BAB 1 belum fix

11
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Masalah Perubahan gaya hidup dan pola makan dari makanan yang berbasis karbohidrat menjadi makanan berlemak tinggi meningkatkan timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes. Di sisi lain, meningkatnya pelayanan kesehatan menyebabkan adanya perubahan pola epidemiologi berupa peningkatan usia harapan hidup dan prevalensi usia lanjut, termasuk Lansia dengan penyakit kronik degeneratif. 1 Prevalensi penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 5 juta pada tahun 2020. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit penyebab kematian utama di negara industri. Namun tidak bisa dipungkiri ternayata penyakit ini juga mulai mendominasi angka mortalitas dan morbiditas negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi penyakit kardiovaskular pada tahun 1972 adalah 1,1 per 1000 penduduk dan meningkat 5 kali menjadi 5,9 per 1000 penduduk pada tahun 1980. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1986, 1992, dan 1995 menunjukkan adanya peningkatan proposi kematian akibat penyakit kardiovaskular masing-masing 9,7%, 16,4%, dan 24,5%.

description

bab 1

Transcript of BAB 1 belum fix

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Analisis Masalah Perubahan gaya hidup dan pola makan dari makanan yang berbasis karbohidrat menjadi makanan berlemak tinggi meningkatkan timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan diabetes. Di sisi lain, meningkatnya pelayanan kesehatan menyebabkan adanya perubahan pola epidemiologi berupa peningkatan usia harapan hidup dan prevalensi usia lanjut, termasuk Lansia dengan penyakit kronik degeneratif.1Prevalensi penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 5 juta pada tahun 2020. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit penyebab kematian utama di negara industri. Namun tidak bisa dipungkiri ternayata penyakit ini juga mulai mendominasi angka mortalitas dan morbiditas negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi penyakit kardiovaskular pada tahun 1972 adalah 1,1 per 1000 penduduk dan meningkat 5 kali menjadi 5,9 per 1000 penduduk pada tahun 1980. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1986, 1992, dan 1995 menunjukkan adanya peningkatan proposi kematian akibat penyakit kardiovaskular masing-masing 9,7%, 16,4%, dan 24,5%. Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa proporsi penyakit kardiovaskular sebesar 24,5% menduduki tempat teratas sebagai penyebab kematian.Penyakit tersebut timbul karena berbagai faktor risiko, seperti kebiasaan merokok, hipertensi, dislipidemia, diabetes melitus, usia lanjut, dan riwayat keluarga. Hipertensi dan diabetes merupakan keadaan yang bersifat kronis, membutuhkan pengobatan kontinyu, dan sering menimbulkan berbagai komplikasi. Penyakit tersebut juga dikenal sebagai silent killer, karena jika tak terdeteksi dengan baik, sewaktu-waktu bisa menimbulkan keadaan emergensi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.2Data tahun 2014 Puskesmas Puger menunjukkan bahwa hipertensi menduduki peringkat pertama dengan prevalensi sekitar 23% dan lebih dari separuhnya diderita ibu-ibu. Diabetes, kasus yang ditemukan hanya sekitar 726 kasus dalam 1 tahun, kebanyakan merupakan pasien lama. Hal ini belum mencerminkan kondisi yang nyata karena banyak kasus hipertensi dan diabetes yang tidak terdiagnosis karena kurangnya perhatian dan informasi masyarakat.Bertolak dari kenyataan tersebut, upaya untuk mengurangi prevalensi penyakit dengeneratif melalui kegiatan simulasi pengelolaan mandiri penyakit kronis degeneratif, khususnya hipertensi dan diabetes bagi kader Yandu Lansia, kecamatan puger. Pemberdayaan peran sarta masyarakat dapat diupayakan untuk mengoptimalkan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi permasalahan lansia. Pos Pembinaan Terpadu dapat membantu memecahkan masalah kesehatan dimasyarakat dengan menggunakan sumber daya dan potensi masyarakat. Data kunjungan di Puskesmas Puger tahun 2014 menggambarkan bahwa 15 besar kesakitan dimana kasus terbanyak dari kunjungan pasien adalah hipertensi sebagai penyakit paling banyak. Dimana penyakit yang terbanyak yang diderita lansia diantaranya hipertensi, penyakit sendi, diabetes melitus dan penyakit degeneratif lainnya. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas lansia.Berdasarkan uraian di atas, untuk menekan prevalensi penyakit degeneratif Maka,peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengusulkan suatu program upaya pengembangan kesehatan lansia melalui program kegiatan simulasi pengelolaan mandiri penyakit kronis degeneratif di Puskesmas Puger Kabupaten Jember.

