Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga...
Transcript of Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga...
MAKALAH FG II
PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN
MATA AJAR KONSEP DASAR KEPERAWATAN I
KELAS B
FOCUS GROUP II
Evi Hidayati 1106053086
Ismi Arummaning tyas 1106053395
Puji Mentari 1106053344
Putri Kurniasih 1106000533
Shopiati Merdika N 1106012741
Sri Darmayanti 1106089022
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
NOVEMBER 2011
BIODATA PENULIS
Nama : Evi Hidayati
NPM : 1106053086
TTL : Tegal, 11 Mei 1993
Alamat : jalan K.H Fatah yasin 37 RT. 05 RW. 01 Kec. Bojong Kab. Tegal
Nama : Ismi Arummaning tyas
NPM : 1106053395
TTL : Pemalang, 30 Januari 1992
Alamat : jalan Bandaran 13 RT.03 RW. 02 Rowosari Kec. Ulujami Kab. Pemalang
Nama : Puji Mentari
NPM : 1106053344
TTL : Kuningan, 29 Desember 1993
Alamat : Tangerang
Nama : Putri Kurniasih
NPM : 1106000533
TTL : Jakarta, 29 September 1993
Alamat : jalan Syaridin 23 RT. 10 RW. 09 Ragunan, Pasar Minggu
Nama : Shopiati Merdika Nugraha
NPM : 1106012741
ii
TTL : Tasikmalaya, 21 Agustus 1992
Alamat : Perum sasmita loka 59 RT. 02 RW.04 Pamulang barat, Tangerang Selatan, Banten
Nama : Sri Darmayanti
NPM : 1106089022
TTL : Rembang, 24 April 1993
Alamat : kel. Pacar RT. 03 RW. 01 Rembang
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya,
sehingga penulis dapat menyalurkan kemampuan akademiknya melalui sebuah makalah yang
berjudul “Perspektif Traanskultural dalam Keperawatan”. Sholawat serta salam semoga
selalu terlimpahkan pada Baginda Rosulillah Muhammad SAW yang semoga kita
memperoleh Syafa’at darinya kelak di alam akhirat.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini. Ucapan terima kasih penulis sempaikan kepada :
1. Ibu Enie Novieastari selaku Pembimbing mata kuliah Konsep dasar Keperawatan
1;
2. Orang tua penulis yang terus memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis;
3. Rekan-rekanita yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk
menyelesaikan makalah ini; dan
4. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Sebuah pengakuan akademik yang nyata bahwa susunan laporan penulis ini masih
mengandung celah kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis menampung koreksi dan
saran untuk dikaji dalam penyempurnaan laporan penulisan ini.
Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat secara
umum dan bagi para calon perawat khususnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman judul ........................................................................................................................... i
Biodata Penulis ........................................................................................................................ ii
Kata Pengantar ........................................................................................................................ iv
Daftar isi .................................................................................................................................. v
Abstraksi ................................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1
1.4 Metode Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan ............................................................. 3
2.1.1 Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan
kesehata
n .......................................................................................................................
3
2.1.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
....................................................................................................................... 5
2.1.3 Pengkajian Asuhan keperawatan Budaya .................................................... 8
2.1.4 Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya ................................................... 12
2.2 Pengaruh budaya terhadap pengobatan dan makanan (etnofarmakologi dan
nutrisi)...................................................................................................................... 12
2.2.1 Pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi) ......................... 12
2.2.2 Pengaruh budaya terhadap makanan (nutrisi) ............................................. 14
2.3 Analisis Kasus ......................................................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 22
ABSTRAKSI
Masyarakat mempunyai sejumlah nilai, dan norma yang tumbuh turun menurun dari generasi ke
generasi. Kesatuan nilai dan norma tersebut tumbuh dan memberikan batasan-batasan dalam bertingkah
laku, serta menjadi pedoman dasar bagi masyarakat yang meyakininya hingga melekat menjadi sebuah
kebudayaan. Masing-masing masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat
lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tempat kebudayaan itu
tumbuh, latar belakang nilai dan keyakinan, pola pikir, ras, dan lain-lain. Dalam praktik keperawatan,
sangat penting untuk dapat mengetahui dan memahami latar belakang budaya klien. Karena masing-
masing klien mempunyai kebudayaan yang berbeda, maka seorang perawat perlu memahami aspek
kebudayaan dalam keperawatan agar mampu memberikan asuhan keperawatan secara optimal bagi klien.
Namun, dewasa ini tidak sedikit perawat yang mengabaikan aspek budaya dalam memberikan asuhan
keperawatan. Berlatar belakang dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah dan
mengangkat judul “Etnofarmakologi dan Nutrisi dalam Perspektif Transkultural dalam Keperawatan”.
