B1 Kelompok 1 Sistem Peliput
-
Upload
ayu-apriliani -
Category
Documents
-
view
593 -
download
81
description
Transcript of B1 Kelompok 1 Sistem Peliput
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF
SEMESTER GENAP 2015 - 2016
SISTEM PELIPUT
Hari / Jam Praktikum : KAMIS, 13.00-16.00
Tanggal Praktikum : 10 Maret 2016
Kelompok : 1
Asisten : 1. MOCHAMMAD INDRA P.
2. RAISSA DWI
Anggota Kelompok
NAMA NPM TUGAS
Ayu Apriliani 260110140078 Pembahasan
Putri Raraswati 260110140079 Pembahasan
Ummi Habibah 260110140080 Data Pengamatan
Ayyu Widyazmara 260110140081 Tujuan, Prinsip, Alat dan
Bahan, Prosedur dan Editor
Anggia Diani A. 260110140082 Pembahasan
Siti Nurrohamah 260110140083 Teori Dasar
Ai Siti Rika F. 260110140084 Pembahasan
Doni Dermawan 260110140107 Teori Dasar
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
I. Tujuan
1. Memahami struktur dan fungsi sistem peliput
2. Memahami beberapa karakteristik sensasi pada kulit
II. Prinsip
1. Sistem Peliput/Sistem Integumen
Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh. Integumen terdiri dari
kulit dan beberapa derivatif kulit terspesialisasi tertentu, antara lain rambut,
kuku, dan beberapa jenis kelenjar (Sloane, 2003).
2. Reseptor
Reseptor adalah suatu struktur yang mampu menerima atau mendeteksi
suatu rangsangan dari luar maupun dalam tubuh. Eksteroreseptor mendeteksi
rangsangan dari luar tubuh berupa panas, dingin, cahaya, tekanan, atau bahan
kimia. Interoreseptor mendeteksi rangsangan di dalam tubuh seperti tekanan
darah dan posisi tubuh (Campbell, 2004).
3. Sensitivitas
Sensitivitas adalah perihal cepat menerima rangsangan atau tingkat
kepekaan (Depdiknas, 2008).
III. Teori dasar
Sistem peliput meliputi kulit, turunan kulit (seperti kuku, kelenjar, dan rambut)
serta beberapa jenis reseptor khusus. Sistem ini sering kali mencakup bagian sistem
organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat
dan produknya. Kata kulit berasal dari bahasa latin “integumentum” yang berarti
penutup (Pearce, 1979).
Kulit sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan sekitar, seperti panas
matahari, debu, dan asap knalpot. Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang
umumnya terdiri dua lapisan utama. Sedangkan derivatif integumen yaitu struktur
tertentu yang secara embriogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit
sebenarnya. Struktur ini dapat berupa struktur yang lunak, seperti kelenjar eksresi,
tetapi dapat juga berupa struktur keras dari kulit ini, dinamakan eksoskelet. Kulit
dibagi menjadi 3 bagian: bagian terluar disebut epidermis, bagian tengah mesodermis
dan bagian bawah disebut hipodermis atau subkutan (Pearce, 1979).
Fungsi utama lapisan epidermis adalah menghasilkan sistem pelindung. Fungsi
penghalang pada stratum corneum terbuat dari lipid yang berlokasi pada ruang
ekstraseluler diantara korneosit. Korneosit mengandung filamen keratin yang
merupakan materi dasar penyusun rambut dan kuku (Madison, 2003).
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin (Perdanakusuma, 2007).
Fungsi kulit diantaranya :
a. Perlindungan
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2
mm saja, padahal kulit memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap
invasi bakteri dan benda asing lainnya (Ethel, 2003).
b. Sensibilitas
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk
memantau secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya. Fungsi
utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan
ringan dan tekanan (atau sentuhan yang berat). Berbagai ujung saraf
bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda
(Ethel, 2003).
c. Keseimbangan air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan
demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari
bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan (Ethel, 2003).
d. Pengaturan suhu
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolism makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang
terutama lewat kulit. Evaporasi dari kulit akan membantu kehilangan panas
lewat konduksi. Panas dihatarkan lewat kulit ke dalam molekul-molekul air
pada permukaan sehingga air tersebut mengisat. Air dari permukaan kulit
dapat berasal dari perspirasi yang tidak terasa, keringat ataupun lingkungan.
(Ethel, 2003).
e. Produksi vitamin
Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang
diperlukan untuk mensintesis vitamin D (kolekalsiferol). Vitamin D
merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan
yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan
menyebabkan deformitas tulang (Morton, 1993).
f. Fungsi respon imun
Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa beberapa sel dermal (sel-sel
Langerhans, interleukin-1 yang memproduksi keratinosit, dan subkelompok
limfosit-T) merupakan komponen penting dalam sistem imun (Ethel, 2003).
