Bab 1

37
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mutu yang sebaik-baiknya, tanpa diskriminasi, dimana salah satu strateginya adalah meningkatkan pelayanan kesehatan secara merata, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan serta mengutamkan upaya promotif dan preventif (Visi Depkes Tahun 2010-2014). Begitu pula halnya dengan para penyandang cacat, dalam hal ini kebutaan. Sesuai dengan yang tertulis pada Visi Depkes Tahun 2010-2014, mewujudkan 'Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan' mengandung makna bahwa semua orang, termasuk penyandang tunanetra, memiliki hak yang sama untuk menikmati pelayanan kesehatan dengan gambaran seperti yang telah disebutkan sebelumnya WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, di mana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Diperkirakan 12 orang menjadi buta tiap menit di dunia, dan 4 orang di antaranya berasal dari Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu orang menjadi buta. Sebagian besar orang buta (tunanetra) di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah. Sejak tahun 1984, Upaya Kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) sudah diintegrasikan ke dalam kegiatan pokok Puskesmas. Sedangkan program Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna (PKKP) dimulai sejak 1987 baik melalui Rumah Sakit (RS) maupun Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM). Namun demikian, masih banyak masalah yang dapat kita jumpai berkaitan dengan pelayanan medis bagi para pasien tunanetra. Masalah-masalah tersebut dapat terkait dengan mutu pelayanan jasa yang diberikan dokter kepada pasien yang buta, dapat juga berkenaan dengan penyediaan sarana dan prasarana bagi

description

agama

Transcript of Bab 1

Page 1: Bab 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mutu yang sebaik-baiknya, tanpa diskriminasi, dimana salah satu strateginya adalah meningkatkan pelayanan kesehatan secara merata, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan serta mengutamkan upaya promotif dan preventif (Visi Depkes Tahun 2010-2014). Begitu pula halnya dengan para penyandang cacat, dalam hal ini kebutaan. Sesuai dengan yang tertulis pada Visi Depkes Tahun 2010-2014, mewujudkan 'Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan' mengandung makna bahwa semua orang, termasuk penyandang tunanetra, memiliki hak yang sama untuk menikmati pelayanan kesehatan dengan gambaran seperti yang telah disebutkan sebelumnya

WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, di mana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Diperkirakan 12 orang menjadi buta tiap menit di dunia, dan 4 orang di antaranya berasal dari Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu orang menjadi buta. Sebagian besar orang buta (tunanetra) di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah.

Sejak tahun 1984, Upaya Kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) sudah diintegrasikan ke dalam kegiatan pokok Puskesmas. Sedangkan program Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna (PKKP) dimulai sejak 1987 baik melalui Rumah Sakit (RS) maupun Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM). Namun demikian, masih banyak masalah yang dapat kita jumpai berkaitan dengan pelayanan medis bagi para pasien tunanetra. Masalah-masalah tersebut dapat terkait dengan mutu pelayanan jasa yang diberikan dokter kepada pasien yang buta, dapat juga berkenaan dengan penyediaan sarana dan prasarana bagi kelancaran perawatan sebagai bagian dari pelayanan media bagi mereka, dan masih banyak hal-hal lainnya yang sedikit banyak dapat menghambat kesuksesan pelayanan medis bagi para penyandang tunantera.

Kondisi-kondisi tersebut sudah menjadi masalah sosial yang tidak mungkin ditangani sendiri oleh Departemen Kesehatan, tetapi harus ditanggulangi secara terpadu oleh pemerintah dan seluruh unsur masyarakat. Lintas Sektor terkait (Departemen Dalam Negeri, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Sosial, Departemen Tenaga Kerja) diharapkan dapat berperan aktif. Menyadari kondisi tersebut, pada tanggal 15 Februari 2000 telah dicanangkan program WHO : Vision 2020 – The Right to Sight di Indonesia. Program ini merupakan inisiatif global untuk menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan yang sebenarnya dapat dicegah/ direhabilitasi. Program ini dicanangkan di wilayah Asia Tenggara oleh Direktur Regional WHO Daerah Asia Tenggara

Page 2: Bab 1

pada tanggal 30 September 1999. Pencanangan ini berarti pemberian hak bagi setiap warganegara Indonesia untuk mendapatkan penglihatan optimal.

Pelayanan media terhadap pasien tunanetra yang disesuaikan dengan etis kekertistenan inilah yang menjadi landasan bagi kelompok 11 untuk menyusun makalah ini, agar pelayanan kesehatan bagi penyandang cacat kebutaan dapat semakin baik dari waktu ke waktu.

1.2. Rumusan Masalah1. Seperti apakah gambaran pelayanan kesehatan terhadap pasien cacat

kebutaan menurut klipping yang kami kumpulkan?2. Bagaimana tinjauan etis kekristenan terhadap pelayanan kesehatan terhadap

pasien cacat kebutaan?3. Apa kesimpulan dan saran dari klipping yang kami kumpulkan?

Page 3: Bab 1

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Kumpulan Klipping

1. Bank Mandiri Gelar Operasi Katarak Gratis

Harian sumut pos, 6 april 2012

MEDAN- Bank Mandiri bekerjasama dengan Rumah Sakit (RS) Martha Friska menggelar operasi katarak gratis untuk pensiunan dan keluarga TNI, POLRI dan PNS yang digelar di RS Martha Friska di Jalan Multatuli Medan pada Rabu (4/4) kemarin. Setelah itu, Kamis (5/4) Bank Mandiri bersama pihak RS Martha Friska gelar silaturahmi yang disaksikan 37 pasien operasi katarak di aula RS Martha Friska.

Kegiatan yang bertemakan “Mata Adalah Jendela Dunia” ini bagian dari implementasi Program Corporate Social Responsibility secara khusus yang diperuntukkan bagi pensiunan dan keluarga TNI, Polri dan PNS. Tahapan operasi dimulai dari pemeriksaan, operasi dan perawatan pascaoperasi yang dilakukan para dokter spesialis mata.

Dalam Sambutan Deputy PT Bank Mandiri (Persero), Tbk Kanwil I Medan, Abdul Latif mengatakan Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia yang tumbuh dan berkembang bersama nasabahnya, kehadirannya di tengah masyarakat dapat benar-benar dirasakan dengan tiga pilar utama program CSR Bank Mandiri diantaranya: Pembentukan komunitas mandiri secara terintegrasi dalam hal kapasitas, infrastruktur, kapabilitas, dan akses. Pencapaian kemandirian edukasi dan kewirausahaan melalui program Wirausaha Mandiri dan Mandiri Peduli Pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan pemimpin di masa depan yang siap dengan persaingan global dan yang terakhir, Penyediaan fasilitas ramah lingkungan melalui pelaksanaan program penyediaan sarana penunjang pengadaan air bersih, pengembangan energi, penanaman pohon, penanaman dan pemeliharaan tumbuhan bakau, pengadaan taman kota dan pengembangan eco wisata.

Terkait dengan hal itu Bank Mandiri telah menyalurkan program kemitraan sebesar Rp109,1 miliar dan Bina Lingkungan sebesar Rp238,1 miliar hingga Desember 2011 yang lalu.

Dari jumlah tersebut, yang telah disalurkan Bank Mandiri di Wilayah I Sumatera Bagian Utara yang meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau pada tahun 2011, Program Kemitraan sebesar Rp1,09 miliar dan sebesar Rp 4, 01 miliar untuk penyaluran dana Bina Lingkungan, “katanya. (*)

Page 4: Bab 1

2. Chip Elektronik Kembalikan Fungsi Retina

Harian jogja, 9 mei 2012

LONDON–Kebutaan total seringkali terjadi karena kecelakaan atau penyakit yang

menyerang salah satu bagian penting mata seperti retina. Beruntung tim dokter dari Inggris

telah berhasil menemukan sebuah chip elektronik yang bisa mengembalikan fungsi retina.

Yang beruntung mendapatkan chip tersebut adalah dua pria Inggris, Chris James dan Robin

Millar yang telah mengalami kebutaan total selama bertahun-tahun.

Akhirnya keduanya bisa melihat lagi setelah menjalani operasi implan mata rintisan sebagai

bagian dari percobaan klinis yang dilakukan oleh Oxford Eye Hospital dan King’s College

Hospital di London. Profesor Robert MacLaren dan Mr Tim Jackson pun ditunjuk untuk

memimpin percobaan ini.

James dan Millar kehilangan penglihatannya karena sebuah kondisi yang disebut retinitis

pigmentosa dimana sel-sel fotoreseptor di belakang matanya berhenti berfungsi secara

bertahap.

Chip mikroelektronik berbentuk persegi berukuran 3 mm dan setipis wafer tersebut

berkekuatan 1.500 piksel yang mengambil alih fungsi sel fotoreseptor batang dan kerucut.

Saat operasi, chip ditempatkan di belakang retina dan ada kabel tipis yang menghubungkan

dengan sebuah unit pengontrol di bawah kulit belakang telinga. Ketika cahaya memasuki

mata dan mencapai chip, chip ini merangsang piksel yang mengirimkan sinyal elektronik

pada saraf optik menuju ke otak.

