bab 1 MHT

download bab 1 MHT

of 37

description

DS

Transcript of bab 1 MHT

MONITORING PELAKSANAAN MHT PLUS

MONITORING PELAKSANAAN MHT PLUStahun anggaran 2013

TAHUN ANGGARAN 2013

KANTOR PERENCANAAN PEMBANGUNANKOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARAMONITORING PELAKSANAAN MHT PLUS[Document subtitle]

BAB PERKEMBANGAN RW KUMUH DAN KINERJA PROGRAM MHT PLUS TAHUN 2013

Perbaikan Lingkungan Permukiman (MHT Plus) memiliki arah menuju pada penataan dan pengelolaan RW Kumuh menjadi RW Sehat dan selanjutnya menjadi permukiman ideal. Dalam rangka mencapai arah tersebut MHT Plus menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang disebut dengan Tri-Daya. Konsep ini meliputi aspek: Penguatan kapasitas warga melalui penyiapan SDM dan Lembaga Lokal. Peningkatan kualitas dan pendayagunaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman serta Penguatan usaha ekonomi warga.

Pemberdayaan masyarakat adalah inti dari MHT Plus sebagai sebuah gerakan perbaikan lingkungan permukiman yang bertumpu pada warga, yaitu dengan menempatkan sebagai pelaku utama pada setiap tahapan, langkah, dan proses kegiatan, yang berarti komunitas pemukim adalah pemilik kegiatan. Strategi MHT Plus untuk mencapai arah, maksud dan tujuan, adalah melakukan transformasi kapasitas manajemen dan teknis penataan dan pengelolaan permukiman kepada warga melalui pembelajaran langsung sehingga mampu membuat rencana yang rasional, membuat keputusan, melaksanakan rencana dan keputusan yang diambil, mengelola dan mempertanggungjawabkan hasil-hasil kegiatannya, serta mampu mengembangkan kondisi permukiman ideal. Melalui penerapan strategi ini akan mewujudkan peningkatan secara bertahap kapasitas SDM Lokal, Kualitas lingkungan permukiman, dan kapasitas ekonomi/usaha komunitas. Seluruh rangkaian kegiatan Tri-Daya dalam MHT Plus, memiliki pola dasar yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tiga kelompok besar kegiatan fasilitasi, yaitu:1. Fasilitasi Pengorganisasian dan peningkatan kapasitas warga.2. Pelaksanaan pembangunan melalui penyediaan stimulan dan sekaligus pada saat yang sama mendorong terwujudnya kemitraan dari badan Usaha (BUMN, BUMD, Swasta).3. Fasilitasi pengembangan kelembagaan komunitas untuk dapat menata dan mengelola permukiman sehat dan ideal secara berkesinambungan. Rangkaian fasilitasi tersebut diatas, merupakan bagian dari konsep dasar Tri-Daya, khususnya dalam aspek pendayagunaan prasarana dan sarana lingkungan dan aspek penyiapan masyarakat dalam satu kesatuan arah, maksud dan tujuan menuju permukiman sehat dan ideal. Kata kunci -perbaikan lingkungan permukiman (MHT Plus)- yang difasilitasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah: a) Ada SDM dan Lembaga Lokal yang dipersiapkan secara khusus untuk memiliki kapasitas dalam menata dan mengelola permukiman RW Kumuh menjadi RW Sehat.b) Terjadi kenaikan peringkat nilai/score terhadap RW Kumuh menjadi RW Sehat dan selanjutnya permukiman ideal.

Landasan pelaksanaan perbaikan lingkungan permukiman (MHT Plus) adalah: a. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 199 Tahun 2009, tentang Pelaksanaan Perbaikan Lingkungan Permukiman (MHT Plus) di Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, b. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1907/ 2009, tentang Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Perbaikan Lingkungan Permukiman (MHT Plus), dan c. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Nomor 1 Tahun 2012, tentang Percepatan Kegiatan Perbaikan Lingkungan Permukiman (MHT Plus) pada Kota/ Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Variabel Permukiman KumuhBadan Pusat Statistik pada tahun 2010 dan 2012 melakukan evaluasi terhadap kawasan kumuh di DKI Jakarta, khususnya RW kumuh. RW kumuh dibagi menjadi empat penilaian, yaitu kumuh berat, kumuh sedang, kumuh ringan dan kumuh sangat ringan. Berdasarkan metodologi yang dilakukan oleh BPS, penilaian ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa jenis data, yaitu :1.Kepadatan penduduk2.Tata letak bangunan3.Keadaan konstruksi bangunan tempat tinggal4.Ventilasi perumahan5.Kepadatan bangunan6.Keadaan jalan7.Drainase/Saluran air8.Pemakaian air bersih penduduk9.Pembuangan limbah manusia10.Pengolahan sampah

Penilaian dilakukan dengan cara menghitung indeks komposit berdasarkan variable-variabel yang dilakukan, sedangkan stratifikasi tingkat kekumuhan ditentukan berdasarkan metode standard deviasi atau simpangan rata-rata nilai (skor) terhadap standar deviasinya dari 10 variabel yang diteliti. Stratifikasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :1.RW kumuh berat dengan skor kurang dari 202.RW kumuh sedang dengan skor 21-283.RW kumuh ringan dengan skor 29-304.RW kumuh sangat ringan dengan skor 31-351. PERKEMBANGAN RW KUMUHBerdasarkan hasil survey BPS tahun 2012 terdapat beberapa kelurahan yang dikategorikan sebagai kawasan padat dan kumuh Jumlah RW kumuh di DKI Jakarta masih tinggi. Berdasarkan hasil survey RW kumuh 2012 terhadap 450 RW kumuh di DKI Jakarta, 23 RW berkategori kumuh berat, 225 RW berkategori kumuh sedang, 74 RW berkategori kumuh ringan, 102 RW berkategori kumuh sangat ringan, dan 29 RW berkategori tidak kumuh. Jika permukiman kumuh ini terabaikan dalam proses pembangunan maka lama kelamaan persoalan permukiman kumuh akan semakin luas dan kompleks, baik dari sisi lingkungan fisik yang tidak sehat dan tidak nyaman, maupun sisi sosial dan ekonomi. Dalam UU No. 4 Tahun 1992 dikatakan bahwa permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Permukiman yang baik adalah permukiman yang dapat memfasilitasi pengembang diri seseorang untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu penataan permukiman kumuh merupakan salah satu program pembangunan daerah yang sangat penting di DKI Jakarta.Sasaran program penataan permukiman kumuh oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah untuk menurunkan luas permukiman kumuh menambah jumlah rumah susun untuk masyarakat golongan menengah ke bawah, dan memperbaiki lingkungan permukiman secara mandiri. Program perbaikan kumuh di masa mendatang akan dilaksanakan melalui pendekatan pembangunan yang bertumpu pada komunitas (Community Based Development) dengan sasaran lokasi kawasan yang dilaksanakan secara terpadu oleh berbagai sektor. Untuk mengetahui lokasi permukiman kumuh di Jakarta utara dapat dilihat pada peta sebaran permukiman kumuh di bawah ini.Tabel 1Kondisi RW Berkategori Kumuh Menurut Kecamatan di DKI Jakarta Tahun 2012No.KecamatanJumlah RWJumlah RW KumuhJumlah RTJumlah RT Kumuh

