file · Web viewupaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan pemahaman matematika pada...

52
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA PADA SUB MATERI STATISTIKA MELALUI METODE ARTICULATION LEARNING (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas XI IA Semester Gasal SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun 2011/2012) OLEH : AWALLYSA KUMALA SARI (A 410 080 246) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 1

Transcript of file · Web viewupaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan pemahaman matematika pada...

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA PADA SUB

MATERI STATISTIKA MELALUI METODE

ARTICULATION LEARNING

(PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas XI IA

Semester Gasal SMA Muhammadiyah 2 Surakarta

Tahun 2011/2012)

OLEH :

AWALLYSA KUMALA SARI (A 410 080 246)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN MATEMATIKA PADA SUB MATERI STATISTIKA

MELALUI METODE ARTICULATION LEARNING

(PTK Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas XI IA Semester Gasal

SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun 2011/2012)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat

modernisasi segala bidang , berbagai perkembangan itu semakin kuat

sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi. Untuk itu mutlak

diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten.

Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing untuk menghadapi

tantangan di era globalisasi. Salah satu upaya membina dan membangun

sumber daya manusia yang tangguh dan dapat diandalkan diantaranya

adalah melalui pendidikan formal, pendidikan didalam keluarga maupun

pendidikan dalam lingkungan masyarakat.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

dengan memperbaiki metode pembelajaran. Karena metode pembelajaran

merupakan hal yang utama dalam pendidikan. Dalam proses pembelajaran

akan selalu berkaitan dengan peran guru sebagai pendidik. Peran guru

tidak hanya mentransfer ilmunya kepada siswa tetapi juga mengajak anak

didiknya untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki dengan

memberi contoh yang baik. Sekarang banyak di jumpai guru yang pintar,

bergelar tinggi bahkan sudah sertifikasi, namun dalam menyampaikan

ilmunya kepada siswa belum mampu membuat produktivitas, kreativitas,

dan kemampuan pemahaman siswa berkembang secara optimal.

2

Hal ini terjadi karena guru memilih metode pembelajaran yang

kurang tepat, kurang sesuai dengan kemampuan siswa, dan kurang sesuai

dengan apa yang diinginkan siswa. Metode pembelajaran yang tepat dan

dikatakan berhasil jika dalam proses pembelajaran tersebut memberi

kesempatan siswa untuk memanfaatkan bakat dan kemampuannya.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah mengajar dilakukan

oleh pihak guru sebagai pihak pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh

peserta didik atau murid (Sagala,2006 : 61). Sehingga pada proses

pembelajaran terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Interaksi

tersebut harus terjalin sebaik mungkin untuk mencapai hasil belajar yang

optimal. Hal ini menyatakan bahwa guru dalam mengajar dituntut keuletan

dan kreatif agar situasi belajar mengajar menjadi lebih efektif dan

menyenangkan.

Dalam proses pembelajaran sering ditemukan bahwa pembelajaran

masih berpusat pada guru. Siswa hanya sebagai pendengar sehingga siswa

menjadi malas mengikuti pelajaran. Siswa menjadi tidak dapat

mengembangkan keterampilan belajarnya, sehingga daya pikirnya

menjadi rendah karena interaksi dalam pembelajarannya pasif. Sikap

anak didik yang pasif tidak hanya pada mata pelajaran tertentu tetapi

hampir terjadi pada semua mata pelajaran termasuk matematika.

Kurangnya kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran

matematika juga disebabkan karena minimnya pemanfaatan media

pembelajaran di dalam kelas. Kurangnya pemanfaatan media

pembelajaran yang menarik, seperti komputer, LCD juga akan

berpengaruh terhadap hasil belajar dan kemampuan pemahaman siswa

dalam mempelajari suatu pelajaran. Di dalam kelas, guru menerangkan

hanya memakai papan tulis saja sehingga siswa difungsikan untuk melihat

dan mendengarkan ceramah guru, berakibat siswa tersebut akan bosan

serta tidak adanya interaksi produktif siswa yang menyenangkan di dalam

kelas.

3

Matematika dipandang sebagai salah satu pelajaran yang sulit dan

sangat menakutkan, sehingga berakibat siswa menghindari pelajaran ini

yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa masih rendah. Salah

satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah

kemampuan pemahaman belajarnya. Kemampuan pemahaman belajar ini

akan timbul ketika siswa ikut berinteraksi aktif dalam pembelajaran. Pada

saat siswa belajar secara aktif, mereka mempunyai rasa ingin tahu

terhadap sesuatu, misalnya dengan cara aktif bertanya. Keterlibatan siswa

secara aktif dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan , sehingga

apa yang dipelajari akan lebih bermakna, dan tertanam di pikiran siswa.

Hal ini dapat membantu dalam mengembangkan daya pikir siswa.

Rendahnya kemampuan pemahaman belajar siswa juga dialami

oleh siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. Faktor yang

menyebabkan rendahnya kemampuan pemahaman belajar matematika di

SMA Muhammadiyah 2 Surakarta adalah pembelajaran matematika yang

terpusat pada guru. Dalam penyampaian materi, guru cenderung monoton

menguasai kelas sehingga siswa kurang leluasa dalam menyampaikan ide-

idenya dalam memecahkan suatu permasalahan matematika. Siswa tidak

dapat berinteraksi secara produktif pada saat proses pembelajaran dan hal

ini akan mempengaruhi kemampuan pemahaman belajar siswa. Karena

siswa terbiasa dengan cara belajar yang monoton dan mengandalkan

orang lain. Akibatnya tujuan pembelajaran matematika tidak tercapai

secara optimal.

