Bab 1,2,3

59
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang turut mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu setiap warga negara diharapkan bisa menguasai matematika baik dalam aspek terapannya maupun penalarannya. Sebuah permasalahan yang dihadapi dalam belajar matematika selama ini yaitu siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang ditakuti, membosankan dan sulit dimengerti. Keberhasilan tujuan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini harus ada interaksi yang edukatif antara guru dengan murid (peserta didik), didalam pembelajaran peserta didik diharapkan dapat menguasai apa yang telah disampaikannya. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru mempunyai profesionalisme dalam pembelajaran. Pembelajaran guru yang kurang profesional pada akhirnya akan berimplikasi ke peserta didiknya, sehingga tidak disiplin dalam mengikuti pembelajaran, dan mengakibatkan berbagai kesulitan belajar yang akhirnya prestasi siswa menurun. Guru akan sangat menentukan dalam keberhasilan peserta didik terutama dalam kaitannya dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru merupakan komponen yang 1

description

Bab 1,2,3

Transcript of Bab 1,2,3

Page 1: Bab 1,2,3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang turut mendukung

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu setiap warga

negara diharapkan bisa menguasai matematika baik dalam aspek terapannya

maupun penalarannya. Sebuah permasalahan yang dihadapi dalam belajar

matematika selama ini yaitu siswa menganggap matematika adalah mata

pelajaran yang ditakuti, membosankan dan sulit dimengerti.

Keberhasilan tujuan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,

diantaranya adalah kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini harus ada interaksi

yang edukatif antara guru dengan murid (peserta didik), didalam pembelajaran

peserta didik diharapkan dapat menguasai apa yang telah disampaikannya.

Dalam proses pembelajaran di kelas, guru mempunyai profesionalisme

dalam pembelajaran. Pembelajaran guru yang kurang profesional pada akhirnya

akan berimplikasi ke peserta didiknya, sehingga tidak disiplin dalam mengikuti

pembelajaran, dan mengakibatkan berbagai kesulitan belajar yang akhirnya

prestasi siswa menurun.

Guru akan sangat menentukan dalam keberhasilan peserta didik terutama

dalam kaitannya dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru merupakan

komponen yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses pembelajaran dan

hasil pendidikan yang berkualitas.

Siswa merupakan sumber daya yang berharga di sekolah, sebab melalui

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia ini, sekolah dapat mencapai

tujuannya. Seiring dengan itu pula siswa sebagai anggota sekolah mengupayakan

agar pendidikan tetap berlangsung kehidupannya serta mengembangkannya untuk

mencapai kemajuan pendidikan yang diinginkan, karena kemajuan pendidikan

merupakan program dan tujuan bangsa. Sekolah ini pun terikat dalam proses

keberadaan pertumbuhan dan perkembangan.

Pengelolaan siswa di sekolah merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan meningkatnya motivasi belajar siswa pada suatu sekolah.

1

Page 2: Bab 1,2,3

Pengelolaan siswa adalah bentuk dari perkembangan sumberdaya manusia yang

mengarah pada pencapaian keunggulan sekolah karena penempatan siswa adalah

bentuk usaha meningkatkan motivasi belajar siswa. Perlakuan siswa akan

membawa dampak positif karena akan mampu meningkatkan kemampuan,

ketrampilan dan sikap siswa terhadap tugas-tugasnya.

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, dimana secara mendasar pendidikan mempunyai peranan

meningkatkan kemampuan dasar manusia untuk mendapatkan, memanfaatkan,

mengembangkan, serta menguasai ilmu pengetahuan terutama matematika. Oleh

karena itu tingkat disiplin siswa dalam belajar matematika sangat berpengaruh

terhadap kualitas pendidikan.

Di Indonesia kita mengenal istilah “Pendidikan Nasional” yaitu pendidikan

merupakan sebuah sistem yang diterapkan dan dikembangkan di Indonesia yang

mempunyai tujuan yang termaktub dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional yang berbunyi:

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (2003:7).

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat tentang cita-cita bangsa

Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia dengan berdasar pada kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM dapat melalui jalur

pendidikan.

”Pendidikan adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya tidak lain

bahwa kegiatan belajar mengajar itu suatu peristiwa yang terikat, terarahpada

tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan” (Sardiman, 2001:55). Pendidikan

merupakan salah satu bidang utama pembangunan nasional yang diusahakan oleh

pemerintah. Untuk itu perlu ditanamkan pada setiap individu akan pentingnya

2

Page 3: Bab 1,2,3

pendidikan, khususnya dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin

bersifat kompetitif.

Berdasarkan filosofi pendidikan, ”Kehidupan yang tidak dipahami karena

tidak pernah dipelajari tidak bernilai untuk dilalui” (Winarno Surakhmad, 2009:

29). Sehubungan dengan itu, guru merupakan salah satu komponen yang memiliki

peranan penting dalam dunia pendidikan. Karena tanpa seorang guru, siswa tidak

akan mampu memahami apa yang ia pelajari.

Di sekolah guru merupakan pribadi kunci. Guru merupakan panutan

utama bagi anak didik. Semua sikap dan prilaku guru akan dilihat, didengar dan

ditiru oleh anak didik. Guru mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk

mendidik anak didik. Guru mempunyai hak otoritas untuk membimbing dan

mengarahkan anak didik agar menjadi manusia yang berilmu pengetahuan di masa

depan (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:71)

Guru sangat menentukan dalam keberhasilan peserta didik terutama dalam

proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru merupakan komponen yang sangat

berpengaruh dalam terciptanya proses belajar mengajar dan hasil pendidikan yang

berkualitas maka diperlukan guru yang profesional dan berkualitas pula.

Dengan demikian profesionalisme guru sangat menentukan hasil

pendidikan karena guru merupakan figur manusia yang menempati peranan

penting dalam pendidikan oleh sebab itu profesionalisme harus ada pada diri

seorang guru, yang akan membentuk pada diri anak (peserta didik) menjadi sosok

yang mempunyai disiplin ilmu maupun kepribadian.

Dan disiplin adalah suatu sikap mental yang dengan kesadaran mematuhi

perintah dan menjahui larangan karena mengerti betul pentingnya perintah dan

larangan tersebut. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, disiplin berasal dari

kata efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bias

memberikan hasil yang memuaskan.

Untuk itulah perlu dilakukan penelitian pendidikan, khususnya penelitian

pendidikan dalam bidang studi matematika. Karena bidang ini dianggap sebagai

momok oleh kebanyakan pelajar di Indonesia.

M. Toha Anggoro menyatakan bahwa, ”Secara umum, penelitian dapat

diartikan sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi

3

Page 4: Bab 1,2,3

secara sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang sah” (2007: 1). Kata-

kata sistematis dan sah dalam hal ini merupakan kata kunci karena mengacu pada

suatu pendekatan yang digunakan dalam dunia akademis yang disebut dengan

metode ilmiah.

Kemudian M. Toha Anggoro melanjutkan lagi bahwa, ”Penelitian

pendidikan adalah upaya ilmiah untuk memahami masalah-masalah pendidikan

untuk memahami fenomena-fenomena yang ada di dunia pendidikan” (2007: 1.5).

Penelitian pendidikan memang merupakan suatu hal yang sulit dipelajari.

John Dewey menyebutkan bahwa, “Langkah pertama dalam metode ilmiah ialah

pengakuan akan adanya kesulitan, hambatan atau masalah yang membingungkan

peneliti” (Arief Furchan, 1982: 73).

Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah penelitian

pendidikan bidang matematika yang akan dilakukan di SMK Muhamadiyah 5

Srono tentang peranan guru terhadap kedisiplinan proses belajar siswa. Karena di

SMK Muhammadiyah 5 Srono mengalami perkembangan yang signifikan

terutama dalam kelulusan ujian nasional dapat lulus 100% selama 4 tahun

berturut-turut.

Maka berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk

menyusun skripsi yang berjudul ”Korelasi Antara Profesionalisme Guru

Dengan Disiplin Siswa Belajar Matematika Kelas X Semester Genap SMK

Muhammadiyah 5 Srono Kecamatan Srono Tahun Pelajaran 2010/2011”

.Untuk memenuhi persyaratan akademis mahasiswa dalam menyelesaikan

Program S1 (Strata Satu) Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam di Universitas PGRI Banyuwangi (UNIBA) tahun 2011.

