Author Guidelines for 8portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1940/1/Paper... · Web...

9
ANALISIS PERANCANGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI TEKNNOLOGI MODEL PELAKSANAAN RINTISAN SISTEM KREDIT SEMESTER DI SEKOLAH MADRASAH Hoga Saragih, Een Supendi Teknologi Informasi, Universitas Bakrie Mahasiswa Pasca Sarjana Unversitas Bunda Mulia Jakarta [email protected], [email protected] Abstract Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini, secara langsung mempengaruhi cara belajar manusia untukd apat mengolah informasi yang tersebar di berbagai tempat. Pendidikan di dunia saat ini memberikan tantangan yang cukup berat bagi guru dan murid dalam menghadapi “our future knowledge-based society”. Teknis proses pendidikan belajar/mengajar mau tidak mau harus mengikuti perkembangan tersebut. Komputer sebagai salah satu alat yang paling ampuh untuk digunakan dalam membantu pemecahan permasalahan administrasi. Selanjutnya masalah komputerisasi khususnya di bidang pendidikan lebih khusus kepada Sistem Kredit Semester (SKS) , mulai dari data siswa, data guru sampai pada pembuatan laporan dan pencetakan data KRS dan KHS online yang selama ini merupakan proses pengolahan data dalam sistem KRS yang sedang berjalan masih dilakukan secara manual. I. PENDAHULUAN A. Penyelenggaraan Satuan Kredit Semester tingkat SMA/MA Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) pada jenjang pendidikan menengah di Indonesia saat ini merupakan suatu upaya inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pada hakikatnya, SKS merupakan perwujudan dari Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 12 Ayat (1) huruf (b) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, Pasal 12 ayat (1) huruf f, yang menyatakan bahwa, setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing- masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Amanat dari pasal tersebut selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Sebagaimana diketahui bahwa Standar Isi merupakan salah satu standar dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Standar Isi mengatur bahwa beban belajar terdiri atas dua macam, yaitu: (1) Sistem Paket, dan (2) Sistem Kredit Semester. Meskipun SKS sudah disebut dalam Standar Isi, namun hal itu belum dimuat dan diuraikan secara rinci karena Standar Isi hanya mengatur Sistem Paket.

Transcript of Author Guidelines for 8portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1940/1/Paper... · Web...

Page 1: Author Guidelines for 8portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1940/1/Paper... · Web viewTeknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga

ANALISIS PERANCANGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI TEKNNOLOGI MODEL PELAKSANAAN RINTISAN SISTEM KREDIT

SEMESTER DI SEKOLAH MADRASAH

Hoga Saragih, Een SupendiTeknologi Informasi, Universitas Bakrie

Mahasiswa Pasca Sarjana Unversitas Bunda Mulia [email protected], [email protected]

Abstract

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini, secara langsung mempengaruhi cara belajar manusia untukd apat mengolah informasi yang tersebar di berbagai tempat. Pendidikan di dunia saat ini memberikan tantangan yang cukup berat bagi guru dan murid dalam menghadapi “our future knowledge-based society”. Teknis proses pendidikan belajar/mengajar mau tidak mau harus mengikuti perkembangan tersebut. Komputer sebagai salah satu alat yang paling ampuh untuk digunakan dalam membantu pemecahan permasalahan administrasi. Selanjutnya masalah komputerisasi khususnya di bidang pendidikan lebih khusus kepada Sistem Kredit Semester (SKS) , mulai dari data siswa, data guru sampai pada pembuatan laporan dan pencetakan data KRS dan KHS online yang selama ini merupakan proses pengolahan data dalam sistem KRS yang sedang berjalan masih dilakukan secara manual.

I. PENDAHULUAN

A. Penyelenggaraan Satuan Kredit Semester tingkat SMA/MA

Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) pada jenjang pendidikan menengah di Indonesia saat ini merupakan suatu upaya inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pada hakikatnya, SKS merupakan perwujudan dari Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 12 Ayat (1) huruf (b) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, Pasal 12 ayat (1) huruf f, yang menyatakan bahwa, setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. Amanat dari pasal tersebut selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Sebagaimana diketahui bahwa Standar Isi merupakan salah satu standar dari delapan Standar Nasional Pendidikan.

