BAB 1
-
Upload
sultan-aulia-rahman -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
Transcript of BAB 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sarana utama dalam penyampaian sebuah ide
yang digunakan oleh manusia.(Lado, 1979:7). Oleh karena itu pembelajaran
bahasa merupakan pembelajaran wajib yang harus diajarkan di semua jenjang
pendidikan. Salah satu bahasa yang wajib diajarkan di jenjang pendidikan
adalah bahasa Inggris. Hal ini disebabkan oleh ditetapkannya bahasa Inggris
sebagai bahasa internasional atau bahasa dunia yang memiliki peranan untuk
mempermudah komunikasi sehingga pertukaran ilmu, pengetahuan, teknologi
dan informasi bisa berjalan lebih cepat. Di Indonesia bahasa Inggris diajarkan
mulai tingkat SD, SMP, SMA bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Selain
itu, bahasa Inggris juga merupakan salah satu syarat kelulusan peserta didik
untuk dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Ini membuktikan bahwa
bahasa Inggris mempunyai peranan penting untuk mencetak generasi bangsa
yang lebih baik lagi.
Pembelajaran Bahasa Inggris mencakup empat keterampilan
berbahasa, yaitu: listening atau mendengarkan, speaking atau berbicara,
reading atau membaca, dan writing atau menulis. Berdasarkan kurikulum
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diresmikan tahun 2006,
pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat SMA ditekankan pada keempat
keterampilan berbahasa. Baik ujian di tingkat nasional maupun internasional,
peserta didik dituntut untuk bisa menguasai keempat keterampilan berbahasa
ini. Ujian Nasional mencakup keterampilan menyimak dan membaca.
Sedangkan untuk ujian sekolah peserta didik melaksanakan ujian berbicara
dan menulis. Dari kenyataan di atas bisa kita lihat bahwa pembelajaran bahasa
Inggris khususnya pada keterampilan listening atau mendengarkan adalah
keterampilan yang paling penting dan mendasar dari keempat keterampilan
dalam pembelajaran bahasa seperti yang disampaikan oleh Herschenhom
1
(1979:65) dalam bukunya. Hal ini disebabkan karena mendengarkan
merupakan dasar dari keterampilan berbahasa (Bulletin, 1952). Wendy dan
Lisbeth (1990:21) juga menyatakan bahwa mendengarkan merupakan
keterampilan pertama yang didapat oleh anak – anak sebelum mereka dapat
membaca. Pendapat ini juga didukung oleh Anderson dan Lynch (1989:35)
yang menyatakan bahwa kita adalah pendengar jauh sebelum kita jadi
pembicara. Jadi mendengarkan merupakan keterampilan yang wajib diajarkan
pada peserta didik kita.
Tetapi berdasarkan pengamatan penulis di lapangan masih
banyak siswa yang kesulitan dalam keterampilan mendengarkan. Hal ini
disebabkan masih banyaknya pengajar yang mengajar menggunakan cara
tradisional seperti pengajar membaca skrip cerita atau dialog untuk
pembelajaran mendengarkan peserta didiknya. Teknik tersebut biasanya
menyebabkan kebosanan atau kejenuhan pada peserta didik. Pengajar juga
segan untuk menggunakan media yang tersedia karena penggunaan media
akan merepotkan mereka. Selain itu banyak pengajar yang tidak mengetahui
model – model pembelajaran baru yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dalam kurikulum baru tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dimana salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuan mendengarkan para peserta didik.
Dalam kurikulum tersebut dijelaskan pentingnya penggunaan
model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik pada
keterampilan masing – masing. Untuk keterampilan mendengarkan, model
pembelajaran yang paling baik adalah pembicara asli dari bahasa tersebut atau
bisa kita sebut sebagai native speaker. Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Hall (1966:18) dalam bukunya bahwa model yang tepat
adalah pembicara asli atau native speaker yaitu orang yang telah berbicara
bahasa ibunya atau bahasa asalnya atau bahasa aslinya sejak lahir. Dimana
tujuan dari model pembelajaran ini adalah peserta didik diharapkan dapat
mengetahui bagaimana pengucapan, intonasi dan penekanan yang tepat untuk
bahasa Inggris. Salah satu sarana atau media yang dapat digunakan pada
2
model pembelajaran ini adalah media audio dan audio-visual. Media audio
adalah media yang menghasilkan suara, sedangkan media audio-visual adalah
media yang menghasilkan suara serta gambar yang bergerak.
