BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...

12
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media juga seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma (McQuail, 1987:3). Dengan pemberitaan media tentang terorisme, banyak masyarakat yang berpandangan bahwa “muslim=terorisme”. Salah satunya adalah Raditya Ghani saat diwawancara oleh penulis mengatakan bahwa terorisme dilakukan oleh oknum-oknum yang memang mengatasnamankan Islam. “yo menurutku, terorisme memang mesti berkaitan karo Islam. Nonton wae ning tv, mesti pelaku-pelakune kan agamane Islam ra ono sing Kristen.” 1 Menurut pandangan dia (Raditya Ghani) muslim=terorisme. Dia menggambarkan banyak contoh kasus yang ditayangkan media selalu terorisme berkaitan dengan Islam yang fanatik akan ajarannya. Selain itu, beberapa pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, Semarang, ketika melihat fisik orang dengan ciri-ciri baju koko dan celana diatas mata kaki, mereka langsung beranggapan bahwa orang tersebut bisa saja teroris. Dari beberapa keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media bisa merubah persepsi seseorang akan suatu hal. Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media 1 Wawancara Raditya Ghani tanggal 22 Januari 2012 pukul 08.12 wib

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Media merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan, untuk

menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf

nasional maupun internasional. Media juga seringkali berperan sebagai

wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian

pengembangan seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian

pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma (McQuail,

1987:3).

Dengan pemberitaan media tentang terorisme, banyak masyarakat

yang berpandangan bahwa “muslim=terorisme”. Salah satunya adalah

Raditya Ghani saat diwawancara oleh penulis mengatakan bahwa terorisme

dilakukan oleh oknum-oknum yang memang mengatasnamankan Islam.

“yo menurutku, terorisme memang mesti berkaitan karo Islam.

Nonton wae ning tv, mesti pelaku-pelakune kan agamane Islam ra

ono sing Kristen.”1

Menurut pandangan dia (Raditya Ghani) muslim=terorisme. Dia

menggambarkan banyak contoh kasus yang ditayangkan media selalu

terorisme berkaitan dengan Islam yang fanatik akan ajarannya. Selain itu,

beberapa pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, Semarang, ketika melihat

fisik orang dengan ciri-ciri baju koko dan celana diatas mata kaki, mereka

langsung beranggapan bahwa orang tersebut bisa saja teroris. Dari beberapa

keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media bisa merubah persepsi

seseorang akan suatu hal.

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change,

yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama

media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan

sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media

1 Wawancara Raditya Ghani tanggal 22 Januari 2012 pukul 08.12 wib

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

2

edukasi, kemudian media massa juga menjadi media informasi, yaitu media

yang setiap saat menyampaikan informasi, terakhir media massa sebagai

media hiburan. (Bungin, 2008: 85)

Dari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat

penting dalam kehidupan masyarakat. Televisi merupakan salah satu media

yang banyak berperan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat lebih

mudah mendapatkan informasi dari televisi daripada media lain, karena

hampir sebagian masyarakat mempunyai televisi.

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia menghadirkan

suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang

bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa

jelas menghadirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai

sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian

masih menunjukkan bahwa media tersebut adalah media yang menguasai

jarak secara geografis dan sosiologis.

Dunia pertelevisian Indonesia mengalami perkembangan yang

cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Awalnya, Indonesia hanya

punya satu stasiun televisi milik pemerintah yaitu Televisi Republik

Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirnya stasiun televisi swasta

Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Hingga saat ini, ada 11 stasiun

televisi nasional dan 10 diantaranya adalah stasiun televisi swasta.

Dari berbagai macam stasiun televisi tersebut, mereka mempunyai

ciri masing-masing dalam menayangkan acaranya, termasuk acara berita.

Freda Morris (1996) dalam buku “Broadcast Journalism Techniques of

Radio and TV News” mengemukakan, “News is immediate, the important,

the things that have impact on our lives”. Artinya, berita adalah sesuatu

yang baru, penting yang dapat memberikan dampak dalam kehidupan

manusia. Dari definisi ini, ada tiga unsur pada sebuah berita yakni baru

penting dan berguna bagi manusia. (Harahap, 2007: 3)

Berita TV bukan hanya sekedar melaporkan fakta tulisan/ narasi,

tetapi juga gambar (visual), baik gambar diam, seperti foto, gambar peta,

grafis, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

3

berita dan mampu memikat pemirsa. Bagi berita TV, gambar adalah

primadona atau paling utama daripada narasi. Kalau gambar berita yang

disiarkan mampu bercerita banyak, maka narasi hanya sebagai penunjang

saja. Berita TV tanpa gambar tidak ubahnya dengan berita radio. (Harahap,

2007: 4)