Standar Isi mengatur bahwa beban belajar terdiri atas dua macam, yaitu: (1) Sistem Paket, dan (2) Sistem Kredit Semester. Meskipun SKS sudah disebut dalam Standar Isi, namun hal itu belum dimuat dan diuraikan secara rinci karena Standar Isi hanya mengatur Sistem Paket. Selengkapnya pernyataan tersebut adalah: “Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket dalam Standar Isi diartikan sebagai sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.” Beban belajar dengan Sistem Paket hanya memberi satu kemungkinan, yaitu seluruh peserta didik wajib menggunakan cara yang sama untuk menyelesaikan program belajarnya. Implikasi dari hal tersebut yaitu antara lain bahwa peserta didik yang pandai akan dipaksa untuk mengikuti peserta didik lainnya yang memiliki kemampuan dan kecepatan belajar standar. Sistem pembelajaran semacam itu dianggap kurang memberikan ruang yang demokratis bagi pengembangan potensi peserta didik yang mencakup kemampuan, bakat, dan minat.

Berbeda dengan Sistem Paket, beban belajar dengan SKS memberi kemungkinan untuk menggunakan cara yang lebih variatif dan fleksibel sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan kecepatan belajar peserta didik. Oleh karena itu, penerapan SKS diharapkan bisa mengakomodasi kemajemukan potensi peserta didik. Melalui SKS, peserta didik juga dimungkinkan untuk menyelesaikan

Page 2: Author Guidelines for 8portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1940/1/Paper... · Web viewTeknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga

program pendidikannya lebih cepat dari periode belajar yang ditentukan dalam setiap satuan pendidikan. SKS dalam Standar Isi diartikan sebagai sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam Satuan Kredit Semester (SKS). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka (TM), satu jam Penugasan Terstruktur (PT), dan satu jam Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT).”

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 11 ayat 2 : menyatakan “Beban Belajar untuk SMA/MA/SMLB/SMK atau bentuk lain sederajat pada jalur pendidikan formal kategori setandar dapat dinyatakan dalam Satuan Kredit Semester (SKS).

B. Pengunaan ICT pada Satuan Kredit Semester

di SMA/MA Sederajat

Banyak faktor yang berpengaruh atau berperan dalam mencapai tujuan tersebut. Salah satu di antaranya adalah teknologi yang digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Teknologi pembelajaran yang dewasa ini aplikasinya berupa pemanfaatan proses dan produk teknologi komunikasi dan informasi (Information and communication technology/ICT) untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan memiliki banyak manfaat atau keuntungan. Dengan memperhatikan keunggulan teknologi pembelajaran, dapat disusun strategi pemanfaatan yang tepat dan optimal untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan ektifitas pendidikan dan pembelajaran pada berbagai tingkatan satuan pendidikan termasuk di SMA/MA.

Secara sistematis sejalan dengan konsep dan prinsip bidang keilmuan teknologi pembelajaran sebagai induk ICT, penelitian ini ingin mengembangkan ICT sebagai wadah mempermudah para peserta didik dan juga pendidik untuk melakukan proses belajar mengajar.

Mengingat masalah ICT di lingkungan MAN 6 belum terjamah secara menyeluruh dan dengan model SKS yang baru dirintis juga mendesak membutuhkan inovasi teknologi yang sebagai jembatan proses pembelajaran antara peserta didik, pendidik (guru) dan juga wali siswa maka sangat diperlukan penggunaan ICT pada kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan

Mengingat pula perkembangan teknologi yang dirasakan sepuluh tahun sekarang ini dapat dirasakan manfaat dan keuntungan bagi perkembangan dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil identifikasi Presidential tahun 1969 yang menyimpulkan adanya enam keuntungan atau kegunaan potensial Teknologi Pembelajaran, yaitu bahwa Teknologi Pembelajaran membuat pembelajaran: produktif, individual, ilmiah, berdaya mampu tinggi, akrab, dan merata (Miarso, 1987: 10; Burton & Lockee, 2000:1). ICT makes greater ability to learn, for example, distance learning permits students to get accreditations online from recognized university (Labelle, 2004:18). Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Afzalnia (1990: 94). Dia menyebutkan enam keuntungan teknologi pembelajaran, yaitu:

• Instructional technology can increase the output of the educational system in term of both quality and quantity;

• Instructional Technology can individualize both instruction and learning;

• Instructional technology can place the development of instruction on a more scientific base;

• Instructional technology can use more powerful techniques to obtain planned objectives;

• Instructional technology can accelerate the learning process and make learning more easier than conventional methods;

• Instructional technology can provide easy access to information sources and existing knowledge for all people at different ages and with various interests.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan ICT di sekolah. Hasil indentifikasi Tim UNESCO Bangkok (2004: 13) menunjukkan adanya 5 faktor, yaitu: Vision and plan, supporting policies to facilitate the use of ICT, management of ICT resources, translation of laws into acceptable school-level regulation, and parents/ community. Sementara itu, NAACE (2002:1) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi ICT di sekolah meliputi: “leadership and coordination, teaching and learning, managing infrastructure, and measuring success”.

