BAB 1

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana utama dalam penyampaian sebuah ide yang digunakan oleh manusia. (Lado, 1979:7). Oleh karena itu pembelajaran bahasa merupakan pembelajaran wajib yang harus diajarkan di semua jenjang pendidikan. Salah satu bahasa yang wajib diajarkan di jenjang pendidikan adalah bahasa Inggris. Hal ini disebabkan oleh ditetapkannya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional atau bahasa dunia yang memiliki peranan untuk mempermudah komunikasi sehingga pertukaran ilmu, pengetahuan, teknologi dan informasi bisa berjalan lebih cepat. Di Indonesia bahasa Inggris diajarkan mulai tingkat SD, SMP, SMA bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Selain itu, bahasa Inggris juga merupakan salah satu syarat kelulusan peserta didik untuk dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Ini membuktikan bahwa bahasa Inggris mempunyai peranan penting untuk mencetak generasi bangsa yang lebih baik lagi. Pembelajaran Bahasa Inggris mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu: listening atau mendengarkan, speaking atau berbicara, reading atau 1

Transcript of BAB 1

Page 1: BAB 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan sarana utama dalam penyampaian sebuah ide

yang digunakan oleh manusia.(Lado, 1979:7). Oleh karena itu pembelajaran

bahasa merupakan pembelajaran wajib yang harus diajarkan di semua jenjang

pendidikan. Salah satu bahasa yang wajib diajarkan di jenjang pendidikan

adalah bahasa Inggris. Hal ini disebabkan oleh ditetapkannya bahasa Inggris

sebagai bahasa internasional atau bahasa dunia yang memiliki peranan untuk

mempermudah komunikasi sehingga pertukaran ilmu, pengetahuan, teknologi

dan informasi bisa berjalan lebih cepat. Di Indonesia bahasa Inggris diajarkan

mulai tingkat SD, SMP, SMA bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Selain

itu, bahasa Inggris juga merupakan salah satu syarat kelulusan peserta didik

untuk dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Ini membuktikan bahwa

bahasa Inggris mempunyai peranan penting untuk mencetak generasi bangsa

yang lebih baik lagi.

Pembelajaran Bahasa Inggris mencakup empat keterampilan

berbahasa, yaitu: listening atau mendengarkan, speaking atau berbicara,

reading atau membaca, dan writing atau menulis. Berdasarkan kurikulum

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diresmikan tahun 2006,

pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMA ditekankan pada keempat

keterampilan berbahasa. Baik ujian di tingkat nasional maupun internasional,

peserta didik dituntut untuk bisa menguasai keempat keterampilan berbahasa

ini. Ujian Nasional mencakup keterampilan menyimak dan membaca.

Sedangkan untuk ujian sekolah peserta didik melaksanakan ujian berbicara

dan menulis. Dari kenyataan di atas bisa kita lihat bahwa pembelajaran bahasa

Inggris khususnya pada keterampilan listening atau mendengarkan adalah

keterampilan yang paling penting dan mendasar dari keempat keterampilan

dalam pembelajaran bahasa seperti yang disampaikan oleh Herschenhom

1

Page 2: BAB 1

(1979:65) dalam bukunya. Hal ini disebabkan karena mendengarkan

merupakan dasar dari keterampilan berbahasa (Bulletin, 1952). Wendy dan

Lisbeth (1990:21) juga menyatakan bahwa mendengarkan merupakan

keterampilan pertama yang didapat oleh anak – anak sebelum mereka dapat

membaca. Pendapat ini juga didukung oleh Anderson dan Lynch (1989:35)

yang menyatakan bahwa kita adalah pendengar jauh sebelum kita jadi

pembicara. Jadi mendengarkan merupakan keterampilan yang wajib diajarkan

pada peserta didik kita.

