BAB 2

57
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Asma Bronchial 2.1.1 Definisi Asma Bronchial Asma adalah obstruksi jalan nafas akut, episodik yang diakibatkan oleh rangsangan yang tidak menimbulkan respon pada orang sehat. Asma didefinisikan sebagai gangguan yang di karakteristikkan oleh paroksisme rekurens mengi dan dispnea yang tidak disertai oleh penyakit jantung atau penyakit lainnya. (Tambayong, 2000). Asma ialah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah berekasi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma. Kelainan yang didapatkan adalah otot bronkus akan mengerut ( terjadi penyempitan), selaput lendir bronkus edema, produksi lendir makin banyak lengket dan kental sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lobang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk atau bahkan sesak. (Ngastiyah, 1997) Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008). 3

description

asma bronkial

Transcript of BAB 2

Page 1: BAB 2

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Asma Bronchial

2.1.1 Definisi Asma Bronchial

Asma adalah obstruksi jalan nafas akut, episodik yang diakibatkan oleh

rangsangan yang tidak menimbulkan respon pada orang sehat. Asma didefinisikan

sebagai gangguan yang di karakteristikkan oleh paroksisme rekurens mengi dan

dispnea yang tidak disertai oleh penyakit jantung atau penyakit lainnya.

(Tambayong, 2000).

Asma ialah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat

mudah berekasi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi

berupa serangan asma. Kelainan yang didapatkan adalah otot bronkus akan

mengerut ( terjadi penyempitan), selaput lendir bronkus edema, produksi lendir

makin banyak lengket dan kental sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan

saluran lobang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk atau bahkan sesak.

(Ngastiyah, 1997)

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan

bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan

jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan

maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).

2.1.2 Anatomi Sistem Pernafasan

Sistem Pernafasan meliputi saluran sebagai berikut:

Rongga Hidung →Faring → Laring →Trakhea→ Bronkus→ Bronkiolus→

Alveolus (paru-paru)

Organ Pernafasan :

a. Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang

dan dipisahkan oleh sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna

untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalamlubang hidung.

3

Page 2: BAB 2

b. Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan

dan jalan makanan, terdapat dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan

ruas tulang leher.

c. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak

sebagai pembentukan suara. Terletak dibagian depan faring. Pangkal tenggorokan

ini dapat ditutup oleh epiglottis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang

berfungsi menutupi laring pada waktu kita menelan makanan.

d. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang

dibentuk oleh 16-20 cincin tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm.

e. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8

cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping,

terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang lagi

menjadi lebih kecil disebut bronkiolus. Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi

dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli.

f. Paru-paru

Paru-

paru

4

Page 3: BAB 2

merupakan sebuah alat tubuh yang berfungsi untuk pertukaran gas O2 dan CO2.

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-

paru kiri yang terdiri dari 2 lobus. Letak paru-paru dirongga dada menghadap ke

tengah rongga dada (kavum mediastinum). Paru-paru dibungkus oleh selaput yang

disebut pleura.

Fisiologi Sistem pernafasan

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan

karbon dioksida.Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa,

oksigen berasal dari udara yang masuk melalui hidung dan mulut, pada waktu

bernapas, oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli dan

mempunyai hubungan yang erat dengan darah di dalam

kapilerpulmonalis.Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli-kapiler,

yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan

diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung kemudian

dipompa oleh arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada

tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh

oksigen

Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveoli-kapiler

dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea,

dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Pernapasan jaringan atau pernapasan

interna, darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksige, mengitari

seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat

lambat. Sel jaringan mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan

oksigen berlangsung dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan

oksidasi, yaitu karbon dioksida.

2.1.3 Etiologi Asma Bronchial

Menurut Ngastiyah, penyebab asma belum diketahui dengan jelas. Diduga

yang memegang peranan utama adalah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus

(hiperrektivitas bronkus), yang belum jelas diketahui penyebabnya. Diduga karena

5

Page 4: BAB 2

adanya hambatan dari sebagian sistem adrenergik, kurangnya enzim adenilsiklase

dan meningginya tonus sistem parasimpatis, sehingga mudah terjadinya kelebihan

tonus parasimpatik kalau ada rangsangan yang menyebabkan terjadinya spasme

bronkus.

Dari sudut etiologik, asma merupakan penyakit heterogenosa. Klasifikasi

asma dibuat berdasarkan rangsangan utama yang membangkitkan atau rangsangan

yang berkaitan dengan episode akut. Berdasarkan stimuli yang menyebabkan

asma, dua kategori timbal balik dapat dipisahkan :

1) Asma ekstrinsik imunologik

Ditemukan kurang dari 10% dari semua kasus. Biasanya terlihat pada

anak-anak, umumnya tidak berat dan lebih mudah ditangani daripada bentuk

intrinsik. Kebanyakan penderita adalah atopik dan mempunyai riwayat keluarga

yang jelas dari semua bentuk alergi dan mungkin asma bronkial. Ditandai dengan

reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti

debu, serbuk bunga, bulu binatang, dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering

dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

2) Asma intrinsik imunologik

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus

yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti aspirin dan obat-obat sejenisnya,

latihan jasmani, emosi, cuaca/ udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya

infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan

sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis

kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. Dapat

terjadi pada segala usia dan ada kecenderungan untuk lebih sering kambuh dan

berat. Lebih sering berkembang ke status asmatikus.

2.1.4 Faktor Resiko

Secara umum faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok faktor

genetik dan faktor lingkungan.

1) Faktor genetik

Hipereaktivitas

Atopi/alergi bronkus

6

Page 5: BAB 2

Faktor yang memodifikasi penyakit genetik

Jenis kelamin

Ras/etnik

2) Faktor lingkungan

Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,

alternaria/jamur dll)

Alergen diluar ruangan (alternaria, tepung sari)

Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang,

makanan laut, susu sapi, telur)

Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, β bloker

dll)

Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dan

lain-lain)

Ekpresi emosi berlebih

Asap rokok dari perokok aktif dan pasif

Polusi udara di luar dan di dalam ruangan

Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika

melakukan aktifitas tertentu

Perubahan cuaca

Menurut Ngastiyah, ada banyak aktor yang ikut menentukan derajat

reaktivitas atau iritabilitas tersebut di antaranya faktor genetik, biokimiawi, saraf

7

Page 6: BAB 2

autonom, imunologis, infeksi, endokrin, faktor psikologis. Oleh karena itu asma

disebut multiaktorial.

2.1.5 Klasifikasi Asma Bronchial

Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola

keterbatasan aliran udara. Klasifikasi berdasarkan berat penyakit penting bagi

pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma

semakin tinggi tingkat pengobatan.

