Penjelasan Portofolio Penjelasan Seni Dan Olahraga SNMPTN 2014
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...
Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang -...
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Media merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan, untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf
nasional maupun internasional. Media juga seringkali berperan sebagai
wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian
pengembangan seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian
pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma (McQuail,
1987:3).
Dengan pemberitaan media tentang terorisme, banyak masyarakat
yang berpandangan bahwa “muslim=terorisme”. Salah satunya adalah
Raditya Ghani saat diwawancara oleh penulis mengatakan bahwa terorisme
dilakukan oleh oknum-oknum yang memang mengatasnamankan Islam.
“yo menurutku, terorisme memang mesti berkaitan karo Islam.
Nonton wae ning tv, mesti pelaku-pelakune kan agamane Islam ra
ono sing Kristen.”1
Menurut pandangan dia (Raditya Ghani) muslim=terorisme. Dia
menggambarkan banyak contoh kasus yang ditayangkan media selalu
terorisme berkaitan dengan Islam yang fanatik akan ajarannya. Selain itu,
beberapa pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, Semarang, ketika melihat
fisik orang dengan ciri-ciri baju koko dan celana diatas mata kaki, mereka
langsung beranggapan bahwa orang tersebut bisa saja teroris. Dari beberapa
keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media bisa merubah persepsi
seseorang akan suatu hal.
Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change,
yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama
media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan
sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media
1 Wawancara Raditya Ghani tanggal 22 Januari 2012 pukul 08.12 wib
2
edukasi, kemudian media massa juga menjadi media informasi, yaitu media
yang setiap saat menyampaikan informasi, terakhir media massa sebagai
media hiburan. (Bungin, 2008: 85)
Dari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Televisi merupakan salah satu media
yang banyak berperan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat lebih
mudah mendapatkan informasi dari televisi daripada media lain, karena
hampir sebagian masyarakat mempunyai televisi.
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia menghadirkan
suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang
bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa
jelas menghadirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai
sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian
masih menunjukkan bahwa media tersebut adalah media yang menguasai
jarak secara geografis dan sosiologis.
Dunia pertelevisian Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Awalnya, Indonesia hanya
punya satu stasiun televisi milik pemerintah yaitu Televisi Republik
Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirnya stasiun televisi swasta
Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Hingga saat ini, ada 11 stasiun
televisi nasional dan 10 diantaranya adalah stasiun televisi swasta.
Dari berbagai macam stasiun televisi tersebut, mereka mempunyai
ciri masing-masing dalam menayangkan acaranya, termasuk acara berita.
Freda Morris (1996) dalam buku “Broadcast Journalism Techniques of
Radio and TV News” mengemukakan, “News is immediate, the important,
the things that have impact on our lives”. Artinya, berita adalah sesuatu
yang baru, penting yang dapat memberikan dampak dalam kehidupan
manusia. Dari definisi ini, ada tiga unsur pada sebuah berita yakni baru
penting dan berguna bagi manusia. (Harahap, 2007: 3)
Berita TV bukan hanya sekedar melaporkan fakta tulisan/ narasi,
tetapi juga gambar (visual), baik gambar diam, seperti foto, gambar peta,
grafis, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik
3
berita dan mampu memikat pemirsa. Bagi berita TV, gambar adalah
primadona atau paling utama daripada narasi. Kalau gambar berita yang
disiarkan mampu bercerita banyak, maka narasi hanya sebagai penunjang
saja. Berita TV tanpa gambar tidak ubahnya dengan berita radio. (Harahap,
2007: 4)
Berita TV menayangkan berbagai macam informasi penting di
seluruh Indonesia. Salah satu yang menjadi tayangan berita adalah kasus
terorisme. Kasus terorisme di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2011
semakin banyak terjadi. Bahkan pelakunya atau yang sering disebut teroris
semakin berani dengan menggunakan media tubuh atau yang sering disebut
bom bunuh diri. Dari data yang penulis dapatkan dari tahun 2000 sampai
2009 setidaknya ada kejadian terorisme sebanyak 21 pengeboman di seluruh
Indonesia 2.
