Bab 1,,
Transcript of Bab 1,,
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan,
kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai
perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan
totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase
perkembangan pada masa kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu fase
merupakan dasar bagi fase selanjutnya
(http://kangmoes.com/definisi/pengertian-anak.html / diakses tanggal 30 Mei
2012 jam 09.45 wita).
Masalah kesehatan anak ditiap negara berbeda, karena perbedaan
lingkungan yang mempengaruhinya. Namun dalam garis besarnya, masalah
tersebut di seluruh dunia secara garis besarnya dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu: masalah kesehatan anak yang terdapat di negara maju dan masalah
kesehatan yang sering terjadi di negara sedang berkembang.
Saat ini pola penyakit anak yang umumnya terdapat di negara maju
adalah keganasan, kecelakaan, kelainan genetik, gangguan pertumbuhan
intrauterine dan gangguan psikososial. Berlainan sekali dengan pola penyakit
yang terjadi di negara sedang berkembang, yang umumnya berupa penyakit
1
2
infeksi, infestasi parasit, dan penyakit kurang gizi. Di Indonesia terdapat 4
masalah utama kurang gizi, yaitu MEP, defisiensi vitamin A, defisiensi besi
dan penyakit gondok endemic akibat defisiensi yodium.
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama kesehatan
anak di Indonesia adalah masa tingginya morbiditas dan mortalitas pada
golongan bayi dan balita. Penyebab utama adalah lingkungan yang kurang
menunjang, mutu pelayanan kesehatan yang masih rendah, dan keadaan sosial
budaya ekonomi dan tinkat pendidikan masyarakat yang kurang memadai.
Di Indonesia, diperkirakan antara 800 – 100.000 orang terkena tifus
atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim
kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang. Yang jelas, meski
tifus bisa menyerang anak di atas umur 1 tahun, “korban” paling banyak
adalah anak usia 5 tahun (Risa Ermawati/
http://rissachi.wordpress.com/2011/03/21/typus/ diakses tanggal 30 Mei 2012
jam0 9.50 wita)
Angka kejadian typhoid diseluruh dunia dapat mencapai 21 juta kasus
per tahunnya. perlubangan usus ( perforasi usus ) merupakan salah satu bentuk
komplikasi serius akibat typhoid yang dapat menyebabkan kematian. angka
kematian akibat typhoid diseluruh dunia dapat mencapai 216.000 – 600.000
kejadian setiap tahunnya.
3
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro terhadap pasien rawat inap di RSUP Dr.
Kariadi Semarang diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara kualitas air bersih, kepemilikan tempat sampah, pengelolaan sampah,
kebiasaan jajan di luar, frekuensi jajan, kebiasaan cuci tangan sebelum makan
baik ketika di rumah maupun ketika jajan di luar dengan kejadian demam
tipoid. Tingkat resiko untuk terkena demam tipoid dengan kualitas air bersih
yang tidak memenuhi syarat sebesar 3,5 kali lebih besar dibanding yang
memenuhi syarat, tingkat resiko terkena demam tipoid bagi mereka yang tidak
memiliki tempat sampah dan tidak mengelola sampah sebesar 2,3 kali lebih
besar dibanding yang memiliki dan mengelola sampah, tingkat resiko terkena
demam tipoid bagi yang biasa jajan di luar sebesar 2,5 kali lebih besar
dibanding yang tidak biasa jajan di luar, tingkat resiko terkena demam tipoid
bagi mereka yang sering jajan di luar sebesar 3,6 kali lebih besar dibanding
yang jarang jajan di luar, tingkat resiko untuk terkena demam tipoid bagi yang
tidak biasa cuci tangan sebelum makan ketika berada di rumah sebesar 3,1
kali lebih besar dibanding yang biasa cuci tangan, dan tingkat resiko untuk
terkena demam tipoid bagi mereka yang tidak biasa cuci tangan sebelum
makan ketika jajan di luar sebesar 9,4 kali lebih besar dibanding yang biasa
cuci tangan sebelum makan ketika jajan di luar rumah. dari hasil kesimpulan
4
dapat dikatakan bahwa mencegah penyakit demam tipoid lebih baik daripada
mengobati.
Besarnya angka pasti kasus demam tipoid di dunia ini sangat sukar
ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spectrum
klinisnya sangat luas. Pada beberapa dekade terakhir demam tifoid
sudah jarang terjadi di negara-negara industri, namun tetap menjadi masalah
kesehatan yang serius disebagian wilayah dunia, seperti bekas negara Uni
Soviet, anak benua India, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Afrika.
Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus per tahun dan 600 ribu
diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70 % dari seluruh kasus
kematian itu menimpa penderita demam tifoid di Asia. Berdasarkan data yang
diambil dari beberapa rumah sakit di daerah endemik, usia terbanyak
penderita demam tipoid berkisar antara 5 - 12 tahun. Umur penderita yang
terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun mencapai 91% kasus.
Angka yang kurang lebih dilaporkan oleh Amerika Serikat.Sedangkan
berdasarkan data dari RSUD Ulin Banjarmasin didapatkan 10 penyakit
terbanyak khusus di ruang Sedap Malam (anak),data tersebut dilihat pada
table dibawah ini:
Tabel 1.1. Distribusi 10 Penyakit terbanyak di ruang Sedap Malam (anak) RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2011
No Nama Penyakit Jumlah Persentase1 2 3 41 GE 414 43,852 Typoid 136 14,52
5
3 KDK 89 9,534 ALL 61 6,565 Pro Situstatika 52 5,626 CLE 36 3,817 Obs Konvulsi 35 3,701 2 3 48 Bronco Pneumoni 31 3,489 Miningitis 27 2,8610 Lain-lain 61 6,56
Total 944 100
Sumber : Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin 2011
Berdasarkan data yang didapat dari rekam medik RSUD Ulin rawat
inap Sedap Malam (anak) RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2011
penyakit demam tifoid menempati urutan kedua sebanyak 136 orang
dengan persentasi 14,52% dari jumlah keseluruhan sebanyak 944 klien.
Tabel 1.2. Distribusi 10 penyakit terbanyak di ruangan Sedap Malam RSUD Ulin Banjarmasin Bulan Januari – Mei Tahun 2012
No Nama penyakit Jumlah Persentase1 GE 92 12,672 DHF 78 10,743 Pnemunia 70 9,644 Thalasemia 56 7,715 Typoid 51 7,026 ALL 47 6,477 KDS 41 5,658 SN 20 2,759 Bronco Pneumoni 18 2,5010 Lain-lain 261 35,95
Total 726 100Sumber : Ruang Sedap Malam RSUD Ulin Banjarmasin Januari-Mei 2012
Diketahui dari tabel diatas bahwa kasus demam tipoid berada pada
urutan ke-5 dengan kasus sebanyak 51 pasien atau sekitar 7,02% dari 726
pasien rawat inap di ruang Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin Banjarmasin.
6
Keperawatan merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
pemenuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Pemenuhan dasar tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan.
Dengan masih tingginya angka penyakit tipoid pada anak yang terjadi,
tentunya diperlukan penanganan yang serius terutama dalam perawatan
memerlukan penanganan yang komprehensif baik biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual sehingga penulis merasa tertarik ingin melakukan studi kasus
tentang “Asuhan Keperawatan anak pada Klien dengan Tipoid di Ruangan
Perawatan Sedap Malam (anak) RSUD ULIN Banjarmasin”, dalam upaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan yang optimal
bagi klien dengan kasus Tipoid pada anak.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan wacana diatas, maka dapat dibuat perumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah Penerapan Asuhan Keperawatan anak Klien
dengan Kasus Demam Tipoid di Ruang Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin
Banjarmasin?”
Sehingga dapat dirincikan sebagai berikut:
1. Apa saja data yang dapat dikaji pada klien dengan demam tipoid di ruang
Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin Banjarmasin ?
2. Apa saja analisa data yang didapat sebagai hasil dari pengkajian pada
klien dengan demam tipoid di ruang Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin
Banjarmasin?
7
3. Apa saja diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan
demam tipoid di ruang Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin Banjarmasin?
4. Apa saja rencana keperawatan pada klien dengan demam tipoid ruang
Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin Banjarmasin?
5. Bagaimanakah pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan
demam tipoid di ruang Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin Banjarmasin?
6. Apa saja evaluasi dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
dengan demam tipoid di ruang Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin
Banjarmasin?
7. Bagaimanakah pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan
demam tipoid di ruang Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin Banjarmasin?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yaitu memberikan Asuhan Keperawatan melalui
pendekatan prinsif keperawatan secara komprehensif baik biologis,
psikologis, sosial, spiritual pada klien dengan kasus Tipoid di ruang
perawatan Sedap Malam ULIN Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian atau pengumpulan data pada klien dengan
Tipoid secara lengkap dan akurat di ruang Sedap Malam RSUD ULIN
Banjarmasin.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan kasus Tipoid
di ruang Sedap Malam RSUD ULIN Banjarmasin.
