BAB 1

30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan anggota dari masyarakat, kesosialannya bukan sekedar tambahan situasi dari luar terhadap individualitas manusia yang sudah jadi melainkan secara mendalam dan hakiki menentukan manusia dalam individualitas dan kepribadiannya yang khas. Manusia hanya mempunyai eksistensi karena manusia dapat hidup dan berkembang karena adanya orang lain. Segala keterampilan yang dibutuhkannya untuk berhasil dalam kehidupan dan berpartisipasi dalam kebudayaan diperolehnya dari masyarakat 1 .Manusia membentuk masyarakat untuk hidup bersama dan berkesempatan untuk berkembang bersama, dengan menyerahkan sebagian 1 Franz Magnis Suseno, Etika Politik (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta), hlm. 16

description

gatau gatau gatau

Transcript of BAB 1

14

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang PenelitianManusia merupakan anggota dari masyarakat, kesosialannya bukan sekedar tambahan situasi dari luar terhadap individualitas manusia yang sudah jadi melainkan secara mendalam dan hakiki menentukan manusia dalam individualitas dan kepribadiannya yang khas. Manusia hanya mempunyai eksistensi karena manusia dapat hidup dan berkembang karena adanya orang lain. Segala keterampilan yang dibutuhkannya untuk berhasil dalam kehidupan dan berpartisipasi dalam kebudayaan diperolehnya dari masyarakat[footnoteRef:2].Manusia membentuk masyarakat untuk hidup bersama dan berkesempatan untuk berkembang bersama, dengan menyerahkan sebagian kebebasannya kepada orang atau sekumpulan orang yang dipercaya memerintah demi kebaikan bersama.[footnoteRef:3] [2: Franz Magnis Suseno, Etika Politik (PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta), hlm. 16] [3: Tolib Setiady, Pokok-Pokok Filsafat Hukum dalam Penelurusan Praktis 102, (Pustaka Setra Dago Barat, Bandung,2007).]

Manusia yang hidup bersama dalam suatu Negara disebut dengan warga Negara, lalu selanjutnya saya akan menjelaskan mengenai pengertian warga Negara. Warga Negara Indonesia(WNI) adalah orang yang diakui oleh undang-undang sebagaiwarga negara Republik Indonesia. Menurut kamus besar bahasa indonesia, warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan tempat kelahiran,dan sebagaianya yang mempunyai hak dan kewajiban penuh sebagai seorang warganegara dari negara tersebut[footnoteRef:4]. Kepada orang ini akan diberikan kartu tanda penduduk, berdasarkan Kabupaten atau Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. [4: Departemen Pendidikan Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia 959, (Balai Pustaka.Jakarta,2001).]

Kepada orang ini akan diberikan nomor identitas (Nomor Induk Kependudukan) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh Negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.Kewarganegaraan republikindonesia diatur dalam undang-undang no. 12 tahun 2006 tentangKewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut undang-undang ini yakni dalam pasal 4, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah: 1. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.10. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.11. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.[footnoteRef:5] [5: Republik Indonesia Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Pasal 4]

Bentuk umum proses sosial yakni interaksi sosial(yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi social merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses social hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok manusia, maupun antara kelompok manusia dengan perorangan.[footnoteRef:6] [6: Gillin dan Gillin Cultural Sociology, a revision of An Introduction to Sociology, (New York: The Macmillan Company, 1954), hlm, 489 ]

Hubungan antara orang perorangan tersebut yang membentuk suatu interaksi sosial terjadi pada suatu tempat yang dinamakan Negara. Adapun kata Negara sama dengan staat dalam bahasa Jerman atau state dalam bahasa Inggris mempunyai dua arti. Pertama, Negara adalah masyarakat atau wilayah yang merupakan suatu kesatuan politis.Kedua, Negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis dimana yang menata dan menjamin kekuasaan di wilayah tersebut.[footnoteRef:7] [7: Ibid hlm,170]