Pembuluh saraf terletak di lapisan dermis. Pembuluh saraf terdiri dari ujung saraf
peraba dan ujung saraf perasa. Bagian ujung saraf perasa ini dapat merasakan
rangsangan berupa sentuhan, tekanan, nyeri, dingin, dan panas. Sedangkan ujung
saraf peraba dapat merasakan kasar atau halusnya sesuatu. Ujung saraf ini tidak
tersebar merata ke seluruh permukaan lapisan dermis, contohnya ujung – ujung jari
lebih banyak memiliki ujung- ujung saraf peraba (Freinkel & Woodley, 2001).
Mekanoreseptor dan noiseptor terletak pada lapisan epidermis. Sementara
rangsangan berupa panas, dingin dan tekananan kuat direspon oleh lapisan dermis
(Odland,1991).
Pembuluh darah terletak di lapisan dermis. Pembuluh darah memberi nutrisi
penting untuk kulit, baik vitamin, oksigen maupun zat-zat penting lainnya untuk
metabolisme sel kulit, selain itu pembuluh darah juga bertugas mengatur suhu tubuh
melalui mekanisme proses pelebaran atau dilatasi pembuluh darah bila kita berada
dilingkungan yang hangat, agar tubuh dapat kehilangan panas (Freinkel & Woodley,
2001).
IV. Alat bahan
4.1 Alat
1. Amplas dengan 3 kekerasan yang berbeda
2. Baskom
3. Beaker Glass
4. Jarum
5. Kain Penurup Mata
6. Kapas
7. Mata Uang (Logam)
8. Penggaris
9. Pensil
10. Sendok (Panas dan dingin)
11. Sikat
12. Stopwatch
4.2 Bahan
1. Air Dingin
2. Air Es
3. Air Hangat
4. Etanol
5. Eter
V. Prosedur
5.1 Anatomi
Digambar penampang melintang kulit dengan meruju pada literature lengkap
dengan keterangan bagian-bagian dari struktur kulit.
5.2 Fisiologi
1. Distribusi Resptor
Digambar suatu daerah dengan luas sekitar 2 x 1 cm2 pada beberapa
bagian tubuh yang terdiri dari 20 kota dengan menggunakan pena. Di
dalam daerah tersebut dilakukan sentuhan pelan-pelan dengan bulu sikat
paling sedikit pada 20 tempat yang berbeda, jika dirasakan adanya sensasi
tandai dengan huruf S yang artinya terasa adanya sensasi sentuhan.
Selanjutnya dipanaskan paku dalam air yang bersuhu 40oC atau 50 oC dan
dikeringkan kemudian cari lokasi reseptor panas dan jika dirasakan
sensasi panas diberi tanda P yang artinya sensasi panas. Setelah itu dicari
lokasi reseptor dingin dengan cara sendok direndam dengan air es
kemudian dikeringkan dan dicari sensasi dingin lalu diberi tanda D.
Selanjutnya dilakukan lagi pada daerah yang sama dengan menggunakan
jarum untuk mencari reseptor nyeri, sensasi dirasakan jika reseptor nyeri
distimulasi oleh tekanan ringan yang mewakili shock listrik ringan lalu
tandai tempat reseptor padda daerah tersebut dengan huruf N. Kemudian
dijumlahkan lokasi reseptor untuk tiap sensasi. Prosedur tersebut diulangi
pada daerah-daerah yang lain dan simpulkan apakah ada perbedaan
jumlah reseptor pada daerah-daerah tersebut. Daerah-daerah yang diuji
adalah lengan bawah, daerah lutut dan mata kaki.
2. Variasi kepekaan terhadap tekanan
Percobaan variasi kepekaan terhadap tekanan dilakukan dengan
seorang rekan dengan ditutup matanya. Selanjutnya ditekan ujung pensil
cukup kuat pada suatu titik di kulit sampai ada bekas lalu mintalah
diditunjukan oleh rekan untuk lokasi tekanan tadi. Dicatat jarak dalam
mm antara kedua titik tersebut (jarak antara titik tempat tekanan pensil
dengan titik yang ditujukan oleh rekan). Selanjutnya dilakukan percobaan
ini lima kali pada satu daerah dan dirata-ratakan hasil yang diperoleh.
Diamati apakah lokasi yang ditunjukan oleh membaik pada pengujian
kedua, kedtiga dan seterusnya? Prosedur tersebut dilakukan pada daerah
ujung jari, punggung tangan, lengan atas bagian dalam dan tengkuk. Hasil
pengamatan dicatat dan dibuat table.
3. Adaptasi Reseptor
Hilangnya sensasi disebabkan reseptor beradaptasi terhadap stimulus.