Selain lewat pemberitaan, masyarakat juga selalu disuguhkan oleh
banyaknya film di Indonesia yang menggambarkan tentang Islam. Seperti
contohnya Perempuan Berkalung Sorban, Tanda Tanya, Alangkah Lucunya
Negeri ini, dan masih banyak lagi. Masyarakat seolah-olah digiring untuk
mengerti bagaimana kehidupan orang Islam. Dari berbagai film itu,
masyarakat juga tahu tentang ciri-ciri penggambaran tentang orang Islam,
sebagai contoh cara berpakaian dalam penggambaran film. Di dalam film,
orang Islam yang sangat fanatik selalu digambarkan dengan ciri-ciri yang
hampir sama. Dalam penggambaran tersebut, masyarakat secara tidak
langsung terpengaruh oleh tayangan yang mencirikan orang Islam. Kejadian
Bom Bali 1, juga membuat masyarakat semakin dikuatkan akan cirri-ciri
orang Islam dengan ajaran yang fanatik, sebagai contoh ciri-ciri tersangka
teroris Bom Bali 1. Mereka selalu berpakaian dengan model yang sama
yaitu mengenakan baju koko, celana di atas mata kaki, dan selalu
menggunakan penutup kepala atau peci. Seperti halnya pemuda Gereja
Kristen Jawa WKM, yang beranggapan jika ada orang yang berpakain
dengan baju koko dan celana di atas mata kaki, merupakan contoh orang
Islam yang fanatik dengan ajarannya, salah satunya yaitu Windy Setyoko.
2 http://indocashregister.com/2009/07/18/rentetan-serangan-bom-teroris-di-indonesia-2000-
2009/
4
“wong Islam sing ajarane fanatik ki mesti nggo klambi
kombor karo katok 3/4, wes kui mesti. Teroris kae yo nggo
klambi ngono”3
Menurut pandangan pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, orang
bercirikan seperti di atas merupakan orang Islam dengan ajaran yang sangat
fanatik, termasuk teroris.
Selain banyaknya film dan media tentang penggambaran Islam, ada
juga film yang menggambarkan tentang kasus bom Bali 1. Film tersebut
berjudul Long Road. Film ini bercerita tentang indahnya Bali yang
kemudian dirusak dengan orang-orang yang mengaku sedang melakukan
jihad dengan cara mengebom sebuah cafe di Legian, Kuta, Bali. Di dalam
film tersebut juga diceritakan bagaimana para teroris merencanakan
pengeboman tersebut. Dalam film digambarkan jelas bahwa teroris-teroris
tersebut selalu berpakaian seperti yang digambarkan oleh media lain, yaitu
berbaju koko, memakai peci, kemudian celana di atas mata kaki. Hal ini
membuat sebagian masyarakat beranggapan bahwa orang yang berpakaian
seperti itu, bisa jadi teroris. Seperti halnya pemuda Gereja Kristen Jawa
WKM, Semarang.
Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk
kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang
dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi
terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang
dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh
karena itu para pelakunya "teroris" layak mendapatkan pembalasan yang
kejam.
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan
"teroris" dan "terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka
sebagai separatis4, pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan,
mujahidin, dan lain-lain. Adapun makna sebenarnya
3 Wawancara Windy Setyoko tanggal 18 November 2012 pukul 21.30 wib
4 Separatis: orang (golongan) yg menghendaki pemisahan diri dr suatu persatuan; golongan
(bangsa) untuk mendapat dukungan (http://www.artikata.com/arti-350381-separatis.html
diunduh tanggal 16 Desember 2012 jam 15.20 WIB)
5
dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang
penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang. Terorisme sendiri sering
tampak dengan mengatasnamakan agama.
Selain oleh pelaku individual, terorisme bisa dilakukan oleh negara
atau dikenal dengan terorisme negara (state terorism). Misalnya seperti
dikemukakan oleh Noam Chomsky yang menyebut Amerika Serikat ke
dalam kategori itu. Persoalan standar ganda selalu mewarnai berbagai
penyebutan yang awalnya bermula dari Barat. Seperti ketika Amerika
Serikat banyak menyebut teroris terhadap berbagai kelompok di dunia, di
sisi lain liputan media menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat
melakukan tindakan terorisme yang mengerikan hingga
melanggar konvensi yang telah disepakati.5
Menurut ensiklopedia Indonesia tahun 2000, terorisme adalah
kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian rupa
untuk menciptakan suasana ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik
perhatian nasional atau internasional terhadap suatu aksi maupun tuntutan.
RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan swasta
terkemuka di AS, melalui sejumlah penelitian dan pengkajian
menyimpulkan bahwa setiap tindakan kaum terorris adalah tindakan
kriminal. Definisi konsepsi pemahaman lainnya menyatakan bahwa : (1)
terorisme bukan bagian dari tindakan perang, sehingga seyogyanya tetap
dianggap sebagai tindakan kriminal, juga situasi diberlakukannya hukum
perang; (2) sasaran sipil merupakan sasaran utama terorisme, dan dengan
demikian penyerangan terhadap sasaran militer tidak dapat dikategorikan
sebagai tindakan terorisme; (3) meskipun dimensi politik aksi teroris tidak
boleh dinilai, aksi terorisme itu dapat saja mengklaim tuntutanan bersifat
politis.6
Berbagai pendapat pakar dana badan pelaksana yang menangani
masalah terorisme, mengemukakan tentang perngertian terorisme secara
5 http://jhonfreedom.blogspot.com/2009/03/pengertian-terorisme.html
6 http://www.dephan.go.id/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=56
diunduh tanggal 9 Desember 2011 pukul 22.21 WIB
6
beragam. Terror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk
menciptakan atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam
kelompok masyarakat yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban
kekerasan. Publikasi media massa adalah salah satu tujuan dari aksi
kekerasan dari suatu terror, sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan
dalam terorisme serta akibatnya dipublikasikan secara luas di mass media.
Dalam perkembangannya lalu muncul suatu konsep yang memberi
pengertian, bahwa terorisme adalah cara atau teknik intimidasi dengan
sasaran sistematik, demi suatu kepentingan politik tertentu. (Hendropriyono,
2009: 25)
Indonesia merupakan negara ketujuh yang paling berisiko dilanda
serangan teroris, setelah Kolombia, Israel, Pakistan, AS, Filipina dan
Afghanistan, menurut satu penelitian yang dipublikasikan oleh sebuah
lembaga penaksiran risiko yang terkenal. Kolombia (urutan 1) dan Israel
(urutan 2) merupakan dua negara dalam daftar 186 negara yang dianggap
"sangat berisiko" terkena serangan "teroris", menurut Indeks Terorisme
Global Pusat Riset Perdagangan Dunia (WMRC) pada 2003-2004. Di
belakang Indonesia adalah Irak dan India yang masing-masing berada di
urutan kedelapan dan kesembilan.Sri Lanka dan Inggris berbagi tempat di
urutan ke-10. Penelitian itu "dirancang untuk menaksir risiko terorisme di
masing-masing dari 186 negara dan, yang paling penting, terhadap
kepentingan negara-negara itu di luar negeri selama 12 bulan mendatang",
kata direktur riset WMRC, Guy Dunn. "Kepentingan negara-negara itu di
luar negeri merupakan satu bagian yang sangat penting dari penelitian
tersebut," katanya.7
Yang paling menghebohkan dunia adalah bom Bali yang pertama di
tanggal 12 Oktober 2002, tiga ledakan mengguncang Bali. Ledakan bom
tersebut menewaskan 202 orang, melukai sekitar 300 orang,
7http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/484/Warta/Indonesia_Sasaran_ketujuh_Tujua
n_Teroris.html diunduh tanggal 9 Desember 2011 pukul 22.45 WIB
7
menghancurkan 47 bangunan8. Di bulan September 2011, tepatnya tanggal
25, terjadi kasus pengeboman di sebuah Gereja Bethel Injil Sepuluh (GBIS),
Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Bom ini diledakkan dengan cara menaruh
bom di dalam pakaian pelakunya. Dari data yang didapatkan, bahwa isi bom
yang dipakai pelaku adalah paku, baut, dan gotri. Namun dalam kasus ini
tidak mengakibatkan korban tewas, hanya pelaku saja yang tewas saat
kejadian itu.
