Bab 1

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ginjal merupakan salah satu organ yang bertanggung jawab dalam mengatur homeostatis. Fungsi utama dari ginjal adalah mengatur volume dan komposisi cairan tubuh dengan cara menghilangkan berbagai jumlah air dan ion- ion tertentu (Sherwood, 2001). Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002). Pada umumnya diuretik digunakan untuk mengurangi kelebihan cairan misalnya pada udem. Beberapa panyakit antara lain adalah gagal jantung, penyakit jantung dan hati, sindrom premenstruasi, udem postular, dan tekanan darah tinggi (Anonim, 1991). Salah satu dari sekian banyak tanaman di Indonesia yang mempunyai banyak khasiat untuk peluruh air seni (diuretik) adalah markisah (Passiflora quadrangularis L.) selain itu juga digunakan untuk pengobatan kencing nanah dan penenang (Anonim, 2007). Sebuah studi telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh infusa daun markisah (Passiflora quadrangularis L.) terhadap efek diuretik tikus putih jantan Wistar. Dari hasil penelitian tersebut dilaporkan bahwa infusa daun markisah dapat menimbulkan efek diuresis pada dosis 0,25 g/kgBB; 0,75 g/kgBB dan 2,25 g/kgBB. Dari penelitian tersebut diduga kandungan kimia berupa saponin dan polifenol yang mempunyai aktivitas sebagai diuretik (Finistawati, 2005). Senyawa yang terkandung dalam tanaman markisah adalah

Transcript of Bab 1

Page 1: Bab 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ginjal merupakan salah satu organ yang bertanggung jawab dalam

mengatur homeostatis. Fungsi utama dari ginjal adalah mengatur volume dan

komposisi cairan tubuh dengan cara menghilangkan berbagai jumlah air dan ion-

ion tertentu (Sherwood, 2001).

Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih

(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002). Pada

umumnya diuretik digunakan untuk mengurangi kelebihan cairan misalnya pada

udem. Beberapa panyakit antara lain adalah gagal jantung, penyakit jantung dan

hati, sindrom premenstruasi, udem postular, dan tekanan darah tinggi (Anonim,

1991).

Salah satu dari sekian banyak tanaman di Indonesia yang mempunyai

banyak khasiat untuk peluruh air seni (diuretik) adalah markisah (Passiflora

quadrangularis L.) selain itu juga digunakan untuk pengobatan kencing nanah

dan penenang (Anonim, 2007). Sebuah studi telah dilakukan untuk mengetahui

pengaruh infusa daun markisah (Passiflora quadrangularis L.) terhadap efek

diuretik tikus putih jantan Wistar. Dari hasil penelitian tersebut dilaporkan bahwa

infusa daun markisah dapat menimbulkan efek diuresis pada dosis 0,25 g/kgBB;

0,75 g/kgBB dan 2,25 g/kgBB. Dari penelitian tersebut diduga kandungan kimia

berupa saponin dan polifenol yang mempunyai aktivitas sebagai diuretik

(Finistawati, 2005). Senyawa yang terkandung dalam tanaman markisah adalah

Page 2: Bab 1

2

saponin, polifenol dan flavonoid ( Anonim, 2007). Flavonoid terkandung dalam

tanaman dalam bentuk glikosida dan aglikon. Aglikon polimetil atau polimetoksi

dapat larut dalam petroleum eter.

Metode infudasi ini menggunakan pelarut yang bersifat polar. Pada

penelitian sebelumnya belum dilakukan penelitian tentang efek diuretik fraksi

petroleum eter ekstrak etanol daun markisah (Passiflora quadrangularis L.) dan

belum diketahui apakah senyawa non polar dari daun markisah mempunyai efek

diuretik. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang efek diuretik

dari fraksi petroleum eter ekstrak etanol daun markisah. Penelitian pengginaan

daun markisah sebagai peluruh air seni (diuretik) ini diharapkan dapat bermanfaat

bagi peningkatan kesehatan dalam masyarakat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini diarahkan untuk

menjawab permasalahan sebagai berikut :

Apakah fraksi petroleum eter ekstrak etanol daun markisah (Passiflora

quadarangularis L.) memiliki efek diuretik pada tikus putih jantan Wistar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek fraksi petroleum eter

ekstrak etanol daun markisah (Passiflora quadrangularis L.) sebagai diuretik

yang diujikan terhadap tikus putih jantan Wistar.