Tabel klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis

Derajat

asma

Gejala Gejala

malam

Faal paru

Intermitten Bulanan

Gejala < 1x/minggu

Tanpa gejala diluar

serangan

Serangan singkat

≤ 2x/bulan APE ≥ 80%

VEP1 ≥ 80% nilai

prediksi APE ≥

80% nilai terbaik

Variabilitas APE <

20%

Persisten

ringan

Mingguan

Gejala > 1x/minggu

tetapi < 1x/hari

Serangan dpt

mengganggu aktivitas

dan tidur

> 2x/bulan APE > 80%

VEP1 ≥ 80%

nilai prediksi APE

≥ 80% nilai terbaik

Variabilitas

APE 20-30%

Persisten

sedang

Harian

Gejala setiap hari

Serangan mengganggu

aktivitas dan tidur

membutuhkan

bronkodilator setiap hari

>

1x/minggu

APE 60-80%

VEP1 60-80% nilai

prediksi APE 60-

80% nilai terbaik

Variabilitas APE >

30%

Persisten

berat

Kontinua

Gejala terus menerus

Sering kambuh

Sering APE ≤ 60%

VEp1 ≤ 60% nilai

prediksi ≤ 60%

8

Page 7: BAB 2

Aktivitas fisik terbatas nilai terbaik

Variabilitas APE >

30%

Pembagian asma pada anak :

a. Asma episodic yang jarang

Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya

dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4

kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan

jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada

malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat

berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang

didapatkan pada golongan ini.

b. Asma episodic sering

Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun,

berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi

serangan tanpa infeksi yang jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun

dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan

paling sering pada umur 8-13 tahun.

c. Asma kronik atau persisten

Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama

dan 50 % sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas

terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten. Pada malam hari sering

terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada

umur 8-14 tahun.

2.1.6 Manifestasi klinis Asma Bronchial

a) dispnea

b) ortopnea

c) batuk

d) wheezing / mengi

e) sesak dada / rasa berat di dada

f) peningkatan nadi paradoksis

9

Page 8: BAB 2

g) penurunan bising nafas

h) hipoksia

i) hiperesonans

j) takikardi

k) lapar udara

l) sputum kental

m) spasme bronkus

n) gelisah / takut / panik

o) Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan

p) Fatigue (kelelahan)

q) Perubahan tingkat kesadaran.

2.1.7 Patofisiologi

Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan

terdiri dari spasme otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yang

menetap dan hipersekresi mucus yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang

rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang

menandakan suatu keadaan hiveraktivitas bronkus yang khas.

Orang yang menderita asma memilki ketidakmampuan mendasar dalam

mencapai angka aliran uadara normal selama pernapasan (terutama pada

ekspirasi). Ketidakmampuan ini tercermin dengan rendahnya usaha ekspirasi

paksa pada detik pertama, dan berdasrkan parameter yang berhubungan aliran.

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma

tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi

mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan

antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast

yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan

bronkhus kecil.

10

Page 9: BAB 2

Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut

meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan

menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya

histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),

faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Histamine yang dihasilkan

menyebabkan kontraksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histaminnya

berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamine juga

merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan permeabilitas kapiler, maka

juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intestinum paru, sehingga

menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Selain itu

olahraga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan, karena terjadi aliran udara keluar

masuk paru dalam jumlah beasr dan cepat. Udara ini belum mendapat

perlembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-

partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan asma.

Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama

ekspirasi dari pada selama inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan

tekanan dalam intrapulmoner selama usaha ekspirasi tak hanya menekan udara

dalam alveolus tetapi juga menekan sisi luar bronkiolus. Oleh karena itu pendeita

asma biasanya dapat menarik nafas cukup memadai tetapi mengalami kesulitan

besar dalam ekspirasi. Ini menyebabkan dispnea, atau ”kelaparan udara”. Kapsitas

sisa fungsional paru dan volume paru menjadi sangat meningkat selama serangan

asma karena kesulitan mengeluarkan udara dari paru-paru. Setelah suatu jangka

waktu yang panjang, sangkar dada menjadi membesar secara permanent, sehingga

menyebabkan suatu ”barrel chest” (dada seperti tong).

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik

11

Page 10: BAB 2

Diagnosis asma didasari oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa

batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabilitas yang berkaitan

dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis,

ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru terutama

reversibiltas kelainan faal paru akan lebih meningkatkan nilai diagnostic

1) Riwayat penyakit atau gejala :

a) Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa

pengobatan.

b) Gejala berupa batuk berdahak, sesak napas, rasa berat di dada.

c) Gejala timbul/memburuk terutama malam/dini hari.

d) Diawali oleh factor pencetus yang bersifat individu.

e) Responsif terhadap pemberian bronkodilator.

2) Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit

a) Riwayat keluarga (atopi).

b) Riwayat alergi/atopi.

c) Penyakit lain yang memberatkan.

d) Perkembangan penyakit dan pengobatan.

Serangan batuk dan mengi yang berulang lebih nyata pada malam hari atau

bila ada beban fisik sangat karakteristik untuk asma. Walaupun demikian cukup

banyak asma anak dengan batuk kronik berulang, terutama terjadi pada malam

hari ketika hendak tidur, disertai sesak, tetapi tidak jelas mengi dan sering

didiagnosis bronkitis kronik. Pada anak yang demikian, yang sudah dapat

dilakukan uji faal paru (provokasi bronkus) sebagian besar akan terbukti adanya

sifat-sifat asma.

Batuk malam yang menetap dan yang tidak tidak berhasil diobati dengan

obat batuk biasa dan kemudian cepat menghilang setelah mendapat bronkodilator,

sangat mungkin merupakan bentuk asma.

3) Pemeriksaan fisik

a) Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pada asma ringan dan

sedang tidak ditemukan kelainan fisik di luar serangan.

b) Pada inspeksi terlihat pernapasan cepat dan sukar, disertai batuk-batuk

paroksismal, kadang-kadang terdengar suara mengi, ekspirasi memanjang,

12

Page 11: BAB 2

terlihat retraksi daerah supraklavikular, suprasternal, epigastrium dan sela

iga. Pada asma kronik bentuk toraks emfisematous, bongkok ke depan,

sela iga melebar, diameter anteroposterior toraks bertambah.

c) Pada perkusi terdengar hipersonor seluruh toraks, terutama bagian bawah

posterior. Daerah pekak jantung dan hati mengecil.

d) Pada auskultasi bunyi napas kasar/mengeras, pada stadium lanjut suara

napas melemah atau hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat

lemah. Terdengar juga ronkhi kering dan ronkhi basah serta suara lender

bila sekresi bronkus banyak.

e) Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa.

Mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat

disertai gejala sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan

penggunaan obat bantu napas.

f) Tinggi dan berat badan perlu diperhatikan dan bila mungkin bila

hubungannya dengan tinggi badan kedua orang tua. Asma sendiri

merupakan penyakit yang dapat menghambat perkembangan anak.

Gangguan pertumbuhan biasanya terdapat pada asma yang sangat berat.

Anak perlu diukur tinggi dan berat badannya pada tiap kali kunjungan,

karena akibat pengobatan sering dapat dinilai dari perbaikan

pertumbuhannya.

4) Uji faal paru

Berguna untuk menilai asma meliputi diagnosis dan penatalaksanaannya.

Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai :

a) Derajat obstruksi bronkus

b) Menilai hasil provokasi bronkus

c) Menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.

Pemeriksaan faal paru yang penting pada asma adalah PEFR, FEV1, PVC,

FEV1/FVC. Sebaiknya tiap anak dengan asma di uji faal parunya pada tiap

kunjungan. “peak flow meter” adalah yang paling sederhana, sedangkan dengan

spirometer memberikan data yang lebih lengkap. Volume kapasitas paksa (FVC),

aliran puncak ekspirasi (PEFR) dan rasio FEV1/FVC berkurang > 15% dari nilai

normalnya. Perpanjangan waktu ekspirasi paksa biasanya ditemukan, walaupun

13

Page 12: BAB 2

PEFR dan FEV1/FVC hanya berkurang sedikit. Inflasi yang berlebihan biasanya

terlihat secara klinis, akan digambarkan dengan meningginya isi total paru (TLC),

isi kapasitas residu fungsional dan isi residu. Di luar serangan faal paru tersebut

umumnya akan normal kecuali pada asma yang berat. Uji provokasi bronkus

dilakukan bila diagnosis masih diragukan. Tujuannya untuk menunjukkan adanya

hiperreaktivitas bronkus. Uji Provokasi bronkus dapat dilakukan dengan :

d) Histamin

e) Metakolin

f) Beban lari

g) Udara dingin

h) Uap air

i) Alergen

Yang sering dilakukan adalah cara nomor 1, 2 dan 3. Hiperreaktivitas

positif bila PEFR, FEV1 turun > 15% dari nilai sebelum uji provokasi dan setelah

diberi bronkodilator nilai normal akan tercapai lagi. Bila PEFR dan FEV1 sudah

rendah dan setelah diberi bronkodilator naik > 15% yang berarti hiperreaktivitas

bronkus positif dan uji provokasi tidak perlu dilakukan.

5) Foto rontgen toraks

Tampak corakan paru yang meningkat. Atelektasis juga sering ditemukan.

Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik. Rontgen foto

sinus paranasalis perlu juga bila asmanya sulit dikontrol.

6) Pemeriksaan darah eosinofil dan uji tuberkulin

Pemeriksaan eosinofil dalam darah, sekret hidung dan dahak dapat

menunjang diagnosis asma. Dalam sputum dapat ditemukan kristal Charcot-

Leyden dan spiral Curshman. Bila ada infeksi mungkin akan didapatkan

leukositosis polimormonuklear.

7) Uji kulit alergi dan imunologi

a) Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji

kulit atau pengukuran IgE spesifik serum.

b) Uji kulit adalah cara utama untuk mendignosis status alergi/atopi,

umumnya dilakukan dengan prick test. Alergen yang digunakan adalah

alergen yang banyak didapat di daerahnya. Walaupun uji kulit merupakan

14

Page 13: BAB 2

cara yang tepat untuk diagnosis atopi, dapat juga mendapatkan hasil positif

palsu maupun negative palsu. Sehingga konfirmasi terhadap pajanan

alergen yang relevan dan hubungannya dengan gejala klinik harus selalu

dilakukan. Untuk menentukan hal itu, sebenarnya ada pemeriksaan yang

lebih tepat, yaitu uji provokasi bronkus dengan alergen yang bersangkutan.

Reaksi uji kulit alergi dapat ditekan dengan pemberian antihistamin

Pemeriksaan IgE spesifik dapat memperkuat diagnosis dan menentukan

penatalaksaannya. Pengukuran IgE spesifik dilakukan pada keadaan uji

kulit tidak dapat dilakukan (antara lain dermatophagoism,

dermatitis/kelainan kulit pada lengan tempat uji kulit dan lain-lain).

Pemeriksaan kadar IgE total tidak mempunyai nilai dalam diagnosis

alergi/atopi.

8) Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang

paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan

dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah

pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer).

9) BGA

Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2

normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun

pada asma dengan pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder

terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma).

2.1.10 Komplikasi

Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin

timbul adalah :

a) Pneumo thoraks

Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang

dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat

menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan

nafas.Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak

sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk

15

Page 14: BAB 2

bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus

yang kental.

b) Status Asmatikus

Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat,

berlangsung dalam beberapa jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan

perbaikan pada pengobatan yang lazim dan dapat mengakibatkan kematian.

Factor penyebab :

- Infeksi saluran nafas

- Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi)

- Kontraksi otot polos

- Edema mukosa

- Hipersekresi

c) Emfisema kronik

Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari

obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana

pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada

pemasukannya.

d) Ateleltaksis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan

yang sangat dangkal.

e) Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur

dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga dapat

menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata.

Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus

sp.Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi alergi

terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada

saluran pernafasan dan kantong udara.

f) Gagal nafas

16

Page 15: BAB 2

g) Bronchitis

Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang

kecil mengalami bengkak dan terjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya

penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir

yang berlebihan.

2.1.11 Penatalaksanaan

Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat

inap diperlukan bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada

tanda-tanda komplikasi. Penanggulangan asma pada anak meliputi:

a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus

b. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat antiinflamasi

c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi

inhalasi secara oral/parenteral

d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta

lendir encer dan mudah dikeluarkan.

e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan

fisik dengan latihan jasmani atau senam pernapasan.

Tindakan penanggulangan :

a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker

b. Terapi cairan parenteral

c. Terapi pengobatan :

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :

1) Pengobatan non farmakologik

- Memberikan penyuluhan

- Menghindari faktor pencetus

- Pemberian cairan. Beri O2 bila perlu.

2) Pengobatan farmakologik

- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.

Terbagi dalam 2 golongan:

a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin) Nama obat:

Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).

17

Page 16: BAB 2

b) Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin

(Euphilin Retard), Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit

lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.

- Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan

obat pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-

sama obat anti asma yanglain dan efeknya baru terlihat setelah

pemakaian 1 bulan.

- Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti

kromalin. Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan

obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

2.2 Asuhan Keperawatan pada Asma Bronchial secara teori

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan (Gaffar, 1999).

Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan, pengelompokan dan

penganalisaan data. Pada pengumpulan data akan diperoleh data subyektif yaitu

data yang diperoleh dari keterangan pasien atau orang tua pasien. Data obyektif

diperoleh dari pemeriksaan fisik. Dari data subyektif pada pasien asma biasanya

diperoleh data anak dikeluhkan sesak nafas, batuk, pilek, nafsu makan menurun,

lemah, kelelahan dan gelisah. Dari data obyektif diperoleh data mengi/wheezing

berulang, ronchi, dada terasa tertekan atau sesak, pernapasan cepat (takipnea),

sianosis, nafas cuping hidung dan retraksi otot dada.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sputum/sekret.

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat

rasa dan bau sputum

c) Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler

d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

18

Page 17: BAB 2

ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.

e) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk

menetap

f) Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan,

kurangnya informasi.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

a) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi

sputum/sekret.

N

o

Diagnosa

KeperawatanTujuan Dan Criteria

HasilIntervensi

1 Bersihan Jalan Nafas

tidak Efektif

Definisi :

Ketidakmampuan

untuk membersihkan

sekresi atau obstruksi

dari saluran pernafasan

untuk

mempertahankan

kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

       Dispneu, Penurunan

suara nafas

       Orthopneu

       Cyanosis

       Kelainan suara nafas

(rales, wheezing)

       Kesulitan berbicara

       Batuk, tidak efekotif

atau tidak ada

       Mata melebar

       Produksi sputum

       Gelisah

       Perubahan frekuensi

NOC :

  Respiratory status :

Ventilation

  Respiratory status :

Airway patency

  Aspiration Control

Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernafas

dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

 Menunjukkan jalan

nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal, tidak

ada suara nafas

abnormal)

 Mampu

mengidentifikasikan dan

NIC :

Airway suction

  Pastikan kebutuhan oral / tracheal

suctioning

   Auskultasi suara nafas sebelum dan

sesudah suctioning.

  Informasikan pada klien dan

keluarga tentang suctioning

  Minta klien nafas dalam sebelum

suction dilakukan.

  Berikan O2 dengan menggunakan

nasal untuk memfasilitasi suksion

nasotrakeal

  Gunakan alat yang steril sitiap

melakukan tindakan

  Anjurkan pasien untuk istirahat dan

napas dalam setelah kateter

dikeluarkan dari nasotrakeal

  Monitor status oksigen pasien

  Ajarkan keluarga bagaimana cara

melakukan suksion

  Hentikan suksion dan berikan

oksigen apabila pasien menunjukkan

bradikardi, peningkatan saturasi O2,

dll.

19

Page 18: BAB 2

dan irama nafas

Faktor-faktor yang

berhubungan:

       Lingkungan :

merokok, menghirup

asap rokok, perokok

pasif-POK, infeksi

       Fisiologis : disfungsi

neuromuskular,

hiperplasia dinding

bronkus, alergi jalan

nafas, asma.

       Obstruksi jalan nafas :

spasme jalan nafas,

sekresi tertahan,

banyaknya mukus,

adanya jalan nafas

buatan, sekresi

bronkus, adanya

eksudat di alveolus,

adanya benda asing di

jalan nafas.

mencegah factor yang

dapat menghambat jalan

nafas

Airway Management

         Buka jalan nafas, guanakan

teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu

         Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

         Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

         Pasang mayo bila perlu

         Lakukan fisioterapi dada jika

perlu

         Keluarkan sekret dengan batuk

atau suction

         Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

         Lakukan suction pada mayo

         Berikan bronkodilator bila perlu

         Berikan pelembab udara Kassa

basah NaCl Lembab

         Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

         Monitor respirasi dan status O2

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan

bau sputum

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

2 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi

tidak cukup untuk

keperluan metabolisme

tubuh.

Batasan karakteristik :

-    Berat badan 20 %

NOC :

v  Nutritional Status :

food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

v  Adanya peningkatan

berat badan sesuai

dengan tujuan

v  Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi

badan

v  Mampu

NIC :

Nutrition Management

§  Kaji adanya alergi makanan

§  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien.

§  Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake Fe

§  Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan vitamin C

§  Berikan substansi gula

20

Page 19: BAB 2

atau lebih di bawah

ideal

-    Dilaporkan adanya

intake makanan yang

kurang dari RDA

(Recomended Daily

Allowance)

-    Membran mukosa

dan konjungtiva pucat

-    Kelemahan otot yang

digunakan untuk

menelan/mengunyah

-    Luka, inflamasi pada

rongga mulut

-    Mudah merasa

kenyang, sesaat setelah

mengunyah makanan

-    Dilaporkan atau fakta

adanya kekurangan

makanan

-    Dilaporkan adanya

perubahan sensasi rasa

-    Perasaan

ketidakmampuan untuk

mengunyah makanan

-    Miskonsepsi

-    Kehilangan BB

dengan makanan cukup

-    Keengganan untuk

makan

-    Kram pada abdomen

-    Tonus otot jelek

-    Nyeri abdominal

dengan atau tanpa

patologi

-    Kurang berminat

terhadap makanan

-    Pembuluh darah

kapiler mulai rapuh

-    Diare dan atau

steatorrhea

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

v  Tidak ada tanda tanda

malnutrisi

v  Tidak terjadi

penurunan berat badan

yang berarti

§  Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

§  Berikan makanan yang terpilih

( sudah dikonsultasikan dengan ahli

gizi)

§  Ajarkan pasien bagaimana

membuat catatan makanan harian.

§  Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

§  Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi

§  Kaji kemampuan pasien untuk

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

§  BB pasien dalam batas normal

§  Monitor adanya penurunan berat

badan

§  Monitor tipe dan jumlah aktivitas

yang biasa dilakukan

§  Monitor interaksi anak atau

orangtua selama makan

§  Monitor lingkungan selama makan

§  Jadwalkan pengobatan  dan

tindakan tidak selama jam makan

§  Monitor kulit kering dan perubahan

pigmentasi

§  Monitor turgor kulit

§  Monitor kekeringan, rambut kusam,

dan mudah patah

§  Monitor mual dan muntah

§  Monitor kadar albumin, total

protein, Hb, dan kadar Ht

§  Monitor makanan kesukaan

§  Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

§  Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva

§  Monitor kalori dan intake nuntrisi

§  Catat adanya edema, hiperemik,

21

Page 20: BAB 2

-    Kehilangan rambut

yang cukup banyak

(rontok)

-    Suara usus hiperaktif

-    Kurangnya informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yang

berhubungan :

Ketidakmampuan

pemasukan atau

mencerna makanan

atau mengabsorpsi zat-

zat gizi berhubungan

dengan faktor biologis,

psikologis atau

ekonomi.

hipertonik papila lidah dan cavitas

oral.

