Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga...

42
MAKALAH FG II PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN MATA AJAR KONSEP DASAR KEPERAWATAN I KELAS B FOCUS GROUP II Evi Hidayati 1106053086 Ismi Arummaning tyas 1106053395 Puji Mentari 1106053344 Putri Kurniasih 1106000533 Shopiati Merdika N 1106012741 Sri Darmayanti 1106089022

Transcript of Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga...

Page 1: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

MAKALAH FG II

PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN

MATA AJAR KONSEP DASAR KEPERAWATAN I

KELAS B

FOCUS GROUP II

Evi Hidayati 1106053086

Ismi Arummaning tyas 1106053395

Puji Mentari 1106053344

Putri Kurniasih 1106000533

Shopiati Merdika N 1106012741

Sri Darmayanti 1106089022

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan I

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

NOVEMBER 2011

Page 2: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

BIODATA PENULIS

Nama : Evi Hidayati

NPM : 1106053086

TTL : Tegal, 11 Mei 1993

Alamat : jalan K.H Fatah yasin 37 RT. 05 RW. 01 Kec. Bojong Kab. Tegal

Nama : Ismi Arummaning tyas

NPM : 1106053395

TTL : Pemalang, 30 Januari 1992

Alamat : jalan Bandaran 13 RT.03 RW. 02 Rowosari Kec. Ulujami Kab. Pemalang

Nama : Puji Mentari

NPM : 1106053344

TTL : Kuningan, 29 Desember 1993

Alamat : Tangerang

Nama : Putri Kurniasih

NPM : 1106000533

TTL : Jakarta, 29 September 1993

Alamat : jalan Syaridin 23 RT. 10 RW. 09 Ragunan, Pasar Minggu

Nama : Shopiati Merdika Nugraha

NPM : 1106012741

ii

Page 3: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

TTL : Tasikmalaya, 21 Agustus 1992

Alamat : Perum sasmita loka 59 RT. 02 RW.04 Pamulang barat, Tangerang Selatan, Banten

Nama : Sri Darmayanti

NPM : 1106089022

TTL : Rembang, 24 April 1993

Alamat : kel. Pacar RT. 03 RW. 01 Rembang

iii

Page 4: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya,

sehingga penulis dapat menyalurkan kemampuan akademiknya melalui sebuah makalah yang

berjudul “Perspektif Traanskultural dalam Keperawatan”. Sholawat serta salam semoga

selalu terlimpahkan pada Baginda Rosulillah Muhammad SAW yang semoga kita

memperoleh Syafa’at darinya kelak di alam akhirat.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat

menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah

ini. Ucapan terima kasih penulis sempaikan kepada :

1. Ibu Enie Novieastari selaku Pembimbing mata kuliah Konsep dasar Keperawatan

1;

2. Orang tua penulis yang terus memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis;

3. Rekan-rekanita yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk

menyelesaikan makalah ini; dan

4. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Sebuah pengakuan akademik yang nyata bahwa susunan laporan penulis ini masih

mengandung celah kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis menampung koreksi dan

saran untuk dikaji dalam penyempurnaan laporan penulisan ini.

Akhir kata penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat secara

umum dan bagi para calon perawat khususnya.

Penulis

iv

Page 5: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

DAFTAR ISI

Halaman judul ........................................................................................................................... i

Biodata Penulis ........................................................................................................................ ii

Kata Pengantar ........................................................................................................................ iv

Daftar isi .................................................................................................................................. v

Abstraksi ................................................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................... 1

1.4 Metode Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan ............................................................. 3

2.1.1 Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan

kesehata

n .......................................................................................................................

3

2.1.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

....................................................................................................................... 5

2.1.3 Pengkajian Asuhan keperawatan Budaya .................................................... 8

2.1.4 Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya ................................................... 12

2.2 Pengaruh budaya terhadap pengobatan dan makanan (etnofarmakologi dan

nutrisi)...................................................................................................................... 12

2.2.1 Pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi) ......................... 12

2.2.2 Pengaruh budaya terhadap makanan (nutrisi) ............................................. 14

2.3 Analisis Kasus ......................................................................................................... 17

BAB III KESIMPULAN......................................................................................................... 20

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 22

Page 6: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

ABSTRAKSI

Masyarakat mempunyai sejumlah nilai, dan norma yang tumbuh turun menurun dari generasi ke

generasi. Kesatuan nilai dan norma tersebut tumbuh dan memberikan batasan-batasan dalam bertingkah

laku, serta menjadi pedoman dasar bagi masyarakat yang meyakininya hingga melekat menjadi sebuah

kebudayaan. Masing-masing masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat

lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tempat kebudayaan itu

tumbuh, latar belakang nilai dan keyakinan, pola pikir, ras, dan lain-lain. Dalam praktik keperawatan,

sangat penting untuk dapat mengetahui dan memahami latar belakang budaya klien. Karena masing-

masing klien mempunyai kebudayaan yang berbeda, maka seorang perawat perlu memahami aspek

kebudayaan dalam keperawatan agar mampu memberikan asuhan keperawatan secara optimal bagi klien.

