BAB 1 (1)

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia perlu menggunakan indra yang dimilikinya agar dalam menerima rangsang yang ada sehingga tubuh kita dapat memberikan respon pada sekitarnya. Ada lima indra yang dimiliki oleh manusia, yaitu kulit untuk menerima rangsang sentuhan, telinga untuk menerima rangsang suara, hidung untuk menerima rangsang bau, lidah untuk menerima rangsang yang berupa rasa, dan yang terakhir adalah mata yang menerima rangsang berupa cahaya (Dianata Eka Putra, 2013). Setiap indra yang dimiliki manusia memiliki fungsi yang sangat penting. Untuk itu kita harus bisa merawat dan menjaganya agar tetap bekerja sesuai dengan fungsinya. Pentingnya pengetahuan seseorang dalam merawat dan menjaga panca indranya sangat dibutuhkan sehingga mereka

description

Bab 1

Transcript of BAB 1 (1)

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahDalam kehidupan sehari-hari seorang manusia perlu menggunakan indra yang dimilikinya agar dalam menerima rangsang yang ada sehingga tubuh kita dapat memberikan respon pada sekitarnya. Ada lima indra yang dimiliki oleh manusia, yaitu kulit untuk menerima rangsang sentuhan, telinga untuk menerima rangsang suara, hidung untuk menerima rangsang bau, lidah untuk menerima rangsang yang berupa rasa, dan yang terakhir adalah mata yang menerima rangsang berupa cahaya (Dianata Eka Putra, 2013).Setiap indra yang dimiliki manusia memiliki fungsi yang sangat penting. Untuk itu kita harus bisa merawat dan menjaganya agar tetap bekerja sesuai dengan fungsinya. Pentingnya pengetahuan seseorang dalam merawat dan menjaga panca indranya sangat dibutuhkan sehingga mereka memperhatikan indra yang dimilikinya dan bisa menjaganya dari kebiasaan yang dapat mengganggu atau bahkan merusak fungsi kerja indra yang dimiliknya (Dianata Eka Putra, 2013).Salah satu penelitian (Buchman, 2003) mengatakan bahwa gambaran yang pengetahuannya kurang mengenai cara merawat dan menjaga panca indra khususnya telinga menderita OMA (Otitis Media Akut). Adapun pada penelitian (Willy Hartanto, 2011) menyebutkan kasus kelainan refraksi sebesar 22,1% dan menempati urutan pertama dalam 10 penyakit mata terbesar di Indonesia. Angka kelainan refraksi pada golongan usia sekolah adalah kurang lebih 5%. Kelainan refraksi ini dapat terjadi pada seluruh golongan umur terutama pada golongan anak sekolah yang berumur dari 6 sampai 18 tahun. Kelainan refraksi ini semakin lama semakin meningkat dan diestimasikan bahwa separuh dari penduduk dunia akan menderita miopi pada tahun 2020 (WHO, 2008).Mata merupakan indra yang penting bagi manusia. Karena dengan mata, kita dapat melihat keadaan sekitar. Sehingga kita dapat mengetahui situasi dan kondisi sekitar kita. Jika mata kita mendapatkan masalah, maka kita akan merasakan hal yang tidak nyaman. Terdapat beberapa jenis gangguan mata diantaranya, miopi, hipermetropi, astigmatis, glaukoma, katarak dan Pterigium (Naser dan Zaiter, 2008). Dari beberapa gangguan mata diatas ternyata miopi termasuk salah satu gangguan mata yang mempunyai prevalensi yang tinggi. Kejadian miopi semakin lama semakin meningkat dan diestimasikan bahwa separuh dari penduduk dunia akan menderita miopi pada tahun 2020 (WHO, 2008). Miopi umum ditemukan di seluruh dunia. Di negara maju, persentase penduduk yang menderita miopi biasanya lebih tinggi. Di Amerika Serikat, sekitar 25% dari penduduk dewasa menderita miopi. Sementara itu, di Jepang, Singapura, dan Taiwan, persentasenya jauh lebih besar, yakni mencapai sekitar 44%. Di Indonesia, walaupun tidak ada data statistiknya, dapat diduga hampir di setiap rumah terdapat penghuni yang menderita miopi (Saw, 2002).Aktivitas jarak dekat yang rutin dan terus menerus akan semakin memperparah kondisi miopi. Meningkatnya kegiatan membaca dan berbagai media elektronik seperti handphone, komputer, dan lain-lain disinyalir sebagai penyebab utama maraknya seseorang terkena miopi pada usia dini (Hammond et al, 2001). Miopi yang merupakan kelainan rekfraksi dapat menyebabkan kebutaan jika tidak dilakukan tindakan dengan segera. World Health Organization (WHO, 2008), memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, di mana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Diperkirakan 12 orang menjadi buta tiap menit di dunia, dan 4 orang di antaranya berasal dari Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu orang menjadi buta.Sebagian besar orang buta (tunanetra) di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah. Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 2000-2004 menunjukkan angka kebutaan 1,5%. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%) dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38 %). Maka dari itu petugas kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan informasi dan pendeteksian dini permasalahan mata khususnya penyakit miopi sehingga pasien tersebut mengetahui dan menyikapi penyakit miopi dan faktor yang mempengaruhinya dengan baik. Pengetahuan yang dimaksud adalah apa yang dimaksud dengan miopi bagaimana gejala penyakit miopi, kebiasaan yang dapat menimbulkan penyakit miopi bagaimana menanggulanginya. (Tsan, 2010). Menurut Mangoenprasedjo (2005) cara merawat mata agar tidak terkena miopi adalah dengan memperbanyak mengkonsumsi sayuran hijau, tomat, wortel dan segelas susu setiap hari, melindungi mata dari sinar ultraviolet, debu, angin dan cahaya yang terlalu terang, dengan menggunakan kaca mata. Dengan cara mengistirahatkan mata tiap beberapa jam sekali saat bekerja. Membawa obat mata kemanapun pergi untuk pertolongan pertama. Tetes mata yang baik harus steril, serta bebas dari berbagai mikroorganisme. Hindari mengucek mata bila mata kemasukan debu, karena mata akan semakin teriritasi dan menimbulkan iritasi berwarna merah. Gunakan obat mata untuk meredakannya, namun sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mata mengenai cara penggunaannya. Bisa juga dengan mencucinya menggunakan air rebusan daun sirih. Hindari pencahayaan buruk pada saat membaca, karena dapat membuat mata semakin lelah dan tidak nyaman. Saat membaca sebaiknya jarak antara mata dengan tulisan sejauh 30-40 cm, sedikit dibawah garis mata. Lakukan pemeriksaan mata ke dokter mata secara teratur. Adapun dalam penatalaksanaa medik dengan cara menggunakan kaca mata, penggunaan lensa kontak, dan bedah Refraktif.Menurut (Seang Mei Saw, 2002) dalam Bobby Ramses Erguna Sitepu (2008) prevalensi miopi di Jawa Barat mencapai 26,1%. Sedangkan dari tahun 2010 di dapatkan angka penderita miopi sebesar 76,5% dari 1124 penderita kelainan refraksi di RS Marzoeki Mahdi Bogor.Untuk itu dilakukan penelitian mengenai Hubungan tingkat pengetahuan Pasien tentang kesehatan mata dengan kejadian miopi di Poliklinik mata Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.B. Rumusan MasalahDengan berbagai asupan serta pengetahuan dan keterbatasan dari mencoba meringkas pokok permasalahan yang akan di tuangkan dalam tulisan ini menjadi lebih fokus dan sederhana. Penulisan ini mengambil pokok permasalahan : Bagaimanakah Hubungan Antara Pengetahuan Pasien Tentang Kesehatan Mata dengan Kejadian Miopi (Rabun Jauh) di Poliklinik Mata Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi BogorC. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumSejalan dengan pertanyaan yang tertuang dalam rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang kesehatan mata dengan kejadian miopi (rabun jauh) di poliklinik mata Rumah Sakit dr. H Marzoeki Mahdi Bogor.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang kesehatan mata di poliklinik mata Rumah Sakit dr.H Marzoeki Mahdi Bogorb. Untuk mengetahui kejadian miopi di poliklinik mata Rumah Sakit. dr.H Marzoeki Mahdi Bogorc. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang kesehatan mata dengan kejadian miopi (rabun jauh) di poliklinik mata Rumah Sakit dr. H Marzoeki Mahdi BogorD. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Institusia. Memberi informasi bagi sarana pelayanan kesehatan supaya memperluaskan lagi pemberian informasi dan pendidikan tentang kesehatan mata b. Dapat membantu pemerintah dan instansi lain dalam komitmennya untuk mencapai global Vision 2020: The Right to Sight.c. Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau sumber informasi bagi penelitian berikutnya dan bahan bacaan di perpustakaan.d. dapat menambah perbendaharaan kepustakaan khususnya di Stikes Wijaya Husada Bogor2. Manfaat bagi Rumah Sakita. Diharapkan dapat membantu memecahkan masalah masalah yang timbul dan dapat dihadapi dalam penerapan pasien dalam menjaga kesehatan matab. Diharapkan dapat mengetahui angka kejadian miopi di Poliklinik Mata Rumah Sakit dr.H Marzoeki Mahdi Bogor3. Manfaat bagi Pasiena. Diharapkan pasien dapat mengetahui tentang kesehatan matab. Diharapkan pasien dapat mengetaui cara mencegah maupun merawat indra penglihatannya dari hal-hal yang dapat merusak kesehatan matanya E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini meliputi Hubungan pengetahuan pasien tentang kesehatan mata yang akan dilakukan pada bulan November - Desember 2014

F. Keaslian PenelitianMasukan penelitian org lain tentang miopii