§  Catat jika lidah berwarna magenta,

scarlet

c) Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

3 Gangguan Pertukaran

gas

Definisi : Kelebihan

atau kekurangan dalam

oksigenasi dan atau

pengeluaran

karbondioksida di

dalam membran kapiler

alveoli

Batasan karakteristik :

è Gangguan

penglihatan

è Penurunan CO2

è Takikardi

è Hiperkapnia

è Keletihan

è somnolen

NOC :

v  Respiratory Status : Gas

exchange

v  Respiratory Status :

ventilation

v  Vital Sign Status

Kriteria Hasil :

v  Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat

v  Memelihara kebersihan

paru paru dan bebas dari

tanda tanda distress

pernafasan

v   Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan

NIC :

Airway Management

·         Buka jalan nafas, guanakan

teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu

·         Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

·         Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

·         Pasang mayo bila perlu

·         Lakukan fisioterapi dada jika

perlu

·         Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction

·         Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

·         Lakukan suction pada mayo

·         Berika bronkodilator bial

perlu

22

Page 21: BAB 2

è Iritabilitas

è Hypoxia

è kebingungan

è Dyspnoe

è nasal faring

è AGD Normal

è sianosis

è warna kulit abnormal

(pucat, kehitaman)

è Hipoksemia

è hiperkarbia

è sakit kepala ketika

bangun

èfrekuensi dan

kedalaman nafas

abnormal

Faktor faktor yang

berhubungan :

è ketidakseimbangan

perfusi ventilasi

è perubahan membran

kapiler-alveolar

sputum, mampu bernafas

dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

v   Tanda tanda vital

dalam rentang normal

·         Barikan pelembab udara

·         Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

·         Monitor respirasi dan status

O2

Respiratory Monitoring

·         Monitor rata – rata,

kedalaman, irama dan usaha

respirasi

·         Catat pergerakan dada,amati

kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, retraksi otot

supraclavicular dan intercostal

·         Monitor suara nafas, seperti

dengkur

·         Monitor pola nafas :

bradipena, takipenia, kussmaul,

hiperventilasi, cheyne stokes, biot

·         Catat lokasi trakea

·         Monitor kelelahan otot

diagfragma (gerakan paradoksis)

·         Auskultasi suara nafas, catat

area penurunan / tidak adanya

ventilasi dan suara tambahan

·         Tentukan kebutuhan suction

dengan mengauskultasi crakles dan

ronkhi pada jalan napas utama

·         auskultasi suara paru setelah

tindakan untuk mengetahui hasilnya

23

Page 22: BAB 2

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Biodata

A. Identitas Pasien

1)  Nama/Nama panggilan               : An Z

2)  Tempat tanggal lahir/Usia  : Surabaya, 20 Sept 2007 / 8 thn

3)  Jenis Kelamin                        : Perempuan

4)  Agama                              : Islam

5)  Pendidikan                          : -

6)  Alamat                             : Surabaya

7)  Tanggal Masuk                       : 11 Sept 2015 jam 09.00

8)  Tanggal pengkajian                  : 11 Sept 2015 jam 13.00

9)  Diagnosa Medik                      : Asma Bronchial

Identitas Orang tua

1)  Ayah

    a. Nama                             : Tn. A

    b. Usia                             : 40 tahun

    c. Pendidikan                       : SMA

    d. Pekerjaan/sumber penghasilan   : Swasta

    e. Agama                           : ISlam

    f.  Alamat                          : Surabaya

2) Ibu

    a. Nama                            : Ny. N

    b. Usia                             : 36 tahun

    c. Pendidikan                       : SMA

24

Page 23: BAB 2

    d. Pekerjaan/sumber penghasilan   : Ibu rumah tangga

    e. Agama                           : Islam

    f.  Alamat                          : Surabaya

3)    Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

1

2.

An. M

An. B

17 tahun

6 tahun

Kakak

kandung

Adik

kandung

Baik

Baik

3.1.2 Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit

Sesak nafas

3.1.3 Riwayat Kesehatan

A.     Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu pasien mengeluh pasien sesak nafas mulai tanggal 11 Sept 2015 pukul

04.00 dini hari, pasien batuk , ada rasa ingin mengeluarkan dahak namun dahak

tidak keluar. Keluarga pasien mengatakan malamnya pasien makan nasi goreng

seafood pemberian pamannya. Di rumah pasien tidak diberi obat apapun oleh

keluarga, pasien langsung di bawa ke IGD RS. Sutomo. Pasien diperiksa oleh dr.

V pada pukul 06.30 pagi dengan keadaan umum lemah, jari kaki dan tangan

hipoksia, wajah pucat, sesak nafas, terdapat retraksi otot dinding dada, terdapat

cuping hidung, RR : 35 x/mnt, nadi : 100 x/mnt, TD : 110/70 mmHg, suhu 37oC,

suara nafas mengi. Saat dilakukan pengkajian didapatkan keadaan umum lemah,

jari kaki dan tangan hipoksia, wajah pucat, sesak nafas, terdapat retraksi otot

dinding dada, terdapat cuping hidung, RR : 32 x/mnt, nadi : 96 x/mnt, TD :

110/70 mmHg, suhu 36,8oC, suara nafas mengi.

B.     Riwayat Kesehatan Lalu

25

Page 24: BAB 2

-          Penyakit yang pernah dialami : Pasien pernah menderita diare saat usia 4

tahun

-          Kecelakaan yang dialami : pasien tidak punya riwayat jatuh, kecelakaan,

keracunan, tenggelam dll.

-          Pernah di rawat : Pasien pernah dirawat di RS William Booth saat usia 4

tahun dengan diare

-          Allergi : pasien tidak punya riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan,

susu, plester dll.

-          Konsumsi obat-obatan bebas : Pasien tidak mengonsumsi obat bebas

-          Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya: Anak bertumbuh dan

berkembang sesuai dengan usia.

C.      Riwayat Kesehatan Keluarga

-          Penyakit anggota keluarga : Anggota keluarga tidak sedang menderita

penyakit saat ini. Anggota keluarga tidak menderita penyakit menular seperti

TBC, Hepatitis, HIV saat ini. Ibu mempunyai riwayat asma sejak usia 18 tahun.

