BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S...

13
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai nilai melalui aktifitas aktifitas yang mengarahkan pada pengembangan kepribadian, serta kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana dan memiliki tujuan. Hal ini sebagaimana di nyatakan dalam Undang undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan, menegaskan bahwa pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses yang kondusif agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya dengan baik sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya dengan baik sehingga peserta mampu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan bernegara”. Cogan (1999:4) mengartikan Civic Education sebagai “…the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives”, maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya. Ini berarti Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar teori. Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai tujuan menurut Winataputra, (Taniredja,2009:17) menegaskan bahwa: Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai melalui

aktifitas – aktifitas yang mengarahkan pada pengembangan kepribadian, serta

kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana dan memiliki tujuan. Hal ini

sebagaimana di nyatakan dalam Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan PP No 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional pendidikan, menegaskan bahwa pendidikan adalah:

“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses yang kondusif agar peserta didik secara aktif mampu

mengembangkan potensi dirinya dengan baik sehingga peserta didik

mampu mengembangkan potensi dirinya dengan baik sehingga

peserta mampu memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan bernegara”.

Cogan (1999:4) mengartikan Civic Education sebagai “…the

foundational course work in school designed to prepare young citizens for an

active role in their communities in their adult lives”, maksudnya adalah suatu

mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga

negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam

masyarakatnya. Ini berarti Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada

penerapan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekedar teori.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran

yang mempunyai tujuan menurut Winataputra, (Taniredja,2009:17)

menegaskan bahwa:

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

2

“Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan

potensi individu warganegara Indonesia, oleh sebab itu, diharapkan

setiap individu memiliki wawasan, watak serta keterampilan

intelektual dan sosial yang memadai sebagai warganegara. Dengan

demikian, setiap warga negara dapat berpartisipasi secara cerdas dan

bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan

bermasyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, setiap jenjang

pendidikan harus mencakup pendidikan kewarganegaraan yang akan

mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan

pelatihan keterampilan intelektual”.

Menurut Branson, (1999:4) materi pendidikan kewarganegaraan

harus mencakup tiga komponen, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan

kewarganegaraan), Civic skill (kecakapan kewarganegaraan) dan Civic

Dispotition (watak–watak kewarganegaraan).

Komponen pertama Civic knowledge “berkaitan dengan kandungan

atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warganegaranya”

(Branson,1999:8). Aspek ini menyangkut kemampuan akademik – keilmuan

yang dikembangkan dari berbagai teori politik, hukum dan moral. Komponen

kedua, Civic skill meliputi keterampilan intelektual dan keterampilan

berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga Civic

Dispossition (watak–watak kewarganegaraan) merupakan dimensi yang paling

subtantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak

kewarganegaraan dapat dipandang sebagai “pusat” dari pengembangan kedua

dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan mata

pelajaran PKn, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif. Dilihat

dari segi permasalahan yang ada akan memfokuskan pada kompetensi civic

knowledge karena sangat berguna untuk melatih siswa aktif berpartisipasi

dalam kehidupan bermasyarakat terutama partisipasi secara langsung melalui

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

3

kesadaran hukum siswanya. Oleh karena itu dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan diperlukan bentuk sajian yang berbeda dalam mengajar,

menggunakan metode pembelajaran, serta evaluasi (Zamroni, 2005:8). Guru

memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan proses

pembelajaran.

Sementara itu, masa Sekolah Menengah Atas (SMA) siswa berada

dalam masa remaja. Masa remaja menurut Mappiare (dalam Hartinah, 2008:

57) berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13

sampai dengan 22 tahun bagi pria. Masa remaja masih labil, karena pada masa

ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak memasuki dunia dewasa,

dimana masa peralihan pasti menimbulkan gejolak, dan masa dimana remaja

berusaha untuk bekal pengetahuan dan keahlian guna mewujudkan cita-

citanya, agar menjadi seorang ahli professional di bidangnya. Maka sangat

penting bagi remaja untuk mempersiapkan bekal dengan sebaik-baiknya.

Salah satu hal yang sangat penting bagi remaja adalah pembentukkan

kesadaran hukum yang baik. Dalam bahasa Inggris istilahnya adalah

“conscentia” ini dapat diartikan sebagai “consciousness” yaitu kesadaran.

Secara harfiah kata “kesadaran” berasal dari kata “sadar”, yang berarti insyaf;

merasa; tahu dan mengerti. Jadi, kesadaran adalah keinsyafan atau merasa

mengerti atau memahami segala sesuatu menurut Sudikno (1999:03).

