Autopsi

28
AUTOPSI Pengertian Autopsi berasal dari kata auto : sendiri, dan opsi : lihat. Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan- penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Pemeriksaan luar dan dalam pada mayat untuk kepentingan pendidikan, hukum dan ilmu kesehatan. Jenis Autopsi Berdasarkan tujuannya autopsi dapat dibagi atas 3 jenis: a. Autopsi Anatomi adalah autopsi yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran di bawah bimbingan langsung ahli ilmu urai anatomi laboratorium anatomi fakultas kedokteran. Tujuannya adalah untuk mempelajari susunan jaringan dan organ tubuh dalam keadaan normal. Bahan yang dipakai adalah mayat yang dikirim ke rumah sakit yang setelah disimpan 2 x 24 jam di laboratorium ilmu kedokteran kehakiman tidak ada ahli waris yang mengakuinya. Setelah diawetkan di laboratorium anatomi, mayat disimpan sekurang-kurangnya satu tahun sebelum digunakan untuk praktikum anatomi. Menurut hukum, hal ini dapat dipertanggung jawabkan sebab warisan yang tak ada yang mengakuinya menjadi milik negara setelah tiga tahun (KUHPerdata pasal 1129). Ada kalanya, seseorang

description

Autopsi

Transcript of Autopsi

AUTOPSI

PengertianAutopsi berasal dari kata auto : sendiri, dan opsi : lihat. Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan- penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.Pemeriksaan luar dan dalam pada mayat untuk kepentingan pendidikan, hukum dan ilmu kesehatan.

Jenis AutopsiBerdasarkan tujuannya autopsi dapat dibagi atas 3 jenis:a. Autopsi Anatomi adalah autopsi yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran di bawah bimbingan langsung ahli ilmu urai anatomi laboratorium anatomi fakultas kedokteran. Tujuannya adalah untuk mempelajari susunan jaringan dan organ tubuh dalam keadaan normal.Bahan yang dipakai adalah mayat yang dikirim ke rumah sakit yang setelah disimpan 2 x 24 jam di laboratorium ilmu kedokteran kehakiman tidak ada ahli waris yang mengakuinya. Setelah diawetkan di laboratorium anatomi, mayat disimpan sekurang-kurangnya satu tahun sebelum digunakan untuk praktikum anatomi. Menurut hukum, hal ini dapat dipertanggung jawabkan sebab warisan yang tak ada yang mengakuinya menjadi milik negara setelah tiga tahun (KUHPerdata pasal 1129). Ada kalanya, seseorang mewariskan mayatnya setelah ia meninggal pada fakultas kedokteran, hal ini haruslah sesuai dengan KUHPerdata pasal 935.b. Autopsi Klinik adalah autopsi yang dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi akibat suatu penyakit. Tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti, menganalisa kesesuaian antara diagnosis klinis dan diagnosis postmortem (diagnosis setelah autopsi), pathogenesis penyakit, dan sebagainya.

Autopsi klinik dilakukan pada penderita yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit bertujuan untuk : Menentukan proses patologis yang terdapat dalam tubuh korban. Menetukan penyebab kematian yang pasti. Menentukan apakah diagnosa klinis yang dibuat selama perawatan sesuai dengan hasil pemeriksaan post mortem. Menentukan efektifitas pengobatan yang telah diberikan. Mempelajari perjalanan lazim suatu penyakit. Bermanfaat sebagai pencegahan dalam menghadapi penyakit yang serupa dikemudian hari. Untuk mengetahui kelainan pada organ dan jaringan tubuh akibat dari suatu penyakit.

Autopsi klinis dilakukan dengan persetujuan tertulis ahli waris, ada kalanya ahli waris sendiri yang memintanya.c. Autopsi Forensik/Medikolegal atau bedah mayat kehakiman dilakukan atas permintaan yang berwenang, sehubungan dengan adanya penyidikan dalam perkara pidana yang menyebabkan korban meninggal. Biasanya dilakukan pada kematian yang tidak wajar seperti pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, kecelakaan lalu lintas, keracunan, kematian mendadak dan kematian yang tidak diketahui atau mencurigakan sebabnya.Sebelum melakukan autopsi, pemeriksa harus menyadari tujuan dilakukannya pelayanan untuk kepentingan hukum ini, yaitu : Menentukan sebab kematian yang pasti Mengetahui mekanisme kematian Mengetahui cara kematian Menentukan lama kematian (postmortem interval) Pada korban tak dikenal dilakukan pemeriksaan identifikasi.