Secara geografis Indonesia terletak diposisi silang dunia diantara
dua benua dan dua lautan, hal tersebut menjadikan Indonesia pada posisi
strategis, dan juga menjadikan Indonesia sebagai sarana pertarungan elit
politik, baik dunia maupun elit pilitik lokal yang akhirnya memicu potensi
permasalahan antara lain, masalah kerawanan suku, agama, ras dan etnis
golongan serta tempat peredaran narkoba, peredaran senjata ilegal dan
penyusupan teroris internasional. Hal ini jika tidak ditangani secara serius,
akan dapat mempengaruhi dan berdampak pada tingkat ketahanan nasional.
Di sisi lain, konfigurasi geografis dan posisi Indonesia yang strategis juga
menyimpan kekayaan alam yang melimpah, dan merupakan aset bangsa dan
negara yang sangat berharga, hal tersebut dapat memberikan prospek masa
depan bagi kerjasama di bidang ekonomi antar bangsa. Kondisi tersebut
menjadikan Indonesia sebagai fokus dalam berbagai hal termasuk terorisme.
9
Konflik Ambon yang meletus pada tahun 1999, seolah menjadi
tanda jam berdentang bagi sekelompok orang yang telah menanti-nantikan
datangnya hari ketika medan jihad terbuka di Indonesia. Mereka adalah
sebagian kecil dari kelompok yang telah mempersiapkan diri untuk mencari
syahid hingga ke Afghanistan, Moro, dan beberapa medan konflik lainnya.
Ambon telah mengembalikan semangat jihad mereka, dan terjadilah
8 http://rohayadi.wordpress.com/2009/10/16/menguak-misteri-tragedi-bom-bali-1/ diunduh
tanggal 25 Oktober 2011 pukul 21.46 WIB 9 http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/apa-target-terorisme-beraksi-di-indonesia
diunduh tanggal 20 maret 2012 jam 21.23 wib
8
pengorganisasian secara alamiah dari berbagai kalangan individu dan
kelompok dalam satu tujuan yang sama, membela umat Islam yang tengah
diserang oleh kelompok yang disebut mereka sebagai koalisi Zionis-Salibis.
(Noor, 2010: 2)
Amerika Serikat dan Barat mengklaim bahwa negara-negara Asia
Tenggara adalah surga bagi sejumlah teroris dan mereka ini sudah disusupi
dengan operasi Al Qaeda untuk tiga alasan utama: koneksi Afghan dengan
ekstremis Timur Tengah, tumbuhnya kebencian Islam di negara-negara Asia
Tenggara sejak 1970-an karena alasan-alasan politik dan sosial ekonomi,
serta bahwa Asia Tenggara adalah negara-negara yang nyaman bagi teroris
internasional. ( Permadi, 2003: 105-106 )
Klaim itu sebetulnya hanya merupakan kesimpulan sepihak atas
partisipasi para relawan Mujahidin di Afghanistan. Sebab, tidak kurang dari
seribu muslim Asia Tenggara bergabung dalam pertempuran bersama
Mujahidin pada 1980-an dan ada koneksi Afghan ke hampir semua
kelompok-kelompok Islam radikal. Afghanistan sendiri adalah pengalaman
formatif dalam kehidupan jihad di Asia Tenggara. Di Indonesia, ada
“kelompok 272” beranggotakan veteran-veteran dan tokoh-tokoh kelompok
radikal di kawasan ini semuanya adalah veteran-veteran Mujahidin: Jaffar
Umar, Jaffar Umar Thalib, Hambali, Mohammed Iqbal Rahman, Nik Aziz
Nik Adli, Abdurajak Janjalani, dan lainnya. Tidak bisa diremehkan betapa
pentingnya koneksi Afghan ini adalah basis bagi jaringan Al Qaeda di
seluruh dunia. ( Permadi, 2003: 106 )
Melihat dari berbagai media yang memberikan informasi tentang
kasus terorisme, sebagian masyarakat beranggapan bahwa terorisme
merupakan ulah orang Islam. Berangkat dari persepsi sebagian pemuda
gereja terhadap kasus terorisme yang mengganggap bahwa muslim identik
dengan terorisme, penulis ingin melihat bagaimana media terutama TV
dalam memberikan informasi berita. Media mempunyai fungsi salah
satunya untuk menginformasikan dan mempengaruhi, dari data atau hasil
wawancara terhadap pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, persepsi mereka
9
semakin buruk ketika melihat berita TV tentang kasus pengeboman gereja
di Solo. Dari kasus tersebut, penulis ingin meneliti bagaimana isi pesan
berita TV terutama berita Metro TV tentang kasus pengeboman Gereja
GBIS di Solo dengan menggunakan metodologi penelitian analisis wacana
kritis model van Dijk. Penulis menggunakan Metro TV karena dari awal
berdirinya stasiun televisi ini sebagian besar program acaranya merupakan
berita. Kemudian Metro TV juga lebih up to date dalam pemberitaannya.