Pada pembahasan kali ini penulis tertarik untuk membahas
penggunaan media audio-visual berupa video animasi ( film Kungfu Panda )
sebagai salah satu model pembelajaran yang bisa sangat efektif untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam kerampilan mendengarkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan satu
permasalahan: “ Bagaimana pelaksanaan penggunaan video animasi ( film Kungfu
Panda ) sebagai media untuk keterampilan mendengarkan peserta didik kelas X
SMAN 19 Surabaya tahun 2009 ? ”
C. Tujuan
Tujuan pengajaran ini adalah untuk mengetahui penggunaan video
animasi ( film Kungfu Panda ) untuk meningkatkan kemampuan keterampilan
mendengarkan peserta didik.
D. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara
sistematis reflektif terhadap berbagai aksi atau tindakan yang dilakukan oleh
peneliti. Penelitian dilakukan secara sistematis mulai perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi yang kesemuanya itu bertujuan untuk memperbaiki
3
kondisi pembelajaran dan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis
cerita.
Adapun subjek dari penelitian ini adalah siswa – siswi Sekolah
Menengah Atas 19 Surabaya kelas X-8.
Dan untuk mendapatkan data dalam laporan ini, penulis
menggunakan hasil angket yang dibagikan kepada siswa dan tes mendengarkan
yang dikerjakan oleh siswa.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini, penulis menitik beratkan pembahasan pada a.) Hakekat
mendengarkan, b.) Penggunaan media dalam pembelajaran , c.) Panggunaan video
animasi ( film Kungfu Panda ) dalam pembelajaran mendengarkan peserta didik.
A. HAKEKAT MENDENGARKAN
Mendengarkan adalah proses yang terjadi setelah ada rangsangan suara
menyentuh lapisan pendengaran di otak ( Rost, 2007:7-8 ). Dari penjelasan
tersebut kita tahu bahwa proses mendengarkan terjadi secara psikologis setelah
rangsangan suara menyentuh lapisan di otak yang berhubungan dengan
pendengaran. Proses mendengarkan seperti yang telah dijelaskan oleh Rivers dan
Temperley yang dijelaskan oleh Nicolas (1988:19) adalah melalui beberapa tahap:
1. Setelah seseorang mendengar suara atau getaran suara, reaksi pertamanya
adalah menentukan apakah suara tersebut terorganisasi atau suara acak
sederhana. Oleh karena itu, sebelum dia mencoba untuk memahami suara
tersebut atau gagal memahaminya, seseorang harus merasakan apakah suara
tersebut sistematik atau tidak.
2. Menentukan struktur dari getaran suara tersebut, sebagai contoh dengan
memisahkannya menjadi kata, kalimat jika itu adalah bahasa atau unit lain
yang sama jika getaran tersebut berupa musik.
3. Menganalisa suara tersebut di otak, memilih yang penting. Informasi yang
terpilih diingat atau membedakannya dari yang lain dan menyimpannya dalam
memori otak untuk penggunaan masa datang.
Sebagai tambahan, Brown (1994) membagi proses mendengarkan menjadi
8, yaitu:
1. Pendengar memproses suara mentah (frase, klausa, kumpulan tanda baca,
intonasi dan penekanan) dan menjadikannya sebagai memori pendek.
5
2. Pendengar menentukan tipe suara yang telah diproses sebelumnya dan
memberikan warna.
3. Pendengar menyimpulkan tipe dari suara tersebut, isinya, apakah
pembicara membujuk, meminta, menukar, menyetujui, membantah dan
yang lainnya.
4. Pendengar mengingat kembali informasi sebelumnya (schemata) umruk
membantu menginterpretasikan pesannya.
5. Pendengar menandai artinya. Proses ini meliputi interpretasi semantic dari
permukaan gendang telinga.
6. Pendengar menandai arti tadi. Kesalahan pemahaman arti suara
menyebabkan kekacauan dalam pembicaraan.
7. Pendengar menentukan apakah informasi tersebut harus disimpan dalam
memori singkat.