II. RUMUSAN MASALAH

Page 3: Author Guidelines for 8portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1940/1/Paper... · Web viewTeknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga

Dari latar belakang permasalahan yang dialami adalah sebagai berikut :

1. Sistem Informasi Manajemen berbasis ICT sangat diperlukan.

2. Motivasi, minat dan kehadiran siswa meningkat

3. Variasi beban belajar dijadikan sebagai peluang dan tantangan.

4. Siswa cenderung ingin cepat selesai yaitu empat semester.

III. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian Model Pelaksanaan Rintisan Sistem Kredit Semester di Madrasah Aliyah Negeri 6 Jakarta berbasis ICT adalah sebagai berikut:

1. Sekolah dapat melayani kebutuhan dan

potensi peserta didik yang beragam.2. Sekolah dapat memaksimalkan hasil belajar

peserta didik, sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan diri.

3. Sekolah dapat mengembangkan kemandirian peserta didik dalam menentukan pilihan jurusan dan mata pelajaran yang dibutuhkan.

4. Sekolah dapat melayani peserta didik yang memiliki kecepatan belajar diatas rata-rata secara alamiah dan beragam.

5. Beban belajar siswa lebih ringan, karena jumlah mata pelajaran yang diambil lebih sedikit dibandingkan pada sistem paket setiap semesternya.

Manfaat dari penelitian Model Pelaksanaan Rintisan Sistem Kredit Semester di Madrasah Aliyah Negeri 6 Jakarta berbasis ICT :

1. Mendorong siswa berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

2. Melakukan pelayanan individu maupun kelompok.

3. Mempermudah siswa melihat tagihan nilai yang belum diselesaikan pada setiap mata pelajaran

4. Mempermudah siswa dan guru untuk melihat hasil nilai tagihan yang didapat

IV. LANDASAN TEORI

A. Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama melancarkan pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.

Manajemen kurikulum juga dapat diartikan suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik, dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lmbaga pendidikan dengan tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.

B. Prinsip dan Fungsi Manajemen Pendidikan

Prinsip dan fungsi yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah beberapa hal sebagai berikut, yaitu:

1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.

2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.

3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.

4. Efektifitas dan efesiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektifitas dan efesiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat.

5. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.

(dari buku ktsp diklat upi bandung)

C. Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan- kesempatan belajar yang di maksudkan untukmembina siswa ke arah perubahan tingkah laku

Page 4: Author Guidelines for 8portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1940/1/Paper... · Web viewTeknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga

yang di inginkan dan menilai sampai mana perubahan – perubahan telah terjadi pada diri siswa/peserta didik. Kurikulum adalah semua pengalaman yang mencakup dan diperoleh baik dari dalam maupun dari luar lembaga pendidikan, yang telah di rancang secara sistematis dan terpadu, yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Di dalam perencanaan kurikulum minimal ada 5 (lima) hal yang memengaruhi perencanaan dan pembuatan keputusan, yaitu filosofis, konten/ materi, manajemen pembelajaran, pelatihan guru, dan sistem pembelajaran.

D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Dengan segera dilaksanakannya KTSP (Kurikulum pada Tingkat Satuan Pendidikan) pada seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi tentu banyak menimbulkan masalah baru, lebih-lebih bila dikaitkan dengan pelaksanaan pembelajaran di masing-masing mata pelajaran. Para guru, sebagai ujung tombak dari kegiatan pendidikan, perlu memahami secara mendalam tentang filosofi serta konsep KTSP, dalam arti: apa makna hakiki dari KTSP, kemana trend KTSP harus dibawa/dikembangkan, apa saja komponen yang harus ada, dan bagaimana mengembangkannya, dsb.