Sensivitas Chip

Sensitivitas chip itu pun dapat diubah melalui sebuah unit daya eksternal yang terhubung ke

chip melalui disk magnetik yang ada pada kulit kepala.

James dari Wroughton, Wiltshire mengaku ada ‘momen ajaib’ ketika implan diaktifkan untuk

pertama kalinya dan ia melihat cahaya berkedip yang menunjukkan bahwa alat tersebut

berfungsi.

“Saya bisa melihat kurva atau garis lurus dari dekat tetapi saya masih kesulitan melihat

sesuatu di kejauhan. Karena ini masih awal, maka saya harus belajar untuk menafsirkan

sinyal yang dikirimkan ke otak saya dari chip ini,” kata James.

“Ini untuk pertama kalinya pasien di Inggris yang mengalami kebutaan total mampu melihat

sesuatu. Padahal pada percobaan dengan sel stem dan pengobatan lainnya, pasien tak

mampu melihat secara sempurna. Disini pasien yang tak memiliki persepsi cahaya sama

sekali namun ketika implan mengaktifkan retinanya kembali setelah lebih dari satu dekade,

pasien bisa melihat sesuatu,” tandas Prof MacLarena seperti dilansir dari BBC, Rabu

(8/5/2012).

Page 5: Bab 1

Sayangnya dalam kasus James, chipnya hanya membuat otak menerima kilatan cahaya,

bukannya penglihatan konvensional, itupun dalam hitam putih, bukan berwarna.

Namun secara tak terduga, pasien satunya, Millar mengaku kini ia dapat bermimpi dalam

warna untuk pertama kalinya setelah 25 tahun. Robin Millar mengaku ia juga mampu berdiri

dalam sebuah ruangan dan mendeteksi cahaya yang datang dari jendela.

Prof MacLaren mengatakan bahwa hasilnya mungkin tak tampak luar biasa terlihat, namun

bagi orang yang buta total untuk bisa mengorientasikan dirinya sendiri dalam sebuah

ruangan dan bahkan mengetahui dimana pintu dan jendela berada merupakan hal yang

‘sangat berguna’ dan praktis membantunya.

Kelebihan lain dari chip yang dikembangkan oleh perusahaan asal Jerman, Retina Implant

AG ini adalah dapat dibawa kemanapun.

3. Operasi Katarak Gratis PT Sido MunculHarian jogja, 13 maret 2012

JAKARTA – Perusahaan jamu PT Sido Muncul tahun 2012 ini menargetkan 12.000 pasien penderita buta katarak dioperasi secara gratis. Program corporate social responsibility (CSR) ini merupakan kelanjutan tahun lalu, di mana PT Sido Muncul berhasil menuntaskan operasi katarak terhadap 6.000 pasien secara gratis.

Sebagai awal program CSR tersebut, SidoMuncul bersama Rumah Sakit Cipto

Mangunkusuma RSCM melaksanakan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama memberikan

bantuan operasi katarak kepada 1.000 pasien warga kurang mampu di wilayah Jakarta dan

sekitarnya, Senin (12/3/2012).

Dalam siaran persnya disampaikan Bagian Humas PT Sido Muncul, Selasa (13/3 /2012), hadir

pada kesempatan tersebut Direktur Utama RSCM, Prof Dr dr Akmal Taher SpU (K) PhD,

Kepala Departemen RSCM Kirana Dr dr Widya Artini SpM (K) dan Direktur Utama PT

Sidomuncul Irwan Hidayat.

Disebutkan, sebelumnya juga telah dilaksanakan penandatanganan perjanjian dengan

Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

(PBNU) kerjasama baksos operasi katarak di daerah tertinggal. Selanjutnya, Sidomuncul juga

akan bekerjasama dengan sejumlah KODAM di Indonesia.

Manager Humas PT Sido Muncul Nanik Rahayuningsih, menyebutkan program bantuan

operasi katarak untuk 12.000 orang telah dimulai sejak awal tahun di beberapa rumah sakit

yaitu Klinik Darma Usada Netral Pelabuhan Ratu, Puskesmas Mantingan Ngawi, Puskesmas

Mojo Agung Jombang, BKMM Cilacap, Polda Metro Jaya Jakarta, RS Mata Undaan Surabaya,

Klinik Mata Tritya Surabaya, RSU Wakatobi, RSUD M Zein Painan Pesisir Selatan, RS Patar

Asih Lubuk Pakan Deli Serdang, RS Dr Sardjito Yogyakarta, RS Suradji Tirtonegoro Klaten,

Page 6: Bab 1

RSUD Sidoarjo, RSU Patmasuri, Klinik DR Hasri Ainun Bogor, RS Puri Husada Sleman, dan

BKMM Cikampek. “Jumlah pasien yang telah dioperasi sampai saat ini sebanyak 2.156

orang. Yang telah terjadwal untuk operasi katarak sejauh ini sebanyak 6.719 orang,”

jelasnya.

Dikataka Nanik, bantuan ini merupakan bagian dari kegiatan Gerakan Penanggulangan Buta

Katarak di Indonesia atas pencanangan gerakan penanggulangan katarak yg dimotori oleh

Sidomuncul bersama PERDAMI dengan didukung oleh RS, Klinik Mata, Pemda, LSM,

Yayasan, dan masyarakat umum yang tergerak membantu.

Direktur Utama PT Sidomuncul Irwan Hidayat berharap program ini bisa mengurangi jumlah

penderita buta katarak bagi warga kurang mampu di seluruh Indonesia.

4. Gerakan Penanggulangan Buta Katarak di Indonesia

Solopos,29 november 201

Jakarta (Solopos.com)–Wakil Presiden (Wapres) RI, Prof Dr Boediono MEc menyaksikan

operasi katarak kepada 6.000 pasien kurang mampu di Departemen Mata RSCM Kirana,

Jakarta, Selasa (29/11/2011).

Operasi katarak itu terlaksana atas kerja sama Persatuan dokter spesialis mata Indonesia

(Perdami) dan PT Sido Muncul, Bantuan itu merupakan bagian dari kegiatan Gerakan

Penanggulangan Buta Katarak di Indonesia yang pencanangannya dihadiri pula oleh Wapres

Boediono di RS Mata AINI Prof Dr Isak Salim Jakarta, pada awal tahun 2011 lalu.

Operasi katarak ke-6000 ini merupakan bukti serius yg dilakukan atas pencanangan gerakan

penanggulangan katarak yg dimotori oleh PT Sido Muncul dan Perdami dengan didukung

oleh RS dan klinik mata di Indonesia.

Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat sangat bersyukur dapat melaksanakan

bantuan operasi katarak kepada 6.000 pasien kurang mampu bersama Perdami dengan

bantuan banyak pihak.

“Kami berkomitmen untuk meneruskan program operasi katarak dengan target 12.000

operasi mata pada tahun 2012. Untuk itu, kami membutuhkan kembali bantuan banyak

pihak agar kegiatan tersebut dapat terealisasi di tahun mendatang,” ujar Irwan pada rilis

yang diterima Espos, Selasa.

Ketua Perdami Prof Dr dr Nila F Moeloek Sp.M (K) menyatakan senang dengan apa yang

telah dilakukan bersama PT Sido Muncul dan menyambut baik dengan program operasi

katarak berikutnya di tahun 2012.

“Kami berharap dari berbagai pihak untuk ikut membantu mengurangi jumlah penderita

buta katarak di Indonesia yang jumlahnya mencapai lebih dari 240 ribu orang, yang

merupakan jumlah penderita buta katarak tertinggi di Asia Tenggara,” ujar Nila.

Page 7: Bab 1

Selain menyaksikan proses operasi katarak, Wapres juga menyaksikan penandatanganan

komitmen dari beberapa pengusaha/yayasan/lembaga yang berkomitmen akan membantu

membiayai operasi katarak bagi warga kurang mampu pada tahun 2012.

Pada kesempatan tersebut, secara simbolis diwakili oleh tiga pihak yaitu PT Sido Muncul

bersaman Perdami memberikan bantuan untuk 12.000 penderita buta katarak di Indonesia,

Kick Andy Foundation 500 mata dan Harian Umum Indo Pos sebanyak 500 mata.

Selama ini, kerja sama yang dilakukan PT Sido Muncul bersama Perdami hingga menjelang

akhir tahun 2011 telah memberikan bantuan operasi katarak di 19 provinsi, dengan 67 kota

melalui 93 rumah aakit.

Adapun daerah-daerah yang telah dibantu adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,

Sumatera Barat, Batam (Kepulauan Riau), Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, DIY,

Jatim, Bali, NTT, Maluku, Sulawesi Selatan, Kalsel, Kaltim, dan Kalbar.