Mengenal jenis senjata maupun racun yang digunakan Apakah ada penyakit penyerta diderita oleh korban, Apakah ada tanda-tanda perlawanan dari korban yang berhubungan dengan kematiannya, seperti pada kasus perkosaan. Mengetahui apakah posisi korban telah diubah setela ia mati. Mengumpulkan serta mengenal benda-benda bukti yang berguna untuk penentuan identitas pelaku kejahatan. Pada bayi baru lahir untuk menentukan viabilitas, apakah bayi lahir hidup atau lahir mati. Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk Visum et Repertum.Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada autopsi medikolegal : Tempat untuk melakukan autopsi adalah pada kamar jenazah. Autopsi hanya dilakukan jika ada permintaan untuk autopsi oleh pihak yang berwenang. Autopsi harus segera dilakukan begitu mendapat surat permintaan untuk autopsi. Hal-hal yang berhubungan dengan penyebab kematian harus dikumpulkan dahulu sebelum memulai autopsi. Tetapi harus berdasarkan temuan-temuan dari pemeriksaan fisik. Pencahayaan yang baik sangat penting pada tindakan autopsi. Identitas korban yang sesuai dengan pernyataan polisi harus dicatat pada laporan. Pada kasus jenazah yang tidak dikenal, maka tanda-tanda identifikasi, foto, sidik jari, dan lain-lain harus diperoleh. Ketika dilakukan autopsi tidak boleh disaksikan oleh orang yang tidak berwenang. Pencatatan perincian pada saat tindakan autopsi dilakukan oleh asisten. Pada laporan autpsi tidak boleh ada bagian yang dihapus. Jenazah yang sudah membusuk juga bisa diautopsi.

Dasar Hukum Autopsi ForensikDasar Hukum bagi seorang dokter untuk melaksanakan Autopsi Forensik, yaitu:

a. Pasal 133 KUHAP

1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yg memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.b. Pasal 134 KUHAP

1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.c. Pasal 179 KUHAP

1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

d. Pasal 222 KUHP:

Yang menyatakan barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.e. Instruksi Kapolri No:Ins/E/20/IX/75

Pasal 3Visum et repertum atas mayat, berarti mayat harus dibedah. Sama sekali tidak dibenarkan mengajukan permintaan visum atas mayat berdasarkan pemeriksaan luar saja. Pasal 6Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan bedah mayat, maka adalah kewajiban polisi dan pemeriksa untuk secara persuasif memberikan penjelasan tentang perlunya dan pentingnya autopsi untuk kepentingan penyidikan. Kalau perlu bahkan ditegakkannya pasal 222 KUHP.Faktor Penghambat Autopsi ForensikBerdasarkan kenyataannya pihak kepolisian terdapat beberapa hambatan-hambatan didalam melaksanakan autopsi kehakiman antara lain :

a. Masyarakat kurang mengerti akan autopsi itu sendirib. Masyarakat kurang mengerti tentang administrasi autopsiPersiapan Sebelum AutopsiUntuk menghindari masalah yang dapat timbul sewaktu atau sesudah autopsi, ada beberapa persiapan yang perlu diperhatikan yaitu :a. Permintaan tertulis dari pihak penyidikb. Bila telah ada, lihat kelengkapan isi dan penandatanganan yang berwenang untuk itu.c. Bila belum ada, hubungi segera kepolisian sektor (Polsek) atau kepolisian resort (Polres) yang bersangkutan.d. Permintaan lisan atau per telefon tidak dilayani sampai permintaan tertulis disampaikan.e. Kepastian korban yang akan diperiksaf. Periksa apakah yang akan diautopsi adalah mayat yang dimaksud dalam permintaan visum. Sesuaikan dengan informasi dalam label mayat (kalau ada) kepastian dari keluarga korban (kalau ada).g. Persetujuan keluarga

Menurut KUHP 134 adalah tanggung jawab penyidik untuk menjelaskan perlu dilakukannya bedah mayat. Bila penyidik tidak ada, maka dokter dapat membantu melakukan penjelasan ini kepada keluarga korban.Dalam hal ini, untuk keamanan pemeriksaan, dokter terpaksa mengambil kebijakan untuk meminta keluarga korban menandatangani pernyataan tidak keberatan dilakukan autopsi.h. Keterangan yang mendukung pemeriksaan

Keterangan yang didapat dari penyidik atau keluarga korban sangat menolong dalam pemeriksaan dan akan dilakukan, terutama pada korban mati tiba-tiba, keracunan, luka listrik, dan lain-lain. Demikian pula pemeriksaan di tempat kejadian perkara (TKP) bila dihadiri dokter akan membantu dalam pemeriksaan dan mengambil kesimpulan pemeriksaan.Alat-Alat yang Diperlukan