Namun, dewasa ini tidak sedikit perawat yang mengabaikan aspek budaya dalam memberikan asuhan

keperawatan. Berlatar belakang dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah dan

mengangkat judul “Etnofarmakologi dan Nutrisi dalam Perspektif Transkultural dalam Keperawatan”.

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah etnofarmakologi dalam perspektif transkultural

dalam keperawatan, dan nutrisi dalam perspektif transkultural dalam keperawatan. Metode yang digunakan

dalam membahas masalah ini adalah dengan studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dari sumber-sumber

yang terkait dengan masalah yang diangkat pada makalah ini, yaitu etnofarmakologi dan nutrisi dalam

perspektif transkultural dalam keperawatan.

Perspektif transkultural dalam keperawatan mempelajari tentang bagaimana seorang perawat

dapat memahami latar belakang budaya klien sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang

sesuai. Hal yang penting dalam perspektif transkultural adalah latar budaya klien, yaitu nilai, kepercayaan,

dan kebiasaan yang dilakukan oleh klien, keluarga, maupun lingkungan klien.

Kata kunci : perspektif, transkultural, etnofarmakologi, nutrisi, keperawatan.

v

Page 7: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Dalam praktik pelayanan kesehatan, perawat adalah tenaga kesehatan yang paling

dekat dengan klien. Hal ini karena perawat tidak hanya memberikan asuhan keperawatan

medis, tetapi juga memberikan asuhan keperawatan lain, seperti asuhan latar belakang

budaya.

Latar belakang budaya sangat erat kaitannya dengan asuhan keperawatan. Dalam

masalah ini, latar belakang budaya sangat mempengaruhi asuhan keperawatan yang akan

diberikan pada klien. Perspektif transkultural dalam keperawatan diharapkan dapat

membantu klien untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang baik sesuai dengan

kondisi dan keadaan klien.

Berlatar belakang dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah

dengan mengangkat judul “Etnofarmakologi dan Nutrisi dalam Perspektif Transkultural

dalam Keperawatan”.

1. 2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang terkandung dalam makalah ini antara lain:

a. Apa yang dimaksud dengan etnofarmakologi dalam perspektif transkultural dalam

keperawatan?

b. Apa yang dimaksud dengan nutrisi dalam perspektif transkultural dalam

keperawatan?

1. 3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain:

a. Untuk mengetahui hal apa saja yang terkandung dalam perspektif traskultural

b. Untuk mengetahui pengaruh etnofarmakologi dalam perspektif transkultural dalam

keperawatan

c. Untuk mengetahui pengaruh nutrisi dalam perspektif transkultural dalam keperawatan

d. Untuk mengetahui cara memahami budaya klien dan memberikan asuhan

keperawatan yang sesuai.

vi

Page 8: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

1.1 Metode Penulisan

Metode yang dilakukan dalam membahas masalah ini adalah dengan Metode PBL

(Problem Based Learning), yaitu Metode yang membahas suatu kasus untuk dianalisis

dan Metode Studi Pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan

sumber-sumber yang terkait dengan masalah yang dijadikan penulisan dalam hal ini

adalah Berpikir kritis dalam pengambilan keputusan dan diagnosa keperawatan.

1

Page 9: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Transkultural dalam Keperawatan

2.1.1 Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan

Kultur adalah kesatuan dari nilai, kepercayaan, norma, dan jalan hidup yang menjadi

pedoman dalam berpikir dan berperilaku (Purnell & Paulanka, 1998 ; Leininger, 2002a).

Keperawatan transkultural melintasi batas-batas kebudayaan untuk mencari esensi.

Keperawatan transkultural merupakan campuran dari antropologi dan keperawatan dalam

teori dan praktik. Antropologi mengacu pada manusia, termasuk asal, perilaku, status sosial,

fisik, mental, dan perkembangan zaman. Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan seni,

maka keperawatan transkultural memungkinkan untuk melihat profesi ini dengan perspektif

yang berbeda.

Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada studi komparatif

dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan dengan kepedulian akan

perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan mereka. Tujuannya adalah

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan untuk memberikan keperawatan

dalam kebudayaan khusus dan kebudayaan universal.

Keperawatan transkultural memerlukan kemampuan dan keterampilan untuk menilai

dan mengabalisa untuk menyusun rencana, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

Menurut Leininger (1995), keperawatan transkultural penting karena beberapa faktor,

yaitu :

1. Terjadi peningkatan imigrasi

2. Terjadi peningkatan idealitas multikultural dalam pemahaman dan penghargaan pada

perawat dan tenaga kesehatan lain

3. Peningkatan teknologi kesehatan

4. Konflik budaya yang terjadi berdampak pada interaksi budaya lain

5. Terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja atau berwisata kenegara lain

6. Terjadi peningkatan konflik budaya yang dihasilkan oleh praktik kesehatan

7. Adanya emansipasi wanita dan gender

2

3

Page 10: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

8. Peningkatan permintaan untuk komunitas dan latar belakang budaya dalam konteks

lingkungan

Keperawatan transkultural adalah teori dasar sebagai panduan perawat sebagai

ketentuan dalam kompetensi keperawatan.