Berbicara mengenai kesadaran akan selalu berkaitan dengan manusia

sebagai individu dan anggota masyarakat. Dengan kesadaran yang dimiliki

setiap individu, maka ia dapat mengendalikan diri atau menyesuaikan diri

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

4

terhadap setiap kesempatan serta dapat menempatkan dirinya sebagai individu

dan anggota masyarakat. Sebagai individu ia akan mengetahui dan

memperhatikan dirinya sendiri, sedangkan sebagai anggota masyarakat, ia

akan mengadakan kontak dengan orang lain sehingga timbul interaksi diantara

mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, Widjaja (1984:14) mengemukakan

pendapatnya tentang kesadaran bahwa :

Sadar (kesadaran) adalah kesadaran kehendak dan kesadaran hukum.

Sadar diartikan merasa, tahu, ingat keadaan sebenarnya dan ingat

keadaan dirinya. Kesadaran diartikan sebagai keadaan tahu, mengerti

dan merasa, misalnya tentang harga diri, kehendak hukum dan

lainnya.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesadaran hukum

adalah suatu proses kesiapan diri untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu untuk menanggapi hal tertentu dengan didasari atas pengertian,

pemahaman, pertimbangan - pertimbangan serta nalar dan moral disertai

dengan kebebasan sehingga ia dapat mempertanggungjawabkan secara sadar

dan masuk akal ntuk menciptakan perdamaian di masyarakat juga memiliki

kemampuan untuk mengarahkan masyarakat kepada suatu proses

pembaharuan dan pembangunan nasional. Karena kemajuan suatu bangsa

dapat terlihat dari tingkat kesadaran hukum warganya. Semakin tinggi

kesadaran hukum penduduk suatu negara, akan semakin tertib kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Sebaliknya, jika kesadaran hukum penduduk

suatu negara rendah, yang berlaku di sana adalah hukum rimba.

Kemajuan suatu bangsa dapat terlihat dari kualitas sumber daya

manusia itu sendiri salah satunya dengan meningkatkan kesadaran hukum

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

5

pada setiap generasi penerus bangsa. Indonesia adalah negara hukum. Dalam

hidup di lingkungan masyarakat maupun sekolah tidak lepas dari aturan –

aturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun aturan yang tidak tertulis.

Aturan – aturan tersebut harus ditaati sepenuhnya. Adanya aturan tersebut

adalah agar tercipta kemakmuran dan keadilan dalam lingkungan masyarakat.

Apabila aturan – aturan tersebut dilanggar, akan mendapat sanksi yang tegas.

Di Indonesia, masalah kesadaran hukum mendapat tempat yang

sangat penting, kesadaran hukum merupakan suatu penilaian terhadap hukum

yang ada serta hukum yang dikehendaki yang seharusnya. Sebagai contoh

sekarang ini, kesadaran hukum remaja cenderung memburuk. Ini terbukti dari

banyaknya tindakan negatif yang dilakukan oleh remaja, dari berita Satuan

Lalu Lintas Polrestabes Makassar menjaring, 227 sepeda motor. Pengendara

yang melanggar justru didominasi dari kalangan terpelajar. Baik pelajar

maupun mahasiswa “AKBP Lafri Setyono, profesi pengendara yang

melanggar lalu lintas yakni kalangan swasta sebanyak 41 orang, kalangan

mahasiswa dan pelajar, sebanyak 157 orang, dan lain-lain hanya 29 orang”.

Di Sleman dalam sepekan, tim gabungan yang terdiri atas Satpol PP,

Disdikpora, dan Polres sudah menjaring 37 pelajar. Mereka ditangkap karena

kedapatan berada di warnet saat jam sekolah berlangsung. Kepada petugas,

para siswa ini mengutarakan berbagai alasan. Ada yang terang-terangan

mengaku membolos, tapi ada pula yang berdalih sedang liburan. "Inti tujuan

sweeping ini tidak untuk mencari anak bolos, tapi sebagai pembinaan dan

antisipasi agar tidak terjadi pelanggaran pada pelajar," ungkap Kepala Bidang

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

6

Pemuda dan Olah Raga Disdikpora Sleman, (Suara Merdeka.com 23

November 2012). Senin, 24 September 2012 lalu, siswa SMA Negeri 70 Jakarta

dan SMA Negeri 6 Jakarta tawuran hingga menewaskan Alawy Yusianto Putra

(Jakarta, Kompas.com 1 Oktober 2012).