Secara standar diperlukan berbagai alat/instrumen untuk melakukan autopsi yang dikemas dalam autopsi-set. Secara umum alat-alat yang dipakai meliputi :

a. Pisau bedah mayat (post mortem knife)b. Pisau potong tulang rawan (cartilage knife)c. Pisau untuk memotong jaringan otak (brain knife)d. Gunting usus ( intestinal scissor)e. Gunting bedah (surgical scissor)f. Pinsetg. Sonde tumpulh. Pemotong tulang (bone forceps)i. Gergaji (tulang/kepala)j. Gergaji listrikk. Martil dan pahatl. Timbangan mayat dan timbangan organm. Jarum jahit dan benangn. Gelas ukuro. Meteran pengukur panjangp. Sarung tangan karetq. Botol mulut lebar dengan penutupnyar. Gelas objek dan piring petris. Baskom dan ember

Beberapa alat dasar seperti pisau yang cukup tajam (walaupun pisau dapur misalnya), gunting, pinset, sonde, gergaji besi, sarung tangan karet dan beberapa botol untuk pengiriman bahan serta cairan pengawet serta jarum jahit dan benang sudah memadai untuk pemeriksaan ini. Air yang cukup, kalau bisa mengalir, sangat membantu.Petunjuk Dalam Autopsi Forensik

Ada beberapa petunjuk yang harus dipahami dokter dalam melakukan autopsi forensik yaitu :a. Pemeriksaan harus dilakukan pada siang hariPemeriksaan di bawah sinar lampu bisa menyebabkan kesalahan dalam interpretasi warna yang kadang-kadang punya peranan penting. Misalnya warna lebam luka atau infark pada organ dan lain-lain. Oleh karena itu pemeriksaan pada malam hari harus dihindari. Namun untuk kasus dan keadaan tertentu, dengan penerangan yang cukup, pemeriksaan kalau perlu dapat dilakukan.b. Lakukan sedini mungkin

Penundaan autopsi menimbulkan timbulnya pembusukkan yang dapat mengaburkan bahkan menghilangkan tanda-tanda yang penting. Oleh karena itu tidak salah bila dokter turut menjelaskan perlunya dilakukan bedah mayat pada keluarga korban sementara menunggu kepastian dapat dilakukan autopsi maka sebaikny dilakukan pemeriksaan luar pada mayat, meskipun pada malam hari yang dapat dilanjutkan keesokan harinya. Dengan demikian bisa terdapat dua saat pemeriksaan dalam Visum et Repertum yaitu : pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam yang berlainan jam atau hari pemeriksaannya.c. Pemeriksaan lengkap

Autopsi bila ditinjau dari kepentingannya adalah membuat laporan sebagai pengganti mayat (corpus delicti) yang mengandung kesimpulan hasil pemeriksaan tentang apa yang terjadi pada mayat.

d. Dilakukan oleh doktere. Telitif. Hasil pemeriksaan segera disampaikan kepada penyidik

Pemeriksaan Luar dan DalamPemeriksaan Luar

Pemeriksaan luar, tidak saja pemeriksaan luar tubuh korban tetapi juga pakaian korban, benda-benda yang dipakai korban bahkan barang atau benda di sekitar korban. Pemeriksaan pakaian dan benda di sekitar korban penting karena sering berhubungan dengan penentuan identifikasi, sebab dan cara kematian serta waktu kematian.

Bagian pertama dari teknik autopsi adalah pemeriksaan luar. Sistematika pemeriksaan luar adalah :

a. Label mayat

Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan label rumah sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah, harus tetap ada pada tubuh mayat.

b. Tutup dan pembungkus mayatMencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya bercak/pengotoran) dari penutup mayat. Catat tali pengikatnya bila ada, catat mengenai jenis, bahan,cara pengikatan serta letak pengikatannya.

c. Pakaian

Pakaian koraban harus dibuka seluruhnya, bila perlu melalui pengguntingan (pada mayat yang telah mengalami kaku mayat). Pengguntingan harus dilakukan tanpa merusak bagian yang penting untuk pemeriksaan lanjut di laboratorium forensik diantaranya isi kantong, perhiasan, pakaian maupun benda-benda penting di samping mayat diperiksa dan dicatat. Pakaian dan benda-benda ini dikembalikan kepada penyidik.

