Bab-1-rtrw payakumbuh.doc

55
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH KEGIATAN : BINTEK PENYUSUNAN RTRW KOTA BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2010-2030 | 1.1 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KOTA PAYAKUMBUH Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh 2010 – 2030 di dasarkan atas perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, seperti : a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah b. Undang – Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air c. Undang – Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang d. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) e. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah f. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah g. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang h. Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tentang pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah j. Permen PU No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, 1

Transcript of Bab-1-rtrw payakumbuh.doc

AB 1

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW

KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2010-2030 |

1.1 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KOTA PAYAKUMBUH

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh 2010 2030 di dasarkan atas perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, seperti :a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

b. Undang Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

c. Undang Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

d. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

e. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah

f. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah

g. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang

h. Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tentang pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang,

i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah

j. Permen PU No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,

k. Permen PU No. 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Subtansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya.

l. Permen PU No. 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

m. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

n. Perada No. 5 Tahun 2001, tentang Retribusi IMB

o. Perda No. 3 Tahun 2003, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan Lembaga Teknis Pemerintah.

p. Perda No. 13 Tahun 2003 tentang Retribusi Atas Perencanaan Lingkungan (Advice Planning).

q. Perda No. 18 Tahun 2003 tentang RUTR Kota Payakumbuh

r. Perda No. 3 Tahun 2006, tentang Penetapan Kawasan Agrowisata dan Jalur Hijau dalam daerah Kota Payakumbuh.1.2 PROFIL WILAYAH KOTA PAYAKUMBUH1.2.1 Gambaran Umum1.2.1.1 Letak Geografis

Kota Payakumbuh terletak di Propinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kota Payakumbuh terletak pada posisi 000-100sampai dengan 00-17 LS dan 1000 35 sampai dengan 1000-48 BT dengan luas wilayah + 80,43 Km2 atau setara dengan 0,19 % dari luas Propinsii Sumatera Barat. Jarak Antara Kota Payakumbuh ke Kota dalam Propinsi Sumatera Barat

Payakumbuh Padang

33 Bukittinggi (Km)

52

19 Padang Panjang (Km)

72

39

20 Sicincin (Km)

89

56

37 17 Lubuk Alung (Km)

124

91

72 52 35 Padang (Km)

Payakumbuh Lintau Batusangkar

8Simpang Zipur Pd. Mangatas (Km)

12

4 Pakan Rabaa (Km)

18

10

6 Halaban (Km)

31

23

13 13 Lintau (Km)

49

41

29 29 18 Setangkai (Km)

62

54

44 44 28 13 Batu Sangkar (Km)

Posisi dan letak Kota Payakumbuh yang sangat strategis hal ini dapat dilihat dari aksesbilitas Sumbar-Riau. Kota Payakumbuh merupakan pintu gerbang masuk dari arah Pekan Baru (sebagai PKN), serta menuju kota-kota besar di Sumatera Barat , seperti Kota Bukittinggi sebagai pusat koleksi dan distribusi perdagangan skala regional yang juga berfungsi sebagai salah satu kawasan strategis/andalan berdasarkan RTRWN dan RTRWP beserta menuju Kota Padang serta kota-kota lainnya.Berbagai jenis angkutan penumpang dan barang sangat ramai melewati Kota Payakumbuh, dimana secara spatial Kota Payakumbuh ke Kota Pekanbaru memiliki jarak 188 km atau dapat ditempuh dengan waktu 4,5 jam perjalanan dengan angkutan pribadi, sedangkan jarak Kota Payakumbuh ke Kota Padang dapat ditempuh dengan waktu 2,5 3 jam perjalanan atau dengan panjang 124 km, atau sama halnya jarak tempuh Kota Payakumbuh ke Bandara Internasional Minangkabau dan kawasan Pelabuhan laut Teluk Bayur.

1.2.1.2 Wilayah Adminstratif

Secara administrasi Kota Payakumbuh memiliki batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Harau dan Kecamatan Payakumbuh

Kabupaten Lima Puluh Kota.

Sebelah Selatan : Kecamatan Luhak dan Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota

Sebelah Barat: Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan

Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota

Sebelah Timur : Kecamatan Luhak dan Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh

Untuk lebih jelasnya peta orientasi dan letak administrasi Kota Payakumbuh dapat dilihat pada gambar 2-1 dan gambar 2-2.Kota Payakumbuh memiliki luas 80,43 Km2 atau sama dengan 0,19% dari luas Propinsi Sumatera Barat, untuk mengetahui perbandingan luas Kota Payakumbuh terhadap kota dan kabupaten lain di Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1-1. Luas Wilayah Kota/ Kabupaten Lain di Sumatera Barat

Kabupaten/ KotaLuas (Km2)Presentase

Kota

Padang

Solok

Sawah Lunto

Padang Panjang

Bukittingi

Payakumbuh

Pariaman

Kabupaten

Kepulauan Mentawai

Pesisir Selatan

Solok

Sawah Lunto Sijunjung

Tanah Datar

Padang Pariaman

Agam

Lima Puluh Kota

Pasaman

Dhamasraya

Pasaman Barat694,9657,64

273,45

23,00

25,24

80,43

73,36

6..011,35

5.794,95

3.738,00

3.130,80

1.336,00

1.328,792.232,30

3.354,30

4.447,63

2.961,13

3.387,771,64

0,14

0,65

0,05

0,06

0,19

0,17

14,21

13,70

8,84

7,40

3,16

3,14

5,28

7,93

10,52

7,00

8,01

42.297,21100,00

Sumber : Sumbar Dalam Angka Tahun 2009Gambar 1-1. Orientasi Wilayah KOta PayakumbuhGambar 1-2. Wilayah Administrasi Kota Payakumbuh1.2.1.3 Klimatologi

A. Tipe Iklim

Tipe iklim di Kota Payakumbuh ditinjau dari beberapa system klasifikasi yang berlaku di Indonesia.

a. Berdasarkan system klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, wilayah studi tergolong pada tipe iklim A (sangat basah). Iklim tipe A adalah iklim hujan tropis dengan nilai Q antara 0.00 0.143.

b. Menurut system klasifikasi iklim W. Koppen wilayah studi termasuk iklim tipe afa. Tipe afa dicirikan dengan iklim hujan tropis dengan suhu normal, bulan terdingin diatas 18 C dan suhu bulan terpanas di atas 22 C.

c. Berpedoman pada system klasifikasi iklim zona agroklimat yang dipublikasikan oleh Oldeman Irsal Las dan S.N.Darwis (1979) dalam An agroclimatic map of Sumatera wilayah studi tergolong pada zona agroklimat D1. Zona agrolimat D1 mempunyai bulan basah (curah hujan diatas 200 mm) berturut-turut sebanyak 3 4 bulan dan bulan kering (curah hujan di bawah 100 mm) berturut-turut kurang dari dua bulan. Tabel 1-2. Tipe Iklim dan Tipe Hujan di Kota Payakumbuh

Stasiun Pengamat HujanElovasi

(m dpl)Tahun

PengamatanJumlah

Bulan KeringJumlah

Bulan BasahNilai

QTipe Hujan Schmidt dan FergusonTipe

Iklim

Koppen

Rata-rataMaksFrekRata-rataMaksFrek

Payakumbuh512201,1329,31130,12AAfa

Sumber : FH. Schmidt and J.H.A Ferguson. 1951. Rainfall Types Based On Wet And Day Preiods Ratio for Indonesia With Western New Guine. Verhodelingon. 42B. Curah Hujan dan Suhu Udara

Curah hujan dan suhu udara merupakan unsur-unsur iklim yang penting yang mempengaruhi kondisi iiklim suatu wilayah. Informasi mengenai kedua unsur iklim ini diperoleh dari stasiun klimatologi Tanjung Pati milik Dinas Pengelolaan SAumber Daya Air Propinsi Sumatera Barat dengan waktu pencatatan enam tahun (2000 2005) seperti tertera pada Tabel 1.1. Berdasarkan pada tabel 1.2 mewujudkan bahwa curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.208 mm dengan jumlah hari hujan 176. Curah hujan rata-rata bulanan 184 mm dengan jumlah hari hujan 15. bulan yang tergolong bulan basah adalah bulan September sampai bulan April, sedangkan bulan dengan curah hujan terendah terdapat pada bulan Juni. Suhu udara rata-rata maksimum adalah 34,50 C, minimum 18,46 C dan rata-rata tahunan 26,25 C. Tabel 1-3. Data Curah Hujan dan Suhu Udara di Daerah Tanjung Pati dan Sekitarnya (Tahun 2000 2005)

NoBulanRata-Rata MaksFrek Rata-Rata Maks

Curah Hujan

(mm)Hari HujanMaksMinRata-rata

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember268

188

170

341

118

71

120

74

114

235

289

22022

15

13

22

12

9

9

8

12

16

19

1932,80

36,00

34,80

36,00

34,80

34,20

34,80

34,70

35,00

33,20

33,40

34,3022,60

21,60

19,20

20,00

20,00

16,80

17,00

16,85

17,10

16,70

16,90

16,7527,73

29,05

28,04

27,85

28,32

24,93

24,96

24,97

24,95

24,52

24,63

25,04

Rata-rata Tahunan2.20817634,5018,4626,25

Rata-rata Bulanan18415---

Sumber : Stasiun Klimatologi Tanjung Pati Dinas PSDA Propinsi Sumatera Barat1.2.1.4 Topografi dan MorpologiSecara topografis wilayah studi dapat dikelompokkan atas enam kelas kemiringan lahan, yaitu datar (0 2 %), agak landai (3 8 %), landai (8 15 %), agak curam (15 30 %), curam (30 45 %) dan sangat curam (> 45%). Secara umum Kota Payakumbuh berdasarkan kondisi topografinya dengan tingkat kemiringan (0-2%) 82,08% atau sekitar 6.601,7 Ha. Untuk lebih jelasnya distribusi tingkat kemiringan lahan di Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel VII-1.Tabel 1-4. Klasifikasi Kemiringan Lahan di Kota Payakumbuh

NoKemiringan LahanLereng (%)Kelas(Luas)

Ha%

1Datar0-2A6,601.7 82.08

2Agak Landai2-8B 304.0 3.78

3Landai8-15C 588.8 7.32

4Agak Curam15-30D 112.6 1.40

5Curam30-45E 298.4 3.71

6Sangat Curam45-60F 137.5 1.71

Luas 8,043.0 100.00

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009Area Kota Payakumbuh 80,43 km2 (8043 ha) terletak di utara gunung api podam (G.Malintang, 2262 m dpl). Elevasi Kota Payakumbuh, sekitar 500 m dpl, dibedakan atas dua satuan morfologi, yaitu satuan dataraan dan satuan perbukitan. Satuan morfologi dataran dengan luas 7423,75 ha atau 92,30 % menempati bagian terjal hingga ke batas utara kota, mencakup Kecamatan Payakumbuh Barat, Payakumbuh Timur, Payakumbuh Utara dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagari.