Adapun tujuan Negara yakni untuk kesejahteraan umum, dimana kesejahteraan umum merupakan kesejahteraan yang harus diusahakan oleh Negara, yang harus dirumuskan sebagai kesejahteraan yang menunjang tercapainya kesejahteraan anggota-anggota masyarakat.Kejahteraan umum dapat dirumuskan sebagai jumlah semua kondisi kehidupan sosial yang diperlukan agar masing-masing individu , keluarga, dan kelompok masyarakat untuk tercapainya keutuhan atau perkembangan secara utuh dan cepat.[footnoteRef:8] Dengan eksistensinya atau berkembangnya suatu kesejahteraan maka akan berdampak kepada peningkatan infrastruktur suatu Negara. [8: Ibid hlm, 314]

Infrastruktur merupakan prasarana publik primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu Negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan meningkatkan kegiatan perekonomian. Keberadaan infrasturktur sangat penting bagi pembangunan sehingga pada fase awal pembangunan di suatu Negara pemerintah merupakan pihak yang memiliki andil sangat besar dalam hal tersebut yakni melalui anggaran pendapatan dan belanja Negara(APBN) murni.Infrastruktur yang penulis bahas yakni berkaitan dengan jalan raya berfungsi untuk berlalu lintas.Pada umumnya kita tidak bisa terpisah dari lalu lintas, dalam keseharian kita selalu menggunakan jala raya dimana hal tersebut merupakan bagian dari lalu lintas, dan tidak terlepas juga dari aturan-aturan lalu lintas yang wajib kita patuhi.Tranportasi darat khususnya bidang lalu lintas merupakan komponen yang sangat penting dalam sektor perhubungan. Peranannya dalam pembangunan tidak dapat diabaikan. Perpindahan manusia, barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat tujuan di seluruh daratan di tanah air memperlihatkan tren peningkatan volume kendaraan dari tahun ke tahun. Akan tetapi hal ini tidak di dukung oleh tersedianya sarana dan prasarana lalu lintas yang memadai. Lebar dan panjang jalan tidak berbandingan lurus dengan jumlah kendaraan yang meningkat terus.Dimasa sekarang pertumbuhan perekonomian di wilayah tertentu sangat menunjukan peningkatan yang signifikan maka tidak sedikit orang yang membeli kendaraan pribadi untuk menunjang kehidupan sehari-harinya sehingga semakin hari semakin meningkat jumlah volume kendaraan baik untuk roda dua maupun roda empat. Volume lalu lintas adalah sejumlah kendaraan yang melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu tertentu.Volume lalu lintas rata-rata adalah jumlah kendaraan rata-rata yang dihitung menurut satu kesatuan waktu tertentu.[footnoteRef:9] [9: http://www.ilmusipil.com/volume-dan-kapasias-lalu-lintas diunduh pada tanggal 28 September 2013 pukul 09.31]

Adapun Lalu lintas dalam Undang-undang No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedangkan yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukan bagi gerak pindah kedaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.Adapun Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundang-undangan menyangkut arah lalu lintas, prioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, dan pengendalian arus di persimpangan.Hak utama pada persimpangan merupakan ketentuan berlalu lintas yang diberlakukan di persimpangan, dengan dan atau tanpa lampu lalu lintas ataupun pada perlintasan sebidang dengan rel kereta api. Tujuan penetapan hak utama pada persimpangan adalah keteraturan, kejelasan siapa yang berhak terlebih dahulu menggunakan jalan yang pada gilirannya mingkatkan keselamatan berlalu lintas.Faktor lain yakni berperilaku secara tertib berlalu lintas merupakan cerminan budaya bangsa yang harus dimiliki oleh setiap individu/orang, untuk berperilaku tertib berlalu lintas dijalankan dibutuhkan pemahaman dan moralitas yang tinggi karena akan berpengaruh terhadap keamanan dan keselamatan jiwa orang atau pengguna jalan. Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan, kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat lagi volume tersebut untuk bertambah dimana akan menyebabkan macet di ruas jalan tersebut, arus tidak bergerak dan kepadatan yang tinggi[footnoteRef:10]. [10: http://www.ilmusipil.com/volume-dan-kapasias-lalu-lintasdiunduh pada tanggal 28 September 2013 pukul 09.44]