Pakaian korban diperiksa dan direkam satu persatu dan tentukan warna dan corak serta terbuat dari bahan apa, merek pabrik pembuatnya, penjahit jenis pakaian (misalnya piyama, pakaian olahraga), cap ukuran, dan lain-lain. Apakah pakaian kotor, berlumuran darah, pasir, lumpur, minyak, dan sebagainya. Catat robekan yang dijumpai, lokalisasi, lama atau baru, bentuk dan tepinya. Periksa kantong dan isinya, misalnya surat, benda-benda dan lain sebagainya untuk identifikasi.d. Perhiasan

Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut.e. Mencatat benda di samping mayat.f. Mencatat perubahan tanatologi/tanda-tanda kematian : Lebam mayat: catat letak, distribusi, dan warna lebam mayat, perhatikan apakah lebam mayat hilang pada penekanan. Pemeriksaan ini penting untuk menentukan posisi korban waktu meninggal dan lama kematian. Kaku mayat: catat distribusi kaku mayat, serta derajat kekakuannya pada rahang, leher, sendi lengan atas, siku, pinggang, pangkal paha, dan lutut, apakah mudah atau sukar dilawan. Apabila ditemukan adanya cadaveric spasme (kejang mayat) dicatat melibatkan otot-otot mana, dan bila didapati di tangan perhatikan apakah ada menggenggam sesuatu. Suhu tubuh mayat: dipakai termometer panjang (OCC-5CT C) yang diperiksa per rektal atau di bawah hepar melalui insisi perut. Termometer harus berada di anus korban sedalam 10 cm dan dibaca sesudah 3-5 menit. Bersamaan dicatat pula temperatur ruangan. Pembusukan: tanda pembusukan pertama, terlihat kulit perut sebelah kanan bawah berwarna kehijau-hijauan. Kadang-kadang dengan kulit ari yang mudah terkelupas. Terdapat gambaran pembuluh darah superfisial dan melebar dan berwarna biru hitam ataupun tubuh yang telah mengalami pembengkakkan akibat pembusukkan lanjut. Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera.g. Identifikasi umum

Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae albicantes pada dinding perut.h. Identifikasi khusus

Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas khusus, meliputi rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali dan cacat pada tubuh.i. Pemeriksaan lokal Kepala: perhatikan bentuk dan adanya luka atau tanda patah tulang. Rambut: memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut. Rambut kepala harus diperiksa, contoh rambut diperoleh dengan cara memotong dan mencabut sampai ke akarnya, paling sedikit dari 6 lokasi kulit kepala yang berbeda. Potongan rambut ini disimpan dalam kantungan yang telah ditandai sesuai tempat pengambilannya. Mata: memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup, tanda kekerasan, kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola mata, warna, cari pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan, atau bercak perdarahan. Kornea jernih/tidak, adanya kelainan fisiologik atau patologik. Catat keadaan dan warna iris serta kelainan lensa mata. Catat ukuran pupil, bandingkan kiri dan kanan. Telinga dan hidung: mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada telinga, ada keluar cairan atau darah dari liang telinga dan hidung.

Mulut: memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi dengan lengkap, termasuk jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi palsu, kelainan letak, pewarnaan, dan sebagainya. Leher: bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau pelebaran pembuluh darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara menyeluruh. Dada: bentuk dada, luka atau tanda patah tulang. Pada wanita : bentuk mammae, papilae mammae dan warna areola mammae. Perut: Bentuk, tanda kekerasan, tebal lemak, dan lain-lain. Ekstremitas atas dan bawah: tanda kekerasan, patah tulang, ujung jari membiru atau tidak. Alat kelamin: pada wanita adalah tanda-tanda kekerasan atau luka, komisura posterior masih utuh/tidak, selaput darah utuh/robek, robekan baru/lama, kalau ada dugaan persetubuhan sebelumnya maka diambil sekret vagina untuk pemeriksaan sperma. Pada laki-laki dilihat apa sudah disunat atau tidak. Ukuran penis kecil atau besar dari biasa perlu dicatat. Punggung: kelainan dari tulang punggung, seperti lordosis, skoliosis, kifosis, dan lain-lain. Adakah tanda-tada kekerasan. Dubur: Tanda-tanda kekerasan seperti pada sodomi dijumpai erosi dan anus berbentuk lonjong. Pemeriksaan ada tidaknya patah tulang, serta jenis/sifatnya: dalam melaporkan gambaran tentang luka sebaiknya mengandung unsur seperti, lokalisasi luka, jenis luka, bentuk luka, arah luka, pinggir luka, dasar luka, sekitar luka, ukuran luka, lubang luka/luka menembus rongga tubuh

Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam dilakukan dengan membuka semua rongga tubuh korban, yaitu rongga kepala, dada, perut, dan panggul. Pembukaan yang dilakukan:

a. Pembukaan jaringan kulit dan otot

Mayat yang akan dibedah diletakkan terlentang, bahu ditinggikan (diganjal) dengan sepotong balok kecil, sehingga kepala akan berada dalam keadaan flexi maximal dan bagian leher tampak dengan jelas.Untuk pembukaan rongga tubuh dikenal 2 metode, yaitu :

1) Insisi I

Dimulai dari bawah dagu di garis pertengahan tubuh sampai ke sympisis pubis, dengan jalan membelokkan ke arah kiri setentang pusat.Dengan insisi ini daerah mudah diperiksa (seperti pada korban mati gantung dan mati dijerat/dicekik), tetapi dari segi kosmetik kurang menguntungkan karena terlihat bekas jahitan di leher bila sebelum dikubur korban diperlihatkan kepada keluarga/masyarakat.