Berita TV menayangkan berbagai macam informasi penting di

seluruh Indonesia. Salah satu yang menjadi tayangan berita adalah kasus

terorisme. Kasus terorisme di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2011

semakin banyak terjadi. Bahkan pelakunya atau yang sering disebut teroris

semakin berani dengan menggunakan media tubuh atau yang sering disebut

bom bunuh diri. Dari data yang penulis dapatkan dari tahun 2000 sampai

2009 setidaknya ada kejadian terorisme sebanyak 21 pengeboman di seluruh

Indonesia 2.

Selain lewat pemberitaan, masyarakat juga selalu disuguhkan oleh

banyaknya film di Indonesia yang menggambarkan tentang Islam. Seperti

contohnya Perempuan Berkalung Sorban, Tanda Tanya, Alangkah Lucunya

Negeri ini, dan masih banyak lagi. Masyarakat seolah-olah digiring untuk

mengerti bagaimana kehidupan orang Islam. Dari berbagai film itu,

masyarakat juga tahu tentang ciri-ciri penggambaran tentang orang Islam,

sebagai contoh cara berpakaian dalam penggambaran film. Di dalam film,

orang Islam yang sangat fanatik selalu digambarkan dengan ciri-ciri yang

hampir sama. Dalam penggambaran tersebut, masyarakat secara tidak

langsung terpengaruh oleh tayangan yang mencirikan orang Islam. Kejadian

Bom Bali 1, juga membuat masyarakat semakin dikuatkan akan cirri-ciri

orang Islam dengan ajaran yang fanatik, sebagai contoh ciri-ciri tersangka

teroris Bom Bali 1. Mereka selalu berpakaian dengan model yang sama

yaitu mengenakan baju koko, celana di atas mata kaki, dan selalu

menggunakan penutup kepala atau peci. Seperti halnya pemuda Gereja

Kristen Jawa WKM, yang beranggapan jika ada orang yang berpakain

dengan baju koko dan celana di atas mata kaki, merupakan contoh orang

Islam yang fanatik dengan ajarannya, salah satunya yaitu Windy Setyoko.

2 http://indocashregister.com/2009/07/18/rentetan-serangan-bom-teroris-di-indonesia-2000-

2009/

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

4

“wong Islam sing ajarane fanatik ki mesti nggo klambi

kombor karo katok 3/4, wes kui mesti. Teroris kae yo nggo

klambi ngono”3

Menurut pandangan pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, orang

bercirikan seperti di atas merupakan orang Islam dengan ajaran yang sangat

fanatik, termasuk teroris.

Selain banyaknya film dan media tentang penggambaran Islam, ada

juga film yang menggambarkan tentang kasus bom Bali 1. Film tersebut

berjudul Long Road. Film ini bercerita tentang indahnya Bali yang

kemudian dirusak dengan orang-orang yang mengaku sedang melakukan

jihad dengan cara mengebom sebuah cafe di Legian, Kuta, Bali. Di dalam

film tersebut juga diceritakan bagaimana para teroris merencanakan

pengeboman tersebut. Dalam film digambarkan jelas bahwa teroris-teroris

tersebut selalu berpakaian seperti yang digambarkan oleh media lain, yaitu

berbaju koko, memakai peci, kemudian celana di atas mata kaki. Hal ini

membuat sebagian masyarakat beranggapan bahwa orang yang berpakaian

seperti itu, bisa jadi teroris. Seperti halnya pemuda Gereja Kristen Jawa

WKM, Semarang.

Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk

kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang

dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi

terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang

dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh

karena itu para pelakunya "teroris" layak mendapatkan pembalasan yang

kejam.

Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan

"teroris" dan "terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka

sebagai separatis4, pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan,

mujahidin, dan lain-lain. Adapun makna sebenarnya

3 Wawancara Windy Setyoko tanggal 18 November 2012 pukul 21.30 wib

4 Separatis: orang (golongan) yg menghendaki pemisahan diri dr suatu persatuan; golongan

(bangsa) untuk mendapat dukungan (http://www.artikata.com/arti-350381-separatis.html

diunduh tanggal 16 Desember 2012 jam 15.20 WIB)

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

5

dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang

penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang. Terorisme sendiri sering

tampak dengan mengatasnamakan agama.