Satuan morfologi perbukitan menempati bagian selatan yaitu Kecamatan Payakumbuh Selatan.Secara menyeluruh morfologi (bentang alam) Kota Payakumbuh memeiliki relief dengan kemiringan lereng beragam dari 0 % (datar) hingga lebih dari 40 % (curam). Kelerengan 0% s/d 15 % dengan klasifikasi datar hingga landai. Pada satuan morfologi dataran, menempati terbesar area yaitu 92,30 %. Sisanya, relief satuan perbukitan yaitu 7,70 % area, menempati bagian selatan (lihat peta kelerengan). Berpedoman pada system klasifikasi landform sesuai dengan tanah yang dikemukakan oleh Marsoedi, Widigdo dan S. Hardjo Wigeno (1995), wilayah Kota Payakumbuh dapat dikelompokkan atas tiga kelompok utama landform, yaitu :

a. Grup Aluvial

Grup alluvial (A) merupakan landform muda (resend an sub resen) yang terbentuk melalui proses fluvial atau aktivitas sungai ataupun gabungan dari proses alluvial dan koluvial. Proses alluvial berasal dari sungai yang terdapat di Kota Payakumbuh, yaitu Sungai Batang Agam dan Batang Sinamar. Grup Aluvial di wilayah studi diturunkan menjadi sub grup dataran alluvial dan dataran alluvial koluvial. Bentuk wilayah datar sampai berombak dengan kemiringan lahan datar (0 2 %) dan agak landai (2 8 %).

Gambar 1-3. Kemiringan Lereng Kota Payakumbuhb. Grup Angkatan / Lipatan

Grup angkatan / lipatan terbentuk sebagai akibat berlangsungnya proses pengangkutan dan pelipatan karena adanya gaya endogen / hipogen. Di wilayah studi landfom ini membentuk wilayah perbukitan (hilly) dan perbukitan kecil terpisah (isolated hillocky) dengan kemiringan lahan bervariasi dari landai (8 15 %) sampai sangat curam (45 60 %).

c. Grup vulkanik

Grup vulkanik (V) merupakan landform yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik / gunung berapi dari Gunung Melintang. Landform ini tersebar dengan luasan relative kecil di sebelah selatan Kota Payakumbuh dan termasuk sub group lereng bawah vulkanik (volcano lower slope) yang merupakan akumulasi bahan vulkanik.1.2.1.5 Kondisi Geologi, Jenis Tanah dan GeomorpologiA. Geologi

Material padat pembentuk permukaan Kota Payakumbuh terdiri dari : humus, soil (tanah), alluvial (sungai dari farmasi sedimen), metamorphosis (malihan), vulkanik dan intrusi (terobosan).Pembentukan dan penyebaran material tersebut merupakan hasil dari berbagai proses yang berasal dari dalam bumi (endogen) dan dari luar (exogen).

Berbagai proses dalam mencakup tektonik dan vulkanisme (kegunungapian). Berbagai proses dari luar terdiri dari : pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi.

Secara regional Kota Payakumbuh terletak pada suatu ketidak menerusan patahan (sesar), yaitu diantara ujung tenggara Sesar Mengani dan ujung barat laut sesar Sungai Takung di Gunung Malintang. Pada berbagai studi geologi yang pernah dipublikasikan, tidak ditunjukkan kehadiran sesar (patahan) di area Kota Payakumbuh.

Peta Kota Payakumbuh secara menyeluruh berbentuk mendekati segiempat dengan panjang sisi-sisinya 8 km dan 10 km. Diagonal pada segiempat itu dalma arah barat daya-timur laut sepanjang 12 km. Terdapat 7 alur air (sungai) yang menorah mukabumi Kota Payakumbuh. Ke-7 alur sungai itu membentuk jaringan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Kuantan yang bermuara ke perairan Selat Malaka di Pantai timur Laut Pulau Sumatera.

Menurut peta geologi bersistem, Sumatera lembar Solok (0815), skala 1 : 250.000 (P.H. Silitongan dan Kastowo, 1995), secara petrografi wilayah studi terbentuk dari komposisi batuan endapan alluvium dan kluvium yang membentuk dataran alluvium dan koluvial. Batuan sedimen bersifat masam membentuk wilayah perbukitan di sebelah barat wilayah Kota Payakumbuh. Batuan vulkanik yang berasal dari erupsi Gunung Melintang di sebelah selatan membentuk daerah vulkanik yang luasnya relative kecil. Batuan vulkanik ini terbentuk pada periode kuarter (Qpt) yang terdiri dari tufa batu apung, tuf abu, lapili bersifat kukuh, relative dan andesit yang berasal dari Gunhg Melintang.Urutan tataletak material padat penyusun bentang alam Kota Payakumbuh secara stratigrafis adalah sebagai berikut :

1) Humus dan Soil (tanah) ; dengan ketebalan beragam dari beberapa sentimeter hingga beberapa meter.

2) Aluvial sungai (Q al) terdiri dari ; lempung, pasir, kerikil dan bongkah batuan beku dan kwansit, diendapkan disepanjang dataran banjir. Ketebalan bervariasi dapat mencapai puluhan meter.

3) Seimen Formasi Brani (Tob) : Konglomerat kasar beraneka ragam dengan sisipan batu pasir. Komponen dari konglomerat kasar terdiri dari : kwansit, granit, filit dan batu gamping. Tersementasi dengan baik, dan secara lokal ada yang terbersikkan. Ketebalan formasi brani 600 m, berumur oligosen dan hubungan secara manjari-jemari (intenfingering) dengan sedimen formasi sangkarewang.

4) Malihan, anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan (PCks) : mayoritas terdiri dari serpih dan filit kemerahan sampai coklat tua menandung sisipan tipis batusabak kelabu, kwansit, batu lanan, rijang kelabu dan lava andesit sampai basalt. Pada kontak dengan batuan intrusi, PCks bermalih menjadi sekis, genes dan batu tanduk.PCks berhubungan secara menjari-jemari (interfingering) dengan PCkl dan PCkg, dengan tebal keseluruhan mencapai 5000 m, berumur Permo-Karbon.

5) Malihan, anggota batu gamping formasi kuantan (PCkl) : Batu gamping pejal, berongga, putih kelabu hingga kemerahan. Mengandung sisipan tipis batusabak, filit, serpih terkensikkan dan kwansit. Umumnya membentuk topografi kasar, berumur karbon. Di Kota Payakumbuh, material PCks dan PCkl, tersingkap (exposed) di batas barat daya kota, dan menjadi salah satu objek wisata digua Nagalau Indah.

6) Volkanik : Tufa batuapung (Qpt) ; terdiri dari batuapung putih kekuningan, berdiameter s/d 10 cm didalam massa dasar kaca kelaran bekomposisi riolit. Secara lokal, dibagian bawah Qpt mencapai ratusan meter, berumur kwaiter, dan merupakan mayoritas material penyusun permukaan Kota Payakumbuh.

7) Volkanik : Andesit Gunung Malintang (Qamg) : Breksi andesit sampai basalt, aglomerat, pecahan lava berongga, endapan lahan dan lava. Merupakan material dan kegiatan gunung api malintang, diselatan Kota Payakumbuh nberumur Kwaiter.

8) Volkanik : Andesit sampai basalt (Ta) : aliran lava yang tak dipisah, breksi, aglomerat dan batuan hipabisal berkomposisi andesit sampai basalt. Berumur miosen (Tersier atas). Tersingkap dibarat daya perbukitan batugamping (PCkl) dibatas barat daya Kota Payakumbuh.

Data struktur geologi yang ada di Kota Payakumbuh, hanya satu kedudukan struktur lapisan pada sedimen formasi brani yaitu sudut kemiringan (dip) lapisan 250 dengan atah kemiringan (dip direction) kearah selatan dilereng utara Gunung Malintang (Silitonga Kastowo,1975).Data perihal kehadiran struktur patahan (sesar) maupun kekar (joint), nihil.

Namun, data regional memperlihatkan bahwa Kota Payakumbuh di kelilingi oleh tiga zona patahan besar yaitu :

a. Zona Patahan Mangani ; 12 km di barat laut Kota Payakumbuh

b. Zona Patahan Sungai Takung ; 15 km di tenggara di balik gunning malintang

c. Zona Patahan Sungai Pakis ; 35 km di timur laut Kota Payakumbuh.

Ketiga zona patahan tersebut, diluar wilayah administrasi Kota Payakumbuh, namun hal tersebut diatas perlu diantisipasi sebagai kawasan yang akan terkena dampak sebagai kawasan evakuasi bencana alam, dari wilayah sekitarnya.