Page 3: Bab 1

3

D. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Markisah (Passiflora quadrangularis L.)

a. Klasifikasi tanaman

Devisi : Spermatophyta

Subdevisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Perietales

Suku : Passifloraceae

Marga : Passiflora

Jenis : Passiflora quadrangularis L.

(Anonim, 1994)

b. Nama daerah

Passiflora quadrangularis L. memiliki nama daerah rubis, erbis (Palembang),

belewah (Sumatra Timur), erbis markusa (Sunda), markisa (Jawa), sumangga (Boul),

barbadine (Jerman), grandilla (Inggris) (Heyne, 1987).

c. Deskripsi

Habitus berupa semak, menjalar, panjang 10 meter. Batang semu

bersegi, lunak, halus, berwarna hijau kecoklatan. Daunnya tunggal berbentuk

lonjong, tersebar, panjang 7-20 cm, lebar 5-14 cm, tepi daun rata, ujung runcing,

panjang 2-6 cm, berwarna hijau (Anonim, 1994). Daun tanaman sangat rimbun,

tumbuh secara bergantian pada batang atau cabang (Rukmana, 2003). Bunga

merupakan bunga tunggal, di ketiak daun, tangkai bergerigi, panjang 3-4 cm, hijau,

mahkota lonjong, hijau, benang sari bertangkai, bentuk tabung, panjang kurang

lebih 6 cm, ungu, kepala sari silindris, panjang kurang lebih 0,6 cm, putih, putik

Page 4: Bab 1

4

pendek, kuning, mahkota lonjong, dalam bunga terdapat sari madu yang

menebarkan bau harum (Rukmana, 2003). Buah berbentuk lonjong, panjang 20 cm,

diameter 15 cm berwarna hijau keputih-putihan (Anonim, 1994). Buah muncul dari

ketiak daun dan berdompol, setiap dompol terdiri dari 9 butir atau lebih

(Rukmana, 2003). Biji berbentuk bulat pipih, panjang 0,3 cm, berwarna putih.

Akar tunggang berwarna putih kotor (Anonim, 1994).

d. Kandungan senyawa kimia

Daun, batang, dan buah Passiflora quadrangularis L. mengandung

saponin dan polifenol, disamping itu batang dan buahnya juga mengandung

flavonoid (Anonim, 1994). Biji markisah mengandung zat kapur, fosfor, zat putih

telur, lemak, serat kasar dan pati (Rukmana, 2003).

e. Khasiat

Daun Passiflora quadrangularis L. berkhasiat untuk peluruh air seni,

kencing nanah, sedangkan buahnya untuk penenang (Anonim, 1994).

2. Diuretik

Diuretik adalah obat-obat yang bermanfaat meningkatkan produksi urin

oleh ginjal. Selain kenaikan volume urin yang diekskresi, juga terjadi kenaikan

ekskresi elektrolit. Pemakaian klinik diuretik yang paling penting adalah untuk

udema dengan jalan mengeluarkan cairan edema (dan elektrolit) sehingga volume

cairan ektra seluler kembali normal (Anonim, 1991).

a. Pembentukan kemih

Pembetukan kemih dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam

glomeruli (gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (corteks), lihat

Gambar 1. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan berisi banyak air serta

Page 5: Bab 1

5

elektrolit akan ditampung di wadah yang mengelilingi glomerulus seperti corong

(kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan dalam tubuli. Tubuli ini terdiri dari

bagian proksima dan distal yang letaknya masing-masing dekat dan jauh dari

glomerulus, kedua bagian ini dihubungi oleh Henles’ loop. Di Henles’ loop terjadi

penarikan kembali air, glukosa dan garam-garam secara aktif. Sisa hasil

metabolisme seperti ureum untuk sebagian besar tidak diserap kemabli. Filtrat dari

semua tubuli ditampung disaluran pengumpul (ductus colligens), dimana

berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat disalurkan ke kandung kemih dan

ditimbun sebagai urin (Tjay dan Rahardja, 2002).