3.1.4 Riwayat Immunisasi

No Jenis

Immunisasi

Waktu Pemberian Reaksi setelah pemberian

1. BCG

2. DPT (I,II,III)

3. Polio

(I,II,III,IV)

4. Campak 9 tahun Baik

5. Hepatitis

3.1.5. Riwayat tumbuh Kembang

26

Page 25: BAB 2

A.     Pertumbuhan Fisik

1.     Berat Badan : 20 kg

2.     Tinggi Badan : 125 cm

3.     Waktu tumbuh gigi 7 bulan

B.    Perkembangan tiap tahap

 Usia anak saat :

1.    Berguling            : 4 bulan

2.     Duduk                  : 1 tahun

3.     Merangkak           : 9 bulan

4.     Berdiri                  : 7 bulan

5.     Berjalan                 : 14 bulan

6.     Bicara pertama kali                : 2 tahun

7.     Berpakaian tanpa Bantuan         : 2,5 tahun

3.1.6 Riwayat Nutrisi

A.     Pemberian ASI

1.     Pertama kali disusui : sejak lahir

2.     Cara pemberian: setiap kali menangis

3.     Lama pemberian 2 tahun

B.     Pemberian susu formula

1.     Alasan pemberian         : anak tumbuh besar

2.     Jumlah pemberian        : 3x sehari

3.     Cara memberikan : Dengan dot

C.      Pemberian makanan tambahan

a.     Pertama kali diberikan usia 11 bulan

b.     Jenis : Bubur susu dan pisang

D.     Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

27

Page 26: BAB 2

Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian

1.  0 – 4 Bulan

2.  4 – 12 bulan

3. Saat Ini

ASI, bubur susu dan pisang

ASI , bubur susu dan pisang,

nasi, sayur, daging yang

dilumatkan

Nasi, lauk, sayur, buah.

 

3.1.7 Riwayat Psichososial

-         Apakah anak tinggal di : rumah

-         Lingkungan berada di : kota

-         Apakah rumah dekat: rumah dekat dengan sekolah, anak tidur bersama

adiknya yang 6 tahun.

-         Hubungan antar anggota keluarga : Hubungan antar anggota keluarga baik

dan harmonis

-         Pengasuh anak: Orang tua, nenek, budhe.

3.1.8 Riwayat Spiritual

-         Support system dalam keluarga :

-         Kegiatan keagamaan : Sholat 5 waktu sehari

3.1.9 Reaksi Hospitalisasi

A.     Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

-          Mengapa ibu membawa anaknya ke RS: ibu mengetahui bahwa anaknya

sesak , langsung dibawa ke rumah sakit

-          Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak: Ya

-          Bagaimana perasaan orang tua saat ini: Cemas

-          Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya

-          Siapa yang akan tinggal dengan anak : ibu

B.     Pemahanan anak tentang sakit dan rawat inap

-          Mengapa  Keluarga/orang tua membawa kamu ke Rumah sakit ? karena

pasien sesak nafas.

28

Page 27: BAB 2

-          Menurutmu apa penyebab kamu sakit : pasien mengatakan mungkin karena

nasi goreng

-          Apakah dokter menceritakan keadaanmu : Tidak

-          Bagaimana rasanya dirawat di RS : Bosan

3.1.10 Aktivitas Sehari-hari

A.     Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit

1.    Selera makan

2.    Menu makan

3.    Frekwensi makan

4.    Makanan yang

disukai

5.    Makanan pantangan

6.    Pembatasan pola

makan

7.    Cara makan

8.    Ritual saat makan

Baik

Nasi, lauk, sayur, buah

3 x sehari, satu porsi

habis

Nasi goreng

Tidak ada

Tidak ada

Dengan sendok, sambil

duduk

Sambil menonton tv

Kurang baik

Nasi , lauk, sayur, buah

3 x sehari, ¼ - ½ porsi

Tidak ada

Seafood

Tidak ada

Dengan disuap, dan

sambil berbaring

Tidak ada

B.     Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit

1.    Jenis minuman

2.    Frekwensi minum

Air putih, teh, nutrisari

+ 8 gelas sehari

Air putih, teh, kacang

hijau

+ 6 gelas sehari

C.      Eliminasi (BAB & BAK)

Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit

1.    Tempat pembuangan

2.    Frekwensi (Waktu)

Toilet

BAK : 5 kali sehari

Toilet

BAK : 5 kali sehari

29

Page 28: BAB 2

3.    Konsistensi

4.    Kesulitan

5.    Obat pencahar

BAB : 1 x sehari

BAK : kuning jernih

BAB : padat, kuning

kecoklatan

Tidak ada

Tidak ada

BAB : belum

BAK : jernih

BAB : -

Belum BAB

Tidak ada

D.     Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit

1. Jam tidur

-       Siang

-       Malam

2. Pola tidur

3. Kebiasaan sebelum

tidur

4. Kesulitan tidur

12.00 – 15.00

20.00 – 05.00

Nyenyak, tidak rewel

Tidak ada

Tidak ada

11.00 – 13.00

20.00 – 05.00

Sering terbangun karena

sesak

Tidak ada

Tidak ada

E.     Olah Raga

Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit

1.  Program Olah raga

2.  Jenis dan frekwensi

3.  Kondisi setelah olah

raga

-

-

-

-

-

-

F.      Personal Hygiene

Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit

1. Mandi

    a. Cara

    b. Frekwensi

    c. Alat mandi

2. Cuci rambut

Mandi sendiri

2x sehari

Dengan gayung

Diseka

2 x sehari

Easycare

30

Page 29: BAB 2

    a. Frekwensi

    b. Cara

3. Gunting kuku

    a. Frekwensi

    b. Cara

4. Gosok gigi

    a. Frekwensi

    b. Cara

2 hari sekali

Di cucikan

2 minggu sekali

Di guntingkan

2 kali sehari tiap

mandi

Gosok gigi sendiri

Belum cuci rambut

-

-

-

-

-

G.     Aktivitas/Mobilitas Fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit

1.  Kegiatan sehari-hari

2. Pengaturan jadual harian

3. Penggunaan alat Bantu

aktivitas

4. Kesulitan pergerakan tubuh

Bermain, sekolah

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Hanya berbaring di

tempat tidur

-

-

-

H.     Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat Sakit

1.  Perasaan saat sekolah

2.  Waktu luang

3.  Perasaan setelah

rekreasi/bermain

4.  Waktu senggang keluarga

5.  Kegiatan hari libur

Senang

Bermain dengan

teman

Senang

Malam hari

Main sepeda bersama

ke taman

Sedih tidak sekolah

Tidur, nonton tv

Bosan

-

-

3.1.11 Pemeriksaan Fisik

A.     Keadaan Umum Klien

31

Page 30: BAB 2

Badan pasien nampak lemah, pasien mengeluh sesak bila bergerak. Pasien hanya

berbaring di tempat tidur dengan posisi semi fowler.

