Bab 1

39
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak runtuhnya kerajaan Umayyah di Damaskus dan Abbasyiah di Bagdad, perkembangan umat Islam semakin lama semakin mengalami kemunduran dalam berbagai aspek. Gerakan pemikiran intelektual dan terjemahan tidak berkembang seperti pada masa kedua bani tersebut. Perbedaan paham antara Sunni dan Syi’ah telah melahirkan orientasi yang saling bertentangan. Bahkan, yang mengerikan lagi adalah tumbuh-suburnya sebagian aliran mistik/sufisme dikalangan umat Islam. Mereka menganggap bahwa kehidupan dunia tidaklah mungkin mampu memberikan kepuasan dan keselamatan hidup bagi manusia, sementara kehidupan akhirat dalam pandangan mereka adalah tujuan murni yang tidak dapat dicampuri oleh urusan-urusan dunia (profan). Kemunduran dan keterbelakangan umat Islam berakibat pada kemajuan yang hampir fatal, atau bahkan mendekati sekularisme -dalam istilah barat- yakni memisahkan antara urusan dunia di satu pihak dan urusan akhirat dipihak lain, atau antara urusan negara dan agama berjalan sendiri-sendiri. Kemunduran peradaban umat Islam semakin dirasakan, ketika barat (Eropa), terutama di Prancis, sebagai negara terkemuka waktu itu telah mulai bangkit dengan kemajuan di bidang ilmu

Transcript of Bab 1

Page 1: Bab 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak runtuhnya kerajaan Umayyah di Damaskus dan Abbasyiah di

Bagdad, perkembangan umat Islam semakin lama semakin mengalami

kemunduran dalam berbagai aspek. Gerakan pemikiran intelektual dan

terjemahan tidak berkembang seperti pada masa kedua bani tersebut. Perbedaan

paham antara Sunni dan Syi’ah telah melahirkan orientasi yang saling

bertentangan. Bahkan, yang mengerikan lagi adalah tumbuh-suburnya sebagian

aliran mistik/sufisme dikalangan umat Islam. Mereka menganggap bahwa

kehidupan dunia tidaklah mungkin mampu memberikan kepuasan dan

keselamatan hidup bagi manusia, sementara kehidupan akhirat dalam pandangan

mereka adalah tujuan murni yang tidak dapat dicampuri oleh urusan-urusan

dunia (profan). Kemunduran dan keterbelakangan umat Islam berakibat pada

kemajuan yang hampir fatal, atau bahkan mendekati sekularisme -dalam istilah

barat- yakni memisahkan antara urusan dunia di satu pihak dan urusan akhirat

dipihak lain, atau antara urusan negara dan agama berjalan sendiri-sendiri.

Kemunduran peradaban umat Islam semakin dirasakan, ketika barat

(Eropa), terutama di Prancis, sebagai negara terkemuka waktu itu telah mulai

bangkit dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuannya. Selanjutnya, sikap

umat Islam semakin tertinggal dalam mengahadapi kemajuan yang sangat pesat.

Terlebih lagi, bangsa Eropa mulai melancarkan ekspansi ke daerah-daerah

kekuasaan Islam. Namun kemajuan mereka, ada untungnya dan ruginya bagi

umat Islam.

Memasuki periode pertengahan ini ditandai dengan tampilnya tiga

kerajaan. Tiga kerajaan yang dimaksud adalah kerajaan Usmani di Turki,

kerajaan Safawi di Persia/Iran dan kerajaan Mughal di India. Oleh para penulis

sejarah, ketiga kerajaan tersebut memiliki kejayaan masing-masing terutama

dalam bidang arsitek dan bentuk literatur.1

1 Munir Amin Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Amzah.Jakarta : 2010. hlm. 187.

Page 2: Bab 1

A. Rumusan Masalah

Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan dan kemajuan dinasti Usmaniyah di Turki ??