Keperawatan transkultural dibagi menjadi :

a. Keperawatan transkultural dalam sejarah kesehatan

Untuk mengetahui aspek positif dan negatif sejarah kesehatan klien, mencakup :

- Data biografi : informasi dasar

- Alasan : apa yang dikeluhkan oleh klien

- Riwayat kesehatan: sebagai penilaian dan evaluasi tentang riwayat

kesehatan klien

- Budaya : untuk mengantisipasi gangguan keterbatasan budaya

- Pengobatan saat ini : persepsi klien dan masyarakat terhadap obat

- Sejarah : silsilah dalam keluarga dan status sosial

b. Keperawatan transkultural dalam pemeriksaan fisik

Untuk mengidentifikasi variasi biokultural yang dibutuhkan klien, mencakup :

- Variasi ukuran (tinggi, proporsi, dan berat badan)

- Variasi tanda-tanda vital (ras dan gender)

- Variasi penampilan (tubuh secara keseluruhan)

- Variasi kulit

- Variasi sistem sekresi tubuh

- Variasi wajah, mata, telinga, dan mulut

- Variasi pleksus vena susu

- Variasi sistem muskuloskeletal

- Variasi penyakit

Beberapa model sebagai pedoman putusan, penilaian, dan tindakan keperawatan,

menurut Leininger (1991), yaitu :

- Budaya pemeliharaan (budaya untuk memelihara nilai kepedulian)

- Budaya negosiasi (budaya untuk beradaptasi)

- Budaya penyusunan kembali (budaya untuk membantu klien untuk mengubah

gaya hidup)

4

Page 11: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

Beberapa penilaian mengenai keperawatan transkultural, yaitu :

a. Menurut budaya

- Model non-keperawatan

Meskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso,

1979 : Leininger, 1985a, 1985b), metode keperawatan transkultural tidak selalu

sesuai dengan teori tersebut.

- Model keperawatan spesifik

Tujuan utamanya sebagai pengetahuan yang relevan untuk mengetahui budaya

keperawatan yang sesuai untuk masyarakat.

- Analisis model dan alat spesifik budaya

Tripp-Reimer, Brink dan Saunders (1984) menganalisa model dan alat dalam

kebudayaan untuk menentukan perbedaan signifikan yang ada dalam model.

- Diagnosa keperawatan

Perawat harus memperhatikan budaya klien dalam merumuskan diagnosa

keperawatan.

b. Menurut Giger dan Davidhizar

- Definisi keperawatan transklutural

Merupakan kompetensi yang fokus pada klien.

- Perbedaan budaya keperawatan

Variasi dalam pendekatan keperawatan dibutuhkan untuk menyesuaikan

budaya.

- Budaya individu yang unik

Masing-masing individu mempunyai budaya yang unik yang dibentuk dari

pengalaman, budaya, kepercayaan, dan norma.

- Budaya lingkungan

Budaya dalam lingkungan sangat berpengaruh dalam proses keperawatan.

2.1.2 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

Asuhan keperawatan transkultural adalah salah satu bentuk asuhan keperawatan

profesional yang secara kultural sensitif, sesuai, dan berkompeten, merupakan

penyelenggaraan asuhan keperawatan lintas budaya dalam konteks pasien beserta lingkungan

di mana masalah kesehatan pasien tersebut timbul (Kozier, Berman & Snyder: 2004).

5

Page 12: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

Menurut Leininger (2002), Transcultural Nursing adalah studi budaya pada proses

belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan di antara

budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,

kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan

khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.

Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009)

1. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan

mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi

kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

2. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,

kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau

memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,

sehat, berkembang, dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian

dengan damai.

3. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa

budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.

4. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk

memaksakan kepercayaan, praktik, dan nilai di atas budaya orang lain karena percaya

bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

5. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku

pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan

baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan

manusia.

6. Diskriminasi, perlakuan yang berbeda terhadap individu atau kelompok berdasarkan ras,

etnis, gender, kelas sosial.

7. Cultural Shock yaitu rasa ketidaknyamanan yang muncul pada pasien sebagai akibat

perawat tidak mampu beradaptasi dengan nilai budaya dan kepercayaan.

8. Cultural pain dibagi menjadi dua, yaitu public pain (rasa sakit atau nyeri yang dinyatakan

oleh orang tersebut) dan private pain (pasien tidak mengatakan mengenai rasa nyerinya).

9. Cultural variation yaitu perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk

yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi

pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang

menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap

6

Page 13: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger:

1985).

10. Stereotyping menganggap semua anggota suatu kebudayaan atau etnis sama. Contohnya,

seorang perawat menganggap semua orang Itali bersifat public pain. Stereotyping dapat

disebabkan karena generalisasi hasil penelitian, bisa juga tidak ada hubungannya dengan

kenyataan, yang biasanya merupakan bentuk diskriminasi.

