BAB 1 KTI

9
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi Kesehatan Jiwa Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata mata ke penakit atau kelemahan!" Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan se#ahtera ang positif, bukan sekedar keadaan tanpa pena ang memiliki kese#ahteraan emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi tanggung #awab kehidupan, berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri mereka sendiri! $idak ada pun definisi uni%ersal kesehatan #iwa, tetapi kita dapat menimpulkan kes #iwa seseorang dari perilakuna! Karena perilaku seseorang dapat ditafsirkan berbeda oleh orang lain, ang bergantung kepada nilai dan ke maka penentuan definisi kesehatan #iwa men#adi sulit! (&idebe'k, *+ Kesehatan #iwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sos ang terlihat dari hubungan interpersonal ang memuaskan, perilaku dan ko ang efekti, konsep diri positif, dan kestabilan emosional! (&idebe'k, -aat ini gangguan #iwa diidentifikasi dan ditangani sebagai masalah med American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan #iwa seba suatu sindrom atau pola psikologis seseorang dan dikaitkan dengan adana (misalna + ge#ala neri) atau disabilitas (aitu kerusakan pada satu ata 1

description

latar belakang askep keluarga dengan perilaku kekerasan

Transcript of BAB 1 KTI

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangOrganisasi Kesehatan Jiwa Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri mereka sendiri. Tidak ada satu pun definisi universal kesehatan jiwa, tetapi kita dapat menyimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari perilakunya. Karena perilaku seseorang dapat dilihat atau ditafsirkan berbeda oleh orang lain, yang bergantung kepada nilai dan keyakinan, maka penentuan definisi kesehatan jiwa menjadi sulit. (Videbeck, 2008:11)Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efekti, konsep diri positif, dan kestabilan emosional. (Videbeck, 2008:11)Saat ini gangguan jiwa diidentifikasi dan ditangani sebagai masalah medis. American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai suatu sindrom atau pola psikologis seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres (misalnya : gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan. (Videbeck, 2008:12)Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa juga dapat dipandang dalam tiga kategori. Faktor individual meliputi struktur biologis, ansietas, kekhawatiran dan ketakutan, ketidakharmonisan dalam hidup, dan kehilangan arti hidup. Faktor interpersonal meliputi komunikasi yang tidak efektif, ketergantungan yang berlebihan atau menarik diri dari hubungan, dan kehilangan kontrol emosional. Faktor budaya dan sosial meliputi tidak ada penghasilan, kekerasan, tidak memiliki tempat tinggal (tunawisma), kemiskinan, dan diskriminasi seperti pembedaan ras, golongan usia, dan jenis kelamin. (Videbeck, 2008:12)Stres, ansietas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan yang dapat mengarahkan pada perilaku kekerasan. Sedangkan yang dimaksud perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. Menurut teori biopsikososial disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara faktor biologik, psikologik dan sosiokultural. (Dermawan, 2013:94)Perilaku kekerasan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Di Amerika Serikat, homicide merupakan penyebab kematian ke-13 pada tahun 1997. Beberapa diagnosis psikiatri termasuk gangguan mood, penyalahgunaan zat dan psikosis berhubungan dengan peningkatan perilaku kekerasan. Pada pertemuan APA para ahli memfokuskan hubungan antara perilaku kekerasan dengan gangguan psikiatri. Kondisi psikiatri yang paling sering berhubungan dengan prilaku kekerasan adalah gangguan psikotik seperti skizofrenia dan mania ( terutama pada pasien paranoid atau yang mengalami halusinasi tipe commanding ), intoksikasi alkohol dan obat-obatan, putus alkohol dan obat hipnotik sedatif, kegelisahan katatonik, depresi yang teragitasi, gangguan kepribadian yang ditandai dengan kemarahan dan pengontrolan impuls yang buruk ( contohnya gangguan kepribadian ambang dan antisosial ), dan gangguan organik ( terutama yang menyangkut keterlibatan lobus frontal dan temporal). (www.lahargokembaren.com/2009/11/perilaku-kekerasan-pada-pasien-gangguan.html)Masalah kesehatan jiwa atau gangguan jiwa juga masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Data Profil Kesehatan Indonesia (2008) menunjukkan bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185 penduduk mengalami gangguan jiwa. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga terdapat 140/1000 penduduk usia 15 tahun ke atas, dan diperkirakan sejak awal tahun 2009 jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa sebesar 25% dari populasi penduduk di Indonesia. (nezfine.wordpress.com/tag/kambuh-sakit-jiwa/) Sedangkan, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober tahun 2014 di Puskesmas Rogotrunan, terdapat 96 orang mengalami gangguan jiwa.Menurut Depkes RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Setiadi, 2008:3) Keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam melakukan perawatan terhadap penderita gangguan jiwa. Peran keluarga terhadap penderita gangguan jiwa berhubungan erat dengan 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Freeman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda, mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keuarga, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada). (Setiadi, 2008:13)Dalam penanganan terhadap pasien gangguan jiwa obat bukanlah segala-galanya, namun perlu dilakukan konseling, psikoterapi serta rehabilitasi, disini peran keluarga sangat diharapkan terhadap penyembuhan pasien gangguan jiwa.Peranan keluarga sangat dibutuhkan dalam proses pengobatan pasien gangguan jiwa, kondisi ini yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga, karena keluarga merupakan kelompok kecil yang dapat berinteraksi dengan pasien, secara pribadi keluarga merupakan faktor utama dalam penyembuhan pasien. Pentingnya peran serta keluarga dalam perawatan kondisi kesehatan keluarganya sangat berpengaruh besar bagi anggota keluarganya, karena keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perhatian langsung pada setiap keadaan pasien. Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit pasien. Keluarga mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah akan dapat menekan perilaku maladaptive (pencegahan sekunder) dan memulihkan perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara optimal. (Ana Keliat, 1992:22 dalam Febby,2008:14)Keluarga mempunyai keterampilan khusus dalam menangani penderita gangguan jiwa, karena pada penderita penyakit jiwa ini penderita mengalami suatu kelemahan mental yang mana suatu keadaan terhenti atau tidak lengkapnya perkembangan pikiran yang mencakup gangguan makna intelegensi dan fungsi sosial disertai dengan pikiran tak bertangguang jawab serius atau agresif abnormal. (Roan. W.M, 1979 dalam Hamdani. 2005;4-5)Untuk itu perawat perlu melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa dengan menggunakan Strategi Pelaksanaan Keluarga, yaitu : memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah, dan melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan sehingga keluarga dapat merawat pasien di rumah.Dari fenomena tersebut, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan mengangkat judul Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anggota Keluarga (Sdr.T) yang Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan di Jalan MT. Haryono RT 04 RW 04 Kelurahan Jogoyudan, Lumajang Tahun 2014 - 2015.