1Penjaringan6719817160

2Pademangan33842346

3Tj.Priok103271.267123

4Koja7621835111

5Kelapa Gading63666621

6Cilincing821795071

7Jakarta Utara424984.958532

8DKI Jakarta2.53841628.4292.196

Sumber: Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta, BPS 2013

Keberadaan kawasan kumuh di DKI Jakarta tidak terlepas dari masalah pertambahan penduduk yang pesat tanpa diimbangi dengan ketersediaan perumahan untuk menampung penduduk tersebut. Kawasan kumuh di DKI Jakarta pada umumnya berada di bantaran sungai, rel kereta api, sekitar terminal, stasiun dan lainnya dan pada umumnya dihuni oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).A. Kota Administrasi Jakarta UtaraKawasan kumuh di Kota Administrasi Jakarta Utara tersebar di 6 (enam) kecamatan. Kawasan kumuh terluas berada di Kecamatan Cilincing, yaitu 1.521,41 Ha, sedangkan yang luasannya terkecil ada di Kecamatan Pademangan, yaitu 204,05 Ha. Berdasarkan jumlah RW kumuhnya, Kecamatan Tanjung Priok memiliki RW kumuh terbanyak, yaitu 42 RW, sedangkan Kecamatan Kelapa Gading memiliki jumlah RW kumuh paling sedikit, yaitu 9 RW.Berikut profil kawasan kumuh yang dijabarkan dalam tabel dan peta pada daerah Kota Administrasi Jakarta Utara :Tabel 2Lokasi Klasifikasi RW Kumuh Tahun 2010 dan 2012Kota Administrasi Jakarta UtaraKecamatanKelurahanNo. RWKlasifikasi KumuhLuas (Ha)

Tahun 2010Tahun 2012

Kec. CilincingKel. Cilincing03RinganSangat Ringan 9.24

Kel. Kali Baru01SedangSedang 22.62

02Sangat Ringan6.58

05SedangSangat Ringan9.03

06SedangSangat Ringan 20.13

07SedangRingan 5.16

09SedangSangat Ringan16.81

10SedangRingan12.78

12RinganRingan101.87

Kel. Marunda01SedangSangat Ringan98.48

02SedangSedang172.03

04Sangat Ringan 48.56

Kel. Rorotan04Sedang 62.07

05Sangat Ringan 48.14

06Sangat Ringan 41.13

07Sangat Ringan 100.43

08Sedang 55.34

Kel. Semper Barat04Sangat Ringan 6.18

05Sangat Ringan70.04

15Sangat Ringan 18.60

16SedangSedang 34.66

Kel. Semper Timur03RinganRingan 40.99

10RinganSedang 22.77

Kel. Suka Pura01RinganRingan 165.20

02Sangat Ringan 68.19

03RinganSangat Ringan 32.48

04Sangat Ringan 46.31

05RinganSedang 62.78

06Sangat Ringan 101.58

10SedangSangat Ringan 21.23

Kec. Kelapa GadingKel. Kelapa Gading Barat04SedangSedang 37.71

13RinganSedang 56.63

Kel. Kelapa Gading Timur04RinganSangat Ringan 21.60

06Sangat Ringan 13.53

Kel. Pegangsaan Dua01Sangat Ringan 18.87

02Sangat Ringan 21.33

03SedangSedang 16.47

04SedangSangat Ringan 5.87

05RinganSedang 54.44

Kec. KojaKel. Koja 05Sedang 6.61

06Sangat Ringan 8.03

07RinganSedang 5.42

08RinganSedang 8.11

09Sangat Ringan 9.64

12Sangat Ringan 7.42

13SedangSedang 22.03

Kel. Lagoa02RinganSedang 10.23

03Sedang 12.77

04SedangRingan9.50

05SedangRingan7.00

06SedangSangat Ringan 7.01

07SedangSedang 10.29

08Sangat Ringan 12.89

11SedangSangat Ringan 10.85

13Ringan 9.63

16Sangat RinganSedang 4.87

Kel. Rawa Badak 02SedangSedang 14.19

03SedangSangat Ringan 16.30

04Sangat Ringan 86.95

05Sangat Ringan 22.23

07Sangat Ringan 12.09

Kel. Tugu Selatan01Sangat Ringan 86.51

04SedangSangat Ringan 8.21

Kel. Tugu Utara06SedangSedang 9.16

09SedangSedang 16.21

11SedangSedang 6.07

13SedangRingan6.23

18SedangRingan11.08

Kec. PademanganKel. Ancol02SedangSedang33.56

04SedangBerat42.46

Kel. Pademangan Barat07SedangBerat6.69

10Sangat Ringan11.20

11SedangBerat26.65

12Sangat Ringan13.41

13RinganRingan20.70

14RinganSedang7.30

14Sangat RinganSedang6.18

Kel. Pademangan Timur01RinganSedang14.40

10RinganBerat21.50

Kec. PenjaringanKel. Kamal Muara01RinganSedang394.34

Kel. Kapuk Muara01Sangat Ringan79.21

02RinganRingan43.58

03RinganSedang163.07

04SedangSangat Ringan4.29

Kel. Pejagalan01RinganSangat Ringan13.00

03SedangRingan14.80

07RinganSedang20.56

11RinganSedang10.56

14Sangat Ringan23.77

15RinganSedang9.79

Kel. Penjaringan01RinganSedang6.30

03Sangat Ringan34.13

07SedangSedang28.32

08SedangSedang103.68

11RinganSedang15.38

12Berat7.21

13RinganRingan3.96

14RinganSedang7.49

15SedangSedang9.80

16RinganSedang30.25

17RinganSedang204.16

Kec. Tanjung PriokKel. Kebon Bawang02SedangSedang2.14

03RinganSedang9.33

07SedangSangat Ringan6.66

09RinganSedang19.02

10Sangat Ringan25.71

11Sangat Ringan6.68

12Ringan5.36

13RinganSedang10.84

Kel. Papanggo01Sangat Ringan6.71

02Sangat Ringan7.10

03SedangSangat Ringan41.33

05Sangat Ringan21.35

06RinganRingan14.42

07Sangat Ringan12.51

08SedangSangat Ringan28.59

Kel. Sungai Bambu06Sangat Ringan44.92

07RinganSangat Ringan13.60

08Ringan50.64

Kel. Sunter Agung01RinganSangat Ringan22.12

02SedangSedang7.23

03SedangRingan17.29

04Sedang13.80

05Sedang38.35

06RinganSangat Ringan47.29

07Sangat Ringan25.31

11Sedang20.12

Kel. Sunter Jaya01Ringan18.45

02Ringan15.67

05Sedang20.47

06Sangat Ringan38.51

11Sangat Ringan138.57

Kel. Tanjung Priok06SedangBerat4.37

07RinganSedang8.17

11SedangSedang11.91

12Sangat Ringan11.19

13SedangSedang6.87

15Sangat Ringan10.87

Kel. Warakas01SedangSangat Ringan9.51

09Sangat Ringan5.20

10RinganSangat Ringan13.21

12SedangSangat Ringan8.30

13SedangSedang8.56

Sumber : Direktori Kumuh Tahun 2010 dan 2013Berdasarkan hasil evaluasi RW kumuh 2012, maka terdapat beberapa RW yang masalah kumuhnya sudah tertangani, terdapat beberapa RW yang pada tahun 2010 tidak kumuh, namun karena tidak diperhatikan maka pada tahun 2012 menjadi kumuh sangat ringan, ringan, dan sedang, seperti yang terjadi pada RW 01, 02, 05, 06, dan 11 Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok.