B. Tanah

Klasifikasi tanah yang digunakan mengikuti system klasifikasi tanah dari pusat penelitian tanah (1983) dan disetarakan dengan system klasifikasi tanah soil Taaconomy (2006) dan system FAO-UNESCO (1990). Berdasarkan system klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah (1983), di Kota Payakumbuh terdapat (9) sembilan macam tanah yaitu : Aluvial Distrik, Aluvial Gleiik, Kambisol Gleiik, Kambisol Distrik, Kambisol Litik, Podsolik Ortik, Podsolik, Podsolik Humik, Latosol Humik. Klasifikasi tanah berdasarkan sistem klasifikasi tanah yang berlaku di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1-5. Klasifikasi Tanah di Kota Payakumbuh Menurut Berbagai Sistem Klasifikasi Tanah Yang Berlaku di Indonesia

NoPusat Penelitian Tanah(1983)Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2006)FAO-UNESCO

1Aluvial DistrikTypic UdifluventsDystric Fluvisols

2Aluvial GleikAquic UdifluventsGlegic Fluvisols

3Gleisol HidrikTypic EndoaqueptsHydric Gleysols

4Kambisol DistrikTypic DystrudeptsDystric Cambisols

5Kambisol GleikAquic DystrudeptsGlegic Cambisols

6Kambisol LitikLithic DystrudeptsLithic Cambisols

7Podsolik OrtikTypic HapludultsHaplic Acrisols

8Podsolok HumikTypic HaplohumaltHumic Acrisols

9Latosol HumikOxic DystrudeptsHumic Ferralsols

Sumber ; Hasil Analisis, Tahun 2009Berdasarkan pada unsur-unsur penyusunan satuan peta tanah (SPT) yang terdiri dari beberapa macam tanah, kemiringan lereng, posisi fisiografi dan bahan induk tanah terdapat 15 satuan peta tanah. Sebanyak 15 satuan peta tanah tersebut disajikan pada tabel berikut ini dan pembagian dari masing-masing satuan peta tanah dapat dilihat pada gambar berikut.

1. Aluvial

Tanah alluvial merupakan tanah mineral yang belum mengalami perkembangan horizon. Bahan induk tanah berasal dari endapan alluvium sungai terutama Sungai Batang Agam dan Sungai Sinamar. Tanah ini tersebar pada satuan fisiografi yaitu dataran alluvial dengan kemiringan lereng adalah datar (0 -2 %). Pemanfaatan lahan saat ini adalah areal persawahan, permukiman dan ladang / kebun campuran. Jenis tanah alluvial di wilayah studi dikelompokkan dua macam tanah yakni alluvial distrik dan alluvial gleik

Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase tanah sedang sampai sangat terhambat, permeabelitas tanah sedang sampai lambat dan tanah agak dalam (60 80 cm). tekstur tanah bervariasi lempung ;iat dan lempung liat berdebu. K2O total rendah, K dapat ditukar rendah, P total sedang dan P tersedia sangat rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) rendah. Reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah rendah.

Tabel 1-6. Satuan Peta Tanah (SPT) di Kota Payakumbuh

SPTJenis TanahLereng (%)Posisi FisiografiBahan Induk TanahLuas

Ha%

1Aluvial DistrikDatar (0 - 2)Dataran AluvialEndapan aluvial sungai423.065.26

2Aluvial GleiikDatar (0 - 2)Dataran AluvialEndapan aluvial sungai754.439.38

3Kambisol GleiikDatar (0 - 2)Dataran AluvialEndapan aluvial & koluvium2,767.6034.41

4Gleisol HidrikDatar (0 - 2)DataranTufa batu apung2,538.3731.56

5Kambisol DistrikDatar (0 - 2)DataranTufa batu apung118.231.47

6Kambisol GleiikAgak landai (2 - 8)Dataran aluvial-koluvialEndapan aluvium dan koluvium304.033.78

7Kambisol DistrikLandai (8 - 15)Perbukitan kecilBatuan sedimen58.710.73

8Kambisol DistrikLandai (8 - 15)Perbukitan kecilTufa batu apung86.061.07

9Padsolik OrtikLandai (8 - 15)Lereng Bawah PerbukitanBatuan sedimen186.602.32

10Padsolik HumikAgak curam (15 - 30)PerbukitanBatuan sedimen112.601.4

11Padsolik HumikCuram (30 - 45)PerbukitanBatuan sedimen171.322.13

12Padsolik HumikSangat curam (45 - 60)PerbukitanBatuan sedimen84.451.05

13Kambisol LitikSangat curam (45 - 60)Perbukitan terpisahBatuan vulkanik & Intrusi53.080.66

14Latosol HumikLandai (8 - 15)Lereng bawah vulkanikBatuan vulkanik257.383.2

15Latosol HumikCuram (30 - 45)Lereng bawah vulkanikBatuan vulkanik127.081.58

Total8,043.00100

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2009

2. Gleisol

Tanah gleik merupakan tanah mineral yang selalu tergenang air dan tanahnya belum matang (unriped soil). Bahan induk tanah berasal dari bahan tufa batu apung. Tanah ini tersebar pada satuan fisiografi. System dataran dengan kemiringan lahan datar (0 2 %) koluvial. Jenis tanah gleisol diwilayah studi dikelompokkan pada gleisol hidrik.

Sifat dan karakteris tanah dicirikan dengan drainase tanah sangat terhambat, permeabilitas tanah sangat lambat dan kedalaman tanah agak dalam (51 75 cm). tekstur tanah halus (liat, lempung liat dan liat berdebu). K2O total sedang, P total sedang dan P tersedia rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan basa (KB) rendah. Kandungan C-Organik tergolong sedang dan reaksi tanah sangat masam (Ph < 4,5). Status kesuburan tanah tergolong rendah.

3. Kambisol

Tanah kambisol merupakan tanah yang sedang berkembang dengan horizon, penciri horizon kambik atau horizon A umbuik atau molik tanpa memperlihatkan gejala hidromorfik. Bahan induk tanah ada yang berasal dari batuan sediment masam dan ada yang dari tufa batu apung. Secara fisiografis tanah ini tersebar pada satuan fisiografis dataran berombak alluvial-koluvial, lereng bawah perbukitan, dataran vulkanik dan perbukitan terpisah dengan kemiringan lahan bervariasi dari agak landai (3 8 %), landai (8 15 %), curam (30 45 %) dan sangat curam (> 45%). Tanah kambisol di wilayah studi dikelompokkan atas tiga macam tanah yaitu kambisol distrik, kambisol gleik dan kambisol litik.

Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase sangat terhambat baik, permeabelitas tanah sangat lambat agak cepat dan tekstur tanah lempung liat, lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir. Kedalaman tanah bervariasi dari cukup dangkal (30 50 cm) sampai agak dalam (51 75 cm). Kandungan K2O total rendah sedang, P total rendah sedang, dan P tersedia rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan basah (KB) rendah. Kandungan C-organik rendah sedang dan reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah tergolong rendah.

4. Padsolik

Tanah padsolok merupakan tanah mineral yang mempunyai horizon argilik dan kejenuhan basa kurang dari 35%. Bahan induk tanah berasal dari batuan sediment masam. Secara fisiografis tanah ini tersebar pada dataran fisiografis perbukitan dan perbukitan dalam pola rendah. Tanah pasolik di wilayah studi di kelompokkan atas dua macam tanah yakni Padsolok ortik dan padsolik humik.

Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase tanah sedang, permeabelitas tanah sedang dan kedalaman tanah tergolong dalam (100 120 cm). tekstur halus (liat dan liat berdebu). Kandungan K2O total sedang, kandungan P-total rendah sedang dan P-tersedia rendah. Kapasitas takar kation (KTK) rendah sedang dan kejenuhan basa (KB) rendah sedang. Kandungan C-organik rendah tinggi dan reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah tergolong rendah.

5. Latosol

Tanah latosol merupakan tanah mineral yang telah berkembang. Bahan induk tanah berasal dari batuan vulkanik. Penyebaran tanah ini secara fisiografis terdapat pada lereng bawah vulkanik. Pemanfaatan lahan saat ini merupakan ladang dan kebun campuran. Jenis tanah latosol di wilayah studi termasuk pada tingkat tanah latosol humik.

Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase tanah baik, permeabilitas tanah agak cepat dan saluran tanah dalam (100 120cm). Tekstur tanah halus (liat berdebu sampai liat), kandungan K2O total tinggi, P total dan P tersedia rendah. Kapasitas takar kation (KTK) tinggi dan kejenuhan basa (KB) sedang. Kandungan C-organik tinggi dan reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah tergolong rendah.

Sifat dan karakteristik tanah untuk masing-masing satuan peta tanah (SPT) yang ada di wilayah administrasi Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel I-7.C. Geomorfologi

Geomorfologi (pola bentang alam) Kota Payakumbuh, hampir monoton, yaitu sebagai dataran (92,30 %). Hanya 7,70 % sebagai perbukitan dengan elevasi maksimum + 825 m dpl. Seluruh perbukitan terletak di batas barat daya dan selatan Kota payakumbuh, dan tidak/belum signifikan untuk perkembangan Payakumbuh sebagai suatu kota cirri geomorfologi paling menonjol adalah jaringan alur sungai yang secara umum mengalir dari barat daya ke timur laut dan bergabung ke Batang Sinamar. Ke-7 alur sungai di Kota Payakumbuh yaitu Batang Lampasi, Batang pulau, Batang Agam, Batang Sikdi, Sungai talang, Sungai Baih, dan Batang Sinamar.

Sepanjang alur-alur sungai demikian merupakan tempat alumulasi endapan alluvial yang membentuk dataran alluvial. Namun, mayoritas material pembentuk dataran Kota Payakumbuh adalah hasil kegiatan gung api (lihat peta geologi).

Tabel 1-7. Sifat dan Karakteristik Tanah Yang Terdapat di Kota Payakumbuh

Gambar 1-4. Peta Jenis Tanah Kota Payakumbuh

1.2.1.6 Hidrologi

Dikota Payakumbuh juga memiliki sumber air baku yang cukup potensial, adalah sebagai berikut :

Sungai Batang Agam

Merupakan sumber air yang berasal dari air permukaan dengan debit air mencapai 3,38 m3/detik sampai 6,30 m3/detik. Sedangkan pada saat kemarau debit air sebesar 4,40 m3/detik.

Mata Air Bulakan

Mata air ini berada di Kelurahan Limbukan, Kecamatan Payakumbuh Barat. Selain sebagai sumber air baku, mata air ini juga dimafaatkan untuk lahan pertanian dan perikanan. Sumber air mempunyai tiga buah outlet dari dua bangunan penangkap mata air tersebut dengan debit sebesar 325 liter/detik.