2) Insisi YInsisi ini dimulai dari pertengahan klavikula ke processus xipoideus, ke sympisis pubis dengan cafra membelokkan irisan kiri setentang pusat. Ada modifikasi insisi Y yaitu insisi dimulai dari processus maastoideus kiri dan kanan ke arah pertengahan manubrium sterni, selanjutnya sama ke bawah seperti insisi I.Insisi Y, dilakukan semata-mata untuk alasan kosmetik, sehingga jenazah yang sudah diberi pakaian, tidak memperlihatkan adanya jahitan setelah dilakukan bedah mayat.b. Membuka rongga tubuh

Kulit dipotong mulai dari bawah dagu ke arah bawah, dikuatkan ke kiri dan ke kanan untuk melihat adanya kelainan pada jaringan otot, terutama pada kekerasan di daerah leher seperti dicekik, dijerat dan mati gantung.Di daerah dada, bila tidak ada kecurigaan adanya trauma, inisisi dapat diteruskan ke tulang dada. Pisau dalam posisi tegak, mengiris otot yang telah dikuatkan dengan ibu jari di bagian dalam dan empat jarinya di bagian luar, ditarik ke arah lateral sambil memotong otot dada, sehingga otot dibebaskan dari dinding dada. Otot yang melekat ke kosta dibersihkan untuk melihat kemungkinan patah tulang.Di daerah perut, pisau masuk sampai ke peritonium. Selanjutnya jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri dimasukkan ke dalam rongga perut, pisau diletakkan di antara dua jari dan pisau digerakkan memotong ke bawah sampai ke sympisis pubis.Sekarang dada telah dibebaskan dari otot dan daerah perut sudah terbuka. Memotong tulang iga sternocleidomastoideus, mulai dari iga 2 ke arah bawah sedikit lateral. Pisau dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri menekan pisau tangan kanan dan menariknya ke bawah. Kecuali pada orang tua, biasanya pemotongan ini mudah dilakukan. Bila tulang sangat keras dapat dipotong dengan gunting tulang. Sternum dibebaskan dari perlekatannya dengan diafragma dan dinding mediastinum anterior.Kemudian iga I dipotong dari arah kraniolateral guna menghindari bagian keras tulang, kemudian pisau diarahkan kembali ke arah medial mencari persendian costa I dengan sternum. Lalu dipotong persendian sternoclavicula dari bawah ke atas mengikuti lengkung persendian. Dengan cara ini dapat dihindari terpotongnya pembuluh darah subclavia dan memotong lebih mudah.Untuk memudahkan, sternum diangkat ke arah kepala sehingga dengan demikian sambungan tersebut menjadi renggang dan bisa dilepas. Rongga paru-paru kanan dan kiri diperiksa apakah ada perlengketan, cairan, darah, pus atau cairan lain. Bila da darah atau cairan, maka dikeluarkan dengan sendok besar dan diukur jumlahnya.c. Mediastinum anterior diperiksa adanya timus persisten.

Kantung jantung (pericardium) digunting seperti huruf Y terbalik. Diperiksa isi kantong jantung dan diukur jumlahnya. Dalam keadaan normal akan didapati cairan jernih kekuningan sebanyak 50 ml. Lihat kemungkinan adanya pericarditis atau kelainan lain. Apex jantung diangkat, dibuat insisi di ventrikel dan atrium kanan untuk melihat adanya embolus yang menutup arteri pulmonalis. Kemudian dibuat insisi ventrikel dan atrium kiri. Sekarang jantung dapat diangkat dengan memotong pembulu darah besar di pangkal jantung.Untuk membuka dan mengeluarkan organ di leher dan mulut dilakukan insisi di bagian dalam rahang bawah, membebaskan otot di bagian kiri dan kanan. Dengan cara ini lidah dan organ sekitarnya dapat ditarik keluar dari rongga mulut dengan tangan kiri memegang kerongkongan dan tangan kanan di pangkal lidah.d. Pengeluaran organ dalam tubuh

Pada autopsi ada beberapa cara mengeluarkan organ dalam yaitu :

3) Teknik Virchow: teknik ini cukup sederhana dan simple dengan cara mengeluarkan organ satu per satu kemudian langsung diperiksa. Dengan demikian kelainan yang terdapat pada masing-masing organ dapat terlihat, namun hubungan anatomi antar beberapa organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang.4) Teknik Rokitansky: setelah rongga tubuh dibuka, organ-organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan beberapa irisan in situ, baru kemudian selurh organ-organ tersebut dikeluarkan dalam kumpulan-kumpulan organ (en bloc). Teknik ini jarang dipakai.5) Teknik Gohn

Setelah rongga tubuh dibuka, organ tubuh dikeluarkan dalam 3 kumpulan organ masing-masing : Organ leher dan dada; Organ pencernaan bersama hati dan limpa; dan Organ urogenital.