Tetapi berdasarkan pengamatan penulis di lapangan masih

banyak siswa yang kesulitan dalam keterampilan mendengarkan. Hal ini

disebabkan masih banyaknya pengajar yang mengajar menggunakan cara

tradisional seperti pengajar membaca skrip cerita atau dialog untuk

pembelajaran mendengarkan peserta didiknya. Teknik tersebut biasanya

menyebabkan kebosanan atau kejenuhan pada peserta didik. Pengajar juga

segan untuk menggunakan media yang tersedia karena penggunaan media

akan merepotkan mereka. Selain itu banyak pengajar yang tidak mengetahui

model – model pembelajaran baru yang telah ditetapkan oleh pemerintah

dalam kurikulum baru tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dimana salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan

kemampuan mendengarkan para peserta didik.

Dalam kurikulum tersebut dijelaskan pentingnya penggunaan

model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik pada

keterampilan masing – masing. Untuk keterampilan mendengarkan, model

pembelajaran yang paling baik adalah pembicara asli dari bahasa tersebut atau

bisa kita sebut sebagai native speaker. Hal ini sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Hall (1966:18) dalam bukunya bahwa model yang tepat

adalah pembicara asli atau native speaker yaitu orang yang telah berbicara

bahasa ibunya atau bahasa asalnya atau bahasa aslinya sejak lahir. Dimana

tujuan dari model pembelajaran ini adalah peserta didik diharapkan dapat

mengetahui bagaimana pengucapan, intonasi dan penekanan yang tepat untuk

bahasa Inggris. Salah satu sarana atau media yang dapat digunakan pada

2

Page 3: BAB 1

model pembelajaran ini adalah media audio dan audio-visual. Media audio

adalah media yang menghasilkan suara, sedangkan media audio-visual adalah

media yang menghasilkan suara serta gambar yang bergerak.

Pada pembahasan kali ini penulis tertarik untuk membahas

penggunaan media audio-visual berupa video animasi ( film Kungfu Panda )

sebagai salah satu model pembelajaran yang bisa sangat efektif untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam kerampilan mendengarkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan satu

permasalahan: “ Bagaimana pelaksanaan penggunaan video animasi ( film Kungfu

Panda ) sebagai media untuk keterampilan mendengarkan peserta didik kelas X

SMAN 19 Surabaya tahun 2009 ? ”

C. Tujuan

Tujuan pengajaran ini adalah untuk mengetahui penggunaan video

animasi ( film Kungfu Panda ) untuk meningkatkan kemampuan keterampilan

mendengarkan peserta didik.

D. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara

sistematis reflektif terhadap berbagai aksi atau tindakan yang dilakukan oleh

peneliti. Penelitian dilakukan secara sistematis mulai perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi yang kesemuanya itu bertujuan untuk memperbaiki

3

Page 4: BAB 1

kondisi pembelajaran dan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis

cerita.

Adapun subjek dari penelitian ini adalah siswa – siswi Sekolah

Menengah Atas 19 Surabaya kelas X-8.

Dan untuk mendapatkan data dalam laporan ini, penulis

menggunakan hasil angket yang dibagikan kepada siswa dan tes mendengarkan

yang dikerjakan oleh siswa.

4

Page 5: BAB 1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini, penulis menitik beratkan pembahasan pada a.) Hakekat

mendengarkan, b.) Penggunaan media dalam pembelajaran , c.) Panggunaan video

animasi ( film Kungfu Panda ) dalam pembelajaran mendengarkan peserta didik.

A. HAKEKAT MENDENGARKAN

Mendengarkan adalah proses yang terjadi setelah ada rangsangan suara

menyentuh lapisan pendengaran di otak ( Rost, 2007:7-8 ). Dari penjelasan

tersebut kita tahu bahwa proses mendengarkan terjadi secara psikologis setelah

rangsangan suara menyentuh lapisan di otak yang berhubungan dengan

pendengaran. Proses mendengarkan seperti yang telah dijelaskan oleh Rivers dan

Temperley yang dijelaskan oleh Nicolas (1988:19) adalah melalui beberapa tahap:

1. Setelah seseorang mendengar suara atau getaran suara, reaksi pertamanya

adalah menentukan apakah suara tersebut terorganisasi atau suara acak

sederhana. Oleh karena itu, sebelum dia mencoba untuk memahami suara

tersebut atau gagal memahaminya, seseorang harus merasakan apakah suara

tersebut sistematik atau tidak.

