Bab 12 Ikan Nilem
description
Transcript of Bab 12 Ikan Nilem
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi perikanan ialah dasar ilmu mengenai semua aspek-aspek yang
berhubungan dengan studi biologi ikan. Setiap makhluk hidup mengalami
pertumbuhan selama hidupnya dan melakukan reproduksi untuk menjaga
kelangsungan hidupnya. Begitu juga pada ikan, pertumbuhan tersebut dapat diamati
secara fisik atau melalui pengamatan perkembangan jaringan. Pertumbuhan pada ikan
dapat berlangsung lambat ataupun cepat.
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran bagian-bagian tubuh dan fungsi
fisiologis tubuh. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal itu meliputi keturunan, pertumbuhan kelamin. Pertumbuhan
ikan memiliki hubungan yang erat antara pertumbuhan panjang dan berat. Dalam
menduga pertumbuhan ikan di daerah tropis sulit dilakukan karena proses
pertumbuahan ikan terus menerus sehingga tidak bisa ditentukan hanya dengan
melihat bentuk sirkulus pada sisik saja. Pertumbuhan ikan juga dapat menduga
sebaran tingkat kematangan gonad ikan berdasarkan ukuran.
Pendekatan di dalam penelitian biologi perikanan adalah secara kuantitatif.
Perlakuan-perlakuannya buka ditujukan kepada satu individu pada satu saat saja,
tetapi kepada sekelompok individu pada waktu yang relative lama. Pengetahuan
biologi dan statistik merupakan disiplin lain yang perlu diketahui sebelumnya untuk
melaksanakan penelitian biologi perikanan lebih mudah.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum kali ini untuk mengetahui dan memahami
lebih jauh tentang aspek-aspek biologi Ikan Nilem, yaitu:
Mengetahui dan memahami serta mengukur pertumbuhan Ikan Nilem.
Mengetahui dan menentukan tingkat kematangan gonad Ikan Nilem.
Mengetahui serta menentukan indeks kematangan gonad Ikan Nilem.
Mengetahui dan dapat menentukan fekunditas Ikan Nilem.
Mengetahui, memahami, mengamati dan dapat menentukan kebiasaan makan
dan jenis makanan Ikan Nilem.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Specimen Ikan
Nilem, nilem mangut, atau melem (Osteochilus vittatus) adalah sejenis ikan
air tawar anggota suku Cyprinidae. Ikan herbivora ini diketahui menyebar di Asia
Tenggara: Tonkin, Siam(Thailand), Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan
Jawa. Nilem merupakan ikan budidaya untuk konsumsi, terutama di Jawa. Kini,
nilem juga diintroduksi ke beberapa danau di Sulawesi.
Ikan nilem atau Silver Shark minnow Familia Cyprinidae, Genus Osteochilus,
Species Osteochilus hasselti (Val) mempunyai ciri morfologi antara lain bentuk
tubuh hampir serupa dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif lebih kecil.
Pada sudut-sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya
hijau abu-abu. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak.
Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras
dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak.
Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah sisik pada
gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nilem
Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : CypriniformesFamili : CyprinidaeGenus : OsteochilusSpesies : Osteochillus vittatus
2.1.2 Habitat dan Distribusi Ikan Nilem
Ikan nilem merupakan ikan sungai yang lincah umumnya di temukan di
perairan mengalir atau agak tergenang serta kaya akan oksigen terlarut. Ikan nilem ini
banyak tersebar luas di wilayah Asia seperti Indonesia, Malaysia, serta Thailand dan
secara umum di budidayakan (Effendie, 2002).
Ikan nilem ini umumnnya dipelihara di daerah tropis dengan ketinggian 150
sampai 1000 meter dari permukaan laut.Tetapi ketinggian optimum ialah 800 meter,
sedang suhu optimum pertumbuhannya adalah 180C sampai 280C (Saanin, 1984).
Nilem memiliki habitat yang luas mulai dari dataran rendah yang berawa,
sungai, dan estuari.Secara berkala, spesies ini bermigrasi ke daerah floodplains pada
musim hujan untuk berburu atau memijah.Spesies ini merupakan spesies ikan air
tawar.Di Indonesia keberadaannya kurang begitu populer kecuali di Jawa Barat.
Hampir 80 % produksi nasional ikan nilem berasal dari Jawa Barat.
2.2 Hubungan Panjang dan Berat
Pertumbuhan adalah Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau
berat dalam suatu waktu, akibat terjadinya pembelahan sel secara mitosis yang
disebabkan oleh kelebihan jumlah input energi dan asam amino yang berasal dari
makanan.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan :
1. Faktor dalam umumnya faktor yang sukar dikontrol, diantaranya adalah
keturunan, parasit, penyakit, sex,dan umur,.
2. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan
suhu perairan, namun dari kedua faktor itu belum diketahui faktor mana yang
memegang peranan yang lebih besar.
3. Faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh hebat
terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan fatal. Diantaranya adalah
oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas.
Berat dapat diangggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang
dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat
tiga dari panjangnya, tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak
demikian karena bentuk dari panjang ikan berbeda-beda. Kalau kita plot kan panjang
dan berat ikan dalam suatu panjang maka akan kita dapatkan sepertiga bentuk gambar
dibawah ini. Maka hubungan tadi tidak selamanya mengikuti hukum kubik tetapi
dalam suatu bentuk rumus yang umum yaitu:
W = a x Lb
Dimana :
W = Berat,
L = Panjang total ikan ,
a = konstanta atau intersep
b = eksponen atau sudut tangensial.
Gambar grafik hubungan panjang dan berat ikan
Kalau rumus umum tadi kita trasnformasikan ke dalam logaritma maka kita
akan dapatkan persamaan : Log W = Log c + n Log L, yaitu persamaan linear atau
persamaan garis lurus seperti di bawah harga n adalah harga pangkat yang harus
cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Menurut carlander (1969)
harga ekponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2- 4, namun dari
kebanyakan harga n tadi berkisar dari 2,4-3,5. Bilamana harga n = 3 menunjukkan
bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Pertambahan panjang ikan
seimbang dengan pertambahan beratnya. Pertumbuhan demikian ialah pertumbuhan
isometrik. Sedangkan apabila n > atau n < dinamakan pertumbuhan allometrik. Kalau
harga n , dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Keadaan ikan yang kurus
dimana pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. Kalau
angkanya lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok.Pertambahan berat lebih
cepat daripada perubahan panjangnya.
Panjang (m)
Berat (gr)
Gambar grafik hubungan panjang dan berat ikan
Apabila kita memperhatikan grafik di atas maka n itu menunjukkan garis
persamaan itu dengan sumbu x. sedangkan harga c adalah titik potong dari persamaan
sumbu y. cara yanga dapat digunakan untuk menghitung panjang berat ikan ialah
dengan menggunakan regresi, dapat mengikuti seperti telah dikemukakan oleh
Rousenfell dan Everhart (1953), dan Lagler (1961) yaitu dengan menghitung dahulu
logaritma dan tiap-tiap panjang dan berat ikan. Atau dapat juga dengan mengikuti
jalan pendek seperti dikemukakan oleh Carlander (1968) yaitu dengan mengadakan
pengkelasan berdasarkan logaritma. Dasar perhitungan dari cara tersebut adalah sama
namun metoda yang dikemukakan oleh Carlander lebih pendek dan dapat dipakai
tanpa menggunakan mesin hitung .
Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang berat ini ialah kita dapat
menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang Sikan mengenai
pertumbuhan, kemontokan, perubahan dari lingkungan.
2.3. Tingkat Kematangan Gonad
Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi
dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk
proses-proses yan gterjadi didalam gonad baik terhadap individu maupun populasi.
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari
reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil
metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat proses
yang dinamakan vitellogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-
tiap individu telur. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam
gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari
berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10%. Dari TKG ini dapat diketahui
Log Berat (gr)
Log
bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap
spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama
ukurannya.
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara. Yang pertama
cara histology dilakukan di laboratorium, yang kedua dengan cara pengamatan
morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Dasar yang dipakai
untuk menentukan TKG dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan
berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan ikan
betina lebih banyak dilihat dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur
yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat
didalam testis.
Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968) :
1. Dara : Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung.
Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu.
Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
2. Dara Berkembang : Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya
setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu
dapat terlihat dengan kaca pembesar.
3. Perkembangan I : Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna
kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira
setengah ruang ke bagian bawah, telur dapat terlihat seperti serbuk putih.
4. Perkembangan II : Testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada
sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna orange kemerah-
merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi
kira-kira dua per tiga ruang bawah.
5. Bunting : Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar
testesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari
padanya jernih dan masak.
6. Mijah : Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut. Kebanyakan
telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur di dalam
ovarium.
7. Mijah/salin : Gonad belum kosong sama sekali tidak ada telur yang bulat
telur.
8. Salin : Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur
sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
9. Pulih salin : Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.
2.4. Indeks Kematangan Gonad
Menurut Nikolsky (1969) dapat menggunakan tanda utama untuk
membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Secara ilmiah hal ini
berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhannya atau tanpa berat
gonad. Perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh, Nikolsky
menamakannya “coeficient kematangan” yang dinyatakan dalam persen.