Program berita yang dipilih oleh penulis yaitu program berita Metro Siang
tentang kasus pengeboman gereja di Solo pada tanggal 25 September 2011,
program Breaking News pada tanggal 25 Sepetember 2011, dan Metro Hari
ini pada tanggal 25 September 2011.
10
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
Bagaimana wacana terorisme kasus pengeboman gereja di Solo diberitakan
Metro TV?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Mendeskripsikan wacana terorisme kasus pengeboman gereja di Solo
diberitakan Metro TV.
1.4. Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian adalah :
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat mengetahui bagaimana wacana
media dalam memberitakan kasus terorisme.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dari
pentingnya pengetahuan dari berita TV, serta media lainnya yang dapat
mempengaruhi kehidupan kita.
1.5. Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan untuk melihat isi pesan berita TV tentang
”pengeboman Gereja GBIS di Solo” terutama berita di Metro TV. Sejak awal
berdirinya Metro TV merupakan stasiun TV di Indonesia yang sebagian besar
program acaranya berita. Dengan demikian penulis mengambil berita Metro TV
sebagai bahan penelitian. Berita tersebut yaitu program berita Metro Siang
tentang kasus pengeboman Gereja di Solo pada tanggal 25 September 2011,
program berita Breaking News tanggal 25 September 2011, dan program acara
Metro Hari Ini pada tanggal 25 September 2011. Penulis mengambil bahan
penelitian hanya pada saat pemberitaan kejadian bom tersebut, yaitu pada
tanggal 25 September 2011.
1.6. Konsep Yang Digunakan
11
1.6.1. Media massa
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada khalayak. Media digolongkan atas empat
macam, yakni media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media
massa (Cangara, 2007:123). Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan
menggunakan alat-alat mekanis, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi
(Cangara, 2007:127).
Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita
(sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa
kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum
pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas
yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Kita
cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa
yang dilaporkan media massa.
1.6.2. Berita Televisi
Menurut Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News
Writing yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (New Survey
Journalism) mengatakan bahwa : “Berita dapat didefinisikan sebagai setiap
fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah
besar pembaca”. Sedangkan menurut Mitchel V. Charnley dalam bukunya
reporting edisi III (Holt-Reinhart & Winston, New York, 1975 : 44)
menyebutkan “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau
opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi
masyarakat luas”. (Muda, 2003 :21-22)
1.6.3. Terorisme
Berbagai pendapat pakar dana badan pelaksana yang menangani
masalah terorisme, mengemukakan tentang perngertian terorisme secara
beragam. Terror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan
atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat
12
yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban kekerasan. Publikasi
media massa adalah salah satu tujuan dari aksi kekerasan dari suatu terror,
sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan dalam terorisme serta akibatnya
dipublikasikan secara luas di mass media. Dalam perkembangannya lalu
muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa terorisme adalah cara
atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan
politik tertentu. (Hendropriyono, 2009: 25)
1.6.4. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk
Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi
sosial”. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
pendekatan yang diperkenalkan oleh van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian
atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata,
karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di
sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita
memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. ( Eriyanto,
2001: 221)
1.6.5. Hegemoni
Teori hegemoni merupakan sebuah teori politik paling penting abad XX.
Teori ini dikemukakan oleh Antonio Gramci (1891-1937). Antonio Gramci
dapat dipandang sebagai pemikir politik terpenting setelah Marx. Gagasannya
yang cemerlang tentang hegemoni, yang banyak dipengaruhi oleh filsafat
hukum Hegel, dianggap merupakan landasan paradigma alternatif terhadap
teori Marxis tradisional mengenai paradigma base-superstructure (basis-
suprastruktur).