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah etnofarmakologi dalam perspektif transkultural
dalam keperawatan, dan nutrisi dalam perspektif transkultural dalam keperawatan. Metode yang digunakan
dalam membahas masalah ini adalah dengan studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dari sumber-sumber
yang terkait dengan masalah yang diangkat pada makalah ini, yaitu etnofarmakologi dan nutrisi dalam
perspektif transkultural dalam keperawatan.
Perspektif transkultural dalam keperawatan mempelajari tentang bagaimana seorang perawat
dapat memahami latar belakang budaya klien sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai. Hal yang penting dalam perspektif transkultural adalah latar budaya klien, yaitu nilai, kepercayaan,
dan kebiasaan yang dilakukan oleh klien, keluarga, maupun lingkungan klien.
Kata kunci : perspektif, transkultural, etnofarmakologi, nutrisi, keperawatan.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dalam praktik pelayanan kesehatan, perawat adalah tenaga kesehatan yang paling
dekat dengan klien. Hal ini karena perawat tidak hanya memberikan asuhan keperawatan
medis, tetapi juga memberikan asuhan keperawatan lain, seperti asuhan latar belakang
budaya.
Latar belakang budaya sangat erat kaitannya dengan asuhan keperawatan. Dalam
masalah ini, latar belakang budaya sangat mempengaruhi asuhan keperawatan yang akan
diberikan pada klien. Perspektif transkultural dalam keperawatan diharapkan dapat
membantu klien untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang baik sesuai dengan
kondisi dan keadaan klien.
Berlatar belakang dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah
dengan mengangkat judul “Etnofarmakologi dan Nutrisi dalam Perspektif Transkultural
dalam Keperawatan”.
1. 2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang terkandung dalam makalah ini antara lain:
a. Apa yang dimaksud dengan etnofarmakologi dalam perspektif transkultural dalam
keperawatan?
b. Apa yang dimaksud dengan nutrisi dalam perspektif transkultural dalam
keperawatan?
1. 3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
a. Untuk mengetahui hal apa saja yang terkandung dalam perspektif traskultural
b. Untuk mengetahui pengaruh etnofarmakologi dalam perspektif transkultural dalam
keperawatan
c. Untuk mengetahui pengaruh nutrisi dalam perspektif transkultural dalam keperawatan
d. Untuk mengetahui cara memahami budaya klien dan memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai.
vi
1.1 Metode Penulisan
Metode yang dilakukan dalam membahas masalah ini adalah dengan Metode PBL
(Problem Based Learning), yaitu Metode yang membahas suatu kasus untuk dianalisis
dan Metode Studi Pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
sumber-sumber yang terkait dengan masalah yang dijadikan penulisan dalam hal ini
adalah Berpikir kritis dalam pengambilan keputusan dan diagnosa keperawatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan
2.1.1 Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan
Kultur adalah kesatuan dari nilai, kepercayaan, norma, dan jalan hidup yang menjadi
pedoman dalam berpikir dan berperilaku (Purnell & Paulanka, 1998 ; Leininger, 2002a).
Keperawatan transkultural melintasi batas-batas kebudayaan untuk mencari esensi.
Keperawatan transkultural merupakan campuran dari antropologi dan keperawatan dalam
teori dan praktik. Antropologi mengacu pada manusia, termasuk asal, perilaku, status sosial,
fisik, mental, dan perkembangan zaman. Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan seni,
maka keperawatan transkultural memungkinkan untuk melihat profesi ini dengan perspektif
yang berbeda.
Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada studi komparatif
dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan dengan kepedulian akan
perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan mereka. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan untuk memberikan keperawatan
dalam kebudayaan khusus dan kebudayaan universal.
Keperawatan transkultural memerlukan kemampuan dan keterampilan untuk menilai
dan mengabalisa untuk menyusun rencana, implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Menurut Leininger (1995), keperawatan transkultural penting karena beberapa faktor,
yaitu :
1. Terjadi peningkatan imigrasi
2. Terjadi peningkatan idealitas multikultural dalam pemahaman dan penghargaan pada
perawat dan tenaga kesehatan lain
3. Peningkatan teknologi kesehatan
4. Konflik budaya yang terjadi berdampak pada interaksi budaya lain
5. Terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja atau berwisata kenegara lain
6. Terjadi peningkatan konflik budaya yang dihasilkan oleh praktik kesehatan
7. Adanya emansipasi wanita dan gender
2
3
8. Peningkatan permintaan untuk komunitas dan latar belakang budaya dalam konteks
lingkungan
Keperawatan transkultural adalah teori dasar sebagai panduan perawat sebagai
ketentuan dalam kompetensi keperawatan.