1.2 Rumusan MasalahBagaimana Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anggota Keluarga (Sdr.T) yang Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan di Jalan MT. Haryono RT 04 RW 04 Kelurahan Jogoyudan, Lumajang Tahun 2014 - 2015?

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan UmumMendeskripsikan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anggota Keluarga (Sdr.T) yang Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan di Jalan MT. Haryono RT 04 RW 04 Kelurahan Jogoyudan, Lumajang Tahun 2014 - 20151.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anggota Keluarga (Sdr.T) yang Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan di Jalan MT. Haryono RT 04 RW 04 Kelurahan Jogoyudan, Lumajang Tahun 2014 - 20151.3.2.2 Merumuskan diagnosa Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anggota Keluarga (Sdr.T) yang Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan di Jalan MT. Haryono RT 04 RW 04 Kelurahan Jogoyudan, Lumajang Tahun 2014 20151.3.2.3 Menyusun intervensi Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anggota Keluarga (Sdr.T) yang Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan di Jalan MT. Haryono RT 04 RW 04 Kelurahan Jogoyudan, Lumajang Tahun 2014 - 20151.3.2.4 Mengimplementasikan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anggota Keluarga (Sdr.T) yang Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan di Jalan MT. Haryono RT 04 RW 04 Kelurahan Jogoyudan, Lumajang Tahun 2014 20151.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anggota Keluarga (Sdr.T) yang Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan di Jalan MT. Haryono RT 04 RW 04 Kelurahan Jogoyudan, Lumajang Tahun 2014 2015

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat bagi PenelitiMenambah wawasan dan pengalaman nyata bagi peneliti serta peneliti dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga yang mengalami resiko perilaku kekerasan.1.4.2 Manfaat bagi MasyarakatMasyarakat dapat mengetahui dan menerapkan pencegahan serta penatalaksanaan pada penderita resiko perilaku kekerasan.1.4.3 Manfaat bagi Responden/KeluargaResponden dapat membentuk mekanisme koping yang baik sehingga dapat mengontrol perilaku kekerasan yang dilakukan dan keluarga juga mempunyai pengetahuan tentang tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan secara dini sehingga dapat mengontrol perilaku kekerasan yang dilakukan anggota keluarganya. 1.4.4 Manfaat bagi Institusi Pendidikan Menambah khasanah keilmuan keperawatan jiwa tentang pemberian asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan.1.4.5 Manfaat bagi Peneliti SelanjutnyaSebagai bahan acuan penelitian lebih lanjut dan dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga yang mengalami resiko perilaku kekerasan

1.5 Metode PenulisanPenulisan karya tulis ilmiah ini menggambarkan masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan auhan keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:1.5.1 WawancaraYaitu melakukan tanya jawab langsung kepada klien, keluarga, perawat, dan petugas kesahatan lainnya.1.5.2 Observasi PartisipasiYaitu dengan memeberikan asuhan keperawatan keluarga secara langsung sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.1.5.3 Studi PustakaMempelajari literatur yang berhubungan dengan resiko perilaku kekerasan.1.5.4 Studi DokumentasiPengumpulan data dengan memepelajari catatan medis dan hasil pemeriksaan klien.1.6 Sistematika PenulisanUntuk menggambarkan yang jelas mengenai karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang ditandai dari lima BAB, yaitu:1.6.1 BAB 1 yang berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan an sistematika penulisan1.6.2 BAB 2 yang berisi tentang konsep dasar meliputi Konsep Dasar Keluarga, Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dan Konsep Perilaku Kekerasan dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Pasien dengan Resiko Perilaku Kekerasan.1.6.3 BAB 3 yang meliputi tinjauan kasus yang membahas kasus pasien meliputi pengkajian, analisa data, masalah keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keprawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.1.6.4 BAB 4 yang meliputi pembahasan kasus yang ditujukan untuk menemukan kesenjangan antara teori dan fakta yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.1.6.5 BAB 5 yang meliputi kesimpulan dan saran kasus yang dibahas dan dapat dijadikan untuk pemikiran selanjutnya.1