Prinsip-prinsip asuhan keperawatan transkultural

1. Semua kebudayaan manusia mempunyai gaya hidup, asuhan keperawatan, dan metode

pengobatan yang berbeda, dan perawat harus memahami untuk dapat bekerja secara

efektif dengan orang lain.

2. Asuhan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan fokus dominan pada

keperawatan.

3. Memahami kebudayaan sendiri adalah langkah penting pertama untuk dapat memahami

kebudayaan lain.

4. Tiap orang memiliki hak untuk dihormati, dipahami, dikenal nilai budayanya, dan

mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang lain.

5. Asuhan keperawatan trankultural berhubungan dengan kepercayaan, perbandingan nilai,

dan praktik kebudayaan tertentu untuk menyediakan praktik layanan kesehatan yang

spesifik, aman, dan berarti.

6. Perawat menggunakan pengetahuan asuhan budaya humanis dan ilmiah untuk

menyediakan asuhan keperawatan pada klien dengan kebudayaan yang berbeda-beda.

7. Memahami perbedaan asuhan budaya dan kesamaannya akan membuat perawat

menghormati dan membantu pasien untuk sembuh, mencegah penyakit, dan menghindari

kematian prematur.

8. Kemampuan perawat untuk berbicara bahasa klien akan mempermudah pemahaman apa

yang dialami oleh klien.

9. Jika gaya hidup, nilai, dan ekspresi budaya terasa mustahil, perawat tetap harus mencoba

untuk memahami klien tersebut.

10. Setiap budaya, asuhan, penyembuhan, dan praktik kesehatan dipengaruhi oleh pandangan

dunia, konteks lingkungan, dan struktur sosial.

11. Budaya biasanya mempunyai dua tipe utama sistem asuhan keperawatan, yaitu generik

dan profesional.

7

Page 14: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

12. Budaya mempunyai cara sendiri untuk memelihara kesehatan, menghadapi kematian,

mengalami hal yang tidak menyenangkan, dan krisis.

13. Praktik keperawatan di Barat dan non-Barat mempunyai perbedaan utama yang perlu

dipahami ketika merencanakan dan menyediakan asuhan keperawatan.

2.1.3 Pengkajian Asuhan keperawatan Budaya

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi klien sesuai dengn

latar belakang budaya klien (Goger and Davidhizar, 1995). Tujuan dari pengkajian budaya

adalah untuk menghasilkan informasi signifikan dari klien dan pemahaman yang

memungkinkan perawat untuk menerapakan asuhan keperawatan yang sesuai (Leininger and

McFarland). Selain itu, pengkajian asuhan keperawatan budaya memiliki tujuan lain,

diantaranya :

a. untuk menemukan budaya keperawatan klien, pola kesehatan serta makan yang berkaitan

dengan pandangan klien cara hidup, nilai-nilai budaya, kepercayaan dan faktor struktur

sosial.

b. untuk mendapatakan informasi budaya keperawatan secara menyeluruh sebagai dasar kuat

untuk penentuan keputusan dan tindakan asuhan keperawatan.

c. untuk menemukan pola-pola keperawatan budaya tertentu yang dapat digunakan untuk

membuat keputusan keperawatan yang sesuai dengan nilai-nilai klien, cara hidup, dan

untuk menemukan pengetahuan apa yang dapat membantu klien.

d. untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi mengalami konflik budaya, bentrokan dan

daerah yang terasingkan aibat perbedaan nilai emik dan etik antara klien dan tenaga

kesehatan rofesional.

e. untuk mengidentifikasi perbandingan informasi keperawatan budaya antar klien mengenai

perbedaan atau persamaan budaya, yang dapat dibagi dan digunakan dalam praktek kinis,

pengajaran dan penelitian.

Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

1). Faktor teknologi (tecnological factors)

8

Page 15: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau

mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan

kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan

berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan

kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien

tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi

permasalahan kesehatan saat ini.

2). Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang

amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang

sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di

atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat

adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien

terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang

berdampak positif terhadap kesehatan.

3). Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama

lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan

hubungan klien dengan kepala keluarga.

4). Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan

oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma

budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas

pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :

posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang

digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi

sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan

membersihkan diri.

5). Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

9

Page 16: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala

sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan

keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji

pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan

jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara

pembayaran untuk klien yang dirawat.

6). Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber

material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.

Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan

klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,

biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor

atau patungan antar anggota keluarga.

7). Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam

menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi

pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti

ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi

terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang

perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis

pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri

tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

Perawatan budaya kongruen dicapai dengan menggunakan tindakan secara individual dan

bersamaan untuk menyesuaikan pola perawatan klien agar mendukung klien, diantaranya:

a. Sensus Data

b. Menggunakan Pernyataan

Salah satu masalah pengkajian budaya adalah kurangnya kemampuan untuk

mengkaji lebih dalam dari klien dan menginterpretasikan informasi selama pengkajian.