Dengan demikian reseptor tidak membentuk impuls saraf sampai terjadi
perubahan dalam stimulus.
a. Stimulasi Sentuhan
Percobaan dilakukan oleh dua orang dengan mata salah satunya
rekan ditutup. Lalu ditempatkan sebuah mata uang pada kulit
permukaan vertical lengan dan diamati beberapa lama (dalam satuan
detik) sensasi sentuhan berlangsung? Setelah sensasi menghilang,
ditambahkan sebuah mata uang lagi dengan ukuran yang ama di atas
mata uang pertama, apakah sensasi terasa kembali? Berapa lama
(detik) sensasi itu berlangsung?. Setelah sensai menghilang,
ditambahkan sebuah mata uang lagi dengan ukuran yang sama di atas
mata uang pertama dan kedua., apakah sensasi terasa kembali? Berapa
lama (detik) sensasi itu berlangsung?. Diulangi percobaan ini pada
daerah lain dari lengan (pada dua daerah lain yang berbeda).
b. Stimulus Suhu
Dicelupkan jari telunjuk dalam air hangat selama dua menit, lalu
dicelupkan jari telunjuk yang lain ke dalam wadah air hangat yang
sama dan dicatat perbedaab sensasi yang dirasaan pada tiap jari.
Selanjutnya dicelupkan satu jari telunjuk ke dalam air hangat dan jari
telunjuk lain ke dalam air es, setelah dua menit dicelupkan kedua jari
ke dalam air ledeng dingin yang sama. Hasil yang diperoleh diamati
dan dicatat.
c. After Image
Diletakkan pensil di belakang telinga antara kepala dan daun
telinga. Perasaan apakah yang terrasa bila pensil diangkat?
4. Daya Membedakan
Dengan ujung jati, dilakuakn penilaian terhadap benda dari berbagai
tingkat kekerasan (amplas) dan benda dari berbagai bentuk (mata uang,
kunci) yang diberikan oleh rekan. Percobaan dilakukan dengan mata
tertutup dan diulangi prosedur tersebut dengan penilaian terhadap benda-
benda tersebut oleh lengan bawah.
5. Nyeri Acuan
Ditempatkan siku pada air es dan setelah periode waktu tersebut,
dicatat perubahan dalam lokasi sensasi. Apakah lokasi sensasi berubah?
Jika ya, dimana nyeri acuan dirasakan?
6. Pengaturan Suhu Tubuh Melalui Kulit
Kulit digosok dengan kapas yang sudah dibasahi dengan eter, apa
yang anda rasakan?. Lalu diulangi dengan menggunakan etanol, apakah
yang dirasakan sekarang?
VI. Data pengamatan
1. Anatomi
Penampang melintang kulit
2. Fisiologi
2.1 Distribusi reseptor
Dibuat 20 kotak berukuran 2 cm2 dan hasil sensasi yang dirasakan dari
masing-masing kotak.
Keterangan :
a. Bulu sikat S = Sentuhan ;
b. Garpu panas P = Panas ;
c. Garpu dingin D = Dingin ;
d. Jarum N = Nyeri.
Lengan bawah
S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N
S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N
S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N
S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N S/D/N
S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N S/D/N
Mata kaki
S/N/D/P N/D/P N/D/P S/N/D/P
S/N S/N S/N/D S/N/D/P
S/N/D/P S/N/D/P S/N/D/P S/N/D/P
S/N/D/P S/N/D/P S/N/D/P S/N/D/P
S/N/D/P N/P N/D/P S/N/D/P
Lutut
S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N
S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N
S/P/D/N S/P/D/N S/D/N S/P/D/N
S/P/D/N S/P/D/N S/D/N S/D/N
S/P/D/N S/P/D/N S/P/D/N S/D/N
2.2 Variasi kepekaan terhadap tekanan
Dilakukan dengan cara memberikan tekanan bervariasi di tempat yang
berbeda pada tubuh. Pemberian tekanan dengan menggunakan pensil. Hasil
pengujian ini ditentukan dengan menghitung selisih jarak tempat awal
tekanan dengan yang ditunjukkan oleh rekan kita ( jarak kesalahan).
Daerah
stimulan
Jarak kesalahan (mm) Rata-rata
(mm) Percobaan
1 Percobaan
2 Percobaan
3 Percobaan
4 Percobaan
5
Ujung jari 5 0 6 3 0 2,8
Punggung tangan
20 17 5 0 16 11,6
Lengan
bag.atas 23 11 9 12 20 15
tengkuk 10 0 7 20 3 8
2.3 Adaptasi reseptor
2.3.1 sensasi sentuhana
sensasi sentuhan dilakukan dengan cara menambahkan koin hingga 3
tumpuk dengan penambahan secara berkala bedasarkan kemunculan
sensasi kembali dan dilakukan pada beda tempat pada tubuh.
