BAB 1 kti coass

40
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. Tujuan utama imunisasi untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. 1 Program imunisasi merupakan sebuah keberhasilan dalam mencegah penyakit infeksi, hal ini terbukti dari menurunnya insiden penyakit menular di Amerika Serikat dan negara lain sejak pertengahan abad ke-20. Di Indonesia sejak tahun 1990, cakupan imunisasi dasar telah mencapai lebih dari 90%. 2 Program imunisasi di Indonesia mendapatkan respons yang sangat baik dari masyarakat. Hal ini terbukti dari data Riskesdas yang menunjukkan peningkatan persentase masyarakat yang mengikuti program imunisasi. Pada tahun 2010 53,8 %

Transcript of BAB 1 kti coass

Page 1: BAB 1 kti coass

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara

memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi

awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar

kekebalan diatas ambang perlindungan.

Tujuan utama imunisasi untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Vaksin membantu

tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap

penyakit.1

Program imunisasi merupakan sebuah keberhasilan dalam mencegah

penyakit infeksi, hal ini terbukti dari menurunnya insiden penyakit menular di

Amerika Serikat dan negara lain sejak pertengahan abad ke-20. Di Indonesia sejak

tahun 1990, cakupan imunisasi dasar telah mencapai lebih dari 90%.2 Program

imunisasi di Indonesia mendapatkan respons yang sangat baik dari masyarakat.

Hal ini terbukti dari data Riskesdas yang menunjukkan peningkatan persentase

masyarakat yang mengikuti program imunisasi. Pada tahun 2010 53,8 % anak

mendapatkan imunisasi lengkap. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan

persentase menjadi 59,2%.3

Laporan  UNICEF yang dikeluarkan terakhir menyebutkan bahwa 27 juta

anak balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan

layanan imunisasi rutin. Akibatnya, penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin ini

diperkirakan menyebabkan lebih dari dua juta kematian tiap tahun. Angka ini

mencakup 1,4 juta anak balita yang terenggut jiwanya.

Sejak diluncurkannya Program Pengembangan Imunisasi (Expanded

Programme on Immunization) pada 1974, imunisasi  telah menyelamatkan lebih

dari 20 juta jiwa pada dua dasawarsa. Bahkan ini dapat menyelamatkan lebih

banyak nyawa dan dana daripada bentuk-bentuk intervensi lainnya. Program ini

Page 2: BAB 1 kti coass

2

merupakan intervensi kesehatan dengan pembiayaan efektif. Tidak hanya jiwa

yang terselamatkan tapi juga memacu pembangunan yaitu dengan mengurangi

beban biaya kematian dan penyakit pada sebuah keluarga. Sekalipun imunisasi

telah menyelamatkan dua juta anak pada 2003, data yang terbaru menyebutkan

bahwa 1,4 juta anak meninggal karena mereka tidak divaksin. Hampir seperempat

dari 130 juta bayi yang lahir tiap tahun tidak diimunisasi agar terhindar dari

penyakit anak yang umum.

Rata-rata angka imunisasi di Indonesia hanya 72 persen. Artinya, angka di

beberapa daerah sangat rendah. Ada sekitar 2.400 anak di Indonesia meninggal

setiap hari termasuk yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat

dicegah. Misalnya tuberculosis, campak, pertussis, dipteri dan tetanus. “Ini

merupakan tragedi yang mengejutkan dan tidak seharusnya terjadi. Masalah ini

mencerminkan masalah-masalah sistem dari tingkat kabupaten ke bawah.

Sekaligus juga mencerminkan perlunya pendanaan yang sesuai di tingkat nasional

untuk untuk mendukung dan mempertahankan pengawasan program imunisasi di

Indonesia. Wabah polio yang baru saja terjadi merupakan krisis kesehatan yang

berdampak global. Ini merupakan contoh yang baik mengapa beberapa program

tidak boleh dibiarkan gagal karena kurangnya dana dan kapasitas sumber daya

manusia pada pelaksanaannya,” kata Dr. Gianfranco Rotigliano, Kepala

Perwakilan UNICEF di Indonesia.4

Keberhasilan program imunisasi di Indonesia di pengaruhi oleh peran dan

pengetahuan ibu. Pengetahuan ibu tentang imunisasi dipengaruhi oleh berbagai

faktor diantaranya pendidikan, informasi, social budaya,/ekonomi, lingkungan,

pengalaman dan usia. Dimana tingkat pengetahuan ibu dipengaruhi oleh

kepatuhan dalam pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak, sehingga dapat

mempengaruhi status imunisasi pada bayi. (Mardiansyah, 2008)

Untuk menilai status imunisasi bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan

imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang

diberikan pada bayi dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan

dengan lengkap.1

Page 3: BAB 1 kti coass

3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengetahui tingkat pengetahuan ibu di puskesmas Pekan Labuhan mengenai

pelaksanaan imunisasi dasar.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu di puskesmas Pekan Labuhan

mengenai pelaksanaan imunisasi dasar.

