BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

38
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi. Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia,

Transcript of BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

Page 1: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia,

terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan

pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila

yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang

Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia.

Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila

itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat

dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan

kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam

Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia

menentang toleransi. Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang

dapat mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham

lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk

memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari

nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa

Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila,

misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh

bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.

Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan

berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang

cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang

Page 2: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

2

sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak

bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.

Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan dan ternyata merupakan

sinar bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman

dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup

kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia

Indonesia sehari-hari, dan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.

Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara

Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar

menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan

oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk

kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap

meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan diantaranya :

1. Bagaimanakah pengertian dari filsafat ?

2. Bagaimana rumusan kesatuan sila – sila Pancasila sebagai suatu sistem?

3. Bagaimana kesatuan sila – sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat ?

4. Bagaimana Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi Bangsa dan Negara

Republik Indonesia ?

5. Bagaimana inti dari isi sila – sila Pancasila ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat.

Page 3: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

3

2. Untuk mengetahui rumusan kesatuan sila – sila Pancasila sebagai suatu

sistem.

3. Untuk mengetahui kesatuan sila – sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat.

4. Untuk mengetahui Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi Bangsa dan

Negara Republik Indonesia.

5. Untuk mengetahui inti dari isi sila – sila Pancasila.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Dapat memahami pengertian dari filsafat.

2. Dapat memahami rumusan kesatuan sila – sila Pancasila sebagai suatu sistem.

3. Dapat memahami kesatuan sila – sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat.

4. Dapat memahami Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi Bangsa dan

Negara Republik Indonesia.

5. Dapat memahami inti dari isi sila – sila Pancasila.

Page 4: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Dalam pengertian umum, filsafat diartikan sebagai pengetahuan dengan akal budi

mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Teori yang mendasari

adalah alam pikiran atau kegiatan, ilmu yang berisi logika, estetika, metafisika, dan

epistemologis.

Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi”

adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan

sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata “philos”  (pilia,

cinta) dan “sophia” (kearifan). Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau

kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata  tersebut maka mempelajari filsafat berarti

merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa

menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia.

Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai

pengetahuan bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah orang yang mencintai

kebenaran. Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof dari

dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof

mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat

(berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil

berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atau

setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.

Berikut adalah beberapa pengertian filsafat dari ahli:

1. Plato (472 – 347) : filsafat yaitu ilmu pengetahuan yang mencapai kebenaran

yang asli.

Page 5: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

5

2. Aristoteles : filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang

terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, politik,

dan estetika.

3. Socrates (469 -399 SM) : filsafat adalah peninjauan dalam diri yang bersifat

reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan adil dan

bahagia.

Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat di-

kelompokan menjadi dua macam, antara lain:

1. Filsafat sebagai produk yang mencangkup pengertian, filsafat sebagai jenis

pengetahuan dan konsep. Serta filsafat sebagai suatu jenis problema yang

dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat.

2. Filsafat sebagai suatu proses yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam

bentuk suatu aktivitas berfilsafat, menggunakan cara atau metode tertentu

sesuai objeknya (Kaelan, 2004: 56-57).

Adapun pengertian filsafat menurut para filosof :

1. Prof. Drs. Notonagoro, SH: filsafat adalah pengetahuan atau ilmu pengetahuan

yang mencari dan mempelajari yang ada (ontologi) dan hakekat yang ada

(metafisika) dengan perenungan (kontemplasi) yang mendalam (radikal) sampai

menemukan substansinya.

2. Soekarno, menafsirkan bahwa filosofis adalah Philosophie Gronslaag atau

fundamen filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang

merupakan filsafat asli Indonesia, diambil dari budaya dan tradisi Indonesia.

3. Soeharto: filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir atau pemikiran

yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya, dan

diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling

benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik, dan paling sesuai bagi bangsa

Indonesia.

Cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut :

1. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi dibalik

Page 6: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

6

fisis, yang meliputi bidang-bidang ontologi, kosmologi, dan antropologi.

2. Epistemologis, yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.

3. Metodelogi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu

pengetahuan.

4. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus

dan dalil berfikir yang benar.