Budaya dasar yang terlepas dari seleksi masuk dan menyatu dengan

budaya timur telah membinasakan hukum yang berlaku selama ini. Kenakalan

remaja merupakan masalah nasional yang mengganggu masyarakat serta

kehidupan kita dan merupakan perilaku yang melanggar hukum. Sebagai

contoh yang diambil dari siswa - siswi saat ini, mengenai ketaatan hukum baik

dimasyarakat maupun lingkungan sekolah, yaitu misalnya tentang berkendara

dengan baik sesuai aturan yang berlaku yaitu seperti yang disebutkan pada

(pasal 59 ayat 1 UU No. 14 tahun 1992). Mengemudikan kendaraan, tidak

dapat menunjukan SIM (Surat izin Mengemudi) dipidana kurungan dua bulan

atatu denda maksimal Rp 2.000.000 kemudian berkelahi, mencuri, dan seks

bebas. Oleh karenanya sudah merupakan satu kewajiban baik bagi aparat

pemerintah, lembaga pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan

siapapun yang berkepentingan terhadap perkembangan remaja untuk terlibat

dalam satu sistem pembinaan sebagai upaya menuju ke arah yang lebih baik.

Melihat masalah kenakalan yang dilakukan para siswa ini perlu

adanya suatu usaha pencegahan dan penanggulangan yang benar-benar serius,

bijaksana dan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait. Usaha untuk

menanggulangi kenakalan dan pelanggaran hukum pada pelajar merupakan

tanggung jawab semua unsur dalam masyarakat baik itu orang tua,

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

7

pendidikan, lembaga keagamaan, pendidikan sosial, instansi pemerintahan dan

lain sebagainya. Salah satu upaya menanggulangi kondisi tersebut antara lain

melalui pendidikan formal di sekolah, dimana sekolah merupakan tempat

untuk memberikan pendidikan dan pembinaan bagi pelajar supaya dapat

berperilaku yang lebih baik dan positif serta memberikan bekal untuk masa

depan pelajar.

Mengingat peran pembelajaran Pkn sangat penting dalam

membentuk kesadaran hukum kepada peserta didiknya, tentunya pembelajaran

PKn memiliki kontribusi untuk menanggulangi pelanggaran – pelanggaran

tata tertib maupun hukum yang dilakukan oleh peserta didik sehingga

pelanggaran tersebut semaksimal mungkin dapat diminimalisir dan

ditanggulangi dengan baik. Begitu juga dengan pelanggaran hukum yang

terjadi di SMK N 3 Purwokerto, yang memiliki mayoritas siswa

perempuanpun tidak menjadikan terbebas dari perbuatan siswa melakukan

kenakalan di sekolah.

Banyak terjadinya bentuk – bentuk pelanggaran yang dilakukan

siswa, berdasarkan hasil data dokumentasi dengan guru BK pada tanggal 20

November 2012 tahun pelajaran 2011/2012 antara lain:

a. Pelanggaran yang menimbulkan korban fisik antara lain :

perkelahian dengan teman satu sekolah, dan perkelahian dengan

siswa dari sekolah lain

b. Pelanggaran yang menimbulkan korban materi antara lain:

pencurian helm, pencurian HP, dan pencurian uang.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

8

c. Pelanggaran sosial antara lain: hamil diluar nikah, melawan guru,

melakukan tindak asusila.

d. Pelanggaran yang melawan status antara lain: membolos sekolah,

terlambat, tidak memakai atribut lengkap, seragam tidak rapi.

Siswa mengalami beberapa permasalahan yang mempengaruhi dalam

proses pembelajaran di kelas, antara lain.

Gambar 1.1. Permasalahan siswa yang Terjadi di SMK N 3

Purwokerto Tahun Pelajaran 2011/2012

Keterangan pelanggaran selama bulan Juli-September 2012 SMK Negeri 3

Purwokerto:

a) Pelanggaran karena permasalahan kenakalan remaja di terjadi

sebanyak 47,29%

b) Pelanggaran karena permasalahan keluarga sebanyak 11,08%

c) Pelanggaran karena permasalahan ekonomi sebanyak 7,31

d) Pelanggaran karena permasalahan belajar 15,33%

e) Pelanggaran karena permasalahan sosial 4,71%

47,29%

11,08%7,31%

15,33%

4,71%

26,53%

Grafik Permasalahan Siswa Tahun Pelajaran

2011/2012 SMK N 3 Purwokerto

Kenakalan RemajaKeluargaEkonomiBelajarSosialmasalah pribadi

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

9

f) Pelanggaran karena permasalahan pribadi 26,53%

Dapat disimpulkan bahwa dalam grafik diatas bahwa SMK Negeri 3

banyak pelanggaran yang terjadi karena berbagai permasalahan yang ada.

SMK Negeri 3 Purwokerto disini menerapkan sistem pemberian point negatif

kepada siswa yang melakukan pelanggaran, apabila point negatif siswa telah

mencapai 200, maka siswa akan dikembalikan lagi kepada orang tua/ wali

murid siswa. Pihak sekolah sudah melakukan beberapa usaha untuk

menanggulangi pelanggaran yang terjadi di sekolah seperti adanya mata

pelajaran bimbingan konseling, pemberian point bagi siswa yang melangar

aturan, tetapi memang belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Upaya yang dilakukan untuk menangani siswa yang bermasalah,

khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dilakukan melalui

dua pendekatan yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan

konseling. Mekanisme penanganan siswa bermasalah yang diterapkan di SMK

N 3 Purwokerto:

Gambar 2.2 Mekanisme penanganan siswa bermasalah di SMK N 3

Purwokerto.