8. Pendengar menghapus bentuk orisinil dari pesan tersebut yang telah
diubah dalam bentuk memori singkat.
Rost (1994:141-142) juga menyatakan bahwa mendengarkan adalah hal
yang vital dalam kelas bahasa karena memberikan masukan pada peserta didik.
Tanpa pemahaman yang mendalam pada level yang tepat, pembelajaran apapun
tidak bisa dimulai. Hal ini juga didukung oleh Underwood (1989:23) bahwa
mendengarkan mempunyai peranan sentral dalam pembelajaran bahasa.
Mendengarkan disadari sebagai kunci dalam penguasaan bahasa Inggris. Dari
penjelasan tersebut bisa dikatakan bahwa tanpa keterampilan mendengarkan,
peserta didik akan mempunyai kesulitan dalam penguasaan keterampilan yang
lain ( berbicara, membaca dan menulis ). Jadi, mendengarkan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam pembelajaran.
Dalam proses pembelajarannya, mendengarkan memiliki 3 prosedur,
seperti yang disampaikan oleh Underwood (1989:30-45) :
1. Pre Listening Stage ( tahap sebelum proses mendengarkan )
Pada tahap ini peserta didik melakukan beberapa aktifitas sebelum
mendengarkan. Misalnya, membaca soal yang diberikan.
2. While Listening Stage ( tahap selama mendengarkan )
6
Tahap dimana peserta didik diminta untuk melakukan aktifitas – aktifitas
selama mereka mendengarkan. Tujuannya adalah membantu peserta didik
meningkatkan kemampuan untuk memperoleh pesan dari bahasa lisan. Contoh
: mencocokkan gambar, pilihan ganda, betul atau salah, mendikte.
3. Post Listening Stage ( tahap setelah proses mendengarkan )
Aktifitas yang berkaitan dengan kertas soal yang dikerjakan setelah
mendengarkan. Disini peserta didik mempunyai waktu untuk berpikir, diskusi
dan menulis jawaban.
B. PENGGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
Media berasal dari bahasa Latin “ Medium “ yang berarti sesuatu untuk
menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media adalah salah
satu elemen penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan pengajar dalam memotivasi dan menstimulasi minat
peserta didik dalam mempelajari sesuatu secara efektif. media memiliki beberapa
kegunaan, diantaranya :
1. Untuk menarik minat peserta didik dalam mempelajari sesuatu
2. Membuat peserta didik lebih tertarik untuk mengikuti proses belajar
mengajar
3. Menghemat waktu
4. Membantu peserta didik lebih memahami materi yang disampaikan
pengajar
5. Membuat penjelasan yang disampaikan pengajar lebih efektif dan mudah
dimengerti, dll.
Dari beberapa kegunaan media diatas, dapat kita lihat bahwa media
menjadi satu elemen yang harus disediakan pada saat pengajar memberikan materi
pada peserta didik. Pengklasifikasian media berdasarkan jenis outputnya, yaitu.
1. Media Visual
Adalah media yang berupa gambar, tulisan, dll. Biasanya dalam bentuk
flash card.
7
2. Media Audio
Adalah media yang outputnya berupa suara. Media menggunakan gadget
berupa radio, tape recorder, VCD/MP3, dll. Kegunaan media audio :
a. Menjadi model pembelajaran
b. Memberi cintoh bagaimana pengucapan yang tepat
c. Memberi contoh penekanan kata yang tepat
d. Mengidentifikasi suara
3. Media Audio Visual
Adalah media yang dapat dilihat dan didengar untuk pembelajaran bahasa.
Kegunaan dari media audio visual adalah menjadi contoh bagaimana cara
mengucapakan, merespon, menyikapi sesuatu dalam komunikasi bahasa
Inggris. Produk dari media audio visual berupa film atau video.
C. PENGGUNAAN VIDEO ANIMASI ( FILM KUNGFU PANDA )
DALAM PAMBELAJARAN MENDENGARKAN PESERTA DIDIK
Video adalah pemilihan dan pengurutan pesan dalam bentuk audio
visual.(Canning-Wilson dalam halley dan Theresa, 2004:319). Video adalah salah
satu media pembelajaran seperti yang telah disebutkan diatas. Balatova (1994)
juga menyebutkan bahwa penggunaan video lebih konsisten dan dapat membuat
pelajran menjadi lebih mudah. Hal ini juga didukung oleh Mc Keachie (1978:131)
yang menyatakan bahwa menampilkan banyak gambar akan lebih efektif dari
pada menyampaikan kata perkata dalam pembelajaran bahasa asing. Jadi, video
memiliki peranan penting dalam pembelajaran bahasa di kelas.