5. Etika, yang berkaitan dengan moralitas dan tingkah laku manusia.

6. Estetika, yang berkaitan dengan persoalan keindahan (Kaelan, 2004: 57).

2.2 Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

2.2.1Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis

Pada hakikatnya, Pancasila terdiri atas sila-sila kesatuan yang tak terpisahkan

(komprehensif integralistik) (Djanarko, tanpa tahun: 6). Secara filosofis, kesatuan

sila-sila Pancasila bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia. Hakikat

ontologis manusia ini berupa hakikat manusia monopluralis. Hakikat manusia

monopluralis terdiri atas hakikat susunan kodrat manusia (rohani dan jasmani),

hakikat sifat kodrat manusia (unsur individu dan sosial), hakikat kedudukan kodrat

manusia (mahluk yang berdiri sendiri dan makhluk Tuhan).

Unsur-unsur yang ada dalam hakikat manusia monopluralis adalah satu kesatuan

yang bersifat organis dan harmonis. Antar unsur dalam hakikat manusia monopluralis

jika bersatu akan menjadi: Pertama, monodualistik (jiwa-raga), dua hal yang berbeda

tetapi merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Kedua, dialektis (individu-

sosial), kesatuan dari tesa (pendapat) dan antitesa. Ketiga, sintesa paradoksal

(manusia berdiri sendiri-manusia sebagai mahluk Tuhan). Akan tetapi, jika

bertentangan akan menjadi dualistik kontradiktif. Artinya, dua hal yang berbeda,

saling bertentangan, dan saling mengalahkan. Sesuatu yang kalah akan tenggelam dan

yang menang akan semakin tampak. Sila-sila Pancasila itu adalah perwujudan hakikat

manusia monopluralis. Hakikat kesatuan manusia monopluralis bersifat organis

sehingga sifat ini juga yang terdapat dalam sila-sila Pancasila.

Page 7: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

7

Pancasila juga menunjukkan susunannya adalah majemuk tunggal, sehingga

semua sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang bersifat organis. Organis yang

dimaksud terdiri atas bagian-bagian (sila-sila) yang tidak terpisahkan. Dalam hal

kesatuannya itu, masing-masing bagian (sila) mempunyai kedudukan dalam fungsi

tersendiri. Meskipun demikian, fungsi yang berbeda tersebut tidaklah boleh

bertentangan, tetapi hendaknya saling melengkapi, dan bersatu untuk mencapai tujuan

bersama. Dengan kata lain, semua bagian (sila) adalah hal yang penting dan tidak

boleh ada yang diabaikan.

2.2.2 Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal

Konsep piramidal digunakan untuk menyatakan hubungan sila-sila Pancasila

mengenai tingkat urutannya. Tingkat urutan yang dimaksud meliputi urutan luas dan

isi sifatnya. Susunan sila-sila menunjukan suatu rangkaian tingkat (gradual) dalam

luas dan isi sifatnya. Kesatuan sila-sila Pancasila memiliki susunan yang hierarkhis

piramidal. Artinya sila pertama berperan sebagai basis (landasan) dari sila

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

Secara ontologis, hakikat sila-sila Pancasila berdasarkan pada landasan sila-sila

sebagai berikut: Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil (Notonagoro, 1975: 49, dalam

Kaelan, 2004: 59). Menurut Drs. Lasiyo dan Drs. Yuwono dalam bukunya Pancasila

Pendekatan Secara Kefilsafatan menyebutkan bahwa a) hakikat Tuhan (sebagai sebab

pertama/causa prima), b) hakikat manusia (berdasarkan konsep manusia

monopluralis), c) hakikat satu (tak dapat dibagi dan terpisahkan), d) hakikat rakyat

(keseluruhan jumlah dari semua warga dalam negara), e) hakikat adil (pemenuhan

hak dan kewajiban dalam kehidupan manusia).

2.2.3 Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan

Saling Mengkualifikasi

Pancasila sebagai dasar filsafat negara merupakan satu kesatuan, tersusun atas

berbagai bagian yang tidak saling bertentangan. Di dalam setiap sila Pancasila

Page 8: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

8

mengandung sila lainnya. Dalam hal ini, terdapat hubungan saling mengkualifikasi.

