BAB 1.doc
-
Upload
adi-setiwan -
Category
Documents
-
view
39 -
download
1
description
Transcript of BAB 1.doc
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan semakin hari
semakin meningkat. Ini didorong berbagai perubahan mendasar di masyarakat,
baik ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta berbagai perubahan
lainnya. Tidak terkecuali perubahan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan
kualitas layanan kesehatan, termasuk layanan keperawatan. Salah satu layanan
keperawatan yang memerlukan peningkatan kualitas layanan adalah peningkatan
kualitas asuhan keperawatan terhadap bayi dengan resiko tinggi, contohnya bayi
dengan hipotermi. Kualitas dari asuhan keperawatan itu sendiri salah satunya bisa
dilihat dari Intervensi yang merupakan petunjuk untuk penanganan, aktivitas dan
tindakan yang membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan, serta
merupakan unsur pengetahuan keperawatan yang utama (Doenges at al, 1995).
Dalam penerapannya perawat diharapkan dapat membuat intervensi tersebut
secara benar. Akan tetapi berdasarkan pengamatan di ruang Neonatologi RSUD
Dr. Soetomo Surabaya pada umumnya pembuatan intervensi keperawatan masih
belum maksimal. Pendapat Denise Campbell (1998) seperti dikutip M.H. Klauss
bahwa masih kurang tenaga yang ahli dan berpengalaman dalam perawatan bayi
dengan resiko tinggi, sedangkan menurut Nelson (1990) bahwa arti bayi resiko
tinggi artinya bayi yang mesti mendapat pengawasan dan perawatan yang ketat
dari tenaga kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi.
1
Komalasari,K. (2002) mengemukakan bahwa di Indonesia pada periode
1997–2002 penurunan angka kematian neonatal yakni kematian bayi umur kurang
dari satu bulan masih rendah yaitu dari 28,8 per 1000 kelahiran hidup menjadi 15
per 1000 kelahiran hidup. Di Jakarta setiap jamnya sedikitnya 8 bayi berumur
kurang dari seminggu meninggal dunia. Sedangkan di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya sebagai rumah sakit rujukan di Jawa Timur, angka kematian perinatal
lebih tinggi disebabkan menerima bayi-bayi dengan kondisi atau cara merujuk
yang berbeda-beda dari setiap daerah. Dari survey ini dinyatakan bahwa kematian
utama bayi adalah karena diare, ISPA, tetanus dan sebab-sebab perinatal termasuk
bayi resiko tinggi. Sedangkan hipotermi menduduki urutan kedua penyebab
kematian pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 1999-
2000. (Indarso, F, 2001).
Kehidupan Bayi Baru Lahir yang paling kritis adalah saat mengalami
masa transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan extrauterin yang berubah
secara mendadak. Oleh karena itu pertolongan cara-cara mengatasi masalah
transisi ini sangat penting bagi tenaga kesehatan. Untuk dapat mengambil sikap
sesuai dengan peran perawat dalam memberikan pertolongan bagi bayi resiko
tinggi perlu adanya pengetahuan sebelumnya tentang intervensi keperawatan pada
bayi resiko tinggi. Begitu juga menolong bayi resiko tinggi dengan hipotermi,
perlu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berkualitas agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan cepat pada bayi. Apabila 3 hal
tersebut tidak terpenuhi, maka bisa timbul “Malpractice-Negligence”, yang bisa
mengakibatkan kecacatan dan bahkan kematian pada bayi yang mana bisa
2
menimbulkan efek hukum bagi perawat. Oleh sebab itu pengetahuan, sikap dan
keterampilan perawat yang berkualitas diperlukan baik dalam pengkajian,
menentukan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
asuhan keperawatan. (Effendy, N, 1995). Dengan intervensi yang baik maka
angka kejadian kematian bayi baru lahir dengan resiko tinggi dapat dikurangi.