Dipilihnya judul penelitian ini karena berhubungan dengan fungsinya

sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai

peranan pada seorang guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan

pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan

siswa (yang terutama), sesama guru, maupun staf yang lain.

Guru merupakan modal utama meningkatkan perkembangan proses

belajar siswa. Karena perkembangan proses belajar ini sangat penting bagi siswa,

agar siswa mengalami perkembangan dalam proses belajarnya baik secara

4

Page 5: Bab 1,2,3

kognitif, afektif dan psikomotor. Dari berbagai kegiatan, interaksi belajar

mengajar dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Karena baik disadari

atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan

untuk menggarap proses belajar-mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.

Namun demikian, seorang siswa juga diharapkan mampu meletakkan

peranannya dalam proses belajar siswa itu sendiri. Karena dalam suatu proses

belajar peranan seorang guru dan siswa tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling

berhubungan satu sama lain. Persoalan inilah yang menjadi acuan penulis dalam

melakukan penelitiannya.

Penelitian ini diharapkan menjadi pandangan bagi guru dan sekolah untuk

meningkatkan proses belajar siswa terutama bidang studi matematika, untuk

membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Batasan masalah judul

Agar penelitian berjalan dengan mudah dan tidak terjadi perbedaan

persepsi bagi orang lain, maka perlu dikemukakan definisi-definisi yang

memberikan makna/arti secara jelas pada judul penelitian yang terbagi dalam

beberapa istilah yaitu:

a) Korelasi

b) Profesionalisme guru

c) Disiplin belajar matematika

1.2.1.1 Korelasi

Menurut Suharsimi Arikunto ”korelasi adalah suatu alat statistik, yang

dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukur dua variable yang berbeda

agar dapat mengukur tingkat hubungan antara variabel – variabel ini” (2006: 270).

Sedangkan menurut Partanto Pius dan Dahlan Al Barry M menyatakan bahwa

”Korelasi adalah keterkaitan, penghubung ua masalah yang tidak saling

menyebabkan” (1994:373).

5

Page 6: Bab 1,2,3

Dari dua pendapat di atas, maka dapat diambil pengertian bahwa korelasi

adalah hubungan timbal balik antara dua masalah, yang pada penelitian ini adalah

korelasi antara masalah profesionalisme guru dengan masalah disiplin belajar

siswa.

1.2.1.2 Profesionalisme Guru

Menurut Dawam Rahardjo ”Profesionalisme adalah tingkat keahlian

(kemahiran) yang dipersyaratkan untuk dapat melakukan suatu pekerjaan

(jabatan) yang dilakukan secara efisien dan efektif dengan keahlian yang tinggi

dalam mencapai tujuan pekerjaan (jabatan) tersebut” (1997:35).

Menurut Partanto Pius dan Dahlan Al Barry M menyatakan bahwa

“Profesional adalah mengenai profesi, (mengenai) keahlian khusus, masuk

golongan terpelajar/ahli” (1994:627).

Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan

bahwa ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan evaluasi pendidikan anak

usia dini jalur pendidikaan formal, pendidikan dasar dan menengah” (2005:2).

Sedangkan menurut Syaiful Bahri “Guru adalah figur manusia yang

menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan” (2007:15).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa

profesionalisme guru adalah seseorang yang memiliki profesi sebagai guru yang

memiliki mutu, kualitas, keahlian pada profesinya sebagai guru.

1.2.1.3 Disiplin Belajar Matematika

Disiplin merupakan sikap hidup dan perbuatan seseorang yang menjunjung

tinggi dan taat pada aturan atau norma-norma kehidupan. Norma berarti garis

pengarah, aturan atau kaidah sebagai patokan, serta pedoman bagi tingkah laku

dan perbuatan manusia. Menjunjung tinggi norma-norma kehidupan hendaknya

tercermin dalam sikap dan perbuatan. (Amin Suprihatini 2002:117). Sedangkan

menurut Dewa Ketut Sukardi menyatakan bahwa, ”disiplin adalah kegiatan yang

bisa memberikan hasil yang memuaskan” (1993:102).

6

Page 7: Bab 1,2,3

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil pengertian bahwa

disiplin merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan

menunjukkan derjat kesesuaian antara tujuan yang diharapkan dengan hasil yang

diinginkan.

Menurut Gage (1984), ”belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses

dimana suatu organism berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman” (Ratna

Wilis Dahar 1989:11). Dan menurut Oemar Hamalik, ”belajar adalah terjadinya

perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku”

(2002:45).

Sedangkan menurut Zainal Aqib, ”belajar adalah suatu bentuk

pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-

cara tingkah laku yang baru berkat pengalaman dan pelatihan” (2002:42).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa

belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yag baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalaman dan latihan seseorang dalam interaksi dengan lingkungan.

Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang memang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia ini. Semua kemajuan zaman dan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia selalu tidak terlepas dari unsur matematika ini. Tanpa ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai kemajuan seperti sekarang ini (Abdul Halim Fathani, 2009: 5).Jadi keefektifan belajar matematika adalah suatu tingkat keberhasilan atau

penguasaan siswa melalui proses belajar untuk mendapatkan suatu perubahan

tingkah laku atau kepandaian dalam bidang studi matematika.

Berdasarkan pendapat-pendapat tentang devinisi-devinisi dari judul

penelitian, maka dapat diambil pengertian bahwa korelasi antara profesionalisme

guru dengan disiplin siswa belajar matematika kelas X semester genap SMK

Muhammadiyah 5 Srono adalah hubungan antara tingkat keahlian/kemahiran

seorang guru dalam menjalankan tugasnya dengan ketaatan (kepatuhan) siswa

dalam usaha untuk memperoleh kepandaian (ilmu) pasti yang menjadi induk dari

segala ilmu pengetahuan (matematika) siswa SMK Muhammadiyah 5 Srono.

7

Page 8: Bab 1,2,3

1.2.2 Batasan masalah penelitian

Masalah penelitian adalah suatu hal yang akan dipecahkan atau

diselesaikan dalam penelitian. Dengan adanya masalah tersebut penelitian akan

terarah dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien.

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa, ”masalah mesti merupakan

bagian dari “kebutuhan” seseorang untuk dipecahkan, orang lain mengadakan

penelitian karena ingin mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi”

(2002:27).

Berpijak dari beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa

masalah penelitian adalah suatu kesulitan yang harus dipecahkan atau diselesaikan

sesuai dengan faktanya yang sedang diteliti dan kemungkinanuntuk diadakan

penyelidikan sehingga terciptanya konsepsi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Sesuai dengan uraian masalah di atas, yang perlu dipecahkan dalam

kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Masalah Mayor

Adakah korelasi antara profesionalisme guru dengan disiplin belajar

matematika siswa X Semester Genap SMK Muhammadiyah 5 Srono

Kecamatan Srono Tahun Pelajaran 2010/2011?.

B. Masalah Minor

1. Adakah korelasi antara profesionalisme guru dengan disiplin belajar

matematika di sekolah siswa kelas X Semester Genap SMK

Muhammadiyah 5 Srono Kecamatan Srono Tahun Pelajaran

2010/2011?

2. Adakah korelasi antara profesionalisme guru dengan disiplin belajar

matematika di rumah siswa kelas X Semester Genap SMK

Muhammadiyah 5 Srono Kecamatan Srono Tahun Pelajaran

2010/2011?

1.2.3 Batasan Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah daerah yang menjadi tempat dimana obyek

penelitian dilaksanakan.

8

Page 9: Bab 1,2,3

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa, ”daerah penelitian adalah suatu

lokasi yang dipakai untuk mengadakan penelitian, bukan saja di sekolah, di

keluarga, di masyarakat, di pabrik, di rumah sakit asalkan semuanya mengarah

pada tercapainya suatu tujuan penelitian” (2002:10). Sedangkan menurt Sru Adji

Soerjadi mengemukakan bahwa “daerah penelitian adalah tempat dimana kita

diadakan penelitian” (1984:3).