Ketuhanan yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan

beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Begitu seterusnya dengan sila yang lainnya.

Hubungan yang runtut dan koheren, juga tercermin dalam susunan Pancasila yang

menurut Notonagoro bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal (Suhadi, 1980: 14

dalam Sutrisna, 2006: 67). Artinya kelima sila Pancasila tersebut menunjukkan satu

rangkaian bertingkat yang tidak boleh dibolak-balik. Hal ini menunjukkan rangkaian

tingkat dalam luas dan isi sifatnya. Jadi, setiap sila yang ada di belakang sila lainnya,

memiliki cakupan yang lebih sempit tetapi lebih banyak isi sifatnya.

2.3 Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat

Kesatuan sila-sila pancasila pada dasarnya bukanlah merupakan kesatuan yang

bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar

epistomologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Secara filosofis,

Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar

epistomologis, dan dasar aksiologis.

2.3.1 Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila

Pancasila terdiri atas lima sila yang tidak dapat berdiri sendiri melainkan

memiliki satu kesatuan ontologis. Dasar ontologis Pancasila adalah manusia yang

memiliki hakikat monopluralis sehingga hakikat dasar ini bisa disebut sebagai dasar

antropologis. Subjek pendukung utama sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal ini

dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang

berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang

berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.

Sebagai suatu sistem filsafat landasan sila-sila Pancasila dalam hal isinya

menunjukkan suatu hakikat makna yang bertingkat dan berbentuk piramidal yang

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 9: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

9

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai sila kedua,

ketiga, keempat dan kelima. Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab didasari

dan dijiwai oleh sila pertama, mendasari dan menjiwai sila ketiga, sila keempat dan

sila kelima. Sila ketiga persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila pertama dan

sila kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan sila kelima. Sila keempat

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan didasari dan dijiwai oleh sila pertama, sila kedua, dan

sila ketiga. Mendasari dan menjiwai sila kelima. Sila kelima keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh keempat sila di atasnya (Sunarjo,

2009: 14).

2.3.2 Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancasila

Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem

pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, cita-cita, menjadi

suatu ideologi. Oleh karena itu, Pancasila harus memiliki unsur rasional terutama

dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan. Terdapat tiga permasalahan yang

mendasar dalam epistemologis yaitu: tentang sumber pengetahuan manusia, tentang

teori kebenaran pengetahuan manusia, dan tentang watak pengetahuan manusia

(Titus, 1984: 20 dalam Kaelan, 2004: 67).

Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah

sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila. Sumber pengetahuan

Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang merupakan bangsa yang memiliki

nilai-nilai adat istiadat dan nilai religius tersendiri dan tidak berasal dari bangsa lain.

Susunan Pancasila sebagai sistem pengetahuan bersifat formal logis, baik dalam arti

susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila. Susunan kesatuan

sila-sila Pancasila bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal. Susunan isi arti

Pancasila meliputi: isi arti Pancasila yang umum universal, umum kolektif dan

khusus serta konkret (Kaelan, 2004: 67-68).

Pancasila mengakui kebenaran empiris terutama dalam kaitannya dengan

pengetahuan manusia yang bersifat positif. Manusia pada dasarnya adalah mahluk

Page 10: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

10

Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologis

Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Pancasila juga

mengakui kebenaran konsensus dalam hal kaitannya dengan sifat kodrat manusia

sebagai makhluk individu dan sosial.

2.3.3 Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bisa dikatakan merupakan suatu

kesatuan. Hal ini dikarenakan sila-sila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu

kesatuan dasar aksiologisnya. Secara aksiologis, bangsa Indonesia adalah pendukung

nilai-nilai Pancasila.

Max Sscheler mengemukakan bahwa nilai yang ada tidak sama luhurnya dan tidak

sama tingginya . Nilai-nilai itu dalam kenyataannya ada yang lebih tinggi dan yang

lebih rendah bilamana dibandingkan yang satu dengan yang lainnya. Menurut tinggi

rendahnya nilai dapat di kelompokan menjadi empat yaitu :

Nilai –nilai Kenikmatan . Nilai nilai ini berkaitan dengan indra manusia

sesuatu yang mengenakan dan tidak menggenakan dalam kaitannya dengan

indra manusia yang menyebabkan manusia senang atau menderita.

