Bab 12 Ikan Nilem

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biologi perikanan ialah dasar ilmu mengenai semua aspek-aspek yang berhubungan dengan studi biologi ikan. Setiap makhluk hidup mengalami pertumbuhan selama hidupnya dan melakukan reproduksi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Begitu juga pada ikan, pertumbuhan tersebut dapat diamati secara fisik atau melalui pengamatan perkembangan jaringan. Pertumbuhan pada ikan dapat berlangsung lambat ataupun cepat. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran bagian-bagian tubuh dan fungsi fisiologis tubuh. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal itu meliputi keturunan, pertumbuhan kelamin. Pertumbuhan ikan memiliki hubungan yang erat antara pertumbuhan panjang dan berat. Dalam menduga pertumbuhan ikan di daerah tropis sulit dilakukan karena proses pertumbuahan ikan terus menerus sehingga tidak bisa ditentukan hanya dengan melihat bentuk sirkulus pada

description

tugas

Transcript of Bab 12 Ikan Nilem

Page 1: Bab 12 Ikan Nilem

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biologi perikanan ialah dasar ilmu mengenai semua aspek-aspek yang

berhubungan dengan studi biologi ikan. Setiap makhluk hidup mengalami

pertumbuhan selama hidupnya dan melakukan reproduksi untuk menjaga

kelangsungan hidupnya. Begitu juga pada ikan, pertumbuhan tersebut dapat diamati

secara fisik atau melalui pengamatan perkembangan jaringan. Pertumbuhan pada ikan

dapat berlangsung lambat ataupun cepat.

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran bagian-bagian tubuh dan fungsi

fisiologis tubuh. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal maupun

eksternal. Faktor internal itu meliputi keturunan, pertumbuhan kelamin. Pertumbuhan

ikan memiliki hubungan yang erat antara pertumbuhan panjang dan berat. Dalam

menduga pertumbuhan ikan di daerah tropis sulit dilakukan karena proses

pertumbuahan ikan terus menerus sehingga tidak bisa ditentukan hanya dengan

melihat bentuk sirkulus pada sisik saja. Pertumbuhan ikan juga dapat menduga

sebaran tingkat kematangan gonad ikan berdasarkan ukuran.

Pendekatan di dalam penelitian biologi perikanan adalah secara kuantitatif.

Perlakuan-perlakuannya buka ditujukan kepada satu individu pada satu saat saja,

tetapi kepada sekelompok individu pada waktu yang relative lama. Pengetahuan

biologi dan statistik merupakan disiplin lain yang perlu diketahui sebelumnya untuk

melaksanakan penelitian biologi perikanan lebih mudah.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilaksanakan praktikum kali ini untuk mengetahui dan memahami

lebih jauh tentang aspek-aspek biologi Ikan Nilem, yaitu:

Mengetahui dan memahami serta mengukur pertumbuhan Ikan Nilem.

Page 2: Bab 12 Ikan Nilem

Mengetahui dan menentukan tingkat kematangan gonad Ikan Nilem.

Mengetahui serta menentukan indeks kematangan gonad Ikan Nilem.

Mengetahui dan dapat menentukan fekunditas Ikan Nilem.

Mengetahui, memahami, mengamati dan dapat menentukan kebiasaan makan

dan jenis makanan Ikan Nilem.

Page 3: Bab 12 Ikan Nilem

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Specimen Ikan

Nilem, nilem mangut, atau melem (Osteochilus vittatus) adalah sejenis ikan

air tawar anggota suku Cyprinidae. Ikan herbivora ini diketahui menyebar di Asia

Tenggara: Tonkin, Siam(Thailand), Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan

Jawa. Nilem merupakan ikan budidaya untuk konsumsi, terutama di Jawa. Kini,

nilem juga diintroduksi ke beberapa danau di Sulawesi.

Ikan nilem atau Silver Shark minnow Familia Cyprinidae, Genus Osteochilus,

Species Osteochilus hasselti (Val) mempunyai ciri morfologi antara lain bentuk

tubuh hampir serupa dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif lebih kecil.

Pada sudut-sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya

hijau abu-abu. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak.

Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras

dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak.

Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah sisik pada

gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nilem

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : CypriniformesFamili : CyprinidaeGenus : OsteochilusSpesies : Osteochillus vittatus

2.1.2 Habitat dan Distribusi Ikan Nilem

Ikan nilem merupakan ikan sungai yang lincah umumnya di temukan di

perairan mengalir atau agak tergenang serta kaya akan oksigen terlarut. Ikan nilem ini

Page 4: Bab 12 Ikan Nilem

banyak tersebar luas di wilayah Asia seperti Indonesia, Malaysia, serta Thailand dan

secara umum di budidayakan (Effendie, 2002).

Ikan nilem ini umumnnya dipelihara di daerah tropis dengan ketinggian 150

sampai 1000 meter dari permukaan laut.Tetapi ketinggian optimum ialah 800 meter,

sedang suhu optimum pertumbuhannya adalah 180C sampai 280C (Saanin, 1984).

Nilem memiliki habitat yang luas mulai dari dataran rendah yang berawa,

sungai, dan estuari.Secara berkala, spesies ini bermigrasi ke daerah floodplains pada

musim hujan untuk berburu atau memijah.Spesies ini merupakan spesies ikan air

tawar.Di Indonesia keberadaannya kurang begitu populer kecuali di Jawa Barat.

Hampir 80 % produksi nasional ikan nilem berasal dari Jawa Barat.

2.2 Hubungan Panjang dan Berat

Pertumbuhan adalah Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau

berat dalam suatu waktu, akibat terjadinya pembelahan sel secara mitosis yang

disebabkan oleh kelebihan jumlah input energi dan asam amino yang berasal dari

makanan.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan :

1. Faktor dalam umumnya faktor yang sukar dikontrol, diantaranya adalah

keturunan, parasit, penyakit, sex,dan umur,.

2. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan

suhu perairan, namun dari kedua faktor itu belum diketahui faktor mana yang

memegang peranan yang lebih besar.

3. Faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh hebat

terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan fatal. Diantaranya adalah

oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas.

Berat dapat diangggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang

dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat

tiga dari panjangnya, tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak

demikian karena bentuk dari panjang ikan berbeda-beda. Kalau kita plot kan panjang

dan berat ikan dalam suatu panjang maka akan kita dapatkan sepertiga bentuk gambar

Page 5: Bab 12 Ikan Nilem

dibawah ini. Maka hubungan tadi tidak selamanya mengikuti hukum kubik tetapi

dalam suatu bentuk rumus yang umum yaitu:

W = a x Lb

Dimana :

W = Berat,

L = Panjang total ikan ,

a = konstanta atau intersep

b = eksponen atau sudut tangensial.

Gambar grafik hubungan panjang dan berat ikan

Kalau rumus umum tadi kita trasnformasikan ke dalam logaritma maka kita

akan dapatkan persamaan : Log W = Log c + n Log L, yaitu persamaan linear atau

persamaan garis lurus seperti di bawah harga n adalah harga pangkat yang harus

cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Menurut carlander (1969)

harga ekponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2- 4, namun dari

kebanyakan harga n tadi berkisar dari 2,4-3,5. Bilamana harga n = 3 menunjukkan

bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Pertambahan panjang ikan

seimbang dengan pertambahan beratnya. Pertumbuhan demikian ialah pertumbuhan

isometrik. Sedangkan apabila n > atau n < dinamakan pertumbuhan allometrik. Kalau

harga n , dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Keadaan ikan yang kurus

dimana pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. Kalau

angkanya lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok.Pertambahan berat lebih

cepat daripada perubahan panjangnya.