Berdasaarkan beberapa pendapat di atas yang dapat diambil pengertian

bahwa yang dimaksud dengan daerah penelitian adalah daerah atau ruang lingkup

yang dipakai dalam melaksanakan penelitian. Adapun daerah yang dimaksud

adalah SMK Muhammadiyah 5 Srono Banyuwangi.

1.2.4 Batasan Responden Dan Informan Penelitian

1.2.4.1 Responden Penelitian

Sebelum menetapkan responden penelitian atau subyek penelitian perlu

dikemukakan pengertian responden terlebih dulu, agar mudah dipahami dan tidak

terjadi perbedaan persepsi bagi orang lain.

Menurut Wihadi Atmojo “responden adalah penjawab atas pertanyaan

yang diajukan untuk kepentingan penelitian” (1999:45). Sedangkan Sru Adji

Soerjadi mengemukakan bahwa “responden adalah orang yang dapat memberikan

keterangan terhadap masalah yang diteliti baik populasi atau sampel” (1984:12).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa

responden adalah orang yang dikenai atau dijadikan sasaran penelitian untuk

memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk

kepentingan penelitian. Adapun responden yang digunakan dalam penelitian ini

adalah siswa kelas X Semester genap SMK MUhammadiyah 5 Srono

Banyuwangi tahun pelajaran 2010/2011.

1.2.4.2 Informan Penelitian

Menurut Koentjoroningrat ”informan adalah individu-individu tertentu

yang diwawancarai untuk mendapatkan keterangan data untuk keperluan

informasi” (1996:30).

9

Page 10: Bab 1,2,3

Sedangkan menurut Kartini Kartono menyatakan bahwa “informan adalah

pribadi-pribadi atau sumber langsung atau sumber personal” (1996:73).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas dapat diambil pengertian

bahwa yang dimaksud informan adalah orang-orang yang dapat memberikan

keterangan-keterangan terhadap suatu massalah. Ssuai dengan penertian informan

di atas, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

- Kepala Sekolah

- Guru bidang studi

- Pegawai Tata Usaha

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap usaha yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok tertentu

pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, demikian pula dalam penelitian ini. .

Menurut M. Toha Anggoro, ”Penelitian merupakan bagian dari rencana penelitian

secara keseluruhan dan tujuan tersebut harus dirumuskan dengan jelas dan

spesifik” (2007: 1.22).

Menurut Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa ”suatu penelitian

khususnya dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk

menemukan, mengembangkan atau menguji kebenarannya” (1990:3).

Sedangkan menurut Koentjoroningrat, ”tujuan penelitian adalah keinginan

yang ada pada penelitian untuk hal-hal yang dihasilkan oleh peneliti untuk

dirumuskan dalam kalimat pernyataan merupakan jawaban yang ungin dicapai”

(1996:51).

Berdasarkan beberapa pengertian penelitian di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui korelasi antara peranan guru yang profesional

dengan peningkatan proses belajar dibidang studi matematika siswa kelas X

semester genap SMK Muhammadiyah 5 Srono tahun ajaran 2010/2011.

1.3.1 Tujuan Umum

Ingin mengetahui ada tidaknya korelasi antara profesionalisme guru

dengan disiplin belajar matematika siswa kelas X semester genap SMK

Muhammadiyah 5 Srono tahun ajaran 2010/2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

10

Page 11: Bab 1,2,3

A. Ingin mengetahui ada tidaknya korelasi antara profesionalisme guru

dengan disiplin belajar matematika disekolah siswa kelas X Semester

Genap SMK Muhammadiyah 5 Srono Kecamatan Srono Tahun Pelajaran

2010/2011.

B. Ingin mengetahui ada tidaknya korelasi antara profesionalisme guru

dengan disiplin belajar matematika dirumah siswa kelas X Semester

Genap SMK Muhammadiyah 5 Srono /2011.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna baik untuk diri sendiri

(penulis) maupun pihak-pihak yang terkait. Menurut Adji Sru Soerjadi

berpendapat bahwa, ”manfaat penelitian adalah perolehan hasil penelitian untuk

aspek pengembangan ilmu dan aspek guna laksana” (1984:30).

Sedangkan menurut Arikunto Suharsimi mengemukakan bahwa,

”manfaat penelitian adalah bila telah selesai mengadakan penelitian dan

memperoleh hasil yang diharapkan dan dapat mengembangkan hasil itu pada

Negara umumnya dan kepada bidang yang diteliti pada khususnya” (2002:23).

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa

manfaat penelitian adalah perolehanhasil penelitian dan pengembangan bagi

Negara dan bidang yang diteliti serta penerapan hasil penelitian untuk

dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan manfaat yang diharapkan dari

hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk melataih diri dalam mengembangkan kemampuan

yang dimiliki, khususnya dalam mendayagunakan potensi kelas dan disiplin

belajar siswa.

1.4.2 Manfaat Bagi Lembaga Tempat Penelitian

11

Page 12: Bab 1,2,3

1.4.2.1 Bagi Siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah sebagai masukan pada siswa

dalam upaya meningkatkan disiplin belajarnyasehingga tercapai keberhasilan

yang optimal.

1.4.2.2 Bagi Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru bidang studi dapat digunakan sebagai

sumbangan pemikiran dan masukan dalam perkembangan pendidikan, khususnya

dalam mengelola kelas dan kedisiplinan kelas atau siswa.

1.4.2.3 Bagi Kepala Sekolah

Manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi guru

dalam meningkatkan mutu pendidikan.

1.4.3 Manfaat Bagi Lembaga Universitas PGRI Banyuwangi

Manfaat penelitian ini bagi Universitas PGRI Banyuwangi adalah

merupakan satu sumbangan karya ilmiah untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan secara dinamis khususnya dibidang pendidikan.

12

Page 13: Bab 1,2,3

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESA

2.1 Kajian Teori Tentang Prifesionalisme Guru

2.1.1 Pengertian Profesionalisme Guru

Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

”profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,

atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi” (2005:2). Menurut Dawam Raharjo

”profesionalisme adalah sebagai tingkat keahlian (kemahiran) yang dipersyaratkan

untuk dapat melakukan suatu pekerjaan (jabatan) yang dilakukan secara efesien

dan efektif dengan keahlian yang tinggi dalam mencapai tujuan pekerjaan

(jabatan) tersebut” (1997:35).

Sedangkan Nana Sudjana mengungkapkan bahwa:

Kata profesionalisme berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim dll. Denngan kata lain pekerjaan yang profesional adalah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki pekerjaan lain (Dalam David Iswahyudi, 2010: 14).Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil arti bahwa

profesionalisme sangatlah erat hubungannya dengan suatu pekerjaan atau kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan sangat

memerlukan keahlian, kemahiran ataupun kecakapan yang memenuhi standar

mutu atau norma tertentu yang memerlukan adanya pendidikan profesi.

Menurut Syaiful Bahri, ”Guru adalah figure manusia yang menempati

posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan” (2007:13). Menurut UU

RI No. 14 Tahun 2005, ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (2005:2).

13

Page 14: Bab 1,2,3

Nasanius, Y dalam Ade Sanjaya mengemukakan bahwa, ”profesi guru

adalah kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya

yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada beberapa peran yang

dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik antar lain:

a. Sebagai pekerja profesioal dengan fungsi mengajar, membimbing, dan

melatih.

b. Pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh

kemampuan kemannusiaan yang dimiliki.

c. Sebagai petugas kemashalakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik

masyarakat untuk menjadi warga Negara ysng baik.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang profesionalisme guru di atas,

dapat diambil arti profesionalisme guru adalah seseorang yang memiliki mutu,

kualitas, dan keahlian khusus pada profesinya sebagai guru yang tidak dimiliki

oleh masyarakat pada umumnya. Seorang Guru yang profesional itu

berkompetensi dalam bidang pendidikan dan keguruan, sehingga mampu

menjalankan fungsinya sebagai pendidik. Dengan modal pendidikan yang

diperoleh dan kepribadin yang baik sebagai seorang guru, maka harus dapat

melaksanakan perannya dan mampu mebuktikan adanya kalimat yang

menyatakan ”guru itu dapat digugu dan ditiru” yang dapat diartikan guru adalah

seseorang yang harus bisa ditaati dan diteladani.

