Bab 1-3 Appendicitis

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumba tan. Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada 1

description

appendicitis

Transcript of Bab 1-3 Appendicitis

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangApendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiksdancacingascarisdapatjugamenimbulkanpenyumbatan. Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yan tinggi ini menurun padapria. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab yang dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya apendisitis. Kuman-kuman yang merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi patogen, menurut Schwartz kuman terbanyak penyebab apendisitis akut adalah Bacteriodes Fragilis bersamaE.coli.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:1. Apakah definisi apendisitis ? 2. Apakah etiologi apendisitis?

3. Bagaimanakah patofisiologi apendisitis?

4. Apakah tanda dan gejala apendisitis?

5. Bagaimanakah WOC apendisitis?

6. Bagaimanakah gambaran hasil laboratorium apendisitis?

7. Bagaimanakah penatalaksanaan keperawatan dan non keperawatan apendisitis ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui mengenai perjalanan penyakit apendisitis1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui definisi apendisitis. 2 Untuk mengetahui etiologi apendisitis.

3 Untuk mengetahui patofisiologi apendisitis.

4 Untuk mengetahui tanda dan gejala apendisitis.

5 Untuk mengetahui WOC apendisitis.

6 Untuk mengetahui gambaran hasil laboratorium apendisitis.

7 Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan dan non keperawatan apendisitis.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah 1.4.1 Bagi Penulis Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.

1.4.2 Bagi Pembaca Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai PATOFISIOLOGI DAN WOC (apendisitis)

BAB IITINJAUAN TEORITIS2.1 Definisi Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Adapun klasifikasi apendisitis antara lain : apendisitis akut , apendisitis rekurens , apendisitis kronis. 2.2 Etiologi Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan lender 1-2 ml per hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir kesekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan dalam pathogenesis apendiks. Menurut klasifikasinya yaitu: 1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan factor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan limfe (pembesaran jaringan limfe), fikalit , tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit ( Entamoeba Histolytica = menghancurkan jaringan).2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong dilakukanya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan perut.3. Apendisitis kronis yaitu memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik ( fibrosis menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan keluhan menghilang setelah apendiktomi. 2.3 PatofisiologiApendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat menyebabkan peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren yang disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang dsebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks dapat menjadi abses atau menghilang.Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi. Pada orang tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah .2.4 Tanda dan gejala1) Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan.2) Nyeri tekan lokal pada titik Mc.burney bila dilakukan tekanan.3) Nyeri tekan lepas mungkin dijumpai.4) Derajat nyeri tekan spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks.5) Bila appendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa didaerah lumbal; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya dengan pemeriksaan pada pemeriksaan rektal.6) Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum; nyeri pada saat berkemih mununjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.7) Adanya kekakuan pada bagian bawah otot-otot testis kanan dapat terjadi. 8) Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan destruksi usus atau proses penyakit lainnya. Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur appendiks. Insiden perforasi pada appendiks lebih tinggi pada lansia, karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda.

2.5 WOC

InfeksiInfeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang membatu, pola hidup, benda asing.ApendiksitisInflamasiEdema(Berisi Pus)

Obs. ususApendik(bawah kanan rongga abdomen)Bakteri flora usus

Abses sekunder

MK : KonstipasiRangsang syaraf reseptor

DiafragmaPelvisHatiMK : Nyeri

Jumlah lekosit

MK :Hiperthermi2.6 Gambaran hasil laboratorium a. Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75 %b. Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin adac. Foto abdomen : adanya pergeseran material pada apendisitis (fekalis) ileus terlokalisird. Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah2.7 Penatalaksanaan keperawatan dan non keperawatan1. PenatalaksanaankeperawatanBerdasarkan pengamatan dan pengalaman yang pernah dialami dalam hal appendiktomi tidak ada tata laksana keperawatan khusus yang diberikan pada pasien apendisitis.adapun tindakan non medis yang diberikan adalah persiapan pasien untuk apendiktomi diantaranya perawat memastikan kepada dokter bahwa tesdarah,cekurin,rontgen,danpuasasudahdilaksanakan. Kemudian tindakan keperawatan yang dapat diberikan post-op adalah perawatan luka jahitan dan mobilisasi pasien secara teratur untuk mencegah dekubitus.2. Penatalaksanaan medisPenatalaksanaan medis dibagi menjadi tiga bagian yakni:a. SebelumoperasiDalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendisitis sering kali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendisitis atau bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah ( leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis dilakukan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnyakeluhan.b. OperasiappendiktomiPembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangatefektif.c. PascaoperasiPerlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambing bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah.Baringkan pasien dalam posisi Fowler. Pasien dapat dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskansampaifungsiususkembalinormal.Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

BAB IIIPENUTUP3.1. KesimpulanDapat ditarik kesimpulan bahwa dari pengertian di atas, Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Dari makalah ini Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.

3.2. Saran3.2.1 Bagi PenulisDiharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.3.2.2 Bagi Pembaca Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai PATOFISIOLOGI DAN WOC (apendisitis)

.

DAFTAR PUSTAKADoenges, Marilyn E. 1993. Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGCPrice, SA, dkk. 1994. Patofisiologi proses-proses penyakit. Buku pertama edisi 4. Jakarta. EGCSmeltzer, Bare. 1997. Buku ajar keperawatan medical bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta. EGChttp//:n blogpathways.blogspot.com:2012/08:laporan- pendahuluan- appendicitis html: 20/06/201511