2. Bagaimana perkembangan dan kemajuan dinasti Safawi di Persia ??

3. Bagaimana perkembangan dan kemajuan dinasti Mughal di India ??

4. Sumbangsih ketiga dinasti terhadap Peradaban Islam ??

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan dan kemunduran dinasti

Usmaniyah di Turki.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan dan kemajuan dinasti Safawi di

Persia.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan dan kemajuan dinasti Mughal di

India

4. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai macam Sumbangsih ketiga dinasti

terhadap Peradaban Islam.

Page 3: Bab 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dinasti Usmani di Turki

Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara

Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah

kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain

saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak

yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Keadaan politik umat Islam

secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan

berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Mughal di

India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri

juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.

Untuk mengetahui lebih jelasnya maka dalam makalah ini akan diterangkan

lebih lanjut mengenai Turki Usmani.

1. Asal mula berdirinya dinasti usmani

Nama dinasti Usmani berasal dari nama Usman putra Ertughul.

Kerajaan  Turki  usmani  didirikan  oleh  bangsa  pengembara  Turki  dari

kabilah  Orguz yang mendiami daerah  Asia  tengah  atau daerah utara Cina.

Mereka masuk Islam sekitar abad ke-9 atau ke-10. Pada abad ke-13, di

karenakan adanya tekanan bangsa Mongol, atas perintah kepala kabilah

Sulaiman Syah, kira-kira 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh putranya

Ertughul mengungsi ke saudara mereka Turki Saljuk yang berpusat di

Konya Anatolia daerah dataran tinggi Asia Kecil, dan mereka pun

mengabdikan diri kepada  Sultan Turki Saljuk Alauddin II yang kebetulan

sedang berperang melawan kemaharajaan Romawi Timur Bizantium. Berkat

bantuan mereka, Sultan Alauddin II dapat meraih kemenangan dan Sultan

menghadiahkan untuk mereka sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan

dengan Bizantium. Sejak saat itu mereka pun membangun daerahnya dan

menjadikan Syukud sebagai ibu kota2.

2 Yatim Badri . Sejarah Peradaban Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008). Hlm. 129.

Page 4: Bab 1

Pada tahun 1289 M Erthoghul meninggal, digantikan oleh putranya

Usman sebagai penerus kepemimpinan yang  sebagaimana ayahnya Usman

juga banyak berjasa kepada Sultan. Kemenangan dalam setiap pertempuran

banyak diraih Usman sehingga Sultan pun semakin bersimpati dan banyak

memberi hak istimewa pada Usman. Hingga pada tahun 1300 M, bangsa

Mongol  menyerang dan mengakibatkan  Sultan Alauddin II terbunuh

dengan  tanpa meninggalkan putra sebagai pewaris tahta, sebab itu Usman

pun memproklamirkan  kemerdekaan sebagai  Padisyah  Al  Usman dalam

kesultanan Usmani. Dalam kepemimpinannya, kerajaan semakin luas dan

kuat sehingga dapat menduduki benteng-benteng Bizantium dan

menaklukan kota Broessa yang pada tahun 1326 M menjadi ibu kota

kerajaan.

2. Perkembangan dinasti usmani

Periode Kemajuan

Sepeninggal Sultan Usman  pada  Tahun  1326 M, kerajaan di

pimpin oleh anaknya Sultan Orkhan  I  (1326-1359  M). Pada

masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan

pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang

besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan sebagian daerah

benua  Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330

M, Uskandar 1338  M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.

Ketika  Sultan  Murad I  (1359-1389 M) pengganti Orkhan naik.

Ia memantapkan keamanan dalam Negeri dan  melakukan  perluasan

ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian

menjadi ibu kota kerajaan baru) Macedonia,  Sopia,  Salonia, dan

seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan

Kerajaan Usmani, negara  Kristen Eropa pun bersatu  yang dipimpin

oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di

Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat dipukul mundur dan

dihancurkan .3

3Edyar Busman , Ilda Hayati, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta, Pustaka  Asatruss, 2009). hlm. 140

Page 5: Bab 1

Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik  tahta  (1389-1403 M).

Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, Morea, Serbia,

Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh

kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi

musuh–musuh Eropa, kerajaan juga dipaksa menghadapi

pemberontak yang bersekutu denga Raja Islam yang bernama Timur

Lenk di Samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun

terjadi  di Ankara, yang pada akhirnya Sultan Bayazid

dengan kedua putranya  Musa  dan  Erthogrol,  tertangkap  dan 

meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan

ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.

Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan

diantara putra-putranya (Muhammad, Isa dan Sulaiman) namun di

antara mereka Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Sultan

Muhammad I adalah putera Bayazid yang bungsu berhasil megatasi

kekacauan pada masa Bayazid dengan menyatukan daulat-daulatnya,

mengembalikan kekuatan dan kekuasaan sebagaimana semula

dengan waktu 10 tahun baru berhasil dan ia mengadakan perjanjian

damai Byazantium dan dengan Republik Venesia.

Sultan Murad II (1421-1451 M). Sultan Murad II membalas

dendam terhadap Byazantium dengan mengadakan pengepungan

kota konstantinopel beberapa minggu. Bangsa-bangsa Servia

Bulgaria, Bosnia, Albania, Rumania, dan Hongaria bersatu dibawah

pimpinan raja Hunyody dari Honngaria melawan pasukan Turki

Utsmani di dekat Belgrado.

Pasukan Turki mengalami kekalahan tahun 1422 M. Selanjutnya

tahun 1443 M dengan menghadapi gabungan pasukan ditambah

pasukan Salib. Dan  sultan Murad II mundur dan meminta perjanjian

di Zegedin tahun 1444M yang isinya:4

a. Servia mendapat kemerdekaan kembali.

4 Ibid. Hlm 45

Page 6: Bab 1

b. Rumania bergabung dengan Hongaria.

c. Diadakannya gencatan senjata selama 10 tahun.

Pimpinan Hunyody melanggar perjanjian, yaitu mengadakan

peneyerbuan mendadak ke wilayah Turki sampai laut hitam.

Murad II memanggul senjata dengan dikawal 40.000 pasukan

menyerbu Hongaria. Dan akhirnya Turki menang hingga Servia

dan Bosnia menjadi wilayah kekuasaannya dan Turki Utsmani

kembali tegak di Balkan.

Kemajuan-Kemajuan Dinasti Usmani

Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para

pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak

yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan

wilayah Turki Usmani dapat diraihnya dengan cepat. Dengan cara

atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa Turki seperi

Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan

meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian

diteruskan oleh Murad II (1421-1451M). Sehingga Turki Usmani

mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484

M). Usaha ini ditindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga

dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak

mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah Timur dan Barat, tetapi

seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga

Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil. Kemajuan dan

perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung

dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-

bidang kehidupan lain yang penting, diantaranya :

1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan

Untuk pertama kalinya Kerajaan Usmani mulai

mengorganisasi taktik, strategi tempur dan kekuatan militer

dengan baik dan teratur. 5

5 Syukur Fatah, Sejarah  Peradaban Islam, PT. Pustaka Rizki Pustaka, 2009, hlm.90

Page 7: Bab 1

Sejak kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa

pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium

merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan

militer, sehingga terbentuklah kesatuan militer yang disebut

dengan Jenissari atau Inkisyaria . Selain itu Kerajaan Usmani

membuat struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi

ditangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang

membawahi Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingakat I.

