Auditing 3 Fix

16
AUDITING 3 KADEK BUDI SURYANATA A1C012067

description

jjjjiojjjiojojoijojjojojocdccececececdcedcececedcececedecdcedcedcecedcecddecedcdecedcecdedcdecedcecedcecedcedcdecdec

Transcript of Auditing 3 Fix

AUDITING 3

KADEK BUDI SURYANATAA1C012067

UNIVERSITAS MATARAMEKONOMI AKUNTANSI

Indonesia Segera Adopsi International Standard on AuditingInternational Standards on Auditing(ISA) yang diterbitkan olehInternational Auditing and Assurance Standards Boardsegera akan diadopsi di Indonesia dan diterapkan oleh Akuntan Publik untuk melakukan audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2013. Adopsi ini dilakukan sebagai bagian dari proses untuk memenuhi salah satu butirStatement of Membership ObligationdariInternational Federation of Accountants, yang harus dipatuhi oleh profesi Akuntan Publik di Indonesia. Demikian pernyataan Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Tia Adityasih.Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka menjalankan amanah UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan PublikAdopsi ISA ini juga untuk merespon rekomendasi dari World Bank, sekaligus sebagai wujud pelaksanaan komitmen Indonesia sebagai salah satu anggota dari G-20 yang mendorong setiap anggotanya untuk menggunakan standar profesi internasional.

Perbedaan Standar Auditing Baru dan Standar Auditing LamaLembaga standar internasional ISO telah menerbitkan standar audit terbaru ISO 19011:2011, Guidelines for auditing management systems. Standar ISO 19011:2011 menggantikan standar audit yang lama yakni ISO 19011:2002. Standar ISO 19011 adalah standar acuan yang digunakan oleh internal auditor dan eksternal auditor dalam melakukan audit ISO.Perbedaan isi standar yang baru dengan yang lama adalah standar ISO 19011 terbaru dapat digunakan untuk proses audit di perusahaan yang mengadopsi berbagai sistem manajemen atau multiple management system (MSS). Standar audit yang lama hanya mengakomodasi proses audit ISO 9001 dan audit ISO 14001 saja.Dengan standar ISO 19011 terbaru auditor terbantu secara optimal dan memfasilitasi proses audit sistem manajemen perusahaan yang terintegrasi.Standar Auditing yang lamamemiliki sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya.Isi dari ke Sepuluh Standar tersebut adalah : Standar Umum Proses audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagaiauditor. Seorang Auditor harus mempertahankan dan mengedepankan sesuatu yang berhubungan dengan Independensi dan Perikatan. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran ilmuya secara profesional dengan cermat dan seksama. Standar pekerjaan lapangan Pekerjaan mengaudit harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Pemahaman mengenai pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan saat mengaudit. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Standar Pelaporan Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia yang berlaku umum. Laporan auditor harus menunjukkan jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.Sedangkan Standar Audit yang baru memiliki standar-standar sbb: Prinsip-Prinsip Umum Dan Tanggung Jawab SPA 200, Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Suatu Audit Berdasarkan Standar Perikatan Audit SPA 210, Persetujuan atas Syarat-syarat Perikatan Audit SPA 220, Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SPA 230, Dokumentasi Audit SPA 240, Tanggung Jawab Auditor Terkait Dengan Kecurangan Dalam Suatu AuditAtas Laporan Keuangan. SPA 250, Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-Undangan Dalam Audit LaporanKeuangan. SPA 260, Komunikasi Dengan Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola SPA 265, Pengomunikasian Defisiensi Dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola Dan Manajemen. Penilaian Risiko dan Respons terhadap Risiko yang telah Dinilai. SPA 300, Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan. SPA 315, Pengindentifikasian Dan Penilaian Risiko Salah Saji Material Melalui Pemahaman Atas Entitas Dan Lingkungannya. SPA 320, Materialitas Dalam Perencanaan Dan Pelaksanaan Audit. SPA 330, Respons Auditor Terhadap Risiko Yang Telah Dinilai. SPA 402, Pertimbangan Audit Terkait Dengan Entitas Yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa. SPA 450, Pengevaluasian Atas Salah Saji Yang Diidentifikasi Selama Audit. Bukti Audit SPA 500, Bukti Audit. SPA 501, Bukti Audit Pertimbangan Spesifik Atas Unsur Pilihan. SPA 505, Konfirmasi Eksternal. SPA 510, Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal. SPA 520, Prosedur Analitis. SPA 530, Sampling Audit. SPA 540, Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, Dan Pengungkapan Yang Bersangkutan. SPA 550, Pihak Berelasi. SPA 560, Peristiwa Kemudian. SPA 570, Kelangsungan Usaha. SPA 580, Representasi Tertulis. Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain SPA 600, Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk Pekerjaan Auditor Komponen). SPA 610, Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal. SPA 620, Penggunaan Pekerjaan Seorang Pakar Auditor. Kesimpulan Audit dan Pelaporan SPA 700, Perumusan Suatu Opini Dan Pelaporan Atas Laporan Keuangan. SPA 705, Modifikasi Terhadap Opini Dalam Laporan Auditor Independen. SPA 706, Paragraf Penekanan Suatu Hal Dan Paragraf Hal Lain Dalam Laporan Auditor Independen. SPA 710, Informasi Komparatif Angka Korespondensi Dan Laporan Keuangan Komparatif. SPA 720, Tanggung Jawab Auditor Atas Informasi Lain Dalam Dokumen Yang Berisi Laporan Keuangan Auditan. Area-Area Khusus SPA 800, Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan Yang Disusun Sesuai Dengan Kerangka Bertujuan Khusus. SPA 805, Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan Tunggal Dan Unsur, Akun, Atau Pos Spesifik Dalam Suatu Laporan Keuangan. SPA 810, Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan KeuanganInternational Standards on Auditing(ISA) yang diterbitkan olehInternational Auditing and Assurance Standards Boardsegera akan diadopsi di Indonesia dan diterapkan oleh Akuntan Publik untuk melakukan audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2013. Adopsi ini dilakukan sebagai bagian dari proses untuk memenuhi salah satu butirStatement of Membership ObligationdariInternational Federation of Accountants, yang harus dipatuhi oleh profesi Akuntan Publik di Indonesia.