Teknik ini relative lebih cepat dan lebih mudah. Hubungan antar organ penting masih dapat dipertahankan, sehingga bila ada kegagalan satu organ yang mempengaruhi organ lain dapat diketahui.Kelemahan metode ini misal pada kasus cirrhosis hepatis dan hipertensi portal yang mengakibatkan adanya varices oesophageal. Hal ini terjadi karena hubungan antar keadaan tersebut dirusak oleh pemotongan oesophagus di atas diaphragma. 6) Teknik LetulleSetelah rongga tubuh dibuka, organ-organ leher, dada, diafragma dan perut dikeluarkan sekaligus (en masse). Kemudian diletakkan di atas meja dengan permukaan posterior menghadap ke atas.Dengan pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh. Kerugian teknik ini sukar dilakukan tanpa pembantu, serta sulit dalam penanganan karena panjangnya kumpulan organ-organ yang dikeluarkan bersama-sama.e. Pembukaan rongga tengkorak

Cara autopsi pembukaan rongga kepala:1) Membuat irisan pemandu dengan mengatur rambut, dipisahkan bagian depan dan belakang pada puncak kepala kemudian ke kanan dan ke kiri.2) Irisan di mulai dari processuss mastoid kanan ke vertex kemudian ke processes mastoid kiri. Irisan dibuat sampai mencapai periosteum.3) Kulit kemudian dikupas dan dilipat ke depan sampai kurang lebih 1 cm diatas margosupraorbitalis, ke belakang sampai protuberentia occipitalis externa. Keadaan kulit bagian dalam dan tulang tengkorak diperiksa kelainannya.4) Rongga kepala dibuka dengan cara digergaji.5) Daerah frontal pada kurang lebih 2 cm diatas lipatan kulit melingkar kemudian disamping kanan dan kiri setinggi 2 cm di atas daun telinga setelah memotong muskulus temporalis.6) Penggergajian diteruskan ke belakang dengan membentuk sudut 1200 sampai setinggi kurang lebih 2 cm di atas protuberentia occipitalis externa.7) Dengn T-chisel dimasukkan dibekas penggergajian kemudian putar atau dicongkel, maka tulang tengkorak dapat dibuka.8) Setelah atap tengkorak (calvaria) dilepas, di cium bau yang keluar dari rongga dada sebab beberapa racun dapat tercium baunya.9) Diperiksa dan dicatat keadaan bagian dalam tulang atap tengkorak.

Cara autopsi pengangkatan otak dari rongga kepala:

1) Memeriksa dan mencatat keadaan durameter.

2) Durameter kemudian digunting mengikuti garis penggergajian dan daerah subdural dapat diperiksa kelaiannya.3) Dua jari tangan diselipkan di bawah tiap lobus frontal. Dengan tarikan yang pelan, lobus frontalis diangkat untuk memperlihatkan chiasma opticum dan nervus cranialis anterior.4) Melepaskan alat-alat yang memfiksasi otak yaitu falx cerebri, falx cerebella, serta nervicraniales.5) Falx cerebri dipotong untuk melepaskan otak.6) Menggunakan scapel atau alat dengan ujung tumpul dilewatkan sepanjang dasar tempurung kepala untuk memisahkan nervi cranial, arteri carotis interna dan tangkai kelenjar pituitary sampai mencapai tentorium.7) Kepala kemudian dimiringkan ke salah satu sisi, dua jari diselipkan diantara lobus temporalis dan tulang temporal, maka tentorium dapat terlihat kemudian dilakukan pemotongan sepajang sisi dari tentorium, mengikuti garis os petrosus temporalis sampai ke dinding lateral dari tempurung kepala. Keadaan yang sama dilakukan pada sisi yang lainnya.8) Kepala dikembalikan ke posisi semula, dengan memasukkan sejauh mungkin ke foramen magnum potong nervi cranial yang masih tersisa, kemudian batang otak selanjutnya dipotong melintang. Dengan tangan kiri menyangga lobus occipitaslis dan dua jari tangan kanan ditempatkan di kanan dan kiri batang otak. Otak kemudiam ditarik dan diluksir hingga terangkat sampai rongga kepala. Otak kemudian diletakkan pada piring skala, ditimbang dan diukur sebelum dilakukan fiksasi atau pemotongnan.9) Dasar tengkorak diperiksa dengan melepas durameter yang masih melekat menggunakan tang yang kuat untuk melihat adanya fraktur basis crania. Os petrosus temporalis dapat dipotong dengan penjepit tulang untuk memeriksa adanya infeksi telinga tengah dan dalam.