Ketersediaan dan Kondisi PSUDalam kaitannya dengan penyusunan Rencana) Provinsi DKI Jakarta, yang mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta, maka sistem prasarana penunjang ditekankan kepada prasarana air bersih, pengelolaan air kotor/limbah, pengelolaan persampahan, jaringan listrik, jaringan jalan serta layanan PSU (Prasana dan Sarana Umum)a. Air BersihPemenuhan kebutuhan air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dapat menunjang peningkatan kesejahteraan dan kesehatannya. Selain itu, penyediaan air bersih akan menjadi salah satu unsur yang dapat mendorong timbulnya kegiatan perekonomian.Sebagian besar penduduk Provinsi DKI Jakarta sampai saat ini masih menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih maupun air minum, hal ini disebabkan masih terbatasnya penyediaan air bersih yang disediakan oleh PD. PAM Jaya, sehingga air tanah merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan manusia disamping air sungai dan situ. Kualitas air tanah di Provinsi DKI Jakarta umumnya tergantung pada kedalaman aquifer-nya, kedalaman 40 m, umumnya masih baik/memenuhi persyaratan air bersih yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Provinsi DKI Jakarta menyebabkan letak sumur-sumurnya berdekatan dengan septic tank, sehingga umumnya sumur-sumur di Provinsi DKI Jakarta tercemar oleh rembesan dari septic tank penduduk yang kondisinya tidak memenuhi syarat.

Kebutuhan air berdasarkan sektor kegiatan di kawasan perkotaan dapat dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu :a. Kebutuhan domestik antara lain air minum, mandi cuci, dan sebagainya; danb. Kebutuhan non domestik antara lain industri, niaga, perkantoran, sarana dan hidran umum, hotel, rumah sakit, dan sebagainya.

Kebutuhan air domestik untuk tiap daerah tidaklah selalu sama. Standar kebutuhan air untuk domestik di wilayah DKI Jakarta dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu wilayah DKI Jakarta non Kepulauan Seribu menggunakan standar kebutuhan air bersih sebesar 150 liter/orang/hari karena lebih mengarah perkotaan; dan wilayah Kepulauan Seribu menggunakan standar sebesar 120 liter/orang /hari karena belum mengarah ke aktivitas perkotaan. Tabel 3Distribusi Air Bersih PDAM Menurut Jenis Pelanggan di DKI Jakarta, 2012NoPelangganJumlahVolume (M3/Tahun)

1Rumah Tangga659.69415.622

2Industri84.8735.280

3Rumah Sakit1.286737

4Hotel272893

5Lain-lain9.4302.448

Total755.55524.980

Sumber : SLHD, 2013Berdasarkan hasil Susenas tahun 2012, sumber air minum bagi masyarakat terdiri dari kemasan bermerk, air isi ulang, leding meteran, leding eceran, sumur bor/pompa, sumur terlindung, sumur tak terlindung, mata air terlindung, air sungai, air hujan, dan lainnya. Air dalam kemasan bermerk merupakan sumber air minum yang paling banyak digunakan oleh masyarakat, yaitu sebanyak 646.210 atau sebesar 38,9%. Sedangkan air sungai merupakan sumber air minum yang paling sedikit digunakan oleh masyarakat, yaitu sebanyak 476. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :Berkaitan dengan sumber air minum yang paling banyak berasal dari air kemasan bermerk, masyarakat memperoleh air minumnya dengan cara membeli, yaitu sebanyak 1.653.242 masyarakat atau sebesar 74,0%. Sedangkan yang memperoleh air minum dengan cara tidak membeli (kemungkinan adalah dengan memasak sendiri air minum mereka dari sumber air terdekat atau dimiliki), yaitu sebanyak 580.895 masyarakat atau sebesar 26,0%. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 4Banyaknya dan Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Cara Memperoleh Air MinumKabupaten/KotaCara Memperoleh Air MinumTotal

MembeliTidak Membeli

Jumlah%Jumlah%Jumlah%

Jakarta Utara328.96393,721.9346,3350.897100,0

PROVINSI DKI JAKARTA1.653.24274,0580.89526,02.234.137100,0

Sumber : Hasil Susenas, 2013Sumber air minum masyarakat berdasarkan jaraknya dengan tempat penampungan kotoran terdekat, yaitu berjarak kurang dari 10 m, lebih atau sama dengan 10 m, dan ada beberapa yang tidak diketahui jaraknya. Jarak sumber air minum dengan tempat penampungan kotoran sejauh lebih atau sama dengan 10 m adalah sebanyak 258.772 atau sebesar 50,16%. Sedangkan sebanyak 49.475 atau sebesar 9,59% tidak mengetahui jarak antara sumber air minum dengan tempat penampungan kotoran terdekat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5Banyaknya dan Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan Kotoran Terdekat di DKI JakartaKabupaten/KotaJarak Ke Tempat Penampungan Kotoran/TinjaTotal

< 10 m>10 mTidak Tahu

Jumlah%Jumlah%Jumlah%Jumlah%

Jakarta Utara81360,0027120,0027120,001.355100,00

PROVINSI DKI JAKARTA207.68240,25258.77250,1649.4759,59515.929100,00

Sumber : Hasil Susenas, 2012

c.Air Kotor/LimbahSistem pembuangan air limbah berupa air limbah domestik (rumah tangga), yang pengelolaan air limbah domestik umumnya dilakukan dengan menggunakan sistem sanitasi setempat (on site sanitation) berupa jamban, baik yang dikelola secara individu maupun secara komunal, yang dilengkapi dengan tangki septik atau cubluk. Sedangkan jika menggunakan sistem sanitasi terpusat (off site sanitation) pelaksanaannya memerlukan biaya yang cukup besar juga dalam pemeliharaannya, sehingga penggunaan sistem sanitasi terpusat yang ada saat ini diperkirakan hanya dapat melayani penduduk yang tinggal di wilayah Provinsi DKI Jakarta.Berdasarkan hasil Susenas Tahun 2012 diketahui bahwa sebanyak 77% rumah/KK sudah memiliki fasilitas buang air besar sendiri dan 17,7% menggunakan fasilitas buang air besar bersama, 4,8% menggunakan fasilitas umum untuk buang air besar, sementara sebanyak 0,3% tidak memiliki fasilitas buang air besar. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 6Banyaknya dan Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Penggunaan Fasilitas Buang Air BesarKabupaten/KotaPenggunaan Fasilitas Tempat Buang Air BesarTotal

SendiriBersamaUmumTidak Ada

Jumlah%Jumlah%Jumlah%Jumlah%Jumlah%

Jakarta Utara231.76566,081.50223,234.6529,92.9780,8350.897100,0

PROVINSI DKI JAKARTA1.724.59177,2395.89017,7106.4614,87.1950,32.234.137100,0

Sumber : Hasil Susenas, 2013Jenis kloset yang digunakan oleh masyarakat berupa leher angsa, plengsengan, cemplung/cubluk, dan bahkan ada yang tidak memakai kloset. Leher angsa merupakan jenis kloset yang paling banyak digunakan oleh masyarakat, yaitu sebanyak 1.981.442 atau sebesar 88,98%. Sedangkan masyarakat yang tidak menggunakan kloset sebanyak 3.178 atau sebesar 0,14%. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 7Banyaknya dan Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis KlosetKabupaten/KotaJenis KlosetTotal

Leher AngsaPlengsenganCublukTidak Pakai

Jumlah%Jumlah%Jumlah%Jumlah%Jumlah%

Jakarta Utara318.13691,4421.9336,307.3082,105420,16347.919100,00

PROVINSI DKI JAKARTA1.981.44288,98211.1569,4831.1661,403.1780,142.226.942100,00

Sumber : Hasil Susenas, 2013Tempat pembuangan akhir tinja berupa tangki/spal, kolam/sawah, sungai/danau/laut, lobang tanah, pantai/tanah lapang/kebun, dan lainnya. Tempat pembuangan akhir tinja paling banyak, yaitu tangki/spal sebanyak 2.046.847 atau sebesar 91,6%. Sedangkan sebanyak 167 yang tempat pembuangan akhir tinjanya di pantai/tanah lapang/kebun. d.PersampahanPersoalan persampahan merupakan persoalan yang banyak timbul di berbagai kota di Indonesia. Kecenderungan membuang sampah tidak pada tempatnya seringkali berakibat fatal bagi keseimbangan lingkungan. Sampai saat ini, pelayanan dan pengelolaan sampah belum menjangkau ke seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta mengingat kondisi permukiman yang menyebar. Pada bagian wilayah kota yang terlayani, pembuangan sampah masyarakat secara umum dikelola sendiri oleh masyarakat dengan cara membakar, menimbun atau membuangnya di sekitar permukiman.