Berbagai usaha telah dilakukan guru Matematika di SMA

Muhammadiyah 2 Surakarta dalam mengatasi permasalahan tersebut,

seperti melakukan diskusi tanya jawab dalam kelas. Namun, usaha

tersebut belum dapat merangsang siswa untuk berinteraksi produktif

dalam pembelajaran, karena cenderung beberapa siswa saja yang

menjawab pertanyaan. Sedangkan siswa yang lain hanya mendengarkan

dan mencatat informasi yang disampaikan dari teman.

4

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, hendaknya guru

mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang mampu

merangsang interaksi produktif siswa dalam belajar matematika dan

meningkatkan keterampilan belajar matematika siswa sehingga dapat

mengembangkan kemampuan pemahaman melalui matematika. Dari

metode pembelajaran yang ada, strategi pembelajaran yang menarik untuk

mengatasi permasalahan ini yaitu melalui metode pembelajaran

Articulation Learning.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka, rumusan

masalah secara umum dari penelitian ini yaitu, ”Adakah peningkatan

hasil belajar dan kemampuan pemahaman matematika setelah

menggunakan metode Articulation Learning pada siswa kelas XI IA

SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012?”

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah sebagai alat kontrol yang dapat dijadikan

petunjuk, sehingga penelitian berjalan sesuai dengan apa yang

diharapkan. Secara umun penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan

hasil belajar dan kemampuan pemahaman siswa dalam pembelajaran

matematika.

Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan

proses pembelajaran matematika melalui metode pembelajaran aktif

Articulation Learning dan mendekripsikan peningkatan hasil belajar dan

kemampuan pemahaman matematika siswa setelah menggunakan model

pembelajaran aktif Articulation Learning.

4. Manfaat Penelitian

Sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini

memberikan manfaat utamanya pada pembelajaran matematika,

peningkatan mutu, proses, dan hasil pembelajaran matematika.

a. Manfaat Teoritis

5

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis

dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika

utamanya pada peningkatan hasil belajar dan kemapuan pemahaman

dalam pembelajaran matematika melalui konteks belajar matematika

menggunakan metode Articulation Learning.

Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi kepada strategi pembelajaran di sekolah serta mampu

mengoptimalkan hasil belajar dan kemampuan pemahaman

matematika siswa.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

praktis yaitu:

1) Penulis memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran

matematika menggunakan metode pembelajaran Articulation

Learning dan pengembangan kemampuan pemahaman belajar

matematika siswa.

2) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru, khususnya

guru matematika sebagai salah satu alternatif pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan

pemahaman matematika siswa.

3) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa sebagai objek

penelitian, sehingga diharapkan siswa memperoleh nilai yang

optimal.

5. Definisi Istilah

a. Hasil belajar

Menurut Benjamin S.Bloom dalam (Abdurrahman, 2003:38 )

ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, efektif, dan

psikomotorik. Hasil belajar matematika adalah suatu penilaian dari

proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan

tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang

selamanya. Hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu

6

yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan

merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih

baik khususnya kemampuan siswa dalam mengerjakan latihan mandiri

dalam pembelajaran matematika.

b. Kemampuan Pemahaman Matematika

Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan

penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-

materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan,

namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti

akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga

merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh

guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai

konsep yang diharapkan. Pendidikan yang baik adalah usaha yang

berhasil membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar

bahan yang disampaikan dipahami  sepenuhnya oleh siswa.

c. Metode pembelajaran Articulation Learning

Metode pembelajaran Articulation Learning adalah suatu

metode pembelajran inovatif yang melibatkan semua siswa aktif

dalam proses pembelajaran. Semua siswa aktif terlibat dalam diskusi,

presentasi, dan penugasan, sehingga siswa tidak akan jenuh dalam

pembelajaran di kelas. Siswa saling bekerjasama dalam pemahaman

materi secara berkelompok kemudian dipresentasikan secara

bergantian, sehingga semus anggota kelompok harus menguasai

materi.

B. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

1. Pembahasan Teori

Tinjauan teori yang akan dibahas adalah teori-teori yang berkaitan

dengan variabel-variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Benjamin S.Bloom dalam (Abdurrahman, 2003:

38) ada tiga ranah ( domain ) hasil belajar, yaitu kognitif,

7

efektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Abdurrahman

(2003 : 37 ) mengemukakan bahwa ” hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar ”.

Hasil belajar matematika adalah suatu penilaian dari proses

dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang, serta akan

tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan

hilang selamanya. Hasil belajar turut serta dalam membentuk

pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih

baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik khususnya

kemampuan siswa dalam mengerjakan latihan mandiri dalam

pembelajaran matematika.

Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan pemahaman yang diperoleh anak

setelah melalui proses pembelajaran baik kemampuan dari aspek

kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

b. Kemampuan Pemahaman Matematika

Menurut Herdian (2010), Kemampuan pemahaman

matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran,

memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan

kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu

dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep

materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga

merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang

disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing

siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Menurut

Hudoyo “Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang

disampaikan dapat dipahami peserta didik“. Pendidikan yang

baik adalah usaha yang berhasil membawa siswa kepada tujuan

8

yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang disampaikan dipahami 

sepenuhnya oleh siswa.