Keperawatan transkultural dibagi menjadi :
a. Keperawatan transkultural dalam sejarah kesehatan
Untuk mengetahui aspek positif dan negatif sejarah kesehatan klien, mencakup :
- Data biografi : informasi dasar
- Alasan : apa yang dikeluhkan oleh klien
- Riwayat kesehatan: sebagai penilaian dan evaluasi tentang riwayat
kesehatan klien
- Budaya : untuk mengantisipasi gangguan keterbatasan budaya
- Pengobatan saat ini : persepsi klien dan masyarakat terhadap obat
- Sejarah : silsilah dalam keluarga dan status sosial
b. Keperawatan transkultural dalam pemeriksaan fisik
Untuk mengidentifikasi variasi biokultural yang dibutuhkan klien, mencakup :
- Variasi ukuran (tinggi, proporsi, dan berat badan)
- Variasi tanda-tanda vital (ras dan gender)
- Variasi penampilan (tubuh secara keseluruhan)
- Variasi kulit
- Variasi sistem sekresi tubuh
- Variasi wajah, mata, telinga, dan mulut
- Variasi pleksus vena susu
- Variasi sistem muskuloskeletal
- Variasi penyakit
Beberapa model sebagai pedoman putusan, penilaian, dan tindakan keperawatan,
menurut Leininger (1991), yaitu :
- Budaya pemeliharaan (budaya untuk memelihara nilai kepedulian)
- Budaya negosiasi (budaya untuk beradaptasi)
- Budaya penyusunan kembali (budaya untuk membantu klien untuk mengubah
gaya hidup)
4
Beberapa penilaian mengenai keperawatan transkultural, yaitu :
a. Menurut budaya
- Model non-keperawatan
Meskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso,
1979 : Leininger, 1985a, 1985b), metode keperawatan transkultural tidak selalu
sesuai dengan teori tersebut.
- Model keperawatan spesifik
Tujuan utamanya sebagai pengetahuan yang relevan untuk mengetahui budaya
keperawatan yang sesuai untuk masyarakat.
- Analisis model dan alat spesifik budaya
Tripp-Reimer, Brink dan Saunders (1984) menganalisa model dan alat dalam
kebudayaan untuk menentukan perbedaan signifikan yang ada dalam model.
- Diagnosa keperawatan
Perawat harus memperhatikan budaya klien dalam merumuskan diagnosa
keperawatan.
b. Menurut Giger dan Davidhizar
- Definisi keperawatan transklutural
Merupakan kompetensi yang fokus pada klien.
- Perbedaan budaya keperawatan
Variasi dalam pendekatan keperawatan dibutuhkan untuk menyesuaikan
budaya.
- Budaya individu yang unik
Masing-masing individu mempunyai budaya yang unik yang dibentuk dari
pengalaman, budaya, kepercayaan, dan norma.
- Budaya lingkungan
Budaya dalam lingkungan sangat berpengaruh dalam proses keperawatan.
2.1.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Asuhan keperawatan transkultural adalah salah satu bentuk asuhan keperawatan
profesional yang secara kultural sensitif, sesuai, dan berkompeten, merupakan
penyelenggaraan asuhan keperawatan lintas budaya dalam konteks pasien beserta lingkungan
di mana masalah kesehatan pasien tersebut timbul (Kozier, Berman & Snyder: 2004).
5
Menurut Leininger (2002), Transcultural Nursing adalah studi budaya pada proses
belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan di antara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.
Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009)
1. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
2. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
sehat, berkembang, dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian
dengan damai.
3. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
4. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik, dan nilai di atas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
5. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia.
6. Diskriminasi, perlakuan yang berbeda terhadap individu atau kelompok berdasarkan ras,
etnis, gender, kelas sosial.
7. Cultural Shock yaitu rasa ketidaknyamanan yang muncul pada pasien sebagai akibat
perawat tidak mampu beradaptasi dengan nilai budaya dan kepercayaan.
8. Cultural pain dibagi menjadi dua, yaitu public pain (rasa sakit atau nyeri yang dinyatakan
oleh orang tersebut) dan private pain (pasien tidak mengatakan mengenai rasa nyerinya).
9. Cultural variation yaitu perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang
menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap
6
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger:
1985).
10. Stereotyping menganggap semua anggota suatu kebudayaan atau etnis sama. Contohnya,
seorang perawat menganggap semua orang Itali bersifat public pain. Stereotyping dapat
disebabkan karena generalisasi hasil penelitian, bisa juga tidak ada hubungannya dengan
kenyataan, yang biasanya merupakan bentuk diskriminasi.