.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu

tentang imunisasi mengenai :

a) Pengertian imunisasi

b) Tujuan imunisasi

c) Manfaat imunnisasi

d) Jenis imunisasi

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman berharga dan

wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka

penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah.

b. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan kepada responden

mengenai pentingnya imunisasi dasar pada bayi.

c. Bagi Puskesmas Pembantu Naga Timbul

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan

pelayanan imunisasi dasar pada bayi dan meningkatkan cakupan imunisasi.

Page 4: BAB 1 kti coass

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.6 Pengetahuan juga merupakan

informasi dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman atau pendidikan.

Dari sumber yang lain, pengetahuan merupakan jumlah dari segala yang

diketahui.11 Menurut pendapat Kraiger pada dasarnya pengetahuan dapat

dibagi menjadi dua bagian yang saling berhubungan yaitu: 5

1) Theoritical Knowledge

Pengetahuan dasar yang dimiliki karyawan seperti prosedur bekerja, moto

dan misi perusahaan serta tugas dan tanggungjawab. Informasi-informasi

lainnya yang diperlukan dan yang diperoleh baik secara formal (sekolah,

universitas) maupun dari non formal (pengalaman-pengalaman). 6

2) Practical Knowledge

Pengetahuan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk

memahami bagaimana dan kapan karyawan bersikap dan bertindak dalam

menghadapi berbagai masalah dan penerapan prosedur kerja berdasarkan

dari pengetahuan secara teori maupun dari pengalaman-pengalaman yang

terjadi. 6

Terdapat beberapa proses untuk memperoleh pengetahuan.

Page 5: BAB 1 kti coass

5

a. Kesadaran, yaitu seseorang menyadari pentingnya arti pengetahuan

terlebih dahulu.

b. Merasa tertarik, yaitu mula tertariknya seseorang terhadap stimulus.

c. Menimbang-nimbang, yaitu memikirkan tentang baik dan tidaknya

suatu stimulus .

d. Mencoba, yaitu orang telah menguji perilaku baru.

e. Mengadopsi, yaitu subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan

dan kesadaran. 11

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang

mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut 6:

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan. 6

b. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.6

c. Aplikasi (Application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya. 6

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu

komponen - komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan

Page 6: BAB 1 kti coass

6

kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan. 6

e. Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan

yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada. 6

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek

tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang sudah ada.

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. 6

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

2.1.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:

a) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.

b) Umur

Page 7: BAB 1 kti coass

7

Makin tua umur seseorang, maka proses-proses perkembangan mentalnya

bertambah baik. Akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan

tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian

ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahna umur seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan

tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut, kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

c) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

pendidikannya lebih rendah.

d) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif atau negatif.

e) Sumber Informasi

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika ia

mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan

meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang misalnya radio, televii, majalah , koran dan buku.

f) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.

Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu

menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

g) Sosial Budaya

Page 8: BAB 1 kti coass

8

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2. Imunisasi

2.2.1 Definisi

Imunisasi ini sering disamaartikan dengan vaksinasi. Dimana proses

vaksinasi ini merupakan suatu tindakan yang sengaja diberikan pajanan dengan

antigen yang berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat

demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu mengaktivasi

limfosit yang peka sebagai antibodi dan sel memori.10

2.2.2 Tujuan Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu dan meghilangkan penyakit tersebut pada

sekelompok masyarakat atau menghilangkannya dari dunia.10

2.2.3 Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi ialah untuk menurunkan morbiditas, mortalitas, dan

sequele (cacat).9

2.2.4 Jenis Imunisasi

Page 9: BAB 1 kti coass

9

Imunisasi dibahagi dua mengikut mekanisme pertahanan tubuh:

a) Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan

akan

terjadi sesuatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi

spesifik yang akan menghasilkan respons selular dan humoral serta menghasilkan

sel memori. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara tepat dapat

merespons terhadap jangkitan penyakit tertentu. Dalam imunisasi aktif terdapat

empat jenis kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dikelaskan seperti berikut: 2

• Antigen merupakan bahagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau

mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan berupa polisakarida,

toksoid, virus yang dilemahkan dan bakteria yang dimatikan.

• Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.

• Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah

tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.

• Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk

meningkatkan imunogenitas antigen.

b) Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobin), yaitu suatu zat

yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma

manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga

sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi seperti kita beri obat antibiotik kepada

pasien (A.Aziz Alimul, 2005). Imunisasi pasif adalah penyuntikkkan sejumlah

antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah

penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang mengalami kecelakaan.

Contoh lain yang terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima

berbagai jenis antibodi terhadap campak (Conon, 2004).

Page 10: BAB 1 kti coass

10

2.2.5 Macam-macam imunisasi

a) Imunisasi BCG (Basillus Calmatte Guaarin)

BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang

ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat

contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC pada millier pada seluruh

lapangan paru atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang

mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Suntikan imunisasi BCG

disuntikkan secara intradermal di daerah deltoid sesuai anjuran WHO. Efek

samping pemberian imunisasi BCG adalah tejadinya ulkus pada daerah suntikkan,

limfadenitis regionalis, dan reaksi panas. Imunisasi BCG optimal diberikan pada

umur 2 sampai 3 bulan. Dosisnya 0.05ml untuk anak umur kurang dari1 tahun.

Biasanya BCG ulangan tidak dianjurkan. Jika diberikan setelah umur 3 bulan,

perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Selain itu BCG tidak diberikan

pada anak imunokompromis seperti anak yang menghidapi AIDS (Acquired

Immune Defisiency Disease). 1

b) Imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B yang tersedia adalah vaksin

rekombinan. Frekuansi pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali dan

penguatnya dapat diberikan pada usia 6 bulan. Waktu pemberian imunisasi

hepatitis B dapat dilihat pada jadwal pemberian imunisasi bayi Indonesia.

Imunisasi hepatis ini diberikan melalui intramuskular. Angka kejadian hepatitis B

pada anak balita juga sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan

kematian balita. Vaksin imunisasi hepatitis B diberikan segera setelah lahir atau

dalam 24 jam setelah lahir. Imunisasi hepatitis B dosis kedua diberikan selepas

satu bulan dari pemberian pertama. Vaksinasi ini dilakukan sedini mungkin

karena adanya risiko penularan kepada bayi dari ibunya sebesar 45 peratus.1

c) Imunisasi DPT

Page 11: BAB 1 kti coass

11

Imunisasi DPT (diphteria, pertusis, tetanus) merupakan imunisasi yang

digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan

tetanus.Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri

yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang

pembentukkan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT dapat

dilihat pada Jadwal Imunisasi Bayi Indonesia. Pemberian pertama zat anti

terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan

mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan

ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui

intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan dan berat. Efek

ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan

demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat

jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati dan syok. Upaya pencegahan

penyakit difteri, pertusis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi

karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan

anak balita.7

Hasil penelitian Muchlastriningsih (2005) menunjukkan bahwa jumlah kasus

difteri rawat jalan di Indonesia selama 3 tahun paling banyak dari golongan usia

15-44 tahun (37,42%). Pasien pertusis yang dirawat inap paling banyak dari

kalangan bayi dan anak-anak (60,28% dari seluruh pasien rawat inap). Hal ini

mendukung pendapat bahwa bayi dan anak-anak merupakan golongan usia yang

rentan terhadap penyakit pertusis. Pasien tetanus yang dirawat inap paling banyak

dari golongan usia di atas 45 tahun (44,16%).

d) Imunisasi campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk digunakan

untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit

menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi campak

diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti

terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga

sangat tinggi dalam mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. Hasil

Page 12: BAB 1 kti coass

12

penelitian Muchlastriningsih (2005) menunjukkan bahwa jumlah pasien campak

yang dirawat jalan paling banyak dari golongan usia 5-14 tahun (30,6peratus).

Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0.5ml secara sub-kutan dalam, pada

umur 9 bulan. Imunisasi campak dosis kedua diberikan pada school based catch-

up campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1 dalam program

BIAS . 10

e) Imunisasi MMR

Imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) merupakan imunisasi yang digunakan

dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles), mumps dan

campak Jerman (rubella). Dalam imunisasi MMR, antigen yang dipakai adalah

virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3,

dan virus mumps. Vaksin ini tidak dianjurkan untuk bayi usia di bawah 1 tahun

karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal yang masih

ada. Khusus pada daerah endemik, sebaiknya diberikan imunisasi campak yang

monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan booster (ulangan)

dapat dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan. Vaksin MMR diberikan sebanyak

0.5ml secara subkutan.10

f) Imunisasi Polio

Virus polio yang termasuk virus RNA golangan Picornaviridae genus enterovirus

ini menyebabkan poliomyelitis dimana penyalit demam akut yang menyebabkan

kerusakan pada motor neuron pada medulla spinalis yang dapat mengakibatkan

kelumpuhan. Pada imunisasi polio terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi

virus polio-1, 2, dan 3. Yaitu OPV (oral polio vaccine) dan IPV (inactivated polio

vaccine). Polio kali pertama diberi pada saat bayi baru lahir atau pad akunjungan

pertama. Dosis POLIO 2, 3, 4 diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan dosis

2 tetes OPV atau 0.5 ml secara intramuskular IPV.10

Page 13: BAB 1 kti coass

13

Gambar 2.1 Jadwal Imunisasi 2011-2012 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak

Indonesia (Satgas Imunisasi IDAI)

Page 14: BAB 1 kti coass

14

2.2.6 Efek Samping Imunisasi

Imunisasi terkadang dapat menimbulkan efek samping, tetapi hal ini

menandakan bahwa vaksin bekerja secara tepat. Efek sam ping yang dapat terjadi

antara lain;

1. Setelah bayi diberikan imunisasi BCG akan terjadi pembengkakan kecil

dan merah pada tempat suntikan selama 2 minggu. Setelah 2-3 minggu,

pembengkakan akan menjadi abses kecil dan menjadi luka. Luka akan

sembuh dengan sendiri dalam waktu 2-3 bulan dan meninggalkan luka

parut. Apabila dosis yang diberikan tinggi maka ulkus yang terbentuk juga

lebih besar dan apabila suntikan terlalu dalam maka luka parut yang akan

tertarik kedalam (retracted).

2. Setelah bayi mendapatkan imunisasi DPT anak menjadi gelisah dan

menangis terus-menerus selama bebebrapa jam pasca suntikkan. Biasanya

bayi akan demam pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT.

Biasanya demam ini akan hilang setelah 2 hari.

3. Beberapa balita pusing-pusing setelah imunisai polio serta diare ringan

dan sakit otot.

4. Setelah mendapatkan imunisasi campak kemungkinan anak akan diare,

panas, dan disertai kemerahan selama 4-10 hari setelah suntikan.

2.2.7 Kontraindikasi Imunisasi

1. Tidak memberikan imunisasi selama terjadi penyakit demam berat.

Page 15: BAB 1 kti coass

15

2. Hindari pemberian imunisasi dengan virus hidup pada anak-anak yang

mengalami ganguan sistem imun

3. Tunda imunisasi dengan virus hidup selama 3 sampai 7 bulan pada anak-

anak yang baru saja menerima kekebalan pasif melalui transfusi darah,

imunoglobulin, atau antibodi maternal.

4. Jangan berikan vaksin jika anak alergi terhadap vaksin atau setiap

bahagian dari komponen vaksin tersebut

5. Pada bayi –bayi prematur diimunisasi pada usia kronologis yang sesuai

dengan berat badan. 7

Page 16: BAB 1 kti coass

16

BAB 3

KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel:

Tingkat pengetahuan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi dasar pada balita di

Puskesmas Pekanlabuhan.

Definisi operasional:

Variabel DefinisiAlat

UkurKategori

Skala

Pengukuran

Tingkat

Pengetahuan

Ibu terhadap

Pelaksanaan

Imunisasi

Dasar pada

Balita

Hal-hal yang

diketahui oleh

sampel

penelitian

mengenai

kuesioner

yang

dibagikan.

Kue

sioner.

- Ya (Dimengerti)

- Tidak (Tidak

Dimengerti)

Nominal.