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah

understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu

materi yang dipelajari. Lebih lanjut Michener menyatakan

bahwa pemahaman merupakan salah satu aspek dalam

Taksonomi Bloom. Pemahaman diartikan sebagai penyerapan

arti suatu materi bahan yang dipelajari. Untuk memahami suatu

objek secara mendalam seseorang harus mengetahui: 1) objek

itu sendiri; 2) relasinya dengan objek lain yang sejenis; 3)

relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis; 4) relasi-dual

dengan objek lainnya yang sejenis; 5) relasi dengan objek dalam

teori lainnya.

Ada tiga macam pemahaman matematik, yaitu :

pengubahan (translation), pemberian arti (interpretasi) dan

pembuatan ekstrapolasi (ekstrapolation). Pemahaman translasi

digunakan untuk menyampaikan informasi dengan bahasa dan

bentuk yang lain dan menyangkut pemberian makna dari suatu

informasi yang bervariasi. Interpolasi digunakan untuk

menafsirkan maksud dari bacaan, tidak hanya dengan kata-kata

dan frase, tetapi juga mencakup pemahaman suatu informasi

dari sebuah ide. Sedangkan ekstrapolasi mencakup estimasi dan

prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran, gambaran

kondisi dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan

kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai dengan informasi

jenjang kognitif ketiga yaitu penerapan (application) yang

menggunakan atau menerapkan suatu bahan yang sudah

dipelajari ke dalam situasi baru, yaitu berupa ide, teori atau

petunjuk teknis.

9

Bloom mengklasifikasikan pemahaman (Comprehension)

ke dalam jenjang kognitif kedua yang menggambarkan suatu

pengertian, sehingga siswa diharapkan mampu memahami ide-

ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa

kaidah yang relevan. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan

mengetahui bagaimana berkomunikasi dan menggunakan idenya

untuk berkomunikasi. Dalam pemahaman tidak hanya sekedar

memahami sebuah informasi tetapi termasuk juga keobjektifan,

sikap dan makna yang terkandung dari sebuah informasi.

Dengan kata lain seorang siswa dapat mengubah suatu informasi

yang ada dalam pikirannya kedalam bentuk lain yang lebih

berarti.

Pemahaman matematis penting untuk belajar matematika

secara bermakna, tentunya para guru mengharapkan pemahaman

yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman yang bersifat

dapat menghubungkan. Menurut Ausubel bahwa belajar

bermakna bila informasi yang akan dipelajari siswa disusun

sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa sehingga

siswa dapat mengkaitkan informasi barunya dengan struktur

kognitif yang dimiliki. Artinya siswa dapat mengkaitkan antara

pengetahuan yang dipunyai dengan keadaan lain sehingga

belajar dengan memahami.

c. Metode Pembelajaran Articulation Learning

Metode pembelajaran Articulation Learning adalah suatu

metode pembelajran inovatif yang melibatkan semua siswa aktif

dalam proses pembelajaran. Semua siswa aktif terlibat dalam

diskusi, presentasi, dan penugasan, sehingga siswa tidak akan

jenuh dalam pembelajaran di kelas. Siswa saling bekerjasama

dalam pemahaman materi secara berkelompok kemudian

10

dipresentasikan secara bergantian, sehingga semus anggota

kelompok harus menguasai materi.

Menurut Muslimin dkk (2003:3) terdapat 3 macam struktur

tujuan yang telah berhasil diidentifikasi, yaitu:

a. Individualistik : jika siswa yakin dengan usaha mereka

sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan

usaha siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.

b. Kompetitif : siswa dapat mencapai suatu tujuan jika dan

hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan tertentu.

c. Kooperatif : siswa dapat mencapai tujuan mereka jika siswa

lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan

terentu.

Dalam pengertian pembelajaran artikulasi yang

sesungguhnya, proses pembelajarannya adalah siswa

membentuk kelompok berpasangan, kemudian seorang

menceritakan materi yang disampaikan oleh guru dan yang lain

sebagai pendengar setelah itu berganti peran.

Langkah - langkah pembelajaran :

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa tetapi hanya inti

materinya saja.

3. Untuk daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan

dua atau empat orang.

4. Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang

baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil

membuat catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga

kelompok lainnya. Guru juga memberikan tugas kelompok

yang harus diselesaikan secara kelompok.

5. Suruh siswa secara bergiliran / diacak menyampaikan hasil

wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian

11

siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya. Beberapa

kelompok lain menyampaikan hasil penyelesaian tugas dari

guru.

6. Guru mengulangi / menjelaskan kembali materi yang

sekiranya belum dipahami siswa.

7. Kesimpulan / Penutup

Kelebihan :

1. Semua siswa terlibat (mendapat peran).

2. Melatih kesiapan siswa dalam belajar.

3. Melatih daya serap pemahaman siswa dari orang lain.

Kekurangan :

1. Untuk mata pelajaran tertentu saja.

2. Waktu yang dibutuhkan banyak.

3. Materi yang dapat disampaikan pada saat pembelajaran hanya

sedikit.

Langkah-langkah yang diterapkan dalam pembelajaran

Articulation Learning dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Tahap pertama : Berfikir dan perhatian terhadap pelajaaran

Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan

dengan pelajaran, kemudian siswa memikirkan pertanyaan

tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

b. Tahap kedua : Berpasangan atau berkelompok

Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa lain

untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap 1.