Dalam memilih video yang akan digunakan, pengajar harus
mempertimbangkan beberapa langkah seperti yang disampaikan Ryan (1998)
dalam jurnalnya:
Langkah 1
Video yang ditayangkan harus sesuai dengan level peserta didik dan tujuan
pembelajaran.
8
Langkah 2
Video tersebut ditayangkan lengkap dengan subtitlenya. Alasannya adalah bahasa
yang digunakan dalam film biasanya sulit untuk dipahami.
Langkah 3
Video ditayangkan tanpa subtitle. Sebelum langkah ini dijalankan, peserta didik
dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 atau 4 orang dan diberi
tugas mencatat tokoh protagonist film tersebut.,
Langkah 4
Peserta didik lalu memilih salah satu scene dari scene yang mereka temukan
sebagai dasar pembuatan drama.
Langkah 5
Peserta didik lalu membuat sebuah rekaman berisi suara mereka sendiri dari scene
yang mereka dapatkan yang mewakili satu tokoh protagonist.
Langkah6
Versi yang didapat peserta didik dimainkan tanpa suara. ( jika berhasil, versi yang
didapat peserta didik akan direkam dalam tape video ). Dengan melakukan ini,
peserta didik akan mendengar suara mereka sendiri yang digabung dengan film
yang mereka lihat sebelumnya.
Langkah – langkah tersebut diatas sangat efektif dalam meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam penguasaan bahasa Inggris.
Dalam pembahasan kali ini, macam video yang digunakan adalah
video animasi atau bisa kita sebut sebagai film animasi. Film animasi adalah
teknik untuk membuat gambar orang dan binatang – binatang yang dituangkan
dalam gambar yang bergerak dengan berbagai posisi dan menggunakan urutan
gambar dalam film.(Hornby, 1995:40). Penggunaan video animasi ini dikarenakan
animasi memiliki peranan penting dalam dunia hiburan, perdagangan, pendidikan
dan multimedia, dimana konsepnya focus paad tahap masa remaja. Konsep
animasi dapat mempermudah penyampaian materi – materi sulit, juga
membedakan konsep yang diberikan pada peserta didik.(Omar, Prof. Universitas
Saint Malay (USM)). Sebagai tambahan beliau juga mengartikan kata animasi
dalam format program kartun. Houghton (2003) juga menyatakan animasi sebagai
9
urutan gambar yang dimainkan secara urut dengan kecepatan yang diatur
sedemikian rupa, menampilkan image yang bergerak secara halus seperti film atau
video. Animasi merupakan seni atau proses menyiapkan kartun animasi. Animasi
bisa dalam bentuk video digital, grafik computer atau kombinasi keduanya.
Adapun judul film animasi yang digunakan dalam pembahasan ini
adalah Kungfu Panda. Kungfu Panda adalah salah satu film animasi yang sangat
terkenal di dunia perfilman. Penggunaan film Kungfu Panda dalam pembahasan
kali ini dikarenakan beberapa alasan seperti yang disampaikan oleh Gebhart
(2004) :
Film sangatlah popular dan memiliki daya tarik universal melingkupi
berbagai macam budaya, menggunakan satu penggunaan bahasa yang
khusus.
Film menampilkan konteks visual dimana dialog tersebut berlangsung,
aksi melibatkan pembicaraan.
Film menampilkan gerak tubuh, ekspresi muka dan bahasa tubuh yang lain
yang sesuai dengan dialog.
Dari penjelasan diatas, kita tahu bahwa penggunaan video animasi
adalah salah satu media yang patut dipertimbangkan oleh para pengajar dalam
memberikan pengajaran pada peserta didik.