5. Operasi Buta Katarak Gratis oleh Perdami Kota soloSolopos, 8 mei 2011

Solo(Solopos.com) – Persatuan Dokter Spesialis Mata (Perdami) Kota Solo bekerja sama dengan PT Sido Muncul menggelar operasi buta katarak gratis kepada 150 pasien buta katarak di Kota Solo, mulai Minggu (8/5) ini. Operasi tersebut melibatkan beberapa rumah sakit (RS) seperti RS Kasih Ibu, RS dr Moewardi, RS Panti Waluyo, RSI Yarsis, RS dr Oen dan UPTD RS Kota Solo.

OPERASI KATARAK— Tim dokter RS Kasih Ibu Solo mengoperasi pasien yang menderita buta katarak, Minggu (8/5). (Espos/Chrisna Chanis Cara)Ketua Perdami Solo, dr M Djafar SpM, saat ditemui di RS Kasih Kasih Ibu, mengatakan kegiatan itu adalah bagian dari operasi buta katarak gratis kepada 5.000 pasien buta katarak se-Indonesia. Dipaparkan Djafar, Solo mendapat kuota sebanyak 150 pasien.

”Kami sudah melakukan 23 operasi melalui RS Kasih Ibu. Operasi sejenis akan diadakan di

beberapa RS di Kota Solo hingga 6 November 2011,” terangnya.

Pihaknya masih membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin mengikuti operasi gratis.

Namun, imbuhnya, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. ”Karena program ini

menyasar warga miskin, permohonan harus dilengkapi surat keterangan tidak mampu dari

kelurahan serta bukti tagihan listrik. Selain itu, yang bisa diproses hanyalah buta karena

katarak, bukan karena penyebab lain seperti glaukoma atau leukoma,” terangnya.

Ditambahkan Djafar, warga yang berminat bisa mengajukan permohonan ke RS yang telah

ditunjuk selain RS Kasih Ibu. ”Nanti akan kami verifikasi kelayakannya,” ujarnya

Page 8: Bab 1

6. Operasi Buta Katarak Gratis RS Mata AiniHarian jogja, 15 januari 2011

Jakarta–Wakil Presiden (Wapres) Boediono akan membuka acara pencanangan penanggulangan buta katarak nasional di RS Mata Aini, Jl HR Rasuna Said, Kuningan. Survei Kemenkes pada 1996 memperlihatkan angka kebutaan sebesar 1,5 persen atau lebih dari 2 juta orang di Indonesia.

Acara akan berlangsung sekitar pukul 10.00 WIB, Sabtu (15/1). Acara akan diisi dengan

sambutan dari Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), Nila F Moeloek

dan Direktur RS Aini Prof Dr Farida Sirlan. Diserahkan juga beberapa dana dari berbagai

sponsor.

Rencananya setelah membuka acara, Boediono akan mengunjungi pasien yang menderita

katarak di RS ini.

Angka kebutaan di Indonesia tinggi yakni sebesar 1,5 persen atau lebih dari 2 juta orang.

Sedangkan angka kebutaan di Bangladesh 1 persen, India 0,7 persen, dan Thailand 0,3

persen.

Pencanangan ini diharapkan mengatasi masalah buta katarak. Program pencanangan

berupa pengobatan gratis bagi 5 ribu penderita katarak di seluruh Indonesia bekerjasama

antara RS Aini, Perdami dan PMI.

7. Percobaan Implan Retina Bantu Orang Buta Melihat BentukKamis, 04 November 2010, 17:16 WIB REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Para ilmuwan telah mengembangkan implan mata yang memungkinkan tiga pasien buta melihat bentuk dan benda-benda dalam beberapa hari. Pengobatan dan perangkat itu bisa rutin digunakan untuk beberapa jenis kebutaan dalam lima tahun ke depan.

Para ahli menggambarkan hasil percobaan yang fenomenal itu dan mengatakan, perangkat yang dikembangkan oleh peneliti Jerman ini akhirnya bisa mengubah kehidupan sampai 200 ribu orang di seluruh dunia yang menderita kebutaan karena penyakit mata degeneratif yang disebut retinitis pigmentosa.

Perangkat tersebut dikenal sebagai implan sub-retina - diletakkan di bawah retina dan bekerja dengan langsung menggantikan reseptor cahaya yang hilang sebagai akibat dari penyakit. Setelah tahap deteksi cahaya, mata menggunakan fungsi alami untuk menghasilkan sebuah citra visual yang stabil.

Ketua peneliti dari Universitas Tuebingen Rumah Sakit Mata di Jerman dan direktur sebuah perusahaan kecil bernama retina Implan AG yang sedang mengembangkan perangkat, Eberhart Zrenner mengatakan, hasil uji coba adalah "bukti dari konsep" dan sekarang akan diambil dalam uji coba lebih lanjut pada 25 sampai 50 pasien di Eropa.

Page 9: Bab 1

"Kami telah menunjukkan bahwa manusia dapat menyediakan alat untuk melihat yang cukup berguna bagi kehidupan sehari-hari," katanya dalam sebuah wawancara telepon.

Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of Royal Society B, satu pasien buta yang memiliki perangkat implan mampu mengidentifikasi dan menemukan benda diletakkan di atas meja di depannya, dan mampu berkeliling ruangan tanpa bantuan orang lain.

Dia bahkan bisa membaca wajah jam dan membedakan antara tujuh nuansa abu-abu, kata para peneliti. Pengujian dilakukan mulai 7-9 hari setelah alat itu ditanamkan.

Perangkat implan, yang berada sepenuhnya di dalam mata, adalah piring kecil, berukuran hanya 3 mm kuadrat dan tebal 10 milimeter, yang memiliki sekitar 1.500 sensor cahaya kecil terhubung ke amplifier dan elektroda.

Jenis lain implan retina, yang dikenal sebagai implan epiretinal, duduk di luar retina dan karena memotong struktur ringan-sensitif utuh di mata mereka membutuhkan pasien untuk memakai kamera eksternal dan unit prosesor.

Profesor dari Oxford University dan konsultan ahli bedah retina di Rumah Sakit Mata Oxford, Inggris, Robert Maclaren, yang tidak terlibat dalam sidang ini, mengatakan dia "sangat gembira" dengan hasil percobaan tersebut. "Ini membuktikan konsep bahwa pada pasien yang telah buta selama bertahun-tahun dan tidak dapat melihat apa-apa, saraf optik bisa kembali terbangun dan mereka bisa melihat lagi. Ini fenomenal," jelasnya.

Zrenner mengatakan, uji coba lebih lanjut dari implan harus diselesaikan dalam dua sampai tiga tahun. Jika mereka berhasil membuktikan, maka perangkat bisa di pasarkan dan tersedia untuk ribuan pasien dalam waktu sekitar lima tahun.

Zrenner berhati-hati mengenai aplikasi yang lebih luas lagi. Jika dikembangkan lebih lanjut, kata dia, perangkat suatu hari nanti dapat digunakan untuk membantu orang dengan kasus yang parah, misalnya buta karena degenerasi makula terkait usia yang juga penyebab utama kebutaan pada orang tua.

8. Pemkot Kupang Gelar Operasi Katarak GratisSenin, 19 September 2011, 09:36 WIB REPUBLIKA.CO.ID,

KUPANG – Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang segera melaksanakan operasi katarak secara gratis di seluruh wilayah itu untuk memberikan layanan kepada masyarakat yang menderita penyakit tersebut.

Walikota Kupang, Daniel Adoe, mengatakan operasi tersebut secara teknis akan diatur dan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Kupang serta tim dokter ahli RSU Kota Kupang. "Nanti teknis pelaksanaan serta waktu dan tempatnya diatur oleh dinas dan rumah sakit," jelasnya, Senin (19/9).

Page 10: Bab 1

Pemkot Kupang mengambil kebijakan itu karena fakta menunjukkan bahwa dari total jumlah penduduk usia lanjut di Kota Kupang, sekitar 30 persen warga menderita buta aksara. Kondisi ini harus segera mendapatkan perharian, agar tidak menjadi penghambat aktivitas warga Kota Kupang itu di usia lanjutnya.

Adoe mengatakan, saat ini Pemkot Kupang melalui RSU Kota Kuta Kupang, telah memiliki seorang dokter ahli mata, yang akan menangani seluruh pasien mata yang meminta pelayanan di rumah sakit non-kelas tersebut.

Selain itu, kata Adoe yang juga Ketua DPD II Partai Golkar Kota Kupang itu, Pemkot Kupang juga terus memperbanyak dan meningkatkan kualitas peralatan sebagai bagian dari aset rumah sakit tersebut, sehingga semua pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit yang dibangun untuk warga miskin itu bisa berjalan maksimal dan prima.

Direktur RSU Kota Kupang, dr Marsyana Y Halek, pada kesempatan terpisah mengatakan akan sesegera mungkin mengatur jadwal dan teknis pelaksanaan operasi katarak di daerah tersebut.