2. Menentukan struktur dari getaran suara tersebut, sebagai contoh dengan

memisahkannya menjadi kata, kalimat jika itu adalah bahasa atau unit lain

yang sama jika getaran tersebut berupa musik.

3. Menganalisa suara tersebut di otak, memilih yang penting. Informasi yang

terpilih diingat atau membedakannya dari yang lain dan menyimpannya dalam

memori otak untuk penggunaan masa datang.

Sebagai tambahan, Brown (1994) membagi proses mendengarkan menjadi

8, yaitu:

1. Pendengar memproses suara mentah (frase, klausa, kumpulan tanda baca,

intonasi dan penekanan) dan menjadikannya sebagai memori pendek.

5

Page 6: BAB 1

2. Pendengar menentukan tipe suara yang telah diproses sebelumnya dan

memberikan warna.

3. Pendengar menyimpulkan tipe dari suara tersebut, isinya, apakah

pembicara membujuk, meminta, menukar, menyetujui, membantah dan

yang lainnya.

4. Pendengar mengingat kembali informasi sebelumnya (schemata) umruk

membantu menginterpretasikan pesannya.

5. Pendengar menandai artinya. Proses ini meliputi interpretasi semantic dari

permukaan gendang telinga.

6. Pendengar menandai arti tadi. Kesalahan pemahaman arti suara

menyebabkan kekacauan dalam pembicaraan.

7. Pendengar menentukan apakah informasi tersebut harus disimpan dalam

memori singkat.

8. Pendengar menghapus bentuk orisinil dari pesan tersebut yang telah

diubah dalam bentuk memori singkat.

Rost (1994:141-142) juga menyatakan bahwa mendengarkan adalah hal

yang vital dalam kelas bahasa karena memberikan masukan pada peserta didik.

Tanpa pemahaman yang mendalam pada level yang tepat, pembelajaran apapun

tidak bisa dimulai. Hal ini juga didukung oleh Underwood (1989:23) bahwa

mendengarkan mempunyai peranan sentral dalam pembelajaran bahasa.

Mendengarkan disadari sebagai kunci dalam penguasaan bahasa Inggris. Dari

penjelasan tersebut bisa dikatakan bahwa tanpa keterampilan mendengarkan,

peserta didik akan mempunyai kesulitan dalam penguasaan keterampilan yang

lain ( berbicara, membaca dan menulis ). Jadi, mendengarkan mempunyai peranan

yang sangat penting dalam pembelajaran.

Dalam proses pembelajarannya, mendengarkan memiliki 3 prosedur,

seperti yang disampaikan oleh Underwood (1989:30-45) :

1. Pre Listening Stage ( tahap sebelum proses mendengarkan )

Pada tahap ini peserta didik melakukan beberapa aktifitas sebelum

mendengarkan. Misalnya, membaca soal yang diberikan.

2. While Listening Stage ( tahap selama mendengarkan )

6

Page 7: BAB 1

Tahap dimana peserta didik diminta untuk melakukan aktifitas – aktifitas

selama mereka mendengarkan. Tujuannya adalah membantu peserta didik

meningkatkan kemampuan untuk memperoleh pesan dari bahasa lisan. Contoh

: mencocokkan gambar, pilihan ganda, betul atau salah, mendikte.

3. Post Listening Stage ( tahap setelah proses mendengarkan )

Aktifitas yang berkaitan dengan kertas soal yang dikerjakan setelah

mendengarkan. Disini peserta didik mempunyai waktu untuk berpikir, diskusi

dan menulis jawaban.

B. PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Media berasal dari bahasa Latin “ Medium “ yang berarti sesuatu untuk

menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media adalah salah

satu elemen penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media ditujukan untuk

meningkatkan kemampuan pengajar dalam memotivasi dan menstimulasi minat

peserta didik dalam mempelajari sesuatu secara efektif. media memiliki beberapa

kegunaan, diantaranya :

1. Untuk menarik minat peserta didik dalam mempelajari sesuatu

2. Membuat peserta didik lebih tertarik untuk mengikuti proses belajar

mengajar

3. Menghemat waktu

4. Membantu peserta didik lebih memahami materi yang disampaikan

pengajar

5. Membuat penjelasan yang disampaikan pengajar lebih efektif dan mudah

dimengerti, dll.

Dari beberapa kegunaan media diatas, dapat kita lihat bahwa media

menjadi satu elemen yang harus disediakan pada saat pengajar memberikan materi

pada peserta didik. Pengklasifikasian media berdasarkan jenis outputnya, yaitu.

1. Media Visual

Adalah media yang berupa gambar, tulisan, dll. Biasanya dalam bentuk

flash card.

7

Page 8: BAB 1

2. Media Audio

Adalah media yang outputnya berupa suara. Media menggunakan gadget

berupa radio, tape recorder, VCD/MP3, dll. Kegunaan media audio :

a. Menjadi model pembelajaran

b. Memberi cintoh bagaimana pengucapan yang tepat

c. Memberi contoh penekanan kata yang tepat

d. Mengidentifikasi suara

3. Media Audio Visual

Adalah media yang dapat dilihat dan didengar untuk pembelajaran bahasa.

Kegunaan dari media audio visual adalah menjadi contoh bagaimana cara

mengucapakan, merespon, menyikapi sesuatu dalam komunikasi bahasa

Inggris. Produk dari media audio visual berupa film atau video.

C. PENGGUNAAN VIDEO ANIMASI ( FILM KUNGFU PANDA )

DALAM PAMBELAJARAN MENDENGARKAN PESERTA DIDIK

Video adalah pemilihan dan pengurutan pesan dalam bentuk audio

visual.(Canning-Wilson dalam halley dan Theresa, 2004:319). Video adalah salah

satu media pembelajaran seperti yang telah disebutkan diatas. Balatova (1994)

juga menyebutkan bahwa penggunaan video lebih konsisten dan dapat membuat

pelajran menjadi lebih mudah. Hal ini juga didukung oleh Mc Keachie (1978:131)

yang menyatakan bahwa menampilkan banyak gambar akan lebih efektif dari

pada menyampaikan kata perkata dalam pembelajaran bahasa asing. Jadi, video

memiliki peranan penting dalam pembelajaran bahasa di kelas.

Dalam memilih video yang akan digunakan, pengajar harus

mempertimbangkan beberapa langkah seperti yang disampaikan Ryan (1998)

dalam jurnalnya:

Langkah 1

Video yang ditayangkan harus sesuai dengan level peserta didik dan tujuan

pembelajaran.

8

Page 9: BAB 1

Langkah 2

Video tersebut ditayangkan lengkap dengan subtitlenya. Alasannya adalah bahasa

yang digunakan dalam film biasanya sulit untuk dipahami.

Langkah 3

Video ditayangkan tanpa subtitle. Sebelum langkah ini dijalankan, peserta didik

dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 atau 4 orang dan diberi

tugas mencatat tokoh protagonist film tersebut.,

Langkah 4

Peserta didik lalu memilih salah satu scene dari scene yang mereka temukan

sebagai dasar pembuatan drama.

Langkah 5

Peserta didik lalu membuat sebuah rekaman berisi suara mereka sendiri dari scene

yang mereka dapatkan yang mewakili satu tokoh protagonist.

Langkah6

Versi yang didapat peserta didik dimainkan tanpa suara. ( jika berhasil, versi yang

didapat peserta didik akan direkam dalam tape video ). Dengan melakukan ini,

peserta didik akan mendengar suara mereka sendiri yang digabung dengan film

yang mereka lihat sebelumnya.