IKG = Berat Gonad Ikan X 100%
Berat Tubuh Ikan
Jonson (1971) menamakan perbandingan tersebut ialah “Index of maturity”,
namun diantara banyak peneliti menamakan indeks tadi ialah “Gonado Somatic
Index”. Indeks ini diterima oleh para peneliti reproduksi ikan sebagai salah satu
pengukur aktifitas gonad (Saigal, 1967; Dennison dan Bulkley, 1972), Brulhet (1974)
dan beberapa peneliti lainnya menamakan indeks yang sama dengan nama “Raport
Gonosomatique”.“Gonado Somatic Index” (GSI) = Wg/W X 100% akan semakin
meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi
pemijahan. Pada ikan betina nilai GSI lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan.
Johnson (1971) mendapatkan nilai GSI ikan thread fin berkisar antara 1-25%. Ikan
dengan GSI 19% ada yang sanggup mengeluarkan telurnya. Adakalanya nilai GSI ini
dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya
berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Dengan memperbandingkan
demikian akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dan di luar gonad,
nilai-nilai morfologi yang dikuantitatifkan. Bergantung pada macam dan pola
pemijahannya, maka akan didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi pada setiap
saat.
2.5 Fekunditas
Fekunditas adalah semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu
pemijahan. Fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak
ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas
umur yang bersangkutan.
Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan
dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total.
Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan
pemijahanm beberapa kali dalam setahun, karena mengandung telur dari berbagai
tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan
dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Menurut Royce (1972) meyatakan
bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan dalam ikan selama
hidup. Fekunditas relative adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Ikan-
ikan yang tuda dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relative lebih
kecil.Umumnya fekunditas relative lebih tinggi disbanding dengan fekunditas
individu. Fekunditas relative akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang
masih muda (Nikolsky).
Menurut Bagenal (1967), untuk ikan-ikan tropic dan sub-tropik, definisi
fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang
dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini sesuai dengan
studi populasi dan dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu
pertama kalinya dapat diketahui dan juga statistic kecepatan mortalitasnya dapat
ditentukan pula dalam pengelolaan perikanan yang baik.
Secara sederhana fekuinditas dapat diartikan oleh jumlah telur yang
dikeluarkan oleh ikan. Terdapat beberapa jenis fekuinditas diantaranya :
Fekuinditas individu adalah jumlah telur yang dikeluarkan dari generasi tahun
itu dan akan dikeluarkan pada tahun itu pula.
Fekuindita relatif adalah jumlah telur per atuan panjang dan berat.
Fekuinditas total adalah jumlah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama
hidupnya.
2.6 Posisi Inti Telur
Mengetahui diameter dan posisi inti telur sangatlah penting
untuk dilakukan. Besar diameter telur dan pengamatan posisi inti
dapat digunakan sebagai pertimbangan penentuan tingkat
kematangan gonad. Telur yang sudah matang cenderung memiliki
diameter yang besar. Pada telur yang sudah matang, posisi inti
telur cenderung berada pada salah satu kutub dari telur dan tidak
berada di tengah. Selain itu biasanya diameter telur dapat
dihubungkan dengan perkiraan nilai fekunditas, pada ikan-ikan
yang memiliki telur yang besar fekunditasnya biasanya cenderung
kecil.
Diameter telur ada hubungannya dengan fekunditas. Makin banyak telur yang
dipijahkan (fekunditas), maka ukuran diameter telurnya makin kecil, demikian pula
sebaliknya (Tang dan Affandi 2001). Hal ini juga dikemukakan oleh Wootton (1998)
bahwa ikan yang memiliki diameter telur lebih kecil biasanya mempunyai fekunditas
yang lebih banyak, sedangkan yang memiliki diameter telur yang besar cenderung
memiliki fekunditas rendah. Semakin besar ukuran diameter telur akan semakin baik,
karena dalam telur tersebut tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan
dapat bertahan lebih lama.
Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam
lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan
suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada "diploten" dari profase
meiosis pertama. Pada stadia, ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer (Harder
1975). Oosit primer kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase.
Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat
pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi
akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi
material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan
dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis (Zohar 1991; Jalabert dan Zohar
1982). Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau perkembangan ovarium
disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada saat perkembangan oosit terjadi
perubahan morfologis yang mencirikan stadianya. Menurut Nagahama (1983)
stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume sitoplasma, penampilan nukleus
dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Yamamoto dalam Nagahama (1983)
membaginya ke dalam 8 kelas, yaitu stadia kromatin-nukleolus, perinukleolus (yang
terdiri atas awal dan akhir nukleolus), stadium oil dropstadium yolkprimer, sekunder,
tertier, dan stadium matang. Sedangkan Chinabut et al. (1991) membagi oosit dalam 6
kelas, dimana stadia nukleolus dan perinukleolus dikategorikan sebagai stadium
pertama, dan setiap stadium dicirikan sebagai berikut:
Stadium 1 : Oogonia dikelilingi satu lapis set epitel dengan pewarnaan
hematoksilin-eosin plasma berwarna merah jambu, dengan inti yang besar di
tengah.