Di era otonomi daerah di mana kewenangan-kewenangan pusat semikin dikurangi, sementara kewenangan daerah menjadi semakin besar dan luas. Sudah barang tentu era otonomi daerah ini juga membawa dampak yang cukup luas, termasuk tentunya untuk bidang pendidikan. Di dalam KTSP guru adalah pengembang kurikulum yang berada dalam kedudukan yang menentukan dan strategis.

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000, bidang pendidikan dan kebudayaan, pemerintah memiliki wewenang menetapkan: (1) standar kompetensi siswa dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan (2) standar materi pelajaran pokok. Selanjutnya pemerintah dalam hal ini Direktorat Pendidikan Menengah Umum memiliki tugas untuk menyiapkan berbagai pedoman, di antaranya adalah pedoman untuk pengembangan silabus dan pedoman mengenai sistem penilaiannya.

Dengan asumsi bahwa gurulah yang paling tahu mengenai tingkat perkembangan peserta didik, perbedaan perorangan (individual) siswa, daya serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang tersedia, maka di dalam KTSP guru berwenang untuk menjabarkan dan mengembangkan

kurikulum ke dalam silabus. Pengembangan kurikulum ke dalam silabus ini hendaknya mendasarkan pada beberapa hal, di antaranya: isi (konten), konsep, kecakapan/ keterampilan, masalah, serta minat siswa.

E. Penggunaan ICT Bagi Dunia Pendidikan

Teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala aspek yang terkait dengan pemmrosesan, manipulasi, pengelolaan dan transfer/pemindahan informasi antar media menggunakan teknologi tertentu (disadur dari pengertian tik pada workshop ktsp). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat dan penggunaannyadalam berbagai disiplin ilmu, terutama dibidang pendidikan mengharuskan pendidik untuk mampu mengimbangi perubahan yang terjadi.[12](permendiknas no.16 tahun 2007)

Teknologi informasi diartikan juga sebagai suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu informasi yang relevan

Penilaian adalah proses sistematis pengumpulan, pengolahan dan pengambilan keputusan atas data tentang suatu obyek untuk selanjutnya dipertimbangkan pemberian nilai atas obyek tersebut berdasarkan pada suatu kriteria tertentu.[12]

Penilaian tidak bisa dilakukan tanpa adanya sejumlah data yang memadai tentang obyek yang akan dinilai. Melalui data yang lengkap inilah kita bisa mengamati dan mengenali obyek dengan baik, sehingga pada tahapan selanjutnya kita punya gambaran untuk memberikan pertimbangan nilai. Pemberian nilai itu sendiri, tidak dilakukan secara serampangan tanpa adanya kriteria yang jelas. Penentuan apakah suatu obyek itu baik atau tidak baik, lulus atau tidak lulus, merujuk pada suatu kriteria yang jelas.Penilaian lebih mudah dilakukan dengan memggunakan bantuan ICT.[12] (disadur dari internet pendapat DR Rusman M.Pd)

Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berlangsung dengan cepat. Pengaruh globalisasi ini dapat berdampak positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara dapat saling bertukar informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi dilain pihak, hal ini menimbulkan digital-divide atau perbedaan mencolok antara yang mampu dan

Page 5: Author Guidelines for 8portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1940/1/Paper... · Web viewTeknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga

yang tidak mampu dalam akses penggunaan ICT. Persaingan yang terjadi pada era globalisasi ini menumbuhkan kompetisi antar bangsa, sehingga menuntut adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dan bagi Indonesia hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu sistem pendidikan. (Pendapat Dr Rusman, pada buku penggunaan ICT).

Berdasarkan hasil monitoring, supervisi, dan evaluasi keterlaksanaan RSKM/KTSP, ditemukan bahwa pemanfaatan TIK (baik hardware maupun software) oleh guru di satuan pendidikan masih amat terbatas. TIK lebih banyak dimanfaatkan terbatas pada fungsi administratif. Pemanfaatannya sebagai media atau alat bantu pembelajaran dan penilaian masih belum tereksplorasi secara mendalam, apalagi pemanfaatan berbagai fasilitas dan aplikasi yang ada.[4]

V. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah Penelitian secara kualitatif mempunyai penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas atau frekuensinya. Lebih mengarah kepada pemahaman makna dan sifat dasar dari suatu gejala yang masih belum banyak dikenal. Penelitian jenis ini merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki masalah manusia dan fenomena-fenomena yang terjadi. Lebih menekan pada sifat realitas yang terbangun hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.