Langkah – langkah tersebut diatas sangat efektif dalam meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam penguasaan bahasa Inggris.

Dalam pembahasan kali ini, macam video yang digunakan adalah

video animasi atau bisa kita sebut sebagai film animasi. Film animasi adalah

teknik untuk membuat gambar orang dan binatang – binatang yang dituangkan

dalam gambar yang bergerak dengan berbagai posisi dan menggunakan urutan

gambar dalam film.(Hornby, 1995:40). Penggunaan video animasi ini dikarenakan

animasi memiliki peranan penting dalam dunia hiburan, perdagangan, pendidikan

dan multimedia, dimana konsepnya focus paad tahap masa remaja. Konsep

animasi dapat mempermudah penyampaian materi – materi sulit, juga

membedakan konsep yang diberikan pada peserta didik.(Omar, Prof. Universitas

Saint Malay (USM)). Sebagai tambahan beliau juga mengartikan kata animasi

dalam format program kartun. Houghton (2003) juga menyatakan animasi sebagai

9

Page 10: BAB 1

urutan gambar yang dimainkan secara urut dengan kecepatan yang diatur

sedemikian rupa, menampilkan image yang bergerak secara halus seperti film atau

video. Animasi merupakan seni atau proses menyiapkan kartun animasi. Animasi

bisa dalam bentuk video digital, grafik computer atau kombinasi keduanya.

Adapun judul film animasi yang digunakan dalam pembahasan ini

adalah Kungfu Panda. Kungfu Panda adalah salah satu film animasi yang sangat

terkenal di dunia perfilman. Penggunaan film Kungfu Panda dalam pembahasan

kali ini dikarenakan beberapa alasan seperti yang disampaikan oleh Gebhart

(2004) :

Film sangatlah popular dan memiliki daya tarik universal melingkupi

berbagai macam budaya, menggunakan satu penggunaan bahasa yang

khusus.

Film menampilkan konteks visual dimana dialog tersebut berlangsung,

aksi melibatkan pembicaraan.

Film menampilkan gerak tubuh, ekspresi muka dan bahasa tubuh yang lain

yang sesuai dengan dialog.

Dari penjelasan diatas, kita tahu bahwa penggunaan video animasi

adalah salah satu media yang patut dipertimbangkan oleh para pengajar dalam

memberikan pengajaran pada peserta didik.

10

Page 11: BAB 1

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Berdasakan hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis maka

dapat dianalisis serta disajikan sebagai berikut:

A. PENYAJIAN DATA

Data lapangan yang disajikan dalam laporan ini diperoleh melalui metode

angket dan observasi. Melalui kedua metode tersebut, penulis menyajikan hasil

penelitian dalam bentuk deskriptif dan statistik yang mencakup analisis angket

dan observasi tentang penggunaan media video animasi dalam penyajian materi

pembelajaran mendengarkan serta nilai peserta didik kelas X-8 SMAN 19

Surabaya yang diolah untuk mengetahui ketuntasan belajar dan ketercapaian

tujuan pembelajaran.

Instrument yang digunakan:

1. Angket

Angket respon yang diberikan kepada peserta didik bertujuan untuk

memperoleh informasi tentang kejelasan media, kualitas media, format media

terutama kelancaran dalam menjalankan media dan ketertarikan peserta didik.

2. Tes

Tes adalah suatu stimuli yang diterapkan kepada seseorang untuk

memperoleh respon atau hasil yang berbentuk angka.

Tes umumnya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk tes psikologi

terutama tes kepribadian banyak yang bersifat deskriptif, tetapi deskripsinya

mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga mirip dengan

interpretasi dari hasil pengukuran. Tes yang digunakan dalam pendidikan

umumnya dibedakan menjadi tes hasil belajar (achievement test) dan tes

psikologis (intelligence test).