a. Sensasi sentuhan 1: sensaasi awal 1,95 detik
Sensasi sentuhan 2 : terasa kembali 1,72 detik
Sensasi sentuhan 3 : terasa kembali 1,40 detik
b. Sensasi sentuhan 1: sensaasi awal 2,08 detik
Sensasi sentuhan 2 : terasa kembali 1,08 detik
Sensasi sentuhan 3 : terasa kembali 1,20 detik
2.3.2 stimulasi suhu
hal ini dilakukan dengan cara mencelupkan jari kedalam air hangat
dan air dingin sesuai dengan prosedur. Hasil sensasi yang diperoleh :
a. kedua jari panas dan merasa tertekan serta terdapat sensasi
denyutan
b. jari yang dimasukkan ke dalam air hangat terasa tertekan
sedangkan jari yang dimasukkan kedalam air es terasa mati rasa.
Ketika keduanya dimasukkan ke dalam air ledeng jari yang
berasal dari air hangat tidak terlalu terasa sensasi yang berbeda
dari sebelumnya, sedangkan jari yang berasal dari air es terasa
sensasi yang cukup berbeda dari sebelumnya yaitu mulai terasa
kembali sensasi rasa awal.
2.3.3 after image
mula-mula tidak terasa sensasi apapun, setelah pensil diangkat terasa
denyutan akibat pengambilan kembali pensi tersebut.
2.4 daya membedakan
Tipe amplas sensasi
Halus 600 cw Terasa halus, lama-lama kasar
Kasar 400 cw Terasa kasar, lama-lama terasa sakit
Sangat kasar 100 cw Terasa sangat kasar, sakit dan sedikit panas
2.5 nyeri acuan
Lokasi sensasi berubah Ya
Nyeri acuan dirasakan Telapak tangan dan jari-jari tangan
Mula-mula siku terasa dingin, lama kelamaan lokasi sensasi berubah
menuju ke telapak tangan kemudian terasa sedikit sensasi pada jari-jari
tangan.
2.6 Pengaturan suhu tubuh melalui kulit
bahan sensasi
Kapas + eter terasa dingin sekali
Kapas + etanol terasa dingin
VII. Perhitungan
__
VIII. Pembahasan
Setiap manusia dan hewan mempunyai sistem peliput atau kulit, yang bertujuan
untuk merasakan nyeri, pengaturan panas, proteksi, absorpsi dan yang lainnya.
Secara fisiologi kulit dapat merasakan panas, dingin, sentuh dan nyeri dan itu adalah
sensasi kulit. Yang dilakukan dengan menggunakan media sikat, paku, sendok panas,
dan sendok dingin pada lengan bawah, lutut dan mata kaki.
Pada percobaan sensasi kulit di daerah lengan bawah memiliki 20 sentuhan dari
20 sentuhan pada tempat yang berbeda – beda. Pada sensasi kulit di daerah lengan
memiliki 20 sentuhan yang berasa dingin dari 20 sentuhan dingin pada tempat yang
berbeda – beda. Pada sensasi di daerah lengan memiliki 18 sentuhan yang berasa
panas dari 20 sentuhan panas pada tempat yang berbeda – beda. Pada sensasi kulit di
daerah lengan memiliki 20 sentuhan nyeri dari 20 sentuhan nyeri pada tempat yang
berbeda – beda. Rasa sakit atau nyeri bisa membuat sensasi kulit lebih banyak
sehingga kulit lebih banyak terasa sensasinya.
Pada percobaan sensasi dilutut memiliki 20 sentuhan dari 20 sentuhan pada
tempat yang berbeda – beda. Pada sensasi kulit di daerah lutut memiliki20 sentuhan
dingin dari 20 sentuhan pada tempat yang berbeda – beda. Pada sensasi kulit di
daerah lutut memiliki18 sentuhan panasdari 20 sentuhan pada tempat yang berbeda –
beda.Pada sensasi kulit di daerah lutut memiliki 20 sentuhan nyeri dari 20 sentuhan
pada tempat yang berbeda – beda.
Pada percobaan sensasi dimata kaki memiliki 16 sentuhan dari 20 sentuhan pada
tempat yang berbeda – beda. Pada sensasi kulit di daerah mata kaki memiliki 17
sentuhan dingin dari 20 sentuhan pada tempat yang berbeda – beda. Pada sensasi kulit
di daerah mata kaki memiliki 17 sentuhan panas dari 20 sentuhan pada tempat yang
berbeda – beda.Pada sensasi kulit di daerah mata kaki 20 sentuhan nyeri dari 20
sentuhan padatempat yang berbeda – beda.