Pihak rumah masih menunggu pembicaraan lanjutan dengan dokter ahli mata yang dijadwalkan baru akan kembali dari studi lanjutnya pada awal Oktober 2011. "Kita sedang menunggu dokter ahlinya untuk selanjutnya membahas teknis pelaksanaannya," kata Yalek.

Dia berharap, tidak ada hambatan dalam pelaksanaan kegiatan itu sehingga tujuan dan harapan pemerintah untuk memberikan layanan kesehatan mata bisa tercapai demi kepuasan masyarakat.

9. Operasi Katarak Mahal, Penderita MelonjakHarian pikiran rakyat, Minggu, 15/04/2012 - 16:32

YOGYAKARTA, (PRLM).- Penderita katarak akan terus melonjak sejalan kenaikan angka harapan hidup. Penderita penyakit mata ini potensial buta karena operasi yang direkomendasikan dokter banyak tak dilaksanakan dengan alasan biaya operasi mahal.

Ahli penyakit mata Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. dr.Suhardjo menyatakan biaya operasi katarak di rumah sakit di Yogyakarta Rp 7 juta. "Ini cukup mahal," kata dia, Minggu (15/4).

Semakin mahal biaya operasi akan makin sedikit yang dioperasi, menurut ketua Ikatan Dokter Mata Indonesia Provinsi Yogyakarta, ini akan menambah jumlah penderita katarak.

Penderita katarak diperkirakan 1 persen dari jumlah penduduk. Kenaikan jumlah penderita per tahun 0,1 persen. Lonjakan penderita katarak empat kali lipat diperkirakan terjadi 2025

Page 11: Bab 1

sejalan naiknya angka harapan hidup. Karena itu pemerintah menargetkan penurangan 0,5 jumlah penderita katarak pada 2020.

Di sela-sela operasi katarak gratis, dia menyatakan ikatan dokter mata mewajibkan setiap anggota mengoperasi (gratis) dua penderita katarak per minggu pada 2000 dan 10 penderita katarak per minggu mulai 2010.

"Saya saja (sebagai profesor, red) tak sampai mengoperasi 10 pasien katarak per minggu. Maknanya, angka operasi katarak rendah, maka terjadi penumpukan. Mungkin karena kemiskinan (para penderita). Maka harus ada kegiatan sosial, dan katarak harus operasi," ujarnya.

Menurut dia operasi katarak di tanah air kalah banyak dibanding Banglades misalnya. Karena itu operasi gratis katarak harusa digalakkan. Operasi massal ini kualitasnya tak lebih jelek dari operasai berbayar seperti menggunakan laser, tanpa jahit.

Dokter ahli spesialis anak Prof. Partini menyatakan angka katarak bawaan makin banyak menimpa bayi. Dia merekomendasikan pasien agar anaknya dioperasi katarak pada usia 4-6 bulan jika anak tumbuh sehat karena potensi berhasil tak buta sangat tinggi. Bupati Sleman Sri Purnomo menayatakan usia harapan hidup tertinggi di Indonesia ada di Sleman, rata-rata usia hidup 75,6 tahun atau lebih tinggi dari raya-rata harapan hidup tingkat Provinsi DI Yogyakarta 74 tahun.

Harapan hidup yang panjang potensi mendatangkan masalah kesehatan tinggi. Karena itu pemerintah daerah menggalakkan program usia tua yang sehat di antaranya operasi katarak gratis kerjasama dengan RS Akademik UGM. (A-84/A-147)***

10. Ratusan Orang Antre Cangkok Kornea MataHarian pikiran rakyat

Jumat, 05/12/2008 - 13:54

YOGYAKARTA, (PRLM).- Sebanyak 100 sampai 150 orang di Yogyakarta mengantre untuk mendonorkan kornea mata. Jumlah yang sama terdaftar sebagai calon pasien cangkok kornea mata.

Dokter ahli mata RS Dr Yap dan RSP Sardjito, dr Agus Supartono menyatakan, 100 orang telah mendaftarkan diri untuk cangkok kornea mata. Kebanyakan pasien ini memiliki persoalan penyakit mata yang akut sampai buta. Persoalannya pendonor kornea mata sangat sedikit. Walaupun ada sejumlah orang bersedia donor kornea mata, masih sebatas kesanggupan, pencangkokannya menunggu pendonor meninggal dunia.

Page 12: Bab 1

Dia menyebut terdapat 150 calon donor kornea mata yang mencatatkan diri di berbagai rumah sakit di Yogyakarta. Namun hampir semua pendonor masih hidup. Sehingga tidak ada stok kornea mata yang bisa dicangkok ke pasien daftar tunggu.

Berbicara kepada wartawan dalam sosialisasi Seminar Oftalmologi Regional "Improvment Eye Care Against Corneal Blindness'" , Jumat , dosen Fakulas Kedokteran UGM menyatakan ,jumlah calon pendonor mata tersebut masuk kategori sangat sedikit. Bank Mata yang getol sosialisasi donor mata, sejauh ini belum banyak bisa menarik peminat calon pendonor.

Kondisi demikian tidak bisa disalahkan pada faktor calon donor kornea mata. Dari segi fasilitas laboratorium pengawetan kornea mata, masih sangat kurang. Ada satu lab saja di Jakarta. Ongkos pengganti atau service cost donor mata masih sangat mahal mencapai 1.500 dolar AS.per biji kornea mata.

Dari pengalaman dia, pencangkokan mata di di Yogyakarta tidak selalu 2 biji. Dengan alasan stok kornea terbatas, sering dibantu Bank Kornea Pusat Jakarta, cangkok mata kadang 1 biji per pasien. Kemudian alasan ongkos pengganti servis yang cukup mahal.

"Ketika kami mendapatkan donor mata, baik dari dalam maupun luar negeri harus memberikannya kepada pasien menurut skala prioritas. Bahkan untuk satu pasien bisa jadi hanya cangkok satu kornea mata," ujar dia kemarin.

Ketua Persatuan Dokter Mata Yogyakarta Prof dr Suhardjo SU SpM(K) mengatakan, cangkok mata biasanya diperlukan bagi penderita kornea akut. Penyakit ini awalnya bisa dibaca dari kekeruhan kornea mata dan akhirnya buta. Prevalensi kebutaan kornea di Indonesia mencapai 0,1% persen disebabkan infeksi, khususnya jamur dan bakteri.Pemicunya trauma yang menimbulkan perlukaan kornea, penderita hepatitis, mata kering dan gangguan sistem kekebalan, misalnya pada pengguna kontak lensa dan ODHA (Orang dengan HIV-AIDS-red).

11. Soal Kebutaan.Indonesia Peringkat Pertama di Asia

Jumat, 13/05/2011, Bandung,Radar

Direktur Medik dan Keperawatan RS Mata Cicendo Dr. Hikmat Wangsaatmadja, Sp.M.(K.), M.Kes., M.M., di kampus SMAN 5, Jln. Belitung, Bandung, kepada wartawan mengungkapkan, Indonesia menempati urutan nomor satu di tingkat asia tentang kebutaan. Sedangkan untuk tingkat dunia Indonesia merupakan Negara yang memiliki kebutaan terbanyak jumlahnya saat ini adalah 1,8% atau 3,1 juta jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia yakni 210 juta jiwa. "Dari jumlah tersebut, yang bisa ditolong dengan cara dioperasi baru 50%.Padahal katarak tidak akan sembuh melalui obat-obatan, tapi harus melalui operasi," kata Hikmat.

Page 13: Bab 1

Di Jabar penderita kebutaan kini jumlahnya sudah mencapai 1,1% dari jumlah penduduk sebanyak 43 juta jiwa atau mencapai sekitar 500 ribu orang. Padahal penyebab kebutaan 50% nya akibat katarak.

Saat ini, kata Hikmat, pemerintah dianggap belum optimal dalam mengatasi para penderita katarak. Hal itu mengakibatkan jumlah penderita katarak terus bertambah. Ditambah lagi dengan minimnya sosialisasi serta informasi mengenai katarak jika sesungguhnya bisa diperbaiki dengan cara dioperasi.

“Padahal organ mata sebagai fungsi penglihatan ini memiliki peran paling tinggi yakni 83%. Sementara indra lainnya yakni lidah (1%), telinga (11%), hidung (3,5%), dan kulit (1,5%)," tandasnya.