Tabel 8Banyaknya Rumah Tangga Berdasarkan Cara Pembuangan SampahnyaNoKota AdministrasiJumlah Rumah TanggaTempat Pembuangan Sampah Rumah Tangga

Ditimbun / DibakarDiangkut PetugasDibuang Ke Kali/SelokanLainnya

SendiriBersama

5Jakarta Utara395.76560.14212.763322.860--

DKI Jakarta2.292.281286.170119.7781.698.705106.10081.528

Sumber : Dinas Kebersihan Provinsi DKI JakartaKebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah DKI Jakarta dalam hal penanganan sampah adalah bahwa pengangkutan sampah terutama dari rumah tangga ke Tempat Penampungan Sementara adalah swadaya masyarakat. Kondisi ini yang menyebabkan masih tingginya sampah yang dibuang ke lingkungan (sungai, tanah dll) terkait dengan adanya keberatan atas biaya yang harus ditanggung masyarakat serta masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

Untuk mendukung program pemerintah DKI Jakarta dalam penanganan limbah padat khususnya sampah perkotaan, Dinas Kebersihan DKI Jakarta telah melakukan swastanisasi kebersihan untuk menangani 28 kelurahan dan Areal Monas. Hal ini dilakukan agar penanganan sampah dapat tertanggulangi, tercermin dengan diterbitkannya Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1509 tahun 2001 tentang Pedoman Penanganan Penanggulangan sampah oleh pihak swasta. Adapun nama kelurahan dan nama perusahaan swastanisasi kebersihan adalah sebagai berikut :Tabel 9Nama Kelurahan yang Dilakukan Swastanisasi Kebersihan Tahun 2012NoKelurahanWilayah

1Kelurahan PejagalanJakarta Utara

2Kelurahan Sunter JayaJakarta Utara

Sumber : Dinas Kebersihan Provinsi DKI JakartaSelain tersebut di atas, untuk mendukung armada pengakutan sampah, Pemerintah Daerah DKI Jakarta juga bekerjasama dengan perusahaan swasta. Hal ini dilakukan karena selain kondisi kendaraan yang saat ini masih kurang, juga perlunya peremajaan dan penambahan armada dalam mendukung pengangkutan sampah dari Tempat Penampungan Sampah Sementara ke Tempat Pembuangan Akhir. Jumlah armada milik swasta yang disewa adalah sebanyak 100 unit dan melayani seluruh wilayah DKI Jakarta. Untuk penanganan limbah cair, Dinas Kebersihan DKI Jakarta sampai saat ini masih belum banyak mengalami kesulitan.Hal ini terjadi karena kapasitas unit pengolahan limbah yang telah disiapkan, masih dapat menampung dengan baik, yaitu di IPAK Pulo Gebang dan IPAK Duri Kosambi yang dapat menampung air limbah sebanyak 600 M3/Hari.

e.Jaringan ListrikSistem jaringan listrik merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan sarana penerangan agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk serta meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui usaha yang memanfaatkan keberadaan jaringan listrik. Ketersediaan listrik merupakan wahana untuk mendorong dan merangsang kegiatan ekonomi penduduk agar lebih produktif. Di seluruh Provinsi DKI Jakarta, konsumsi listrik dapat diklasifikasikan menjadi 5 (lima) kelompok pengguna, yaitu:a. rumah tanggab. badan usahac. industrid. umume. multi gunaBerdasarkan hasil Susenas tahun 2012, sumber penerangan masyarakat berasal dari listrik PLN, Listrik non PLN, petromak, pelita/sentir/obor, dan lainnya. Sumber penerangan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah listrik PLN, yaitu sebanyak 2.199.663 atau sebesar 98,5%. Sedangkan sumber penerangan yang paling sedikit digunakan oleh masyarakat adalah pelita/sentir/obor, yaitu sebanyak 1.476 atau sebesar 0,1%. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10Banyaknya dan Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber PeneranganKabupaten/KotaSumber PeneranganTotal

Listrik PLNListrik Non PLNNon Listrik

Jml%Jml%Jml%Jml%

Jakarta Utara345.21598,43.7891,11.8930,6350.897100

Provinsi DKI Jakarta2.199.66398,524.7961,19.6780,52.234.137100

Sumber : Hasil Susenas, 2012

Pembangkit tenaga listrik PT. PLN di Provinsi DKI Jakarta, seluruhnya dibangkitkan mesin pembangkit (Power Generator) diesel dan air. Jumlah daya listrik yang tersambung dan jumlah pelanggan listrik di wilayah DKI Jakarta setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11Jumlah Daya Listrik Tersambung dan Jumlah Pelanggan Listrik di Wilayah DKI JakartaTahun 1999-2007NoTahunJumlah Daya Listrik Tersambung (Va)Jumlah Pelanggan Listrik

119996.580.171.0491.913.878

220006.891.565.3841.966.685

320017.593.983.8862.023.368

420028.019.892.1342.031.591

520037.881.383.3822.157.314

6201010.904.997.9332.224.768

720059.297.616.8792.295.259

820069.112.867.7182.361.839

920079.729.725.0782.421.581

Sumber : BPS Tahun 1999-2007

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui dari tahun 1999-2002 terdapat peningkatan jumlah daya listrik yang tersambung sebanyak 1.438.721.085 Va. Lalu mengalami fluktuasi naik dan turun pada tahun 2003-2010, sampai pada tahun 2010 mencapai 10.904.997.933 Va. Jumlah tersebut mengalami penurunan kembali pada tahun 2005-2006 dan naik kembali pada tahun 2007. Walaupun jumlah daya listrik yang tersambung mengalami kenaikan dan penurunan, namun jumlah pelanggan listrik di wilayah DKI Jakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari tahun 1999 jumlah pelanggan hanya 1.913.878 namun pada tahun 2007 jumlahnya meningkat menjadi 2.421.581 atau mengalami kenaikan sekitar 20%. Peningkatan pelayanan listrik oleh PLN dapat dikatakan mampu mengikuti pertambahan kebutuhan karena peningkatan jumlah penduduk karena prosentase pelanggan listrik masih tetap dalam kisaran di atas 95% dari jumlah rumah tangga. Data Susenas 2012 menunjukkan sekitar 99% rumah tangga di DKI Jakarta telah dilayani oleh listrik dari PLN.

f.Jaringan JalanPola jaringan jalan di wilayah DKI Jakarta secara umum terdiri dari sistem jaringan jalan lingkar, yaitu lingkar dalam (inner ring road) dan lingkar luar (outer ring road) yang juga merupakan jaringan jalan arteri primer, jaringan radial yang melayani kawasan diluar inner ring road menuju kawasan di dalam inner ring road dan jaringan jalan berpola grid di wilayah pusat kota. Dilihat dari kepadatan jaringan jalannya, jaringan jalan eksisting terbentuk sebagai jaringan radial dan circumferential.

