BAB 1

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma yang terjadi pada kecelakaan lalu-lintas memiliki banyak bentuk, tergantung dari organ apa yang dikenai. Trauma semacam ini, secara lazim, disebut sebagai trauma benda tumpul ( trauma multiple). Ada tiga trauma yang paling sering terjadi dalam peristiwa ini, yaitu cedera kepala, trauma thorax (dada) dan fraktur (patah tulang) (American College of Surgeon Committe on Trauma , 2004). Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang. Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan dan perpendekan tulang. (American College of Surgeon Committe on Trauma, 2004). Trauma kedua yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau 1

description

latar belakang makalah cedera kepala

Transcript of BAB 1

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangTrauma yang terjadi pada kecelakaan lalu-lintas memiliki banyak bentuk, tergantung dari organ apa yang dikenai. Trauma semacam ini, secara lazim, disebut sebagai trauma benda tumpul ( trauma multiple). Ada tiga trauma yang paling sering terjadi dalam peristiwa ini, yaitu cedera kepala, trauma thorax (dada) dan fraktur (patah tulang) (American College of Surgeon Committe on Trauma, 2004).Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang. Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan dan perpendekan tulang. (American College of Surgeon Committe on Trauma, 2004).Trauma kedua yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar (American College of Surgeon Committe on Trauma, 2004).Trauma terakhir yaitu trauma kepala, terutama jenis berat, merupakan trauma yang memiliki prognosis (harapan hidup) yang buruk. Hal ini disebabkan oleh karena kepala merupakan pusat kehidupan seseorang. Di dalam kepala terdapat otak yang mengatur seluruh aktivitas manusia, mulai dari kesadaran, bernapas, bergerak, melihat, mendengar, mencium bau, dan banyak lagi fungsinya. Jika otak terganggu, maka sebagian atau seluruh fungsi tersebut akan terganggu. Gangguan utama yang paling sering terlihat adalah fungsi kesadaran. Itulah sebabnya, trauma kepala sering diklasifikasikan berdasarkan derajat kesadaran, yaitu trauma kepala ringan, sedang, dan berat. Makin rendah kesadaran seseorang makin berat derajat trauma kepala (American College of Surgeon Committe on Trauma, 2004).Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah rudapaksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalu lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usiaproduktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah, disamping penanganan pertama yang belum benar-benar, serta rujukan yang terlambat.Di Indonesia kajadian cidera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah diatas, 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit.80% di kelompokan sebagai cedera kepala ringan, 10% termasuk cedera sedang dan 10% termasuk cedera kepala berat.Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkanpara dokter mempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolonganpertama pada penderita. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokoktindakan yang sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita.Sebagai tindakan selanjutnya yang penting setelah primary survey adalah identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan tindakan pembedahan, dan yang terbaik adalah pemeriksaan dengan CT Scan kepala.Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3%-5% yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara konservatif. Pragnosis pasien cedera kepala akan lebih baikbila penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat. Adapun pembagian trauma kapitis adalah: Simple head injury, Commutio cerebri, Contusion cerebri, Laceratio cerebri, Basis cranii fracture.Simple head injury dan Commutio cerebri sekarang digolongkan sebagai cedera kepala ringan, sedangkan Contusio cerebri danLaceratio cerebri digolongkan sebagai cedera kepala berat. Pada penderita korban cedera kepala, yang harus diperhatikan adalahpernafasan, peredaran darah dan kesadaran, sedangkan tindakan resusitasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik umum dan neurologist harus dilakukan secara serentak. Tingkat keparahan cedera kepala harus segera ditentukanpada saat pasien tiba di Rumah Sakit.Berdasarkan fenomena tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu kajian studi kasus pada klien dengan CEDERA KEPALA yang dirawat di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan umumMenerapkan asuhan keperawatan klien cedera kepala berat pada Tn. R di Ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin.2. Tujuan khususa) Memaparkan konsep cedera kepala.b) Memaparkan konsep primer survey dan sekunder survey pada pasien cedera kepala.c) Melakukan pengkajian pada Tn. R dengan cedera kepala.d) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn Tn. R dengan cedera kepala.e) Menyusun intervensi keperawatan pada Tn. R dengan cedera kepala.

C. Metode PenulisanPenulisan ini menggunakan metode studi kasus, dengan pendekatan proses keperawatan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penulisan adalah sebagai berikut :1. Studi KepustakaanStudi kepustakaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data secara komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan pasien cedera kepala serta Penanganan Primer dan Sekunder pada cedera kepala dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah, makalah literature atau referensi.2. Tinjauan KasusDengan cara mengadakan observasi dan partisipasi pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.3. DokumenterData yang diambil dari catatan medis untuk menyesuaikan melaksanakan kegiatan teori dengan tehnik studi dokumenter ini akan lebih mendukung kepada data yang telah diambil dengan cara lain sebagai data yang diperoleh lebih bisa dipercaya.4. Komunikasi atau WawancaraKomunikasi atau wawancara yaitu dengan mengadakan wawancara dengan klien maupun keluarganya ataupu saksi dalam rangka mengumpulkan data mengenai kejadian dan riwayat kesehatan pasien tersebut.

4