10
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Berdasakan hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis maka
dapat dianalisis serta disajikan sebagai berikut:
A. PENYAJIAN DATA
Data lapangan yang disajikan dalam laporan ini diperoleh melalui metode
angket dan observasi. Melalui kedua metode tersebut, penulis menyajikan hasil
penelitian dalam bentuk deskriptif dan statistik yang mencakup analisis angket
dan observasi tentang penggunaan media video animasi dalam penyajian materi
pembelajaran mendengarkan serta nilai peserta didik kelas X-8 SMAN 19
Surabaya yang diolah untuk mengetahui ketuntasan belajar dan ketercapaian
tujuan pembelajaran.
Instrument yang digunakan:
1. Angket
Angket respon yang diberikan kepada peserta didik bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang kejelasan media, kualitas media, format media
terutama kelancaran dalam menjalankan media dan ketertarikan peserta didik.
2. Tes
Tes adalah suatu stimuli yang diterapkan kepada seseorang untuk
memperoleh respon atau hasil yang berbentuk angka.
Tes umumnya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk tes psikologi
terutama tes kepribadian banyak yang bersifat deskriptif, tetapi deskripsinya
mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga mirip dengan
interpretasi dari hasil pengukuran. Tes yang digunakan dalam pendidikan
umumnya dibedakan menjadi tes hasil belajar (achievement test) dan tes
psikologis (intelligence test).
11
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes hasil belajar atau yang
biasa disebut juga tes prestasi belajar. Tes ini digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Menurut
waktunya dibedakan dalam rentan: satu pertemuan (tes akhir pertemuan), satu
pokok bahasan (tes akhir bahasan), satu minggu (tes mingguan), setengah cawu
atau semester (tes tengah cawu atau semester), dan satu jenjang pendidikan (tes
atau ujian akhir pendidikan). Selain itu, tes hasil belajar juga dibedakan menurut
materi yang diukur, sesuai dengan nama – nama mata pelajaran atau bidang studi
yang dipelajari. Dan dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes akhir bahasan
pada mata pelajaran bahasa Inggris yang terkonsentrasi pada keterampilan
mendengarkan.
Melalui dua instrumen yang tersebut di atas, data yang diperoleh
penulis dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Angket siswa
Data angket peserta didik pada saat validasi dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Prosentase dari data angket ini diperoleh berdasarkan perhitungan skor
ala Likert, yaitu:
1) Sangat Baik (SB) = 4
2) Baik (B) = 3
3) Tidak Baik (TB) = 2
4) Sangat Tidak Baik = 1
Untuk menghitung proses kelayakan dari tiap indikatornya digunakan rumus :
Prosentase (%)= Jumlah skor hasil pengumpulan data × 100% Skor kriterium
Dimana skor kriterium = Skor tertinggi tiap item x jumlah item x
jumlah responden. (Riduwan,2003)
Hasil perhitungan prosentase dari angket guru kimia dan peserta didik saat uji
coba diimplementasikan ke dalam kriteria pada tabel 1.
12
Tabel 1
Kriteria Prosentase Respon
Prosentase Kriteria
0 % - 20 % Sangat lemah
21 % - 40 % Lemah
41 % - 60 % Cukup
61 % - 80 % Kuat
81 % - 100 % Sangat kuat
(Riduwan, 2003)
Berdasarkan kriteria tersebut, penerapan pembelajaran dengan
meggunakan media audio visual berupa video animasi dikatakan layak apabila
prosentasenya 81%. Oleh karena itu penerapan pembelajaran dengan
menngunakan media audio-visual dapat dikatakan layak apabila telah memenuhi
indikator sebagai berikut: prosentase keseeluruhan aspek dari peserta didik
terhadap media ≥ 61%
Dalam memperoleh data, data dapat diketahui dan dilihat dengan
menggunakan data angket yang disebarkan kepada peserta didik kelas X-8. Dari
angket ysng disebarkan diperoleh data yang tersaji dalam table di bawah ini:
Jawaban Angket Tentang Respon Peserta Didik
No. Pertanyaan Frekuensi Prosentase
1 Apakah kalian tertarik dan senang belajar
bahasa Inggris khususnya listening?
a. Ya
b. Tidak
30
7
81%
19%
2 Apakah kalian sering atau pernah menerima
pembelajaran dengan menggunakan video
animasi?
a. Ya
b. Tidak
10
27
27%
73%
13
3 Apakah kalian merasa lebih mudah dalam
pembelajaran listening dengan
menggunakan video animasi?