Jaringan jalan di wilayah DKI Jakarta berkembang sesuai dengan otoritas wilayah yang menyangkut administratif jalan. Keutuhan wilayah Jabotebek dalam konteks sistem transportasi darat berhubungan baik melalui sistem jalan raya, sistem kereta api, dan sistem angkutan umum. Total panjang jalan di DKI Jakarta kurang lebih 10% dari total panjang jalan di Jawa. Perbandingan antara panjang jalan dan total area di wilayah DKI Jakarta hanya 4%, dimana idealnya untuk kota sebesar Jakarta adalah 10-15%. Panjang jalan di DKI Jakarta masih didominasi oleh jalan lokal sebesar 75,4% diikuti oleh jalan sekunder 20,3% dan jalan primer serta tol sebesar 2,5% dan 1,7%.Tabel 12Panjang Jalan di DKI Jakarta Tahun 2012KlasifikasiPanjang (m)Ratio (%)Operasional dan Perawatan

Jalan Tol112.960,001,7Jasa Marga dan Perusahaan Swasta

Jalan Primer163.779,752,5Pemerintah Pusat

a. Arteri Primer112.149,001,7Pemerintah Pusat

b. Kolektor Primer51.630,750,8Pemerintah Pusat

Jalan Sekunder1.330.328,9120,3Pemerintah Provinsi

a. Arteri Sekunder506.415,007,7Pemerintah Provinsi

b. Kolektor Sekunder823.913,9112,6Pemerintah Provinsi

Jalan Lokal4.936.928,2775,4Pemerintah Kota Administrasi

Total6.543.996,93100,00

Sumber : Jakarta Dalam Angka, BPS, 2012

2. Kinerja MHT tahun anggaran 2013Fokus Kegiatan MHT tahun 2013 adalah kegiatan Jaringan jalan Lingkungan permukiman, tingkat RT dan Tingkat RW di Kecamatan Tanjung Priok,Koja.Pademangan dan Cilincing dimana point dalam pembangunan adalah Peningkatan jaringan jalan,perbaikan saluran air dan normalisasi saluran air, dimana kegiatan ini sudah memiliki perkembangan yang baik target perbaikan jaringan jalan rusak tercapai dengan baik, hal ini memberikan suatu peningkatan terhadap kualitas pembangunan di perumahan permukiman di Kecamatan Kota Administratif Jakarta Utara.Tabel 13Kegiatan MHT PlusKota Administrasi Jakarta Utara 2013NoJenis KegiatanVolumeAnggaranKeterangan

1Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Swasembada Timur Pinggir Kali Kel. Kebon Bawang Kec. Tanjung Priok

1489 m2

3Peningkatan Jalan Dan Saluran Air di Jl. Pulo Besar I Gg. Muali RT. 002 RW. 002 Kel. Sunter Jaya Jakarta Utara1 PaketRp. 100.000.000Penanganan Peningkatan Jalan Dan Saluran Air di Jl. Pulo Besar I Gg. Muali RT. 002 RW. 002 Kel. Sunter Jaya sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU.

4Peningkatan Jalan Dan Saluran Air di Jl. Pulo Besar I Gg. Kong Dungi RT. 002 RW. 011 Kel. Sunter Jaya Jakarta UtaraRp. 100.000.000

Peningkatan Jalan Dan Saluran Air di Jl. Pulo Besar I Gg. Kong Dungi RT. 002 RW. 011 Kel. Sunter Jaya dilaksanaan oleh Sudin Perumahan JU dengan baik, kondisi jalan mulus

5Perbaikan Jalan Orang RW. 08 Kel. Sungai Bambu Kec. Tanjung Priok

280 mRp. 91.280.000Penanganan Perbaikan Jalan Orang RW. 08 Kel. Sungai Bambu Kec. Tanjung Priok sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU. Sebagian ruas jalan telah selesai pengerjaannya, dengan kondisi jalan mulus

Peningkatan Jalan Dan Saluran Air di Jl. Pulo Besar I Gg. Komeng RT. 002 RW. 011 Kel. Sunter Jaya Jakarta UtaraRp. 100.000.000

Penanganan Peningkatan Jalan Dan Saluran Air di Jl. Pulo Besar I Gg. Komeng RT. 002 RW. 011 Kel. Sunter Jaya dilaksanaan oleh Sudin Perumahan JU dengan baik, kondisi jalan mulus

Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Swasembada Timur XVII RT. 011 RW. 05 Kel. Kebon Bawang Kec. Tanjung Priok200 m2Rp. 83.400.000Penanganan Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Swasembada Timur XVII RT. 011 RW. 05 Kel. Kebon Bawang Kec. Tanjung Priok sedang dalam pentahapan pelaksanakan oleh Sudin Perumahan JU

Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Swasembada Timur XXV RW. 04 Kel. Kebon Bawang Kec. Tanjung Priok985 m2

Rp. 410.745.000Penanganan Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Swasembada Timur XXV RW. 04 Kel. Kebon Bawang Kec. Tanjung Priok dilaksanakan oleh Sudin Perumahan JU dengan baik, kondisi jalan mulus

Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Swasembada Timur XXVI RW. 04 Kel. Kebon Bawang Kec. Tanjung Priok985 m2Rp. 410.745.000Penanganan Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Swasembada Timur XXVI RW. 04 Kel. Kebon Bawang Kec. Tanjung Priok dilaksanakan oleh Sudin Perumahan JU dengan baik, kondisi jalan mulus

Perbaikan Jalan Lingkungan Dan Saluran RW. 010 Gg. I pada Jl. Mangga Blok D Kel. Lagoa Kec. Koja1100 m2Rp. 1.050.500.000Penanganan Perbaikan Jalan Lingkungan Dan Saluran RW. 010 Gg. I pada Jl. Mangga Blok D Kel. Lagoa Kec. Koja sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU

Perbaikan Jalan Lingkungan Dan Saluran Gg. IV pada Jl. Mangga Blok D Kel. Lagoa Kec. Koja1115 m2Rp. 1.064.825.000Penanganan Perbaikan Jalan Lingkungan Dan Saluran Gg. IV pada Jl. Mangga Blok D Kel. Lagoa Kec. Koja sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU

Perbaikan Jalan Lingkungan Dan Saluran Gg. V pada Jl. Mangga Blok D Kel. Lagoa Kec. Koja1115 m2Rp. 1.064.825.0001. Penanganan Perbaikan Jalan Lingkungan Dan Saluran Gg. V pada Jl. Mangga Blok D Kel. Lagoa Kec. Koja sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU

Perbaikan Jalan Orang RW. 09 Kel. Pademangan Timur Kec. Pademangan500 m2Rp. 163.000.000Penanganan Perbaikan Jalan Orang RW. 09 Kel. Pademangan Timur Kec. Pademangan telah dilaksanaan oleh Sudin Perumahan JU dengan cukup baik, kondisi jalan mulus

Perbaikan Jalan Orang RW. 010 Kel. Pademangan Timur Kec. Pademangan500 m2Rp. 163.000.000Penanganan Perbaikan Jalan Orang RW. 010 Kel. Pademangan Timur Kec. Pademangan telah dilaksanaan oleh Sudin Perumahan JU dengan cukup baik, kondisi jalan mulus

Perbaikan Jalan Orang RW. 01 Kel. Tanjung Priok Kec. Tanjung Priok1 paketRp. 195.600.000Penanganan Perbaikan Jalan Orang RW. 01 Kel. Tanjung Priok Kec. Tanjung Priok sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU

Perbaikan Jalan Orang Jl. Bahari Gg. V, Gg. III A9 dan Gg. IV A7 RW. 02 Kel. Tanjung Priok300 m2Rp. 97.800.000

Penanganan Perbaikan Jalan Orang Jl. Bahari Gg. V, Gg. III A9 dan Gg. IV A7 RW. 02 Kel. Tanjung Priok telah dilaksanaan oleh Sudin Perumahan JU dengan cukup baik, kondisi jalan mulus