Nilai- nilai Kehidupan . Dalam tingkatan ini terdapatlah nilai – nilai yang

penting bagi kehidupan manusia, misalnya kesegaran jasmani, kesehatan ,

serta kesejahteraan umum.

Nilai- nilai Kejiwaan. Dalam tinggkatan ini terdapat nilai –nilai . Nilai nilai

semacam ini antara lain nilai keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni

yang dicapai dalam filsafat.

Nilai- nilai dalam Kerohanian . Dalam hal ini terdapatlah modalitas nilai

dari yang suci . Nilai- nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai- nilai

pribadi ( Driyarkara,1978)

Pandangan dan Tingkatan nilai tersebut menurut Notonagoro dibedakan menjadi

tiga macam yaitu :

Nilai Material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia

Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk

mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan.

Page 11: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

11

Nilai Kerohanian yaitu , segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia

yang dapat dibedakan menjadi empat tingkatan sebagai berikut :

Nilai Kebenaran , yaitu nilai yang bersumber pada akal , rasio, budi atau

cipta manusia.

Nilai Keindahan , yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia.

Nilai Kebaikan , yaitu nilai yang bersumber pada unsure kehendak

Nilai Religius, yaitu nilai ini berhungan dengan kepercayaan dan keyakinan

manusia.

Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai

kerohanian ,tetapi nilai nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital.

Dengan demikian nilai- nilai Pancasila yang tergolong nilai harmonis yaitu, nilai

material nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetis, maupun nilai-nilai

kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematik-hierarkhis, dimana sila pertama

yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai basisnya sampai dengan sila Keadilan

Sosial sebagai tujuannya ( Darmodihardjo,1978).`

Nilai – Nilai pancasila sebagai Suatu Sistem

Hakikat pancasila adalah merupakan nilai ,adapun sebagai pedoman Negara

adalah merupakan norma adapun aktualisasi atau pengalamannya adalah merupakan

realisasi kongrit Pancasila. Subsitansi Pancasila dengan kelima silanya yang terdapat

pada, ketuhanan ,kemanusiaan , persatuan , kerakyatan , dan keadilan merupakan

suatu system nilai. Prinsip dasar yang mengandung kualitas, itu merupakan cita-cita

dan harapan atau hal yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia yang akan diwujudkan

menjadi kenyataan yang kongrit dalam kehidupan baik dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara . Secara demikian ini sesuai dengan isi yang

terkandung dalam Pancasila secara ontologis mengandung tiga masalah pokok dalam

kehidupan manusia yaitu :

Bagaimana seharusnya manusia itu terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Bagaimana seharusnya manusia terhadap dirinya sendiri

Bagaimana seharusnya manusia terhadap manusia lain

Page 12: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

12

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dengan lima merupakan cita-cita

harapan ,dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya.

Sejak dulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangsa Indonesia agar

terwujudnya dalam suatu masyarakat yang gemah riaph loh jinawi, tata tentrem karta

raharja., dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap tingkah laku dan

perbuatan setiap manusia.

Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila termasuk nilai kerohanian yang

tertinggi adapun nilai-nilai tersebut berturut-turut adalah nilai ketuhanan yaitu

termasuk nilai yang tertinggi karena nilai ketuhanan adalah bersifat mutlak.

Berikutnya adalah sila kemanusiaan ,yaitu sebagai pengkhususan nilai ketuhanan

karena manusia adalah makhluk tuhan sedangkan tuhan adalah causa prima. Adapun

nilai-nilai kenegaraan yang terkandung dalam sila ketiga tersebut adalah berkaitan

dengan kehidupan kenegaraan. Berikutnya adalah nilai-nilai kerakyatan yang didasari

nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,dan nilai persatuan lebih tinggi dan mendasari nilai

keadilan social karena kerakyatan adalah sebagai sarana terwujudnya suatu keadilan

social, barulah kemudian nilai keadilan social adalah sebagai tujuan dari keempat sila

lainnya.