Interaksi yang diharapkan dapat berbagi jawaban dari

pernyataan atau ide bila persoalan telah diidentifikasi.

Biasanya oleh guru diberikan waktu 4-5 menit untuk

berpasangan.

c. Tahap ketiga : Presentasi hasil diskusi kelompok

12

Pada tahap akhir guru meminta pada pasangan untuk

presentasi dan berbagi ilmu yang telah dipahami pada seluruh

kelas. Hal ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran

pasangan demi pasangan dengan melanjutkan sampai kurang

lebih seperempat pasangan mendapat kesempatan untuk

melaporkan.

d. Pembelajaran Matematika sub Materi Statistika

STATISTIKA

1. Ukuran Pemusatan Data

a. Mean (Rataan Hitung)

N

No

I

Interval

Kelas

F

Frekuensi

( f i )

Nilai Tengah

( x i )

f i ∙ x i

1 a1−b1 f 1 x1 f 1 ∙ x1

2 a2−b2 f 2 x2 f 2 ∙ x2

3 a3−b3 f 3 x3 f 3 ∙ x3

.

..

k ak−bk f k xk f k ∙ xk

Keterangan : x i=ai+bi

2

Untuk data yang disajikan dalam daftar distribusi

frekuensi data berkelompok, maka rataan hitungnya dapat

ditentukan dengan rumus :

x=∑i=1

k

f i x i

∑i=1

k

f i

13

dengan : ∑i=1

k

f i ∙ x i = Jumlah perkalian frekuensi dengan nilai

tengah.

∑i=1

k

f i = Jumlah frekuensi data

b. Median

Untuk data yang disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi, maka mediannya dapat ditentukan dengan

rumus :

M e=tb+¿( 1

2n−f k

f )c¿

dengan : t b=¿ Tepi bawah kelasyang memuat median

n = Jumlah seluruh frekuensi

f k=Frekuensikomulatif sebelumkelas median

f = Frekuensi kelas median

c = Panjang interval

c. Modus

Modus untuk data berkelompok dapat ditentukan

dengan rumus sebagai berikut:

M o=t b+( d1

d1+d2) . c

dengan :

t b = tepi bawah kelas modus

d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas

sebelumnya

14

d2= selisih frekuensi kelas modus dengan kelas

sesudahnya

c = panjang kelas

2. Ukuran Letak Data

Kuartil

a. Kuartil (Qi ) untuk Data Tunggal

Terdapat 3 buah kuartil, yaitu :

1) kuartil bawah atau kuartil pertama dilambangkan Q1

2) kuartil tengah atau kuartil kedua atau median

dilambangkan Q2

3) kuartil atas atau kuartil ketiga dilambangkan Q3 .

Dengan pembagian data oleh kuartil-kuartil tersebut,

terdapat:

25% banyaknya datum ≤ Q1

50% banyaknya datum ≤ Q2

75% banyaknya datum ≤ Q3

Kuartil-kuartil dapat ditentukan nilainya jika banyaknya

datum (ukuran data) ¿4. Dengan demikian dapat juga

dikatakan bahwa :

1) Kuartil pertama (Q1), membagi kumpulan data menjadi

14

n nilai datum letaknya ¿Q1 dan 34

n nilai datum

letaknya ¿Q1

15

Definisi :

Kuartil adalah nilai yang membagi data menjadi 4 bagian yang sama banyak, setelah data diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar.

2) Kuartil kedua (Q2), membagi kumpulan data menjadi

24

n nilai datum letaknya ¿Q2 dan 24

n nilai datum

letaknya ¿Q2

3) Kuartil ketiga (Q3), membagi kumpulan data menjadi

34

n nilai datum letaknya ¿Q3 dan 14

n nilai datum

letaknya ¿Q3

Rumus untuk menentukan letak dan nilai kuartil :

Letak Qi=datake i(n+1)4

, i=1 ,2 , 3

Jika ditemukan Qi = data ke abc , ini berarti:

Qi= data ke a + bc (data ke (a + 1) – data ke-a)

Jika bc=1

2 , maka dapat juga digunakan rumus :

Qi= bc (data ke-a + data ke-(a+1))

b. Kuartil untuk Data Berkelompok

Menentukan kuartil untuk data berkelompok, sama seperti

pada data tunggal, yaitu ditentukan dulu letak dari kuartil

yang akan dicari.

Letak Qi=datake i (n+1)4

, i=1 ,2 ,3

Untuk data yang disajikan dalam tabel distribusi data

berkelompok, nilai kuartil ditentukan oleh rumus berikut :

16

Qi=t b+( i4

n−f k

f )∙ c

dengan :

t b = tepi bawah kelas kuartil

n = banyaknya data

f k=frekuensi kumulatif kelas yangnilainyadi bawahkelas

kuartil

f = frekuensi kelas kuartil

c = panjang kelas

i = 1, 2, 3

Desil

a. Desil untuk Data Tunggal

Definisi :

Desil adalah nilai yang membagi data menjadi 10

bagian yang sama banyak, setelah data diurutkan dari yang

terkecil ke yang terbesar. Karena membagi statisik jajaran

menjadi 10 bagian yang sama maka banyaknya desil ada 9

buah.