Perbaikan Jalan Orang Lingkungan RW. 06 Kel. Rawa Badak Selatan Kec. Koja600 m2Rp. 250.200.000Penanganan Perbaikan Jalan Orang Lingkungan RW. 06 Kel. Rawa Badak Selatan Kec. Koja telah dilaksanaan oleh Sudin Perumahan JU dengan cukup baik, kondisi jalan mulus

Perbaikan Jalan Orang dan Saluran RW. 02 Kel. Rawa Badak Utara Kec. Koja2300 m2Rp. 2.166.600.000Penanganan Perbaikan Jalan Orang Lingkungan RW. 02 Kel. Rawa Badak Utara Kec. Koja sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU. Saluran yang digunakan adalah saluran pra cetak

Perbaikan Jalan Orang dan Saluran RW. 05 Kel. Rawa Badak Utara Kec. Koja650 m2Rp. 612.300.0001. Penanganan Perbaikan Jalan Orang dan Saluran RW. 05 Kel. Rawa Badak Utara Kec. Koja sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU. Saluran yang digunakan adalah saluran pra cetak

Perbaikan Jalan Orang dan Saluran Gg. 1 Blok N RW. 011 Kel. Lagoa Kec. Koja

650 m2Rp. 612.300.000Penanganan Perbaikan Jalan Orang dan Saluran Gg. 1 Blok N RW. 011 Kel. Lagoa Kec. Koja sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU. Saluran yang digunakan adalah saluran pra cetak

Perbaikan Jalan Orang dan Saluran Gg. 2 Blok N RW. 011 Kel. Lagoa Kec. Koja650 m2Rp. 612.300.0001. Penanganan Perbaikan Jalan Orang dan Saluran Gg. 2 Blok N RW. 011 Kel. Lagoa Kec. Koja sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU. Saluran yang digunakan adalah saluran pra cetak

1. Perbaikan Jalan Orang RW. 09 Kel. Koja Kec. Koja

200 m2Rp. 65.200.0001. Penanganan Perbaikan Jalan Orang RW. 09 Kel. Koja Kec. Koja telah dilaksanaan oleh Sudin Perumahan JU dengan cukup baik, namun belum full satu ruas jalan

Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Cempaka 3 RT. 009 RW. 04 Kel. Tugu Selatan1 paketRp. 179.300.0001. Penanganan Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Cempaka 3 RT. 009 RW. 04 Kel. Tugu Selatan sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU

Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Cempaka 4 RT. 009 RW. 04 Kel. Tugu Selatan1PaketRp. 93.825.0001. Penanganan Perbaikan Jalan Lingkungan Jl. Cempaka 4 RT. 009 RW. 04 Kel. Tugu Selatan sedang dalam pentahapan pelaksanaan oleh Sudin Perumahan JU

Peningkatan Sarana, Prasarana dan Utilitas di Kel. Semper Barat Kec. Cilingcing (Penataan Permukiman kumuh Deret)1PaketRp. 93.825.0001. Penanganan Peningkatan Sarana, Prasarana dan Utilitas di Kel. Semper Barat Kec. Cilingcing (Penataan Permukiman kumuh Deret) telah dilaksankan oleh Sudin Perumahan JU dengan cukup baik, kondisi jalan mulus

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di kawasan Jakarta Utara maka didapat beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : Program MHT bertujuan menciptakan lingkungan kumuh menjadi permukiman yang sehat dengan memiliki sarana prasarana permukiman yang memadai,sehingga dalam perencanaan anggaran diharapkan perencanaan permukiman terpadu sehingga dalam pelaksanaan kegiataaan yang sudah dilakukan tidak menimbulkan permasalahan baru, contoh perencanaan pembangunan jalan telah dilaksanakan baik, namun menimbulkan masalah baru seperti drainase yang buruk,sehingga perbaikan jalan yang telah dilaksanakan rusak ketika musim hujan karena drainase tidak direncanakan dan dilaksanakan bersamaan perbaikan jalan Keterpaduan belum tercermin pada aspek lingkungan, karena pada aspek tersebut masih terdapat masalah-masalah yang harus diselesaikan, dan ini dapat menjadi salah satu dasar dalam perencanaan kawasan lebih lanjut. Dalam Perencanaan Pembangunan lingkungan permukiman diperlukan penyelesaian menyeluruh sesuai dengan tujuan dari MHT yaitu dalam perencanaan harus menganggarkan menjadi satu kesatuan seperti perencanaan peningkatan jalan harus di gabungkan dengan perencanaan dan pelaksanaan jaringan drainase, system pembuangan sampah dengan penyediaan tong sampah,penghijauan di masing sisi sisi rumah serta perencanaan dan pelaksanaan PJU, hal ini di maksudkan agar kembali kepada konsep MHT yang memberikan masyarakat permukiman dengan kualitas sarana prasarana lingkungan yang nyaman dan sehat Penghuni perumahan formal dan perumahan Permukiman kumuh atau swadaya pada kawasan Jakarta Utara mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan lahan, sarana dan prasarana serta kesempatan kerja, akan tetapi diperlukan peningkatan kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan permukiman berkelanjutan. Perumahan formal dan perumahan Permukiman kumuh masing-masing membentuk suatu komunitas, akan tetapi untuk keberlangsungan hidup keduanya tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi menyatu dengan lingkungannya dan saling membutuhkan satu dengan lainnya yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana.

6.2. S A R A N

Permasalahan yang terjadi di lapangan ternyata cukup kompleks. Banyak hal-hal yang mempengaruhi timbul dan prosesnya kawasan menjadi suatu permukiman kumuh dengan berbagai macam karekteristik persoalan. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam menangani hal ini namun masih banyak kita jumpai kawasan-kawasan kumuh seperti ini di Kota Bandung sekarang ini, tepatnya di wilayah Taman Sari.1.Aspek Lokasi.Melihat kondisi permukiman kumuh yang ada suatu tempat akan berbeda pula karakteristik permasalahannya dengan di tempat lainnya. Ini dapat disebabkan oleh banyak hal yang cukup kompleks. Dari hasil kajian yang telah ada sebelumnya, beberapa karakter non fisik yang muncul pada kawasan permukiman kumuh ini antara lain adalah bahwa suatu lokasi tersebut berada pada tanah milik atau tanah negara, adanya kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap rencana tata ruang yang telah ditetapkan, nilai strategis lahan yang dilihat secara ekonomis, dan juga adanya kerawanan terhadap kemiskinan.

2.Aspek Bangunan. Penataan pembangunan permukiman di Kota Bandung, antara lain : Penyediaan rumah murah bagi kaum urban. Salah satu alternatifnya adalah Rumah Susun (Rusun) yang dalam hal ini bisa disediakan oleh Pemerintah Kota Bandung dan swasta. Untukswasta perlu adanya pemberlakuan insentif dan disinsentif. Penyediaan Rumah Murah di pinggir kota yang memungkinkan penghuni dapat memanfaatkan transportasi massal yang ada (adanya insentif dan disinsentif bagi pengembang swasta). Menyiapkan hidran air dan MCK yang memadai sehingga dapat dimanfaatkan untuk keamanan lingkungan. Dengan padatnya bangunan, resiko kebakaran sangat tinggi maka akan sulit pemadaman kebakaran untuk menjangkau kawasan kumuh ini, sehingga perlu sumber air yang siap dimanfaatkan setiap saat. Pemberlakuan peraturan secara lebih ketat pada daerah yang sudah dilakukan perencanaan tata ruangnya. Adanya upaya penegakan hukum dan instrumen pengendalian pembangunan.