Sungai Batang Lampasi

Sungai ini mengalir melewati Kelurahan Koto Panjang, Sungai Durian, Payonibung, Talawi, Balai Betung dan Kelurahan Tanjung Enau. Sungai ini dimanfaatkan sebagai kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan

Sungai Batang Sinamar1.3 Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia

1.3.1 Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Dalam suatu perencanaan sangat erat kaitannya dengan jumlah dan perkembangan penduduk, dimana perencanaan dilakukan berorientasi pada kebutuhan penduduk. Penduduk dengan jumlah yang terus bertambah dan kegiatannya yang kompleks sementara lahan yang tersedia terbatas maka perencanaan sangat berperan untuk mengatur penduduk dan kebutuhan terhadap segala kegiatannya yang kompleks.

Perkembangan wilayah tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan sangat dipengaruhi oleh dinamika dari berbagai hal, terutama aktivitas yang terdapat di dalam maupun di sekitar wilayah tersebut. Aktivitas yang beraneka ragam dapat menentukan tingkat dinamika suatu wilayah. Dalam hal ini, aspek yang paling mempengaruhi aktivitas adalah penduduk karena mereka adalah pelaku utama dari aktivitas itu sendiri, selain juga dipengaruhi oleh aspek sumber daya alam dan aspek-aspek penting lainnya.

Dengan memperhatikan dinamika wilayah, maka dalam suatu rencana tata ruang wilayah perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan penduduknya. Hal ini diperlukan agar dapat diperoleh informasi dasar untuk suatu pengembangan wilayah. Dengan mengetahui kondisi penduduk suatu wilayah secara menyeluruh maka selanjutnya dapat diperkirakan mengenai tingkat kebutuhan dan kepentingan penduduk yang harus dipenuhi berdasarkan potensi-potensi yang ada baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Hal ini penting untuk diperhatikan karena penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan itu sendiri. Gambar 1-5. Peta Hidrologi Kota Payakumbuh

Tabel 1-8. Kepadatan Penduduk/Kelurahan

Jumlah penduduk Kota Payakumbuh mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah 101.878 jiwa sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 105.994 jiwa. Trend pertumbuhan penduduk di berdasarkan data BPS dan Data Monografi Kecamatan penduduk tahun 2003 sampai tahun 2008 menunjukkan bahwa perkembangan penduduk Kota Payakumbuh tumbuh secara linier. Walaupun pada tahun tahun 2006 pada Kecamatan Limposi Tiga Nagari mengalami penurunan namun pada tahun selanjutnya terjadi peningkatan jumlah penduduk tiap kecamatan yang ada di Kota Payakumbuh. Hal ini mengindikasikan telah terjadinya perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota, yang mengindikasikan telah terjadinya perubahan fungsi lahan dari kegiatan yang memiliki nilai ekonomis rendah ke nilai lahan yang lebih tinggi.

Tabel 1-9. Pertumbuhan Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2003 - 2008

Uraian Penduduk Kota Payakumbuh

Tahun200320042005200620072008

Jumlah Penduduk (Jiwa)101878102540103330104146104969105994

Pertumbuhan (%) 0.65 0.74 0.82 0.79 0.98

Pertumbuhan rata-rata (%) 0.80

Sumber : Hasil Analisis Tahun 20091.3.1.1 Persebaran dan Kepadatan PendudukLuas Wilayah Kota Payakumbuh yang mencapai 80,43 km memiliki kepadatan 1275 jiwa/km (tahun 2004) dan meningkat menjadi 1.318 jiwa/kmpada tahun 2008. Dengan demikian selama periode 2004-2008 terdapat kenaikan kepadatan penduduk di Wilayah sarbagita rata-rata 1,65 persen setahun. Khusus kawasan perkotaan Kota Payakumbuh dengan luas 8043 ha kepadatan yang terjadi adalah sebesar 13 jiwa/ha.

Kota Payakumbuh memiliki kepadatan penduduk tertinggi yakni 22 jiwa/ha, sedangkan wilayah lainnya relatif masing di bawah 15 jiwa/ha, kecuali Kecamatan Payakumbuh Utara (18 jiwa/ha), dan dapat dilihat pada tabel IV-1. Kepadatan penduduk tinggi di Wilayah Kota Payakumbuh, khususnya Kecamatan Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Timur memungkinkan wilayah ini menjadi dominan dibandingkan wilayah-wilayah lainnya di Kota Payakumbuh yang ditunjukkan oleh derasnya arus migran masuk ke wilayah ini dibandingkan dengan kecamatan lainnya seperti Payakumbuh Selatan dan Kecamatan Lamposi Tiga Nagari sebagai kecamatan baru defenitif pada tahun 2009. Hal ini akan berdampak pada ketimpangan demografis yang berlanjut pada ketimpangan ekonomi.

Tabel 1-10. Kepadatan Bruto Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2004-2008

No.KecamatanLuas (Ha)2004 (jiwa/ha)2005 (jiwa/ha)2006 (jiwa/ha)2007 (jiwa/ha)2008 (jiwa/ha)

JumlahDensityJumlahDensityJumlahDensityJumlahDensityJumlahDensity

1.Payakumbuh Barat1,90840517214062021408182140960214131022

2.Payakumbuh Timur2,273205239214189217891021953102216710

3.Payakumbuh Utara1,45325700182589118260691826255182668018

4.Payakumbuh Selatan1,4677759575655760957742578685

5.Lamposi Tigo Nagari9428041978368786188059979698

Jumlah8,0431025401310333013104146131049691310599413

Apabila penggunaan lahan bangunan didefenisikan sebagai kawasan permukiman maka kepadatan netto Kota Payakumbuh pada tahun 2008 sebesar 62 jiwa/ha, angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat kepadatan netto Kota Payakumbuh pada tahun 2004 sebesar 64 jiwa/ha.

Gambar 1-6. Peta Perkembangan kepadatan penduduk Eksisting Kota Payakumbuh

1.3.1.2 Struktur Dan Karakteristik Penduduk

1.3.2 Penduduk Menurut Umur

Pada tahun 2008 enduduk Kota Payakumbuh adalah sebanyak 105.994 jiwa, dimana jumlah penduduk produktifnya (usia 1564 tahun) adalah sebesar 55% dari jumlah penduduk keseluruhan, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif (usia 65+ tahun) dimana sebesar 35% maka akan diperoleh hasil dependency ratio yaitu sebesar 64%. Dapat diartikan bahwa setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung 64 orang penduduk dengan usia non produktif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beban tanggungan penduduk produktif di Kota Payakumbuh relative rendah, sehingga dapat berdampak kepada tingkat kesejahteraan penduduknya. Lebih jelasnya struktur umur Kota Payakumbuh berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1-11. Struktur Penduduk Kota Payakumbuh Berdasarkan Kelompok Umur Di Kota Payakumbuh Tahun 2008

No.Kelompok UmurJumlah (Jiwa)(%)

10-410,62910.03

25 -910,4139.82

310 -1411,01010.39

415-1910,62910.03

520-247,0516.65

625-297,6517.22

730-348,3437.87

835-396,7226.34

940-448,5818.10

1045-497,8667.42

1150-545,7525.43

1255-594,1023.87

1360-642,1782.05

1465+5,0674.78

Jumlah105,994100.00

Sumber : Kota Payakumbuh Dalam Angka Tahun 20091.3.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jumlah penduduk angkatan kerja di Kota Payakumbuh pada tahun 2008 adalah 48.298 jiwa, 44.972 jiwanya adalah penduduk yang sudah bekerja artinya 93% dari penduduk angkatan kerja sudah mempunyai pekerjaan diberbagai lapangan usaha. Diketahui lebih dari 34% dari jumlah penduduk yang bekerja bermata pencaharia pada sektor perdagangan dan jasa, rumah makan, dan hotel. Dan hanya 11,10% bermata pencaharian di sektor industri.

Tabel 1-12. Jumlah Presentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kota Payakumbuh

No.Lapangan UsahaJumlah %

1Pertanian8,84019.66

2Industri4,99311.10

3Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel15,31534.05

4Jasa Kemasyarakatan10,17222.62

5Lainnya5,65212.57

Jumlah44,972100.00

Sumber : Kota Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2009Jumlah penduduk angkatan kerja di Kota Payakumbuh yang sudah bekerja lebih dominan, dimana jumlah pengaguran didaerah ini relative rendah yaitu sebanyak 6,8% dari jumlah angkatan kerja. Artinya tingkat perekonomian dan kesejahteraan penduduk di Kota Payakumbuh cukup berkembang dengan baik, yang tidak bertumpu lagi pada sektor pertanian melainkan telah berkembang pada sektor perdagangan dan jasa. Adanya koordinasi dari pihak pemerintah daerah dengan swasta sudah cukup baik, sehingga cukup tersedianya lapangan pekerjaan di Kota Pakumbuh yang dapat mengurangi angka pengangguran.

1.3.4 Penduduk Menurut Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat partisipatif penduduk terhadap pendidikan di Kota Payakumbuh dapat dilakukan dengan membadingkan jumlah usia sekolah dengan jumlah siswa yang sekolah. Hal ini dianggap penting mengingat pendidikan merupakan faktor yang berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas pada suatu wilayah. Suatu wilayah dapat berkembang dengan pesat jika dikelola dengan sumber daya yang terampil, sebaliknya jika suatu wilayah memiliki SDM yang tidak berkualitas dalam mengelola wilayahnya maka dengan sendirinya wilayah tersebut akan mengalami ketertinggalan. Tabel berikut menjelaskan tingkat partisipatif penduduk di Kota Payakumbuh terhadap pendidikan :Tabel 1-13. Tingkat Parsipatif Penduduk Kota Payakumbuh

No.Tingkat PendidikanUsia (Tahun)Jumlah Penduduk ( Jiwa )Tingkat Partisipatif

1TK5-63,77863.5

2SD7-1212,762118.6

3SLTP13-157,061102.3

4SLTA16-187,023110.9

Sumber : Hasil AnalisisTahun 2009Tingkat partisipatif penduduk usia SD adalah sebesar 63,5 artinya setiap 63 penduduk usia SD ada 5 orang yang tidak sekolah atau tidak terlayani oleh sarana pendidikan. Pada tingkat SMA tingkat pratisipatif penduduk adalah sebesar 110,9 yang artinya setiap 110 orang penduduk usia sekolah SMA 9 orang diantaranya tidak mengenyam pendidikan SMA.