Panjang (m)

Berat (gr)

Page 6: Bab 12 Ikan Nilem

Gambar grafik hubungan panjang dan berat ikan

Apabila kita memperhatikan grafik di atas maka n itu menunjukkan garis

persamaan itu dengan sumbu x. sedangkan harga c adalah titik potong dari persamaan

sumbu y. cara yanga dapat digunakan untuk menghitung panjang berat ikan ialah

dengan menggunakan regresi, dapat mengikuti seperti telah dikemukakan oleh

Rousenfell dan Everhart (1953), dan Lagler (1961) yaitu dengan menghitung dahulu

logaritma dan tiap-tiap panjang dan berat ikan. Atau dapat juga dengan mengikuti

jalan pendek seperti dikemukakan oleh Carlander (1968) yaitu dengan mengadakan

pengkelasan berdasarkan logaritma. Dasar perhitungan dari cara tersebut adalah sama

namun metoda yang dikemukakan oleh Carlander lebih pendek dan dapat dipakai

tanpa menggunakan mesin hitung .

Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang berat ini ialah kita dapat

menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang Sikan mengenai

pertumbuhan, kemontokan, perubahan dari lingkungan.

2.3. Tingkat Kematangan Gonad

Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi

dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk

proses-proses yan gterjadi didalam gonad baik terhadap individu maupun populasi.

Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari

reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil

metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat proses

yang dinamakan vitellogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-

tiap individu telur. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam

gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari

berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10%. Dari TKG ini dapat diketahui

Log Berat (gr)

Log

Page 7: Bab 12 Ikan Nilem

bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap

spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama

ukurannya.

Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara. Yang pertama

cara histology dilakukan di laboratorium, yang kedua dengan cara pengamatan

morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Dasar yang dipakai

untuk menentukan TKG dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan

berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan ikan

betina lebih banyak dilihat dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur

yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat

didalam testis.

Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968) :

1. Dara : Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung.

Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu.

Telur tidak terlihat dengan mata biasa.

2. Dara Berkembang : Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya

setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu

dapat terlihat dengan kaca pembesar.

3. Perkembangan I : Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna

kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira

setengah ruang ke bagian bawah, telur dapat terlihat seperti serbuk putih.

4. Perkembangan II : Testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada

sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna orange kemerah-

merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi

kira-kira dua per tiga ruang bawah.

5. Bunting : Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar

testesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari

padanya jernih dan masak.

Page 8: Bab 12 Ikan Nilem

6. Mijah : Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut. Kebanyakan

telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur di dalam

ovarium.

7. Mijah/salin : Gonad belum kosong sama sekali tidak ada telur yang bulat

telur.

8. Salin : Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur

sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.

9. Pulih salin : Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.

2.4. Indeks Kematangan Gonad

Menurut Nikolsky (1969) dapat menggunakan tanda utama untuk

membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Secara ilmiah hal ini

berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhannya atau tanpa berat

gonad. Perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh, Nikolsky

menamakannya “coeficient kematangan” yang dinyatakan dalam persen.

IKG = Berat Gonad Ikan X 100%

Berat Tubuh Ikan

Jonson (1971) menamakan perbandingan tersebut ialah “Index of maturity”,

namun diantara banyak peneliti menamakan indeks tadi ialah “Gonado Somatic

Index”. Indeks ini diterima oleh para peneliti reproduksi ikan sebagai salah satu

pengukur aktifitas gonad (Saigal, 1967; Dennison dan Bulkley, 1972), Brulhet (1974)

dan beberapa peneliti lainnya menamakan indeks yang sama dengan nama “Raport

Gonosomatique”.“Gonado Somatic Index” (GSI) = Wg/W X 100% akan semakin

meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi

pemijahan. Pada ikan betina nilai GSI lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan.

Johnson (1971) mendapatkan nilai GSI ikan thread fin berkisar antara 1-25%. Ikan

dengan GSI 19% ada yang sanggup mengeluarkan telurnya. Adakalanya nilai GSI ini

dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya

berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Dengan memperbandingkan

demikian akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dan di luar gonad,

Page 9: Bab 12 Ikan Nilem

nilai-nilai morfologi yang dikuantitatifkan. Bergantung pada macam dan pola

pemijahannya, maka akan didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi pada setiap

saat.

2.5 Fekunditas

Fekunditas adalah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu

pemijahan. Fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak

ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas

umur yang bersangkutan.

Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan

dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total.

Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan

pemijahanm beberapa kali dalam setahun, karena mengandung telur dari berbagai

tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan

dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Menurut Royce (1972) meyatakan

bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan dalam ikan selama

hidup. Fekunditas relative adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Ikan-

ikan yang tuda dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relative lebih

kecil.Umumnya fekunditas relative lebih tinggi disbanding dengan fekunditas

individu. Fekunditas relative akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang

masih muda (Nikolsky).

Menurut Bagenal (1967), untuk ikan-ikan tropic dan sub-tropik, definisi

fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang

dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini sesuai dengan

studi populasi dan dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu

pertama kalinya dapat diketahui dan juga statistic kecepatan mortalitasnya dapat

ditentukan pula dalam pengelolaan perikanan yang baik.

Secara sederhana fekuinditas dapat diartikan oleh jumlah telur yang

dikeluarkan oleh ikan. Terdapat beberapa jenis fekuinditas diantaranya :

Page 10: Bab 12 Ikan Nilem

Fekuinditas individu adalah jumlah telur yang dikeluarkan dari generasi tahun

itu dan akan dikeluarkan pada tahun itu pula.

Fekuindita relatif adalah jumlah telur per atuan panjang dan berat.

Fekuinditas total adalah jumlah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama

hidupnya.

2.6 Posisi Inti Telur

Mengetahui diameter dan posisi inti telur sangatlah penting

untuk dilakukan. Besar diameter telur dan pengamatan posisi inti

dapat digunakan sebagai pertimbangan penentuan tingkat

kematangan gonad. Telur yang sudah matang cenderung memiliki

diameter yang besar. Pada telur yang sudah matang, posisi inti

telur cenderung berada pada salah satu kutub dari telur dan tidak

berada di tengah. Selain itu biasanya diameter telur dapat

dihubungkan dengan perkiraan nilai fekunditas, pada ikan-ikan

yang memiliki telur yang besar fekunditasnya biasanya cenderung

kecil.

Diameter telur ada hubungannya dengan fekunditas. Makin banyak telur yang

dipijahkan (fekunditas), maka ukuran diameter telurnya makin kecil, demikian pula

sebaliknya (Tang dan Affandi 2001). Hal ini juga dikemukakan oleh Wootton (1998)

bahwa ikan yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas

yang lebih banyak, sedangkan yang memiliki diameter telur yang besar cenderung

memiliki fekunditas rendah. Semakin besar ukuran diameter telur akan semakin baik,

karena dalam telur tersebut tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan

dapat bertahan lebih lama.

Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam

lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan

suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada "diploten" dari profase

Page 11: Bab 12 Ikan Nilem

meiosis pertama. Pada stadia, ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer (Harder

1975). Oosit primer kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase.

Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat

pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi

akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi

material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan

dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis (Zohar 1991; Jalabert dan Zohar

1982). Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau perkembangan ovarium

disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada saat perkembangan oosit terjadi

perubahan morfologis yang mencirikan stadianya. Menurut Nagahama (1983)

stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume sitoplasma, penampilan nukleus

dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit

dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Yamamoto dalam Nagahama (1983)

membaginya ke dalam 8 kelas, yaitu stadia kromatin-nukleolus, perinukleolus (yang

terdiri atas awal dan akhir nukleolus), stadium oil dropstadium yolkprimer, sekunder,

tertier, dan stadium matang. Sedangkan Chinabut et al. (1991) membagi oosit dalam 6

kelas, dimana stadia nukleolus dan perinukleolus dikategorikan sebagai stadium

pertama, dan setiap stadium dicirikan sebagai berikut:

Stadium 1 : Oogonia dikelilingi satu lapis set epitel dengan pewarnaan

hematoksilin-eosin plasma berwarna merah jambu, dengan inti yang besar di

tengah.

Stadium 2 : Oosit berkembang ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti biru

terang dengan pewarnaan, dan terletak masih di tengah sel. Oosit dilapisi oleh satu

lapis epitel.

Stadium 3 : Pada stadium ini berkembang sel folikel dan oosit membesar dan

provitilin nukleoli mengelilingi inti.

Stadium 4 : Euvitilin inti telah berkembang dan berada disekitar selaput inti

Stadium ini merupakan awal vitelogenesis yang ditandai dengan adanya butiran

Page 12: Bab 12 Ikan Nilem

kuning telur pada sitoplasma. Pada stadium ini, oosit dikelilingi oleh dua lapis sel

dan lapisan zona radiata tampak jelas pada epitel folikular.

Stadium 5 : Stadia peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur. Butiran

kuning telur bertambah besar dan memenuhi sitoplasma dan zona radiata terlihat

jelas.

Stadium 6 : Inti mengecil dan selaput inti tidak terlihat, inti terletak di tepi. Zona

radiata, sel folikel, dan sel teka terlihat jelas.

2.7 Kebiasaan Makan

Kebiasaan makanan ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan

pemakan fitoplankton dan detritus. Makanan alami lainnya biasanya berupa plankton,

baik fitoplankton atau zooplankton, kelompok cacing, tumbuhan air, organisme

bentos dan ikan maupun organisme lain yang berukuran lebih kecil daripada

organisme yang dipelihara. Pencernaan makanan pada ikan adalah suatu proses

tentang pakan yang dicerna kemudian dihaluskan menjadi molekul-molekul atau

butiran-butiran mikro (lemak) yang sesuai untuk diabsorpsi melalui dinding

gastrointestinal ke dalam aliran darah (Zonneveld dkk. 1991).

Page 13: Bab 12 Ikan Nilem

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Perikanan mengenai menganalisis aspek biologi

(pertumbuhan, reproduksi, dan kebiasaan makan) ikan nilem (Osteochilus hasselti)

dilaksanakan pada hari Selasa pada tanggal 17 Maret 2015 pukul 08.00 – 09.30 WIB

di Labolatorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Padjadjaran.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

3.2.1 Alat

1. Cawan Petri, sebagai wadah untuk penelitian.

2. Cover glass, sebagai tempat untuk mengamati objek.

3. Pinset, untuk membantu pemotongan hati maupun gonad ikan nilem.

4. Penggaris, untuk mengukur panjang ikan nilem.

5. Pisau, untuk membantu pemotongan hati dan gonad ikan nilem.

6. Penusuk, sebagai alat untuk mematikan ikan nilem.

7. Mikroskop, sebagai alat untuk mengamati hati, usus, telur ikan nilem

8. Timbangan, untuk menimbang hati, dan gonad ikan ikan.

9. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan.

10. Gelas ukur, untuk melakukan metode volimetrik untuk fekunditas.

11. Gunting, untuk memotong gonad.

3.2.2. Bahan

1. Satu buah ikan nilem, sebagai bahan percobaan.

2. Cairan Asetocarmin, untuk mempermudah pengamatan usus ikan

3. Cairan Sera, untuk mempermudah pengamatan letak inti telur.

Page 14: Bab 12 Ikan Nilem

Ikan nilem di ambil, di timbang beratnya, dicatat.

Panjang ikan di ukur, baik TL, SL dan FL dengan penggaris

Ikan nilem dimatikan dengan penusuk di bagian otaknya, posisi tangan kiri yang memegang kepala ikan.

Ikan nilem dibedah dengan gunting di bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan sampai isi perut terlihat.

Gonad diambil dari rongga perut ikan, diamati dan ditentukan TKG berdasarkan Kesteven

Gonad ditimbang dan dicatat pada tabel pengamatan

IKG dihitung sesuai rumus

Hati ikan di ambil diukur panjangnya, ditimbang, dicatat Hepatosomatik Indeks (HSI) dihitung sesuai rumus

Usus ikan di ambil lalu diukur panjangnya

Dilakukan perhitungan fekunditas dengan metode volumetrik, pengamatan diameter telur dan letak inti telur.

3.1 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari praktikum ini, seperti pada bagan

berikut :

Page 15: Bab 12 Ikan Nilem

Usus ikan diurut sampai keluar isinya, ditambahkan akuadest, diaduk rata.

Dicatat pakan yang terkandung dalam isi usus ikan pada tabel pengamatan

Dihitung IPi, E, Tp, B sesuai rumus.

Gambar 2. Bagan Prosedur Kerja