Selain oleh pelaku individual, terorisme bisa dilakukan oleh negara

atau dikenal dengan terorisme negara (state terorism). Misalnya seperti

dikemukakan oleh Noam Chomsky yang menyebut Amerika Serikat ke

dalam kategori itu. Persoalan standar ganda selalu mewarnai berbagai

penyebutan yang awalnya bermula dari Barat. Seperti ketika Amerika

Serikat banyak menyebut teroris terhadap berbagai kelompok di dunia, di

sisi lain liputan media menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat

melakukan tindakan terorisme yang mengerikan hingga

melanggar konvensi yang telah disepakati.5

Menurut ensiklopedia Indonesia tahun 2000, terorisme adalah

kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian rupa

untuk menciptakan suasana ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik

perhatian nasional atau internasional terhadap suatu aksi maupun tuntutan.

RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan swasta

terkemuka di AS, melalui sejumlah penelitian dan pengkajian

menyimpulkan bahwa setiap tindakan kaum terorris adalah tindakan

kriminal. Definisi konsepsi pemahaman lainnya menyatakan bahwa : (1)

terorisme bukan bagian dari tindakan perang, sehingga seyogyanya tetap

dianggap sebagai tindakan kriminal, juga situasi diberlakukannya hukum

perang; (2) sasaran sipil merupakan sasaran utama terorisme, dan dengan

demikian penyerangan terhadap sasaran militer tidak dapat dikategorikan

sebagai tindakan terorisme; (3) meskipun dimensi politik aksi teroris tidak

boleh dinilai, aksi terorisme itu dapat saja mengklaim tuntutanan bersifat

politis.6

Berbagai pendapat pakar dana badan pelaksana yang menangani

masalah terorisme, mengemukakan tentang perngertian terorisme secara

5 http://jhonfreedom.blogspot.com/2009/03/pengertian-terorisme.html

6 http://www.dephan.go.id/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=56

diunduh tanggal 9 Desember 2011 pukul 22.21 WIB

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

6

beragam. Terror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk

menciptakan atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam

kelompok masyarakat yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban

kekerasan. Publikasi media massa adalah salah satu tujuan dari aksi

kekerasan dari suatu terror, sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan

dalam terorisme serta akibatnya dipublikasikan secara luas di mass media.

Dalam perkembangannya lalu muncul suatu konsep yang memberi

pengertian, bahwa terorisme adalah cara atau teknik intimidasi dengan

sasaran sistematik, demi suatu kepentingan politik tertentu. (Hendropriyono,

2009: 25)

Indonesia merupakan negara ketujuh yang paling berisiko dilanda

serangan teroris, setelah Kolombia, Israel, Pakistan, AS, Filipina dan

Afghanistan, menurut satu penelitian yang dipublikasikan oleh sebuah

lembaga penaksiran risiko yang terkenal. Kolombia (urutan 1) dan Israel

(urutan 2) merupakan dua negara dalam daftar 186 negara yang dianggap

"sangat berisiko" terkena serangan "teroris", menurut Indeks Terorisme

Global Pusat Riset Perdagangan Dunia (WMRC) pada 2003-2004. Di

belakang Indonesia adalah Irak dan India yang masing-masing berada di

urutan kedelapan dan kesembilan.Sri Lanka dan Inggris berbagi tempat di

urutan ke-10. Penelitian itu "dirancang untuk menaksir risiko terorisme di

masing-masing dari 186 negara dan, yang paling penting, terhadap

kepentingan negara-negara itu di luar negeri selama 12 bulan mendatang",

kata direktur riset WMRC, Guy Dunn. "Kepentingan negara-negara itu di

luar negeri merupakan satu bagian yang sangat penting dari penelitian

tersebut," katanya.7

Yang paling menghebohkan dunia adalah bom Bali yang pertama di

tanggal 12 Oktober 2002, tiga ledakan mengguncang Bali. Ledakan bom

tersebut menewaskan 202 orang, melukai sekitar 300 orang,

7http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/484/Warta/Indonesia_Sasaran_ketujuh_Tujua

n_Teroris.html diunduh tanggal 9 Desember 2011 pukul 22.45 WIB

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

7

menghancurkan 47 bangunan8. Di bulan September 2011, tepatnya tanggal

25, terjadi kasus pengeboman di sebuah Gereja Bethel Injil Sepuluh (GBIS),

Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Bom ini diledakkan dengan cara menaruh

bom di dalam pakaian pelakunya. Dari data yang didapatkan, bahwa isi bom

yang dipakai pelaku adalah paku, baut, dan gotri. Namun dalam kasus ini

tidak mengakibatkan korban tewas, hanya pelaku saja yang tewas saat

kejadian itu.