Setiap tahunnya kendaraan bertambah hampir 11,3% namun perkembangan ruas jalan hanya 0,01% per tahunnya. Jalan yang tersedia hanya 7200 KM, sedangkan kebutuhan rilnya yakni 12000 KM sehingga baru 60% kebutuhan masyarakat yang terpenuhi[footnoteRef:11]. Padahal hampir seluruh masyarakat sendiri sudah rutin untuk membayar pajak dimana kontra prestasinya sendiri salah satunya ke pemenuhan infrastruktur demi kelancaran berlalu lintas. [11: Sumber Direktorat Lalu LIntas Polda Metro Jaya 2013 dilihat pada tanggal 28 September 2013 pukul 10.14]

Total jaringan jalan Indonesia tercatat lebih dari 477.000 dengan nilai asset lebih dari 15% PDB. Meski belanja untuk infrastruktur jalan sudah naik 3 kali sejak 2005 hingga 2011 tetapi output yang dihasilkan hanya naik 20% diukur dari kilometer jalan yang dibangun dan yang dipelihara. Sumber lain menyatakan bahwa dengan kenaikan belanja untuk infrastruktur jalan menjadi RP 70 triliun akan tetapi kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan di Indonesia masih kalah dengan Negara-negara tetangga contohnya Malaysia dan Singapura.[footnoteRef:12] [12: Sumber Worldbank 2013 dilihat pada 28 September 2013 pukul 10.22]

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar terutama yang tidak memmpunyai transportasi public yang baik dan memadai atau pun tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, misal di Jakarta dan Bangkok[footnoteRef:13].Kemacetan dapat terjadi karena beberapa alasan: [13: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00100-TI%20Bab2001.pdfdiunduh pada tangal 29 September pukul 02.17]

1. Arus yang melewati jalan telah melampaui kapasitas jalan2. Terjadi kecelakaan terjadi gangguan kelancaran karena masyarakat yang menonton kejadian kecelakaan atau karena kendaran yang terlibat kecelakaan belum disingkirkan dari jalur lalu lintas,3. Terjadi banjir sehingga kendaraan memperlambat kendaraan4. Ada perbaikan jalan,5. Bagian jalan tertentu yang longsor,6. Kemacetan lalu lintas yang disebabkan kepanikan seperti kalau terjadi isyarat sirene tsunami.7. Karena adanya pemakai jalan yang tidak tahu aturan lalu lintas, spt: berjalan lambat di lajur kanan dsb.8. Adanya parkir liar dari sebuah kegiatan.9. Pasar tumpah yang secara tidak langsung memakan badan jalan sehingga pada akhirnya membuat sebuah antrian terhadap sejumlah kendaraan yang akan melewati area tersebut.10. Pengaturan lampu lalu lintas yang bersifat kaku yang tidak mengikuti tinggi rendahnya arus lalu lintas.[footnoteRef:14] [14: http://www.tempo.co/topik/masalah/458/Kemacetan-Lalu-Lintas--Macetdiunduh pada tanggal 29 September 2013 pukul 02.26]

Adapun dampak negative dari kemacetan itu sendiri yakni :1. Kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah,2. Pemborosan energy, karena pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih rendah,3. Keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuknjarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih tinggi,4. Meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah konsumsi energy lebih tinggi, dan mesin tidak beroprasi pada kondisi yang optimal,5. Menganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran yang sedang bertugas.[footnoteRef:15] [15: http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00100-TI%20Bab2001.pdfdiunduh pada tanggal 29 September 2013 pukul 02.28 ]

Perilaku dan budaya pun cenderung berubah.masyarakat berperilaku menjadi lebih agresif, perilaku pengguna kendaraan bermotor yang seenaknya sendiri di jalan raya dapat menyebabkan stres dan berujung pada perilaku agresif yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan di jalan raya, karena transportasi mencakup berbagai bidang kehidupan yang saling berhubungan dengan berperilaku masyarakat dalam mengemudi. Perubahan yang terjadi ini berujung pada perubahan perilaku pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya.Selanjutnya penulis akan menjelaskan mengenai hak dan kewajiban. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinyaditerima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.[footnoteRef:16] Kewajiban adalahsesuatu yang harus dilakukan oleh warga negara. Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapiterjadi pertentangan karena hak dan kewajiban sering tidak seimbang.[footnoteRef:17] [16: http://sudiryona.wordpress.com/2012/05/26/pengertian-klasifikasi-hak-dan-kewajiban-warga-negara/ diunduh pada tanggal 29 Spetember 2013 pukul 10.02 ] [17: ibid]

Bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan kehidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakankesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.Semua itu terjadi karena pemerintahdan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak dari pada kewajiban.Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapimereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini,maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban.Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan.Adapun hak warga Negara Indonesia sendiri tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 dan pasal 28 yakni :1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan (pasal 28A)3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1)4. Hak atas kelangsungan hidup5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan meningkatkan kualitas hidupanya untuk kesejahteraan hidup manusia (pasal 28C ayat 1) 6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya (pasal 28C ayat 2)7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum pasal 28D ayat 1)8. Hak untuk mempunyai hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (pasal 28i ayat 1).[footnoteRef:18] [18: Republik Indonesia Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 dan pasal 28]

Dalam hal ini penulis mengkaitkan hak warga Negara seperti yang telah disebutkan dengan hak warga Negara sebagai pengguna lalu lintas yakni untuk mendapatkan keamanan, ketertiban, keselamatan, dan kelancaran berlalu lintas seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dengan tingkat kemacetan yang cukup tinggi di berbagai kota besar maka begitu penting arti keamanaan dan keselamatan sehingga satuan polisi jalan raya(PJR) salah satunya sebagai pengemban fungsi dan penyelenggara Pengawalan telah melakukan beberapa upaya dengan tujuan terciptanya keamanan berlalu lintas.Keberhasilan pelaksanaan tugas kepolisian bukan saja tergantung pada kemampuan petugas itu sendiri dan bukan sarana pendukung yang ada akan tetapi sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi jalan dan perilaku masyarakat pengguna jalan yanag akan dilalui oleh rombongan, terjaminnya keamanan dan keselamatan orang atau benda yang dikawal selama dalam perjalanan adalah tanggung jawab patroli dan pengawalan itu sendiri.Untuk tetap terjaminnya keamanan dan keselamatan orang yang dikawal dipengaruhi oleh pengguna jalan yang lainnya, diperlukan pemahaman kepada masyarakat terhadap kendaraan yang mendapat hak utama dijalan raya, kurangnya tersosialisasikan dan ketidak tahuan masyakat akan berdampak terhadap sukses tidaknya pelaksanaan pengawalan, hal inilah yang sering terjadi pada sebagian pengguna jalan karena kurang memahami maksud dan tujuan pengawalan, bukan malah memberi kesempatan tetapi justru menghambat dan mengahalangi kelancaran pengawalan.Dalam Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 134 dijelaskan pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan adalah sebagai berikut :1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanaan tugas2. Ambulans yang mengangkut orang sakit3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas4. Kendaraan pimpinan lembaga RI5. Kendaraan yang Pimpinan dan pejabat Negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu Negara6. Iring-iringan pengantar jenazah7. Konvoi dan/atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.[footnoteRef:19] [19: Republik Indonesia Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 pasal 134]

Dengan melihat adanya pasal tersebut maka sudah mejadi ketentuan dasar bagi petugas kepolisian untuk melakukan pengawalan terhadap pihak-pihak yang telah disebutkan di atas namun pada kenyataannya sekarang banyak juga petugas kepolisian yang melakukan pengawalan terhadap pihak yang tidak disebutkan dalam pasal tersebut misalnya mengawal rombongan perkawinan atau mengawal mobil pribadi dimana tujuan utamanya yakni terbebas dari kemacetan lalu lintas.Pada kenyatannya petugas yang melakukan pengawalan terhadap rombongan perkawinan atau mobil pribadi tersebut justru cenderung berdampak negative bagi pengguna jalan yang lain, contohnya merasa dibedakan dan merasa kelancaran dalam berlalu lintas yang seharusnya sudah menjadi hak dalam berlalu lintas dilanggar begitu saja oleh petugas tersebut karena tidak sedikit contoh dimana mekanisme petugas kepolisian pada saat melakukan pengawalan dilakukan semata-mata untuk kelancaran berlalu lintas pihak yang dikawalnya saja tanpa memikirkan hak dari pengguna jalan yang lain.Disini penulis melihat terdapat masalah hukum antara pengguna jalan yang memperoleh hak utama dan hak bagi pengguna lalu lintas pada umumnya.. Disatu sisi petugas yang sedang mengemban tugas dan fungsinya dalam pengawalan dan di lain pihak para pengguna jalan seringkali dilanggar haknya ketika iring-iringan yang menggunakan pengawalan akan melintas. Seakan-akan suatu produk hukum lahir apabila terjadi masalah terlebih dahulu. Dan ini bertentangan dengan fungsi dan tujuan hukum itu sendiri, yakni tercapainya keteraturan dalam kehidupan manusia di dalam masyarakat khususnya bidang lalu lintas itu sendiri[footnoteRef:20]. [20: Mochtar Kusumaatmadja dan Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum 49, (Edisi Pertama, cetakan ke-1, Alumni, Bandung, 2000).]