Suatu hal yang pertu diperhatikan yaitu meskipun nilai-nilai yang terkandung dalam

sila-sila Pancasila berbeda-beda dan memiliki tingkatan serta luas yang berbeda –

beda pula namun keseluruhan nilai tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak

saling bertentangan. Misalnya saja dalam realisasi kenegaraan terutama dalam suatu

peraturan perundang-undangan maka nilai-nilai ketuhanan adalah yang tertinggi dan

bersifat mutlak oleh karena itu hukum positif di Indonesia yang berdasarkan

Pancasila ini tidak dapat bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan.

2.4 Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik

Indonesia

2.4.1 Dasar Filosofis

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa

Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,

Page 13: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

13

fundamental, dan menyeluruh. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila merupakan suatu

kesatuan yang bulat, hierarkhis, dan sistematis (Kaelan, 2004: 75).

Dasar pemikiran filosofisnya adalah Pancasila sebagai filsafat bangsa dan

negara Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan

kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai

Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.

Secara kausalitas, nilai-nilai dari Pancasila tersebut bersifat objektif dan

subjektif. Berikut ini merupakan nilai-nilai dari Pancasila yang bersifat objektif:

Rumusan dari Pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum

universal dan abstrak.

Nilai-nilai dari Pancasila akan tetap ada dalam kehidupan bangsa

Indonesia dan tidak menutup kemungkinan dapat diterapkan juga pada

bangsa lain.

Pancasila memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental

sehingga merupakan sumber hukum yang positif di Indonesia.

Maka secara objektif tidak dapat diubah secara hukum sehingga terlekat dalam

kehidupan bangsa Indonesia.

Sedangkan nilai subjektif dari Pancasila tergantung pada bangsa Indonesia itu

sendiri. Nilai-nilai subjektif dari Pancasila tersebut, antara lain:

Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia melalui hasil pemikiran,

penilaian kritis, dan hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.

Nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang

diyakini sebagai sumber nilai kebenaran, kebaikan, dan keadilan serta

kebijaksanaan dalam kehidupan bangsa.

Nilai Pancasila mengandung ketujuh kerokhanian, yaitu nilai

kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai

religius (Darmodihardjo, 1996 dalam Kaelan, 2004: 77).

Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila menjadi landasan, dasar, dan

motivasi atas perbuatan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai

Page 14: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

14

Pancasila merupakan cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi

sesuatu yang nyata.

2.4.2 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Negara

Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas

humanisme. Oleh karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja.

Meskipun Pancasila mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu saja dengan mudah

diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai

Pancasila secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi

sebagai dasar perilaku politik dan sikap moral bangsa. Dengan kata lain, bahwa

Pancasila milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat

legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis

memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Adapun

Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung

empat pokok pikiran yang merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai

Pancasila itu sendiri.

Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara

persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan. Hal ini

merupakan penjabaran sila ketiga.

Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini Negara berkewajiban

mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian

abadi dan keadilan sosial. Pokok pikiran ini adalah penjabaran dari sila kelima.

Page 15: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

15

Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat,

berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini

menunjukkan bahwa negara Indonesia demokrasi, yaitu kedaulatan ditangan rakyat.

Hal ini sesuai dengan sila keempat.

Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas

Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pokok pikiran ini sebagai penjabaran dari sila pertama dan kedua.

Keempat pokok pikiran tersebut tidak lain merupakan perwujudan dari sila –

sila Pancasila. Pokok pikiran ini sebagai dasar fundamental dalam pendirian negara,

yang realisasinya perlu diwujudkan atau dijelmakan lebih lanjut dalam pasal – pasal

UUD 1945.

Dalam pengertian seperti itulah maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila

merupakan dasar yang fundamental bagi negara Indonesia terutama dalam

pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Di samping itu, nilai-nilai Pancasila juga

merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan. Hal itu

ditegaskan dalam pokok pikiran keempat yang menyatakan bahwa negara berdasar

atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar atas kemanusiaan yang adil dan beradab.