2.1.2 Ciri pokok Profesionalisme Guru

Menurut Nurdin Syarifudin butir-butir pendukung profesionalisme guru

adalah sebagai berikut:

a. Pilihan terhadap jabatan itu didasari oleh motivasi yang kuat dan

merupakan panggilan hidup orang yang bersangkutan.

b. Telah memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang khusus yang

bersifat dinamis dan terus berkembang.

c. Ilmu pengetahuan dan ketrampilan terseebut di atas diperoleh melalui studi

dalam jangka yang lama diperguruan tinggi.

d. Punya otonomi dalam bertindak melayani klien.

14

Page 15: Bab 1,2,3

e. Mengabdi pada masyarakat atau berorientasi pada pelayanan soaial bukan

untuk mendapatkan financial.

f. Tidak mengadvertensikan keahlian untuk mendapatkan klien.

g. Menjadi anggota organisasi profesi.

h. Anggota organisasi tersebut menentukan persyaratan penerimaan para

anggota, membina profesi anggota, mengawasi perilaku anggota, member

sanksi, dan memperjuangkan kesejahteraan anggota.

i. Memiliki kode etik profesi.

j. Punya kekuatan dan status yang tinggi bagi eksper yang diakui oleh

masyarakat.

k. Berhak mendapat imbalan yang layak (2005:268).

Sedangkan menurut Usman Uzer ciri profesionalisme guru adalah:

a. Adanya standar untuk kerja yang baku dan jelas.

b. Adanya lembaga yag khusus menghasilkan pelakunya dengan program dan

jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik

pengembangan ilmu pengetahuan yang melandasi profesi itu.

c. Ada organisasi yang mewadai para pelakunya untuk mempertahankan dan

memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraan.

d. Ada etika dan kode etik untuk mengatur perilaku para pelakunya dalam

memperlakukan klien.

e. Ada sistem terhadap jasa layanan yang adil dan baku.

f. Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa, dan awam) (2000:96).

Sedangkan Tilaar memberikan empat cirri pokok agar seseorang

terkelompok ke dalam guru yang profesional yaitu:

a. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang (mature and

developingpersonality).

b. Mempunyai ketrampilan membangkitkanminat peserta didik.

c. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat.

d. Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan (2001:145).

15

Page 16: Bab 1,2,3

Prinsip-prinsip profesionalisme guru dalam Undang-undang RI No. 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan:

a. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

i. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa,dan idealism.

ii. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia.

iii. Memiliki kualifikassi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas.

iv. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

v. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

vi. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja.

vii. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

viii. Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan, dan

ix. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan tuga keprofesionalan guru.

b. Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen

diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara

demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan

menjunjung tinggi hak aasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,

kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

Berdasarkan beberapa macam pendapat di atas profesionalisme dapat

diukur berdasarkan tingkat kemampuan atau keahlian dari berbagai sudut. Dan

berdasarkan ciri-ciri profesionalisme yang telah dikemukakan di atas, maka guru

tergolong suatu profesi. Hal ini dikarenakan pekerjaan guru dipersiapkan melalui

proses pendidikan dan pelatihan secara formal, pekerjaan guru sudah mendapat

pengakuan dari masyarakat, mempunyai organisasi profesi, mempunyai kode etik

sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dn tanggung jawab pekerjaan profesi

terssebut.

16

Page 17: Bab 1,2,3

2.1.3 Syarat Profesionalisme Guru

Guru merupakan sosok yang sangat dihormati karena memiliki andil

yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat

berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan

hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah,

pada saat itu juga ia menaruh harapan kepada guru, agar anaknya dapat

berkembang secara optimal” (2005:10). Minat, bakat, kemampuan, dan potensi

peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Oleh

karena itu, untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugass serta

tanggung jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu.

Menurut Sardiman A.M, ”syarat profesionalisme guru dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara lain:

1. Persyaratan adminnistratif

Syarat-syarat administratif ini antara lain meliputi: soal

kewarganegaraan (warga Negara Indonesia), umur (sekurang-kurangnya

18 tahun), berkelakuan baik, mengajukan permohonan. Disamping itu

masih ada syarat-syarat lain yang telah ditentukan sesuai dengan kebijakan

yang ada.

2. Persyaratan teknis

Dalam persyaratan teknis ini ada yang bersifat formal, yakni harus

berijazah pendidikan guru dan juga menguasai cara dan teknik mengajar,

terampil mendisain program pengajaran serta memiliki motivasi dan cita-

cita memajukan pendidikan.

3. Persyaratan psikis

Yang berkaitan dengan kelompok persyaratan psikis, antara lain: sehat

rohani, dewasa dalam berpikir dan bertindak, mampu mengendalikan

emosi, sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen

dan berani bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa

pengabdian. Guru harus juga mematuhi norma dan nilai yang berlaku serta

memiliki semangat membangun.

17

Page 18: Bab 1,2,3

4. Persyaratan fisik

Persyaratan fisik ini antara lain meliputi: berbadan sehat, tidak memiliki

cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki

gejala-gejala penyakit yang menular. Dalam persyaratan fisik ini juga

menyangkut kerapian dan kebersihan, termasuk bagaimana cara

berpakaian. Sebab bagaimanapun juga guru akan selalu dilihat/diamati dan

bahkan dinilai oleh para siswa/anak didiknya”.

Menurut Muktas Lutfi ”syarat/kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu

pekerjaan yang disebut sebagai profesi adalah:

a. Panggilan hidup sepenuh waktu

b. Pengetahuan keahlian dan kacakapan.

c. Kebakuan yang universal.

d. Pengabdian.

e. Kecakapn diagnosis dan kompetensi aplikatif.

f. Otonomi.

g. Kode etik.

h. Klien” (2005:15).

Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman ”seorang guru dikatakan

profesional jika memenuhi persyaratan antara lain:

a. Memiliki kode etik sebagai acuan melaksanakan tugas dan fungsinya.

b. Memiliki klien objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya

dan guru dengan muridnya.

c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya oleh

masyarakat” (2005:15).

Dan menurut Ngalim yang mengutip pendapat Wolfer menyatakan ”suatu

pekerjaan disebut profesi jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya

memiliki pengetahuan yang umumdan keahlian yang luas.

b. Meripakan karir yang dibina secara organisasi profesional, memiliki

otonomi jabatan, kode etik merupakan karya bakti seumur hidup.

c. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional

dan memperoleh perlindungan hukum” (2002:123).

18

Page 19: Bab 1,2,3

Berdasarkan berbagai kriteria atau persyaratan tersebut di atas, dapat

diambil arti guru dikatakan profesional apabila:

a. Memiliki kapasitas intelektual dan sifat edukasi sosial.

b. Memiliki kode etik dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan

tujuan memajukan pendidikan bangsa.

c. Memiliki dissiplin ilmu yang tinggi, pengetahuan serta keahlian yang

dibuktikan dengan menggunakan sertifikat pendidik.

d. Mampu meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni.

e. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik

guru, serta nilai-nilai agama dan etika.

2.1.4 Kompetensi Guru

Menurut UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ”kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, ktrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan” (2005:3). Sedangkan menurut Moh. Uzer Usman menyatakan

bahwa ”kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru agar dalam

melaksanakan kewajibannya secara tanggung jawab dan layak” 2005:14).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil arti bahwa

kompetensi guru merupakan kemampuan dan wewenang guru dalam

melaksanakan profesi keguruannya. Yang terrmasuk kompetensi guru antra lain

meliputi: kompetensi profesioal, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi paedagogik.

a. Kompetensi profesional

Menurut Mulyasa menyatakan bahwa ”kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam standar nasional pendidikan” (2007:135).

Dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

menjelaskan bahwa ”yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah

19

Page 20: Bab 1,2,3

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan” (2005:63).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil arti bahwa

kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dimiliki dan

dikuasai oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

b. Kompetensi sosial

Menurut Mulyasa menyatakan bahwa ”kompetensi sosial adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”

(2007:173).

Dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

menjelaskan bahwa “yang dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan

pendidik sebagai bagian masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara

efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang

tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar” (2005:53)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil arti bahwa

kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam

masyarakat dan lingkungannya, sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul

secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

c. Kompetensi kepribadian

Menurut Nurdin Syarifudin menyatakan bahwa ”kompetensi kepribadian

adalah kemampuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia” (2005:53).

Berdasarkan pendapat di atass kompetensi kepribadian merupakan

kemampuan kepribadian yang dimiliki oleh seorang pendidik yang besar

pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi bagi peserta

didik, sebab akan menjadi ssuri tauladan bagi ssetiap anak didiknya.

d. Kompetensi paedagogik

20

Page 21: Bab 1,2,3

Menurut Mulyasa menyatakan bahwa ”kompetensi paedagogik adalah

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang

dimilikinya” (2007:75). Sedangkan menurut UU RI No. 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen ”kopetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik” (2005:14).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil arti bahwa

kompetensi paedagogik adalah merupakan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran peserta didiknya, yang sekurang-kurangnya meliputi kriteria sebagai

berikut: pemahaman terhadap peserta didik, rancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik.

2.2 Kajian Teori Tentang Disiplin Siswa Belajar Matematika

Disiplin merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang akan

dicapai, dan merupakan derajat kesesuaian antara tujuan yang diharapkan dengan

hasil yang diinginkan. Menurut Wikipedia bahwa ”sebutan untuk orang yang

memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju pada orang yang selalu hadir tepat waktu,

taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan

sejenisnya”.

”Disiplin merupakan sikap hidup dan perbuatan seseorang yang

menjunjung tinggi dan taat pada aturan atau norma-norma kehidupan. Norma

berarti garis pengarah, aturan atau kaidah sebagai patokan, serta pedoman bagi

tingkah laku dan perbuatan manusia. Menjunjung tinggi norma-norma kehidupan

hendaknya tercermin dalam sikap dan perbuatan” (Amin Suprihatini 2002:117)

Sedangkan menurut sukardi menyatakan bahwa, “Disiplin adalah

mencakup suatu susunan peraturan-peraturan atu hukum-hukum mengenai

tingkah laku” (1993:102).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil arti bahwa disiplin

adalah sikap yang taat dan patuh peserta didik dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan tujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana tingat

keberhasilan yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan.

21

Page 22: Bab 1,2,3

Adapun pengertian dari belajar menurut Zainal Aqib menyatakan bahwa,

”belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dari diri seseorang yang

dinyatakan dengan cara-cara tingkah laku yang baru berkat pengalaman dan

latihan” (2002:42). Menurut Gage, ”belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

proses dimana suatu organism berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”

(Ratna Wilis Dahar, 1989:11).

Slameto juga mengungkapkan bahwa, ”belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungan” (2003:42). Dan Dewa Ketut Sukardi juga

menjelaskan bahwa ”belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil

pengalaman kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi

matangnya seseorang atau perubahan yang inisiatif atau yang bersifat temporer”

(1993:15).

Berdassarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil arti bahwa belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

proses perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman dan latihan seseorang dalam interaksi dengn lingkungan.

Dalam Standar Kompetensi dinyatakan bahwa ”matematika merupakan

suatu paham kajian yang memiliki obyek abstrak dan dibangun melalui proses

penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis

dari kebenaran sebelumnya, sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika

bersifat sangat logis dan kuat” (Depdiknas, 2003:5).

Berdasarkan pendapat di atass dapat diambil arti bahwa pengertian

disiplin belajar matematika adalah suatu tingkat keberhasilan atau penguasaan

siswa melalui proses belajar untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku

atau kepandaian dalam bidang tertentu yang dinyatakan dengan nilai termasuk

disini bidang studi matematika.

2.2.1 Kajian Teori Tentang Disiplin Siswa Belajar di Sekolah

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah tidak

akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di

22

Page 23: Bab 1,2,3

sekolahnya, dan seorang siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan

aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatn siswa

terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya disebut

disiplin siswa.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud disiplin siswa belajar di sekolah

adalah siswa aktif mengikuti kegiatan belajar di sekolahnya dan memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Masuk sekolah

Setiap siswa diharuskan atau diwajibkan masuk sekolah kecuali ada

halangan yang bisa dipertanggungjawabkan. Sebagaimana dikemukakan oleh

Emile bahwa ”sistem peraturan di sekolah yang menentukan perilaku anak, ia

harus secara teratur masuk kelas, harus tiba dengan aktu yang sudah ditetapkan

dengan sikap dan tepat pula” (1990:106).

Sedangkan menurut Oemar Hamalik menyatakan bahwa ”masuk kelas

memiliki arti penting bagi anak dan membawa perubahan-perubahan terterntu

bagi konsepsi mereka dlam dirinya” (2002:112).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil arti bahwa kegiatan

pembelajaran tidak akan terlaksana dengan lancar dan tertib apabila peserta

didik tidak menghormati peraturan yang berlaku diantaranya keteraturan masuk

sekolah karena keaktifan dalam massuk sekolah akan sangat mempengaruhi

hasil belajar siswa.

b. Mengikuti pelajaran

Sukardi menyatakan bahwa ”dalam proes belajar mengajar sering ada

Dalam disiplin belajar peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi penuh dalam

pemusatan pikiran ketika pembelajaran sedang diajarkan. Sehingga materi

yang diberikan dapat diterima dan dipahami dengan baik.

Menurut Oemar Hambalik menyatakan bahwa, ”berikan perhatian yang

memusat terhadap kuliah yang sedang berlangsung, perhatian yang samar akan

mengganggu dan dapat mengacaukan penangkapan khusus perhatian yang

memusat apabila saudara telah memiliki bahan persepsi sebelumnya. Ikut aktif

dalam perkuliahan dan mengekang diri dalam kecenderungan melakukan

kesibukan-kesibukan lainnya tidak begitu perlu” (1994:66).

23

Page 24: Bab 1,2,3

Sedangkan Dewa Ketut ceramah atau kuliah dari guru atau dosen. Tugas

pelajr atau mahasiswa mendengarkan, mereka tidak didorong apabila

mendengarkan ceramah atau keterangan dari guru tidak didorong dengan

kebutuhan, motivasi dan tujuan tertentu, maka sia-sialah pekerjaan mereka.

Tujuan belajar mereka tidak tercapai karena tidak adanya set-set yang tepat

untuk belajar” (1993:133).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil arti bahwa setiap

peserta didik diharuskan untuk aktif mengikuti kegiatan pembelajaran, agar

materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dan dimengerti dengan baik.

Oleh karena itu, dalam perencanaan proses pembelajaran diperlukan

kenyamanan yang sistematik dan menyeluruh.

c. Mengikuti evaluasi

Untuk mengetahui apakah proses pembelajaran dapat diterima dengan baik

oleh peserta didik maka diadakanlah evaluasi. Evaluasi sangat menentukan

sekali dalam pembenahan diri peserta didik karena evaluasi adalah salah satu

kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan yang telah ditetapkan.

Menurut Dimyati menyatakan bahwa ”evaluasi adalah proses sistematis

untuk menentukan nilai suatu (tujuan, kegiatan, keputusan untuk kerja, proses,

orang, obyek, dan yang lain) berdasarkan nilai tertentu melalui penilaian”

(2002:191).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil arti evaluasi merupakan proses

untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai peserta didik dalam

kurun waktu proses pembelajaran tertentu.

2.2.2 Kajian Teori Tentang Disiplin Siswa Belajar di Rumah

Disiplin belajar di rumah merupakan proses yang dilatih sendiri oleh

peserta didik untuk mengadakan perubahan perilaku pada dirinya, dan tentunya

tidak luput dari peran orang tua karena ketika anak sudah pulang/kembali ke

rumah maka orang tualah yang bertanggung jawab untuk mendidik dan

melanjutkan pendidikannya, baik yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Diantara bentuk-bentuk disiplin belajar di rumah adalah:

24

Page 25: Bab 1,2,3

a. Mengatur Waktu Belajar

Pokok pangkal yang pertama dari cara belajar yang baik adalah

keteraturan. Cara belajar yang baik adalah ia harus membaca buku-buku

pelajaran, catatan pelajarannya harus disuse secara teratur. Alat untuk

perlengkapan belajar harus disimpan dan dipelihara secara teratur. Agar semua

dapat mengatur waktu belajar yang baik dan efisien maka harus dibuat jadwal

pelaksanaan belajar. Adapun cara untuk membuat jadwal belajar yang baik

menurut Slameto adalah:

1. Memperhitungkan waktu untuk tidur, makan, belajar, mandi, olahraga dan

lain-lain.