Dalam percobaan sensasi kulit, seharusnya lebih peka pada daerah antara lutut
dan mata kaki dibandingkan dengan lengan bawah, Karena daerah tersebut lebih peka
terhadap rangsangan. Hal ini dimungkinkan karena membrane kulit kaki cenderung
lebih tipis dibandingkan dengan membran kulit pada tangan.Namun berdasarkan
percobaan di atas reseptor-reseptor untuk panas, dingin, dan sentuhhanya sedikit
dalam organ dalaman (visceral) karena factor letak organ-organ tersebut di dalam,
sedangkan kulit luar( organ luar tubuh ) memiliki kepekaan terhadap segala macam
rangsangan dari luar. Untuk reseptor nyeri terdistribusi secara menyeluruh dan
sensasi ini diperoleh pada kebanyakan organ. Dan juga pada permukaan kulit
distribusi reseptor berbeda dan tidak merata.Pada percobaan reseptor dingin lebih
banyak dibandingkan reseptor panas.Untuk reseptor nyeri lebih banyak dari reseptor
sentuh dikarenakan untuk reseptor rasa nyeri berupa ujung saraf bebas yang terdapat
di seluruh jaringan baik di bagian luar maupun dalam bagian alat dalam sedangkan
reseptor sentuhan berupa korpus Meissner, dan ujung saraf yang melingkari akar
rambut, yang semuanya terdapat di dekat permukaan kulit namun masih berada di
bawah reseptor nyeri.Percobaan pada sensasi kulit ini dikarenakan adanya keberadaan
ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai
rangsangan dari luar.Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti
saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf
perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan
diri kita.Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak
rambut yang menempel di kandung rambut,akan mengerut dan menjadikan bulu roma
atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palityan menempel dikandung rambut
memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut.Sekresi
minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut.Kelenjar keringat
menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori
kulit.
Percobaan yang selanjutnya adalah pengujian variasi kepekaan terhadap tekanan.
Percobaan ini memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kepekaan seseorang ketika
diberikan tekanan pada kulit, dengan demikian dapat dibandingkan antara jarak
tekanan dengan jarak rasa sakit yang ditunjuk oleh seseorang tersebut. Percobaan
variasi kepekaan terhadap tekanan ini dilakukan oleh dua orang praktikan, yaitu satu
orang sebagai pemberi rangsangan atau tekanan dan orang yang kedua sebagai
penerima rangsangan atau tekanan. Pemberian tekanan dilakukan pada empat tempat
yang berbeda, yaitu pada ujung jari, punggung tangan, lengan bagian atas dan
tengkuk. Masing-masing tempat pengujian dilakukan sebanyak lima kali.
Pada saat percobaan variasi kepekaan terhadap tekanan di area ujung jari
dilakukan dengan cara menekankan ujung pensil cukup kuat pada suatu titik dikulit
sampai terdapat bekas tekanan pensil tersebut, setelah itu penerima tekanan
menunjukan lokasi daerah mana yang mengalami tekanan, kemudian catat jarak
antara lokasi tekanan dengan lokasi yang ditunjukan, sehingga dari jarak tersebut kita
dapat megetahui berapa besar jarak kesalahannya.
Pada tekanan yang pertama diperoleh jarak kesalahan sebanyak 5mm, jarak yang
kedua adalah 0 mm, 6mm untuk jarak yang ketiga, dan 3 mm pada jarak yang
keempat serta 0 mm pada jarak yang kelima. Dari hasil ini diperoleh jarak kesalahan
yang beragam ini disebabkan karena pada saat pemberiaan tekanan tidak konstan,
yaitu ada pemberian tekanan yang lama dan pemberian tekanan yang sebentar
sehingga untuk pemberian tekanan yang lama akan menimbulkan rasa sakit yang
cukup kuat sehingga pada saat penunjukan lokasi tekananpun cenderung benar ( jarak
kesalahan = 0 ).
Area yang kedua adalah punggung tangan, percobaan inipun sama dilakukan
sebanyak lima kali dengan prosedur yang sama seperti sebelumnya. Hasil percobaan
diperoleh untuk jarak kesalahan berturut-turut dari yang pertama sampai yang kelima
adalah 20mm,17 mm, 5mm, 0 mm dan 16 mm. Dari hasil tersebut diperoleh jarak
kesalahan yang beragam. Sama seperti percobaan sebelumnya alasan mengapa
diperoleh jarak kesalahan yang beragam adalah karena pemberiaan tekanan tidak
konstan. Namun pada area yang kedua ini terdapat kesalahan jarak yang cukup besar
dari jarak keslahan pada area yang pertama (ujung jari) yaitu 20mm, 17 mm dan 16
mm. Ini disebabkan karena area tangan telah mengalami penyesuaian dengan
tekanan,sehingga rasa sakitpun berkurang dan jarak kesalahanpun semakin besar.
Pada pengujian yang ketiga dilakukan pada daerah lengan bagian atas. Diperoleh
hasil yaitu 23 mm, 11mm, 9 mm, 12 mm, dan 20 mm. Hasil jarak kesalah area ketiga
ini lebih besar dibandingkan dengan jarak kesalahan pada area pertama dan kedua.