1.2 Data Kuantitatif 15 penyakit terbanyak puskesmas puger tahun 2014 Jenis penyakitBaru LamaKKL Total

Hipertensi primer1,3762373641977

Infeksi usus 177666251867

Bronkhitis akut 13272283001855

Pemeriksaan kehamilan 3715404951406

ISPA127130261327

Gangguan jaringan otot875140731088

Gangguan perkembangan100419151038

Gastritis7938072945

Infeksi kulit534124236894

TB paru6237785884

Diare dan Gastroenteritis7251212749

Diabetes melitus 28341402726

Gingivitis dan penyakit periodontal602792683

Deman tifoid5973548680

Penyakit pulva dan jaringan periapikal 4371945636

TOTAL 12,0331862286016,755

Penyakit terbanyak pada lansia tahun 2014 noPenyakit Total kasus

1Hipertensi 1977

2Diabetes melitus726

3Gastritis345

4Gangguan jaringan otot225

5ISPA220

Upaya pengembangan kesehatan lansia tahun 2014NoJenis kegiatanTarget pencapaianCakupan

1Jumlah posyandu lansia yang dibina Posyandu/desa 5 71,43 %

2Jumlah kelompok usia yang dibina Kelompok/desa5100%

3Jumlah lansia dan pralansia yang dilayani 60 %8277 orang77,66%

4Frekuensi pembinaan usila 60 kali/ tahun 36 kali77,27 %

Faktor Resiko noMasalah kesehatan Faktor resiko

lingkunganPrilakuYan-keskependudukan

1.hipertensi-Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai penyakit hipertensi-Rendahnya pendidikan masyarakat sehingga kurang bisa mengetahui informasi berbagai macam penyakit dari media elektronik-Paradigma masyarakat mengenai penyakit hipertensi sebagai penyakit lanjut usia- kesadaran yang kurang untuk periksa tekanan darah - diet tinggi garam dan tingginya angka perokok dan konsumsi kopi - malas kontrol setelah pengobatan - promosi yang kurang- -kurangnya pengetahuan dan kemampuan kader kader kesehatan-media promosi kurang menarik -status sosial ekonomi rendah-jumlah penduduk miskin yang tinggi -

2Diabetes melitus -Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai penyakit diabetes melitus -Rendahnya pendidikan masyarakat sehingga kurang bisa mengetahui informasi berbagai macam penyakit dari media elektronik- diet masyarakat yang tinggi karbohidrat- kurangnya aktivitas olahraga - ketidak thuan mengenai cara mengatur diet di masa tua promosi yang kurang-kurangnya pemanfaatan posyandu lansia sebagai media screening diabetes melitus- Belum optimalnya fungsi kader yandu lansia, khususnya dalam pengelolaan penyakit kronik degenerati-media promosi kurang menarik- kurangnya alat screening di yandu lansia- perkembangan masyarakat yang belum berubah mengenai diet tinggi karbohidrat- kemajuan teknologi memicu malas olahraga

1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalaha. Identifikasi Masalah1. Masih tingginya kasus penyakit kronik degeneratif di kalangan lansia2. Masih kurangnya pengetahuan pengelolaan penyakit kronik degeneratif di kalangan kader yandu lansia.3. Belum optimalnya fungsi kader yandu lansia, khususnya dalam pengelolaan penyakit kronik degeneratif.4. media promosi yang kurang menarik dan kurangnya alat screening di yandu lansia b. Rumusan MasalahBagaimana mengoptimalkan peran kader yandu lansia dalam pengelolaan penyakit kronik degeneratif ?1.4. Tujuan Kegiatan Mengoptimalkan peran kader yandu lansia dalam pengelolaan penyakit kronik degeneratif.1.5. Manfaat Kegiatan Kegiatan ini diharapkan dapat memberika manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, kegiata ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengelolaan penyakit kronik degeneratif. Secara praktis, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:1. Bagi kader yandu lansia: mampu mengelola lansia dengan penyakit degeneratif.2. Bagi masyarakat, khususnya lansia: mendapat pelayanan yang baik bagi penyakitnya. 3. Bagi Puskesmas: memudahkan pemantauan penyakit kronik degeneratif, khususnya bagi lansia yg membutuhkan perawatan lebih lanjut6