1.3.4.1 Proyeksi Pertumbuhan PendudukBerdasarkan laju pertumbuhan penduduk Kota Payakumbuh yakni 0,8%. Proyeksi jumlah penduduk Payakumbuh 20 tahun mendatang dapat diketahui dengan menggunakan metode bunga berganda. Pertimbangan penggunaan metode tersebut berdasarkan karakteristik pertumbuhan penduduk disetiap tahunnya.

Jumlah penduduk awal yang dijadikan dasar perhitungan adalah penduduk pada tahun 2008. Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan penduduk yang digunakan adalah tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata berdasarkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2003 sampai 2008 yaitu sebesar 0,8%. Berdasarkan variabel-variabel tersebut kemudian dihitung proyeksi penduduk untuk 20 tahun mendatang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode bunga berganda yaitu menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah penduduk akan membawa konsekuensi bertambahnya tambahan jumlah penduduk.

Gambar 1-7. Pertumbuhan Penduduk Di Kota Payakumbuh Pada Tahun 2004 - 2008 Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2009

Dengan menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan sendirinya, metode ini tidak mempertimbangkan kenyataan empiris bahwa sesudah waktu tertentu (jangka panjang) derajat pertambahan relatif menurun. Oleh karena itu haruslah diingat bahwa perkembangan jumlah penduduk ternyata tidak terus menerus melampaui suatu batas tertentu. Dengan kata lain, kurva perkembangan jumlah penduduk mempunyai batas atas. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa pada tahun akhir perencanaan Tahun 2030 diperkirakan penduduk Kota Payakumbuh mencapai sekitar 126.303 Jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1-14.

Tabel 1-14. Proyeksi Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2010-2030

No.KecamatanLuas (Km2)Jumlah Penduduk Jiwa/Tahun

20102015202020252030

1.Payakumbuh Barat19.0841,97443,68045,45547,30349,225

2.Payakumbuh Timur22.7322,52323,43924,39125,38326,414

3.Payakumbuh Utara14.5327,10928,21029,35730,55031,792

4.Payakumbuh Selatan14.677,9948,3198,6579,0099,376

5.Lamposi Tigo Nagari9.428,0978,4268,7699,1259,496

Jumlah80.43107,697112,074116,629121,370126,303

Sumber : Hasil Analisis Tahun 20091.3.4.2 Proyeksi Distribusi PendudukBerdasarkan data dan hasil proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui penyebaran (distribusi) penduduk Kota Payakumbuh. Jumlah penduduk terbesar untuk tahun 2008 yaitu di Kecamatan Payakumbuh Barat, Timur dan Payakumbuh Utara. Fenomena ini memperlihatkan bahwa pada kecamatan tersebut tempat terkonsentrasinya kawasan pemukiman. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk dapat diketahui bahwa distribusi penduduk di Kota Payakumbuh Tahun 2010, 2015, 2020, 2025 dan Tahun 2030 dapat dilihat pada Tabel 1-15Tabel 1-15. Proyeksi Distribusi Penduduk Kota PayakumbuhNo.KecamatanLuas (Km2)Jumlah Penduduk Jiwa/Tahun

20102015202020252030

1.Payakumbuh Barat19.0841,97443,68045,45547,30349,225

2.Payakumbuh Timur22.7322,52323,43924,39125,38326,414

3.Payakumbuh Utara14.5327,10928,21029,35730,55031,792

4.Payakumbuh Selatan14.677,9948,3198,6579,0099,376

5.Lamposi Tigo Nagari9.428,0978,4268,7699,1259,496

Jumlah80.43107,697112,074116,629121,370126,303

Sumber ; Hasil Analisis Tahun 20091.3.4.3 Proyeksi Kepadatan PendudukBerdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk Kota Payakumbuh tahun 2008 sebesar 105.994 jiwa dan luas wilayah Kota Payakumbuh 8043 Ha, maka diketahui kepadatan rata-rata Kota Payakumbuh Tahun 2008 adalah 13 jiwa/Ha, sementara itu jika dilihat per kecamatan terlihat pola distribusi kepadatan sebagai berikut: Tingkat Kepadatan Penduduk Sangat Tinggi > 60 jiwa/Ha

Tingkat Kepadatan Penduduk Tinggi 40-60 jiwa /Ha

Kecamatan Payakumbuh Barat Tingkat Kepadatan Penduduk Sedang 20-40 jiwa/Ha

Kecamatan Timur dan Kecamatan Pakaumbuh Utara

Tingkat Kepadatan Penduduk Rendah < 20 jiwa/Ha

Kecamatan Payakumbuh Selatan dan Kecamatan Lamposi Tiga Nagari

Tabel 1-16. Proyeksi Kepadatan Penduduk Kota Payakumbuh

No.KecamatanLuas (Km2)Jumlah Penduduk Jiwa/Tahun

20102015202020252030

1.Payakumbuh Barat19082223242526

2.Payakumbuh Timur22731010111112

3.Payakumbuh Utara14531919202122

4.Payakumbuh Selatan146756666

5.Lamposi Tigo Nagari9429991010

Jumlah80431314151516

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Hal ini memperlihatkan bahwa pola komposisi kepadatan penduduk antara tahun 2010 dan 2030 mengalami perubahan, yaitu pada tahun 2030 kepadatan penduduk di beberapa kecamatan semakin meningkat sehingga tidak lagi berada dalam klasifikasi yang sama seperti pada tahun 2008. Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas diketahui bahwa kawasan pusat kota masih memiliki kepadatan tertinggi, sehingga perlu segera diantisipasi dengan kebijakan untuk menyebarkan penduduk.

1.4 Potensi Bencana AlamDibandingkan ke berbagai kota lain di Sumbar yang terletak di zona patahan, Kota Payakumbuh relative aman dari ancaman bencana alam gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan letusan gunungapi. Dan sama sekali tidak terancam dari tsunami. Namun, terdapat ancaman bencana yang berasal dari angin topan (puting beliung). Bencana alam dari angin puting beliung, berulang kali melanda Kota Payakumbuh.Salah satu bencana alam yang disebabkan oleh angin puting beliung di Kota Payakumbuh, terjadi pada Sabtu 24 Oktober 2009, diempat kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Timur. Kejadian tersebut pada sore, bersamaan dengan hujan lebat. Dalam peristiwa tersebut, 11 bangunan rusak karena atap terlepas oleh angin dan sejumlah pohon tumbang.

1.4.1 Kerawanan Terhadap Bencana Gempa Bumi

Gempabumi adalah fenomena pelepasan energi secara mendadak (kejut), dimana energy tersebut merambat sebagai gangguan (disturbances) pada material bumi penambahan gangguan ( propagition of distarbances ) tersebut berupa pola gelombang dimana tekanan (kompresi) tinggi berselang-seling dengan tekanan rendah. Merambat pada material didalam dan dipermukaan bumi. Efek dari gempa bumi terhadap material dari permukaan bumi. adalah terjadinya getaran dengan berbagai kekuatan dan arah.

Untuk Kota payakumbuh, meskipun jauh dari zona patahan yang biasa menghasilkan episentrum gempa bumi, tetap akan menerima penjalanan energi gempa bumi. Efek secara menyeluruh terhadap stabilitas wlayah Kota Payakumbuh tergantung dari 4 faktor, yaitu : sifat fisik dan keteknikan material (tanah,batu), kemiringan lereng, karakter gempa bumi, dan struktur geologi. Efek secara menyeluruh tersebut, diungkapkan sebagai tipologi kerawanan terhadap gempabumi dan kelas stabilitas wilayah.

Tabel I-17 menunjukkan matriks pembobotan untuk stabilitas wilayah Kota Payakumbuh terhadap gempa bumi. Dengan menghitung ke-4 faktor yang disetarakan ke nilai kemampuan dan pembobotan, maka untuk Kota Payakumjbuh diperoleh skor 31, yaitu termasuk kedalam zona tipologi kerawanan A, dengan kelas stabilitas kurang stabil mendekati zona aman.

1.4.2 Kerawanan Terhadap Bencana Longsor

Longsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh gravitasi dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi.

Kerawanan terhadap bencana longsor diukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah dan tingkat kerawanan karena aktivitas manusia.

Aspek Fisik Alamiah :

Dari aspek fisik alamiah, tingkat kerawanan terhadap longsor diindikasikan oleh 7 petunjuk (indikator) yaitu : kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng, curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi. Setiap indicator memiliki bobot peran yang berbeda dalam suatu peristiwa longsor. Bobot tertinggi 30 % untuk kemiringan lereng, 20 % batuan penyusun lereng, curah hujan dan kondisi tanah masing-masing 15 %, vegetasi berbobot 10 %, tata air lereng 7 % dan kegempaan 3 %.

Dan kajian hidrogeomorfologi, zona berpotensi longsor di Kota Payakumbuh adalah zona berpotensi longsor Tipe C, yaitu dataran tinggi dengan elevasi sampai 500 m diatas permukaan laut, dengan kemiringan lereng berkisar antara 00 sampai dengan 20 %. Zona berpotensi longsor Tipe C tersebut yang paling dominan yaitu 92,30 %. Di sebagian kecil area (7,70 %) Kota Payakumbuh memang terdapat perbukitan dengan ketinggian melebihi 500 m. Namun bukan kawasan yang dihuni penduduk, sehingga tidak signifikan karena tidak memuat aspek aktivitas manusia.

Dengan menghitung bobot indicator dan bobot penilaian dan membuat peringkat skor (penjumlahan) total pada nilai bobot tertimbang, maka berdasarkan aspek fisik alamiah, zona berpotensi longsor Type C untuk Kota Payakumbuh, mencapai nilai total bobot tertimbang = 1.32, yaitu tingkat kerawanan rendah. Aspek Aktivitas Manusia

Dari aspek aktivitas manusia, tingkat kerawanan terhadap longsor diindikasikan oleh 7 petunjuk (indikator) yaitu : pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng, pencetakan kolam, drainase, pembangunan kontruksi, kepadatan penduduk, dan usaha mitigasi. Bobot tertinggi masing-masing 20% untuk : penggalian dan pemotongan lereng, pembangunan konstruksi dan kepadatan penduduk. Untuk pola tanam, pencetakan kolam, drainase dan usaha mitigasi masing-masing berbobot 10 %.