Di bawahnya terdapat beberapa bupati. Untuk mengatur urusan

pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah UU

yang diberi namaMultaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan

hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada

abad ke-19. Karena jasanya ini, diujung namanya di tambah gelar

al-Qanuni

Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan

bermacam-macam kebudayaan diantaranya adalah kebudayaan

Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka

banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama

dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran

banyak diserap dari Bizantium. Dan ajaran tentang prinsip-

prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf

diambil dari Arab. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki

Usmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih

memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam

khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari

Turki Usmani.6

6 Italic. Hlm 90

Page 8: Bab 1

2. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai

peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat

digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat

terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang

berlaku. Oleh karena itu, ajaran-ajaran thariqah berkembang dan

juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para Mufti menjadi

pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai

wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem

keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.

Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Usmani

tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang

dimilikinya, antara lain:

Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa

besar dan giat.

Mereka memiliki kekuatan militer yang besar.

Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu

Konstantinopel.

Pada tititk temu antara Asia dan Eropa

Disamping itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian taktik

yang dilakukan oleh para penguasa Turki Usmani sangatlah baik,

serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil,

sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan dan

mempertahankan kerajaan Turki Usmani.

Kemunduran Kerajaan Usmani

Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566) M, kerajaan

Turki Usmani mulai mengalami fase kemunduranya. Akan tetapi,

sebagai kerajaan yang besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung

terlihat. Keraajaan ini mengalami masa kehancuran pada abad ke-19

M7.

7Thohir Ajid,  Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam  (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada. 2004), hlm. 170.

Page 9: Bab 1

Ada pun faktor yang menyebabkan kerajaan ini hancur, yaitu:

Wilayah kekuasaan yang sangat luas

Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang sangat

luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara

administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres.

Dipihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai

wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang

terus-menerus dengan berbagai bangsa.

Heterogenitas penduduk.

Sebagai kerajaan yang besar, Turki Usmani menguasai

wilayah yang amat luas, dan wilayah yang luas itu dikuasai

oleh penduduk yang sangat beragam baik dari segi agama,

ras, etnis, adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang

beragam dan tersebar diwilayah yang luas diperlukan suatu

organisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung oleh

administrasi yang baik, kerajaan Usmani hanya akan

menanggung beban yang berat akibat heterogenisasi.

Perbedaan bangsa dan agama sering kali melatar belakangi

terjadinya pemberontakan dan peperangan.

Kelemahan para penguasa.

Budaya pungli.

Pemberontakan tentara Jenissari.

Merosotnya ekonomi.

Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi. Hal

ini dikarenakan kerajaan Usmani kurang berhasil dalam

pengembangan ilmu dan teknologi, dan hanya mementingkan

pengembangan kekuataan militer.8

B. Kerajaan Safawi di Persia

8 Ibid. Hlm 171

Page 10: Bab 1

Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu,

membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai

rival politik oleh AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal,

sebagaimana telah disebutkan, Safawi adalah sekutu AK Koyunlu. AK Koyunlu

berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan dinasti Safawi.

Kepemimpinan gerakan Safawi, selanjutnya berada di tangan Ismail,

yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail beserta

pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan

hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syria dan Anatolia. Pasukan

yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah).

Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang

dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharur, dekat Nakhehivan. Pasukan ini terus

berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan

berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan

dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I. Ambisi

politik mendorongnya untuk terus mengembangkan sayap menguasai daerah-

daerah lainnya, seperti ke Turki Usmani. Namun Ismail bukan hanya

menghadapi musuh yang sangat kuat, tetapi juga sangat membenci golongan

Syi’ah. Peperangan dengan Turki Usmani terjadi pada tahun 1514 M di

Chaldiran, dekat Tabriz. Karena keunggulan Organisasi militer kerajaan

Usmani, dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan, malah Turki

Usmani di bawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan

Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi

perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya.

Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri

Ismail. Akibatnya kehidupan Ismail I berubah. Ia lebih senang menyendiri,

menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini menimbulkan

dampak negative bagi kerajaan Safawi. Rasa permusuhan dengan kerajaan

Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail. 9

9 P.M. Holt, dkk, (ed), The Cambridge History of Islam, vol. I A,(London:Cambridge University

Press, 1970), hlm 396.