Gambar 1. Unit Ginjal Terkecil (nefron) dan Tempat Kerja Diuretik di Tubuli (Tjay dan Rahardja, 2002)

b. Mekanisme kerja diuretik

Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorbsi natrium,

sehingga pengeluarannya lewat kemih dapat diperbanyak. Obat-obat ini bekerja

khusus terhadap tubuli, yaitu:

Page 6: Bab 1

6

1) Tubuli proksimal

Di tubuli ini kurang lebih 70% dari ultrafiltrat diserap kembali secara

aktif glukosa, ureum, ion-ion Na+ dan Cl-. Filtrat tidak berubah dan tetap isotonik

terhadap plasma. Diuretik osmotik (mannitol, sorbitol) bekerja ditempat ini

dengan mengurangi reabsorbsi Na+ dan air (Tjay dan Rahardja, 2002).

2) Lengkung Henle (Henle’s loop)

Di segmen ini lebih kurang dari 25 % Cl- diangkut secara aktif kedalam

sel-sel tubuli dengan disusul secara pasif oleh Na+, tetapi tanpa air, sehingga filtrat

menjadi hipotonis. Diuretik lengkung (furosemid, bumetanid dan etakrinat)

bekerja di tempat ini dengan merintangi transport Cl- dan reabsorbsi Na+ sehingga

pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak (Tjay dan Rahardja, 2002).

3) Tubuli distal bagian depan

Di ujung atas Henle’s loop yang terletak dalam korteks, Na+ diserap

kembali secara aktif tanpa penarikan pula, sehingga filtrat menjadi lebih cair dan

lebih hipotonik. Senyawa tiazid, klortaridon bekerja di tempat ini dengan

merintangi reabsorpsi Na+ dan Cl- (Tjay dan Rahardja, 2002).

4) Tubuli distal bagian belakang

Di bagian ini, ion Na+ ditukar dengan ion K+ atau NH4+. Antagonis

aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida, triamteren)

bertitik kerja dengan cara mengekskresikan Na+ dan meretensikan K+ (Tjay dan

Rahardja , 2002).

5) Saluran pengumpul

Hormon antidiuretik vasopresin dari hipofise bertitik kerja disini

dengan jalan mempengaruhi permeabilitas air dari sel-sel saluran ini (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Page 7: Bab 1

7

c. Penggolongan diuretik

Diuretik dengan kerja umum dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

1) Diuretik lengkung (furosemid, bumetanida, dan etakrinat)

Diuretik lengkung Henle menimbulkan efek samping yang cukup serius

hiperurisemi, hiperglikemi, hipotensi, hipokalemi, hipokloremik alkalosis,

kelainan hematologis, dan dehidrasi. Biasanya digunakan untuk pengobatan

sembab paru akut, sembab karena kelainan jantung, ginjal atau hati, sembab

karena keracunan kehamilan, sembab otak, dan untuk pengobatan hipertensi

ringan (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Obat-obat ini berkhasiat kuat dan mempunyai daya kerja yang singkat (4-

6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan

paru-paru, bila dosis dinaikkan efek diuresisnya senantiasa bertambah (Tjay dan

Rahardja, 2002).

2) Derivat tiazida (hidroklorotiazida, klortalidon, mefrusida, indapamida,

xipamida (diurexan), dan klopamida)

Diuretik turunan tiazida terutama digunakan untuk pengobatan sembab

pada keadaan dekompesasi jantung dan sebagai penunjang pada pengobatan

hipertensi karena dapat mengurangi volume darah dan secara langsung

menyebabkan relaksasi otot polos arteriolida. Diuretik turunan tiazida

menimbulkan efek samping hipokalemi, gangguan keseimbangan elektrolit, dan

menimbulkan penyakit pirai yang akut (Siswandono dan Soekadjo, 2002).

Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama (6-8 jam) dan terutama

digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung

Page 8: Bab 1

8

(decompesansatio corodis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya

bila dosis optimal dinaikkan lagi, efeknya tidak bertambah (Tjay dan Rahardja,

2002).

3) Diuretik penghambat kalium/antagonis aldosteron (spironolakton, kahrenoat),

amilorida dan triamteren

Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktifitas

natriuretik ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. Senyawa tersebut

bekerja pada tubulus distalis dengan cara memblok penukaran ion Na+ dengan ion

K+ dan H+, menyebabkan retensi ion K+, dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan

air. Golongan obat ini menimbulkan efek samping hiperkalemi, dapat

memperberat penyakit diabetes dan pirai, serta menyebabkan gangguan pada

saluran cerna. Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan

mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorbsi

kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga meningkatkan ekskresi ion Na+

dan Cl- dalam urin (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan

diuretik lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi

reabsorbsi Na+ dan ekskresi K+, proses ini dihambat secara kompetitif oleh

antagonis aldosteron (Tjay dan Rahardja, 2002).

4) Diuretik osmotis (mannitol dan sorbitol)

Diuretik osmotis adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin

dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa. Diuretik

osmotik mempunyai berat molekul rendah, dalam tubuh tidak mengalami

Page 9: Bab 1

9

metabolisme, secara pasif disaring melalui kapsula Bowman ginjal dan tidak

diabsorbsi kembali oleh tubulus renalis (Siswandono dan Soekardjo, 2000 ).

Obat-obat ini hanya diabsorbsi sedikit oleh tubuli, hingga reabsorbsi air

juga terbatas. Efeknya adalah diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan

relatif sedikit ekskresi Na+ (Tjay dan Rahardja, 2002).

5) Perintang karbonik anhidrase (asetazolamida)

Senyawa penghambat karbonik anhidrase digunakan secara luas untuk

pengobatan sembab yang ringan dan moderat, sebelum diketemukan diuretik

turunan tiazida. Efek samping yang ditimbulkan golongan ini antara lain adalah

gangguan saluran cerna, menurunnya nafsu makan, perestisi, asidosis, sistemik,

alkalinisasi urin, dan hipokalemi. Penggunaan diuretik penghambat karbonik

anhidrase terbatas karena cepat menimbulkan toleransi (Siswandono dan

Soekardjo, 2000). Zat ini merintangi enzim karbohidrase di tubuli proksimal,

sehingga disamping karbonat juga Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak,

bersaman dengan air. Khasiat diuretiknya lemah (Tjay dan Rahardja, 2002).

d. Efek samping

1) Hipokalemia, yakni kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretik yang

bekerja di muka bagian distal ujung memperbesar ekskresi ion-ion K+ dan H+

karena ditukarkan dengan ion Na+ yang kadarnya dalam ultrafiltrat telah

dipekatkan, sehingga mengakibatkan kadar kalium plasma turun dibawah 3 m

Mol/liter. Gejala-gejalanya berupa kelemahan otot, kejang-kejang, aneroksia,

obstipasi kadang-kadang juga aritmia jantung, tetapi tidak selalu menjadi

Page 10: Bab 1

10

nyata. Terutama tiazida menyebabkan hipokalemia, tapi jarang sekali

menimbulkan komplikasi.

2) Retensi urat hiperurikemia dapat terjadi pada semua diuretik terkecuali

amilorida. Hiperurikemia disebabkan karena adanya saingan antara diuretik

dengan asam urat mengenai transpornya ditubuli. Terutama klortalidon

memberikan resiko yang lebih tinggi untuk retensi urat dan serangan encok.

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian obat encok alupurinol atau zat

penghalau urat probenesid.

3) Mengurangi metabolisme glukosa, dapat terjadi diabetes yang disebabkan

karena sekresi insulin ditekan. Efek antidiabetik oral dapat diperlemah dengan

adanya tiazid.

4) Mempertinggi kadar kolesterol dan trigliserida dengan masing-masing lebih

kurang 6% dan 15%. Kadar HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol yang

dianggap sebagai faktor pelindung terhadap penyakit jantung justru

diturunkan, terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah indapamida yang

praktis tidak mempengaruhi kadar lipida tersebut.

5) Hiponatremia dan alkalosis. Akibat diuresis yang terlalu pesat dan kuat, oleh

adanya diuretik lengkungan, maka kadar natrium dari plasma dapat menurun

keras dan terjadilah hiponatremia. Gejala-gejala ialah gelisah, kejang-kejang

otot, haus, letargi (selalu mengantuk) dan kolaps. Terutama bagi orang-orang

lanjut usia yang peka terhadap dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis

permulaan yang rendah yang berangsur-angsur dipertinggi, atau obat diberikan

berkala, misalnya 3-4 kali seminggu, dengan bertambahnya pengeluaran

Page 11: Bab 1

11

natrium dan kalium dapat pula terjadi hipotensi dan alkolosis terutama pada

furosemid dan etakrinat.

6) Lain-lain: gangguan-gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare), rasa letih

dari kepala beserta pusing-pusing dan jarang terjadi reaksi-reaksi kulit (Tjay

dan Rahardja, 2002).

e. Penggunaan diuretik

Diuretik digunakan pada semua keadaan di mana dikehendaki

peningkatan pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung.

1) Hipertensi, guna mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah

menurun, khususnya derivat tiazid. Tiazid memperkuat efek obat-obat

hipertensi beta blokers dan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor,

sehingga sering dikombinasikan.

2) Gagal jantung, yang mempunyai ciri peredaran darah tidak sempurna lagi dan

terdapat cairan berlebihan di jaringan. Akibatnya air tertimbun dan terjadi

udema, misalnya dalam paru-paru. Pada busung perut (ascites) air tertimbun

pada rongga perut akibat cirosis hati. Untuk indikasi ini digunakan diuretik

(Tjay dan Rahardja, 2002).

3. Furosemida (asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoil antranilat)

Furosemida berbentuk serbuk, putih, atau hampir putih, tidak berbau,

hampir tidak berasa. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air dan dalam

kloroform P, larut dalam etanol 95% dan dalam 850 bagian eter P, larut dalam

alkali hidroksida (Anonim, 1979). Furosemida adalah turunan sulfolamid yang

berdaya diuresis kuat dan bertitik kerja di lengkung henle bagian menaik sangat

Page 12: Bab 1

12

efektif pada keadaan udema di otak dan paru-paru yang akut. Mulai kerjanya

cepat, oral dalam 0,5-1 jam dan efeknya bertahan selama 4-6 jam, intravena dalam

beberapa menit dan 2,5 jam lamanya (Tjay dan Rahardja, 2002). Struktur dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Kimia Furosemida

Reabsorbsi dari usus hanya lebih kurang 50%, ekskresinya melalui

saluran kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu (Tjay dan

Rahardja, 2002). Mekanisme kerjanya adalah senyawa ini dari tepi lumen (cepat

dan bolak-balik) memblok pembawa Na+/K+/2Cl- dan dengan cara ini

menghambat absorpsi ion natrium, ion kalium, dan ion klorida dalam cabang tebal

lengkung Henle menaik (Mutschler, 1986).

Pada penggunaan secara parenteral, segera setelah penyuntikan terjadi

peningkatan ekskresi natrium, klorida dan air yang lebih besar. Sedangkan pada

pemberian secara oral, diuretik jerat Henle tipe furosemida diabsorbsi dengan

cepat tetapi tidak sempurna (Mutschler, 1986).

COOH

NHCH2

H2NSCl

Page 13: Bab 1

13

4. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat, belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang

telah dikeringkan simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan

pelikan atau mineral (Anonim, 1986). Simplisia nabati adalah simplisia yang

berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat. Sedang simplisia hewani

adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang

dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni (Anonim, 1986).

5. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.

Ekstrak kering harus mudah digerus (Anonim, 2000). Ekstraksi atau penyarian

merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada dalam sel

tanaman ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan hayati.

Pada umumnya penyarian akan bertambah baik dalam permukaan serbuk

simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas (Anonim, 1986).

Metode dasar penyarian adalah maserasi, perkolasi, soxhletasi. Pemilihan

terhadap ketiga metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam

memperoleh sari yang baik. Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik

(Anonim, 2002). Metode ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan penyarian

berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang mudah menguap dan

Page 14: Bab 1

14

merupakan cara yang sangat efektif dan efisien dibandingkan dengan cara lain

(Anonim, 1986).

Keuntungan penyarian dengan soxhlet adalah membutuhkan pelarut yang

sangat sedikit dan untuk penguapan pelarut biasanya digunakan pemanasan.

Kelamahannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi cukup lama sampai

beberapa jam sehingga kebutuhan energinya tinggi dan berpengaruh negatif

terhadap bahan tumbuhan yang peka suhu (Voigt, 1995). Dalam proses

pembuatan ekstrak dibutuhkan pelarut. Pelarut yang baik adalah dipilih

berdasarkan kemampuan melarutkan jumlah yang maksimal dari zat aktif dan

seminim mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Ansel, 1989).

6. Cairan Penyari

Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilahan cairan penyari adalah:

harus selektif, mudah bekerja, ekonomis, ramah lingkungan, keamanan (Anonim,

1986). Selain itu juga harus memilih pelarut yang bisa mengambil / melarutkan

zat khasiat yang ingin diambil dengan istilah “ like disolves like”. Polaritas bahan

yang akan disari disesuaikan dengan pelarut yang dipakai (Anonim, 2005).

a. Etanol

Etanol merupakan pelarut polar yang dapat melarutkan flavonoid, alkaloid,

tanin dan saponin (Ansel, 1989). Etanol tidak menyebabkan pembengkakan

membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Keutungan lain dari

etanol mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Umumnya

yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang

berlainan khususnya campuran etanol-air. Etanol (70%) sangat efektif

menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, di mana bahan pengganggu hanya

skala kecil yang larut dalam cairan pengekstraksi (Voiht, 1995).

Page 15: Bab 1

15

b. Petroleum Eter

Petroleum eter mempunyai sifat stabil dan juga bersifat mudah menguap,

maka pelarut tersebut sangat baik digunakan dalam proses ekstraksi. Penggunaan

pelarut ini sangat menguntungkan karena bersifat selektif dalam melarutkan zat,

proses ini menghasilkan sejumlah kecil lilin, albumin, dan zat warna, namun dapat

mengekstraksi zat pewangi dalam jumlah besar (Guenther, 1987).

E. Landasan Teori

Flavonoid merupakan derivat polifenol yang terdapat di alam, tipenya

beragam dengan sifat beragam pula dan terdapat dalam bentuk bebas (aglikon)

maupun terikat sebagai glikosida. Aglikon polimetil atau polimetoksi larut dalam

pelarut non polar seperti petroleum eter (Harborne, 1984).

Berdasarkan penelitian efek diuretik infusa daun markisah, diduga

senyawa yang bertanggung jawab sebagai diuretik adalah saponin dan polifenol

(Finastawati, 2005). Senyawa yang terkandung dalam tanaman markisah adalah

saponin, polifenol dan flavonoid (Anonim, 2007). Karena belum diketahui senyawa

kimia pada daun markisah yang larut dalam fraksi petroleum eter, maka tidak

menutup kemungkinan bahwa flavonoid polimetil juga terdapat pada daun

markisah. Oleh karena itu kemungkinan fraksi petroleum eter ekstrak etanol daun

markisah (passiflora quadrangularis L.) mempunyai efek diuretik pada tikus

putih jantan Wistar.

F. Hipotesis

Fraksi petroleum eter ekstrak etanol daun markisah (Passiflora

quadrangularis L.) memiliki efek diuretik pada tikus putih jantan Wistar.