Untuk itulah, demi melindunginya kepentingan hak warga Negara dalam rangka tercapainya ketertiban, keadilan, dan kenyaman dalam berlalu lintas maka dari itu yakni untuk mengetahui lebih lanjut tugas atau wewenang dari pihak petugas itu sendiri yang melakukan pengawalan terhadap pihak tertentu maka penulis membuat suatu penulisan hukum yang berjudul :EFEKTIFITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PASAL 134 DIKAITKAN DENGAN HAK WARGA NEGARA DALAM BERLALU LINTAS1.2 Identifikasi MasalahBerdasarkan persoalan-persoalan yang telah dipaparkan dalam subbab sebelumnya, maka dalam penulisan hukum ini, dapat ditarik beberapa identifikasi masalah, yaitu:1.Sejauh mana pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 134?2.Bagaimana pelaksanaan dari hak pengguna jalan yang memperoleh hak utama, dalam perlindungan hak warga Negara menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009?1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan HukumAdapun maksud dan tujuan dari penulisan hukum ini antara lain :1. Mengetahui dan mengenalisis sejauh mana efektifitas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 134.2. Mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapai pada saat pengimplementasian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan3. Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kedala tersebut. 1.4 Konstribusi PenelitianPeneliian mengenai efektifitas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 134 dikaitkan dengan hak warga Negara dalam berlalu lintas ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara praktis maupun teoritis, yaitu :1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berwenang agar dengan kesadarannya menaati peraturan-peraturan yang tertuang dalam Undang-undang tersebut tanpa mengkesampingkan hak warga Negara dalam berlalu lintas.2. Secara teoritis, hasil penilitian ini diharapkan data memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan efektifitas dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 pasal 134.1.5 Metode PendekatanMetode pendekatan yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah metode yuridis sosiologis, dengan metode ini diharapkan akan untuk meneliti keadaan sebenarnya dari pelaksanaan peraturan tersebut. Kajian tersebut kemudian akan menjadi dasar untuk mengkaji hak berlalu lintas secara yuridis untuk pengimplementasiannya dalam memberikan hak kepada pengguna lalu lintas dengan baik.1.6 Spesifikasi PenelitianSpesifikasi penelitian dalam penulisan hukum ini merupakan deskriptif analitis, kaena bertujuan memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang suatu gejala atau keadan yang diteliti[footnoteRef:21]. Spesifikasi deskriptif analitis dalam penulisan hokum ini diharapkan mampu memecahkan masalah dengan cara memaparkan keadaan objek penelitian yang sedang diteliti apa adanya berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh pada saat penelitian dilakukan[footnoteRef:22] [21: Soerjono Sokanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III, UI Press, Jakarta, 1986, hlm,10.] [22: Hadari Nawawi, Instrumen Peelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1992, hlm, 42.]

1.7 Teknik Pengumpulan DataAdapun teknik pengumpulan data yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :1. Wawancara, dalam hal ini informasi diperoleh dengan cara bertanya langsung kepada responden. Kegiatan wawancara dilaksanakan berdasarkan tipe wawancara terarah (directive interview)[footnoteRef:23] [23: Ronny Hamitiji Sumitro, 1988, hlm 60-61.]