12. Bank Mata Bogor Punya 458 Calon DonorSenin, 7 Juni 2010 | 11:16 WIB BOGOR, KOMPAS.comBank Mata Cabang Bogor telah memiliki 458 calon donor kornea sejak beroperasi tahun 2004 hingga 2010. "Selain itu kita juga memiliki 200 orang masih dalam proses untuk menjadi calon donor," kata Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tuna Netra Indonesia/Bank Mata Cabang Bogor Fauziah Diani Budiarto, di Bogor, Senin (7/6/2010).Ia mengatakan, Perkumpulan Penyantun Mata Tuna Netra Indonesia (PPMTI) Bank Mata Cabang Bogor terus berupaya mengajak masyarakat untuk menjadi donor mata, mengingat banyak terjadi penyakit mata di Indonesia. "Dan kebanyakan itu penyakit katarak, parahnya katarak lebih banyak menyerang usia lanjut dan masyarakat miskin. Oleh karena itu PPMTI berkomitmen untuk membantu masyarakat miskin," ucapnya.Menurut Fauziah, syarat menjadi donor mata tidaklah sulit. Cukup ada niat dan kemauan, siapapun bisa menjadi donor. Hingga saat ini Bank Mata cabang Bogor telah melakukan operasi pemberian kornea gratis kepada 10 warga miskin. "Kita juga sudah memberikan empat bola mata palsu untuk dua orang warga yang tidak mampu," katanya.Selain itu, sejak memiliki gedung sendiri pada Februari lalu --diresmikan oleh ketua PPMTI Pusat (alm) Hasri Ainun Habibie-- , Bank Mata cabang Bogor telah melakukan 94 operasi katarak gratis, dari 153 warga yang sudah diperiksa.

13. Tak Perlu Tunggu Donor Mata, Terapi Gen Sembuhkan Cacat ButaSenin,26/10/2009.10:29WIB.Detik.health.com Philadelphia, Seorang gadis buta di Amerika bisa melihat kembali setelah menjalani terapi gen. Hanya dengan menyuntikkan sebuah gen ke dalam mata, penderita buta turunan bisa kembali melihat tanpa harus menunggu donor mata.Terapi gen yang dikembangkan peneliti di Philadelphia diketahui bisa memulihkan penglihatan yang semakin memburuk akibat penyakit turunan langka yang disebut Leber Congenital Amaurosis atau LCA. Penyakit ini membuat penderitanya akan mengalami

Page 14: Bab 1

kebutaan pada umur sekitar 40 tahun.Dr Katherine High dari The Children's Hospital of Philadelphia and the Howard Hughes Medical Institute mengatakan bahwa LCA menyebabkan kemampuan retina mata berkurang seiring bertambahnya usia, dan terapi gen yang diberikan sejak kecil bisa mencegah penurunan kemampuan tersebut.Studi yang dimuat dalam Lancet Medical Journal ini menurutnya bisa menjadi acuan untuk pengobatan penyakit retina lainnya."Sebelumnya belum ada terapi yang bisa mengembalikan penglihatan seperti semula, kecuali dengan donor mata. Apalagi untuk penyakit LCA yang memang langka, ujar High seperti dilansirReuters, Senin (26/10/2009).Penderita LCA mulai memiliki pandangan yang kabur pada usia anak-anak, dan tidak ada terapi yang yang bisa mencegah kaburnya penglihatan tersebut sebelum ada terapi gen ini.Awalnya, peneliti mencoba membuat virus tidak berbahaya yang disebut adeno-associated virus, yang berfungsi membawa DNA yang tepat langsung ke dalam mata. Namun teknik tersebut ternyata tidak membawa efek positif pada penderita LCA.Akhirnya, peneliti merancang teknik baru selama 2 tahun dengan cara menyuntikkan gen terapetik (RPE65) ke dalam retina, dan terapi itu ternyata berhasil memulihkan penglihatan para penderita muda LCA umur 8, 9, 10 dan 11."Sangat sulit dan sedih rasanya melihat anak kita tidak bisa melihat dan bermain layaknya anak normal. Tapi dengan terapi itu, kini anak saya bisa melihat lagi. meskipun terapi ini cukup mahal, tapi sangat wajar dan sesuai dengan hasil yang didapatkannya," jelas ibu dari Corey, penderita LCA umur 9 tahun.Terapi gen diharapkan bisa menjadi salah satu perawatan yang efektif untuk menangani masalah penglihatan turunan pada anak.Studi melaporkan bahwa semua pasien memberikan respons yang baik terhadap perawatan ini. Perbaikan yang terukur termasuk setidaknya 100 kali lipat peningkatan respons cahaya pupil, ketika pupil mengecil saat ada cahaya. Tapi perbaikan yang paling banyak ditandai adalah saat pasien masih muda."Pemulihan visual pada anak-anak menegaskan hipotesis bahwa keberhasilan akan ditingkatkan jika pengobatan dilakukan sebelum degenerasi retina," ujar Profesor Jean Bennett, seperti dikutip dari BBCNews, Senin (26/10/2009).Terapi gen juga telah berhasil dilakukan oleh tim di Institut Oftalmologi dan Moorfields Eye Hospital di London. Operasi pertama dilakukan pada tahun 2007 dan 3 pasien lagi pada tahun lalu. Salah satu pasien melaporkan adanya peningkatan yang signifikan. Mata dipandang sebagai sasaran yang sangat menarik bagi pengobatan baru ini.Gen yang terkandung dalam virus yang disuntikkan ini tidak berbahaya dan tidak mungkin diserang oleh tubuh sebagai sistem kekebalan tubuh. "Temuan ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa terapi gen ini aman dan dapat meningkatkan kepekaan retina, terutama di lampu redup," ujar Prof. Robun Ali dari UCL Institute of Ophthalmology.Tantangan selanjutnya adalah menentukan dosis dan sejauh mana perbaikan retina yang

Page 15: Bab 1

diperlukan untuk memperlambat degenerasi retina dan menjaga penglihatan. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut dalam memaksimalkan manfaat dari terapi gen, sehingga bisa menjadi pengobatan yang efektif untuk berbagai kondisi mata.

14. Baksos Kesehatan YKI-KMB di Amed, 243 Orang Periksakan MataAmlapura (Bali Post) - Senin, 04 Nopember 2009

Seorang anak berusia tujuh bulan, Ni Luh Putu Febriantari, diketahui menderita kelainan saluran air mata. Selain itu, seorang siswa SD juga sebelah matanya sudah buta, sementara dari total 243 orang pasien yang memeriksakan mata sebagian besar mengalami kelainan dan delapan orang mesti menjalani operasi katarak.

Hal itu terjadi saat bakti sosial (baksos) kesehatan mata gratis di balai masyarakat Amed, Desa Purwakerti, Abang, Karangasem, kerja sama Yayasan Kemanusiaan Indonesia (YKI) Bali dan Kelompok Media Bali Post (KMB), Selasa (3/11) kemarin. YKI mengerahkan 20 anggota tim termasuk seorang dokter spesialis dr. Wayan Gde Daryata, Sp.M.

Putu Febriantari, kata ibu kandungnya, Ni Kadek Sri Sandrini (20), matanya terus mengeluarkan kotoran dan berair sejak lahir. Saat diperiksa, diketahui mengalami gangguan saluran air mata. Selain diberikan obat, dr. Daryata menyarankan agar ibunya rutin mengurut bagian lekuk hidung balita itu, dengan harapan saluran air matanya menjadi normal. Balita itu masih kecil dan masih sangat besar harapannya bisa normal kalau rutin dilakukan terapi pemijatan di lekuk hidungnya yang merupakan lokasi saluran air mata, kata anggota tim, Dewa Made Arjawa.

Sementara seorang siswa kelas IV SDN 2 Purwakerti, Ni Kadek Sukartini (10), saat diperiksa mata kirinya sudah tak respons terhadap cahaya. Diduga saraf matanya telah rusak atau sudah buta. Tim meminta ayah pasien Nengah Ngetis (56) warga Amed, agar menjaga kesehatan mata anaknya, karena tinggal sebelah yang bisa melihat. Mata jangan serig dikucek saat sakit, tetapi sebaiknya segera periksakan kepada dokter mata. ''Jangan sampai mata kanannya juga ikut rusak,'' kata Senior Manajer YKI Bali, Wayan Sukajaya.

Ngetis mengatakan gangguan mata pada anaknya diketahui sejak berumur tiga tahun. Dia mengaku tak pernah ada gangguan seperti terkena pasir atau benda lain terhadap mata anaknya. Namun, dokter menduga ada benda asing yang merusak matanya dan sudah terlambat untuk disembuhkan.

Di Desa Purwakerti cukup banyak anak menderita gangguan, kerusakan bahkan kebutaan, seperti dari Banjar Yeh Pol. Terkait hal itu, Sukajaya mengatakan bakal dilakukan screening kesehatan mata anak-anak di empat SD di Purwakerti. Dia mengatakan perlunya jemput

Page 16: Bab 1

bola memeriksa mata anak-anak guna mengetahui kesehatannya, sebelum terlambat. Selain pemeriksaan, pemberian obat dan operasi katarak, juga diberikan kacamata gratis. Sebanyak 225 warga mendapatkan kacamata gratis. (013)

15. 50.000 Penduduk Bali Terancam ButaSenin, 07 April 2011. Balipost.co.id

Katarak merupakan penyebab kebutaan terbesar di Indonesia. Untuk di Bali diperkirakan sekitar 0,1% penduduknya terkena katarak dalam setahun dan bisa terancam buta jika tidak ditangani dengan baik.