a. Ya
b. Tidak
35
2
95%
5%
4 Apakah kalian merasa lebih cepat
menangkap maksud dari pembelajaran
dengan menggunakan video animasi?
a. Ya
b. Tidak
35
2
95%
5%
5 Setujukah kalian jika pada pembelajaran
bahasa Inggris, menggunakan atau sering
memakai media pembelajaran video
animasi?
a. Ya
b. Tidak
35
2
95%
5%
6 Listening test lebih mudah dikerjakan
secara?
a. Individu
b. Kelompok
33
4
90%
10%
7 Apakah kalian bisa memahami maksud dari
pelajaran listening tanpa video?
a. Ya
b. Tidak
17
20
46%
54%
8 Apakah kalian mendapatkan kesulitan pada
saat pembelajaran listening?
a. Ya
b. Tidak
Alasan ….
24
13
65%
35%
9 Video animasi adalah media yang menarik
setujukah anda dengan ide tersebut?
14
a. Setuju
b. Tidak setuju 3
34
8%
92%
10 Menurut kalian, media apa yang tepat untuk
menyampaikan materi listening?
a. Rekaman
b. Teks/ naskah dialog
c. Video
8
2
27
22%
5 %
73%
1. Data Tes
Data tes peserta didik diperoleh melalui hasil karangan peserta
didik tes mendengarkan pada saat setelah pembahasan dilakukan oleh
penulis. Tes yang diberikan penulis berupa menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan film yang telah diputarkan (Film Kungfu Panda).
Sekolah menetapkan nilai kriteria ketuntasan minimum untuk peserta
didik adalah 67. Adapun di bawah ini adalah nama – nama peserta
didik yang mengumpulkan karangan mereka beserta nilainya:
No. Nama Nilai1. Angga Deni Cahyo 602. Anggita Setyo R. 703. Anggun Putri K. 754. Arum Fitriyah 705. Dewi Ratnasari 706. Dinda Fifien P. 757. Dita Ayu Trisnawati 758. Dwi Septian 759. Dwi Yani Astuti 8010. Edwin Denis Hartono 6511. Faisal Amir 6012. Fauziah Rahayuningtyas 7013. Gusti Aditya Cahyo N. 80
15
14. Janie Ersal Samudra 7015. M. Arif Rachmat R.H. 7516. M. Rizal Rosyadi 7017. Moch. Nur Rizki A. 7018. Much. Muzammil 6519. Muflikhatul Maesyaroh 7020. Noer Aini Cholifah 7021. Nur Fandi P. 8022. Nurul Widawati 7523. Rachman Adie Adham 8524. Raden Arlinda A. 7525. Retno Wardayani 7526. Risti Winda Alifah 7027. Sella Putri Nasiti 7028. Sita Rahma 7029. Siti Rahma 7530. Sony Andriawan 6531. Syendi Pratama 7032. Teresa Benedicta Ayu 8533. Yosida Elenta S. 7534. Yudi Wahyu Diarto 8535. Yudhistira Prabowo Sakti 8536. Yulia Rahayu 7537. Yuswin Rosyadah 70
B. ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada 37 peserta didik
SMAN 19 Surabaya kelas X-8, diketahui bahwa peserta didik yang tertarik
pada mata pelajaran bahasa Inggris khususnya mendengarkan adalah 81%.
Hal ini sangat berbanding terbalik dengan seringnya peserta didik
mendapatkan pelajaran mendengarkan menggunakan media video animasi
yang hanya mencapai 73%. Padahal, jumlah peserta didik yang
mengatakan bahwa mereka termotivasi dalam pembelajaran listening, serta
siswa yang merasa media video animasi cukup efektif, mempunyai banyak
kelebihan dan memudahkan mereka dalam pelajaran mendengarkan
mencapai 95%. Lebih lanjut lagi, 95% peserta didik mengharapkan
pelajaran mendengarkan berikutnya dapat menggunakan media video
animasi lagi.