Untuk menentukan desil digunakan rumus :

Di=x i (n+1 )

10

Dengan :

Di=desilke−i

n = banyaknya datum

17

xi ( n+1)

10=datum pada urutanke− i (n+1 )

10

Jika ditemukan Di = data ke abc , ini berarti:

Di= data ke a + bc (data ke (a + 1) – data ke-a)

b. Desil untuk Data Berkelompok

Untuk data berkelompok, nilai desil dapat ditentukan

dengan menggunakan rumus:

Di=t b+( i10

n− f k

f ) ∙c

Dengan :

Di = desil ke-i

n = banyaknya data

f k = frekuensi kumulatif sebelum Di

f = frekuensi kelas yang memuat Di

c = panjang kelas

i = 1, 2, 3, 4, …, 9

3. Ukuran Penyebaran Data

Ukuran penyebaran atau ukuran dispersi berguna untuk

menunjukkan besarnya perbedaan nilai-nilai dalam suatu

kumpulan data.

Ukuran penyebaran data yang biasa dipakai adalah :

a. Jangkauan data atau rentang data atau range data

Jangkauan (J) atau rentang data adalah selisih antara

nilai data terbesar (xmaks) dan nilai data terkecil (xmin).

18

Dengan:

J = jangkauan

xmaks = nilai data terbesar

xmin = nilai data terkecil

b. Hamparan atau jangkauan antarkuartil

Hamparan (H) atau jangkauan antarkuartil adalah

selisih antara kuartil atas atau kuartil ketiga (Q3) dengan

kuartil bawah atau kuartil pertama(Q1).

Dengan :

H = hamparan

Q1 = kuartil bawah

Q3 = kuartil atas

c. Simpangan kuartil atau jangkauan semi antarkuartil

Simpangan kuartil (Qd) adalah setengah kali panjang

hamparan (H).

d. Langkah

Satu langkah (L) adalah satu setengah kali panjang

suatu hamparan (H).

1. Simpangan rata-rata (deviasi rata-rata)

19

J = xmaks – xmin

H = Q3 – Q1

Qd = 12 . H =

12 (Q3 – Q1)

L = 112 . H =

32 . H =

32 (Q3-Q1)

a. Simpangan rata-rata (deviasi rata-rata) untuk data

tunggal

Pada suatu data kuantitatif x1, x2, x3, …, xn. Simpangan

rata-rata (SR) dirumuskan:

Dengan :

SR = simpangan rata-rata

n = banyak data

xi = nilai tengah ke-i

x = nilai rata-rata

|| = simbol harga mutlak

b. Simpangan rata-rata (deviasi rata-rata) untuk data

berkelompok

Simpangan rata-rata dari data yang disajikan

berkelompok, rumus yang digunakan adalah:

Dengan :

20

Definisi:

Suatu ukuran yang mencerminkan penyebaran setiap nilai data terhadap nilai rata-ratanya.

SR=1n∑i=1

n

( f i|x i−x|)

SR=1n∑i=1

n

|xi−x|

SR = simpangan rata-rata

n = banyak data

fi = frekuensi data ke-i

xi = nilai tengah ke-i

x = nilai rata-rata

2. Ragam (Varians) dan Simpangan Baku

Ragam (Varians)

Simpangan Baku

Jadi, dapat disimpulkan bahwa antara ragam (varians)

dan simpangan baku menunjukkan hubungan yang sama

mengenai nilai rataan suatu data.

a. Ragam (varians) dan Simpangan Baku untuk Data

Tunggal

Ragam (Varians)

Misalnya data x1, x2, x3, …, xn mempunyai rataan x ,

ragam atau varians (S2) dapat ditentukan dengan

rumus :

21

Definisi :

Ragam menyatakan rata-rata kuadrat jarak suatu data terhadap rataannya.

Definisi :

Simpangan baku menunjukkan penarikan akar dari rata-rata kuadrat jarak suatu data terhadap rataannya.

S2=1n∑i=1

n

( x i−x )2

Dengan :

S2 = ragam atau varians

n = banyaknya data

xi = data ke-i

x =rataan hitung

Simpangan Baku

atau

b. Ragam (Varians) dan Simpangan Baku untuk Data

Berkelompok

Ragam (Varians)

Untuk ragam data berkelompok, nilai ragam dapat

ditentukan dengan rumus :

Dengan :

S2 = ragam atau varians

n = banyaknya data (∑ f i )

k = banyaknya kelas ke-i

fi = frekuensi kelas ke-i

22

S=√S2

S=√ 1n∑i=1

n

( xi−x )2

S2=1n∑i=1

k

f i ( x i−x )2

xi = data ke-i

x =rataan hitung

Simpangan Baku

atau

2. KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian terdahulu

dengan peneliti yang dilakukan oleh :

Deni Setyowati (2005) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan RME yang diterapkan, dapat meningkatkan pemahaman

konsep matematika siswa secara berarti. Hal tersebut ditunjukkan oleh

hasil evaluasi terhadap profil kelas sebelum penelitian dan sesudah

penelitian serta tanggapan guru matematika setelah serangkaian tindakan

kelas selesai.

Dani Wahyuningsih (2009) menyimpulkan bahwa pembelajaran

dengan penerapan Problem Based Learning (PBL) mampu meningkatkan

pemahaman dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut ditunjukkan

oleh hasil evaluasi terhadap hasil kerja siswa dalam menyelesaikan

permasalahan yang bervariasi.

Penelitian diatas menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran

sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan metode mengajar

yang sesuai dapat membantu siswa untuk keberhasilan belajarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas peneliti merasa perlu untuk

mengembangkannya supaya hasil belajar matematika siswa meningkat

23

S=√ 1n∑i=1

k

f i ( x i−x )2

S=√S2

dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Adapun

perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang telah ada yaitu

dalam penelitian yang teliti adalah peningkatan kemampuan pemahaman

konsep matematika, bukanlah peningkatan prestasi belajar matematika.

Penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Dalam

penelitian ini lebih menekankan pada hasil belajar dan kemampuan

pemahaman matematika tentang statistika melalui metode pembelajaran

Articulation Learning bagi siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 2

Surakarta.

3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas dapatlah

disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara

atas kesalahan yang timbul. Prosedur penelitian tindakan kelas ini

merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tidakan atau

perbaikan dari rencana tindakan yang terdahulu. Tindakan kelas yang

dilaksanakan berupa pengajaran dikelas secara sistematis dengan

tindakan pengelolaan kelas dengan pendekatan pembelajaran yang tepat

yang mengacu pada perencanaan tindakan yang telah tersusun

sebelumnya.

Pada kondisi awal siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 2

Surakarta mempunyai hasil belajar dan kemampuan pemahaman

matematika yang rendah. Salah satu metode pembelajaran aktif yang

dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa dalam proses

pembelajaran matematika adalah metode pembelajaran Articulation

Learning.

Kondisi akhir yang diharapkan dengan penggunaan metode

Articulation Learning dan proses mengajar adalah dapat meningkatkan

hasil belajar dan kemampuan pemahaman belajar siswa, sehingga akan

memenuhi dan mencapai prestasi belajar yang memuaskan.

Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat

diilustrasikan sebagai berikut :

24

Masalah pemahaman konsep siswa rendah

Perencanaan tindakan

PTK dengan metode pembelajaran

Articulation Learning

Penyelesaian masalah pemahaman

konsep siswa meningkat

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran

tersebut di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan “ Melalui

metode Articulation Learning dapat meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan pemahaman matematika bagi siswa kelas XI IA SMA

Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun 2011/2012”.

C. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaborasi

antara kepala sekolah, guru matematika dan peneliti. Menurut Susilo

(2007 : 16) ”penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang

dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan

penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses

dalam pembelajaran”. Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah

tindakan yang terdiri dari beberapa kegiatan untuk mengatasi masalah

yang terjadi di dalam kelas.

Kegiatan perencanaan awal dimulai dari melakukan studi

pendahuluan. Pada kegiatan ini juga dilakukan diskusi untuk mengetahui

bagaimana cara melakukan pengamatannya. Diskusi bersama antara

25

peneliti dan guru dikembangkan dalam setiap penyusunan perencanaan

berikutnya, dan diskusi berdasarkan hasil siklus yang telah dilakukan.

Pelaksanaan tindakan peneliti adalah peneliti yang berperan

sebagai guru kelas. Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat bersama

antara peneliti dengan guru kelas, peneliti melaksanakan tindakan

pembelajaran matematika dengan penerapan metode pembelajaran aktif

Articulation Learning. Pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan

peneliti bersama guru matematika. Pengamatan dilakukan berdasarkan

pedoman observasi yang telah disiapkan. Kejadian-kejadian penting

selama proses tindakan berlangsung yang bukan termuat dalam pedoman

observasi dibuat catatan lapangan.

Refleksi dilaksanakan oleh peneliti bersama guru matematika.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberi makna, menerangkan dan

menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan

kesimpulan pada kegiatan refleksi ini dibuat, atau tindakan penelitian

dipandang cukup.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IA SMA Muhammadiyah

2 Surakarta yang beralamatkan di Jalan Yosodipuro no. 95 Pasar

Beling, Surakarta. Peneliti mengadakan penelitian di SMA

Muhammadiyah 2 Surakarta dengan pertimbangan bahwa sekolah ini

belum pernah penelitian dengan judul yang sama dengan peneliti.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ajaran

2011/2012. Adapun rincian waktu penelitian sebagai berikut.

Bulan

Kegiatan

September Oktober November Desem

ber

Januari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Perencanaan v v v v v v v v

26

Dialog Awal

Perencanaan

Evaluasi

Refleksi

Pengertian dan Pemahaman

Observasi dan monitoring

Tindakan I

Pelaksanaan v v v v

Analisis Data v v v

Pelaporan v v v v v

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Muhammadiyah 2

Surakarta tahun ajaran 2011/2012, dengan pertimbangan bahwa siswa

pada sekolah ini memiliki kemampuan yang heterogen. Dalam penelitian

ini dipilih satu kelas yaitu kelas XI IA SMA Muhammadiyah 2 Surakarta,

yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 23 orang siswa

perempuan dan 12 orang laki-laki. Pemilihan dan penentuan subyek

penelittian ini berdasrkan pada purposive sampling (sampel bertujuan),

yaitu untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep pada siswa

secara keseluruhan, karena menurut guru matematika, siswa memiliki

kemampuan akademik yang heterogen dan secara keseluruhan

berkemampuan sedang.

4. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Suatu penelitian

yang mengkaji tentang permasalahan dengan ruang lingkup yang tidak

terlalu luas yang berkaitan dengan perilaku seseorang atau kelompok

tertentu disertai permasalahan yang diteliti terhadap dampak perlakuan

dalam rangka mengubah, memperbaiki dan meningkatkan mutu perilaku

yang sedang diteliti. Penelitian ini diharapkan dapat mengasilkan

pembelajaran yang menarik yang mampu meningkatkan tingkat

pemahaman siswa untuk menjamin diperolehnya tujuan yang diinginkan.