3.Aspek Ekonomi.Memberikan pelatihan kepada masyarakat yang memang ingin meningkatkan pekerjaan sambilan. Dengan meningkatnya ekonomi maka dengan sendirinya mereka mampu meningkatkan kualitas lingkungan tempat tinggalnya. Lapangan pekerjaan yang dapat dikaitkan dengan kondisi kualitas lingkungan adalah aspek pariwisata. Komponen-komponen pariwisata adalah seperti arung jeram sepanjang sungai Cikapundung, tour kota, dan yang berhubungan dengan sungai tersebut. Untuk mendukung pariwisata itu tentu sungai Cikapundung harus bersih dari sampah dan kotoran-kotoran rumah tangga. Untuk itu maka harus melibatkan rumah tangga yang ada sekitar sungai.4. Aspek SOsial Untuk menciptakan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat diperlukan peningkatan usaha penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat baik penghuni tetap maupun sementara dan juga sektor swasta dalam hal ini menyangkut pembuangan limbah industri langsung ke saluran pematusan tanpa adanya pengolahan lebih dulu sehingga dapat mencemari lingkungan.

Masukan Perencanan MHT Berdasarkan kebijaksanaan tata ruang dalam master plan 2000 bahwa pengembangan kawasan terbangun juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan rumah dan kawasan perumahan mengikuti wilayah menurut unit pengembangan yang berdiri mandiri, fasilitas lingkungan disebar ke seluruh wilayah unit pengembangan tersebut, sehingga intensitas berbagai kegiatan di kawasan pusat kota dapat dikurangi. Dengan kondisi yang demikian maka diharapkan suatu permukiman dapat secara utuh atau terpadu dalam memenuhi keberlangsungan hidup penghuninya baik secara fisik maupun non fisik. Perkembangan kawasan Jakarta Utara diimbangi dengan pembangunan prasarana dan sarana lingkungan yang merupakan salah satu faktor untuk suatu kawasan permukiman yang terpadu yaitu permukiman yang dapat melayani diri sendiri tanpa harus bergantung ke pusat kota. Pembangunan prasarana dan sarana permukiman juga merupakan hal yang penting dalam memperoleh suatu lingkungan tinggal yang sehat dan nyaman. Pengadaan prasarana dan sarana ini tidak dapat dilakukan secara terpisah dari perencanaan permukiman secara menyeluruh.

LINGKUNGAN PERMUKIMAN Lingkungan permukiman merupakan tempat dimana manusia sebagai individu maupun kelompok masyarakat melangsungkan kegiatan atau melaksanakan kehidupannya. Pada perumahan real estate perbaikan lingkungan perumahan dilakukan oleh pihak developer lain halnya untuk perumahan Permukiman kumuh perbaikan lingkungan perumahan dilakukan atas partisipasi masyarakat setempat dengan dukungkan pihak pemerintah maupun swasta. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan pemanfaatan ruang, kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan lingkungan permukiman sangat dibutuhkan dalam usaha menciptakan lingkungan permukiman sesuai dengan perencanaan yang ada. Kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan lingkungan permukimannya bergantung juga dari faktor attachment to place. Kalau masyarakat merasa ada kedekatan akan suatu tempat maka akan muncul rasa ikut memiliki tempat tersebut, sehingga mereka ikut bertanggung jawab akan kondisi lingkungan yang ada di sekitar rumahnya. Pada lingkungan permukiman kawasan Jakarta Utara kepadatan penduduknya dalam kategori tinggi. Sedangkan tingkat pemeliharaan lingkungan permukiman di kawasan Jakarta Utara tampak kurang optimal karena di beberapa tempat terjadi banjir bila hujan deras. Untuk penghijauan terutama di perumahan Permukiman kumuh kurang digalakkan sehingga tampak gersang. Terjadinya banjir bila hujan deras terutama di beberapa perumahan Permukiman kumuh, menunjukan bahwa sistem pematusan yang ada belum memberikan hasil yang optimal karena di beberapa jalan lokal masih terlihat belum memiliki saluran tepi jalan dan banyak dijumpai saluran drainase yang terputus tanpa ada keberlanjutan ke arah saluran induk. Selain itu saluran yang ada mempunyai kapasitas rendah dengan kondisinya kurang terpelihara banyak sampah yang dibuang ke saluran sehingga saluran tidak berfungsi dengan baik pada musim hujan. Hal ini sangat mengganggu kesehatan masyarakat yang tinggal di situ, juga mengurangi kebersihan dan keindahan lingkungan. Selain itu, terdapat industri-industri pada kawasan yang membuang limbahnya langsung pada saluran pematusan yang ada tanpa diproses pada Unit Pengolahan Limbah (UPL) terlebih dahulu sehingga mengakibatkan tercemarnya air pada saluran pematusan. Sesuai dengan rencana pengembangan wilayah berdasarkan arahan program pembangunan prasarana kota terpadu pada wilayah unit pengembangan Jakarta Utara yaitu memperbaiki atau meningkatkan saluran pematusan. Dengan kondisi seperti ini maka perlu diadakan kontrol dan evaluasi lapangan oleh pihak terkait agar nantinya bisa menjadi masukan di dalam perencanaan selanjutnya. Untuk suatu perencanaan diperlukan pengembangan tata ruang dan penggunaan lahan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan terlihat dari proses membangun kawasan sesuai dengan perencanaan. Penggunaan lahan mayoritas adalah perumahan kemudian fasilitas perdagangan dan jasa serta industri, pemerintahan dan bangunan umum. Perumahan yang ada terdiri dari perumahan formal dan perumahan Permukiman kumuh, sedangkan untuk perdagangan adalah kegiatan perdagangan retail (eceran), untuk industri meliputi industri besar, sedang dan kecil keberadan industri ini sebagian besar terletak di jalan Raya Jakarta Utara . Pada tata guna lahan existing sebagian besar telah disesuaikan dengan pengembangan wilayah berdasarkan kebijaksanaan RDTRK UP Jakarta Utara bahwa secara umum penggunaan lahan lebih diarahkan sebagai kawasan perumahan terutama di bagian timur kawasan rencana, disamping penggunaan lahan yang lain. Sistem pengadaan perumahan yang heterogen menyatu di dalam suatu kawasan permukiman yaitu pertama pengadaan secara modern yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta yang menghasilkan perumahan formal meliputi real estate dan rumah susun ; kedua pengadaan perumahan yang dilaksanakan oleh masyarakat yang menghasilkan perumahan Permukiman kumuh. Untuk memadukan kedua jenis sistem pengadaan perumahan tersebut maka pada kawasan permukiman mempunyai space pengikat berupa sarana permukiman yang digunakan secara bersama, dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan. (gambar 5.1 5.2)SARANA LINGKUNGAN Berdasarkan kedudukan wilayah, kawasan Jakarta Utara ini merupakan pusat urban yang sesuai dengan kebijaksanaan RTRW kota Surabaya 2013. Diharapkan pada kawasan dapat tersedia sarana lingkungan yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Fasilitas perkotaan yang terdapat di wilayah penelitian dapat dikategorikan cukup memadai dan dapat memenuhi kebutuhan penghuni perumahan, ini dapat terlihat pada Tabel 5.1. bahwa sebagian besar penghuni sebesar 82,8 %, untuk memenuhi kebutuhan sarana lingkungan berupa fasilitas pendidikan, perbelanjaan, hiburan, ibadah, kesehatan, olah raga dan ruang terbuka/bermain dapat terlayani dalam lingkup kecamatan Jakarta Utara . Kondisi tersebut di atas sejalan dengan kebijaksanaan RTRW Kota Surabaya 2013 bahwa adanya penyebaran prasarana pendidikan dari tingkat dasar, menengah hingga pendidikan tinggi di setiap kecamatan, dan ini dapat terealisasi khususnya di kawasan Jakarta Utara . Fasilitas sentral yang dimiliki bersama seperti misalnya pasar, pendidikan, perdagangan tersebut, dapat menjadi salah satu cara untuk memperkuat komunitas dan lebih efektif. Fasilitas sentral tersebut dikatakan sebagai ruang pengikat dalam skala makro yaitu sebagai tempat berinteraksi antar wilayah kelompok perumahan formal dan perumahan Permukiman kumuh yang ada pada kawasan amatan. Interaksi sosial sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial dan ini membutuhkan media untuk menampung kegiatan tersebut, adanya fasilitas sentral yang menjadi milik bersama tersebut merupakan salah satu cara untuk melakukan interaksi sosial pada kawasan Jakarta Utara .PRASARANA RUMAH DAN LINGKUNGAN Dalam menunjang aktifitas kehidupan sehari-hari pada lingkungan perumahan dan permukiman, diperlukan berbagai fasilitas yang meliputi infrastruktur permukiman. Adapun yang dimaksud dengan infrastruktur permukiman meliputi : jalan, saluran drainage, pengadaan air bersih, listrik, telepon dan sebagainya. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia yang mana harus dilengkapi dengan prasarana rumah dan lingkungan yang meliputi PDAM, listrik, telepon, sistem drainase, septictank/resapan dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya berdasarkan kondisi yang ada pada kawasan Jakarta Utara dapat dilihat pada Tabel 5.2. Pemenuhan kebutuhan air bersih, sebagian besar penghuni di kawasan Jakarta Utara telah menggunakan jasa pelayanan PDAM dari instansi Ngagel, ini sesuai dengan kebijaksanaan RDTRK UP Jakarta Utara . Di beberapa tempat pada perumahan Permukiman kumuh khususnya penghuni sementara atau penghuni rumah sewa/kontrak untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka membeli pada penjaja air dari PDAM yang merupakan usaha sampingan sebagian warga. Berdasarkan kebijaksanaan RTRW kota Surabaya 2013 bahwa pengembangan sistem utilitas telepon dan listrik akan mengikuti pada karakter kebutuhan di setiap kecamatan dan pembangunannya akan mengikuti pola pembangunan transportasi kota baik pada jalan arteri, kolektor maupun lokal. Untuk pemenuhan kebutuhan listrik penghuni perumahan wilayah Jakarta Utara dapat terlayani dengan baik dan merata. Untuk fasilitas telepon masih belum memadai terlebih dengan semakin berkembangnya kawasan ini, hanya sebagian penghuni yang terpasang jaringan telepon ke rumahnya. Untuk telepon jaringan primernya melalui jalan-jalan utama.