Prinsip-prinsip asuhan keperawatan transkultural
1. Semua kebudayaan manusia mempunyai gaya hidup, asuhan keperawatan, dan metode
pengobatan yang berbeda, dan perawat harus memahami untuk dapat bekerja secara
efektif dengan orang lain.
2. Asuhan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan fokus dominan pada
keperawatan.
3. Memahami kebudayaan sendiri adalah langkah penting pertama untuk dapat memahami
kebudayaan lain.
4. Tiap orang memiliki hak untuk dihormati, dipahami, dikenal nilai budayanya, dan
mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang lain.
5. Asuhan keperawatan trankultural berhubungan dengan kepercayaan, perbandingan nilai,
dan praktik kebudayaan tertentu untuk menyediakan praktik layanan kesehatan yang
spesifik, aman, dan berarti.
6. Perawat menggunakan pengetahuan asuhan budaya humanis dan ilmiah untuk
menyediakan asuhan keperawatan pada klien dengan kebudayaan yang berbeda-beda.
7. Memahami perbedaan asuhan budaya dan kesamaannya akan membuat perawat
menghormati dan membantu pasien untuk sembuh, mencegah penyakit, dan menghindari
kematian prematur.
8. Kemampuan perawat untuk berbicara bahasa klien akan mempermudah pemahaman apa
yang dialami oleh klien.
9. Jika gaya hidup, nilai, dan ekspresi budaya terasa mustahil, perawat tetap harus mencoba
untuk memahami klien tersebut.
10. Setiap budaya, asuhan, penyembuhan, dan praktik kesehatan dipengaruhi oleh pandangan
dunia, konteks lingkungan, dan struktur sosial.
11. Budaya biasanya mempunyai dua tipe utama sistem asuhan keperawatan, yaitu generik
dan profesional.
7
12. Budaya mempunyai cara sendiri untuk memelihara kesehatan, menghadapi kematian,
mengalami hal yang tidak menyenangkan, dan krisis.
13. Praktik keperawatan di Barat dan non-Barat mempunyai perbedaan utama yang perlu
dipahami ketika merencanakan dan menyediakan asuhan keperawatan.
2.1.3 Pengkajian Asuhan keperawatan Budaya
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi klien sesuai dengn
latar belakang budaya klien (Goger and Davidhizar, 1995). Tujuan dari pengkajian budaya
adalah untuk menghasilkan informasi signifikan dari klien dan pemahaman yang
memungkinkan perawat untuk menerapakan asuhan keperawatan yang sesuai (Leininger and
McFarland). Selain itu, pengkajian asuhan keperawatan budaya memiliki tujuan lain,
diantaranya :
a. untuk menemukan budaya keperawatan klien, pola kesehatan serta makan yang berkaitan
dengan pandangan klien cara hidup, nilai-nilai budaya, kepercayaan dan faktor struktur
sosial.
b. untuk mendapatakan informasi budaya keperawatan secara menyeluruh sebagai dasar kuat
untuk penentuan keputusan dan tindakan asuhan keperawatan.
c. untuk menemukan pola-pola keperawatan budaya tertentu yang dapat digunakan untuk
membuat keputusan keperawatan yang sesuai dengan nilai-nilai klien, cara hidup, dan
untuk menemukan pengetahuan apa yang dapat membantu klien.
d. untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi mengalami konflik budaya, bentrokan dan
daerah yang terasingkan aibat perbedaan nilai emik dan etik antara klien dan tenaga
kesehatan rofesional.
e. untuk mengidentifikasi perbandingan informasi keperawatan budaya antar klien mengenai
perbedaan atau persamaan budaya, yang dapat dibagi dan digunakan dalam praktek kinis,
pengajaran dan penelitian.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
1). Faktor teknologi (tecnological factors)
8
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
2). Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
3). Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
4). Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
5). Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
9
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
6). Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
7). Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Perawatan budaya kongruen dicapai dengan menggunakan tindakan secara individual dan
bersamaan untuk menyesuaikan pola perawatan klien agar mendukung klien, diantaranya:
a. Sensus Data
b. Menggunakan Pernyataan
Salah satu masalah pengkajian budaya adalah kurangnya kemampuan untuk
mengkaji lebih dalam dari klien dan menginterpretasikan informasi selama pengkajian.
Untuk mengatasinya diagunakan tiga tipe pertanyaan, yaitu terbuka, fokus dan kontra.
10
c. Membangun hubungan antara klien dan perawat.
