B I.docx

19
B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster. Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik (Erazo-Pagador, 2001). Organisme yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok hama, parasit, dan non parasit. Namun, yang paling

Transcript of B I.docx

Page 1: B I.docx

B I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini

disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang

budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan

sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah

modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan,

pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan

yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih

untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster.

Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang

disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan

dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan penyakit

non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya

penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik

(Erazo-Pagador, 2001).

Organisme yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok hama,

parasit, dan non parasit. Namun, yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit

yang disebabakan oleh parasit. Penyakit yang disebabakan oleh parasit biasanya sulit untuk

dideteksi oleh para petani ikan karena terdapat banyak parasit yang dapat menimbulkan

penyakit dengan gejala yang sama. Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit bergantung pada

beberapa faktor, yaitu umur biota yang sakit, persentase populasi yang terserang penyakit,

parahnya penyakit, dan adanya infeksi sekunder. Parasit yang dapat menyerang organisme

budidaya adalah dari jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik.

Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau kolam yang

tidak terawat.

Faktor lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan yang

dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para petani ikan

karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu, sebagai mahasiswa yang

akan berkecimpung di dunia budidaya perB I

Page 2: B I.docx

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha budidaya perikanan. Hal ini

disebabkan karena wabah penyakit dapat menimbulkan kematian ikan maupun udang

budidaya. Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan

sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan dengan jumlah

modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan,

pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping itu, ikan

yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah dari kondisi normal terlebih

untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi hidup seperti kerapu dan lobster.

Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang

disebabkan oleh infeksi patogen kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan

dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001). Sedangkan penyakit

non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh selain infeksi patogen, misalnya

penurunan kualitas lingkungan, kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik

(Erazo-Pagador, 2001).

Organisme yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari kelompok hama,

parasit, dan non parasit. Namun, yang paling banyak menimbulkan kerugian adalah penyakit

yang disebabakan oleh parasit. Penyakit yang disebabakan oleh parasit biasanya sulit untuk

dideteksi oleh para petani ikan karena terdapat banyak parasit yang dapat menimbulkan

penyakit dengan gejala yang sama. Kerugian yang ditimbulkan oleh parasit bergantung pada

beberapa faktor, yaitu umur biota yang sakit, persentase populasi yang terserang penyakit,

parahnya penyakit, dan adanya infeksi sekunder. Parasit yang dapat menyerang organisme

budidaya adalah dari jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik.

Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau kolam yang

tidak terawat.

Faktor lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah minimnya peralatan

yang dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut. Hal ini sangat membahayakan para petani

ikan karena akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Untuk itu, sebagai mahasiswa

yang akan berkecimpung di dunia budidaya perairan, maka perlu dilatih dasar-dasar untuk

mendeteksi parasit yang menyerang ikan agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

setelah menyelesaikan studinya nanti.

Page 3: B I.docx

1.2  Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum parasit ini adalah:

1.      Untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan

2.      Agar mahasiswa mengetahui cara menanggulangi penyakit pada ikan

3.      Mengetahui gejala klinis ikan yang terserang parasit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut definisinya penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang

abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang

membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Hama merupakan

mikroorganisme atau makroorganisme yang mengakibatkan penyakit atau sering disebut

organisme patogen. Lebih lanjut Afrianto dan Liviawaty (1992), menerangkan bahwa

penyakit merupakan bagian dari siklus hidup suatu organisme yang bersifat parasit yang

menggangu terhadap organisme lain yang ditumpanginya.

Hama dan Penyakit Ikan (HPI) adalah semua organisme yang dapat merusak,

mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada ikan, sesuai dengan Undang-

Undang No. 16 Tahun 1992 pasal 1 ayat 3, sedangkan pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa

Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang

ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam atau tersebarnya di dalam Wilayah

Negara Republik Indonesia.

Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini. Berkaitan dengan upaya

penanggulangan dan pemberantasan penyakit diperlukan informasi mengenai jenis patogen,

jenis ikan yang terserang dan waktu kejadiaannya (Hoffman 1987). Infeksi jamur pada ikan 

biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegniadan Achyla. 

Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai

akibat luka (Ulcer)  atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena

luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu oleh kondisi air akuarium yang

buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap

infeksi jamur.

Page 4: B I.docx

Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur

sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat ini, jamur yang termasuk

berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina yaitu Aphanomyces astacii. Jamur

ini menyebabkan penyakit yang sering disebut EUS (Epizootic Ulcerative Syndrome).

Namun masih jarang sekali jamur ini ditemukan (anonim, 2011).

Protozoa merupakan hewan uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni, diperkirakan

50.000 spesies Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat Protozoa adalah air laut, payau,

air tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup bebas dan

menjadi makanan organisme yang lebih besar. Beberapa Protozoa hidup sebagai parasit,

diantaranya parasit pada ikan, yaitu : Tichodina, Ichthyoptirius, danHeneguya (Suwignyo

dkk., 1997). Parasit Protozoa dapat besifat fakultatif, obligat, ektoparasit dan endoparasit

(Mollers dkk., 1986).

Noble dan Noble (1989), menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya Protozoa

dibedakan atas lima golongan yaitu : Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa,

Ciliophora dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup kelompok Mastighopora yang

menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi semua Protozoa yang memiliki satu

atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam siklus hidupnya.

Sebagian besarMastighopora hidup bebas, ditemukan pada berbagai habitat tetapi

banyak yang bersimbiosis (komensalisme, mutualisme dan parasitisme) dengan vertebrata

dan avertebrata. Mastighopora dibagi dalam tiga kelas, yaitu : Phytomastighopora,

Zoomastighopora dan Opalinata. Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan

adalah Amyloodinium pillularis. 

Parasit ikan yang berasal dari kelas Zoomastighoporaadalah Ichtyobodo necatrix yang

menginfeksi kulit dan insang berbagai ikan air tawar.Cryptobia menginfeksi insang, usus dan

darah ikan air tawar dan air laut (Grabda, 1991). Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani

‘platy’ yang berarti pipih dan ‘helminthes’ yang berarti cacing.

Filum ini merupakan kelompok hewan yang peratama kali memeprlihatkan

pembentukkan lapisan ketiga (mesodermis). Keberadaan mesodermis pada embrio

memungkinkan terbentuknya sebagian besar system organ pada Platyhelminthes.

Terbentuknya mesodermis dan system organ bersamaan dengan pembentukkan daerah

anterior, posterior dan terjadinya simetri bilateral. Tubuh bagian anterior merupakan bagian

yang pertama kali berhadapan dengan lingkungan pada saat berjalan dan mempunyai indera

paling banyak dibandingkan posterior (Suwignyo dkk., 1997).

Page 5: B I.docx

Filum platyhelminthes tidak memiliki organ khusus untuk bergerak. Gerakannya

merupakan akibat dari kontraksi kantung dermomuskular. System reproduksi berkembang

sangat baik dan mengisi hampir seluruh tubuhnya. Filum Platyhelminthes terdiri dari empat

kelas, yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda, 1991).

Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3

golongan yaitu:

1.    Penyakit atau parasit pada kulit.

Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat

dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah

dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi dengan

mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh

serangan organisme-organisme tersebut.

Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara

berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri,

virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak

berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan.

Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan

menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali

menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. 

2.     Penyakit atau parasit pada insang.

Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara

dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk

mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati pola

tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk

bernafas.

Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan

sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin

pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah

terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di

sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.

3.     Penyakit atau parasit pada organ dalam.

Page 6: B I.docx

Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat)

dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan

tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang

sangat kurus.

Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pad usus terjadi

pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya

keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik

tidak terkontrol (Sachlan, 2002).

BAB III

METODOLOGI

3.1  Waktu dan Tempat

Praktikum parasit dan penyakit organisme akuatik dilakukan pada tanggal 26 maret

2011 pukul 16.00 wib s.d selesai. Bertempat di laboratorium Perikanan, fakultas Perikanan

dan ilmu kelautan, universitas Teuku umar.

3.2  Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah lengkap

2 buah, pipet tetes, botol film, mikroskop cahaya, ikan yang sakit, formalin 10%, buku

identifikasi dan aquades. Objep glass.

3.3  Cara Kerja

Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1.      Parasit

a.       Dikoleksi ikan dan udang dari berbagai sumber, TPI (tempat pelelangan ikan), kolam

budidaya, dan tambak.

b.      Untuk ikan yang masih hidup dicatat perilaku ikan dan udang ketika dikolam yang

menunjukkan gejala tidak normal.

c.       Dikoleksi parasit dari bagian eksternal; sisik, sirip, dan insang.

d.      Dibedah ikan dan koleksi parasit dibagian internal: saluran pencernaan, kepala, mata.

e.       Diamati parasit dibawah mikroskop

f.       Diidentifikasi parasit

Page 7: B I.docx

g.      Parasit disimpan kembali dalam botol film yang berisi larutan formalin 10% dan diberi

nama parasit, inang, tanggal pengambilan, dan lokasi sampel.

2.      Jamur

a.       Diambil sampel ikan dan udang yang terinfeksi jamur. Sampel bisa dari telur dan larva

atau ikan dewasa yang menunjukkan gejala terinfeksi jamur (biasanya terdapat hifae di

sekitar tubuh sampel inang)

b.      Diamati tingkah laku ikan di kolam ketika pengambilan

c.       Diamati gejala eksternal dan internal sampel

DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan Parasit. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina

Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Bogor.15 hal

Axelrod, H.R., Warren, E.B., Cliff, W.E.1995. Dr Axelrod’s Mini Atlas of Freshwater

Aquarium Fishes Mini Edition. 1995 edition. TFH Publications Inc. United States

FAO dan NACA. 2001. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases.

Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta.

Diposkan oleh Romi Andrian di 20.48 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke PinterestLink ke posting ini Beranda Langganan: Entri (Atom)

Arsip Blog

▼   2013 (1) o ▼   September (1)

PARASIT PADA IKAN OLEH :NAM : ROMI ANDRIANNIM :09...

Mengenai Saya

Page 8: B I.docx

Romi Andrian Lihat profil lengkapku

airan, maka perlu dilatih dasar-dasar untuk mendeteksi parasit yang menyerang ikan

agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah menyelesaikan studinya nanti.

1.2  Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum parasit ini adalah:

1.      Untuk mengetahui jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan

2.      Agar mahasiswa mengetahui cara menanggulangi penyakit pada ikan

3.      Mengetahui gejala klinis ikan yang terserang parasit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut definisinya penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang

abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang

membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Hama merupakan

mikroorganisme atau makroorganisme yang mengakibatkan penyakit atau sering disebut

organisme patogen. Lebih lanjut Afrianto dan Liviawaty (1992), menerangkan bahwa

penyakit merupakan bagian dari siklus hidup suatu organisme yang bersifat parasit yang

menggangu terhadap organisme lain yang ditumpanginya.

Hama dan Penyakit Ikan (HPI) adalah semua organisme yang dapat merusak,

mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian pada ikan, sesuai dengan Undang-

Undang No. 16 Tahun 1992 pasal 1 ayat 3, sedangkan pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa

Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang

ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam atau tersebarnya di dalam Wilayah

Negara Republik Indonesia.

Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini. Berkaitan dengan upaya

penanggulangan dan pemberantasan penyakit diperlukan informasi mengenai jenis patogen,

Page 9: B I.docx

jenis ikan yang terserang dan waktu kejadiaannya (Hoffman 1987). Infeksi jamur pada ikan 

biasanya disebabkan oleh jamur dari genus Spaprolegniadan Achyla. 

Jamur biasanya hanya akan menyerang jaringan luar tubuh ikan yang rusak sebagai

akibat luka (Ulcer)  atau penyakit lain. Jamur dapat pula menyerang telur ikan. Selain karena

luka, kehadiran jamur dapat pula disebabkan atau dipicu oleh kondisi air akuarium yang

buruk, baik secara fisik maupun kimia. Ikan-ikan berusia tua diketahui sangat rentan terhadap

infeksi jamur.

Pada saat ini, dengan banyaknya fungisida (obat anti jamur), maka serangan jamur

sedikit banyak akan dapat ditangani dengan lebih mudah. Saat ini, jamur yang termasuk

berbahaya dan tergolong Hama Penyakit Ikan Karantina yaitu Aphanomyces astacii. Jamur

ini menyebabkan penyakit yang sering disebut EUS (Epizootic Ulcerative Syndrome).

Namun masih jarang sekali jamur ini ditemukan (anonim, 2011).

Protozoa merupakan hewan uniseluler yang hidup soliter atau berkoloni, diperkirakan

50.000 spesies Protozoa yang sudah teridentifikasi. Habitat Protozoa adalah air laut, payau,

air tawar, daratan yang lembab dan pasir kering. Sebagian besar Protozoa hidup bebas dan

menjadi makanan organisme yang lebih besar. Beberapa Protozoa hidup sebagai parasit,

diantaranya parasit pada ikan, yaitu : Tichodina, Ichthyoptirius, danHeneguya (Suwignyo

dkk., 1997). Parasit Protozoa dapat besifat fakultatif, obligat, ektoparasit dan endoparasit

(Mollers dkk., 1986).

Noble dan Noble (1989), menyatakan bahwa berdasarkan alat geraknya Protozoa

dibedakan atas lima golongan yaitu : Sarcomastighopora, Sarcodina, Apicomplexa,

Ciliophora dan Myxozoa. Sarcomastighopora mencakup kelompok Mastighopora yang

menggunakan flagella sebagai alat geraknya dan meliputi semua Protozoa yang memiliki satu

atau lebih flagel pada seluruh stadia dalam siklus hidupnya.

Sebagian besarMastighopora hidup bebas, ditemukan pada berbagai habitat tetapi

banyak yang bersimbiosis (komensalisme, mutualisme dan parasitisme) dengan vertebrata

dan avertebrata. Mastighopora dibagi dalam tiga kelas, yaitu : Phytomastighopora,

Zoomastighopora dan Opalinata. Phytomastighopora yang bersifat parasit pada ikan

adalah Amyloodinium pillularis. 

Parasit ikan yang berasal dari kelas Zoomastighoporaadalah Ichtyobodo necatrix yang

menginfeksi kulit dan insang berbagai ikan air tawar.Cryptobia menginfeksi insang, usus dan

darah ikan air tawar dan air laut (Grabda, 1991). Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani

‘platy’ yang berarti pipih dan ‘helminthes’ yang berarti cacing.

Page 10: B I.docx

Filum ini merupakan kelompok hewan yang peratama kali memeprlihatkan

pembentukkan lapisan ketiga (mesodermis). Keberadaan mesodermis pada embrio

memungkinkan terbentuknya sebagian besar system organ pada Platyhelminthes.

Terbentuknya mesodermis dan system organ bersamaan dengan pembentukkan daerah

anterior, posterior dan terjadinya simetri bilateral. Tubuh bagian anterior merupakan bagian

yang pertama kali berhadapan dengan lingkungan pada saat berjalan dan mempunyai indera

paling banyak dibandingkan posterior (Suwignyo dkk., 1997).

Filum platyhelminthes tidak memiliki organ khusus untuk bergerak. Gerakannya

merupakan akibat dari kontraksi kantung dermomuskular. System reproduksi berkembang

sangat baik dan mengisi hampir seluruh tubuhnya. Filum Platyhelminthes terdiri dari empat

kelas, yaitu Monogenea, Cestodaria, Cestoda dan Trematoda (Grabda, 1991).

Berdasarkan daerah penyebaran, penyakit atau parasit ikan dapat dibagi menjadi 3

golongan yaitu:

1.    Penyakit atau parasit pada kulit.

Penyakit atau parasit ini menyerang bagian kulit ikan sehingga dengan mudah dapat

dideteksi. Apabila organisme penyebabnya berukuran cukup besar, maka dengan mudah

dapat langsung diidentifikasi. Akan tetapi bila berukuran kecil harus di identifikasi dengan

mempergunakan sebuah mikroskop atau dengan mengamati akibat yang timbulkan oleh

serangan organisme-organisme tersebut.

Biasanya ikan yang terserang akan terlihat menjadi pucat dan timbul lendir secara

berlebihan. Organisme yang menyerang bagian kulit dapat berasal dari golongan bakteri,

virus, jamur atau lainnya. Bila disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak

berwama putih, kelabu atau kehitam-hitaman pada kulit ikan.