16
Sedangkan berdasarkan hasil tes mendengarkan menggunakan
media video animasi (film Kungfu Panda) dari 37 peserta didik SMAN 19
Surabaya kelas X-8, diperoleh data sebagai berikut:
Jumlah peserta dididk keseluruhan : 37
Jumlah peserta didik yang mengikuti tes : 37
Jumlah peserta didik yang tuntas belajar : 32
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas belajar : 5
Dari data di atas, diperoleh prosentase banyaknya peserta didik yang telah
tuntas belajar adalah sebagai berikut:
32
X 100% = 86,5%
37
Bila ditinjau dari analisis data angket diatas, penggunaan media
video animasi berupa film Kungfu Panda dalam pembelajaran
mendengarkan mendapatkan sambutan yang positif dari para peserta didik.
Sedangkan bila ditinjau dari hasil tes, sebanyak 86,5% peserta
didik dikatakan lulus nilai kriteria ketuntasan minimum, yaitu 67. Bisa kita
lihat dari prosentase tuntasnya adalah 86,5%, dimana angka tersebut bisa
diartikan bahwa pembelajaran menggunakan media video animasi berupa
film Kungfu Panda efektif digunakan dalam pembelajaran mendengarkan
dalam kelas.
BAB IV
17
PENUTUP
A. Simpulan
Pelajaran mendengarkan merupakan pelajaran yang cukup
digemari oleh para peserta didik. Hal tersebut disebabkan mendengarkan
merupakan pelajaran yang tidak menjemukan atau menjenuhkan. Tetapi
sebagai pengajar kita juga harus selalu memberikan kontribusi atau pikiran
– pikiran baru pada dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran
mendengarkan. Salah satunya adalah penggunaan media video animasi
yang terbukti cukup efektif dalam meningkatkan minat dan keterampilan
peserta didik dalam pembelajaran mendengarkan.
Pemilihan media video animasi untuk pembelajaran mendengarkan
dapat dikatakan sudah tepat, seperti yang disampaikan olehgambar berseri
untuk menulis recount dapat dikatakan sudah tepat, seperti yang
disampaikan oleh Mc Keachie (1978:131) yang menyatakan bahwa
menampilkan banyak gambar akan lebih efektif dari pada menyampaikan
kata perkata dalam pembelajaran bahasa asing.
Dan kegiatan pembelajaran menggunakan media video animasi
berupa film Kungfu Panda dalam pembelajaran mendengarkan dapat
disimpulkan bahwa (1) media video animasi menarik minat peserta didik
dalam pembelajaran mendengarkan, dan (2) terdapat peningkatan
kemampuan mendengarkan para peserta didik. Melalui dua kesimpulan
tersebut, penggunaan media video animasi untuk meningkatkan
18
keterampilan mendengarkan peserta didik terbukti efektif, karena peserta
didik lebih tertarik pada proses pembelajaran sehingga prestasi peserta
didikpun meningkat.
B. Saran
1. Penulis berharap dengan adanya kegiatan mendengarkan menggunakan
media video animasi dapat dijadikan model pembelajaran yang kreatif
dan inovatif bagi siswa Sekolah Menengah Atas.
2. SMAN 19 Surabaya memiliki segudang prestasi di tingkat kodya
maupun propinsi. Hal ini dapat dipertahankan dengan kreatifitas serta
kerja keras para guru. Penggunaan berbagai media yang variatif tentu
akan sangat membantu mencapai hasil yang optimal dalam proses
belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
19
A. Scott, Wendy and Lisbeth H. Ytreberg. 1990. Teaching English to Children.
United States of America: Longman Inc.
Anderson, Anne and Tony Lynch. 1988. Listening. Oxford University Press.
Chastain, Kenneth. 1976. Developing Second Language Skills : Theory of
Practice. USA : Houghton Mifflin Company.
Hall, R.A. Jr. 1966. New Ways to Learn a Foreign Language : Bantam Books,
Inc.
Herschhenhom, Suzane. 1979. Teaching Listening Comprehension Using Live
Language in Marianne Celce. Murcia and lois MC. Intosh (ed). Teaching
English as a Second Language. Rowley : Newbury House Publisher, Inc.
Hornby, AS. 1996. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English.
Oxford : Oxford University Press.
The Internet TESL Journal, Vol. IV, No. 11, November 1998
The Internet TESL Journal, Vol. X, No. 10, October 2004
The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 11, November 2000
20
LAMPIRAN
21