Page 11: Bab 1

Peperangan-peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali

pada zaman pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M),

dan Muhammad Khudabanda (1577-1587 M). Pada masa tiga raja tersebut,

kerajaan Safawi dalam keadaan lemah.

Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :

a. Isma’il I (1501-1524 M)

b. Tahmasp I (1524-1576 M)

c. Isma’il II (1576-1577 M)

d. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)

e. Abbas I (1587-1628 M)

f. Safi Mirza (1628-1642 M)

g. Abbas II (1642-1667 M)

h. Sulaiman (1667-1694 M)

i. Husein I (1694-1722 M)

j. Tahmasp II (1722-1732 M)

k. Abbas III (1732-1736 M).

1. Masa Kejayaan Kerajaan Safawi

Kondisi memprihatinkan ini baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima,

Abbas I, naik tahta. Ia memerintah dari tahun 1588 sampai dengan 1628 M.

Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan

kerajaan Safawi ialah:

Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan

Safawi.

Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani. Untuk

mewujudkan perjanjian ini, Abbas I terpaksa harus menyerahkan

sebagian wilayah-wilayahnya, dan perjanjian-perjanjian yang sudah

disepakati.10

Usaha-usaha yang dilakukan Abbas I tersebut berhasil membuat

kerajaan Safawi kuat kembali. Setelah itu, Abbas I mulai memusatkan

10 Ibid. Hlm 397

Page 12: Bab 1

perhatiannya ke luar dengan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah

kekuasaannya yang hilang. Pada tahun 1598 M, ia menyerang dan

menaklukkan Heart. Dari sana, ia melanjutkan serangan merebut Marw dan

Balkh. Setelah kekuatan terbina dengan baik, ia juga berusaha mendapatkan

kembali wilayah kekuasaanya dari Turki Usmani. Rasa permusuhan antara

dua kerajaan yang berbeda aliran agama ini memang tidak pernah padam

sama sekali. Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke wilayah

kekuasaan kerajaan Usmani itu. Pada tahun 1602 M, di saat Turki Usmani

berada dibawah Sultan Muhammad III, pasukan Abbas I menyerang dan

berhasil menguasai Tabriz, Sirwan dan Baghdad. Sedangkan kota-kota

Nakhchivan, Erivan, Ganja dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606 M.

selanjutnya, pada tahun 1622 M pasukan Abbas I berhasil merebut

kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gurmun menjadi pelabuhan

Bandar Abbas.

Secara politik, ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam

negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan berhasil merebut kembali

wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja

sebelumnya.

Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di

bidang politik. Di bidang yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak

kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu antara lain adalah sebagai berikut:

a. Bidang Ekonomi

Stabilitas politik kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata

telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih

setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun di

ubah menjadi Bandar Abbas.11

b. Bidang Ilmu Pengetahuan

11 Syukur Fatah, Sejarah  Peradaban Islam, PT. Pustaka Rizki Pustaka, 2009, hlm.97

Page 13: Bab 1

Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang

berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada

masa kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.

c. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Para penguasa kerajaan ini telah berhasil mencipatakan Isfahan,

ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota

tersebut, berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah seperti

masjid-masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan

raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun, kota Isfahan

juga diperindah dengan taman-taman wisata yang di tata secara

apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48

akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum.

Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam

gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada

mesjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan mesjid Syaikh

Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M.

Demikianlah, puncak kemajuan yang dicapai oleh

kerajaan Safawi. Setelah itu, kerajaan ini mulai mengalami gerak

menurun. Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini

menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang disegani

oleh lawan-lawannya, terutama dalam bidang politik dan militer.