Populasi penelitian menurut Bungin (2005 : 99) merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek – objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Populasi menurut Sugiyono (2010 : 80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa- siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri 6 Jakarta. Jumlah populasi yang diambil oleh peneliti dalam meneliti adalah 171 siswa.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel harus betul – betul representatif (Sugiyono, 2010: 81).

Serupa dengan yang dikatakan Soehartono (2008 : 57) sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya.

Pengumpulan Data dengan ObservasiMacam-macam observasi: (Sanafiah Faisal: 1990)• Observasi Partisipatif, yang terbagi menjadi:

Observasi yang Pasif, Observasi yang Moderat, Observasi yang Aktif, dan Observasi yang Lengkap.

• Observasi Terus Terang dan Tersamar • Observasi tak Terstruktur

Pengumpulan Data dengan WawancaraPengertian :Menurut Esterberg (2002) : Wawancara adalah

merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu

Teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala aspek yang terkait dengan pemmrosesan, manipulasi, pengelolaan dan transfer/pemindahan informasi antar media menggunakan teknologi tertentu (disadur dari pengertian tik pada workshop ktsp). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat dan penggunaannyadalam berbagai disiplin ilmu, terutama dibidang pendidikan mengharuskan pendidik untuk mampu mengimbangi perubahan yang terjadi.[12](permendiknas no.16 tahun 2007)

Teknologi informasi diartikan juga sebagai suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu informasi yang relevan

Penilaian adalah proses sistematis pengumpulan, pengolahan dan pengambilan keputusan atas data tentang suatu obyek untuk selanjutnya dipertimbangkan pemberian nilai atas obyek tersebut berdasarkan pada suatu kriteria tertentu.[12]

Penilaian tidak bisa dilakukan tanpa adanya sejumlah data yang memadai tentang obyek yang akan dinilai. Melalui data yang lengkap inilah kita bisa mengamati dan mengenali obyek dengan baik, sehingga pada tahapan selanjutnya kita punya gambaran untuk memberikan pertimbangan nilai. Pemberian nilai itu sendiri, tidak dilakukan secara serampangan tanpa adanya kriteria yang jelas. Penentuan apakah suatu obyek itu baik atau tidak baik, lulus atau tidak lulus, merujuk pada suatu

Page 6: Author Guidelines for 8portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1940/1/Paper... · Web viewTeknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga

kriteria yang jelas.Penilaian lebih mudah dilakukan dengan memggunakan bantuan ICT.[12] (disadur dari internet pendapat DR Rusman M.Pd)

Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi, sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berlangsung dengan cepat. Pengaruh globalisasi ini dapat berdampak positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara dapat saling bertukar informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi dilain pihak, hal ini menimbulkan digital-divide atau perbedaan mencolok antara yang mampu dan yang tidak mampu dalam akses penggunaan ICT. Persaingan yang terjadi pada era globalisasi ini menumbuhkan kompetisi antar bangsa, sehingga menuntut adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dan bagi Indonesia hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu sistem pendidikan. (Pendapat Dr Rusman, pada buku penggunaan ICT).

Berdasarkan hasil monitoring, supervisi, dan evaluasi keterlaksanaan RSKM/KTSP, ditemukan bahwa pemanfaatan TIK (baik hardware maupun software) oleh guru di satuan pendidikan masih amat terbatas. TIK lebih banyak dimanfaatkan terbatas pada fungsi administratif. Pemanfaatannya sebagai media atau alat bantu pembelajaran dan penilaian masih belum tereksplorasi secara mendalam, apalagi pemanfaatan berbagai fasilitas dan aplikasi yang ada.[4]

DAFTAR PUSTAKA

Anoname. 2006. Metodologi Penelitias Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta Bungin. Jakarta

Burhan. 2006. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Prenada Media. Jakarta

Makalah dalam FPTK Expo. 1999. Perubahan Paradigma Pendidikan dengan Kehadiran Teknologi Telekomunikasi dan Informatika. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan IKIP Jakarta 11-15 April 1999.

Materi Kuliah Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. 2008. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran.

Noor Cahyanto, Jalu. 2007. Pemanfaatan ICT dalam membangun jaringan pembelajaran

internasional. Paper dalam Konferensi Guru Indonesia. Jakarta 27-28 November 2007

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005