Tabel VII. 27 dan Tabel VII. 28: memperlihatkan daftar kriteria dan indicator serta hitungan nilai bobot tertimbang untuk zona berpotensi longsor di Kota Payakumbuh.

Berdasarkan aspek aktivitas manusia, diperoleh total nilai bobot tertimbang = 1.90 yaitu zona berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan sedang.

Tingkat Kerawanan Pada Seluruh Aspek

Tingkat kerawanan zona berpotensi longsor Tipe C di Kota Payakumbuh, berdasarkan seluruh aspek adalah = 1.61 yaitu kerawanan tingkat rendah (lihat tabel kriteria tingkat kerawanan).Tabel 1-17. Matriks Pembobotan Stabilitas Wilayah Terhadap Gempa Bumi Di Kota Payakumbuh

No.Informasi geologiKelas Informasi Nilai KemampuanBobotSkor

1.Geologi (sifat fisik dan keteknikan batuan)Dataran aluvial sungai : lempung pasir, kerikil dan bongkah kwasit (Qal) Dataran : tufa batuan apung, lapili dan kerikil236

2.Kemiringan LerengDatar - Landai (0-15%)236

3.KegempaanMM IRitcher3515

VIII0.15-0.306.0-6.5

4.Struktur GeologiJauh dari zona sesar (10-20 km) dari zona patahan144

Total Jumlah Skor31

Sumber ; Hasil Analisis Tahun 2009, = Percepatan Gelombang (cm/dt2)Skor 31-Tipologi A

Kelas Informasi 1C ; 2A ; 3C ; 4A ( dari matrik penilaian Tipologi model terapan)

Keterangan : 1C = Kolom No. 1 dan kelas informasi No. C, pada matriz pembobotan

wilayah kestabilan wilayah terhadap gempa bumi.

2 A = Kolom No. 2 dan kelas informasi No. A, pada matriz pembobotan

untuk wilayah kestabilan wilayah terhadap gempa bumi.

3 C = Kolom No. 3 dan kelas informasi No. C, pada matriz pembobotan

untuk wilayah kestabilan wilayah terhadap gempa bumi.

4 A = Kolom No. 4 dan kelas informasi No. A, pada matriz pembobotan

untuk wilayah kestabilan wilayah terhadap gempa bumi.Kestabilan Wlayah : Kurang StabilTabel 1-18. Kelas Stabilitas dan Zona Tipologi Kerawanan Gempa BumiKelas StabilitasTidak StabilKurang StabilStabil

Total Skor 6055504540353015

Zona Tipologi Kerawanan FEDCBAZona Aman

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Tabel 1-19. Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona Berpotensi Longsor Tipe , Berdasarkan Aspek Fisik AlamiDi Kota Payakumbuh

No.IndikatorBobot IndikatorSensitivitas Tingkat KerawananVeriverBobot PenilaianNilai Bobot Tertimbang

(1)(2)(3)(4)(5)(6)(7)

1.Kemiringan Lereng30%SedangKemiringan 0%-8%10,30

2.Kondisi Tanah15%RendahLereng tersusun oleh batuan dan tanah, namun tanpa struktur retakan/kekar pada batuan 10,15

3.Batuan Penyusun Lereng20%RendahLereng tersusun oleh batuan dan tanpa, tanpa struktur kekar 10,20

4.Curah Hujan15%SedangCurah hujan 30-70 mm/jam berlangsung tidak lebih dari 2 jam (1000-2500 mm/tahun)20,30

5.Tata Air Lereng7%SedangMerupakan luas tengah jaringan Batang Sinamar, Batang Lamposi dan Batang Agam20,14

6.Kegempaan3%RendahBukan Kawasan Gempa10,03

7.Vegetasi10%SedangIlalang, rumput-rumputan dan semak belukar dan hutan20,20

Jumlah Bobot100%1,32

Sumber ; Hasil Analisis Tahun 2009

Tabel 1-20. Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona Berpotensi Longsor, Berdasarkan Aspek Aktivitas Manusia Di Kota Payakumbuh

No.IndikatorBobot IndikatorSensitivitas Tingkat KerawananVeriverBobot PenilaianNilai Bobot Tertimbang

(1)(2)(3)(4)(5)(6)(7)

1.Pola Tanam10%RendahDimanfaatkan sebagai sawah dan atau ladang20,20

2.Penggalian dan Pemotongan Lereng20%SedangIntensitas penggalian/pemotongan rendah dan memperhatikan geoteknik20,40

3.Pencetakan Kolam10%SedangAda percetakan kolam, tanpa perembesan air kedalam lereng20,20

4.Drainase10%RendahSistem drainase memadai dan ada usaha-usaha untuk perbaikan drainase10,10

5.Pembangunan Konstruksi20%SedangBeban konstruksi belum melebihi daya dukung tanah20,40

6.Kepadatan Penduduk20%SedangKepadatan (20-50) jiwa/ha20,40

7.Usaha Mitigasi10%SedangAda usaha mitigasi bencana oleh pemerintah atau masyrakat, namun belum terkoordinasi dengan baik20,20

Jumlah Bobot100%1,90

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009Tabel 1-21. Bobot Penilaian Terhadap Tingkat Kerawanan LongsorDampak dari IndikatorKurangSedangBesar

Bobot Penilaian123

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Bobot tertimbang setiap insikator dihitung melalui perkalian antara bobot indicator dengan bobot penilaian tingkat kerawanan setiap indikator. Nilai ini menunjukkan tingkat kerawanan pada masing-masing indikator.Tabel 1-22. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Aspek Fisik Alamiah

Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi LongsorRendah SedangTinggi

Total Nilai Bobot Tertimbang1,00-1,691,70-2,392,40-3,00

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Tabel 1-23. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Aspek Aktivitas Manusia

Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi LongsorRendah SedangTinggi

Total Nilai Bobot Tertimbang1,00-1,691,70-2,392,40-3,00

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona berpotensi longsor pada seluruh aspek dilakukan dengan menjumlahkan total nilai bobot tertimbang pada aspek fisik alamiah dengan total nilai bobot tertimbang pada aspek aktivitas manusia dan membaginya menjadi dua.Tabel 1-24. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Seluruh Aspek

Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi LongsorRendah SedangTinggi

Total Nilai Bobot Tertimbang Aspek Fisik Alamiah + Aspek Aktivitas Manusia 21,00-1,691,70-2,392,40-3,00

Tabel 1-25. Klasifikasi Tipe Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Tingkat Kerawanan

No.Tipe ZonaKriteria Tingkat Kerawanan (Aspek Fisik Alami)Kriteria Tingkat Risiko (Aspek Manusia)Klasifikasi Tingkat Kerawanan

(1)(2)(3)(4)(5)

1.

ADaerah lereng gunung/pegunungan, lereng bukit/perbukitan dan tebing sungai dengan kemiringan lereng di atas 40 %TinggiTinggi1

Sedang Kelas Tinggi

Rendah

SedangTinggi

Sedang 2

RendahKelas Sedang

RendahTinggi

Sedang

Rendah3Kelas Rendah

2.

B Daerah kaki gunung/pegunungan,kaki bukit/perbukitan dan tebing sungai dengan kemiringan lereng antara 21 % sampai 40 %TinggiTinggi4

Sedang Kelas Tinggi

Rendah

SedangTinggi

Sedang 5

RendahKelas Sedang

RendahTinggi

Sedang

Rendah6Kelas Rendah

3.

C Daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran tebing sungai, dengan kemiringan lereng lereng 0 % sampai 20 %TinggiTinggi7

Sedang Kelas Tinggi

Rendah

SedangTinggi

Sedang 8

RendahKelas Sedang

RendahTinggi

Sedang

Rendah9Kelas Rendah

Sumber ; Hasil Analisis Tahun 2009

Dibandingkan ke berbagai kota lain di Sumbar yang terletak di zona patahan, Kota Payakumbuh relative aman dari ancaman bencana alam gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan letusan gunning api. Dan sama sekali tidak terancam dari tsunami. Namun, terdapat ancaman bencana yang berasal dari angin topan (puting beliung). Bencana alam dari angin puting beliung, berulang kali melanda Kota Payakumbuh.Gambar 1-8. Rawan Bencana AlamGambar 1-9. Citra Satelit Kota PayakumbuhGambar 1-10. Guna Lahan Eksisting1.5 Potensi Ekonomi WilayahPertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh tahun 2008 yang ditunjukkan oleh PDRB menurut harga konstan nampak mengalami peningkatan yakni 6,37% tahun 2007 menjadi 6,42% pada tahun 2008.

Secara sektoral di tahun 2008, seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi masih dialami oleh sektor angkutan dan komunikasi, sedangkan terendah oleh sektor pertambangan dan penggalian.

Meskipun seluruh sektor tumbuh positif, namun hanya 6 sektor yang mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sektor : pertambangan & penggalian; industri; listrik dan air bersih; perdagangan, hotel dan restoran; bangunan; dan jasa-jasa.