Tingkat Pengetahuan Ibu

Imunisasi Dasar:1. BCG2. DPT3. Hepatitis B4. Polio5. Campak

Page 17: BAB 1 kti coass

17

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey deskriptif. Pada

penelitian ini akan dinilai tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas Pekanlabuhan

mengenai pelaksanaan imunisasi dasar pada anak balita.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 April 2014 sampai dengan 10

Mei 2014. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pekanlabuhan.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah para ibu yang bertempat tinggal di

Pekanlabuhan.

4.3.2 Sampel

Cara pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah total sampling,

dimana setiap ibu yang datang ke Puskesmas akan dijadikan sampel lalu

dibagikan kuesioner.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

4.4.1 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer,

yaitu dengan menggunakan kuesioner yang telah dibagikan kepada sampel

penelitian.

Adapun pengumpulan data ini menggunakan kriteria seperti:

a. Kriteria Inklusi

Page 18: BAB 1 kti coass

18

Dari kriteria inklusi, yang diambil sebagai data adalah ibu yang telah

memiliki anak balita.

b. Kriteria Eksklusi

Dari kriteria eksklusi, yang tidak diambil sebagai data adalah ibu yang

tidak memliki anak balita, ibu yang tuna grafita.

4.4 Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan, kemudian

diolah dengan sistem komputerisasi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap pelaksanaan imunisasi balita di

Puskesmas Pekanlabuhan.

Page 19: BAB 1 kti coass

19

BAB 5HASIL DAN ANALISA

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel dari masyarakat Kecamatan Pekan Labuhan yang

datang berobat ke Puskesmas Pekan Labuhan Medan dimana masyarakat tersebut

merupakan para ibu yang memiliki anak balita.

5.1.2. Karakteristik Responden

Hasil pengumpulan data dari seluruh ibu yang telah dilakukan wawancara dalam

bentuk kuesioner di Puskesmas Pekan Labuhan Medan dapat disajikan dalam bentuk

sebagai berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Menurut Usia Anak

Usia Frekuensi Persentase

1 – 2 tahun 19 50.0

2 – 3 tahun 6 15.8

3 – 4 tahun 5 13.2

4 – 5 tahun 8 21.1

Total 38 100

Dari seluruh sampel yang didapat, dijumpai 50% usia anak responden berusia 1-2 tahun dan hanya 13% usia anak responden yang berusia 3-4 tahun.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Presentase RespondenMenurut Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase

Kurang 10 26.3

Sedang 10 26.3

Baik 18 47.4

Total 38 100

Data yang didapat dari sampel di atas, dijumpai 47,4% ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sementara tingkat pengetahuan kurang dijumpai 26,3%.

Page 20: BAB 1 kti coass

20

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Respondenmenurut Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

Tidak Bersekolah 3 7.9

SD 7 18.4

SLTP 14 36.8

SLTA 6 15.8

SARJANA 8 21.1

Total 38 100

Dari tabel di atas, dijumpai 36,8% ibu yang tingkat pendidikan terakhir SLTP, sementara yang tidak bersekolah dijumpai sebanyak 7,9%.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Presentase RespondenMenurut Usia Ibu

Usia Ibu Frekuensi Percent

15-20 4 10.5

21-25 7 18.4

26-30 13 34.2

31-35 7 18.4

36-40 7 18.4

Total 38 100

Dari tabel di atas, didapatkan rentang usia ibu yang terbanyak adalah usia 26-30 tahun sebanyak 34,2% dan yang paling sedikit adalah usia ibu 15-20 tahun sebanyak 10,5%.

Page 21: BAB 1 kti coass

21

5.1.3. Analisa Data

PENDIDIKAN TERAKHIR * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation

TINGKAT PENGETAHUAN

TotalKURANG SEDANG BAIK

PENDIDIKAN TERAKHIR TIDAK BERSEKOLAH Count 3 0 0 3

% of Total 7.9% .0% .0% 7.9%

SD Count 7 0 0 7

% of Total 18.4% .0% .0% 18.4%

SLTP Count 0 6 8 14

% of Total .0% 15.8% 21.1% 36.8%

SLTA Count 0 4 2 6

% of Total .0% 10.5% 5.3% 15.8%

SARJANA Count 0 0 8 8

% of Total .0% .0% 21.1% 21.1%

Total Count 10 10 18 38

% of Total 26.3% 26.3% 47.4% 100.0%

Dari tabel di atas dijumpai 21,1% ibu yang berpendidikan terakhir SLTP dan sarjana memiliki tingkat pengetahuan baik. Sementara 18,4% ibu yang berpendidikan terakhir SD memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Page 22: BAB 1 kti coass