Karena telah mengalami banyak tekanan didaerah tangan, tanganpun mengalami
penyesuaian dengan tekanan tesebut sehingga rasa sakit akibat tekanan berkurang dan
jarak kesalahanpun semakin besar, selain itu pemberian tekanan yang tidak
konstanpun akan mempengaruhi besarnya jarak kesalahan tekanan.
Area keempat adalah pada tekuk. Diperoleh hasil yaitu 10 mm, 0 mm, 7 mm, 20
mm, 3 mm. Dari hasil tesebut jika dibandingkan dengan area punggung tangan dan
lengan bagian atas, diperoleh jarak kesalahan yang lebih kecil. Ini disebabkan karena
daerah tekuk belum mengalami tekanan dan belum mengalami penyesuaian, sehingga
rasa sakit yang dirasakanpun akan besar.
Sehingga dari percobaan variasi kepekaan terhadap tekanan dapat kita ketahui
bahwa dalam kepekaan tergantung pada lamanya tekanan, dan penyesuaian area yang
diberikan tekanan. Semakin lama pemberiaan tekanan maka jarak kesalahan akan
semakin kecil, dan semakin banyak tekanan diberikan dalam area yang sama atau
berdekatan maka jarak kesalahan akan semakin besar.
Adaptasi reseptor dalam percobaan kali ini meliputi stimulasi sentuhan, stimulasi
suhu serta after image. Pada stimulasi sentuhan, reseptor yang berperan adalah
reseptor Meissner (reseptor sentuh/peraba) karena pada stimulasi sentuhan ini
dilakukan sentuhan dengan menempatkan uang koin pada kulit permukaan ventral
lengan. Mekanisme terjadi sentuhan pada kulit ini yaitu dimulai dari reseptor
Meissner yang kemudian disusul oleh reseptor Paccini (reseptor tekanan). Korpuskula
Meissner merupakan reseptor peraba pada kulit yang terletak pada papilla dermis,
khususnya pada ujung jari, bibir, putting dan genetalia. Sedangkan reseptor Paccini
terletak pada jaringan subkutan kulit. Ini sebabnya stimulus sentuhan lebih cepat
terasa dibandingkan dengan stimulus tekanan karena letak korpuskula Meissner lebih
atas dibandingkan korpuskula Paccini. Koin yang diletakkan berjumlah tiga dengan
cara diletakkan satu persatu sampai sensasi sentuhan koin sebelumnya hilang. Dari
data pengamatan didapat pada sentuhan koin pertama terasa sensasi sentuhan selama
1,95 detik; sensasi sentuhan kedua 1,72 detik; dan sensai sentuhan ketiga 1,40 detik.
Hal ini dilakukan dua kali pada daerah yang berbeda dengan data yang kedua yaitu
2,08 detik; 1,80 detik; dan 1,20 detik. Terlihat bahwa dari data tersebut waktu untuk
merasakan sensasi sentuhan menurun (lebih singkat). Ini menunjukkan bahwa adanya
adaptasi sensori, yaitu bentuk penyesuaian reseptor terhadap adanya stimulus yang
diberikan secara berulang, sehingga stimulus yang diberikan untuk kedua kali atau
kesekian kalinya sensasinya akan terasa lebih singkat disbanding stimulus yang
diberikan pertama kali ketika kulit dalam keadaan tidak diberi stimulus. Adaptasi
sensori ini berfungsi untuk membantu kulit melakukan penyesuaian terhadap suatu
stimulus yang terjadi ketika adanya perubahan pada lingkungan sehingga kulit tidak
akan merasakan sensasi yang berlanjut yang pada akhirnya memberikan rasa biasa /
nyaman terhadap perubahan yang terjadi.
Pada stimulasi suhu, dilakukan pencelupan salah satu jari pada air hangat selama
dua menit yang kemudian disusul dengan jari yang lain dimasukkan ke dalam air
yang sama. Ujung jari merupakan salah satu bagian kulit yang sangat sensitive
sehingga akan menghasilkan respon yang relative cepat. Terasa perbedaan sensasi
antara kedua jari tersebut dimana jari yang pertama dicelupkan sensasi panasnya
sudah hampir tidak terasa ketika jari kedua dimasukkan. Hal ini terjadi karena jari
yang pertama dimasukkan telah mengalami adaptasi terlebih dahulu dengan suhu
sekitar. Selanjutnya dilakukan pencelupan satu jari ke dalam air hangat dan jari lain
ke dalam air es. Sensasi yang dirasakan terlebih dahulu yaitu stimulus panas
dibandingkan stimulus dingin dikarenakan letak reseptor Ruffini (panas) lebih dekat
dengan permukaan kulit sehingga stimulus panas ditangkap oleh reseptor lebih cepat
dibandingan stimulus dingin. Sensasi yang dirasakan oleh jari yang dicelupkan pada
air hangat yaitu terasa ada tekanan serta ada denyutan sedangkan jari yang
dimasukkan ke dalam air es terasa kebas (mati rasa). Setelah dua menit, selanjutnya
kedua jari tersebut dimasukkan ke dalam air ledeng secara bersamaan. Sensasi yang
dirasakan tidak terlalu terasa pada awal-awal karena masih adanya sensasi dari
tindakan sebelumnya. Lama-kelamaan kedua jari menyesuaikan dengan perubahan
suhu yang terjadi yaitu jari yang berasal dari air hangat mengeluarkan sensasi
panasnya yang kemudian berubah menjadi lebih dingin (mengikuti suhu air ledeng).