Walaupun tidak setaraf dengan kemajuan Islam di masa klasik,

kerajaan ini telah memberikan konstribusinya mengisi peradaban

Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu

pengetahuan, peninggalan seni dan gedung-gedung bersejarah.12

2. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

12 Hamka, Sejarah Umat Islam, III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), hlm. 71.

Page 14: Bab 1

Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam

raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman

(1667-1694 M), Husain (1694-1722), Tahmsap II (1722-1732 M), dan

Abbas III (1733-1736 M). pada masa raja-raja tersebut, kondisi kerajaan

Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru

memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.

Safi Mirza cucu Abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia

sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat

pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh Abbas I segera

menurun. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas

dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika

itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh

kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras

sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan

wazir-wazirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali.

Sebagaimana Abbas II, sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertidak kejam

terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersikap masa

bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim.

Pengganti sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama

Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran

Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan,

sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti

Safawi.

Salah seorang putra Husein, bernama Tahmsap II, dengan dukungan

penuh suku Qazar dan Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang

sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad.

Pada tahun 1726 M Tahmsap II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku

Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki

Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur

dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729 M.13

13 Ibid. Hlm 72

Page 15: Bab 1

Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian, dinasti

Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M Tahmsap II

dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III (anak Tahmsap II)

yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya, 8

Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan

Abbas III. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia.

Diantara sebab-sebab kemunduran kehancuran kerajaan Safawi ialah:

a. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi kerajaan

Usmani, berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan

ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya.

b. Dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan

Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut.

c. Karena pasukan  ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I

tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.

d. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di

kalangan keluarga istana.

C. Kerajaan Mughal Di India

1. Asal Usul Kerajaan Mughal

Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan

safawi. Di antara kerajaan besar islam tersebut, kerajaan munghal adalah

kerajaan yang termuda. Penaklukan wilayah India dilakukan oleh pasukan

Umayyah yang di pimpin oleh panglima Muhammad ibn Qasim. Kerajaan

Mughal didirikan oleh Zainuddin Muhammad Babur (1482-1530 M).

Seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza adalah

penguasa Farghana, sedangkan ibunya keturunan Jenghis Khan. Ia berhasil

munguasai Punjab dan berhasil menundukkan Delhi, sejak saat itu ia

memproklamirkan berdirinya kerajaan Mughal14.

14 Syukur Fatah , Sejarah Peradaban islam, (Semarang :  PT Pustaka Rizki Putra, 2009), hal 143.

Page 16: Bab 1

Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari

Rajput dan Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan

umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa yang baru itu,

sehingga ia harus berhadapan langsung dengan dua kekuatan sekaligus.

Tantangan tersebut dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di

Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke

dalam kekuasaannya.

Penguasa Mughal setelah Babur adalah Nashiruddin Humayun atau lebih

dikenal dengan Humayun (1530-1540 dan 1555-1556 M), puteranya sendiri.

Sepanjang pemerintahanya tidak stabil, karna banyak terjadi perlawanan dari

musuh-musuhnya.Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher

Khan di Kanauj. Dalam pentempuran ini Humayun mengalami kekalahan.

Humayun melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnyake Persia. Di persia ia

menyusun kembali tentaranya. Kemudian, ia menyerang musuh-musuhnya

dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Hamayun dapat mengalahkan Sher

Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Pada

tahun 1555 M, ia kembali ke India dan menduduki tahta mughal. Pada 1556

M ia Humayun meninggal dunia.

2. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal

Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan

Perluasan wilayah. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond,

Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal,

Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar,

dan Asirgah. Dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini

berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.

Menjalankan roda pemerintahan secara militeristik.

Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar

(kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar

(komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang

kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu

memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran15

15 Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Pesada, 2011), hlm 149

Page 17: Bab 1

Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul).

Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama.

Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.

Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah

dipraktekkan oleh penguasa Islam.

Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan

geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh

elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari

pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli

India. Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima

tentara juga sebagai pemimpin jihad.

Para pejabat dipindahkan  dari sebuah jagir kepada jagir

lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai interes yang

besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang

tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa.

Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang

sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.

Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan

distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat

pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak

dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.

Bidang Ekonomi

Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha

pertanian.

Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk

mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap

perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal,

yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana

kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan,

bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan

penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. 16

16 Ibid. Hlm 149

Page 18: Bab 1

Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak

mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.

Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa

propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai

dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu

dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara

tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata

hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak

yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para

pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai

peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat

subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang

qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang

melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan

seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak)

dari zamindar.

Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai

berkembang. Pada asa Akbar konsesi perdagangan diberikan

kepada The British East India Company (EIC) Perusahaan

Inggris-India Timur untuk menjalankan usaha perdagangan di

India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa

sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah

dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah

yang besar.

Bidang Agama

Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan

Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada

masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam

beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar

mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. 17

17 Italic. Hlm 150

Page 19: Bab 1

Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada

prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama

Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan

umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut

mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan

simbol-simbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin

Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-

i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya

menyimpulkan, “Din-i-llahi itu merupakan (semacam

Ideologi/dasar pemerintahan Akbar) dan Pancasilanya bagi

bangsa Indonesia.

Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap

pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam

langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk

terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan

dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh

Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa

Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah,

oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya

India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang

dikembangkan oleh Dinasti Mughal.

Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum

dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik.

Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah untuk

mengembangkan pengaruhnya.

Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan

berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, tariqat

Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali

individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.18

18 Munir Amin Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Amzah.Jakarta : 2010. hlm. 190

Page 20: Bab 1

Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum

Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan

fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis

ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang

nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.

Bidang Seni dan Budaya

Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang

mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi,

seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini

Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.

Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj

mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya,

diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Masjid Raya

Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat

Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami

Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai

Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin

Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad,

terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur,

berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).

Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang

harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.

3. Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Mughal

Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah

sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.Tanda-

tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut

a) Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya

perebutan kekuasaan, dan lemahnya kontrol pemerintahan

pusat.19

19 Ibid. Hlm 191

Page 21: Bab 1

b) Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti

pemberontakan kaum Sikh di Utara, gerakan separatis Hindu di

India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat

adalah invasi Inggris melalui EIC.

c) Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran

Mughal. Pada waktu itu EIC mengalami kerugian. Untuk

menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana,

EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara

ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka

mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit

mengadakan pemberontakan.

d) Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang

perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan

kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India

terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan

mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian

menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak.

Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang

dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari

istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan

dinasti Mughal di daratan India.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal

mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:

a) Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi

militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau

oleh kekuatan maritim Mughal.

b) Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang

mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.

c) Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan

ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik

antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.20

20 Syukur Fatah , Sejarah Peradaban islam, (Semarang :  PT Pustaka Rizki Putra, 2009), hal 147

Page 22: Bab 1

d) Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang

lemah dalam bidang kepemimpinan. 21

D. Sumbangsih Tiga Dinasti Terhadap Peradaban Islam

Ketiga dinasti ini telah memberikan sumbangan yang besar dalam

perkembangan peradapan Islam. Dalam setiap kebudayaan memiliki empat

tahapan yaitu lahir, tumbuh,runtuh dan silam, tiga Dinasti tersebut telah

melewati konsepsi itu,

Layaknya dinasti besar lainnya, ketiga Dinasti ini mempunyai ciri

khusus penting dan sumbangan khusus bagi peradaban Islam. Dinasti Turki

Usmani terkenal dengan kekuatan militer dan sumbangan qanunnya terhadap

hukum islam. Dinasti Mughal terkenal dengan ajaran agama Ilahinya yang terus

terlihat hingga sekarang di India.Sedangkan Safawi terkenal dengan tarketnya

yang berhasil menjelma menjadi kekuatan politik.