Untuk mengatasinya diagunakan tiga tipe pertanyaan, yaitu terbuka, fokus dan kontra.

10

Page 17: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

c. Membangun hubungan antara klien dan perawat.

Selain model pengkajian budaya milik Leininger, Giger dan Davidhizar juga memiliki

model pengkajian budaya. Model ini ini dirancang berdasarkan enam fenomena budaya yaitu

komunikasi, ruang, organisasi sosial, waktu, kontrol lingkungan dan budaya. Dalam model

pengkajian budaya Giger dan Davidhizar ada dua poin penting yang perlu diperhatiakan,

yang pertama perhatikan apakah budaya klien telah berasimilasi lalu amati kebudayaan

sendiri, dan setelah itu masukkan data ke dalam rencana asuhan keperawatan.

Menurut Leininger ada 4 panduan pendek kulturlogikal diantaranya :

1. Catat observasi yang dilihat, didengar, atau pengalaman dengan klien.

2. Dengar lalu pelajari mengenai nilai-nilai budaya, kepercayaan dan praktek sehari-hari yang

terkait dengan perawatan kesehatan dalam konteks lingkungan klien

3. Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan pola berulang klien dan narasi dengan apa

yang telah dilihat, didengar dan pengalaman.

4. Mensintesis tema dan pola perawatan berdasarkan informasi pada tahap satu, dua dan tiga.

5. Mengembangkan rencana perawatan budaya-berbasis-perawatan-klien sebagai wakil

pasrtisipan untuk perawatan budaya kongruen.

Perlu diingat, ada beberapa prinsip-prinsip pengkajian budaya yan dikemukakan oleh Efy

Afifah, S.Kp, M.Kes, yaitu:

a. Jangan berasumsi

b. Jangan membuat stereotip

c. Menerima dan memahami metode komunikasi

d. Menghargai perbedaan

e. Menghargai kebutuhan individual

f. tidak membeda=bedakan keyakinan klien

h. menyediakan privacy terkait kebutuhan klien

2.1.4 Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya

Di dalam buku Transkultural concept in nursing care, Andre, M dan Boyle , J,S

(1995) mengatakan bahwa, Instrumen Pengkajian Budaya terdiri dari :

11

Page 18: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

1. Etnisitas

Latar belakang yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap apa yang dia

butuhkan dan apa yang dia lakukan. Dalam budaya etnik, masyarakat biasanya

menganut sesutau yang terlalu berlebihan dalam memeluk suatu paham, misalnya

agama dan bahasa. Namun seseorang dapat juga mengadopsi dari kebudayaan lain.

Etnisitas juga berpengeruh pada pola pekerjaan dan tempat tinggal.

2. Religi

Religi atau keyakinan dalam diri seseorang yang berada diluar kekuatan manusia yang

harus dipatuhi. Dengan adanya religi etnisitas dapat dikaji ulang untuk mendapatkan

klasifikasi yang kongkrit. Religi juga dapat digunakan untuk merumuskan filosofi dan

system melalui system keyakinan.

2.2 Pengaruh budaya terhadap pengobatan dan makanan (etnofarmakologi dan nutrisi)

2.2.1 Pengaruh budaya terhadap pengobatan (etnofarmakologi)

Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural

adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan

dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya

( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –

persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural

dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan

dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan

Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana ,

pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem pengobatan tradisional ini

adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari

pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional

dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.

Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budaya

yang ada di Indonesia diantaranya adalah :

Budaya Jawa

120

Page 19: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

Menurut orang Jawa , “sehat “ adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin .

Bahkan , semua itu berakar pada batin . Jika “ batin karep ragu nututi “ , artinya batin

berkehendak , raga / badan akan mengikuti . Sehat dalam konteks raga berarti “ waras “ .

Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari – hari , misalnya

bekerja di ladang , sawah , selalu gairah bekerja , gairah hidup , kondisii inilah yang

dikatakan sehat . Dan ukuran sehat untuk anak – anak adalah apabila kemauannya untuk

makan tetap banyak dan selalu bergairah main .

Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep personalistik

dan konsep naluralistik . Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh makhluk

supernatural ( makhluk gaib , dewa ) , makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur ,

roh jahat ) dan manusia ( tukang sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini disebut “ ora lumrah “

atau “ ora sabaene “ ( tidak wajar / tidak biasa ) . Penyembuhannya adalah berdasarkan

pengetahuan secara gaib atau supernatural , misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat

dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku , kebendhu , kewalat , kebulisan ,

keluban , keguna – guna , atau digawe wong , kampiran bangsa lelembut dan lain

sebagainya . Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “ wong tuo “.

Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati

penyakit melalui “Japa Mantera “ , yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Ada

beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing –

masing :

a. Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan

dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.

b. Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir ,

patah tulang , jatuh atau salah urat.

c. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “ digawa

uwong “.

d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan

roh halus.

e. Dukun hewan : khusus mengobati hewan

Sedangkan konsep naturalistik , penyebab penyakit bersifat natural dan

mempengaruhi kesehatan tubuh , misalnya karena cuaca , iklim , makanan racun , bisa ,

kuman atau kecelakaan . Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan

130

Page 20: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin , panas , angin atau udara lembab .Oleh

orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “ Lumrah “ atau biasa.