Secara singkat tindakan dalam penelitian ini dapat disusun dalam bagan

berikut ini :

27

Gambar 2 Siklus Prosedur Penelitian

Peneliti menggunakan langkah-langkah tindakan yaitu :

1) Dialog Awal

Dialog awal dilakukan dengan mengadakan pertemuan antara

peneliti, guru matematika, dan kepala sekolah bersama-sama

melakukan pengenalan, penyatuan ide dan berdiskusi membahas

masalah dan cara-cara upaya peningkatan kemampuan memahami

konsep statistika.

2) Perencanaan Tindakan Pembelajaran

Perencanaan tindakan ini mengacu pada hasil awal yang telah

dirumuskan sebagai fokus permasalahan. Permasalahan tersebut

dipecahkan dengan menggunakan instrument atau alat dan teknik yang

diperlukan dalam pengumpulan data. Setelah data terkumpul maka

permasalahan dapat teridentifikasi selanjutnya dilakukan analisis data

28

yang kemudian dapat dirumuskan ke dalam suatu kalimat sehingga

terlihat aspek-aspeknya secara jelas.

3) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan berdasrkan pada

perencanaan, namun tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana.

Suatu tindakan yang diputuskan mengandung berbagai resiko karena

terjadi dalam situasi nyata. Oleh karena itu rencana tindakan harus

tentative dan sementara, fleksibel, dan siap ubah sesuai dengan keadaan

yang ada sebagai usaha kearah perbedaan.

4) Observasi

Peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan

data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran,

baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi sekolah. Observasi

hanya mencatat apa yang dilihat dan didengar sekaligus memberikan

penilaian. Observasi ini dilaksanakan dengan menyesuaikan jam

pelajaran di kelasXI IA SMA Muhammadiyah 2 Surakarta pada pokok

bahasan statistika.

5) Refleksi

Refleksi ini dilakukan setiap akhir siklus penelitian. Tetapi jika

ada hal-hal yang mendesak dan perlu penanganan segera, kegiatan

refleksi biasa dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. Pelaksanaan

refleksi ini berupa diskusi yang dilakukan oleh peneliti guru

matematika kelas XI IA SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dan kepala

sekolah untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan.

6) Evaluasi

Evaluasi hasil pengamatan dilakukan untuk mengkaji hasil

perencnaan, observasi dan refleksi penelitian pada setiap pelaksanaan.

Evaluasi dilakukan sebagai upaya menentukan tingkat keberhasilan dan

pencapaian tujuan tindakan. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-

bukti untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian yang telah

dilaksanakan.

29

5. Metode Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas dilakukan bersifat diskriptif kualitatif.

Sumber data yang primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan

siswa yang menerima tindakan, serta sumber data sekunder berupa data

dokumentasi. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, catatan

lapangan, metode tes dan dokumentasi.

1) Metode pokok adalah metode utama yang digunakan dalam

pengumpulan data yang kemudian diolah dan dianalasis. Metode poko

dalam penelitian ini adalah observasi dan test.

a. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

pengamatan kepada tingkah laku pada situasi tertentu

(Sudjana;2005:114). Observasi dijadikan sampel untuk

mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa

dikelas. Sehingga data observasi diperoleh secara langsung dengan

jalan melihat dan mengamati kegiatan siswa, dengan demikian data

tersebut dapat bersifat obyektif dalam melukiskan aspek-aspek

kepribadian siswa menurut keadaan yang sebenarnya serta didalam

menyimpulkan hasil penelitian tidak berat sebelah atau hanya

menekankan pada salah satu segi saja dari kemampuan atau

prestasi matematika siswa.

b. Metode Tes

Metode tes adalah cara pengumpulan data yang

menghadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan kepada subyek

penelitian (Budiyono;2003:38). Dalam penelitian ini tes diujikan

diakhir pembelajaran yang berguna untuk mengetahui tingkat

kemampuan siswa didalam memahami materi.

2) Metode Bantu dalam penelitian adalah berupa metode catatan

lapangan dan dokumentasi.

a. Catatan Lapangan

30

Catatan lapangan yang dipakai oleh peneliti adalah

pengamatan yang berupa pertanyaan tentang semua penelitian yang

diamati, dilihat dan didengar. Setiap catatan pengamatan mewakili

pristiwa yang penting dalam setiap tindakan yang akan

dimaksudkan dalam proposisi suatu konteks. Dalam hal catatan

lapangan yang digunakan dalam catatan pengalaman terhadap

peristiwa-peristiwa penting yang memuat pada saat proses

pembelajaran matematika yang belum terdapat dalam observasi.

Kegiatan catatan pengamatan ini dilkukan peneliti dan guru

matematika.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu metode untuk mencari

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

buku, agenda, dan sebagainya (Arikunto,2002:206). Dokumentasi

digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa serta

foto rekaman proses tindakan penelitian.

6. Instrumen Penelitian

1) Definisi Operasional Istilah

a. Peningkatan

Pada penelitian ini yang dimaksud peningkatan adalah

upaya menjadikan sesuatu menjadi lebih baik sesuai dengan

kondisi-kondisi yang dapat diusahakan, yaitu hasil tindakan

dianalisis dengan metode alur kemudian dibandingkan dengan

kondisi sebelumnya.

b. Pendekatan Pembelajaran Articulation Learning

Metode pembelajaran Articulatioan Learning merupakan

salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang mencerminkan

bahwa belajar dari suatu pengalaman dan partisipasi aktif dalam

kelompok kecil. Adapaun langkah-langkah pembelajaran

Articulation Learning ada 3, yaitu berpikir, berpasangan, dan

berbagi.