11

Page 12: BAB 1

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes hasil belajar atau yang

biasa disebut juga tes prestasi belajar. Tes ini digunakan untuk mengukur hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Menurut

waktunya dibedakan dalam rentan: satu pertemuan (tes akhir pertemuan), satu

pokok bahasan (tes akhir bahasan), satu minggu (tes mingguan), setengah cawu

atau semester (tes tengah cawu atau semester), dan satu jenjang pendidikan (tes

atau ujian akhir pendidikan). Selain itu, tes hasil belajar juga dibedakan menurut

materi yang diukur, sesuai dengan nama – nama mata pelajaran atau bidang studi

yang dipelajari. Dan dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes akhir bahasan

pada mata pelajaran bahasa Inggris yang terkonsentrasi pada keterampilan

mendengarkan.

Melalui dua instrumen yang tersebut di atas, data yang diperoleh

penulis dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Angket siswa

Data angket peserta didik pada saat validasi dianalisis secara deskriptif

kualitatif. Prosentase dari data angket ini diperoleh berdasarkan perhitungan skor

ala Likert, yaitu:

1) Sangat Baik (SB) = 4

2) Baik (B) = 3

3) Tidak Baik (TB) = 2

4) Sangat Tidak Baik = 1

Untuk menghitung proses kelayakan dari tiap indikatornya digunakan rumus :

Prosentase (%)= Jumlah skor hasil pengumpulan data × 100% Skor kriterium

Dimana skor kriterium = Skor tertinggi tiap item x jumlah item x

jumlah responden. (Riduwan,2003)

Hasil perhitungan prosentase dari angket guru kimia dan peserta didik saat uji

coba diimplementasikan ke dalam kriteria pada tabel 1.

12

Page 13: BAB 1

Tabel 1

Kriteria Prosentase Respon

Prosentase Kriteria

0 % - 20 % Sangat lemah

21 % - 40 % Lemah

41 % - 60 % Cukup

61 % - 80 % Kuat

81 % - 100 % Sangat kuat

(Riduwan, 2003)

Berdasarkan kriteria tersebut, penerapan pembelajaran dengan

meggunakan media audio visual berupa video animasi dikatakan layak apabila

prosentasenya 81%. Oleh karena itu penerapan pembelajaran dengan

menngunakan media audio-visual dapat dikatakan layak apabila telah memenuhi

indikator sebagai berikut: prosentase keseeluruhan aspek dari peserta didik

terhadap media ≥ 61%

Dalam memperoleh data, data dapat diketahui dan dilihat dengan

menggunakan data angket yang disebarkan kepada peserta didik kelas X-8. Dari

angket ysng disebarkan diperoleh data yang tersaji dalam table di bawah ini:

Jawaban Angket Tentang Respon Peserta Didik

No. Pertanyaan Frekuensi Prosentase

1 Apakah kalian tertarik dan senang belajar

bahasa Inggris khususnya listening?

a. Ya

b. Tidak

30

7

81%

19%

2 Apakah kalian sering atau pernah menerima

pembelajaran dengan menggunakan video

animasi?

a. Ya

b. Tidak

10

27

27%

73%

13

Page 14: BAB 1

3 Apakah kalian merasa lebih mudah dalam

pembelajaran listening dengan

menggunakan video animasi?

a. Ya

b. Tidak

35

2

95%

5%

4 Apakah kalian merasa lebih cepat

menangkap maksud dari pembelajaran

dengan menggunakan video animasi?

a. Ya

b. Tidak

35

2

95%

5%

5 Setujukah kalian jika pada pembelajaran

bahasa Inggris, menggunakan atau sering

memakai media pembelajaran video

animasi?

a. Ya

b. Tidak

35

2

95%

5%

6 Listening test lebih mudah dikerjakan

secara?

a. Individu

b. Kelompok

33

4

90%

10%

7 Apakah kalian bisa memahami maksud dari

pelajaran listening tanpa video?

a. Ya

b. Tidak

17

20

46%

54%

8 Apakah kalian mendapatkan kesulitan pada

saat pembelajaran listening?

a. Ya

b. Tidak

Alasan ….