Untuk prasarana jalan pada kawasan Jakarta Utara di klasifikasikan menurut fungsinya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) ; yaitu kolektor sekunder, lokal sekunder dan jalan lingkungan, jalan Raya Jakarta Utara termasuk jalan kolektor sekunder. Berdasarkan rencana pengembangan jalan pada kebijaksanaan RDTRK UP Jakarta Utara yang memberi akses bagi perkembangan kawasan adalah dikelompokkan menjadi 4 (empat) ; yaitu arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal sekunder dan jalan lingkungan), jalan Raya Jakarta Utara meningkat sebagai jalan arteri sekunder. Pada pembangunan permukiman berkelanjutan bahwa sistem transportasi harus aman, nyaman, terjangkau dan efisien. Pada kawasan kecamatan Jakarta Utara jalan-jalan utama rata-rata memiliki kepadatan sedang sampai tinggi. Bila melihat kondisi existing maka ada beberapa jalan utama yang kondisinya kurang nyaman dan tidak efisien yaitu Jl. Raya Jakarta Utara , Jl. Jakarta Utara Kidul, Jl. Raya Kedung Baruk dan Jl. Jakarta Utara Alang-alang karena mempunyai kepadatan yang tinggi terutama pada jam-jam berangkat dan pulang kerja yaitu pagi dan sore hari sehingga sering terjadi kemacetan. Dengan kondisi yang demikian maka dalam jangka pendek diperlukan penyelesaian misalnya dengan pengalihan jalur sementara pada waktu tertentu, sedangkan untuk jangka panjang dapat diselesaikan dengan perbaikan atau pelebaran jalan pada jalan-jalan tersebut agar tercapai kenyamanan dan efisiensi sesuai dengan pembangunan permukiman berkelanjutan dari segi sistem transportasi.TABEL 14 KETERKAITAN PERMUKIMAN DENGAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN KAWASAN JAKARTA UTARA PERMUKIMAN KUMUH RUSUN REAL ESTATE

SARANA LINGKUNGAN Pengadaan sara na lingkungan dila kukan oleh masya rakat, swasta dan Pemerintah Untuk memenuhi kebutuhan sarana lingkungan maka peng huni perumahan Permukiman kumuh 81.3% dapat terpenuhi dalam lingkup kecamatan Jakarta Utara Peran serta masyarakat dalam pengadaan sarana lingkungan berupa antara lain fasilitas per belanjaan (warung, toko), iba dah, olah raga, rg terbuka/ ber main, sosial Untuk memenuhi kebutuhan sarana lingkungan maka peng huni rumah susun 88.1% da pat terpenuhi dalam lingkup kecamatan Jakarta Utara Pihak Pemerintah dalam peng adaan sarana lingkungan beru pa antara lain fasilitas pendidik an, perbelanjaan (pasar), ke sehatan, ruang terbuka/berma in, social Untuk memenuhi kebutuhan sarana lingkungan maka peng huni perumahan real estate 79.04% dapat terpenuhi dalam lingkup kecamatan Jakarta Utara Peran serta swasta dalam pengadaan sarana lingk.berupa antara lain fasilitas pendidikan, perbelanjaan (ru ko), hiburan, ibadah, kesehat an, olah raga, rg terbuka/ber main

Perumahan Permukiman kumuh, rusun dan real estate yang terdapat pada kawasan permukiman Jakarta Utara untuk memadukannya diperlukan space pengikat yang berupa sarana permukiman yang digunakan secara bersama misalnya tempat ibadah, pasar, ruang terbuka dan sebagainya yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan. Sarana makam pada kawasan Jakarta Utara perlu mendapat perhatian di dalam pengadaannya di masa mendatang, ini merupakan tanggung jawab pihak pemerintah dan swasta sebagai kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan oleh warga pendatang karena makam yang ada merupakan makam Permukiman kumuh.

PRASARANA LINGKUNGAN Pengadaan prasa rana lingkungan di lakukan oleh ma syarakat, swasta & Pemerintah Untuk memenuhi kebutuhan prasarana lingkungan maka penghuni perumahan Permukiman kumuh 67.6 % telah terpenuhi PDAM, PLN, telepon ; dan 32.4 % telah terpenuhi PDAM, PLN Peran serta masyarakat dalam pengadaan prasarana lingkung an berupa antara lain prasarana jalan lingkungan/gang, saluran drainase dan penghijauan Untuk memenuhi kebutuhan prasarana lingkungan maka penghuni rumah susun 100% telah terpenuhi PDAM, PLN Pihak Pemerintah dalam peng adaan prasarana lingkungan berupa antara lain prasarana jalan kolektor sekunder, lokal sekunder dan jalan lingkungan yang dilengkapi dengan salu ran drainase dan penghijauan Untuk memenuhi kebutuhan prasarana lingkungan maka penghuni perumahan real estate 100% telah terpenuhi PDAM, PLN dan telepon Peran serta swasta dalam peng adaan prasarana lingkungan be rupa antara lain prasarana ja lan lokal sekunder dan jalan lingkungan yang dilengkapi dengan saluran drainase dan penghijauan

30