktu yang diharapkan. Jitter dapat
menyebabkan sampling di sisi penerima menjadi tidak tepat
sasaran, sehingga informasi menjadi rusak.
Besaran nilai Jitter menurut TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization
Over Networks) sebagai berikut :
Tabel 2.8 Indeks Jitter Versi TIPHON
Kategori Degradasi Jitter Indeks
Sangat Baik 0 ms 4
Baik 0 – 75 ms 3
Cukup 76 – 125 ms 2
Buruk 125 – 225 ms 1
d. Delay (Latency)
Adalah waktu yang dibutuhkan data untuk
menempuh jarak dari asal ke tujuan.
Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik,
kongesti atau juga waktu proses yang lama. Menurut versi
TIPHON, besarnya delay dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
54
Tabel 2.9 Nilai Delay Versi TIPHON
Kategori Latensi Besar Delay Indeks
Sangat Baik < 150 ms 4
Baik 150 – 300 3
Cukup 300 – 400 2
Buruk > 450 ms 1
2. Parameter Kualitas Jaringan
a. SNR ( Signal to Noise Ratio)
SNR adalah perbandingan antara kekuatan sinyal
(signal strength) dengan kekuatan gangguan (noise level).
Nilai SNR dipakai untuk menunjukkan kualitas jaringan
koneksi (Lumaksana : 2009).
Makin besar nilai SNR, semakin tinggi kualitas
jaringan untuk jalur komunikasi antar node, karena nilai
SNR tersebut mewakili besarnya kekuatan sinyal pada link
komunikasi antara node tersebut, satuan ukuran yang
digunakan adalah desibel (dB).
Noise adalah derau atau gangguan dalam proses
komunikasi yang bercampur dengan pesan yang dikirim.
Gangguan ini bersifat mengacaukan pesan yang sedang
dikirim. Noise dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) White noise adalah gangguan yang disebabkan oleh alam
dan lingkungan, macam-macamnya yaitu :
• Thermal noise
Gangguan yang disebabkan oleh perbedaan
suhu yang mempengaruhi medan transmisi dan
peralatan komunikasi. Perbedaan suhu tersebut
55
menyebabkan pergerakan partikel bermuatan
(elektron) secara acak dalam media konduktif yang
terdapat pada semua media transmisi dan peralatan
komunikasi.
• Impulse noise
Gangguan yang disebabkan oleh adanya
medan listrik yang mengenai media transmisi, derau
sesaat yang berbentuk pulse sempit. Gangguan ini
hanya terjadi pada waktu singkat akan tetapi biasanya
dengan amplitudo yang cukup besar. Untuk transmisi
suara tidak terlalu berpengaruh, namun dapat
berpengaruh besar pada komunikasi data.
Gangguan ini akan membuat cacat sinyal yang
diterima sehingga informasi yang dibawa dapat
berubah artinya. Cara mengatasinya adalah dengan
menjauhkan media transmisi dari perangkat lain yang
memiliki medan listrik yang cukup besar.
• Intermodulation noise
Gangguan yang disebabkan adanya
intermodulasi antara sinyal yang satu dengan yang
lainnya. Penanggulangan nya yaitu dengan pengaturan
penggunaan frekuensi agar tidak saling
bersinggungan.
• Crosstalk
Pembicaraan silang adalah suatu hal yang
tidak diinginkan pada saluran transmisi. Hal ini
disebabkan karena penempatan kabel yang berdekatan
dan tidak terisolasi dengan baik.
56
b) Black noise adalah gangguan yang disebabkan oleh
manusia. Contohnya adalah sistem pengapian, sistem
saklar, dan relai.
b. Atennuation
Atenuasi adalah melemahnya sinyal yang
diakibatkan oleh semakin jauhnya jarak yang harus
ditempuh oleh suatu sinyal dan juga pengaruh frekuensi
sinyal tersebut. Apabila sebuah sinyal melewati suatu
Medium seringkali engalami berbagai perlakuan dari
Medium (kanal) yang dilaluinya.
Ada satu mekanisme dimana sinyal yang melewati
suatu Medium mengalami pelemahan energi yang
selanjutnya dikenal sebagai atenuasi (pelemahan atau
redaman) sinyal. Disebabkan oleh tahanan jerat kabel yang
digunakan. Tahanan jerat kabel suatu bahan bergantung
pada panjang, luas penampang, dan karakteristik tahanan
jenis bahan tersebut. Semakin jauh jarak yang ditempuh,
semakin besar nilai atenuasi.
c. Attainable rate
Attainable rate menunjukkan kecepatan maksimum
data yang dapat ditransmisikan melalui jaringan.
Merupakan kapasitas maksimum yang dapat ditransmisikan
dari saluran tersebut.