B.     Tanda tanda Vital

-          Suhu           :  36,8oC                 

-          Nadi            : 96 x/mnt                           

-          Respirasi        : 32 x/mnt

-          Tekanan Darah: 110/70 mmHg

C.      Antropometri

-          Tinggi Badan    : 125 cm

-          Berat badan     : 20 kg

D.     Sistem Pernafasan

-          Hidung : simetris , terdapat pernafasan cuping hidung, ada secret , tidak

ada polip, tidak epistaksis

-          Leher : tidak ada tumor, tidak ada pembesaran kelenjar.

-          Dada

      Bentuk dada Normal

      Gerakan dada : simetris, terdapat retraksi otot dinding dada, Otot Bantu

pernafasan supraklavikula

      Suara nafas : wheezing +

-     Apakah ada clubbling finger : tidak

E.     Sistem Cardio Vaskuler

-          Conjunctiva :anemia, bibir cyanosis,

-          Ukuran jantung : Normal

-          Suara jantung : normal

F.      System Pencernaan

32

Page 31: BAB 2

-          Sklera : tidak ikterus, Bibir : kering

-          Mulut : tidak stomatitis, tidak palato skizis, jumlah gigi 24 , kemampuan

menelan: Baik, lidah kotor.

-          Gaster : tidak nyeri, gerakan peristaltis 25 x/mnt

-          Abdomen: perkusi hepar pekak, palpasi tidak teraba massa

-          Anus : tidak iritasi, tidak ada hemoroid

G.     System Indra

1.  Mata

- sklera tidak ikterus, tidak hordeolum

- konjungtiva anemis, pupil isokhor diameter 3 mm/ 3 mm, lapang pandang luas,

reflex cahaya positif

- tidak ada nyeri tekan pada palpebra          

2.  Hidung

                - Penciuman kurang baik karena ada sekret sedikit, tidak perih di

hidung, tidak epistaksis

                - Sekret yang menghalangi penciuman , tidak terlalu

           3.  Telinga

                - Keadaan daun telinga simetris, Kanal auditoris: Serumen sedikit warna

kuning

     - Fungsi pendengaran baik

I.      System Muskulo Skeletal

1.      Vertebrae : tidak skoliosis atau lordosis atau kifosis.

2      Kaki : tidak bengkak, tidak sindaktil, tidak polidaktil, reflex fisiologis positif

3.      Tangan : tidak bengkak, tidak sindaktil atau polidaktil, tangan kiri terpasang

infus

J.      System Integumen

-          Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut

33

Page 32: BAB 2

-          Kulit : Warna kuning, temperatur 36,8 derajat, tidak ada ruam, tekstur

kenyal, turgor kulit kembali 3 detik.

-          Kuku : Warna sianosis, permukaan kuku licin , tidak mudah patah,bersih

K.     System Endokrin

-          Kelenjar Thyroid : tidak ada pembesaran kelanjar tyroid

3.1.12 Test Diagnostik

- Laboratorium : Hb : 12gr/dl

- Leukosit : 7.000/mm3

- Trombosit : 150.000/mm3

- Hematokrit : 37 %

-          Ro Photo : tidak dilakukan foto rontgen                 

-          CT Scan : tidak dilakukan ct scan

3.1.13 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Ibu pasien mengeluh pasien

sesak nafas mulai tanggal 11

Sept 2015 pukul 04.00 dini hari,

pasien batuk , ada rasa ingin

mengeluarkan dahak namun

dahak tidak keluar.

Do : wajah pucat, sesak nafas,

terdapat retraksi otot dinding

dada, terdapat cuping hidung,

RR : 32 x/mnt, nadi : 96 x/mnt,

TD : 110/70 mmHg, suhu

36,8oC, suara nafas mengi.

Peningkatan produksi

sputum

Bersihan jalan

nafas inefektif

2 Ds : pasien mengeluh sesak, rasa

berat di dada. Pasien mengeluh

Ketidakseimbangan

perfusi ventilasi

Resiko

Kerusakan

34

Page 33: BAB 2

letih, badan nampak lemah

Do : wajah pucat, sesak nafas,

terdapat retraksi otot dinding

dada, terdapat cuping hidung,

RR : 32 x/mnt, nadi : 96 x/mnt,

TD : 110/70 mmHg, suhu

36,8oC, suara nafas mengi,

badan pasien nampak lemah dan

letih

pertukaran gas

3 Ds : pasien mengeluh lelah dan

lemas, pasien mengeluh sesak

bila bergerak

Do : pasien hanya berbaring di

tempat tidur, pasien nampak

lemas, terdapat pernafasan

cuping hidung, terdapat retraksi

otot dinding dada.

Kelemahan umum;

ketidakseimbangan

suplai oksigen

Intoleransi

aktivitas

3.2 Diagnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan Peningkatan produksi

sputum yang ditandai dengan Ibu pasien mengeluh pasien sesak nafas mulai

tanggal 11 Sept 2015 pukul 04.00 dini hari, pasien batuk , ada rasa ingin

mengeluarkan dahak namun dahak tidak keluar, wajah pucat, sesak nafas, terdapat

retraksi otot dinding dada, terdapat cuping hidung, RR : 32 x/mnt, nadi : 96 x/mnt,

TD : 110/70 mmHg, suhu 36,8oC, suara nafas mengi.

2) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan

perfusi ventilasi yang ditandai dengan pasien mengeluh sesak, rasa berat di dada.

Pasien mengeluh letih, badan nampak lemah, wajah pucat, sesak nafas, terdapat

retraksi otot dinding dada, terdapat cuping hidung, RR : 32 x/mnt, nadi : 96 x/mnt,

TD : 110/70 mmHg, suhu 36,8oC, suara nafas mengi, badan pasien nampak lemah

dan letih.

35

Page 34: BAB 2

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum;

ketidakseimbangan suplai oksigen yang ditandai dengan pasien mengeluh lelah

dan lemas, pasien mengeluh sesak bila bergerak, pasien hanya berbaring di tempat

tidur, pasien nampak lemas, terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat retraksi

otot dinding dada.

3.3 Intervensi Keperawatan

N

o

Diagnosa

KeperawatanTujuan Dan Criteria

HasilIntervensi

1 Bersihan jalan nafas

inefektif berhubungan

dengan Peningkatan

produksi sputum yang

ditandai dengan Ibu

pasien mengeluh

pasien sesak nafas

mulai tanggal 11 Sept

2015 pukul 04.00 dini

hari, pasien batuk , ada

rasa ingin

mengeluarkan dahak

namun dahak tidak

keluar, wajah pucat,

sesak nafas, terdapat

retraksi otot dinding

dada, terdapat cuping

hidung, RR : 32 x/mnt,

nadi : 96 x/mnt, TD :

110/70 mmHg, suhu

36,8oC, suara nafas

mengi.