Konsekuensinya dalam penyelenggaraan kenegaraan antara lain operasional

pemerintahan negara, pembangunan negara, pertahanan-keamanan negara, politik

negara serta pelaksanaan demokrasi negara harus senantiasa berdasarkan pada moral

ketuhanan dan kemanusiaan.

2.5 Inti Isi Sila - sila Pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia

merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya.

Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai – nilai yang memiliki perbedaan antara

satu dengan yang lainnya namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu keatuan

Page 16: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

16

yang sistemtis. Untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-

masing sila Pancasila, maka berikut ini kita uraikan :

a. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya mendasari dan menjiwai

keempat sila lainnya. Segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan

penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggara negara, polotik

negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang – undangan negara,

kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai – nilai Ketuhanan Yang

Maha Esa.

Konsekuensi yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaan terutama

dalam kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak asasi manusia) bahwa

setiap warga negara memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan

ibadah sesuai dengan keimanan dan kepercayaannya masing-masing. Hal itu telah

dijamin dalam Pasal 29 UUD.

b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan

martabat. Adil berarti wajar yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban

seseorang. Beradab sinonim dengan sopan santun, berbudi luhur, dan susila, artinya,

sikap hidup, keputusan dan tindakan harus senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai

keluhuran budi, kesopanan, dan kesusilaan. Dengan demikian, sila ini mempunyai

makna kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi nurani

manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik

terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap lingkungannya.

Konsekuansi terhadap nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil

dan beradab ada;ah menjunjung tinggi hatkat dan martabat manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang maha Esa, menjunjung tinggi hak – hak asasi manusia, menghargai atas

kesamaan hak dan derajat tanpa emmbedakan suku, ras, keturunan, status social

Page 17: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

17

maupun agama, mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,

menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan.

c. Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan

mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beranekaragam

menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup

persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.

Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh wilayah

Indonesia yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang

bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia

merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia dan bertujuan

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan

perdamaian dunia yang abadi.

d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yang berdiam

dalam satu wilayah negara tertentu. Hikmat kebijasanaan berarti penggunaan ratio

atau pikiran yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan

bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung

jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai dengan hati nurani. Permusyawaratan

adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan atau

memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai keputusan

yang bulat dan mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem, dalam arti, tata cara

mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara

melalui lembaga perwakilan. Dengan demikian sila ini mempunyai makna bahwa

rakyat dalam melaksanakan tugas kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusan -

putusan.

Page 18: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

18

Sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus

dilaksanakan dalam hidup Negara, maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam

sila keempat adalah:

1. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap

masyarakat, bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

3. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.

4. Mengakui atas perbedaan indivisu, kelompok, ras, suku, agama, karena

perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia.

5. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu ,

kelompok,ras, suku maupun agama.

6. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab

7. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang

beradab.

8. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar

tercapainya tujuan bersama.

e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala

bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Dalam sial kelima terkandung nilai

– nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka

didalam sila kelima terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan

bersama. Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan

yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan

manusia lain, manusia dengan masyarakat, bagsa dan negaranya serta hubungan

manusia dengan Tuhannya.

Konsekuensi nilai – nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama

adalah meliputi :

Page 19: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

19

1. Keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara dan warganya

dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan

membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam

hidup bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiaban.

2. Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara,

dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk

mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara

3. Keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga atau dengan

lainnya secara timbal balik.

2.6 Studis Kasus

PNS Pemda Lebih Rentan Terpapar Korupsi

Haryo Damardono - KOMPAS.com

Sabtu, 26 Oktober 2013 | 09:49 WIB

JAKARTA, Pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah lebih

berpotensi terpapar kasus korupsi dibandingkan dengan PNS di pemerintah pusat.

Sebagian besar kasus korupsi oleh PNS di pemda juga terjerat karena mengikuti

kehendak pemimpin daerah. Seseorang yang menjadi PNS di pemerintah pusat

peluang korupsinya sebesar 1:1,1. Sementara itu, peluang korupsi PNS di pemda

justru lebih besar, yakni 1:1,6.