Tabel 1-26. Pertumbuhan PDRB Kota Payakumbuh 2004 2008

No.Lapangan Usaha2004200520062007*)2008**)

1Pertanian5,194,154,164,634,54

2Pertambangan dan Penggalian5,84,773,923,94,1

3Industri5,217,644,884,944,96

4Listrik, Gas, dan Air Bersih6,025,965,996,626,91

5Bangunan5,454,974,814,695,03

6Perdagangan, Hotel dan Restoran4,744,825,085,585,98

7Angkutan dan Komunikasi9,039,9910,39,529,04

8keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan5,613,796,827,457,61

9Jasa- Jasa4,064,525,185,555,62

PDRB5,615,786,186,346,42

Catt : * ) Angka Diperbaiki dan **) Angka Sementara Pada tahun 2008 dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh terdapat 3 sektor dengan pertumbuhannya diatas 6%, yaitu sector listrik dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2008 turun dari tahun sebelumnya yaitu 4,54%, sedangkan pada tahun 2007 mencapai 4,63%. Hal ini disebabkan turunnya pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan dan holtikultura serta perkebunan.Sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan pertumbuhan di tahun 2008, dari 3,9% tahun 2007 menjadi 4,10% tahun 2008.Sektor industri yang terpuruk pada tahun 2006 lalu akibat kenaikan BBM dan dan listrik mulai mengalami sedikit peningkatan pertumbuhan dari 4,88% tahun 2006 menjadi 4,94% tahun 2007. Pada tahun 2008 juga mengalami peningkatan menjadi 4,96%. Kota Payakumbuh termasuk salah satu kota yang lambat pertumbuhan industrinya atau masih dibawah 5%, Oleh sebab itu pemerintah daerah perlu perlu fokus dalam mendorong tumbuhya industri besar di Kota Payakumbuh seperti industri pakan ternak yang sangat potensi baik dalam penyediaan bahan baku maupun pemasaran, karena Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota terkenal dengan sentra pertanian dan peternakan. Sementara itu sektor listrik dan air bersih mengalami kenaikan sebesar 6,62% tahun 2007 dan menjadi 6,91% tahun 2008.Sejak tahun 2004 sektor bangunan terus mengalami penurunan pertumbuhan. Dan hal itu terus berlanjut pada tahun 2007 yakni turun dari 4,81% tahun 2006 menjadi 4,96%. Pada tahun 2008 sektor bangunan mulai meningkat pertumbuanya menjadi 5,03%.

Sedangkan untuk sekto perdagangan, Hotel dan restoran sejak tahun 2004 2008 terus mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada tahun 2004 sektor ini tumbuh sebesar 4,47% dan pada tahun 2008 tumbuh menjadi 5,98%. Sektor angkutan dan Komunikasi meskipun mengalam pertumbuhan paling tinggi tahun 2008, tetapi mengalami penurunan pada tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 9,52% pada tahun 2008 hanya mencapai 9,04%.

Selanjutnya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2008 mengalami kenaikan yaitu yaitu sebesar 7,61% bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 7,45 %.

Selanjutnya sektor Jasa-jasa, pada tahun 2007 tumbuh sebesar 5,55% dan naik menjadi 5,62% pada tahun 2008. Kenaikan ini terutama didukung oleh naiknya jasa hiburan dan rekreasi sebesar 7,53%.

Gambar 1-11. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kota Payakumbuh Tahun 2004-2008

Peranan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi paling besar dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh di tahun 2008 yaitu sebesar 23,15%. Angka ini naik sedikit jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 22,88% (angka diperbaiki ).

Tabel 1-27. Distribusi Persentase PDRB Kota Payakumbuh 2004-2008 ( persen )

No.Lapangan Usaha2004200520062007 *)2008 **)

1.Pertanian11,3911,0610,7710,5110,45

2.Pertambangan dan Penggalian0,490,460,480,510,5

3.Industri6,526,296,666,866,92

4.Listrik, Gas, dan Air Bersih1,761,771,651,611,58

5.Bangunan7,798,728,68,518,42

6.Perdagangan, Hotel, dan Restoran18,6418,4318,0517,9918,24

7.Angkutan dan Komunikasi19,8921,2222,6322,8823,15

8.Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan9,148,728,528,488,44

9.Jasa-Jasa24,3823,3322,6422,6522,3

PDRB100100100100100

Catt : * ) Angka Diperbaiki dan **) Angka Sementara Kontribusi terbesar kedua diikuti oleh sektor jasa yang memberikan andil sebesar 22,30% pada pembentukan PDRB Kota Payakumbuh. Peranannya turun bila dibandingkan dengan dengan tahun lalu yang mencapai 22,65% (angka diperbaiki ).

Pada tahun 2008 peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran masih menempati posisi ketiga dengan kontribusi sebesar 18,24% atau naik dari 17,99% (angka diperbaiki) pada tahun 2007.

Sama halnya seperti pada tahun 2007 peranan sektor pertanian masih menempati urutan keempat dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh tahun 2008. Jika pada tahun 2007 kontribusi sektor ini sebesar 10,51%, pada tahun 2008 turun menjadi 10,45%.

Pada urutan kelima dan keenam ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor bangunan. Dimana sektor ini dalam pembentukan PDRB memberikan sumbangan masing-masing sebesar 8,44%.

Sementara itu untuk sektor-sektor lain sumbangannya terhadap pembentukan PDRB Kota Payakumbuh tahun 2008 berada dibawah angka 8% yakni, sektor industri sebesar 6,92%, sektor listrik dan air bersih sebesar 1,58% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,50%. Untuk lebih jelasnya sumbangan masing-masing sektor dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1-12. Grafik Struktur Ekonomi Kota Payakumbuh 2008

Pertumbuhan Produk Domistik Regional Bruto yang tinggi belum tentu mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena sangat tergantung kepada laju pertumbuhan penduduk pada tahun yang bersangkutan dan pemerataan pendapatan. Jika laju pertumbuhan penduduk pertengahan tahun lebih Tinggi dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto pada tahun yang sama, maka Produk Domestik Regional Bruto perkapitanya akan semakin kecil, dan begitu pula sebaliknya.

PDRB perkapita dan pendapatan regional menggambarkan rata-rata pendapatan yang diterima penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu. Secara konseptual pendapatan regional perkapita didapat pengurangan total PDRB dengan penyusutan dan pajak tidak langsung netto, dan hasil pengurangan tersebut dibagi dengan penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama.Tabel 1-28. PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kota Payakumbuh Tahun 2007-2008

No.UraianTahunNilai Nominal

( Rp )Kenaikan

( % )

1.PDRB Perkapita200712.326.328,98-

200814.285.699,814,29

2.Pendapatan Regional Perkapita200711.188.141,01-

200812.943.301,7612,94

Catatan : *) Angka Diperbaiki

**) Tidak Termasuk Transfer Neto Dari tabel terlihat bahwa PDRB perkapita Kota Payakumbuh tahun 2008 berjumlah 14.285.699,80 rupiah atau naik sebesar 14,29 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007.

Setelah penyusutan dan pajak tidak langsung dikeluarkan dari total PDRB diperoleh pendapatan regional perkapita Kota Payakumbuh sebesar 12.943.301,76 rupiah (angka diperbaiki ) pada tahun 2008 atau naik sebesar 12,94 persen dibandingkan dengan tahun 2007.

Perbandingan PDRB Kota Payakumbuh Dalam Konstelasi Regional Sumatera Barat

1. PDRB Menurut Harga Berlaku

PDRB menurut harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan pengelolaan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah dimana nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. JIka dibandingkan dengan Kota-Kota yang ada di Propinsi Sumatera Barat Kota Payakumbuh memiliki nilai PDRB menurut harga berlaku sebesar 1.514,20 milyar rupiah pada tahun 2008 dibawah Kota Padang dan Kota Bukittingggi, atau PDRB Kota Payakumbuh memberikan konstribusi sebesar 2,21% konstribusi terhadap Propinsi Sumatera Barat (Kab/Kota).2. PDRB menurut Harga Konstan

Seperti halnya menurut PDRB harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan, Kota Padang merupakan daerah yang paling tinggi PDRB atas dasar harga konstannya yaitu sebesar yaitu sebesar 10.797,26 milyar rupiah dan Kota Padang Panjang yang paling rendah nilai PDRB atas dasar harga konstanya yaitu sebesar 373,24 milyar rupiah. Sedangkan Kota Payakumbuh PDRB harga konstannya sebesar 774,50 milyar rupiah nilai terbesar ketiga di antara 7 Kota administratif yang di Propinsi Sumatera Barat. PDRB harga konstan (rill) merupakan PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga satu tahun sebagai dasar untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor 3. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan kapasitas produksi aspek-aspek penggerak kegiatan perekonomian yang tergambar dalam bentuk kenaikan pendapatan pertumbuhan ekonomi yang dapat diukur dengan mengakaji peningkatan pendapatan dalam jangka waktu tertentu.Ditinjau dari segi Pertumbuhan ekonomi, dari sembilan belas daerah kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Barat tahun 2008, memperlihatkan variasi yang beragam. Pada umumya pertumbuhan ekonomi dari ke-19 daerah kabupaten/kota Propinsi Sumatera Barat di atas 5%, kecuali Kabupaten Mentawai dan Kota Sawahlunto. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Kota Bukittinggi sebesar 6,58%. Sedangkan Kota Payakumbuh pertumbuhan ekonominya ketiga tertinggi di Propinsi Sumatera Barat, sementara Kota Padang sebagai ibukota Propinsi hanya mampu tumbuh sebesar 6,21 %.

4. PDRB Perkapita

PDRB perkapita merupakan PDRB yang diukur dengan membandingkan pendapatan daerah dengan jumlah penduduk. PDRB perkapita digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah, yang menggambarkan rata-rata pendapatan yang diterima penduduk suatu wilayah pada satu tahun tertentu. PDRB perkapita kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat menunjukkan variasi yang beragam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi disparitas pendapatan yang cukup tinggi antar daerah di Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Solok Selatan adalah daerah yang paling rendah memiliki PDRB perkapitanya.yaitu 8,07 juta rupiah. Yang paling tinggi PDRB perkapitanya yaitu Kota Padang sebesar 23,49 juta rupiah. Sedangkan Kota Payakumbuh PDRB perkapitanya adalah sebesar 14,29 juta rupiah.1.6 ISU-ISU STRATEGIS

Dalam menginterpretasikan produk rencana tata ruang, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan regulatif dan pendekatan corporate (market oriented). Isu-isu yang berkembang dalam mekanisme pemanfaatan ruang kota secara umum antara lain :

1. Pengelolaan lahan perkotaan.

Tingkat harga lahan dipengaruhi oleh tingkat kekuatan pasar

Status kepemilikan lahan

2. Isu pengelolaan lingkungan hidup.

Keseimbangan lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan lahan

Kelestarian lingkungan, berkaitan dengan budidaya peternakan ayam ras yang berada pada pusat-pusat permukiman penduduk.