Begitu juga dengan jari yang dicelupkan pada air es, jari terasa menjadi lebih hangat
dari sebelumnya yang pada akhirnya sensasi akibat air es tadi menjadi hilang dan
jaripun mengikuti kondisi yang baru (normal). Hal ini juga menunjukkan bahwa telah
terjadi penyesuaian dari kulit terhadap perubahan kondisi sekitar yang menyebabkan
kulit kembali ke keadaan yang biasa (tidak terlalu merasakan keanehan dari
perubahan yang terjadi).
Percobaan yang terakhir pada bagian adaptasi sensori ini yaitu praktek after
image (perasaan seiringan). After image merupakan suatu percobaan yang dilakukan
untuk membuktikan penempatan suatu benda yang konstan pada lokasi kulit tertentu
dengan durasi tertentu akan menyebabkan terjadinya adaptasi sensori. Dari percobaan
didapatkan bahwa ketika pensil yang disimpan diantara daun telinga dan kepala
diambil secara diam-diam (tidak diketahui), maka akan terasa ada sesuatu yang hilang
pada lokasi tersebut. Hal ini dikarenakan daun telinga tersebut telah beradaptasi
dengan adanya pensil diatasnya sehingga ketika pensil tersebut diambil, terasa ada
sesuatu yang berubah dari sebelumnya. Sensasi yang berlangsung secara
berkelanjutan seperti ini disebut sensai beriringan (after image).
Pada saat melakukan percobaan daya membedakan dengan menggunakan
ampelas halus, agak kasar dan kasar. Pada saat menggunakan ampelas halus yang
dirasakan adalah ampelas terasa halus, dan lama – kelamaan terasa kasar, pada saat
melakukan dengan menggunakan ampelas agak kasar yang dirasakan adalah ampelas
terasa kasar dan lama – kelamaan terasa sakit di kulit, pada saat melakukan percobaan
dengan menggunakan ampelas kasar yang dirasakan adalah ampelas terasa sangat
kasar dan lama – kelamaan sangat sakit di kulit.Seorang dapat membedakan ampelas
yang berbeda, hal ini terjadi karena sensasi sentuhan terhadap ampelas yang pertama
telah diingat oleh otak. Begitupun ketika membedakan benda dengan berbagai
bentuk yaitu mata uang dan kunci, hal ini terjadi karena sensasi sentuhan terhadap
benda tersebut masing-masing telah diingat oleh otak Dalam hal ini kulit berfungsi
sebagai reseptor atau penerima stimulus. Sentuhan diterima stimulus yang diteruskan
menuju sistem syaraf pusat, kemudian stimulus yang lain diterima lalu diteruskan
untuk dicocokan dengan sensasi yang telah diterima sebelumnya, yang telah
tersimpan dalam otak. Oleh karena itu, pengamat dapat membedakan tekstur ampelas
yang berbeda. Pada bagian dermis, terdapat Corpus Meissener yang berfungsi sebagai
reseptor sentuhan.
Percobaan yang berikutnya adalah percobaan nyeri acuan. Nyeri acuan
merupakan fenomena asing penerimaan nyeri dalam satu area tubuh jika area lain
menerima stimulus nyeri. Nyeri acuan ini dapat menjadi petunjuk adanya kelainan
pada organ dalam.
Percobaan nyeri acuan ini dilakukan dengan cara menempatkan siku pada wadah
yang berisi air es kemudian tunggu sampai beberapa saat, setelah itu catat perubahan
dalam lokasi sensasi, apakah lokasi sensasi tersebut berubah, dan jika iya maka
diamanakan nyeri acuan tersebut dirasakan.