Adapun penyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan , artinya

dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang sehat kembali . Misalnya orang sakit

masuk angin , penyembuhannya dengan cara “ kerokan “ agar angin keluar kembali . Begitu

pula penyakit badan dingin atau disebut “ndrodok” ( menggigil , kedinginan ) ,

penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan air garam dan

dihangatkan dekat api . Di samping itu juga banyak pengobatan yang dilakukan dengan

pemberian ramuan atau “dijamoni“ .Jamu adalah ramuan dari berbagai macam tumbuhan atau

dedaunan yang di paur , ditumbuk , setelah itu diminum atau dioleskan pada bagian yang

sakit. Di samping itu ada juga ramuan tumbuhan lain sebagai pelengkap , misalnya kulit

pohon randu yang sudah diberi mantera.

2.2.2 Pengaruh budaya terhadap makanan (nutrisi)

A. Definisi Makanan

Makanan adalah zat yang kita makan sehari-hari, yang mengandung nilai gizi dan

juga kandungan lain di dalam makanan yang tidak memngandung gizi sama sekali.

Jadi makanan sangat diperlukan oleh tubuh kita untuk mengganti sel-sel yang rusak,

sebagai zat pembangun, dan sebagai sumber energi.

B. Fungsi Makanan

Makanan merupakan kebutuhan primer yang sangat penting bagi tubuh, dalam ilmu

gizi fungsi makanan terdiri dari :

a)    Memenuhi kebutuhan jiwa

  Memberi rasa kenyang

  Memenuhi kebutuhan naluri kepuasan jiwa

  Memenuhi kebutuhan sosial budaya

b)     Sebagai fungsi biologis

  Pemberi tenaga

  Mendukung sel-sel berbentuk pertumbuhan tubuh

  Mendukung pertumbuhan sel-sel / mengganti bagian-bagian sel yang rusak

  Mengukur methabolisme zat-zat gizi / kaseimbangan cairan serta asam basa tubuh

  Sebagai pertahanan tubuh

C. Kualitas Makanan

140

Page 21: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

1)   Makanan Direbus dan Dikukus

Merebus sayuran dapat menghiiangkan vitamin C dan beberapa vitamin B yang

memang bersifat larut air. Merebus dalam waktu lama juga dapat memengaruhi

indeks glikemik makanan. Indeks glikemik adalah besaran angka yang digunakan

untuk mengukur kecepatan makanan diserap tubuh menjadi gula darah. Semakin

tinggi indeks glikemik, semakin cepat dampaknya terhadap kenaikan gula darah.

2)   Makanan Digoreng

Menggoreng akan menambah kalori pada makanan. Meski begitu, menggunakan

minyak dalam jumlah moderat bisa menjadi cara menyehatkan. Selain cepat matang

juga meminimalkan kerusakan akibat panas.

3)   Makanan Dipanggang atau Dibakar

Metode ini merupakan alternatif yang lebih sehat ketimbang menggoreng.

Menggunakan alas memasak dengan rak secara khusus akan efektif terutama untuk

daging olahan. Metode ini merupakan pilihan paling menyehatkan, tetapi perlu

ditekankan bahwa membakar makanan terlalu lama hingga menimbulkan warna

kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia  pencetus kanker.

4)   Dimasak Menggunakan Microwave

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa memasak menggunakan microwave

merupakan cara paling efektif untuk mempertahankan vitamin larut air seperti vitamin

C karena paparan panas berkurang dan sedikit air digunakan. Tetapi, hal ini dapat

merusak antioksidan larut lemak.

5)   Makanan Dipanaskan Kembali

Pada saat dipanaskan kembali akan lebih banyak zat gizi yang rusak. Bila makanan

perlu disimpan, menekankan harus didinginkan dulu dan segera disimpan di lemari es

atau freezer.

D. Definisi Nutrisi

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari

sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan

dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Macam-macam nutrisi bagi tubuh

adalah :

Macam macam nutrisi yg dubutuhkan tubuh :

a)      Vitamin

            Vitamin  adalah zat organik yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi dengan

baik. Vitamin membantu proses zat gizi lainnya dan pembentukan sel darah merah,

150

Page 22: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

hormon, senyawa genetik dan kimia pada sistem syaraf. Kita membutuhkan jumlah

kecil vitamin, kira-kira 1/8 sendok teh per hari. Proses memasak dapat mempengaruhi

vitamin pada makanan. Masak sayuran secepat mungkin dengan sedikit air; daging

dengan dipanggang.

b)      Air

Air melarutkan dan membawa nutrisi ke seluruh tubuh, membantu proses pencernaan,

penyerapan, sirkulasi dan pengeluaran kotoran serta membantu mengatur temperatur

tubuh. Tubuh harus mengganti 2-3 liter air setiap hari untuk melakukan fungsi ini.

c)      Karbohidrat

Ada 2 jenis karbohidrat, biasa dan kompleks. Karbohidrat biasa adalah

gula, glukosa, fruktosa (keduanya berasal dari buah dan sayuran),laktosa (dari susu)

dan sukrosa (dari gula tebu). Karbohidrat kompleks terdiri dari tepung atau serat

makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.

d)     Serat

Serat hanya ditemukan pada makanan yang berasal dari tumbuhan dan melalui alat

pencernaan makanan tanpa diserap. Karena tidak diserap, serat sangat berguna

membantu fungsi tubuh.