”Jadi, berhati-hatilah kepada anak-anak muda supaya tidak terkena korupsi justru

oleh atasannya,” kata Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan (PPATK) Agus Santoso, Jumat (25/10), dalam Diskusi DPD soal Suap

Daerah di Jakarta.

Urutan pelaku

Page 20: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

20

Menurut Agus, berdasarkan riset PPATK pada tahun 2011, 2012, dan

semester I-2013 dapat diurutkan pelaku-pelaku korupsi. ”Pada urutan pertama justru

anggota staf atau pegawai di pemda, urutan kedua bendaharawan, ketiga baru bupati.

Kemudian, urutan keempat pegawai lagi,” ujarnya.

Agus juga mengingatkan, pemimpin daerah biasanya memanfaatkan birokrasi

untuk korupsi. Karena itu, PNS di pemda perlu lebih waspada. Diingatkan Agus, 67

persen kasus pencucian uang juga pada awalnya merupakan kasus korupsi. ”Dari 67

persen kasus pencucian uang itu, ternyata 54 persennya merupakan kasus korupsi di

lingkungan pemda. Jadi, cocok dengan data kami bahwa PNS pemda itu lebih mudah

terpapar korupsi,” katanya.

Pilkada memicu

Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Bali, I Wayan Sudirta, mengatakan,

korupsi di pemda dipicu oleh ketidakberesan dalam pemilihan umum kepala daerah.

”Batasi saja pengeluaran dan sumbangan calon (legislatif) seperti di Amerika. Jadi,

tidak otomatis yang kaya atau yang mendapat banyak sumbangan menjadi kepala

daerah,” kata Wayan Sudirta.

Bila undang-undang memberi peluang korupsi, katanya, pengawasan juga

harus lebih diperketat. ”Nah, masalahnya mana ada, misalnya, Badan Pengawas

Pemilu menangkap calon (legislatif) yang terindikasi melakukan politik uang? Mana

ada seorang petahana yang terkena kasus bantuan sosial? Hal itu tidak pernah kami

temukan,” kata Wayan Sudirta.

Modus korupsi oleh pemda paling banyak juga melibatkan pengadaan barang

dan jasa. ”Harga barang digembungkan, sementara retribusi daerah dipotong. Bila

menyangkut perizinan melibatkan calo,” ujar Agus. Bagaimana mengatasinya? Kata

Agus, harus ditanamkan teknologi-teknologi, seperti e-budgeting dan e-procurement.

”PPATK juga sedang mengusulkan RUU pembatasan transaksi tunai juga transaksi

Page 21: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

21

menggunakan valuta asing,” katanya. Melibatkan Kementerian Luar Negeri, PPATK

juga telah menanyakan Pemerintah Singapura terkait keberadaan lembaran uang

10.000 dollar Singapura (setara Rp 85 juta). ”Di Singapura, ini tidak dipakai untuk

transaksi sehari-hari, sementara di Indonesia malah untuk menyuap. Ini maksudnya

apa?” ujarnya.

Baik Wayan Sudirta maupun Agus sepakat suap dan korupsi di pemda harus

segera diatasi. ”Di Jawa itu, merah semua (pernah diketahui ada kasus suap). Ada

juga korupsi di Kalimantan Timur, Riau, Sumatera Utara, Maluku, dan Sulawesi

Selatan,” ujar Agus. (RYO)

Analisis

Dari permasalahan di atas dapat diambil pokok permasalahannya yaitu PNS

pemda lebih rentan terjerat dalam kasus korupsi dibandingkan denga PNS yang ada di

pusat. Menurut Agus, korupsi yang dilakukan pemda memiliki urutan tertentu.

Modus korupsi yang paling sering digunakan yaitu dalam pengadaan barang dan jasa.

Menurut Wayan Sudirta, korupsi di pemda dipicu oleh ketidakberesan pemilu.

Rentannya PNS pemda terpapar kasus korupsi sebenarnya sangat berkaitan

erat dengan iman para PNS. Semakin kurangnya iman mereka maka dengan mudah

mereka akan ikut terjerat dalam korupsi. Iman sangat berhubungan dengan ketakwaan

terhadap Tuhan beserta ajaran - ajarannya. Mengambil hak orang lain sangat tidak

dibenarkan dalam ajaran agama manapun. Negara Indonesia mengakui adanya Tuhan

yaitu tertuang dalam sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha

Esa. Sehingga kasus korupsi sangat bertentangan dengan sila pertama Pancasila

sebagai filsafat negara. Agar para PNS tidak sampai terlibat dalam korupsi, maka

mereka harus mempunyai iman yang kuat.