NOC :

  Respiratory status :

Ventilation

  Respiratory status :

Airway patency

  Aspiration Control

Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernafas

dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

 Menunjukkan jalan

nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal, tidak

ada suara nafas

abnormal)

 Mampu

mengidentifikasikan dan

mencegah factor yang

dapat menghambat jalan

NIC :

Airway suction

  Pastikan kebutuhan oral / tracheal

suctioning

   Auskultasi suara nafas sebelum dan

sesudah suctioning.

  Informasikan pada klien dan

keluarga tentang suctioning

  Minta klien nafas dalam sebelum

suction dilakukan.

  Berikan O2 dengan menggunakan

nasal untuk memfasilitasi suksion

nasotrakeal

  Gunakan alat yang steril sitiap

melakukan tindakan

  Anjurkan pasien untuk istirahat dan

napas dalam setelah kateter

dikeluarkan dari nasotrakeal

  Monitor status oksigen pasien

  Ajarkan keluarga bagaimana cara

melakukan suksion

  Hentikan suksion dan berikan

oksigen apabila pasien menunjukkan

bradikardi, peningkatan saturasi O2,

dll.

Airway Management

         Buka jalan nafas, guanakan

36

Page 35: BAB 2

nafas teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu

         Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

         Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

         Pasang mayo bila perlu

         Lakukan fisioterapi dada jika

perlu

         Keluarkan sekret dengan batuk

atau suction

         Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

         Lakukan suction pada mayo

         Berikan bronkodilator bila perlu

         Berikan pelembab udara Kassa

basah NaCl Lembab

         Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

         Monitor respirasi dan status O2

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

2 Resiko kerusakan

pertukaran gas

berhubungan dengan

Ketidakseimbangan

perfusi ventilasi yang

ditandai dengan pasien

mengeluh sesak, rasa

berat di dada. Pasien

mengeluh letih, badan

nampak lemah, wajah

pucat, sesak nafas,

terdapat retraksi otot

dinding dada, terdapat

cuping hidung, RR : 32

x/mnt, nadi : 96 x/mnt,

NOC :

v  Respiratory Status : Gas

exchange

v  Respiratory Status :

ventilation

v  Vital Sign Status

Kriteria Hasil :

v  Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat

v  Memelihara kebersihan

paru paru dan bebas dari

tanda tanda distress

pernafasan

v   Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu

NIC :

Airway Management

·         Buka jalan nafas, guanakan

teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu

·         Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

·         Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

·         Pasang mayo bila perlu

·         Lakukan fisioterapi dada jika

perlu

·         Keluarkan sekret dengan

batuk atau suction

·         Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan

·         Lakukan suction pada mayo

·         Berika bronkodilator bial

37

Page 36: BAB 2

TD : 110/70 mmHg,

suhu 36,8oC, suara

nafas mengi, badan

pasien nampak lemah

dan letih.

(mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernafas

dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

v   Tanda tanda vital

dalam rentang normal

perlu

·         Barikan pelembab udara

·         Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

·         Monitor respirasi dan status

O2

Respiratory Monitoring

·         Monitor rata – rata,

kedalaman, irama dan usaha

respirasi

·         Catat pergerakan dada,amati

kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, retraksi otot

supraclavicular dan intercostal

·         Monitor suara nafas, seperti

dengkur

·         Monitor pola nafas :

bradipena, takipenia, kussmaul,

hiperventilasi, cheyne stokes, biot

·         Catat lokasi trakea

·         Monitor kelelahan otot

diagfragma (gerakan paradoksis)

·         Auskultasi suara nafas, catat

area penurunan / tidak adanya

ventilasi dan suara tambahan

·         Tentukan kebutuhan suction

dengan mengauskultasi crakles dan

ronkhi pada jalan napas utama

·         auskultasi suara paru setelah

tindakan untuk mengetahui hasilnya

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

3 Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

Kelemahan umum;

ketidakseimbangan

suplai oksigen yang

ditandai dengan

NOC :

  Energy conservation

  Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :

  Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik tanpa

disertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan

NIC :

Energy Management

  Observasi adanya pembatasan

klien dalam melakukan aktivitas

  Dorong anal untuk

mengungkapkan perasaan

terhadap keterbatasan

  Kaji adanya factor yang

38

Page 37: BAB 2

pasien mengeluh

lelah dan lemas,

pasien mengeluh

sesak bila bergerak,

pasien hanya

berbaring di tempat

tidur, pasien nampak

lemas, terdapat

pernafasan cuping

hidung, terdapat

retraksi otot dinding

dada.

RR

  Mampu melakukan

aktivitas sehari hari

(ADLs) secara mandiri

menyebabkan kelelahan

  Monitor nutrisi  dan sumber energi

tangadekuat

  Monitor pasien akan adanya

kelelahan fisik dan emosi secara

berlebihan

  Monitor respon kardivaskuler 

terhadap aktivitas

  Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

Activity Therapy

  Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan progran

terapi yang tepat.

  Bantu klien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan

  Bantu untuk memilih aktivitas

konsisten yangsesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan

social

  Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

  Bantu untuk mendpatkan alat

bantuan aktivitas seperti kursi

roda, krek

  Bantu untu mengidentifikasi

aktivitas yang disukai

  Bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang

  Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan

dalam beraktivitas

  Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas

  Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri

dan penguatan

39

Page 38: BAB 2

  Monitor respon fisik, emoi, social

dan spiritual

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Karakteristik yang ditemukan pada anak dengan asma bronchial antara lain

wajah pucat, sesak nafas, terdapat retraksi otot dinding dada, terdapat pernafasan

cuping hidung, suara nafas wheezing, tachypnea, takikardi, pasien mengeluh sesak

nafas, batuk, namun dahak susah keluar, hipoksia, badan nampak lemas.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan asma antara lain

Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan Peningkatan produksi sputum,

Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan perfusi

ventilasi, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum;

ketidakseimbangan suplai oksigen.

Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah bersihan

jalan nafas inefektif Airway suction, Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning,

Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning,  Informasikan pada klien

dan keluarga tentang suctioning, Minta klien nafas dalam sebelum suction

dilakukan, Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion

nasotrakeal, Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan, Anjurkan pasien

untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal,

Monitor status oksigen pasien, Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan

40

Page 39: BAB 2

suksion, Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan

bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll, Airway Management, Buka jalan nafas,

guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu, Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi, Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan

nafas buatan, Pasang mayo bila perlu, Lakukan fisioterapi dada jika perlu,

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction, Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan, Lakukan suction pada mayo, Berikan bronkodilator bila perlu,

Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab, Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan, Monitor respirasi dan status O2.

4.2 Saran

Sebaiknya mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak

dengan Asma Bronchial dengan baik dan benar dan bekerja sama dengan orang

tua agar lebih kooperatif dan membantu proses perawatan.

41