22

umur * TINGKAT PENGETAHUAN Crosstabulation

TINGKAT PENGETAHUAN

TotalKURANG SEDANG BAIK

umur 15-20 Count 1 1 2 4

% of Total 2.6% 2.6% 5.3% 10.5%

21-25 Count 1 2 4 7

% of Total 2.6% 5.3% 10.5% 18.4%

26-30 Count 3 6 4 13

% of Total 7.9% 15.8% 10.5% 34.2%

31-35 Count 2 1 4 7

% of Total 5.3% 2.6% 10.5% 18.4%

36-40 Count 3 0 4 7

% of Total 7.9% .0% 10.5% 18.4%

Total Count 10 10 18 38

% of Total 26.3% 26.3% 47.4% 100.0%

Dari tabel di atas, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik tersebar pada hampir seluruh rentang usia, sementara tingkat pengetahuan kurang paling banyak ditemukan pada rentang usia 26-30 tahun dan 36-40 tahun.

5.2. Pembahasan Hasil pengumpulan data dari seluruh ibu yang telah dilakukan wawancara dalam bentuk kuesioner di Puskesmas Pekan Labuhan Medan meliputi distribusi Frekuensi dan persentase responden menurut usia anak, tingkat pengetahuan ibu, pendidikan terakhir ibu, dan menurut usia ibu.Dari data distribusi frekuensi dan persentase menurut usia anak dijumpai 50% usia anak responden berusia 1-2 tahun dan hanya 13% usia anak responden yang berusia 3-4 tahun, (tabel 5.1). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih banyak ibu yang membawa anaknya untuk melakukan imunisasi tepat pada waktunya yaitu umur 1-2 tahun.Dari data distribusi frekuensi dan persentase menurut tingkat pengetahuan ibu

dijumpai 47,4% ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sementara tingkat pengetahuan kurang dijumpai 26,3% (tabel 5.2). Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu serta kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan. Dapat disimpulkan dari data yang didapat bahwa lebih banyak ibu yang memiliki tingkat

Page 23: BAB 1 kti coass

23

pengetahuan lebih baik (47,4 %) dengan dapat menyebutkan, menguraikan, dan mengatakan pengetahuan tentang 5 imunisasi dasar.

Dari data distribusi frekuensi dan persentase menurut pendidikan terakhir ibu, dijumpai 36,8% ibu yang tingkat pendidikan terakhir SLTP, sementara yang tidak bersekolah dijumpai sebanyak 7,9% (tabel 5.3). Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah ( Notoatmodjo, 2007). Namun dari data yang didapat lebih banyak pendidikan terakhir ibu adalah SLTP (36,8 %) sedangkan pendidikan sarjan adalah 21,1 %.Dari data distribusi frekuensi dan persentase menurut rentang usia ibu yang terbanyak adalah usia 26-30 tahun sebanyak 34,2% dan yang paling sedikit adalah usia ibu 15-20 tahun sebanyak 10,5%. Menurut notoatmodjo, makin tua umur seseorang, maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut, kemampuan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Dari data yang didapat rentang usia tertinggi adalah 21 – 25 tahun, 31 – 35 tahun dan 36 – 40 tahun sebesar 18, 4 %. Ibu-ibu dengan usia yang lebih tua memiliki tingkat pengetahuan lebih baik yang dapat dikarenakan beberapa faktor yaitu proses perkembangan mental, pengetahuan yang didapat serta pengalaman yang sudah dialami oleh sang ibu. Dijumpai juga pada umur 21 – 25 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik yang dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, masih tingginya rasa ingin tahu ibu tentang imunisasi dasar dan pada rentang umur tersebut masih memiliki daya ingat yang sangat baik.

Page 24: BAB 1 kti coass

24

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1.

Distribusi frekuensi dan persentase responden menurut usia anak dijumpai 50% usia anak responden berusia 1-2 tahun dan hanya 13% usia anak responden yang berusia 3-4 tahun.

6.1.2.

Distribusi frekuensi dan presentase responden menurut tingkat pengetahuan , dijumpai 47,4% ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sementara tingkat pengetahuan sedang dan kurang dijumpai 26,3%.

6.1.3.