Walaupun korupsi di pusat lebih sedikit dibandingkan dengan daerah, masalah

korupsi harus tetap diperhatikan dengan serius. Korupsi tidak hanya menyangkut

Page 22: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

22

banyak atau sedikit, tetapi korupsi menyangkut kepentingan orang banyak.

Mengambil hak orang sangat bertentangan dengan pancasila yaitu kemanusiaan yang

adil dan beradab. Hal ini dikarenakan tindakan korupsi adalah tindakan yang tidak

adil juga tidak beradab, mereka tidak memberikan hak kepada orang lain, tidak

berlaku adil dalam menyampaikan amanahnya, serta tidak beradab dengan

mengambil yang bukan haknya adalah sikap serakah tidak perduli kepada sesamanya.

Sikap PNS dalam pengadaan barang dan jasa, yang mengembungkan harga

sementara retribusi daerah dipotong merupakan sikap yang sudah tidak memiliki hati

nurani dan rasa solidaritas antara bangsa Indonesia. Sikap seperti ini dapat

menghambat pemerataan pembangunan bangsa sehingga keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia akan sangat sulit untuk terwujud.

Tindakan korupsi yang dilakukan oleh PNS sebagai abdi masyarakat baik di

daerah maupun pusat dapat menimbulkan berkurangnya kepercayaan masyarakat

kepada PNS itu sendiri. Jika rasa kepercayaan ini sampai hilang maka rasa persatuan

diantara masyarakat dan PNS akan ikut pula hilang. Padahal dalam Pancasila kita

sebagai negara kesatuan republik Indonesia harus bersatu.

Semakin memudarnya nilai – nilai Pancasila yang tertanam dalam beberapa

PNS menyebabkan mereka sampai melakukan tindakan korupsi. Meningkatkan iman,

menghargai hak orang lain dan menjalani kewajiban dengan baik, meningkatkan rasa

persatuan antar bangsa Indonesia, menghargai orang lain, dan berlaku adil perlu

ditanamkan pada diri, dalam hal ini yaitu pada para PNS sebagai abdi masyarakat.

Hal ini diperlukan agar tidak semakin banyak lagi yang terkena kasus korupsi yang

sangat melenceng dari Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia.

Page 23: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

23

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat diartikan sebagai pengetahuan dengan akal budi mengenai hakikat

segala yang ada sebab asal dan hukumnya. Rumusan kesatuan sila sila pancasila

sebagai suatu sistem tidak bermaknaa bahwa kelima sila dalam Pancasila

hendaknya saling berhubungan. Saling melengkapi dan merupakan suatu

kesatuan yang utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat

bukan hanya bersifat formal logis. Akan tetapi juga meliputi kesatuan dasar

ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Pancasila sebagai nilai dasar

fundamental bagi bangsa dan negara Indonesia terutama dalam pelaksanaan dan

penyelenggaraan negara. Walaupun setiap sila dalam Pancasila memiliki makna

yang berbeda, namun inti dari sila - sila Pancasila merupakan suatu kesatuan

yang utuh dan berkaitan satu sama lain.

3.2 Saran

Warga nagara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan

tinggal di negara Indonesia Sebagai warga negara Indonesia haruslah dalam

segala tindakan, perkataan, dan pemikiran haruslah berlandaskan pada falsafah

Pancasila yaitu sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan

Page 24: BAB 1 2 3 p.pancasila Materi 2

24

yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan

kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA

Darmodihardjo Darji, dkk.1996.Pokok – Pokok Filsafat Hukum.Jakarta:Gramedia

Pustaka Utama

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Jogjakarta: PARADIGMA

Rindjin, Ketut. 2011. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia dan Dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia. UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

Sudarto.1995. Metodologi Penelitian Filssafat.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm

http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htm