21 Ibid. Hlm 148

Page 23: Bab 1

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah   kemunduran Islam pada masa khalifah Bani Umayyah dan

Kahifah pada masa Bani Abbasiyyah, kekuatan politik Islam mengalami

kemunduran yang sangat drastis. Kemudian, muncullah tiga kerajaan besar

islam, yang mampu mengembalikan kembali kejayaan islam  yang semula

runtuh. Ketiga kerajaan yang  terkenal  itu adalah Dinasti Usmani  di  Turki,

Dinasti Safawi  di  Persia dan Dinasti Mughal di  India.

Jika dibandingkan dengan masa Islam klasik, kemajuan tiga kerajaan

tersebut tidak spektakuler seperti yang pernah terjadi pada masa formasi Islam.

Baik itu menyangkut dalam bidang intelektual maupun dalam bidang-bidang

yang lain. Bahkan dalam beberapa hal, bangunan keilmuan yang pernah

terbangun pada masa sebelumnya dianggap bid’ah, misalnya filsafat.

Faktor penyebab kemunduran atau keruntuhan 3 Dinasti Besar.

Keruntuhan tiga kerajaan islam ini umumnya ditandai oleh konflik dalam

kalangan keluarga kerajaan yang saling berebut kekuasaan. Hal ini

mengakibatkan sistem pemerintahan dan keluasan wilayah yang telah berhasil

dibangun pada masa sebelumnya menjadi tidak berarti lagi karena para

penerusnya lebih sibuk untuk saling merebut kekuasaan dari tangan keluarganya

sendiri.

Lalu masalah ekonomi juga sangat berperan, seperti misalnya kedatangan

Inggris di Mughal sangat memepengaruhi kehidupan ekonomi sitana yang apada

ujungnya malab bergantung kepada Inggris. Demikian pula di Turki Usmani,

sikap boros dan hidup kemewahan berbanding lurus dengan kekalahan demi

kekalahan yang dialami pasukan yenisari sehingga membuat kas negara

berwarna merah karena tak mendapatkan ghanimah maupun wilayah baru.

Sistem politik juga sangat mempengaruhi, di Safawi misalnya kebijakan

memaksakan madzhab syi’ah membuat secara politik orang-orang sunni tidak

senang dan akhirnya justru memberontak melepaskan diri dari kekuasaan

Page 24: Bab 1

Safawi dan bahkan Sunni melalui suku Afgan berhasil menguasai wilayah

safawi.

Ambisi perluasan wilayah juga mengakibatkan kehancuran turki itu

sendiri karena tenyata semangat juang Yenisari tidak lagi sekuat dulu. Demikian

juga Ghulam di Safawi tidak memiliki semangat seperti Qizilbash, demikian

pula generasi Qizilbash selanjutnya tidak seperti generasi Qizilbash terdahulu.

Semenatara aliasi Islam Hindu di Mughal tidak mampu memukul mundur

inggris.

Kelemahan teknologi yang sangat mencolok membuat perlawanan di

Mughal maupun usaha mempertahankan diri oleh Turki Usmani mengalami

kegagalan karena bangsa eropa pada saat itu telah memiliki perangkat perang

yang selangkah lebih maju dibandingkan dengan yang dimiliki oleh dua

kerajaan tersebut.

2. Saran

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat

bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan

yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh

dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami

harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan

makalah-makalah selanjutnya.

Page 25: Bab 1

DAFTAR PUSTAKA

Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam  (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2004), hlm. 170.

Amin Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Amzah.Jakarta : 2010. hlm. 187, 190.

Badri yatim. Sejarah Peradaban Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008). Hlm. 129, 149.

Busman Edyar, Ilda Hayati, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta, Pustaka  Asatruss,

2009). hlm. 140.

Fatah Syukur, Sejarah  Peradaban Islam, PT. Pustaka Rizki Pustaka, 2009, hlm.90,97,

147.

Hamka, Sejarah Umat Islam, III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), hlm. 71.

P.M. Holt, dkk, (ed), The Cambridge History of Islam, vol. I A,(London:Cambridge

University Press, 1970), hlm 396.