Distribusi frekuensi dan presentase responden menurut pendidikan terakhir dijumpai 36,8% ibu yang tingkat pendidikan terakhir SLTP, sementara yang tidak bersekolah dijumpai sebanyak 7,9%.

6.1.4

Distribusi frekuensi dan presentase responden menurut usia ibu yang terbanyak adalah usia 26-30 tahun sebanyak 34,2% dan yang paling sedikit adalah usia ibu 15-20 tahun sebanyak 10,5%.

6.2. Saran

6.2.1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menambah jumlah sampel untuk melihat lebih banyak tingkat pengetahuan ibu tentang 5 imunisasi dasar.

6.2.2. Untuk pembaca, perlu disadari pentingnya memiliki pengetahuan tentang imunisasi bukan hanya untuk ibu si anak, namun juga untuk anggota keluarga terdekat.

Page 25: BAB 1 kti coass

25

GELAAAP KITAAAA!! KIMAK PARI SHITTT

Page 26: BAB 1 kti coass

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2009. Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana Imunisasipada Di UPK Swasta. Jakarta.

2. Ranuh. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi

Ikatan Dokter Anak Indonesia.

3. Riskesdas, 2013. Hasil Riset Kesehatan dasar Tahun 2013. Jakarta:Balai

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

4. UNICEF, 2005.Laporan UNICEF tentang Himbauan untuk Menyelamatkan Anak - Anak Melalui Imunisasi. Available from: http://www.unicef.org/indonesia/id/media_3175.html

5. Achmad UF. (2006). Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta : Penerbit buku

Kompas

6. Gupta S. (2004). Child care everything you wanted to know. India:

Sterling Publishers (p) Ltd

7. Riyadi S. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

8. Hidayat AA. (2006). Penghantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta : Penerbit buku selemba mediaka.

9. Nelson WE. (1996). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : Penerbit buku

kedokteran EGC.

Page 27: BAB 1 kti coass

27

10. Notoadmojo S. (2003). Ilmu pengetahuan Masyarakat dan Prinsip-Prinsip

Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

11. Muscari ME. (2001).Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta :

Penerbit buku kedokteran EGC

12. Panjaitan dan Metawati P.(2010). Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Pada

Balita Di klinik Nurkalama Tembing. Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19172 . Diakses April 2014.

13. Suryanah D. (1996). Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta :

Penerbit buku kedokteran EGC

14. Satgas Imunisasi IDAI. (2011). Pedoman Imunisasi Di Indonesia.

Indonesia: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

15. Sastroasmoro S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta:

Sagung Seto.

16. Tesis: Ali, M. (2003). Pengetahuan, sikap dan perlaku Ibu Bekerja dan Ibu

tidak bekerja tentang Imunisasi. Medan :Perpustakaan USU

17. WHO. (2011). WHO and UNICEF estimated of immunization coverage.

Diunduh dari: http://search.who.int/search?

q:imunization+indonesian&output=xmlno_dtd&oe=wtf8&gotfields=doctr

yene . Diakses April 2014

18. Data Statistik Indonesia. (2013). Rata-rata Umur Perkawinan Perempuan

menurut Daerah dan provinci singulate Mean Age at Marriage (SMAM) of

female by Area and Province. Diunduh dari :

Page 28: BAB 1 kti coass

28

http://www.datastatistikindonesia.com/portal/index.php?

option=com_tabel&task=&Itemid=168. Diakses April 2014

19. Thaib TM, Darussalam D, Yusuf S, Andid R. (2013). Cakupan Imunisasi

Dasar Anak Usia 1-5 tahun dan Beberapa Faktor yang berhubungan di

Poliklinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh. Diunduh

dari: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-5-3.pdf. Diakses April 2014

20. Cornella A, Santosa U, Pari B. (2011). Gambaran Karekteristik Ibu

Mengenai Pengetahuan Imunisasi Dasar Di Desa Karangsari Kecamatan

Binong Kabupaten Sabang. Diunduh dari:

http://www.jurnalpendidikanbidan.com/arsip/35-januari-2013/82-

gambaran-karakteristik-ibu-mengenai-pengetahuan-imunisasi-dasar-di-

desa-karangsari-kecamatan-binong-kabupaten-subang.html. Diakses April

2014

21. BKKBN. (2010). Profil hasil pendataan keluarga tahun. 2010. Diakses

dari: www.bkkbn.go.id/.../profil%20pendataan%20keluarga%20tahun.

Diakses April 2014