Selain model pengkajian budaya milik Leininger, Giger dan Davidhizar juga memiliki
model pengkajian budaya. Model ini ini dirancang berdasarkan enam fenomena budaya yaitu
komunikasi, ruang, organisasi sosial, waktu, kontrol lingkungan dan budaya. Dalam model
pengkajian budaya Giger dan Davidhizar ada dua poin penting yang perlu diperhatiakan,
yang pertama perhatikan apakah budaya klien telah berasimilasi lalu amati kebudayaan
sendiri, dan setelah itu masukkan data ke dalam rencana asuhan keperawatan.
Menurut Leininger ada 4 panduan pendek kulturlogikal diantaranya :
1. Catat observasi yang dilihat, didengar, atau pengalaman dengan klien.
2. Dengar lalu pelajari mengenai nilai-nilai budaya, kepercayaan dan praktek sehari-hari yang
terkait dengan perawatan kesehatan dalam konteks lingkungan klien
3. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan pola berulang klien dan narasi dengan apa
yang telah dilihat, didengar dan pengalaman.
4. Mensintesis tema dan pola perawatan berdasarkan informasi pada tahap satu, dua dan tiga.
5. Mengembangkan rencana perawatan budaya-berbasis-perawatan-klien sebagai wakil
pasrtisipan untuk perawatan budaya kongruen.
Perlu diingat, ada beberapa prinsip-prinsip pengkajian budaya yan dikemukakan oleh Efy
Afifah, S.Kp, M.Kes, yaitu:
a. Jangan berasumsi
b. Jangan membuat stereotip
c. Menerima dan memahami metode komunikasi
d. Menghargai perbedaan
e. Menghargai kebutuhan individual
f. tidak membeda=bedakan keyakinan klien
h. menyediakan privacy terkait kebutuhan klien
2.1.4 Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya
Di dalam buku Transkultural concept in nursing care, Andre, M dan Boyle , J,S
(1995) mengatakan bahwa, Instrumen Pengkajian Budaya terdiri dari :
11
1. Etnisitas
Latar belakang yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap apa yang dia
butuhkan dan apa yang dia lakukan. Dalam budaya etnik, masyarakat biasanya
menganut sesutau yang terlalu berlebihan dalam memeluk suatu paham, misalnya
agama dan bahasa. Namun seseorang dapat juga mengadopsi dari kebudayaan lain.
Etnisitas juga berpengeruh pada pola pekerjaan dan tempat tinggal.
2. Religi
Religi atau keyakinan dalam diri seseorang yang berada diluar kekuatan manusia yang
harus dipatuhi. Dengan adanya religi etnisitas dapat dikaji ulang untuk mendapatkan
klasifikasi yang kongkrit. Religi juga dapat digunakan untuk merumuskan filosofi dan
system melalui system keyakinan.
2.2 Pengaruh budaya terhadap pengobatan dan makanan (etnofarmakologi dan nutrisi)
2.2.1 Pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi)
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan
dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya
( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –
persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural
dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan
dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana ,
pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem pengobatan tradisional ini
adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari
pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional
dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budaya
yang ada di Indonesia diantaranya adalah :
Budaya Jawa
120
Menurut orang Jawa , “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin .
Bahkan , semua itu berakar pada batin . Jika “ batin karep ragu nututi “ , artinya batin
berkehendak , raga / badan akan mengikuti . Sehat dalam konteks raga berarti “ waras “ .
Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari – hari , misalnya
bekerja di ladang , sawah , selalu gairah bekerja , gairah hidup , kondisii inilah yang
dikatakan sehat . Dan ukuran sehat untuk anak – anak adalah apabila kemauannya untuk
makan tetap banyak dan selalu bergairah main .
Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep personalistik
dan konsep naluralistik . Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh makhluk
supernatural ( makhluk gaib , dewa ) , makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur ,
roh jahat ) dan manusia ( tukang sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini disebut “ ora lumrah “
atau “ ora sabaene “ ( tidak wajar / tidak biasa ) . Penyembuhannya adalah berdasarkan
pengetahuan secara gaib atau supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat
dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku , kebendhu , kewalat , kebulisan ,
keluban , keguna – guna , atau digawe wong , kampiran bangsa lelembut dan lain
sebagainya . Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “ wong tuo “.
Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati
penyakit melalui “Japa Mantera “ , yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Ada
beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing –
masing :
a. Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
b. Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir ,
patah tulang , jatuh atau salah urat.
c. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “ digawa
uwong “.
d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan
roh halus.
e. Dukun hewan : khusus mengobati hewan
Sedangkan konsep naturalistik , penyebab penyakit bersifat natural dan
mempengaruhi kesehatan tubuh , misalnya karena cuaca , iklim , makanan racun , bisa ,
kuman atau kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan
130
ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin , panas , angin atau udara lembab .Oleh
orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “ Lumrah “ atau biasa.
Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan , artinya
dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali . Misalnya orang sakit
masuk angin , penyembuhannya dengan cara “ kerokan “ agar angin keluar kembali . Begitu
pula penyakit badan dingin atau disebut “ndrodok” ( menggigil , kedinginan ) ,
penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam dan
dihangatkan dekat api . Di samping itu juga banyak pengobatan yang dilakukan dengan
pemberian ramuan atau “dijamoni“ .Jamu adalah ramuan dari berbagai macam tumbuhan atau
dedaunan yang di paur , ditumbuk , setelah itu diminum atau dioleskan pada bagian yang
sakit. Di samping itu ada juga ramuan tumbuhan lain sebagai pelengkap , misalnya kulit
pohon randu yang sudah diberi mantera.
2.2.2 Pengaruh budaya terhadap makanan (nutrisi)
A. Definisi Makanan
Makanan adalah zat yang kita makan sehari-hari, yang mengandung nilai gizi dan
juga kandungan lain di dalam makanan yang tidak memngandung gizi sama sekali.
Jadi makanan sangat diperlukan oleh tubuh kita untuk mengganti sel-sel yang rusak,
sebagai zat pembangun, dan sebagai sumber energi.
B. Fungsi Makanan
Makanan merupakan kebutuhan primer yang sangat penting bagi tubuh, dalam ilmu
gizi fungsi makanan terdiri dari :
a) Memenuhi kebutuhan jiwa
Memberi rasa kenyang
Memenuhi kebutuhan naluri kepuasan jiwa
Memenuhi kebutuhan sosial budaya
b) Sebagai fungsi biologis
Pemberi tenaga
Mendukung sel-sel berbentuk pertumbuhan tubuh
Mendukung pertumbuhan sel-sel / mengganti bagian-bagian sel yang rusak
Mengukur methabolisme zat-zat gizi / kaseimbangan cairan serta asam basa tubuh
Sebagai pertahanan tubuh
C. Kualitas Makanan
140
1) Makanan Direbus dan Dikukus
Merebus sayuran dapat menghiiangkan vitamin C dan beberapa vitamin B yang
memang bersifat larut air. Merebus dalam waktu lama juga dapat memengaruhi
indeks glikemik makanan. Indeks glikemik adalah besaran angka yang digunakan
untuk mengukur kecepatan makanan diserap tubuh menjadi gula darah. Semakin
tinggi indeks glikemik, semakin cepat dampaknya terhadap kenaikan gula darah.
2) Makanan Digoreng
Menggoreng akan menambah kalori pada makanan. Meski begitu, menggunakan
minyak dalam jumlah moderat bisa menjadi cara menyehatkan. Selain cepat matang
juga meminimalkan kerusakan akibat panas.
3) Makanan Dipanggang atau Dibakar
Metode ini merupakan alternatif yang lebih sehat ketimbang menggoreng.
Menggunakan alas memasak dengan rak secara khusus akan efektif terutama untuk
daging olahan. Metode ini merupakan pilihan paling menyehatkan, tetapi perlu
ditekankan bahwa membakar makanan terlalu lama hingga menimbulkan warna
kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus kanker.
4) Dimasak Menggunakan Microwave
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa memasak menggunakan microwave
merupakan cara paling efektif untuk mempertahankan vitamin larut air seperti vitamin
C karena paparan panas berkurang dan sedikit air digunakan. Tetapi, hal ini dapat
merusak antioksidan larut lemak.
5) Makanan Dipanaskan Kembali
Pada saat dipanaskan kembali akan lebih banyak zat gizi yang rusak. Bila makanan
perlu disimpan, menekankan harus didinginkan dulu dan segera disimpan di lemari es
atau freezer.
D. Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan
dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Macam-macam nutrisi bagi tubuh
adalah :
Macam macam nutrisi yg dubutuhkan tubuh :
a) Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi dengan
baik. Vitamin membantu proses zat gizi lainnya dan pembentukan sel darah merah,
150
hormon, senyawa genetik dan kimia pada sistem syaraf. Kita membutuhkan jumlah
kecil vitamin, kira-kira 1/8 sendok teh per hari. Proses memasak dapat mempengaruhi
vitamin pada makanan. Masak sayuran secepat mungkin dengan sedikit air; daging
dengan dipanggang.
b) Air
Air melarutkan dan membawa nutrisi ke seluruh tubuh, membantu proses pencernaan,
penyerapan, sirkulasi dan pengeluaran kotoran serta membantu mengatur temperatur
tubuh. Tubuh harus mengganti 2-3 liter air setiap hari untuk melakukan fungsi ini.
c) Karbohidrat
Ada 2 jenis karbohidrat, biasa dan kompleks. Karbohidrat biasa adalah
gula, glukosa, fruktosa (keduanya berasal dari buah dan sayuran),laktosa (dari susu)
dan sukrosa (dari gula tebu). Karbohidrat kompleks terdiri dari tepung atau serat
makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.
d) Serat
Serat hanya ditemukan pada makanan yang berasal dari tumbuhan dan melalui alat
pencernaan makanan tanpa diserap. Karena tidak diserap, serat sangat berguna
membantu fungsi tubuh.