Konsumsi harian serat direkomendasikan berkisar 20-30 gram. kita bisa meyakinkan

asupan serat yang cukup dengan makan banyak jenis makanan (mentah lebih baik),

buah dan sayuran (tidak dikupas lebih baik) dan minum banyak air.

e)      Lemak

Lemak menyediakan energi untuk tubuh dalam bentuk kalori dan dengan membawa

vitamin A, D, E dan K. Sumber lemak adalah mentega, kacang, cream, kuning telur,

keju dan daging. Sumber lemak yang lebih sehat adalah dari ikan segar, seperti

salmon atau mackerel. Ini adalah sumber omega-3, yang menurunkan gumpalan darah

dan juga bisa mencegah pengerasan arteri. Mengkonsumsi 2-3 ekor ikan segar tiap

minggu sangat dianjurkan.

f)       Mineral

Mineral berfungsi sebagai pembentukan tulang dan sintesa enzim, pengaturan otot

jantung dan fungsi pencernaan. Tiga macam mineral yang sangat dibutuhkan tubuh

adalah kalsium, phospor dan zat besi.

g)      Kalsium

160

Page 23: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

kalsium adalah mineral yang paling banyak dalam tubuh. Bekerja dengan phospor

membangun dan menjaga tulang dan gigi. Sumbernya adalah susu dan produknya,

keju, sayuran berwarna hijau tua dan kerang.

h)      Phospor

fosfor adalah Mineral kedua terbanyak, melakukan fungsi lebih banyak dari mineral

lainnya dan memainkan peran hampir semua reaksi kimia di tubuh. Sumbernya adalah

semua padi-padian, keju dan susu, kacang, daging, unggas, ikan, kacang dikeringkan

dan buncis dan kuning telur.

i)        Zat besi

fungsi dari zat besi adalah untuk pembentukan myoglobin, yang membawa oksigen ke

jaringan otot dan hemoglobin yang memberi oksigen ke darah. Sumbernya adalah

daging, buncis, sayuran hijau, produk padi yang diperkaya zat besi, kacang dan

kerang. Standar konsumsi zat besi untuk wanita lebih besar dari pria. Selama

kehamilan wanita disarankan mengkonsumsi suplemen zat besi untuk menjaga asupan

yang cukup.

2.3 Analisis kasus

KASUS 5 (Sesuai pokok bahasan 5)

Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun masuk kerumah sakit karena keluhan

perdarahan melalui vagina. Kondisi pasien lemah dan pasien dinyatakan mengalami anemia,

kadar hemoglobinnya 5 g/dL. Pasien direncanakan untuk segera mendapatkan transfusi

darah. Ketika perawat menjelaskan rencana tersebut, pasien menolak karena menurutnya hal

tersebut bertentangan dengan keyakinannya. Perawat berusaha untuk membicarakan hal ini

dengan suami pasien namun suami pasien bekerja di luar kota dan tidak dapat dihubungi.

Pada saat ini pasien hanya ditemani oleh ibunya.

Pertanyaan:

Analisis kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudara

pelajari. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang

sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien dan keluarganya?

170

Page 24: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

Menurut Kelompok Kami, sebagai seorang perawat harus dilakukan hal-hal sebagai

berikkut :

1. Melakukan pengkajian

Dari kasus tersebut, didapatkan data-data sebagai berikut:

a. pasien wanita usia 35 tahun

b. perdarahan melalui vagina

c. kadar Hb rendah, yaitu 5 g/dL

d. menolak transfusi darah karena keyakinannya

e. kondisi pasien lemah

f. suami tidak dapat dihubungi

g. ditemani oleh ibu

2. Melakukan diagnosa keperawatan dan merencanakan asuhan keperawatan dengan

pendekatan transkultural

Dari data-data yang didapatkan, perawat menyusun diagnosa keperawatan dalam

perspektif transkultural. Artinya, diagnosa keperawatan yang disusun untuk kemudian

digunakan sebagai acuan penyusunan rencana asuhan keperawatan harus sesuai dengan

budaya klien agar tidak terjadi cultural shock.

3. Membicarakan rencana asuhan keperawatan kepada ibu klien

Rencana asuhan keperawatan yang dibuat, antara lain transfusi darah, harus dilakukan

kepada keluarga pasien. Karena suami pasien sedang tidak ada dan tidak dapat

dihubungi sedangkan pasien harus mendapat penanganan segera, maka hal ini

disampaikan pada ibu pasien yang menemani. Adanya peran serta keluarga dalam

pemberian asuhan keperawatan sangat penting untuk meningkatkan kondisi klien.