2. Kuesioner, dengan tipe kuesioner terbuka dengan menyiapkan pokok-pokok pertanyaan terlebih dahulu, yang meliputi bentuk efektifitas pelaksanaan dari peraturan tersebut, kendala yang dihadapi, dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.1.8Sumber DataSumber data yang digunakan oleh Penulis dalam penelitian dan penulisan hukum ini terdiri dari:1. Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan, yaitu Udang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan , Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, beserta peraturan perundang-undangan positif Negara Republik Indonesia yang terkait.2. Bahan hukum sekunder yang meliputi berbagai buku, artikel, jurnal ilmiah hukum, maupun berbagai referensi yang diperoleh dari internet yang berkaitan dengan topik yang diangkat.3. Bahan hukum tersier untuk menunjang bahan hukum primer dan sekunder, yang meliputi kamus hukum, indeks, dan ensiklopedia1.9 Metode Analisis DataMetode studi pustaka dan studi dokumen pertama-tama dipilih dan dihimpun semua bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan bidang hukum yang menjadi obyek penelitia. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisa hasil penelitian dengan menggambarkan hubungan antara hasil penelitian yang telah diperoleh untuk menjelaskan suatu persoalan sehingga sampai pada suatu kesimpulan.Dalam penulisan hukum ini juga berusaha untuk memberi penjelasan dan menganalisis secara yuridis sosiologis dari data yang diperoleh baik data primer atau data sekunder. Penyajian data sekunder sebagai hasil studi kepustakaan tetang efektifitas pemberlakuan peraturan tersebut muai dari teori, definisi, dan substansinya dari berbagai literature. Sedangkan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi lapangan berupa analisa dan komentar. Kemudian data primer dan data sekunder akan dikaitkan dan dianalisis dengan undang-undang, teori, dan pendapat para pakar yang relevan, sehingga didapat analisis tentang pelaksanaan peraturan tersebut dikaitkan dengan hak warga Negara dalam berlalu lintas.1.10 Lokasi Penelitian dan Batasan Waktu

1.11 Sistematika PenulisanBAB 1PENDAHULUANDalam bab ini,dikemukakan latar belakang permasalahan yang mencakup permasalahan dalam praktik, serta sebab mengapa perlunya diangkat dalam bentuk penulisan hukum ini, yang kemudian dirumuskan dalam identifikasi masalah. Dalam bab ini juga dikemukakan tujuan apa yang ingin dicapai dan manfaat apa yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini, serta metode dan sumber apa saja yang digunakan dalam penyusunan penulisan hukum ini.

BAB 2TINJAUAN TENTANG KONSEP LALU LINTAS DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009Dalam bab ini dikemukakan mengenai konsep mengenai lalu lintas yang dilihat pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam bab ini menguraikan mengenai pengertian lalu lintas, kriteria yang terdapat dalam berlalu lintas, pengaturan mengenai berlalu lintas, siapa saja yang dapat dikatakan sebagai subjek dalam berlalu lintas, dan juga tata cara berlalu lintas yang sesuai dengan aturan positif yang berlaku.BAB 3 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 PASAL 134 DI KOTA BANDUNG PERIODEDalam bab ini akan menguraikan mengenai sejauh mana pengimplementasian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam kehidupan berlalu lintas sehari-hari. Bab ini juga mnguraikan mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian peraturan ini dan membahas juga mengenai tujuan yang ingin dicapai dengan adanya peraturan ini.BAB 4ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 PASAL 134 DIKAITKAN DENGAN HAK WARGA NEGARA DALAM BERLALU LINTASDalam bab ini merupakan pembahasan lebih lanjut yang berisi penggabungan materi yang telah dikaji dalam dua bab sebelumnya. Berdasarkan pembahasan dalam kedua bab tersebut, Penulis akan mengkaji bagaimana menemukan permasalahan sekaligus jalan keluar dari permasalahan tersebut yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku secara positif di Indonesia mengenai perlindungan hak warga Negara dalam berlalu lintas dikaitkan dengan pengguna jalan yang memperoleh hak utama.Bab 5KESIMPULAN DAN SARANDalam bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini. Dalam Bab ini akan dikemukakan kesimpulan atas permasalahan yang dikaji dari pembahasandalam Bab Kedua, Bab Ketiga, dan Bab Keempat. Kemudian sebagai penutup, berdasar pada kesimpulan tersebut, akan disajikan beberapa saran yang berkenaan dengan pemasalahan yang dikaji