Konsumsi harian serat direkomendasikan berkisar 20-30 gram. kita bisa meyakinkan
asupan serat yang cukup dengan makan banyak jenis makanan (mentah lebih baik),
buah dan sayuran (tidak dikupas lebih baik) dan minum banyak air.
e) Lemak
Lemak menyediakan energi untuk tubuh dalam bentuk kalori dan dengan membawa
vitamin A, D, E dan K. Sumber lemak adalah mentega, kacang, cream, kuning telur,
keju dan daging. Sumber lemak yang lebih sehat adalah dari ikan segar, seperti
salmon atau mackerel. Ini adalah sumber omega-3, yang menurunkan gumpalan darah
dan juga bisa mencegah pengerasan arteri. Mengkonsumsi 2-3 ekor ikan segar tiap
minggu sangat dianjurkan.
f) Mineral
Mineral berfungsi sebagai pembentukan tulang dan sintesa enzim, pengaturan otot
jantung dan fungsi pencernaan. Tiga macam mineral yang sangat dibutuhkan tubuh
adalah kalsium, phospor dan zat besi.
g) Kalsium
160
kalsium adalah mineral yang paling banyak dalam tubuh. Bekerja dengan phospor
membangun dan menjaga tulang dan gigi. Sumbernya adalah susu dan produknya,
keju, sayuran berwarna hijau tua dan kerang.
h) Phospor
fosfor adalah Mineral kedua terbanyak, melakukan fungsi lebih banyak dari mineral
lainnya dan memainkan peran hampir semua reaksi kimia di tubuh. Sumbernya adalah
semua padi-padian, keju dan susu, kacang, daging, unggas, ikan, kacang dikeringkan
dan buncis dan kuning telur.
i) Zat besi
fungsi dari zat besi adalah untuk pembentukan myoglobin, yang membawa oksigen ke
jaringan otot dan hemoglobin yang memberi oksigen ke darah. Sumbernya adalah
daging, buncis, sayuran hijau, produk padi yang diperkaya zat besi, kacang dan
kerang. Standar konsumsi zat besi untuk wanita lebih besar dari pria. Selama
kehamilan wanita disarankan mengkonsumsi suplemen zat besi untuk menjaga asupan
yang cukup.
2.3 Analisis kasus
KASUS 5 (Sesuai pokok bahasan 5)
Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun masuk kerumah sakit karena keluhan
perdarahan melalui vagina. Kondisi pasien lemah dan pasien dinyatakan mengalami anemia,
kadar hemoglobinnya 5 g/dL. Pasien direncanakan untuk segera mendapatkan transfusi
darah. Ketika perawat menjelaskan rencana tersebut, pasien menolak karena menurutnya hal
tersebut bertentangan dengan keyakinannya. Perawat berusaha untuk membicarakan hal ini
dengan suami pasien namun suami pasien bekerja di luar kota dan tidak dapat dihubungi.
Pada saat ini pasien hanya ditemani oleh ibunya.
Pertanyaan:
Analisis kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudara
pelajari. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang
sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien dan keluarganya?
170
Menurut Kelompok Kami, sebagai seorang perawat harus dilakukan hal-hal sebagai
berikkut :
1. Melakukan pengkajian
Dari kasus tersebut, didapatkan data-data sebagai berikut:
a. pasien wanita usia 35 tahun
b. perdarahan melalui vagina
c. kadar Hb rendah, yaitu 5 g/dL
d. menolak transfusi darah karena keyakinannya
e. kondisi pasien lemah
f. suami tidak dapat dihubungi
g. ditemani oleh ibu
2. Melakukan diagnosa keperawatan dan merencanakan asuhan keperawatan dengan
pendekatan transkultural
Dari data-data yang didapatkan, perawat menyusun diagnosa keperawatan dalam
perspektif transkultural. Artinya, diagnosa keperawatan yang disusun untuk kemudian
digunakan sebagai acuan penyusunan rencana asuhan keperawatan harus sesuai dengan
budaya klien agar tidak terjadi cultural shock.