Berdasarkan data operasi katarak PGPK JKBM RS Indera Propinsi Bali dari bulan Januari hingga Maret total pasien katarak yang menjalani operasi sebanyak 342 orang. Data tersebut merupakan data pasien katarak dari seluruh Kabupaten/Kota di Bali dengan rincian, Karangasem (36), Buleleng (10), Jembrana (30), Klungkung (12), Bangli (15), Tabanan (34), Gianyar (68) Badung (43) dan Denpasar (94).

Direktur RS Indera Propvinsi Bali, dr. Pande Nyoman Srijoni, M.Kes mengatakan jika dilihat dari prevelansi penderita katarak di Bali, maka diperkirakan sekitar 50.000 penduduk Bali bisa terancam buta karena katarak. Dalam sehari menurut Srijoni, RS Indera Mata melakukan operasi katarak sepuluh kali. Jika ditotal dalam setahunnya ada sekitar 2.000 kasus operasi.

Sebenarnya apa penyebab katarak? Srijoni menjelaskan, Katarak disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor utama adalah usia. Kebanyakan kasus katarak diderita oleh orang lanjut usia. Selain karena usia, ada juga faktor luar yang mempengaruhi seperti gizi, cuaca, penyakit kencing manis dan paparan sinar matahari.

Dengan teknologi yang modern saat ini Katarak bisa ditangani hingga penderita tidak mengalami kebutaan. Caranya adalah dengan melakukan operasi. Pada dasarnya katarak adalah penyakit keruh atau berkabutnya lensa mata yang biasanya jernih. Sehingga jalannya sinar akan terhambat dan lensa tidak dapat difokuskan. Gejala awal dari penyakit ini adalah kaburnya penglihatan dan tidak bisa melihat jauh serta berubahnya persepsi warna dan akhirnya jika tidak ditangani dengan benar, katarak bisa mengakibatkan kebutaan.

Untuk menekan angka kebutaan karena katarak di Bali, lanjut Srijoni, pemerintah Bali, RS Indera dan dokter spesialis mata seluruh Bali melakukan kerja sama dalam hal memberikan pelayanan operasi katarak kepada masyarakat terutama yang jauh dari pelayanan kesehatan. Untuk di RS Indera Mata sendiri ada sekitar lima dokter spelialis mata yang melakukan operasi rutin setiap harinya. ''Sekarang ini, sejak ada JKBM, sudah jarang untuk langsung terjun ke masyarakat mencari kasus katarak karena masyarakat bisa langsung

Page 17: Bab 1

datang ke RS kota/kabupaten setempat,'' ujar Srijoni.

Seiring dengan bertambahnya usia, maka potensi terkena penyakit ini tentunya lebih besar. Untuk itu ditekankan Srijoni memakan makanan yang cukup gizi terutama yang baik untuk mata sangat penting. Begitu juga melindungi mata dari paparan sinar matahari yang berlebihan. Pakailah kacamata jika berada di daerah yang paparan sinar mataharinya tinggi sehingga mata terlindung dari sinar UV matahari yang bisa memicu timbulnya katarak, imbuhnya. (san)

16. Mengenal Lebih Jauh Buta KatarakSenin, 24 April 2011 | Bali PostDALAM keseharian, kita seringkali mendengar tentang penyakit katarak. Atau mungkin ada anggota keluarga kita yang pernah menjalani operasi katarak. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan katarak?Katarak merupakan kekeruhan pada lensa mata. Dalam keadaan normal, lensa mata berada dalam kondisi bening, sehingga cahaya dapat menembus lensa dan sampai ke saraf mata dengan sempurna, dan akhirnya kita dapat menginterpretasikan benda yang kita lihat dengan baik. Apa yang terjadi ketika lensa mata mengalami kekeruhan/ katarak? Secara otomatis penderitanya akan mengalami penurunan tajam penglihatan, mengeluh pandangan silau, semakin lama semakin kabur, bahkan sampai mengalami kebutaan.

Katarak dapat disebabkan oleh proses kongenital (diawa sejak lahir, biasanya sering berhubungan dengan infeksi virus Rubella yang diderita oleh ibu saat hamil), proses metabolik seperti pada penderita kencing manis, katarak traumatik, dan katarak senilis akibat proses penuaan. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak jumlah penderitanya, umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun.

Di negara berkembang, katarak mempunyai dampak yang cukup nyata, baik ditinjau dari aspek sosial ekonomi khususnya, maupun masalah kebutaan pada umumnya. Katarak yang terjadi pada usia produktif yang disertai dengan gangguan tajam penglihatan akan mempengaruhi produktivitas penderitanya, sehingga akan menimbulkan dampak yang lebih luas bagi kesejahteraan keluarga, lingkungan dan juga negara.

Hasil survey kesehatan indera penglihatan di Indonesia menyatakan kebutaan oleh katarak pada tahun 1993-1996 sebesar 1,5%. Penduduk Indonesia memiliki kecenderungan 15 tahun lebih cepat menderita katarak dibanding daerah subtropis. Letak Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa dengan paparan sinar matahari yang cukup tinggi merupakan salah satu faktor yang bertanggung jawab terhadap pergeseran onset ini.

Mungkin banyak di antara kita pernah membaca atau mendengar iklan di media cetak atau elektronik tentang pengobatan katarak tanpa operasi. Faktanya, dengan kemajuan ilmu dan

Page 18: Bab 1

teknologi di bidang ilmu penyakit mata, sehingga saat ini satu-satunya cara penanganan buta katarak adalah dengan jalan operasi. Seiring berjalanannya waktu, operasi katarak sudah semakin canggih. Pengerjaan operasi diperlukan waktu sangat cepat dengan hasil cukup memuaskan yaitu dengan melakukan sayatan yang kecil dan dimasukkan lensa intraokuler, penglihatan penderita katarak dapat mencapai hasil seperti semula.CacatBesarnya cacat penglihatan yang diakibatkan oleh katarak dan kerugian ekonomi yang ditimbulkannya menyebabkan perlunya penanganan katarak sesegera mungkin dengan strategi yang tepat. Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdamai) cabang Bali secara aktif ikut berpartisipasi dalam usaha menurunkan angka kebutaan akibat katarak di Bali. Peningkatan pelayanan masyarakat yang berkaitan dengan pengentasan kebutaan akibat katarak tersebut dilakukan dalam berbagai kegiatan seperti misalnya kegiatan PGPK, SPBK, Mobile Eye Clinic, maupun bakti sosial. Terkait kegiatan PGPK (Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan), Perdamai cabang Bali bersama tim PGPK Propinsi Bali yang terdiri dari Dinas Kesehatan Propinsi Bali, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota se-Bali dan RS Indera, telah melaksanakan operasi katarak di seluruh kabupaten di Bali. Tahun 2009 yang lalu, Perdamai cabang Bali bersama tim PGPK Propinsi Bali telah melakukan operasi katarak sebanyak 1007 pasien. Operasi katarak di Kabupaten Karangasem sebanyak 227 orang, Buleleng 82 orang, Jembrana 109 orang, Klungkung 127 orang, Bangli 32 orang, Tabanan 165 orang, Gianyar 99 orang, Badung 128 orang dan Denpasar 3 orang. Tahun 2010 kegiatan PGPK sudah berlangsung di beberapa kabupaten di Bali seperti misalnya Kabupaten Negara dan Klungkung. Perdamai cabang Bali beserta tim PGPK Propinsi Bali berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan ini secara berkesinambungan, sehingga masyarakat Bali dapat terbebas dari kebutaan akibat katarak.Keberhasilan penanganan katarak akan meningkatkan kualitas hidup penduduk dan secara tidak langsung akan ikut mengurangi beban perekonomian negara akibat cacat penglihatan yang diakibatkannya.

17. Tumor Mata,Ilian Buta TotalSenin, 25 Juni 2011 |BP· SEHARUSNYA masa kecil dihiasi dengan pengalaman belajar dan melihat indahnya warna dunia. Namun, tidak demikian halnya bagi Ilian Syah, warga asal Terumbu, Lenggudu, Bima, NTB ini. Balita berusia tiga tahun tujuh bulan ini menderita tumor pada mata kanannya. Akibatnya, tidak hanya mata kanannya yang kehilangan kemampuan penglihatan tetapi juga mata kirinya. Ilian saat ini buta total alias tidak bisa melihat lagi.

Ditemui di Kamar Jempiring RS Sanglah, Jumat (24/6) kemarin, Ilian tertidur sambil memeluk satu bungkus wafer coklat. Dari bagian mata kanannya yang menonjol disambung infus.