2. Menyelidiki dan menentukan waktu yang tersedia setiap hari.

3. Merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis mata

pelajarannya.

4. Menyelidiki waktu-waktu dimana yang dapat digunakan untuk belajar

yang baik.

5. Berhematlah dengan waktu, setiap siswa janganlah ragu-ragu dalam

memulai pekerjaan, termasuk juga belajar. (2003:82-82)

Sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi menyatakan bahwa ”Jadwal

Pelajaran di rumah adalah:

1. Pagi jam 05.00 sampai dengan jam 06.00

2. Sore jam 16.00 sampai dengan jam 17.00

3. Malam jam 19.00 sampai dengan jam 21.00” (1993:127).

Jadi waktu yang cocok untuk belajar sendiri dirumah pada jam-jam

tertentu, dan jelaslah penggunaan waktu belajar yang teratur akan dapat

meningkatkan penguasaan materi secara tuntas, sesuai dengan yang

diharapkan.

b. Mengerjakan Tugas

Dalam usaha meningkatkan disiplin belajar siswa dalam mata pelajaran

matematika guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara

individual. Dalam pekerjaan tersebut baik berupa tes ataupun ujian, hal ini

sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Slameto yang menyatakan bahwa

”Salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan-latihan mengerjakan

25

Page 26: Bab 1,2,3

tugas dapat berupa mengerjakan tes/ulangan atau ujian yang diberikan oleh

guru, tetapi juga termasuk membuat/mengerjakan latihan-latihan yang ada

dalam buku-buku ataupun soal-soal sendiri” (2003:87).

Sedangkan menurut Nana Sudjana menyatakan bahwa, ”apabila guru

menggunakan metode tugas, maka kegiatan belajar siswa adalah belajar

mengerjakan sesuatu secara mandiri atau berkelompok” (2004:55). Dengan

mengerjakan tugas siswa akan lebihmudah menguasai materinya. Hal ini dapat

mengantar anak menjadi siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga

berhasil dalam belajarnya.

c. Mengulang bahan pelajaran

Dalam kedisiplinan belajar dengan mempelajari kembali pelajaran yang

telah didapat sangat besar manfaatnya, karena nanti ketika menghadapi ulangan

tidak perlu belajar menggunakan sistem ngebut. Dengan mempelajari ulang

yang telah diterima maka daya pemahaman dan daya pengingatnya akan lebih

tahan lama.

Menurut Slameto yang menyatakan bahwa, ”Mengulangi besar

pengaruhnya dalam belajar, karena adanya pengulangan (review) bahan yang

belum begitu dikuasai serta mudah dilupakan akan tetap tertanam dalam otak

seseorang mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga

lebih penting adalah mempelajari bahan yang sudah dipelajari” (2003:85).

Sedangkan menurut Mulyasa menyatakan bahwa, ”Mengulang-ulang suatu

pekerjaan atau fatwa yang sudah dipelajari membuat kemampuan siswa untuk

mengingatnya akan semakin bertambah mengulangi atau memeriksa dan

mempelajari kembali yang telah dipelajari, maka kemungkinan untuk

mengingat bahan pelajaran menjadi lebih mudah” (2007:44).

Dengan demikian siswa hendaknya mengulang kembali bahan pelajaran

yang telah diperoleh di sekolah agar nantinya proses belajarnya berhasil

dengan baik.

26

Page 27: Bab 1,2,3

2.3 Kajian Teori Tentang Kolerasi antara Profesionalisme Guru dengan

Disiplin Siswa Belajar Matematika

Matematika merupakan bidang studi yang sangat penting untuk diajarkan

pada peserta didik. Dalam Buku Standar Isi dijelaskan bahwa, ”Matematika perlu

diberikan kepada peserta didik untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

bekerjasama” (BNSP, 2006).

Sesuai dengan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

menyatakan bahwa, ”Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional

pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia

dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan” (2005:4).

Sesuai dengan penjelasan di atas jelaslah guru merupakan tenaga

profesional yang erat hubungannya dengan pendidikan, karena itulah guru harus

memiliki keahlian khusus yang sesuai dengan nilai profesional yang disandang,

lain dari itu guru juga harus memiliki latar belakang yang sesuai dengan tugas dan

bidangnya, dengan hal ini pula dunia pendidikan akan lebih mudah dalam

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, guru memiliki peranan penting dalam

pendidikan dengan kata lain baik buruknya peserta didik sukses tidaknya suatu

sekolah dalam mencapai visi dan misinya semua tidak lepas dari kedudukan dan

peranan guru dalam menjalankan kinerjanya terhadap tugas dan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya.

Oleh sebab itu seorang guru harus profesional sebagaimana dijelaskan oleh

Djamarah bahwa, ”tugas guru sebagai profesi menuntut kepada guru untuk

mengembangkan profesionalitas diri sesuai ilmu dan teknologi”(2005:36). Karena

kemampuan guru juga akan berpengaruh terhadap hasil pendidikan terutama

dalam bidang matematika. Guru adalah seorang figure seorang pemimpin yang

merupakan arsitek yang dapat membentuk dan membangun kepribadian anak

didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Menurut Mulyasa menyatakan bahwa ”dalam pendidikan mendisiplinkan

peserta didik harus dimulai dari pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa,

27

Page 28: Bab 1,2,3

kita tidak bisa berharap banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari

pribadi guru yang tidak disiplin, kurang arif, dan kurang bekerja sama” (2007:22).

Dengan demikian semakin jelas bahwa profesionalisme guru terutama

dalam penjelasan di atas yang dimaksud guru yang memiliki kompetensi

pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian ada korelasi dengan hasil belajar,

sikap, watak, kepribadian, pada peserta didik terutama disiplin belajar baik di

rumah maupun di sekolah.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang masih perlu

dibuktikan kebenarannya. Dalam buku Metode Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik Mardalis memberikan penjelasan bahwa, ”Hipotesis merupakan jawaban

sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang

diajukan dalam penelitian” (2006: 13).

Sedangkan menurut Sru Adji Soerjadi menjelaskan bahwa, ”Hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”

(1984: 70).

Berdasar uraian di atas dalam skripsi ini akan diajukan hipotesis yang

merupakan jawaban sementara yang sesuai dengan rumusan masalah yang ada ke

dalam dua jenis hipotesis sebagai berikut:

a. Hipotesis Mayor

Ada korelasi antara profesionalisme guru dengan disiplin belajar

matematika siswa X Semester Genap SMK Muhammadiyah 5 Srono

Kecamatan Srono Tahun Pelajaran 2010/2011.

b. Hipotesis Minor

1. Ada korelasi antara profesionalisme guru dengan disiplin belajar

matematika di sekolah siswa kelas X Semester Genap SMK

Muhammadiyah 5 Srono Kecamatan Srono Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Ada korelasi antara profesionalisme guru dengan disiplin belajar

matematika di rumah siswa kelas X Semester Genap SMK

Muhammadiyah 5 Srono Kecamatan Srono Tahun Pelajaran 2010/2011.

28

Page 29: Bab 1,2,3

Karena metode analisa data yang digunakan adalaah metode stratic, maka

hipotesis di atas (hipotesis alternative/Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho),

sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikuto bahwa ”dalam pembuktian, hipotesis

alternative (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti tidak mempunyai prasangka.

Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpeengaruh pernyataan Ha. Kemudian

dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis” (2006:74).

29

Page 30: Bab 1,2,3

BAB III

METODE PENELITIAN

Tanpa adanya penelitian, pengetahuan tidak akan bertambah maju. Padahal

pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai dasar

untuk meningkakan pengetahuan, harus diadakan agar meningkat pula pencapaian

usaha-usaha manusia.