Dari pemikiran dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi deskriptif analitik hubungan pengetahuan dan sikap perawat
dalam intervensi keperawatan bayi resiko tinggi hipotermi di ruang Neonatologi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Pernyataan Masalah
Dalam praktek keperawatan profesional yang dilakukan di rumah sakit
ternyata masih banyak berbagai keluhan akan kurangnya kualitas layanan
keperawatan termasuk kualitas tenaga perawatan dalam intervensi keperawatan
pada bayi resiko tinggi yang masih belum optimal. Intervensi keperawatan yang
baik akan menghasilkan asuhan keperawatan yang berkualitas hal ini dapat
diwujudkan jika perawat mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik dalam
intervensi keperawatan. Sehingga dalam hal ini dapat mempengaruhi citra perawat
dan juga citra suatu rumah sakit, bahkan dapat mempengaruhi citra layanan
kesehatan secara umum.
3
1.2.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut :
1) Bagaimanakah pengetahuan perawat dalam intervensi keperawatan pada bayi
resiko tinggi hipotermi di ruang Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya ?
2) Bagaimanakah sikap perawat dalam intervensi keperawatan pada bayi resiko
tinggi hipotermi di ruang Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya ?
3) Adakah hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam intervensi
keperawatan pada bayi resiko tinggi hipotermi di Ruang Neonatologi RSUD
Dr. Soetomo Surabaya ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mempelajari hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam
intervensi keperawatan pada bayi resiko tinggi hipotermi di ruang Neonatologi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3.2 Tujuan khusus
1) Untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat dalam intervensi keperawatan
pada bayi resiko tinggi hipotermi di ruang Neonatologi RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
2) Untuk mengidentifikasi sikap perawat dalam intervensi keperawatan pada bayi
resiko tinggi hipotermi di ruang Neonatologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
4
3) Menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam intervensi
keperawatan pada bayi resiko tinggi hipotermi di ruang Neonatologi RSUD
Dr. Soetomo Surabaya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi rumah sakit
1) Mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan khususnya
pengetahuan dan sikap perawat dalam intervensi keperawatan bayi resiko
tinggi hipotermi.
2) Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam
intervensi perawat di ruang Neonatologi terhadap bayi hipotermi.
3) Untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit pada akhirnya karena dengan
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan dapat meningkatkan kepuasan
pasien yang pada akhirnya pasien tetap loyal terhadap rumah sakit yang
bersangkutan dan tidak berpindah ke tempat pelayanan jasa yang lain.
1.4.2 Bagi profesi keperawatan
1) Menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas personal perawat
sebagai perawat pelaksana bayi resiko tinggi hipotermi.
2) Dapat memberi gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya.
1.4.3 Bagi pasien
1) Agar dapat menerima pelayanan keperawatan yang lebih berkualitas
5
khususnya dalam asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi hipotermi.
2) Agar lebih aman, nyaman, puas dan betah pada suatu rumah sakit yang akan
membantu terhadap penyembuhan pasien terhadap sakitnya.
1.5 Relevansi
Perawat harus menyadari bahwa pengetahuan, sikap dan ketrampilan
adalah elemen penting dari asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
Sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berkualitas dalam praktik
keperawatan profesional sangat berpengaruh atau membantu dalam proses
pemberian asuhan keperawatan termasuk asuhan keperawatan bagi bayi resiko
tinggi, sehingga bayi resiko tinggi dalam hal ini bayi hipotermi dapat terhindar
dari akibat-akibat buruk asuhan keperawatan yang jelek. Askep yang jelek
terhadap bayi akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bayi, padahal bayi-bayi sekarang adalah calon-calon generasi penerus bangsa
dimasa akan datang. Hal ini berarti pula bahwa asuhan keperawatan berpengaruh
besar terhadap peningkatan sumber daya manusia. Itu menjadi sebab mengapa
masalah bayi resiko tinggi masuk dalam pengawasan Sistem Kesehatan Nasional
(SKN).
6