3. Membicarakan rencana asuhan keperawatan kepada ibu klien
Rencana asuhan keperawatan yang dibuat, antara lain transfusi darah, harus dilakukan
kepada keluarga pasien. Karena suami pasien sedang tidak ada dan tidak dapat
dihubungi sedangkan pasien harus mendapat penanganan segera, maka hal ini
disampaikan pada ibu pasien yang menemani. Adanya peran serta keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan kondisi klien.
Penyampaian rencana asuhan keperawatan harus menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh klien dan keluarga klien.
4. Menginformasikan akibat jika klien tidak di transfusi
Perawat berusaha meyakinkan ibu klien bahwa transfusi darah merupakan tindakan
yang sangat penting dan merupakan pilihan utama. Perawat harus menyampaikan hal ini
pada keluarga klien dan pada klien itu sendiri dengan cara yang tepat, agar tidak
terkesan mengancam atau menakut-nakuti.
5. Memberi asupan-asupan nutrisi yang bisa meningkatkan atau menunjang pembentukan
darah.
180
Selama pasien diberi penjelasan dan diyakinkan mengenai pentingnya transfusi darah,
perawat harus memberi asupan-asupan nutrisi yang dapat mempercepat atau menunjang
pembentukan darah dalam tubuh pasien untuk meningkatkan kadar Hb pasien, di
antaranya adalah zat besi (Fe). Asupan nutrisi dapat berupa makanan, minuman, atau
suplemen, bahkan dapat berupa suntikan. Tentu saja pemberian nutrisi tidak boleh
terlalu berlebihan, karena dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan kesehatan baru
pada pasien.
19
BAB III
KESIMPULAN
1. Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan
analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan dengan kepedulian akan
perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan mereka.
2. Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009) meliputi : Caring, Cultural
care, Etnosentris, Cultural imposition , Care , Diskriminasi, Cultural Shock , Cultural
pain, Cultural variation, dan Stereotyping .
3. Pengkajian asuhan keperawatan budaya bertujuan untuk menemukan budaya
keperawatan klien, mendapatakan informasi budaya keperawatan secara menyeluruh,
mengidentifikasi daerah yang berpotensi mengalami konflik budaya, dan
mengidentifikasi perbandingan informasi keperawatan budaya antar klien. Sedangkan
komponen-komponen yang memengaruhi pengkajian asuhan keperawatan antara lain
Faktor teknologi, agama dan falsafah hidup, sosial dan keterikatan keluarga, Nilai-nilai
budaya dan gaya hidup, kebijakan dan peraturan yang berlaku, ekonomi, dan Faktor
pendidikan
4. Instrument-instumen dalam pengkajian budaya meliputi Etnisitas dan religi. Dalam
budaya etnik, masyarakat biasanya menganut sesuatu yang terlalu berlebihan dalam
memeluk suatu paham, misalnya agama dan bahasa. Namun seseorang dapat juga
mengadopsi dari kebudayaan lain. Sedangkan dengan adanya religi etnisitas dapat dikaji
ulang untuk mendapatkan klasifikasi yang kongkrit. Religi juga dapat digunakan untuk
merumuskan filosofi dan sistem melalui sistem keyakinan.
5. Pengaruh budaya terhadap pengobatan dapat dilihat dari Kepercayaan Kuno dan Praktik
Pengobatan, budaya Jawa misalnya. Pada kepercayaan budaya Jawa ini biasanya
menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep personalistik
dan konsep naluralistik . Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh
makhluk supernatural, makhluk yang bukan manusia, dan manusia. Penyakit ini disebut
“ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ ( tidak wajar / tidak biasa ) .
6. Pengaruh budaya terhadap makanan akan terlihat dalam kualitas makanan yang akan
dicerna oleh tubuh kita. Makanan Direbus dan Dikukus dapat menghilangkan vitamin C
dan beberapa vitamin B yang memang bersifat larut air. Makanan Digoreng akan
menambah kalori pada makanan. Makanan Dipanggang atau Dibakar merupakan pilihan
paling menyehatkan, tetapi perlu ditekankan bahwa membakar makanan terlalu lama
20
hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus
kanker. Dimasak Menggunakan Microwave merupakan cara paling efektif untuk
mempertahankan vitamin larut air seperti vitamin C karena paparan panas berkurang
dan sedikit air digunakan. Tetapi, hal ini dapat merusak antioksidan larut lemak.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practices, 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 7th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.
Afifah, Efy. “Ringkasan Materi Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural.
Dalam Keperawatan”. http://
staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/transkulturalnursing.pdf
Bacaan Wajib Modul Transkultural dalam Keperawatan
Novieastari, Enie. “Trans cultural Nursing Care”.
http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/material/ Nursing Perspectivein Transcult .
Andre, M dan Boyle , J,S (1995), Transkultural Concepts in Nursing Care
22