24

13

65%

35%

9 Video animasi adalah media yang menarik

setujukah anda dengan ide tersebut?

14

Page 15: BAB 1

a. Setuju

b. Tidak setuju 3

34

8%

92%

10 Menurut kalian, media apa yang tepat untuk

menyampaikan materi listening?

a. Rekaman

b. Teks/ naskah dialog

c. Video

8

2

27

22%

5 %

73%

1. Data Tes

Data tes peserta didik diperoleh melalui hasil karangan peserta

didik tes mendengarkan pada saat setelah pembahasan dilakukan oleh

penulis. Tes yang diberikan penulis berupa menjawab pertanyaan yang

sesuai dengan film yang telah diputarkan (Film Kungfu Panda).

Sekolah menetapkan nilai kriteria ketuntasan minimum untuk peserta

didik adalah 67. Adapun di bawah ini adalah nama – nama peserta

didik yang mengumpulkan karangan mereka beserta nilainya:

No. Nama Nilai1. Angga Deni Cahyo 602. Anggita Setyo R. 703. Anggun Putri K. 754. Arum Fitriyah 705. Dewi Ratnasari 706. Dinda Fifien P. 757. Dita Ayu Trisnawati 758. Dwi Septian 759. Dwi Yani Astuti 8010. Edwin Denis Hartono 6511. Faisal Amir 6012. Fauziah Rahayuningtyas 7013. Gusti Aditya Cahyo N. 80

15

Page 16: BAB 1

14. Janie Ersal Samudra 7015. M. Arif Rachmat R.H. 7516. M. Rizal Rosyadi 7017. Moch. Nur Rizki A. 7018. Much. Muzammil 6519. Muflikhatul Maesyaroh 7020. Noer Aini Cholifah 7021. Nur Fandi P. 8022. Nurul Widawati 7523. Rachman Adie Adham 8524. Raden Arlinda A. 7525. Retno Wardayani 7526. Risti Winda Alifah 7027. Sella Putri Nasiti 7028. Sita Rahma 7029. Siti Rahma 7530. Sony Andriawan 6531. Syendi Pratama 7032. Teresa Benedicta Ayu 8533. Yosida Elenta S. 7534. Yudi Wahyu Diarto 8535. Yudhistira Prabowo Sakti 8536. Yulia Rahayu 7537. Yuswin Rosyadah 70

B. ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada 37 peserta didik

SMAN 19 Surabaya kelas X-8, diketahui bahwa peserta didik yang tertarik

pada mata pelajaran bahasa Inggris khususnya mendengarkan adalah 81%.

Hal ini sangat berbanding terbalik dengan seringnya peserta didik

mendapatkan pelajaran mendengarkan menggunakan media video animasi

yang hanya mencapai 73%. Padahal, jumlah peserta didik yang

mengatakan bahwa mereka termotivasi dalam pembelajaran listening, serta

siswa yang merasa media video animasi cukup efektif, mempunyai banyak

kelebihan dan memudahkan mereka dalam pelajaran mendengarkan

mencapai 95%. Lebih lanjut lagi, 95% peserta didik mengharapkan

pelajaran mendengarkan berikutnya dapat menggunakan media video

animasi lagi.

16

Page 17: BAB 1

Sedangkan berdasarkan hasil tes mendengarkan menggunakan

media video animasi (film Kungfu Panda) dari 37 peserta didik SMAN 19

Surabaya kelas X-8, diperoleh data sebagai berikut:

Jumlah peserta dididk keseluruhan : 37

Jumlah peserta didik yang mengikuti tes : 37

Jumlah peserta didik yang tuntas belajar : 32

Jumlah peserta didik yang tidak tuntas belajar : 5

Dari data di atas, diperoleh prosentase banyaknya peserta didik yang telah

tuntas belajar adalah sebagai berikut:

32

X 100% = 86,5%

37

Bila ditinjau dari analisis data angket diatas, penggunaan media

video animasi berupa film Kungfu Panda dalam pembelajaran

mendengarkan mendapatkan sambutan yang positif dari para peserta didik.