Stadium 2 : Oosit berkembang ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti biru
terang dengan pewarnaan, dan terletak masih di tengah sel. Oosit dilapisi oleh satu
lapis epitel.
Stadium 3 : Pada stadium ini berkembang sel folikel dan oosit membesar dan
provitilin nukleoli mengelilingi inti.
Stadium 4 : Euvitilin inti telah berkembang dan berada disekitar selaput inti
Stadium ini merupakan awal vitelogenesis yang ditandai dengan adanya butiran
kuning telur pada sitoplasma. Pada stadium ini, oosit dikelilingi oleh dua lapis sel
dan lapisan zona radiata tampak jelas pada epitel folikular.
Stadium 5 : Stadia peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur. Butiran
kuning telur bertambah besar dan memenuhi sitoplasma dan zona radiata terlihat
jelas.
Stadium 6 : Inti mengecil dan selaput inti tidak terlihat, inti terletak di tepi. Zona
radiata, sel folikel, dan sel teka terlihat jelas.
2.7 Kebiasaan Makan
Kebiasaan makanan ikan nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan
pemakan fitoplankton dan detritus. Makanan alami lainnya biasanya berupa plankton,
baik fitoplankton atau zooplankton, kelompok cacing, tumbuhan air, organisme
bentos dan ikan maupun organisme lain yang berukuran lebih kecil daripada
organisme yang dipelihara. Pencernaan makanan pada ikan adalah suatu proses
tentang pakan yang dicerna kemudian dihaluskan menjadi molekul-molekul atau
butiran-butiran mikro (lemak) yang sesuai untuk diabsorpsi melalui dinding
gastrointestinal ke dalam aliran darah (Zonneveld dkk. 1991).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan mengenai menganalisis aspek biologi
(pertumbuhan, reproduksi, dan kebiasaan makan) ikan nilem (Osteochilus hasselti)
dilaksanakan pada hari Selasa pada tanggal 17 Maret 2015 pukul 08.00 – 09.30 WIB
di Labolatorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
3.2.1 Alat
1. Cawan Petri, sebagai wadah untuk penelitian.
2. Cover glass, sebagai tempat untuk mengamati objek.
3. Pinset, untuk membantu pemotongan hati maupun gonad ikan nilem.
4. Penggaris, untuk mengukur panjang ikan nilem.
5. Pisau, untuk membantu pemotongan hati dan gonad ikan nilem.
6. Penusuk, sebagai alat untuk mematikan ikan nilem.
7. Mikroskop, sebagai alat untuk mengamati hati, usus, telur ikan nilem
8. Timbangan, untuk menimbang hati, dan gonad ikan ikan.
9. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan.
10. Gelas ukur, untuk melakukan metode volimetrik untuk fekunditas.
11. Gunting, untuk memotong gonad.
3.2.2. Bahan
1. Satu buah ikan nilem, sebagai bahan percobaan.
2. Cairan Asetocarmin, untuk mempermudah pengamatan usus ikan
3. Cairan Sera, untuk mempermudah pengamatan letak inti telur.
Ikan nilem di ambil, di timbang beratnya, dicatat.
Panjang ikan di ukur, baik TL, SL dan FL dengan penggaris
Ikan nilem dimatikan dengan penusuk di bagian otaknya, posisi tangan kiri yang memegang kepala ikan.
Ikan nilem dibedah dengan gunting di bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan sampai isi perut terlihat.
Gonad diambil dari rongga perut ikan, diamati dan ditentukan TKG berdasarkan Kesteven
Gonad ditimbang dan dicatat pada tabel pengamatan
IKG dihitung sesuai rumus
Hati ikan di ambil diukur panjangnya, ditimbang, dicatat Hepatosomatik Indeks (HSI) dihitung sesuai rumus
Usus ikan di ambil lalu diukur panjangnya
Dilakukan perhitungan fekunditas dengan metode volumetrik, pengamatan diameter telur dan letak inti telur.
3.1 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini, seperti pada bagan
berikut :
Usus ikan diurut sampai keluar isinya, ditambahkan akuadest, diaduk rata.
Dicatat pakan yang terkandung dalam isi usus ikan pada tabel pengamatan
Dihitung IPi, E, Tp, B sesuai rumus.
Gambar 2. Bagan Prosedur Kerja