3. Alat Ukur Pengukuran Performansi Jaringan
Berikut adalah alat ukur yang digunakan dalam
pengukuran performansi jaringan dalam penelitian ini :
a. Embassy (Easy Measurement for Bandwidth, Attenuation &
SNR)
57
Merupakan perangkat lunak berbasis web yang
digunakan untuk mengukur kualitas jaringan dari perangkat
jaringan pada PT.Telkom. Perangkat lunak ini juga dibuat
untuk memonitor jaringan yang dikelola oleh PT.Telkom
apabila terdapat gangguan secara teknikal yang berkaitan
dengan hubungan transmisi data dari Telkom ke pihak
pelanggan. Ketika melakukan pengukuran dengan
menggunakan Embassy lampu indikator DSL pada modem
pelanggan harus dalam kondisi hidup atau sudah terjadi
sinkronasi antara DSLAM dengan modem, perangkat lunak
Embassy sudah tertanam didalam perangkat keras DSLAM
maupun GPON dengan memanfaatkan protokol SNMP,
sehingga akan bisa memonitor perangkat yang terhubung
dengan dirinya, dan akan ditampilkan dalam Website
Embassy PT.Telkom berupa hasil pengukuran parameter
SNR, attenuation, dan attainable rate.
Demikian kegunaan dan fungsionalitas dari
perangkat lunak Embassy. (Modul Telkom: 2000)
Standard parameter untuk pengukuran kualitas jaringan
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.10 Klasifikasi Parameter SNR Versi AT&T
SNR_Margin (Signal-to-Noise Margin)
Makin TINGGI makin BAlK
29,0 dB - ke atas Outstanding
20,0 dB - 28,9 dB Excellent
11,0 dB -19,9 dB Good
07,0 dB -10,9 dB Fair
00,0 dB- 06,9 dB Poor
58
Tabel 2.11 Klasifikasi Parameter Atenuation Versi AT&T
Tabel 2.12 Klasifikasi Parameter Attainable Rate Versi
PT.Telkom
Attainable Rate WiFi-ID PT.Telkom
> 10 Mbps Outstanding
7 Mbps - 10 Mbps Excellent
4 Mbps - 6,99 Mbps Good
1 Mbps - 3,99 Mbps Fair
< 1 Mbps Poor
Berdasarkan table klasifikasi diatas untuk selanjutnya
data yang telah diperoleh pada proses pengukuran akan di
kolomkan berdasar kategori yang tersedia pada tabel, sehingga
terbentuk masing-masing tingkatan atas parameter ukur dari
kedua sistem yang sedang diuji kualitas jaringannya.
Line Attenuation (Redaman pada Jalur)
Makin RENDAH makin BAIK
00,0 dB- 19,99 dB Outstanding
20,0 dB -28,9 dB Excellent
30,0 dB -39,99 dB Good
40,0 dB -49,99 dB Fair
>50,0 dB Poor
59
b. Jperf
Adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk
menghitung performa suatu jaringan dengan mengukur
throughput, delay, packet loss dan jitter dari sebuah
jaringan. Jperf juga merupakan suatu aplikasi Client-Server,
sehingga untuk mengukur beberapa parameter dalam
performa jaringan, dibutuhkan adanya kedua komponen
tadi.
Pada sisi client ataupun server sudah harus
menginstal aplikasi ini jika ingin melakukan tes pengukuran
pada jaringan. Setelah keduanya terpasang Jperf, maka
barulah dapat dimulai proses pengukuran. Besaran ukuran
sebuah file yang diinginkan untuk menjadi acuan dalam
proses pengukuran dapat disesuaikan oleh user.
Jperf juga menyediakan jenis pengukuran pada 2
transmisi yang berbeda, yaitu baik TCP/IP maupun
berbentuk UDP. Berikut adalah parameter yang akan diukur
didalam performansi jaringan pada penelitian ini yaitu
parameter QoS : Throughput, Delay, Packet Loss dan Jitter.
4. Prosedur Pengukuran Performansi Jaringan
Berikut dijelaskan prosedur yang digunakan dalam
melakukan pengukuran performansi kualitas jaringan dan
kualitas layanan DSLAM dan GPON area palmerah dan
cengkareng.
Dalam proses pengukuran kualitas jaringan dan QoS
kami menggunakan 5 buah sampel modem dan ONT berbasis
jaringan DSLAM dan GPON yang masing – masing berbeda
jarak, dimana masing-masing modem dan ONT terhubung
dengan 2 AP, pada jaringan DSLAM 5 buah sample modem
berjarak 1 – 5 KM dari pusat terminal dan pada jaringan
60
GPON 5 buah sample ONT berjarak 1 – 7 KM untuk
mengukur parameter kualitas jaringan, sedangkan untuk
mengukur parameter kualitas layanan (QoS) menggunakan 1
AP yang berjarak 2 KM pada jaringan DSLAM sedangkan
GPON menggunakan 1 AP berjarak 5 KM.
1. Prosedur Pengukuran Kualitas Jaringan Menggunakan
Embassy
a. Login Embassy
Pada proses awal melakukan pengukuran,
diperlukan login terlebih dahulu ke dalam aplikasi
Embassy. Proses ini diperlukan, karena hak akses yang
diberikan oleh PT.Telkom pada aplikasi Embassy sangat
terbatas dan tidak sembarang user dapat memiliki akses
ke dalam. Pada kasus pengukuran kali ini kami
menggunakan ID dari pihak PT.Telkom untuk dapat
mengakses Langsung status dari modem atau ONT yang
tersedia.