Menurut Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa:

”Ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan kegiaan penelitian yaitu:

sistematis, berencana, dan mengikui konsep ilmiah.

- Sistematis, artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang

paling sederhana sampai yang paling kompleks hingga tercapai tijuan

secara efektif dan efesien.

- Berencana , artinya dilaksanakan dengan adanya unsur dipikirkan langkah-

langkah pelaksanaannya.

- Mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan

penelitian mengikuti cara-cara yang udah ditentukan, yaitu prinsip yang

digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan” (2006: 20).

Menurut Husaini Usman ”metode adalah suatu prosedur atau cara untuk

mengetahui suatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis” (2000: 46).

Sedangkan menurut pendapat Marzuki, “”metode adalah suatu usaha

mengumpulkan dan menganalisa fakta-fakta mengenai suatu masalah” (2000: 4).

Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasiyang bermanfaatuntuk

meningkatkan mutu suau hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti

(Suharsimi Arikunto, 2006: 91).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil pengertian

bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau usaha yang mempunyai langkah-

langkah yang sistematis untuk mengumpulkan, mencatat dan menganalisa

kebenaran suatu masalah.

30

Page 31: Bab 1,2,3

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian sudah pasti memerlukan daerah atau

tempat yang akan diteliti agar mudah memperoleh data yang diperlukan, tetapi

karena keterbatasan-keterbatasan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka perlu

adanya pembatasan daerah penelitian.

Menurut Sru Adji Surjadi menyatakan bahwa, ”secara tegas tidak ada

penentuan seberapa luas suatu daerah penelitian harus diambil oleh peneliti suatu

bidang, namun demikian dipandang perlu menetapkan daerah penelitian” (1990:

67). Sedangkan menurut pendapat Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, ”metode

penentuan daerah penelitian adalah penunjukan secara langsung lokasi atau

tempat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian sosial lapangan dan

penelitian pendidikan” (1990: 2).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil pengertian

bahwa metode penentuan daerah penelitian adalah metode penunjukan secara

langsung suatu daerah penelitian, baik penelitian yang bersifat sosial lapangan

maupun penelitian pendidikan tidak ada bata seberapa luas daerah penelitian harus

diambil. Oleh karena itu penulis menggunakan metode purposive area yaitu

penentuan langsung daerah yang menjadi tempat penelitian yaitu SMK

Muhammadiyah 5 Srono. Beberapa pertimbangan pemilihan daerah penelitian

tersebut adalah :

1. Adanya kesediaan dan dukungan dari pihak sekolah.

2. Belum pernah ada penelitian yang serupa yang

dilaksanakan di sekolah tersebut.

3. Dimungkinkan adanya kerja sama yang baik dengan

pihak sekolah sehingga memperlancar penelitian ini.

3.2 Metode Penentuan Responden Penelitian

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa, ”responden berasal dari kata

’’respon’’ atau penanggap, yaitu orang yang menanggapi. Dalam peneltian,

responden adalah orang yang dimintamemberikan keterangan tentang suau fakta

31

Page 32: Bab 1,2,3

atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu

ketika mengisi angket, atau lisan, ketika menjawab wawancara” (2006: 145).

Sedangkan menurut Sru Adji Surjadi mengemukakan bahwa, ”apabila

penelitian ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka

penelitiannya menyatakan penelitian populasi” (1990: 72). Selanjutnya Suharsimi

Arikunto juga menjelaskan, ”untuk sekedar ancer-ancer , apabila subjek kurang

dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau

20-25% atau lebih” (2006: 134).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil pengrtian

bahwa penelitian yang digunakan adalah penelitian populasi yang meneliti seluruh

objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian

adalah siswa kelas X SMK Muhammadiyah 5 Srono tahun Pelajaran 2010/2011.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan keterangan/fakta dalam kegiatan penelitian atau

penyelidikan. Dalam kegiatan penelitian ini metode pengumpulan data yang

digunakan adalah:

- Observasi

- Angket

- Interview

- Dokumentasi

3.3.1 Metode Observasi

Pengertian observasi menurut husaini Usman adalah, ”observasi adalah

pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti

dan merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari prosesbiologis dan

psikologis” (2000:4).sedangkan menurut Marzuki yang menyatakan dalam

pendapanya bahwa, ”observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala-gejala subyek yang dimiliki dan dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu:

32

Page 33: Bab 1,2,3

- Secara langsung (tanpa alat)

- Secara tak langsung (dengan perantara alat)

- Dalam situasi yang sebenarnya

- Observasi terkontrol/observasi eksperimen” (2000: 141).

Menurut Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa, ”observasi dapat

dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis

observasi, yaitu:

1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak

menggunakan instrumen pengamatan.

2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan

pedoman instrumen pengamatan.

Sedangkan dalam kegiatan penelitian ini, penulis menggunakan metode

observasi nonpartisipan, karena dalam hal ini penulis tidak ikut ambil bagian

dalam kehidupan orang-orang yang diteliti, tetapi penulis hanya melakukan

kegiatan meneliti saja. Data-data yang diperoleh dari kegiatan observasi ini

adalah:

a. Keadaan lokasi obyek penelitian

b. Data-data lain yang mendukung untuk melengkapi data yang tidak bisa

diperoleh dari obyek lain.

3.3.2 Metode Angket

Suharsimi Arikunto mengungkapkan dalam pendapatnya bahwa,

”angket/kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribdinya, atau

hal-hal yang ia ketahui” (2006: 151). Menurut Iqbal Hasan, ”Angket atau

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh data

dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal – hal lain yang perlu

diketahui” (2004:16).

Sedangkan menurut M. Toha Anggoro,dkk, ”Angket atau kuesioner adalah

alat pengumpul data yang terdiri dari serangkaian pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk mengumpulkan informasi penelitian yang dikehendaki”

(2007:5.6).

33

Page 34: Bab 1,2,3

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil pengertian

bahwa angket atau kuesioner aalah suatu alat pengumpul data yang berupa daftar

pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang menjai obyek penelitian.

Kemudian Suharsimi Arikunto juga menambahkan, ”kuisioner dapat

dibeda-bedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan:

a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:

1. Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden

menjawab tenang dirinya.

2. Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga

responden tinggal memilih.

b. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:

1. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

2. Kuesioner tidak langsung, yaitu njika responden menjawab tentang orang

lain.

c. Dipandag dari bentuknya maka ada:

1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner

tertutup.

2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.

3. Check list, sebuah daftar, dimana responde tinggal membubuhkan tanda

check (√) pada kolom yang sesuai.

4. Rating-scale, (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh

kolm-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai

sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju” (2006: 152).

Dalam kegiatan peneitian ini penulis menggunakan angket tertutup,

langsung, dan tidak langsung. Data-data yang ingin diperoleh dari angket ini

adalah informasi tentang sejauh mana korelasi profesionalissme guru terhadap

disiplin belajar siswa.

3.3.3 Metode Interview (Wawancara)

Menururut Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa, ”interview yang juga

sering disebut wawancara atau kuesioner lisan, adalahsebuah dialog yang

dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

34

Page 35: Bab 1,2,3

terwawancara (interviewer)” (2006: 155). Dan menurut Sutrisno Hadi menyatakan

bahwa, ”interview adalah suatu metode untuk mendapatkan datadengan

menggunakan hubungan langsung dengan informan” (1990: 125).

Sedangkan menurut Suhadi Ibnu menyatakan, ”Wawancara (Interview)

adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung

kepada responden atau informan” (2003:93). Kemudian Iqbal Hasan juga

menyatakan, ”Wawancara (Interview) adalah cara pengumpulan data dengan

mengadakan tanya jawab langsung kepada objek yang diteliti atau kepada

perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang diteliti” (2004:24).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil pengertian

bahwa metode interview adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara tanya jawab dan bertatap muka langsung dengan informan.