31

c. Pemahaman Konsep dalam Matematika

Pemahaman dalam penelitian ini adalah kesanggupan

untuk mengenal fakta, konsep prinsip dan skill. Meletakkan hal-hal

tersebut dalam hubunganya satu sama lain secara benar dan

menggunakannya secara tepat pada situasi. Pemahaman meliputi

penerimaan dan komunikasi secara akurat sbagia hasil komunikasi

dalam pembagian yang berbeda dan mengorganisasi secara singkat

tanpa mengubah pengertian.

Konsep dalam matematika adalah abstrak yang

memungkinkan kita untuk mengelompokkan objek atau kejadian.

Konsep yang tingkat tinggi dapat berupa hubungan antara konsep-

konsep dasar. Konsep dapat dipelajari melalui definisi atau

pengamatan langsung. Disamping itu juga konsep dapat dipelajari

dengna cara melihat, mendengar, mendiskusikan dan memikirkan

tentang bermacam-macam contoh. Anak-anak yang masih berada

dalam tahap opersai konkrit dalam belajar konsep biasanya perlu

melihat dan memegang benda yang dinyatakan oleh konsep itu.

Sedangkan anka dari proses opersional formal mempelajari konsep

melelui diskusi dan memeperhatikan sungguh-sungguh. Seseorang

telah memahami jika orang tersebut telah mampu memisahkan

contoh konsep dan bukan konsep.

d. Prestasi

Prestasi belajar adalah sikap atau perubahan tingkah laku

yang dinyatakan dalam bentuk kemampuan dan keterampilan

sebagai pencerminan hasil belajar yang telah dicapai oleh

seseorang dalam jangka waktu tertentu. Maka prestasi belajar

matematika adalah bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa telah

melalui suatu proses belajar matematika yang menunjukkan

kecakapan dalam menguasai materi pelajaran matematika.

32

Prestasi yang dimaksud dalam penelitian jni adalah skor

atau nilai yang diperoleh siswa melalui tes prestasi belajar pada

materi penyangga.

2) Pengembangan Instrument

Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang telah

digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, maka

dipilih dan ditentukan cara yang tepat untuk mangembangkan validitas

isi yang diperoleh. Dalam penelitian ini akan digunkan teknik

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan suatu yang lain dari luar data itu untuk keperluan.

Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti dan guru

sebagai partner kolaborasi dengan menjaga validitas isi. Berdasarkan

cara pelaksanaan dan tujuan , peneliti menggunakan pedoman catatan

observasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

catatan observasi yang berupa cek list,dimana tindakan untuk masing

masing catatan observasi tersebut adalah: (1). Presentasi kelas, (2).

Diskusi kelompok, (3). Siswa yang bertanya baik kepada guru

maupun kepada siswa lain, (4). Menjawab pertanyaan dan

memberikan pendapat, (5). Mengerjakan soal ulangan yang diberikan

individual, (6). Skor kemajuan individual.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan

tindakan siswa dalam suatu proses pembelajaran matematika, oleh

karena itu penelitian ini juga termasuk dalam penelitian kualitatif.

Kelengkapan lain yang menunjang jalannya pelaksanaan proses

pembelajaran dengan metode Articulation Learning adalah: (1).

Rencana pelaksanaan pembelajaran, (2). Kertas untuk dibagikan

kepada setiap kelompok, (3). Lembar pengamatan terhadap guru dan

siswa, (4). Media pembelajaran yang lain seperti papan tulis, spidol,

power point, dll.

7. Teknik Analisis Data

33

Penelitian ini menggunakan metode model Interaktif Langkah-

langkah analisis data menurut Miles dan Huberman sebagaimana

dikutip oleh Patilima (2005:97-100), adalah sebagai berikut:

a) Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian

dengan melakukan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi

dengan menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang

tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman data pada

proses pengumpulan data berikutnya.

b) Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan,

pengabstrakan, transformasi data kasar yang ada di lapangan

langsung, dan diteruskan pada waktu pengumpulan data. Dalam

penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja, keterkaitan

kegiatan atau tabel.

c) Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti

harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung

di lapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab-

akibat.

8. Keabsahan Data

Keabsahan data menurut Sukmadinata (2005:104) dapat dilakukan

melalui observasi secara terus menerus, trianggulasi sumber, metode, dan

peneliti lain, pengecekan anggota, diskusi teman sejawat, dan pengecekan

referensi. Dalam penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan

observasi secara terus menerus dan trianggulasi data.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian

ini, keabsahan dilakukan dengan trianggulasi sumber, yaitu

membandingkan datahasil pengamatan tes dengan hasil observasi lain.

34

D. DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong. Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2003. Belajar & Faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suharsimi, Arikunto dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Pustaka Book Publisher

Sutama. 2011. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Semarang: Citra Mandiri Utama.

Wahyuningsih, Dani. 2009. “Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa (Pembelajaran Matematika Kelas V SDN 01 Bulukan”. Skripsi. Surakarta: UMS (Tidak Dipublikasikan)

Wahyuningharjanti, Ika. 2007. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep

Berhitung Melalui Metode Drill dengan Umpan Balik.

Surakarta: FKIP UMS (tidak diterbitkan).

35