Pada saat percobaan diperoleh hasil yaitu mula-mula siku terasa dingin lama
kelamaan lokasi sensasi berubah menuju telapak tangan lalu ada sedikit sensasi pada
jari-jari. Dari hasil tersebut dapat kita simpulkan pada saat siku terasa dingin itu
menandakan bahwa saraf yang terdapat pada siku memberikan respon sehingga siku
dapat merasakan sensasi dingin, dan ketika telapak tangan dan jari-jari mengalami
sensasi pula,itu disebabkan karena saraf dari siku yang merespon merambat dengan
cepat kebagian jari-jari tangan dan telapak tangan. Sehingga dapat diartikan bahwa
saraf dari praktikan yang melakukan percobaan ini masih berfungsi dengan baik,
karena dapat merasakan rangsangan dan meresponnya dengan timbulnya rasa dingin
pada daerah yang diberikan ransangan berupa suhu dingin.
Pada saat melakukan percobaan pengaturan suhu tubuh melalui kulit percobaan
dilakukan dengan menggunakan eter dan etanol. Pada saat eter di gosokan pada kulit
terasa dingin dan lama – kelamaan menghilang lalu menyerap dingin pada kulit,
kemudian pada saat etanol di gosokan pada kulit terasa dingin dan menyerap kulit
agak lama di bandingkan dengan eter penyerapan dinginnya lebih cepat.Yang
dirasakan, Eter lebih dingin dirasakan daripada Etanol. Hal ini terjadi karena eter
lebih menyerap panas tubuh untuk menguap. Eter mudah menguap karena titik didih
eter yang relatif rendah. Proses penguapan eter ini sejalan dengan proses pengaturan
suhu tubuh melalui pengaturan pengeluaran keringat yang terjadi. Eter memiliki titik
didih yang sebanding dengan hidrokarbon dengan berat molekul yang sama.Titik
didih dietil eter (MW = 74) adalah 34,6ºC, dan pentana (MW = 72) adalah
36ºC.Alhohol memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan eter atau
hidrokarbon yang sebanding. Titik didih butil alkohol (MW = 74) adalah 117,7ºC.
Molekul-molekul alkohol dapat berikatan satu sama lain melalui ikatan hidrogen,
sementara eter dan hidrokarbon tidak dapat. Meskipun demikian, eter juga dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa seperti air.
IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Stuktur dan fungsi sistem peliput dipahami melalui percobaan anatomi dan
fisiologi berkaitan dengan stuktur lapisan kulit serta macam macam sensasi
yang dihasilkan dari suatu rangsangan.
2. (1) Pada percobaan Fisiologi sensasi kulit, sensasi lebih banyak dirasakan pada
lengan daripada antara matakaki dan lutut. (2)Pada percobaan Fisiologi variasi
kepekaan terhadap tekanan dapat kita ketahui bahwa dalam kepekaan
tergantung pada lamanya tekanan, dan penyesuaian area yang diberikan
tekanan. (3) Pada percobaan Fisiologi Adaptasi reseptor, adanya adaptasi
sensori, yaitu bentuk penyesuaian reseptor terhadap adanya stimulus yang
diberikan secara berulang, sehingga stimulus yang diberikan untuk kedua kali
atau kesekian kalinya sensasinya akan terasa lebih singkat dibanding stimulus
yang diberikan pertama kali ketika kulit dalam keadaan tidak diberi stimulus.
(4) Pada percobaan Daya membedakan, praktikan dapat membedakan ketiga
ampelas yang berbeda permukaannya serta dapat membedakan bentuk yang
berbeda pada mata uang dan kunci. (5) Pada percobaan Nyeri acuan, pada saat
siku terasa dingin itu menandakan bahwa saraf yang terdapat pada siku
memberikan respon sehingga siku dapat merasakan sensasi dingin, dan ketika
telapak tangan dan jari-jari mengalami sensasi pula,itu disebabkan karena
saraf dari siku yang merespon merambat dengan cepat kebagian jari-jari
tangan dan telapak tangan. (6) Pada percobaan Pengaturan suhu tubuh melalui
kulit, yang lebih terasa dingin adalah eter dibanding dengan etanol.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., et al. 2004. Biologi Jilid III Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ethel, S. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Freinkel RK, Woodley D. 2001. The Biology of the Skin. New York: Parthenon Pub.
Group.
Madison, KC. 2003. Barrier Function of the Skin: “la raison d’etre” of the epidermis.
J Invest Dermatol 2003; 121 :231-241.
Morton, T. 1993. Heuristic Scheduling System : with Applications to
Production System and Project Management. Canada : John Wiley & Sons Inc.
Odland, GF. 1991. Structure of the skin. In: Goldsmith LA, ed. Physiology,
Biochemistry, and Molecular Biology of the Skin. 2nd ed. New York : Oxford
University Press.
Pearce, EC. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta : PT.Gramedia.
Perdanakusuma. 2007. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. tersedia
Online di http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1705_ANATOMI%20FISIOLO
GI%20KULIT%20DAN%20PENYEMBUHAN%20LUKA%20Agustus%202007.
pdf [diakses pada tanggal 10 Maret 2016].
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC.