Awan

8
Awan | 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Awan adalah kumpulan titik-titik air dan atau es yang melayang-layang di atmosfer sebagai hasil proses kondensasi yang terdapat pada ketinggian tertentu yang disebabkan karena naiknya udara secara vertikal karena proses pendinginan udara secara adiabatik di atmosfer. Awan bersifat mengabsorsi dan merefleksikan radisi surya dan radiasi dari bumi dapat memanaskan atau mendinginkan suhuudara. Bentuk awan dengan kharateristiknya juga mencerminkan potensi hujan disuatu daerah di permukaan bumi. Butiran air dan es dalam awan membaur secara merata ke berbagai arah seluruh komponen sinar matahari. Pembauran sinar dengan panjang gelombang yang berbeda secara merata itu menghasilkan warna putih. Efek yang diberikan awan terhadap radiasi matahari yang diterima permukaan Bumi sebenarnya kompleks. Tidak sesederhana bahwa ada awan maka suhu udara akan turun. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditarik rumusan masalah yaitu : 1) Bagaimana proses terbentuknya awan ? 2) Apakan semua awan berpotensi menjadi hujan ? 3) Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya awan ? 4) Bagaimana klasifikasi awan ? 5) Bagaimana variasi keawanan yang ada di daratan dan lautan ? 1.3 Tujuan Tujuan disusunnya makalah ini adalah : 1) Mengetahui proses terbentuknya awan. 2) Mengetahui awan yang berpotensi menjadi hujan. 3) Mengetahui faktor yang mempengaruhi terbentuknya awan. 4) Mengetahui klasifikasi awan. 5) Mengetahui variasi keawanan di daratan dan lautan.

description

klimatologi

Transcript of Awan

Page 1: Awan

Awan | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Awan adalah kumpulan titik-titik air dan atau es yang melayang-layang di

atmosfer sebagai hasil proses kondensasi yang terdapat pada ketinggian tertentu yang

disebabkan karena naiknya udara secara vertikal karena proses pendinginan udara

secara adiabatik di atmosfer. Awan bersifat mengabsorsi dan merefleksikan radisi surya

dan radiasi dari bumi dapat memanaskan atau mendinginkan suhuudara. Bentuk awan

dengan kharateristiknya juga mencerminkan potensi hujan disuatu daerah di permukaan

bumi.

Butiran air dan es dalam awan membaur secara merata ke berbagai arah seluruh

komponen sinar matahari. Pembauran sinar dengan panjang gelombang yang berbeda

secara merata itu menghasilkan warna putih. Efek yang diberikan awan terhadap radiasi

matahari yang diterima permukaan Bumi sebenarnya kompleks. Tidak sesederhana

bahwa ada awan maka suhu udara akan turun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditarik rumusan masalah yaitu :

1) Bagaimana proses terbentuknya awan ?

2) Apakan semua awan berpotensi menjadi hujan ?

3) Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya awan ?

4) Bagaimana klasifikasi awan ?

5) Bagaimana variasi keawanan yang ada di daratan dan lautan ?

1.3 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah :

1) Mengetahui proses terbentuknya awan.

2) Mengetahui awan yang berpotensi menjadi hujan.

3) Mengetahui faktor yang mempengaruhi terbentuknya awan.

4) Mengetahui klasifikasi awan.

5) Mengetahui variasi keawanan di daratan dan lautan.

Page 2: Awan

Awan | 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Awan

Awan adalah Hydrometeor yang jauh dari permukaan bumi.

Awan adalah kumpulan dari partikel cair atau butir-butir salju atau campuran

keduanya yang mengambang di atmosfer pada tempat dan waktu tertentu

Pada saat-saat tertentu , kabut yaitu uap air yang berada di suatu tempat dapat naik

dan akan menyebabkan atau membentuk awan stratus yang disebabkan oleh

pemanasan matahari sehingga arus naik menjadi cepat.

Jadi secara umum, pengertian awan adalah kumpulan tetes-tetes air atau butir-butir es

atau kedua-duanya yang mengembang di atmosfer pada suatu tempat dan waktu

tertentu.

2.2 Proses Terbentuknya Awan

Awan dapat terbentuk jika terjadi kondensasi uap air di atas permukaan bumi.

Udara yang mengalami kenaikan akan mengembang secara adiabatik karena tekanan

udara di atas lebih kecil daripada tekanan di bawah. Partikel-partikel yang disebut

dengan aerosol inilah yang berfungsi sebagai perangkap air dan selanjutnya akan

membentuk titik-titik air. Selanjutnya aerosol ini terangkat ke atmosfer, dan bila

sejumlah besar udara terangkat ke lapisan yang lebih tinggi, maka ia akan mengalami

pendinginan dan selanjutnya mengembun. Kumpulan titik-titik air hasil dari uap air

dalam udara yang mengembun inilah yang terlihat sebagai awan. Makin banyak udara

yang mengembun, makin besar awan yang terbentuk.

2.3 Sifat Butiran Awan

Butiran awan memiliki sifat sebagai berikut :

a. Tidak semua awan yang terbentuk berpotensi menjadi hujan.

b. Awan yang berpotensi menjadi hujan adalah :

o Berdiameter > 50 .

o Kecepatan jatuh 70 cm/s.

Kecepatan jatuh berhubungan dengan up-draff (uf) :

- Jika uf sama dengan gravitasi, maka tidak terjadi hujan.

- Jika uf kurang dari grafitasi, maka terjadi hujan.

Page 3: Awan

Awan | 3

c. Jika sebuah awan tumbuh secara kontinue maka puncak awan akan melewati

isotherm 0 .

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Awan

a. Pengaruh radiasi.

Pemanasan matahari terhadap udara menyebabkan udara panas bersifat ringan, dan

terjadilah aliran udara panas ke atas (konvergen).

b. Pengaruh gerakan udara vertikal.

Awan terbentuk karena adanya perbedaan kerapatan udara.

c. Pengaruh topografi.

Massa udara panas dipaksa naik oleh karena adanya penghalang permukaan bumi

(gunung atau pengunungan).

2.5 Klasifikasi Awan

Berdasarkan pada morfologinya, awan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Awan Cumulus

Awan yang bentuknya bergumpal-gumpal dan dasarnya horizontal.

2. Awan Stratus

Awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata.

3. Awan Cirrus

Awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti bulu burung.

Sedangkan berdasarkan pada ketinggiannya, awan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Awan Rendah

Terdiri dari awan Stratokumulus, awan Nimbostratus dan awan Stratus.

Terletak kurang daripada 3000 meter dari muka bumi.

a. Stratokumulus

Stratokumulus (Sc) ialah awan berwarna kelabu/putih yang terjadi apabila

bahagian puncak awan kumulus yang terbentuk pada waktu petang

menghampar dibawah songsangan suhu. Awan-awan ini terjadi pada lewat

petang dan senja apabila atmosfera mula menjadi stabil. Warna

kekuningan muda adalah disebabkan pantulan sinaran suria pada waktu

senja. Stratokumulus juga akan boleh terjadi tanpa penghamparan awan

kumulus.

Page 4: Awan

Awan | 4

b. Nimbostratus

Awan Nimbostratus gelap dan mempunyai lapisan-lapisan jelas dan

dikenali juga sebagai awan hujan

c. Stratus

Stratus ialah awan berupa cebisan kain koyak terbentuk dalam udara

lembab bergelora pada paras rendah atmosfera selepas hujan. Warna

kekuningan muda latar belakang adalah disebabkan oleh pantulan sinaran

suria waktu senja oleh sirrostratus yang terjadi selepas aktiviti ribut petir

pada waktu petang. Awan Stratus sangat rendah, tebal dan berwarna

kelabu.

2. Awan Sederhana Tinggi

Tediri dari awan Altokumulus dan Altostratus.

Letaknya antara 3000 hingga 6000 meter dari muka bumi

a. Altokumulus

Awan Altokumulus berkepul-kepul, tidak rata dan berlapis.Awan itu

menandakan keadaan cuaca yang baik. Tiap-tiap elemen nampak jelas

tersisih antara satu sama lain dengan warna keputihan dan kelabu yang

mana membedakannya daripada Sirokumulus.

b. Altostratus

Altostratus(As), awan kekelabuan (bergantung kepada ketebalan)

peringkat pertengahan yang menghasilkan hujan apabila cukup tebal.

Awan-awan ini terjadi dalam lapisan atmosfera stabil dan boleh menjadi

tebal apabila cukup kelembapan dan penyejukan. Hujan berterusan pada

waktu senja dan malam selepas aktiviti ribut petir pada lewat petang dan

senja adalah disebabkan perkara ini. Awan-awan di atas terbentuk pada

waktu senja dan malam hari terdahulu, mula menghilang apabila matahari

terbit pada awal pagi. Awan Altostratus lebih padat, berwarna kelabu dan

kelihatan seperti air.

3. Awan Tinggi

Terdiri dari awan Sirus, Sirokumulus dan Sirostratus

a. Sirus

Awan Sirus(Ci) ditiupkan angin timuran yang bergelora. Awan ini

berwarna putih dengan pinggiran tidak jelas. Awan Sirus kelihatan seperti

kapas tipis dan awan ini menunjukkan cuaca agak cerah.

Page 5: Awan

Awan | 5

b. Sirokumulus

Awan Sirokumulus kelihatan seperti sisik ikan.

c. Sirostratus

Awan Sirostratus ialah awan putih yang tipis

4. Awan yang Tinggi ke Atas

Terdiri dari awan Kumulus dan awan Kumulonimbus.

Letaknya kira-kira 6000 hingga 9000 meter dari muka bumi.

a. Kumulus

Pandangan jarak dekat awan Kumulus yang sedang berkembang aktif pada

lewat pagi dan awal petang disebabkan pemanasan permukaan tanah dan

perolakan. Awan-awan itu kelihatan seperti ‘popcorns’ dengan tepian

nyata(clear outline). Warnanya putih pada puncak kerana semua

gelombang sinar suria dipantulkan pada kadar yang sama. Warna gelap itu

disebabkan oleh penembusan terhad sinar suria dan juga kadar serapan

yang bertambah terhadap gelombang selebihnya kerana titisan air besar.

Dengan kandungan kelembapan dan penaikan udara mencukupi, awan-

awan ini tumbuh tinggi dan menghasilkan hujan panas. Dalam keadaan

ketidakstabilan udara yang mendalam, ribut petir berlaku pada waktu

petang atau lewat petang Awan Kumulus terbentuk kelompok-kelompok

bulat

b. Kumulonimbus

Pemandangan jarak jauh deretan awan Kumulonimbus (Cb) . Awan-awan

ini tinggi berwarna putih / gelap. Tapaknya terletak pada ketinggian kira-

kira 1000 kaki manakala puncaknya boleh mencapai ketinggian melebihi

35000 kaki. Pembentukan deretan awan ini merupakan satu ciri biasa pada

awal pagi Monsun Barat Daya. Kedudukan Sel-sel Cb yang begitu rapat

menyebabkan awan-awan itu kelihatan bersambung. Warna kuning

keemasan itu disebabkan pantulan sinar suria pagi yang sedang terbit di

timur. Awan nipis berbentuk topi kelihatan diatas puncak awan Cb

menunjukan kewujudan udara stabil mengalir diatas puncak awan itu (Cb).

Awan-awan Cb ini kerap bergerak masuk ke pedalaman melalui kawasan

pantai pada peringkat akhir Monsun Barat Daya. Apabila ketidakstabilan

atmosfera mencapai lebih tinggi, awan-awan ini membawa hujan lebat dan

ribut petir kepada kawasan terlibat.

Page 6: Awan

Awan | 6

Awan Kumulonimbus berbentuk kelompok-kelompok besar. Kelompok-

kelompok yang berwarna putih dan hitam ini mempunyai bentuk dan rupa

yang beranekaragam. Awan membawa hujan yang disertai dengan kilat

dan petir.

2.6 Variasi Keawanan

2.6.1 Variasi Keawanan di atas Daratan.

o Keawanan maksimal.

Terjadi siang sampai sore hari yg diakibatkan oleh proses konveksi

terutama di daerah tropis.

o Keawanan minimal.

Terjadi malam hr ketika udara mulai stabil karena turunnya suhu

permukaan bumi.

o Keawanan maksimal sekunder.

Berasal dari kabut pagi yg naik, sering terjadi di daerah benua terutama di

atas lembah dan danau.

2.6.2 Variasi Keawanan di atas Lautan.

o Keawanan maksimal.

Terjadi pada malam hari pada saat ketidakstabilan meningkat karena

adanya pendinginan (pelepasan energi melalui radiasi) dari puncak awan.

o Keawanan minimal.

Terjadi menjelang matahari terbit, pada saat terjadi absorbsi radiasi

langsung oleh lapisan-lapisan udara yang rendah sehingga awan-awan

rendah menghilang (menguap kembali).

Page 7: Awan

Awan | 7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

Awan adalah kumpulan tetes-tetes air atau butir-butir es atau kedua-duanya yang

mengembang di atmosfer pada suatu tempat dan waktu tertentu.

Awan terbentuk karena adanya kumpulan titik-titik air hasil dari uap air dalam udara

yang mengembun.

Untuk menjadi hujan, awan harus memenuhi kriteria tertentu.

Pembentukan awan dipengaruhi oleh faktor radiasi, gerakan udara vertical dan

topografi.

Awan diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan ketinggian.

Berdasarkan morfologi, awan diklasifikasikan menjadi awan cumulus, stratus, cirrus.

Berdasarkan ketinggian, awan diklasifikasikan menjadi awan rendah, sederhana

tinggi, tinggi dan tinggi ke atas.

Variasi awan yang terjadi diatas daratan dan lautan berbeda, terutama pada waktu

terjadinya.

3.2 Saran

Disarankan untuk para pembaca agar katika setelah membaca pembahasan diatas

harap untuk ilmunya saling mengamalkan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Page 8: Awan

Awan | 8

DAFTAR PUSTAKA

Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB.

Benyamin, Lakitan. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Effendi, Manan dan Anang Suhardianto. 1999. Klimatologi Pertanian. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Ward, A.G., dan A. Courts editors. 1977. The Science and Technology of Gelatin. New York:

Academic Press.