Sedangkan bila ditinjau dari hasil tes, sebanyak 86,5% peserta

didik dikatakan lulus nilai kriteria ketuntasan minimum, yaitu 67. Bisa kita

lihat dari prosentase tuntasnya adalah 86,5%, dimana angka tersebut bisa

diartikan bahwa pembelajaran menggunakan media video animasi berupa

film Kungfu Panda efektif digunakan dalam pembelajaran mendengarkan

dalam kelas.

BAB IV

17

Page 18: BAB 1

PENUTUP

A. Simpulan

Pelajaran mendengarkan merupakan pelajaran yang cukup

digemari oleh para peserta didik. Hal tersebut disebabkan mendengarkan

merupakan pelajaran yang tidak menjemukan atau menjenuhkan. Tetapi

sebagai pengajar kita juga harus selalu memberikan kontribusi atau pikiran

– pikiran baru pada dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran

mendengarkan. Salah satunya adalah penggunaan media video animasi

yang terbukti cukup efektif dalam meningkatkan minat dan keterampilan

peserta didik dalam pembelajaran mendengarkan.

Pemilihan media video animasi untuk pembelajaran mendengarkan

dapat dikatakan sudah tepat, seperti yang disampaikan olehgambar berseri

untuk menulis recount dapat dikatakan sudah tepat, seperti yang

disampaikan oleh Mc Keachie (1978:131) yang menyatakan bahwa

menampilkan banyak gambar akan lebih efektif dari pada menyampaikan

kata perkata dalam pembelajaran bahasa asing.

Dan kegiatan pembelajaran menggunakan media video animasi

berupa film Kungfu Panda dalam pembelajaran mendengarkan dapat

disimpulkan bahwa (1) media video animasi menarik minat peserta didik

dalam pembelajaran mendengarkan, dan (2) terdapat peningkatan

kemampuan mendengarkan para peserta didik. Melalui dua kesimpulan

tersebut, penggunaan media video animasi untuk meningkatkan

18

Page 19: BAB 1

keterampilan mendengarkan peserta didik terbukti efektif, karena peserta

didik lebih tertarik pada proses pembelajaran sehingga prestasi peserta

didikpun meningkat.

B. Saran

1. Penulis berharap dengan adanya kegiatan mendengarkan menggunakan

media video animasi dapat dijadikan model pembelajaran yang kreatif

dan inovatif bagi siswa Sekolah Menengah Atas.

2. SMAN 19 Surabaya memiliki segudang prestasi di tingkat kodya

maupun propinsi. Hal ini dapat dipertahankan dengan kreatifitas serta

kerja keras para guru. Penggunaan berbagai media yang variatif tentu

akan sangat membantu mencapai hasil yang optimal dalam proses

belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

19

Page 20: BAB 1

A. Scott, Wendy and Lisbeth H. Ytreberg. 1990. Teaching English to Children.

United States of America: Longman Inc.

Anderson, Anne and Tony Lynch. 1988. Listening. Oxford University Press.

Chastain, Kenneth. 1976. Developing Second Language Skills : Theory of

Practice. USA : Houghton Mifflin Company.

Hall, R.A. Jr. 1966. New Ways to Learn a Foreign Language : Bantam Books,

Inc.

Herschhenhom, Suzane. 1979. Teaching Listening Comprehension Using Live

Language in Marianne Celce. Murcia and lois MC. Intosh (ed). Teaching

English as a Second Language. Rowley : Newbury House Publisher, Inc.

Hornby, AS. 1996. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English.

Oxford : Oxford University Press.

The Internet TESL Journal, Vol. IV, No. 11, November 1998

The Internet TESL Journal, Vol. X, No. 10, October 2004

The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 11, November 2000

20

Page 21: BAB 1

LAMPIRAN

21