Gambar 2.37 Embassy Login Web Application
61
b. Memasukkan kode modem dan ONT
Setelah dapat login ke dalam aplikasi Embassy,
kemudian memasukkan kode port dari Modem dan ONT
yang akan dilakukan pengukuran kualitas jaringan di
dalam web Embassy. Terdapat beberapa kode yang
mewakili penamaan dari modem dan ONT, diantaranya
kode shelf, kode slot dan kode port dari modem dan
ONT yang terhubung pada perangkat DSLAM maupun
OLT. Kode port modem dan ONT didapatkan dari
database kantor PT.Telkom Akses, dimana kode port
tersebut disesuaikan dengan alamat dari hasil observasi
pada modem dan ONT yang akan digunakan dalam
pengukuran kualitas jaringan. Input satu per satu kode
tersebut kedalam kolom yang terdapat pada web
application, untuk kemudian diteruskan pada proses
pengecekan kualitas jaringan.
Gambar 2.38 Embassy Ukur Port Modem pada DSLAM
62
c. Memulai Proses Pengukuran
Setelah selesai melakukan input dari kode modem
dan ONT yang di tentukan, dimulailah proses
pengukuran dengan klik tombol “Cek Kualitas Jaringan”.
Proses pengukuran kualitas jaringan dari lokasi modem
dan ONT akan segera berlangsung dan akan
menampilkan laporan dari kualitas jaringan pada lokasi
modem dan ONT tersebut.
Gambar 2.39 Contoh Hasil Pengukuran Embassy
d. Kelola Data
Setelah muncul data hasil proses pengukuran dari
embassy, maka langkah selanjutnya adalah mencatat
hasil dari pengukuran tersebut kedalam kategori
parameter yang diinginkan, dalam hal ini kami
menggunakan tabel kolom excel sebagai tempat untuk
menampung data hasil proses dari embassy.
2. Prosedur Pengukuran QoS Menggunakan Iperf
Iperf adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk
mengukur bandwidth dan kualitas layanan dari sebuah
jaringan. Kualitas layanan dari suatu jalur dapat diukur
63
dengan ketentuan besaran yang didapat dari hasil
pengukuran pada parameter QoS berikut :
a. Latency (response time / RTT) diukur menggunakan
perintah PING pada command prompt.
b. Packet Loss diukur menggunakan Iperf dengan UDP test.
c. Throughput diukur menggunakan Iperf dengan TCP test.
d. Jitter diukur menggunakan Iperf dengan UDP test.
Dalam pengoperasiannya, Iperf menggunakan
metode client-server. Server terletak pada sisi end user yang
terhubung ke internet dengan bantuan Access Point.
Sedangkan Client terletak pada STO palmerah yang
terhubung langsung dengan switch yang dihubungkan pada
port DSLAM / GPON dengan bantuan kabel patch chord.
Tahapan dalam pengukuran adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan sebuah laptop dan menghubungkannya
pada AP (Access Point), laptop tersebut diasumsikan
sebagai server. Hal ini ditujukan untuk mengukur
kualitas layanan downstream pada AP, karena server
pada Iperf akan menerima request packet yang akan
dikirim oleh client, dan menampilkan status dari
komunikasi antara server dengan client.
b. Menggunakan sebuah laptop dan menghubungkannya
pada switch yang tertanam pada DSLAM ataupun OLT,
laptop tersebut diasumsikan sebagai client. Client disini
berfungsi sebagai perlakuan yang diberikan kepada
server.
c. Memulai proses pengukuran. Setelah proses instalasi
Iperf selesai, maka dapat dilakukan proses pengukuran.
Proses pengukuran dilakukan dengan menjalankan
command “iperf -s” pada sisi server dengan tujuan pihak
yang menjalankan perintah tersebut akan berlaku sebagai
server.
64
Gambar 2.40 Contoh Iperf di sisi server
Sedangkan pada sisi client dapat menjalankan perintah
“ iperf –c <ip yang dimiliki server>”
Gambar 2.41 Contoh Iperf di sisi client
e. Mengumpulkan data hasil proses pengukuran, setelah
menjalankan perintah sebelumnya, akan muncul beberapa
detik kemudian hasil dari pengukuran sesuai dengan
simulasi, dan jenis koneksi yang digunakan pada
pengukuran. Kemudian data tersebut dicatat dan diolah
kepada masing-masing parameter yang sudah ditentukan.
f. Merepresentasikan hasil data dalam bentuk chart/diagram.
Tahap selanjutnya setelah data terkumpul adalah
mengolahnya hingga menjadi chart/diagram.
g. Melakukan perbandingan dari hasil data yang diperoleh dari
kedua sistem yang diukur, baik pada jaringan DSLAM
maupun GPON, dengan mengkategorikan hasil dari kedua
sistem kedalam kategori QoS.