Anak pasangan Siti Marian dan Rustam ini mulai sakit saat usianya tiga tahun. ''Awalnya

Page 19: Bab 1

muncul bintik merah pada mata kanannya, seperti mata kucing," ujar sang ibu, Siti. Ilian sempat dibawa ke RS Bima dan menjalani rawat jalan selama satu minggu. Pihak medis tidak bisa berbuat banyak, karena peralatan yang terbatas. Agar bisa menjalani operasi, Ilian kemudian dirujuk ke RS Mataram. Namun, di sana pun ternyata tidak bisa dilakukan operasi. Karena keterbatasan dana, Ilian yang seharusnya dirujuk ke RS Sanglah terpaksa dibawa pulang keluarga. Selama tujuh bulan, bintik merah di mata Ilian makin membesar sampai seukuran bola tenis.

Tidak tahan melihat anaknya terus menangis menahan sakit, Siti dan suaminya yang bekerja sebagai petani ini kembali membawa Ilian ke RS Mataram. Dari sana ia kemudian dirujuk ke RS Sanglah. Ilian dan keluarga tiba di RS Sanglah, Senin (13/6) dan hingga saat ini sudah menjalani empat kali kemoterapi. ''Sejak diobati sampai sekarang, anak saya lemas dan tidur terus,'' tutur Siti.

Di samping Ilian, satu balita asal Bima juga dirawat di Ruang Jempiring karena menderita tumor mata. Balita tersebut bernama Jumawan (3) yang masuk RS Sanglah sejak tiga bulan lalu. Menurut sang ibu, penyakit Jumawan muncul sejak Desember 2010 dan saat ini sudah menjalani pengobatan kemo sebanyak tujuh kali. Jumawan juga bernasib sama dengan Ilian. Meski tumor menyerang mata kanannya, namun mata kirinya juga terkena imbas, sehingga Jumawan tidak bisa melihat lagi. (san)

18. Donor Kornea, Butuh Dukungan KeluargaLaporan wartawan KOMPAS Idha Saraswati W SejatiMinggu, 25 April 2010 | 22:13 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Keberhasilan donor kornea mata sangat tergantung pada dukungan dari anggota keluarga pendonor. Ketia pendonor kornea meninggal dunia, ahli waris dari pendonor kornea diharapkan bisa segera melapor ke Bank Mata agar kornea pendonor bisa digunakan. Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia/Bank Mata cabang Yogyakarta Wasisdi Gunawan menuturkan, dulu kegiatan operasi transplantasi kornea yang dilakukan Bank Mata Yogyakarta sangat tergantung pada kiriman donor dari luar negeri. Namun seiring dengan meningkatnya kesadaran ahli waris pendonor, ketergantungan terhadap donor kornea dari luar negeri mulai menurun.Sekarang secara umum kesadaran ahli waris sudah membaik. "Begitu pendonor meninggal, anggota keluarga segera menghubungi kami sehingga kami bisa segera mengambil tindakan," katanya, Minggu (25/4/2010) saat ditemui di sela-sela sarasehan pendonor mata di Rumah Sakit Mata Dr YAP Yogyakarta.Hingga April 2010, total ada 1654 calon donor mata di Bank Mata Yogyakarta. Sedangkan jumlah calon penerima donor mata mencapai 285 orang. Kornea mata baru diambil setelah

Page 20: Bab 1

pendonor meninggal dunia. Oleh karena itu, kesadaran anggota keluarga pendonor untuk melaporkan meninggalnya pendonor sangat penting.Menurut dia, kualitas kornea sangat tergantung pada waktu pengambilannya. Begitu seorang pendonor meninggal dunia, korneanya harus sudah diambil dalam waktu maksimal enam jam setelah meninggal. Lebih dari waktu tersebut, kornea tidak akan bisa didonorkan.

19. Jumlah Donor Mata BesarKamis, 3 September 2009 | 13:39 WIB KompasYogyakarta, -Jumlah masyarakat yang ingin mendonorkan kornea mata ternyata besar. Berdasarkan data yang masuk ke Bank Mata-Rumah Sakit Mata Dokter Yap, calon donor yang ingin menyumbangkan mata mencapai 1.640 orang. Sementara itu, jumlah resipien yang ingin mendapat bantuan mata sehat mencapai 131 orang.Hal ini diungkapkan Agus Pujianto, Kepala Seksi Humas RS Dr Yap Yogyakarta, yang dibenarkan oleh dokter spesialis mata sekaligus Bagian Sumber Daya Manusia Bank Mata, Agus Supartoto, Rabu (2/9). Agus Pujianto mengatakan hal ini di sela-sela proses pengambilan mata milik almarhumah Ny SS (81), warga Sorosutan, Yogyakarta, di Instalasi Forensik RSUP Dr Sardjito.SS adalah pendonor mata yang meninggal Rabu pagi karena sudah sakit tua setelah menjalani perawatan di Sardjito. Proses pencangkokan kornea mata terhadap penerima akan berlangsung di RSUP Dr Yap."Di Sardjito hanya pengambilan kornea saja, sedangkan siapa nanti yang bakal menerima donor akan diseleksi dulu. Ada tim seleksinya," ujar Pujianto. Menurut dia, tahun lalu Bank Mata melakukan tujuh kali pencangkokan kornea, tahun ini hingga bulan Agustus sudah ada 22 kali pencangkokan.AsingCalon donor yang melalui Bank Mata tidak hanya berasal dari DIY, melainkan juga dari luar daerah, termasuk warga negara asing. Mereka adalah orang-orang yang tergerak hatinya untuk menyumbangkan indera penglihatannya yang sudah tidak berguna untuk kebaikan orang lain.Namun, tidak semua kornea bisa dicangkokkan ke resipien. Ada beberapa kornea yang tidak bisa didonorkan, antara lain sudah cacat atau keruh, bekas penyakit tertentu, atau terlalu tua. Mata pendonor yang menderita penyakit menular juga tidak bisa diberikan ke orang lain.Sementara itu, mata yang bisa dicangkok apabila resipien mengalami kekeruhan kornea akibat infeksi oleh pekerjaan atau kecelakaan. Bisa juga lantaran kornea keruh akibat bawaan sejak lahir (distrofi kornea), ataupun bekas operasi yang kemudian berakibat pada komplikasi kornea.Pujianto mengatakan kendala utama donor kornea adalah keberadaan calon donor. Acap kali calon donor bepergian sehingga keberadaannya sulit dipantau. Padahal, kornea tersebut harus diambil secepatnya begitu yang bersangkutan meninggal dunia. (WER)

Page 21: Bab 1

2.2. Rangkuman Klipping

1. Pemerintah memberi bantuan dan berperan aktif dalam penanganan medis penderita cacat buta Pemerintah bertanggung jawab dengan para pasien penderita cacat buta dengan

cara berperan dalam kegiatan social seperti Bakti social dan lain-lain. Selain itu, diberikan juga pemeriksaan gratis, dan sensus terhadap penderitauntuk dapat membanu penderita dengan pengobatan yang layak. Walau bagaimanapun, pemerintah juga sering melakukan kesalahan dalam pengawasan rumah sakit terhadap penanganan pasien. (Kliping no 1, 3, 4, 5, 15, 16, 17, 18)

2. Pihak swasta juga ikut aktif dalam penanganan pasien buta. Pihak swasta juga berperan aktif dalam memberikan bantuan kepada pasien

dengan buta seperti operasi gratis buta katarak dan lain-lain. Tidak hanya dalam bentuk operasi gratis,namun juga dalam pengadaan donor dan berbagai fasilitas lain yang mendukung dalam pengadaan operasi kebutaan(Kliping no 1, 3, 4, 5, 6, 12, 14, 19)

3. Perkembangan teknologi juga sangat membantu, seperti donor retina dan dan terapi gen. Walaupun harganya mahal, namun berbagai penemuan ini membantu penderita lepas dari gangguan buta katarak (Klipng no 2, 7,9, 10, 11, 13)

2.3. Berdasarkan Sudut Pandang Kekristenan

Setiap manusia diciptakan Allah sesuai dengan gambaran-Nya. Semua baik dan indah di mataNya. Namun, mungkin kita pernah berpikir mengapa ada orang-orang cacat yang Tuhan izinkan untuk ada bersama-sama dengan kita sekarang. Mengapa ada orang buta, tuli, bisu yang tidak bisa merasakan kesempurnaan hidup seperti kita. Kita perlu tahu bahwa Allah lah yang telah merancangkan itu semua (Keluaran 4:11). Kita juga harus selalu mengingat kalau Tuhan tidak pernah merancangkan hal-hal yang buruk atau mencelakakan untuk setiap anak-anakNya, melainkan rancangan damai sejahtera (Yeremia 29:11). Tuhan telah menetapkan setiap rancangan-Nya sejak kita ada di dalam rahim ibu kita, begitu pun dengan mereka, orang-orang yang buta. Bahkan dari mereka lah Tuhan banyak memperlihatkan kuasa dan kemuliaan-Nya (Yohanes 9:1-3).