f. Pemeriksaan organ

Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati dan dicatat :

Ukuran: pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran. Bentuk Permukaan: pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang lembut, berkilat dengan kapsul pembungkus yang bening. Carilah jika terdapat penebalan, permukaan yang kasar , penumpulan atau kekeruhan. Konsistensi: diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut. Kohesi: merupakan kekuatan daya regang antara jaringan pada organ itu. Caranya dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat ditarik. Jaringan yang mudah teregang (robek) menunjukkan kohesi yang rendah sedangkan jaringan yang susah menunjukkan kohesi yang kuat. Potongan penampang melintang: disini dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang dipotong. Pada umumnya warna organ tubuh adalah keabu-abuan, tapi hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah darah yang terdapat pada organ tersebut. Warna kekuningan, infiltrasi lemak, lipofisis, hemosiferin atau bahan pigmen bisa merubah warna organ. Warna yang pucat merupakan tanda anemia.

Leher Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan sebagai satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah tulang.DadaSeksi Jantung

Jantung dibuka menurut aliran darah : pisau dimasukkan ke vena kava inferior sampai keluar di vena superior dan bagian ini dipotong. Ujung pisau dimasukkan melalui katup trikuspidalis keluar di insisi bilik kanan dan bagian ini dipotong. Ujung pisau lalu dimasukkan arteri pulmonalis dan otot jantung mulai dari apeks dipotong sejajar dengan septum interventrikulorum. Ujung pisau dimasukkan ke vena pulmonalis kanan keluar ke vena pulmonalis kiri dan bagian ini dipotong. Ujung pisau dimasukkan melalui katup mitral keluar di insisi bilik kiri dan bagian ini dipotong. Ujung pisau kemudian dimasukkan melalui katup aorta dan otot jantung dari apeks dipotong sejajar dengan septum interventrikulorum. Jantung sekarang sudah terbuka, diperiksa katup, otot kapiler, chorda tendinea, foramen ovale, septum interventrikulorum.Arteri koronaria diiris dengan pisau yang tajam sepanjang 4-5 mm mulai dari lubang dikatup aorta. Otot jantung bilik kiri diiris di pertengahan sejajar dengan epikardium dan endokardium, demikian pula dengan septum interventrikulorum.

Paru-paruParu-paru kanan dan kiri dilepaskan dengan memotong bronkhi dan pembuluh darah di hilus, setelah perkardium diambil. Vena pulmonalis dibuka dengan gunting, kemudian bronkhi dan terakhir arteri pulmonalis. Paru-paru diiris longitudinal dari apeks ke basis.

Tulang dada diangkat dengan memotong tulang rawan iga 1 cm dari sambungannya dengan cara pisau dipegang dengan tangan kanan dengan bagian tajam horizontal diarahkan pada tulang rawan iga dan dengan tangan yang lain menekan pada punggung pisau. Pemotongan dimulai dari tulang rawan iga no. 2. Tulang dada diangkat dan dilepaskan dari diafragma kanan dan kiri kemudian dilepaskan mediastinum anterior. Rongga paru-paru diperiksa adanya perlengketan, darah, pus atau cairan lain kemudian diukur.

Kemudian pisau dengan tangan kanan dimasukkan dalam rongga paru-paru, bagian tajam tegak lurus diarahkan ke tulang rawan no.1 dan tulang rawan dipotong sedikit ke lateral, kemudian bagian tajam pisau diarahkan ke sendi sternoklavikularis dengan menggerak-gerakkan sternum, sendi dipisahkan. Prosedur diulang untuk sendi yang lainnya.