Masalah siswa

RinganSemua

guru/wali kelas

Sedang Guru BK

BeratPetugas yang berwenang

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

10

Usaha untuk menanggulangi pelanggaran memang bukanlah menjadi

tanggung jawab Guru PKn saja, tetapi seluruh pihak sekolah memiliki peran

untuk mengatasinya, salah satunya adalah guru yang berinteraksi secara

langsung dengan siswa. Guru PKn diharapkan memiliki peran yang lebih di

banding guru mata pelajaran lain dalam mengatasi pelanggaran tata tertib yang

terjadi di SMK N 3 Purwokerto.

Selain itu menurut Kapolres Banyumas AKBP Dwiyono (Suara

merdeka.com 12 Desember 2012) melalui Kasat Lantas AKP Chalid Mawardi,

mengatakan Operasi Zebra digelar mulai 28 November dan akan berakhir 11

Desember. Sasarannya lokasi rawan kecelakaan, rawan macet, dan rawan

pelanggaran.„‟Hingga 6 Desember, jumlah pengendara yang terjaring 3.344

orang sebagian besar pelanggaran dilakukan pelajar tapi tidak semuanya

ditilang, ada yang hanya mendapat teguran. Penilangan dilakukan bagi

pengendara yang pelanggarannya berpotensi menimbulkan kecelakaan dan

membahayakan pengguna jalan yang lain. Dalam melaksanakan operasi,

Satlantas Polres Banyumas menerapkan pola 40 persen tindakan preemtif,

yakni penyuluhan ke sekolah-sekolah, lembaga pendidikan keterampilan dan

klub-klub motor, serta perkumpulan pengemudi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai pembelajaran PKn dalam membentuk

kesadaran hukum siswa. Dengan demikian penelitian ini mengambil judul

yaitu “Peranan Pembelajaran Pkn dalam membentuk kesadaran hukum siswa”.

(Studi Deskriptif di SMK N 3 Purwokerto)”.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

11

B. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah umum penelitian, yaitu:

Bagaimana peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam

membentuk kesadaran hukum siswa ?

Secara khusus dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan pembelajaran PKn dalam membentuk

pengetahuan hukum siswa?

2. Bagaimana peranan pembelajaran PKn dalam membentuk

pemahaman hukum siswa?

3. Bagaimana peranan pembelajaran PKn dalam membentuk sikap

hukum siswa?

4. Bagaimana peranan pembelajaran PKn dalam membentuk pola

perilaku hukum siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masih banyak pelajar

yang melanggar peraturan – peraturan yang berlaku di sekolah, baik itu

dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Mengenai permasalahan

tersebut maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang kesadaran

hukum di kalangan pelajar di SMK Negeri 3 Purwokerto.

Pembuatan penelitian ini mempunyai tujuan yaitu

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara faktual

dan aktual mengenai peranan pembelajaran hukum dalam mata pelajaran PKn

untuk membentuk kesadaran hukum siswa.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

12

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a) Peranan pembelajaran PKn yang diberikan oleh guru di sekolah

dalam membentuk pengetahuan hukum siswa

b) Peranan pembelajaran PKn dalam membentuk pemahaman

hukum siswa

c) Peranan pembelajaran PKn dalam membentuk sikap hukum siswa

d) Peranan pembelajaran PKn dalam membentuk perilaku hukum

siswa

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

peranan Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana

pendidikan dalam membina kesadaran hukum siswa. Selain itu juga untuk

merangsang dilakukannya penelitian yang lebih mendalam dan menyeluruh

terhadap permasalahan dalam penelitian ini.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan siswa SMK Negeri 3

Purwokerto memiliki kesadaran hukum yang baik di lingkungan sekolah,

keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.

a. Bagi Guru

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/3452/2/Bab I_Mulyani S Fadilah.pdf · Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses penanaman nilai – nilai

13

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seorang guru baik itu

guru Pkn maupun guru mata pelajaran lainnya dalam hal memilih metode

pembelajaran yang tepat untuk memiliki kesadaran hukum siswa yang baik.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

penyempurna dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan menjadi cara untuk

meningkatkan kualitas pendidikan di SMK Negeri 3 Purwokerto.

c. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang besar dalam

melatih berfikir ilmiah melalui penelitian. Dan sebagai bekal bagi peneliti

dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik.

Peranan Pembelajaran Pendidikan..., Mulyani S. Fadilah, FKIP UMP, 2013