Ikan yang mengalami serangan penyakit atau parasit pada kulitnya, biasanya akan

menggosok-gosokkan badannya kebenda-benda disekelilingnya sehingga sering kali

menimbulkan luka baru yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. 

2.     Penyakit atau parasit pada insang.

Penyakit atau parasit yang menyerang organ insang agak sulit untuk dideteksi secara

dini karena menyerang bagian dalam ikan. Salah satu cara yang dianggap cukup efektif untuk

mengetahui adanya serangan penyakit atau parasit pada insang adalah mengamati pola

tingkah laku ikan. Ciri utama ikan yang terserang organ insangnya adalah menjadi sulit untuk

bernafas.

Page 11: B I.docx

Selain itu, tutup insang akan mengembang sehingga sulit untuk ditutup dengan

sempurna. Jika serangannya sudah meluas, lembaran-lembaran insang menjadi semakin

pucat. Sering pula dijumpai adanya bintik-bintik merah pada insang yang menandakan telah

terjadi pendarahan (peradangan). Jika terlihat bintik putih pada insang, kemungkinan besar di

sebabkan oleh serangan parasit kecil yang menempel.

3.     Penyakit atau parasit pada organ dalam.

Ciri utama ikan yang terkena serangan penyakit atau parasit pada organ (alat-alat)

dalamnya adalah terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik. Akan

tetapi dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang

sangat kurus.

Jika pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pad usus terjadi

pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya

keseimbangan badan ikan menjadi terganggu sehingga gerakan berenangnya jungkir balik

tidak terkontrol (Sachlan, 2002).

BAB III

METODOLOGI

3.1  Waktu dan Tempat

Praktikum parasit dan penyakit organisme akuatik dilakukan pada tanggal 26 maret

2011 pukul 16.00 wib s.d selesai. Bertempat di laboratorium Perikanan, fakultas Perikanan

dan ilmu kelautan, universitas Teuku umar.

3.2  Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah lengkap

2 buah, pipet tetes, botol film, mikroskop cahaya, ikan yang sakit, formalin 10%, buku

identifikasi dan aquades. Objep glass.

3.3  Cara Kerja

Adapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1.      Parasit

Page 12: B I.docx

a.       Dikoleksi ikan dan udang dari berbagai sumber, TPI (tempat pelelangan ikan), kolam

budidaya, dan tambak.

b.      Untuk ikan yang masih hidup dicatat perilaku ikan dan udang ketika dikolam yang

menunjukkan gejala tidak normal.

c.       Dikoleksi parasit dari bagian eksternal; sisik, sirip, dan insang.

d.      Dibedah ikan dan koleksi parasit dibagian internal: saluran pencernaan, kepala, mata.

e.       Diamati parasit dibawah mikroskop

f.       Diidentifikasi parasit

g.      Parasit disimpan kembali dalam botol film yang berisi larutan formalin 10% dan diberi

nama parasit, inang, tanggal pengambilan, dan lokasi sampel.

2.      Jamur

a.       Diambil sampel ikan dan udang yang terinfeksi jamur. Sampel bisa dari telur dan larva

atau ikan dewasa yang menunjukkan gejala terinfeksi jamur (biasanya terdapat hifae di

sekitar tubuh sampel inang)

b.      Diamati tingkah laku ikan di kolam ketika pengambilan

c.       Diamati gejala eksternal dan internal sampel

DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin, M. 2004. Diagnostik Pewarnaan Sediaan Parasit. Dalam: Pelatihan Dasar Karantina

Ikan Tingkat Ahli dan Terampil. Pusat Karantina Ikan. Agustus 2004. Bogor.15 hal

Axelrod, H.R., Warren, E.B., Cliff, W.E.1995. Dr Axelrod’s Mini Atlas of Freshwater

Aquarium Fishes Mini Edition. 1995 edition. TFH Publications Inc. United States

FAO dan NACA. 2001. Asia Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases.

Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan, 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta.

Diposkan oleh Romi Andrian di 20.48 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke PinterestLink ke posting ini Beranda Langganan: Entri (Atom)

Page 13: B I.docx

Arsip Blog

▼   2013 (1) o ▼   September (1)

PARASIT PADA IKAN OLEH :NAM : ROMI ANDRIANNIM :09...

Mengenai Saya

Romi Andrian Lihat profil lengkapku