8
c. Menyusun Intervensi keperawatan pada klien dengan Tipoid di ruang
Sedap Malam RSUD ULIN Banjarmasin.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Tipoid di
ruang Sedap Malam RSUD ULIN Banjarmasin.
e. Melakukan evaluasi yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil pada
klien dengan Tipoid di Sedap Malam RSUD ULIN Banjarmasin.
f. Menyusun pendokumentasian Asuhan keperawatan pada klien
dengan Tipoid di ruang Sedap Malam RSUD ULIN Banjarmasin.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan laporan asuhan keperawatan pada klien dengan Tipoid di
ruang Sedap Malam RSUD ULIN diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Secara teoritis
Hasil laporan Asuhan Keperawatan ini dapat memberikan
gambaran tentang asuhan keperawatan secara komprehensif baik biologis,
psikologis, sosial, spiritual pada klien dengan kasus Tipoid di ruang
perawatan Sedap Malam RSUD ULIN Banjarmasin.
2. Secara Praktis
Hasil penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus
Tipoid di ruang perawatan Sedap Malam RSUD ULIN diharapkan dapat
9
berguna bagi semua pihak, diantaranya yaitu bagi klien, perawat,
keluarga, penulis, rumah sakit, dan pendidikan.
a. Bagi klien
Terpenuhinya kebutuhan biologi, psikologi, sosial, kultural dan
spiritual klien dan dapat mencapai kemandirian secara optimal.
b. Bagi perawat
Untuk menentukan kiat dan strategi yang lebih baik lagi dalam
menberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Tipoid di ruang
perawatan Sedap Malam RSUD ULIN Banjarmasin.
c. Bagi Keluarga
Keluarga diharapkan mampu bekerja sama dan ikut berperan
serta untuk memberikan dukungan dalam upaya pemulihan kesehatan
klien
d. Bagi penulis
Merupakan pengalaman langsung bagi penulis dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan yang komprehensif dan dapat menentukan kiat dan seni
untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas pada klien.
e. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada
klien dengan Tipoid di ruang perawatan Sedap Malam RSUD ULIN
Banjarmasin.
10
f. Bagi pendidikan
Memperkaya khasanah kepustakaan pendidikan, khususnya
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan Tipoid dan memberi
masukan bagi rekan mahasiswa Akper Kesdam VI/MLW dalam
memberbaiki mutu asuhan keperawatan.
E. Metode Penulisan
1. Metode penulisan yang dapat dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan meliputi:
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari
berbagai sumber untuk mengevalusi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2011: 29).
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan
pola-pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
11
pasti untuk menjaga status kesehatan klien, menurunkan, membatasi,
mencegah, dan mengubah (Nursalam,2011: 59).
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan meliputi pengembangan strategi
desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi, masalah-
masalah yang telah teridentifikasi pada diagnosis keperawatan. Tahap
ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam,2011: 77).
d. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2011: 127).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh, diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang
terjadi selama pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan (Nursalam,2011: 135).
f. Pendokumentasian
Pendokumentasian adalah bagian integral proses bukan sesuatu
yang berbeda dari metode problem solving. Dokumentasi proses
12
keperawatan mencakup kajian identifikasi, perencanaan, tindakan.
Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon pasien
terhadap tindakan yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi
tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya (Nursalam,2011:143).
2. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara atau komunikasi adalah suatu teknik dimana usaha
mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun non
verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi (Nursalam, 2011: 35).
b. Observasi
Observasi adalah mengamati prilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi memerlukan suatu keterampilan disiplin dan praktik klinik
sebagai bagian tugas dari perawat (Nursalam, 2011: 39).
c. Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan digunakan untuk memperoleh data objektif
dari riwayat keperawatan klien. Tujuan dari pengkajian fisik dalam
keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah kesehatan dan mengambil data dasar untuk
menentukan rencana tindakan keperawatan (Nursalam, 2011: 40).
d. Pemeriksaan diagnostik
13
Hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostic dapat
digunakan perawat sebagai data objektif yang disesuaikan dengan
masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostic dapat
membantu terapis untuk menetapkan diagnosis medis dan membantu
perawat untuk mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan
(Nursalam, 2011: 34).