Mediastinum anterior diperiksa adanya timus persistens. Perikardium dibuka dengan Y terbalik, diperiksa cairan perikardium, normal sebanyak kurang lebih 50 cc dengan warna agak kuning. Apeks jantung diangkat, dibuat insisi di bilik dan serambi kanan diperiksa adanya embolus yang menutup arteri pulmonalis. Kemudian dibuat insisi di bilik dan serambi kiri. Jantung dilepaskan dengan memotong pembuluh besar dekat perikardium.PerutEsofagus-Lambung-Doudenum-HatiSemua organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit. Esofagus diikat ganda dan dipotong. Diafragma dilepaskan dari hati dan esofagus dan unit tadi dapat diangkat. Sebelum diangkat, anak ginjal kanan yang biasanya melekat pada hati dilepaskan terlebih dahulu.Esofagus dibuka terus ke kurvatura mayor, terus ke duodenum. Perhatikan isi lambung, dapat membantu penentuan saat kematian. Kandung empedu ditekan, bulu empedu akan menonjol kemudian dibuka dengan gunting ke arah papila vater, kemudian dibuka ke arah hati, lalu kandung empedu dibuka. Perhatikan mukosa dan adanya batu.Buluh kelenjar ludah diperut dibuka dari papila Vater ke pankreas. Pankreas dilepaskan dari duodenum dan dipotong-potong transversal.

Hati: perhatikan tepi hati, permukaan hati, perlekatan, kemudian dipotong longitudinal.Usus halus dan usus besar dibuka dengan gunting ujung tumpul, perhatikan mukosa dan isinya, cacing.Ginjal, Ureter, Rektum, dan Kandung UrinOrgan tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit. Ginjal dengan suatu insisi lateral dapat diangkat dan dilepaskan dengan memotong pembuluh darah di hilus, kemudian ureter dilepaskan sampai panggul kecil. Kandung urin dan rektum dilepaskan dengan cara memasukkan jari telunjuk lateral dari kandung urin dan dengan cara tumpul membuat jalan sampai ke belakang rektum. Kemudian dilakukan sama pada bagian sebelahnya. Tempat bertemunya kedua jari telunjuk dibesarkan sehingga 4 jari kanan dan kiri dapat bertemu, kemudian jari kelingking dinaikkan ke atas dengan demikian rektum lepas dari sakrum. Rektum dan kandung urin dipotong sejauh dekat diafragma pelvis.Anak ginjal dipotong transversal. Ginjal dibuka dengan irisan longitudinal dari lateral ke hilus. Ureter dibuka dengan gunting sampai kandung urin, kapsul ginjal dilepas dan perhatikan permukaannya. Pada laki-laki rektum dibuka dari belakang dan kandung urin melalui uretra dari muka. Rektum dilepaskan dari prostat dan dengan demikian terlihat vesika seminalis. Prostat dipotong transversal, perhatikan besarnya penampang.Testis dikeluarkan melalui kanalis spermatikus dan diiris longitudinal, perhatikan besarnya, konsistensi, infeksi, normal, tubuli semineferi dapat ditarik seperti benang.Urogenital Perempuan: Kandung urin dibuka dan dilepaskan dari vagina. Vagina dan uterus dibuka dengan insisi longitudinal dan dari pertengahan uterus insisi ke kanan dan ke kiri. Ke kornu. Tuba diperiksa dengan mengiris tegak lurus pada jarak 1-1,5 cm. Ovarium diinsisi longitudinal. Pada abortus provokatus kriminalis yang dilakukan dengan menusuk ke dalam uterus, seluruhnya : kandung urin, uterus dan vagina, rektum difiksasi dalam formalin 10% selama 7 hari, setelah itu dibuat irisan tegak lurus pada sumbu rektum setebal 1,25 cm, kemudian semuanya direndam dalam alkohol selama 24 jam. Saluran tusuk akan terlihat sebagai noda merah, hiperemis. Dari noda merah ini dibuat sediaan histopatologi.Usus halus dipisahkan dari mesenterium, usus besar dilepaskan, duodenum dan rektum diikat ganda kemudian dipotong.Limpa : Dipotong di hilus, diiris longitudinal, perhatikan parenkim, folikel, dan septa.Pemeriksaan Tambahana. Pemeriksaan Patologi Anatomib. Pemeriksaan toksikologic. Pemeriksaan bakteriologid. Pemeriksaan balistik

Pemeriksaan Khususa. Tes Emboli Udarab. Tes Apung Paru-Paruc. Tes Pneumothoraxd. Tes Alpha Naphthylamine

Setelah autopsi selesai, semua organ tubuh dimasukkan kembali ke dalam rongga tubuh. Lidah dikembalikan ke dalam rongga mulut sedangkan jaringan otak dikembalikan kedalam rongga tengkorak. Jahitkan kembali tulang dada dan iga yang dilepaskan pada saat membuka rongga dada. Jahitkan kulit dengan rapi menggunakan benang yang kuat, mulai dari dagu sampai ke daerah simfisis. Atap tengkorak diletakkan kembali pada tempatnya dan difiksasi dengan menjahit otot temporalis, baru kemudian kulit kepala dijahit dengan rapi. Bersihkan tubuh mayat dari darah sebelum mayat diserahkan kembali pada pihak keluarga.