Penyampaian rencana asuhan keperawatan harus menggunakan bahasa yang mudah

dipahami oleh klien dan keluarga klien.

4. Menginformasikan akibat jika klien tidak di transfusi

Perawat berusaha meyakinkan ibu klien bahwa transfusi darah merupakan tindakan

yang sangat penting dan merupakan pilihan utama. Perawat harus menyampaikan hal ini

pada keluarga klien dan pada klien itu sendiri dengan cara yang tepat, agar tidak

terkesan mengancam atau menakut-nakuti.

5. Memberi asupan-asupan nutrisi yang bisa meningkatkan atau menunjang pembentukan

darah.

180

Page 25: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

Selama pasien diberi penjelasan dan diyakinkan mengenai pentingnya transfusi darah,

perawat harus memberi asupan-asupan nutrisi yang dapat mempercepat atau menunjang

pembentukan darah dalam tubuh pasien untuk meningkatkan kadar Hb pasien, di

antaranya adalah zat besi (Fe). Asupan nutrisi dapat berupa makanan, minuman, atau

suplemen, bahkan dapat berupa suntikan. Tentu saja pemberian nutrisi tidak boleh

terlalu berlebihan, karena dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan kesehatan baru

pada pasien.

19

Page 26: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

BAB III

KESIMPULAN

1. Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada studi komparatif dan

analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini berhubungan dengan kepedulian akan

perilaku, keperawatan, dan nilai sehat-sakit, serta kepercayaan mereka.

2. Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009) meliputi : Caring, Cultural

care, Etnosentris, Cultural imposition , Care , Diskriminasi, Cultural Shock , Cultural

pain, Cultural variation, dan Stereotyping .

3. Pengkajian asuhan keperawatan budaya bertujuan untuk menemukan budaya

keperawatan klien, mendapatakan informasi budaya keperawatan secara menyeluruh,

mengidentifikasi daerah yang berpotensi mengalami konflik budaya, dan

mengidentifikasi perbandingan informasi keperawatan budaya antar klien. Sedangkan

komponen-komponen yang memengaruhi pengkajian asuhan keperawatan antara lain

Faktor teknologi, agama dan falsafah hidup, sosial dan keterikatan keluarga, Nilai-nilai

budaya dan gaya hidup, kebijakan dan peraturan yang berlaku, ekonomi, dan Faktor

pendidikan

4. Instrument-instumen dalam pengkajian budaya meliputi Etnisitas dan religi. Dalam

budaya etnik, masyarakat biasanya menganut sesuatu yang terlalu berlebihan dalam

memeluk suatu paham, misalnya agama dan bahasa. Namun seseorang dapat juga

mengadopsi dari kebudayaan lain. Sedangkan dengan adanya religi etnisitas dapat dikaji

ulang untuk mendapatkan klasifikasi yang kongkrit. Religi juga dapat digunakan untuk

merumuskan filosofi dan sistem melalui sistem keyakinan.

5. Pengaruh budaya terhadap pengobatan dapat dilihat dari Kepercayaan Kuno dan Praktik

Pengobatan, budaya Jawa misalnya. Pada kepercayaan budaya Jawa ini biasanya

menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep personalistik

dan konsep naluralistik . Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh

makhluk supernatural, makhluk yang bukan manusia, dan manusia. Penyakit ini disebut

“ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ ( tidak wajar / tidak biasa ) .

6. Pengaruh budaya terhadap makanan akan terlihat dalam kualitas makanan yang akan

dicerna oleh tubuh kita. Makanan Direbus dan Dikukus dapat menghilangkan vitamin C

dan beberapa vitamin B yang memang bersifat larut air. Makanan Digoreng akan

menambah kalori pada makanan. Makanan Dipanggang atau Dibakar merupakan pilihan

paling menyehatkan, tetapi perlu ditekankan bahwa membakar makanan terlalu lama

20

Page 27: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia  pencetus

kanker. Dimasak Menggunakan Microwave merupakan cara paling efektif untuk

mempertahankan vitamin larut air seperti vitamin C karena paparan panas berkurang

dan sedikit air digunakan. Tetapi, hal ini dapat merusak antioksidan larut lemak.

21

Page 28: Web viewMeskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam literatur (Alfonso, 1979 ... hingga menimbulkan warna kehitaman bisa menghasilkan bahan kimia pencetus

DAFTAR PUSTAKA

Sumber :

Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,

Process, and Practices, 7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and

Practice. 7th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

Afifah, Efy. “Ringkasan Materi Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural.

Dalam Keperawatan”. http://

staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/transkulturalnursing.pdf

Bacaan Wajib Modul Transkultural dalam Keperawatan

Novieastari, Enie. “Trans cultural Nursing Care”.

http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/material/ Nursing Perspectivein Transcult .

Andre, M dan Boyle , J,S (1995), Transkultural Concepts in Nursing Care

22