Tingkat penggunaan teknologi (harus dinamis)

3. Pembangunan prasarana sarana perkotaan.

Kondisi ketersediaan prasarana dan sarana (kuantitas, kualitas, fungsional).

Kekurangan (gap) antara kebutuhan dan ketersediaan prasarana dan sarana perkotaan, sehingga dibutuhkan upaya optimasi dalam pembangunan prasarana dan sarana perkotaan.

4. Pembiayaan pembangunan. Visi bisnis dalam sikap urban managers dalam menggalang dana untuk pembangunan prasarana sarana perkotaan

Organisasi birokrasi dan sikap mental command and control, yang membuat sulitnya menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi karena panjangnya rantai keputusan.

5. Pembangunan sektor dan kawasan strategis.

Seluruh kegiatan pembangunan tidak mungkin dilaksanakan secara sekaligus, akan tetapi perlu penetapan prioritas-prioritas pembangunan, yang ditentukan melalui proses pengenalan persoalan-persoalan strategis, sektor-sektor strategis dan kawasan-kawasan strategis.

6. Kerjasama swasta masyarakat pemerintah.

Pejabat-pejabat pemerintah harus memiliki jiwa entrepreneurship, antara lain dalam upaya :

Mencari kemungkinan celah kerjasama dengan swasta yang tidak merugikan kepentingan kota, Melihat permasalahan lebih kepada untung rugi kota

Mendudukan swasta dan masyarakat sebagai mitra pembangunan, dalam menghadapi dan menangani persoalan kota.

7. Pengembangan kota yang manusiawi

Yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor kemanusiaan, supaya tidak menimbulkan tekanan kejiwaan pada penduduk kota.

8. Penciptaan lapangan kerja

Sebagai upaya untuk menyehatkan kondisi sosial ekonomi kota.

Dalam konteks Kota Payakumbuh, isu strategis adalah :

1. Terkait dengan struktur ruang kota, antara lain :

a. Ketergantungan pelayanan pada pusat kota seperti pelayanan perdagangan dan jasa yang bergabung dengan permukiman dengan intensitas yang tinggi sehingga menyebabkan tragedy of common seperti kemacetan lalulintas, ketidaknyamanan beraktifitas, dan ketidakamanan beraktifitas.

b. Pusat pelayanan kota yang tidak diturunkan kedalam subpusat pelayanan. Artinya, terdapat kesenjangan antara inti kota dengan kawasan pinggiran kota.

2. Terkait pola penggunaan ruang, antara lain :

a. Fokus kawasan lindung masih terbatas pada kawasan konservasi bangunan tua dan bangunan tradisional,

b. Pengalokasian ruang untuk kegiatan pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Payakumbuh belum ada,

c. Kebutuhan ruang yang cukup untuk memindahkan kawasan rumah sakit dari kawasan padat ke kawasan yang lebih luas, sebagai pusat pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kelas Rumah Sakit menjadi tipe B dengan skala pelayanan wilayah mencakup Kabupaten Lima Puluh Kota. d. Perlu mengalokasikan ruang untuk kawasan industri kecil dan rumah tangga karena memiliki potensi yang besar untuk ekspor dan penyerapan tenaga kerja yang besar,

e. Diversifikasi kegiatan seperti pariwisata yang membutuhkan pengalokasian ruang yang lebih luas untuk kegiatan rekreasi dan wisata bagi penduduk Kota Payakumbuh dan dari luar kota untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,

f. Terbatasnya ruang terbuka hijau khususnya publik, membuat kota kurang menarik. Untuk itu perlu dibangun taman-taman kota yang menjadi vokal point untuk meningkatkan image kota dengan memanfaatkan budaya lokal.

g. Pengembangan kawasan olah raga di kawasan Kubu Gadang dan sekitarnya,

h. Membangun kawasan perkantoran pemerintahan secara terpadu untuk efisiensi,

3. Terkait pengendalian pemanfaatan ruang, antara lain :

a. Tidak konsistennya pelaksanaan RTRW Kota Payakumbuh, seperti pengalihan pemanfaatan ruang kawasan Ngalau dan sekitarnya sebagai kawasan budidaya sedangkan dalam RTRW merupakan kawasan konservasi atau kawasan lindung.

b. Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian perlu diatur sehingga tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari.1.7 SISTEMATIKA PELAPORANLaporan Akhir ini disusun dengan sistematika pembahasan laporan sebagai berikut:BAB I PENDAHULUAN

BAB IITUJUAN, KEBIJAKAN DAN STARTEGI PENATAAN RUANGI. Format HalamanI-11.1DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KOTA PAYAKUMBUH

I-21.2PROFIL WILAYAH KOTA PAYAKUMBUH

I-21.2.1Gambaran Umum

I-21.2.1.1Letak Geografis

I-31.2.1.2Wilayah Adminstratif

I-61.2.1.3Klimatologi

I-71.2.1.4Topografi dan Morpologi

I-91.2.1.5Kondisi Geologi, Jenis Tanah dan Geomorpologi

I-161.2.1.6Hidrologi

I-161.3Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia

I-161.3.1Tingkat Pertumbuhan Penduduk

I-191.3.1.1Persebaran dan Kepadatan Penduduk

I-211.3.1.2Struktur Dan Karakteristik Penduduk

I-211.3.2Penduduk Menurut Umur

I-211.3.3Penduduk Menurut Mata Pencaharian

I-221.3.4Penduduk Menurut Pendidikan

I-231.3.4.1Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

I-241.3.4.2Proyeksi Distribusi Penduduk

I-241.3.4.3Proyeksi Kepadatan Penduduk

I-251.4Potensi Bencana Alam

I-251.4.1Kerawanan Terhadap Bencana Gempa Bumi

I-251.4.2Kerawanan Terhadap Bencana Longsor

I-331.5Potensi Ekonomi Wilayah

I-371.6ISU-ISU STRATEGIS

I-391.7SISTEMATIKA PELAPORAN

I-3Tabel 1-1.Luas Wilayah Kota/ Kabupaten Lain di Sumatera Barat

I-6Tabel 1-2.Tipe Iklim dan Tipe Hujan di Kota Payakumbuh

I-6Tabel 1-3.Data Curah Hujan dan Suhu Udara di Daerah Tanjung Pati dan Sekitarnya (Tahun 2000 2005)

I-7Tabel 1-4.Klasifikasi Kemiringan Lahan di Kota Payakumbuh

I-11Tabel 1-5.Klasifikasi Tanah di Kota Payakumbuh Menurut Berbagai Sistem Klasifikasi Tanah Yang Berlaku di Indonesia

I-12Tabel 1-6.Satuan Peta Tanah (SPT) di Kota Payakumbuh

I-14Tabel 1-7.Sifat dan Karakteristik Tanah Yang Terdapat di Kota Payakumbuh

I-18Tabel 1-8.Kepadatan Penduduk/Kelurahan

I-19Tabel 1-9.Pertumbuhan Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2003 - 2008

I-19Tabel 1-10.Kepadatan Bruto Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2004-2008

I-21Tabel 1-11.Struktur Penduduk Kota Payakumbuh Berdasarkan Kelompok Umur Di Kota Payakumbuh Tahun 2008

I-22Tabel 1-12.Jumlah Presentase Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kota Payakumbuh

I-22Tabel 1-13.Tingkat Parsipatif Penduduk Kota Payakumbuh

I-23Tabel 1-14.Proyeksi Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2010-2030

I-24Tabel 1-15.Proyeksi Distribusi Penduduk Kota Payakumbuh

I-24Tabel 1-16.Proyeksi Kepadatan Penduduk Kota Payakumbuh

I-26Tabel 1-17.Matriks Pembobotan Stabilitas Wilayah Terhadap Gempa Bumi Di Kota Payakumbuh

I-27Tabel 1-18.Kelas Stabilitas dan Zona Tipologi Kerawanan Gempa Bumi

I-27Tabel 1-19.Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona Berpotensi Longsor Tipe , Berdasarkan Aspek Fisik AlamiDi Kota Payakumbuh

I-28Tabel 1-20.Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona Berpotensi Longsor, Berdasarkan Aspek Aktivitas Manusia Di Kota Payakumbuh

I-28Tabel 1-21.Bobot Penilaian Terhadap Tingkat Kerawanan Longsor

I-28Tabel 1-22.Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Aspek Fisik Alamiah

I-28Tabel 1-23.Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Aspek Aktivitas Manusia

I-29Tabel 1-24.Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Seluruh Aspek

I-29Tabel 1-25.Klasifikasi Tipe Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Tingkat Kerawanan

I-33Tabel 1-26.Pertumbuhan PDRB Kota Payakumbuh 2004 2008

I-34Tabel 1-27.Distribusi Persentase PDRB Kota Payakumbuh 2004-2008 ( persen )

I-36Tabel 1-28.PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kota Payakumbuh Tahun 2007-2008

I-4Gambar 1-1.Orientasi Wilayah KOta Payakumbuh

I-5Gambar 1-2.Wilayah Administrasi Kota Payakumbuh

I-8Gambar 1-3.Kemiringan Lereng Kota Payakumbuh

I-15Gambar 1-4.Peta Jenis Tanah Kota Payakumbuh

I-17Gambar 1-5.Peta Hidrologi Kota Payakumbuh

I-20Gambar 1-6.Peta Perkembangan kepadatan penduduk Eksisting Kota Payakumbuh

I-23Gambar 1-7.Pertumbuhan Penduduk Di Kota Payakumbuh Pada Tahun 2004 - 2008

I-30Gambar 1-8.Rawan Bencana Alam

I-31Gambar 1-9.Citra Satelit Kota Payakumbuh

I-32Gambar 1-10.Guna Lahan Eksisting

I-34Gambar 1-11.Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kota Payakumbuh Tahun 2004-2008

I-35Gambar 1-12.Grafik Struktur Ekonomi Kota Payakumbuh 2008

KEGIATAN : BINTEK PENYUSUNAN RTRW KOTA PAYAKUMBUH

PAGE 1.4.2-29

_1324300458.unknown

_1273396909.unknown