Menurut Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa, ”interview

dibedakan atas:

a. Interview bebas, inguided inerview, dimana pewawancara beba menanyakan

apa saja, tetapi juga mengingat akan daa-data yang akan dikumpulkan. Dalam

pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman (ancer-ancer) apa

yang akan ditanyakan . kebaikan metode ini adalah bahwa responden tidak

menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diinterview. Dengan demikian

suasana akan lebih santai karena hanya omong-omong biasa. Kelemahan

penggunaan teknik ini arah pertanyaan kaddang-kadang tidak terkendali.

b. Interview terpimpin, guided interview, yaitu interview yang dilakukan oleh

pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci

seperti yang dimaksud dengan interview terstruktur.

c. Interview bebas terpimpin, yaitu kobinasi antara interview bebas dan

interview terpimpin. Dalam melaksanakan interview, pewawancara

membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang

ditanyakan” (2006: 156).

Dan dalam kegiatan penelitian ini penulis menggunakan metode interview

bebas terpimpin. Sedangkan data-data yang ingin diperoleh adalah:

- Informasi tentang sejauh mana korelasi profesionalissme guru terhadap

disiplin belajar siswa.

35

Page 36: Bab 1,2,3

- Informasi yang menunjang data yang diperoleh melalui metode angket.

3.3.4 Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa, ”dokumentasi,

berassal dari kata dokumen,yang artinya barang-barang yang tertulis. Didalam

melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda ertulis

sepertibuku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan

harian, dan sebagainya” (2006: 158). Dan menurut Winarno Surachmad

menyatakan bahwa, ”dokumenter adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang

isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran meneruskan keterangan mengenai

peristiwa tersebut dengan perumusan itu kita dapat memasukkan notulen rapat,

keputusan hakim, laporan panitia kerja, artikel, majalah, surat-surat, iklan dan

sebagainya” (1992: 134).

Menurut Suhadi Ibnu mengemukakan bahwa, ”dokumentasi tepat

digunakan sebagai pengumpul data apabila informasi yang dikumpulkan

bersumber dari dokumen” (2003:96). Dan Iqbal Hasan juga mengemukakan

bahwa,”dokumentasi adalah daftar yang berisikan patokan – patokan atau

panduan dalam menelusuri sebuah dokumen” (2004:16).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diambil pengertian

bahwa metode dokumentasi adalah teknik memperoleh data yang sudah

didokumentasikan berupa transkrip, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda,

dan sebagainya.

”Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan:

a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang

akan dicari datanya. Dengan menggunakn serentetan kotak-kotak seperti pada

waktu mengumpulkan data melalui catatan-catatan yang menunjukkan

keadaan karyawan atau pegawai yang menjadi subyek penelitian, peneliti

tinggal memberikan tanda centang pada kotak yang sesuai. Untuk merekam

data dari beberapa orang karyawan, peneliti dapat menderetkan nama-nama

subyek dibawah kotak-kotak tersebut yang dalam setiap aspek dijadikan

sebagai judul tabel.

36

Page 37: Bab 1,2,3

b. Chek-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal

ini peneliti tinggal memberikan anda atau tally setap pemunculan gejala yang

dimaksud” (Suharsimi Arikunto, 2006: 159).

Data-daa yang ingin diperoleh oleh penulis dalam kegiatan penelitian ini

dari metode dokumentasi adalah:

1. Data tentang personalia sekolah

2. Data tenang inventaris sekolah

3. Data tentang siswa

4. Data struktur organisassi sekolah

5. Denah sekolah

3.4 Metode Analisa Data

Analisis data merupakan cara untuk menyusun dan mengolah data yang

terkumpul, sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan. Hasil observasi, hasil

angket, dan hasil wawancara akan dianalisis secara kualitatif. Sehingga data

tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk

menguji hipotesa.

Menurut pendapat Koentjoroningrat menyatakan, ”sesungguhnya analisa

data itu menjadi dua macam kuantitatif dan kualitatif, selanjutnya kuantitatif

disebut statistik” (1983: 269).

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa untuk

menganalisa data dalam sebuah penelitian dapat digunakan analisa statistik dan

non statistik. Akan tetapi dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa data

statistic data yang ada disajikan dalam bentuk angka.

Menurut Paulus Waluyo menyatakan bahwa, ”statistik adalah suatu alat

teknik meringkas, menganalisa bahan-bahan yang berupa angka dapat mengambil

kesimpulan yang benar dari bahan-bahan yang telah dianalisa” (1992: 2).

Sedangkan Sutrisno Hadi menyatakan dalam pendapatnya bahwa, ”dalam

pengertian luas yaitu pengertian teknik metodologi statistik cara-cara yang

mempersiapkan dan digunakan untuk mengumpulkan data, menyajikan data dan

menganalisa data untuk penyelidikan yang berwujud angka-angka” (1983: 212).

37

Page 38: Bab 1,2,3

Berdasarkan beberapa pendapat di atass maka dapat diambil pengertian

bahwa statistik adalah suatu metode analisa data atau pengolahan data, dan setiap

data berupa angka-angka yang dapat diselesaikan dengan cara statistic untuk

mengambil suatu kesimpulan yang benar dari suatu penelitian. Dan analisa daa

yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi tetrakorik.

Suharsimi Arikunto mennngungkapkan pendapatnya bahwa, ”korelasi

tetrakorik adalah yang digunakan untuk mencari korelasi dua variabel diskrit

buatan (artificial dichotomies) misalnya menentukan daya beda item” (2006:

286). Sedangkan Paulus Waluyo mengungkapkan bahwa, ”korelasi tetrakorik

dipergunakan untuk menghitung hubungan dua variable yang masing-masing

berskala ordinal dengan suatu catatan bahwa penggolongan atau penjabaran dari

masing-masing variable adalah dua golongan” (1992: 74).

Cara menghitung korelasi tetrakorik adalah dengan rumus sebagai berikut:

1. Mencari nilai phi ( dengan rumus:

=

2. Mencari (korelasi tetrakorik) dengan rumus:

= sinus ( )

3. Mencari nilai r dengan factor koreksi

r = x faktor koreksi x faktor koreksi

4. Mencari nilai nilai chi kuadrat

= 2 x N

5. Mengkonsultasikan.

Hasil dari (chi kuadrat) dengan menggunakan taraf signifikan 5%.

Untuk mengambil kesimpulan diambil langkah-langkah sebagai berikut:

38

Page 39: Bab 1,2,3

1. Jika (chi kuadrat) empiris lebih besar dari (chi kuadrat) tabel maka

hipotesa nihil (Ho) ditolak berarti signifikan.

2. Jika (chi kuadrat) empiris lebih kecil dari (chi kuadrat) tabel maka

hipotesa nihil (Ho) diterima berarti non signifikan.

Sedangkan untuk mengetahui besar derajat korelasi atau hubungan hasil r

dikonsultasikan dengan r pada derajat hubungan/korelasi.

Dalam hal ini digunakan pedoman sesuai dengan pendapat Suharsimi

Arikunto mengemukakan sebagai berikut:

” 0,800 ≤ r ≤ 1,000 diinterpretasikan tinggi.

0,600 ≤ r < 0,800 dinterpretasikan cukup.

0,400 ≤ r < 0,600 diinterpretasikan agak rendah’

0,200 ≤ r < 0,400 diinterpretasikan rendah.

0,000 ≤ r < 0,200 diinterpretasikan sangat rendah (tak berkorelasi)” (2006: 276).

Karena metode analisa data yang digunakan adalaah metode stratic, maka

hipotesis di atas (hipotesis alternative/Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho),

sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikuto bahwa ”dalam pembuktian, hipotesis

alternative (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti tidak mempunyai prasangka.

Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpeengaruh pernyataan Ha. Kemudian

dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis” (2006:74).

Berdasarkan pendapat di atas maka hipotesis nihil (Ho) berbunyi:

A. Hipotesis Mayor

Tidak ada korelasi antara profesionalisme guru dengan disiplin belajar

matematika siswa X Semester Genap SMK Muhammadiyah 5 Srono

Kecamatan Srono Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Hipotesis Minor

1. Tidak ada korelasi antara profesionalisme guru dengan disiplin belajar

matematika di sekolah siswa kelas X Semester Genap SMK

Muhammadiyah 5 Srono Kecamatan Srono Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Tidak ada korelasi antara profesionalisme guru dengan disiplin belajar

matematika di rumah siswa kelas X Semester Genap SMK

Muhammadiyah 5 Srono Kecamatan Srono Tahun Pelajaran 2010/2011

39

Page 40: Bab 1,2,3

40