Secara geografis Indonesia terletak diposisi silang dunia diantara

dua benua dan dua lautan, hal tersebut menjadikan Indonesia pada posisi

strategis, dan juga menjadikan Indonesia sebagai sarana pertarungan elit

politik, baik dunia maupun elit pilitik lokal yang akhirnya memicu potensi

permasalahan antara lain, masalah kerawanan suku, agama, ras dan etnis

golongan serta tempat peredaran narkoba, peredaran senjata ilegal dan

penyusupan teroris internasional. Hal ini jika tidak ditangani secara serius,

akan dapat mempengaruhi dan berdampak pada tingkat ketahanan nasional.

Di sisi lain, konfigurasi geografis dan posisi Indonesia yang strategis juga

menyimpan kekayaan alam yang melimpah, dan merupakan aset bangsa dan

negara yang sangat berharga, hal tersebut dapat memberikan prospek masa

depan bagi kerjasama di bidang ekonomi antar bangsa. Kondisi tersebut

menjadikan Indonesia sebagai fokus dalam berbagai hal termasuk terorisme.

9

Konflik Ambon yang meletus pada tahun 1999, seolah menjadi

tanda jam berdentang bagi sekelompok orang yang telah menanti-nantikan

datangnya hari ketika medan jihad terbuka di Indonesia. Mereka adalah

sebagian kecil dari kelompok yang telah mempersiapkan diri untuk mencari

syahid hingga ke Afghanistan, Moro, dan beberapa medan konflik lainnya.

Ambon telah mengembalikan semangat jihad mereka, dan terjadilah

8 http://rohayadi.wordpress.com/2009/10/16/menguak-misteri-tragedi-bom-bali-1/ diunduh

tanggal 25 Oktober 2011 pukul 21.46 WIB 9 http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/apa-target-terorisme-beraksi-di-indonesia

diunduh tanggal 20 maret 2012 jam 21.23 wib

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

8

pengorganisasian secara alamiah dari berbagai kalangan individu dan

kelompok dalam satu tujuan yang sama, membela umat Islam yang tengah

diserang oleh kelompok yang disebut mereka sebagai koalisi Zionis-Salibis.

(Noor, 2010: 2)

Amerika Serikat dan Barat mengklaim bahwa negara-negara Asia

Tenggara adalah surga bagi sejumlah teroris dan mereka ini sudah disusupi

dengan operasi Al Qaeda untuk tiga alasan utama: koneksi Afghan dengan

ekstremis Timur Tengah, tumbuhnya kebencian Islam di negara-negara Asia

Tenggara sejak 1970-an karena alasan-alasan politik dan sosial ekonomi,

serta bahwa Asia Tenggara adalah negara-negara yang nyaman bagi teroris

internasional. ( Permadi, 2003: 105-106 )

Klaim itu sebetulnya hanya merupakan kesimpulan sepihak atas

partisipasi para relawan Mujahidin di Afghanistan. Sebab, tidak kurang dari

seribu muslim Asia Tenggara bergabung dalam pertempuran bersama

Mujahidin pada 1980-an dan ada koneksi Afghan ke hampir semua

kelompok-kelompok Islam radikal. Afghanistan sendiri adalah pengalaman

formatif dalam kehidupan jihad di Asia Tenggara. Di Indonesia, ada

“kelompok 272” beranggotakan veteran-veteran dan tokoh-tokoh kelompok

radikal di kawasan ini semuanya adalah veteran-veteran Mujahidin: Jaffar

Umar, Jaffar Umar Thalib, Hambali, Mohammed Iqbal Rahman, Nik Aziz

Nik Adli, Abdurajak Janjalani, dan lainnya. Tidak bisa diremehkan betapa

pentingnya koneksi Afghan ini adalah basis bagi jaringan Al Qaeda di

seluruh dunia. ( Permadi, 2003: 106 )

Melihat dari berbagai media yang memberikan informasi tentang

kasus terorisme, sebagian masyarakat beranggapan bahwa terorisme

merupakan ulah orang Islam. Berangkat dari persepsi sebagian pemuda

gereja terhadap kasus terorisme yang mengganggap bahwa muslim identik

dengan terorisme, penulis ingin melihat bagaimana media terutama TV

dalam memberikan informasi berita. Media mempunyai fungsi salah

satunya untuk menginformasikan dan mempengaruhi, dari data atau hasil

wawancara terhadap pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, persepsi mereka