Kita sebagai umat Kristen, khususnya sebagai petugas medis harus lah meneladani pekerjaan Tuhan yang begitu luar biasa. Tuhan sendiri mengatakan kalau Dia mau memimpin orang buta dan mau berjalan dengan mereka (Yesaya 42:16). Inilah peran kita

Page 22: Bab 1

untuk merangkul mereka seperti teladan Tuhan Yesus dan tentunya mengasihi mereka seperti saudara kita sendiri (Markus 12:31a). Kita juga tidak boleh menuntun mereka ke jalan yang salah apalagi membiarkan mereka terlantar ketika menjalani pengobatan atau tindakan medis lainnya, karena Tuhan sangatlah menentang hal itu (Ulangan 27:18a). Tetapi sebaliknya, kita harus lah menjadi penopang bagi mereka (Ayub 29:15).

Berdasarkan alkitab, tentunya sudah banyak teladan-teladan Tuhan yang harus kita contoh terutama dalam hal pelayanan kita di bidang medis bagi mereka pasien-pasien buta. Sudah seharusnya lah kita merangkul mereka, bukan menyisihkan mereka, dan mendahulukan mereka ketika mereka ada dalam penanganan kita. Tetapi, jauh dari semua itu, harus lah kita selalu mendasarkan apa yang kita perbuat sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus bahwa apa yang kita perbuat haruslah dengan segenap hati seperti kita melakukannya untuk Tuhan (Kolose 3:23). Pastilah kita dapat melakukan setiap tugas kita dengan hati yang tulus dan dapat menjadi berkat bagi setiap pasien.

2 .Menurut Christina MH Powell, Ph.D, ada beberapa hal yang dapat dilakukan gereja untuk melayani para kaum tunanetra ini:

Mengunjungi pasien

• Memberikan dukungan terus menerus

• Menciptakan lingkungan yang ramah bagi penyandang cacat

• Melatih anggota staf gereja dan pemimpin

• Menyambut penyandang cacat dengan senyum hangat dan berbicara langsung kepadanya.

2.4. Berdasarkan Sudut Pandang Hukum

3. Klarifikasi Tuna Netra

Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan,( Menurut Lowenfeld, (1955:p.219)) yaitu:

1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja4. Tunanetra pada usia dewasa Tunanetra dalam usia lanjut5. Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)

Page 23: Bab 1

Berdasarkan kemampuan daya penglihatan, yaitu:1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); 2. Tunanetra setengah berat (partially sighted);3. Tunanetra berat (totally blind);

Berdasarkan pada pemeriksaan klinis(menurut WHO), yaitu :

1. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.

2. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.

Menurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi pendidikan, yaitu :

1. Anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 atau kurang setelah memperoleh pelayanan medik.

2. Anak yang mempunyai penyimpangan penglihatan dari yang normal dan menurut ahli mata dapat bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan fasilitas pendidikan yang khusus.

• 1Menurut The Consortium for Citizens with Disabilities (CCD) perawatan kesehatan bagi penyandang cacat khususnya tuna netra, mempedomani beberapa prinsip yaitu:

1. Non-diskriminasiPerawatan kesehatan terhadap pasien tuna netra dilakukan tanpa adanya pembedaan status.

2. KelengkapanPasien tuna netra berhak mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang baik dan juga dukungan layanan kesehatan,rehabilitaasi dan bantuan pribadi.

3. KelayakanPerawatan kesehatan terhadap pasien tuna netra yang ada disediakan berdasarkan kebutuhan individu pasien, preferensi pasien dan juga pilihan yang dikehendaki pasien.

4. EkuitasPrinsip yang dipedomani salah satunya adalah ekuitas, pasien tidak dibebani dengan biaya-biaya. Biaya seharusnya disesuaikan dengan kemampuan pasien tersebut.

5. EfisiensiPerawatan kesehatan terhadap pasien tuna netra juga harus mempedomani

Page 24: Bab 1

bahwa harus memiliki akses ke sebuah sistem perawatan kesehatan yang maksimum tepat,efektif, layanan berkualitas tinggi dengan biaya administrasi minimal.

Adapun pelayan kesehatan bagi penyandang cacat tuna netra diatur dalam undang-undang yang berlaku, antara lain UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT pasal 2 sampai pasal 10. Dalam undang-undang ini dikatakan bahwa penyandang cacat memiliki kesamaan hak dan kesempatan dalam melaksanakan kegiatan kemasyarakatan dalam lingkungan sosialnya. Pemerintah memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan tambahan yang harus dipenuhi untuk dapat menunjang kegiatan penyandang cacat agar mereka dapat melaksanakan kehidupannya sama seperti orang yang normal. Dengan sarana aksesibiltas yang diberikan oleh pemerintah, para penyandang cacat dapat memenuhi kewajibannya di lingkungan masyarakat, namun kembali lagi, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Peraturan lain yang berisi kebijakan tentang penyandang cacat lain nya adalah KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN No. 104/MENKES/PER/II/1999 TENTANG REHABILITASI MEDIK pasal 7 dan pasal 8. Dari Keputusan Menteri Kesehatan tersebut, dapat dilihat bahwa penyandang cacat di golongkan sesuai dengan tingkat ketidakmampuannnya dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Terdapat 6 golongan dalam undang-undang ini, dan penggolongan ini bertujuan agar pemberian bantuan sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuan yang diderita penyandang cacat ini. Contohnya, penderita buta sebagian beberbeda perlakuan, ketersediaan sarana, dan lingkungan nya (khususunya dalam bidang pelayanan kesehatan) dengan penyandang cacat buta seluruhnya. Perbedaan ini bertujuan agar terjadi keadilan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan agar pemerintah memberi bantuan yang tepat dan sesuai dengan kecacatan penderita.

Undang-undang lainnya adalah UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN pasal 139 dan pasal 140. Undang-undang ini berisi tentang pemerintah menyediakan fasilitas yang baik dan sesuai bagi penyandang cacat. Penyediaan fasilitas ini harus sesuai dengan tingkat kecacatanya, seperti yang telah disampaikan sebelumnya, namun undang-undang ini berisi tujuan pemberian pelayanan yang tidak sama antar penyandang cacat. Hal ini karena pemerintah ingin mensejahterakan dan memajukan para penyandang cacat dengan memberi mereka kemampuan untuk mandiri, sehingga mereka dapat berkembang seperti layaknya individu normal lain seutuhnya. Sehingga, penyandang cacat dengan bantuan fasilitas pemerintah dapat belajar unuk hidup normal, dan menjadi mandiri, sehingga mereka tidak tergantung dengan pemberian bantuan saja.

Sumber : 1.Andrew I. Batavia.Health care reform and people with disabilities(1993):7. 2.Ministry and Medical Ethics by Christina MH Powell, Ph.D.

3. Sculptures by the Blind, 1934 by: Victor Lowenfeld

Page 25: Bab 1

BAB III

KESIMPULAN & SARAN

3.1. KesimpulanUntuk menunjang kebutuhan kehidupan penyandang cacat tunanetra,

pemerintah dan masyarakat harus bekerja bersama-sama dalam memenuhi pelayanan medis yang sebaik-baiknya, sebab masalah kebutaan ini sudah menjadi masalah sosial yang membutuhkan partisipasi dari segala pihak.

Sejauh ini pelayanan medis terhadap pasien tunanetra sudah cukup baik, walaupun masih ada keterbatasan.

3.2. Saran1. Bagi Pasien Tunanetra

Harus bersemangat dalam menjalani pengobatan dan kehidupannya sebagai pasien tunanetra, agar peluang memperoleh kesembuhan semakin besar.

2. Bagi Pelaku MedisKhususnya dokter, dalam melayani pasien harus mempersiapkan dirinya lebih matang, agar tidak terjadi kelalaian yang bisa memperburuk kondisi si pasien.

3. Bagi GerejaSemakin mendukung pasien dan menguatkan pasien tunanetra dalam keterbatasannya sebagai satu kesatuan dalam Tubuh Kristus.

4. Bagi MasyarakatMemberikan dukungan yang maksimal pada pasien, karena masyarakat adalah orang-orang yang berada di sekitar si pasien.

5. Bagi PemerintahHarus lebih meningkatkan kesejahteraan sosial pasien, dan juga harus mendukung program rehabilitasi dari setiap pasien.

Page 26: Bab 1

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

1.Andrew I. Batavia.Health care reform and people with disabilities(1993):7.

2.Ministry and Medical Ethics by Christina MH Powell, Ph.D.

3. Sculptures by the Blind, 1934 by: Victor Lowenfeld

Sumber internet:

1. www.google.com 2. www.solopost.com 3. www.radar.com 4. www.kompas.com 5. www.balipost.com 6. www.poskota.co.id

Page 27: Bab 1

TINJAUAN ETIS KRISTEN TENTANG PELAYANAN TERHADAP PASIEN TUNA NETRA

Disusun Oleh

Giovani Purba ( 110100214)

Yosafat H M G ( 110100217)

Ulima Maria (110100274 )

Theresa Shintauli ( 110100242 )

Pieter Andreas ( 110100366)

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

2011/2012

Page 28: Bab 1