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

9

semakin buruk ketika melihat berita TV tentang kasus pengeboman gereja

di Solo. Dari kasus tersebut, penulis ingin meneliti bagaimana isi pesan

berita TV terutama berita Metro TV tentang kasus pengeboman Gereja

GBIS di Solo dengan menggunakan metodologi penelitian analisis wacana

kritis model van Dijk. Penulis menggunakan Metro TV karena dari awal

berdirinya stasiun televisi ini sebagian besar program acaranya merupakan

berita. Kemudian Metro TV juga lebih up to date dalam pemberitaannya.

Program berita yang dipilih oleh penulis yaitu program berita Metro Siang

tentang kasus pengeboman gereja di Solo pada tanggal 25 September 2011,

program Breaking News pada tanggal 25 Sepetember 2011, dan Metro Hari

ini pada tanggal 25 September 2011.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

10

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

Bagaimana wacana terorisme kasus pengeboman gereja di Solo diberitakan

Metro TV?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Mendeskripsikan wacana terorisme kasus pengeboman gereja di Solo

diberitakan Metro TV.

1.4. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat mengetahui bagaimana wacana

media dalam memberitakan kasus terorisme.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dari

pentingnya pengetahuan dari berita TV, serta media lainnya yang dapat

mempengaruhi kehidupan kita.

1.5. Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan untuk melihat isi pesan berita TV tentang

”pengeboman Gereja GBIS di Solo” terutama berita di Metro TV. Sejak awal

berdirinya Metro TV merupakan stasiun TV di Indonesia yang sebagian besar

program acaranya berita. Dengan demikian penulis mengambil berita Metro TV

sebagai bahan penelitian. Berita tersebut yaitu program berita Metro Siang

tentang kasus pengeboman Gereja di Solo pada tanggal 25 September 2011,

program berita Breaking News tanggal 25 September 2011, dan program acara

Metro Hari Ini pada tanggal 25 September 2011. Penulis mengambil bahan

penelitian hanya pada saat pemberitaan kejadian bom tersebut, yaitu pada

tanggal 25 September 2011.

1.6. Konsep Yang Digunakan

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

11

1.6.1. Media massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan

pesan dari komunikator kepada khalayak. Media digolongkan atas empat

macam, yakni media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media

massa (Cangara, 2007:123). Media massa adalah alat yang digunakan dalam

penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan

menggunakan alat-alat mekanis, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi

(Cangara, 2007:127).

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita

(sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa

kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum

pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas

yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Kita

cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa

yang dilaporkan media massa.

1.6.2. Berita Televisi

Menurut Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News

Writing yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (New Survey

Journalism) mengatakan bahwa : “Berita dapat didefinisikan sebagai setiap

fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah

besar pembaca”. Sedangkan menurut Mitchel V. Charnley dalam bukunya

reporting edisi III (Holt-Reinhart & Winston, New York, 1975 : 44)

menyebutkan “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau

opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi

masyarakat luas”. (Muda, 2003 :21-22)

1.6.3. Terorisme

Berbagai pendapat pakar dana badan pelaksana yang menangani

masalah terorisme, mengemukakan tentang perngertian terorisme secara

beragam. Terror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan

atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6959/1/T1_362008019_BAB I.pdfDari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam

12

yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban kekerasan. Publikasi

media massa adalah salah satu tujuan dari aksi kekerasan dari suatu terror,

sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan dalam terorisme serta akibatnya

dipublikasikan secara luas di mass media. Dalam perkembangannya lalu

muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa terorisme adalah cara

atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan

politik tertentu. (Hendropriyono, 2009: 25)

1.6.4. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk

Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi

sosial”. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik

pendekatan yang diperkenalkan oleh van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian

atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata,

karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di

sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita

memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. ( Eriyanto,

2001: 221)

1.6.5. Hegemoni

Teori hegemoni merupakan sebuah teori politik paling penting abad XX.

Teori ini dikemukakan oleh Antonio Gramci (1891-1937). Antonio Gramci

dapat dipandang sebagai pemikir politik terpenting setelah Marx. Gagasannya

yang cemerlang tentang hegemoni, yang banyak dipengaruhi oleh filsafat

hukum Hegel, dianggap merupakan landasan paradigma alternatif terhadap

teori Marxis tradisional mengenai paradigma base-superstructure (basis-

suprastruktur).