Standar Pengendalian Mutu (SPM) AuditPernyataan dalam Standar Pengendalian Mutu (SQCS) No.1, System Of Quality Control for a CPA Firm, mewajibkan kantor CPA memiliki system pengendalian mutu. SQCS No. 2 menunjukan adanya lima elemen pengendalian mutu yang harus dipertimbangkan oleh kantor CPA dalam membuat kebijakan pengendalianmutu berikut prosedur untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang kesesuaian dengan standar professional dalam melaksanakan jasa auditing, akuntansi, dan review. Aplikasi pengendalian mutu pada jasa-jasa lain seperti perpajakan dan konsultasi lebih bersifat sukarela. Lima Elemen yang dimaksud adalah:1. Independensi, Integritas dan ObjektivitasDitetapkan untuk meyakinkan bahwa personel :- Adalah independen terhadap klien ketika melaksanakan jasa atestasi.- Melaksanakan semua tanggung jawab professional dengan integritas dan objektivita.2. Manajemen PersonaliaKebijakan dan prosedur perusahaan yang berkaitan dengan manajemen personalia harus dilengkapi dengan keyakinan yang memadai bahwa:- Personel yang ditugaskan harus memiliki karakteristik yang diperlukan untuk melaksanakan tugas secara kompeten.- Perikatan diserahkan kepada personel yang memiliki pelatihan teknis dan kemampuan yang dipersyaratkan dalam perikatan.- Personel yang terpilih untuk peningkatan karir harus memiliki kualfikasi yang diperlukan yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab yang akan diberikan kemudian.- Personel yang berpartisipasi dalam industry umum atau spesifik harus mengikuti pendidilan professional berkelanjutan serta kegiatan pengembangan professional lainnya yang meningkatkan kemampuan mereka untuk memenuhi tanggung jawab perikatan dan persyaratan AICPA serta badan pengatur.3. Penerimaan dan Pemeliharaan hubungan dengan klien dan perikatanSecara umum perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dapat meminimalkan kemungkinan keterkaitan dengan klien yang manajemennya kurang memiliki integritas. Selain itu, mereka harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk :- Memperoleh keyakinan yang memadai bahwa perusahaan hanya akan menerima perikatan yang dapat diselesaikan dengan kompetensi professional yang cermat.- Memperoleh pemahaman yang sama dengan klien tentang sifat, lingkup dan ketrbatasan jasa yang akan dilaksanakan.4. Kinerja PerikatanPerusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk :- Merencanakan , melaksanakan , memberikan supervise, mereview dan mengkomunikasikan hasil setiap perikatan.- Memastikan bahwa personel akan berkonsultasi dengan professional lain dan mencari bantuan dari orang-orang yang memiliki keahlian, pertimbangan dan wewenang yang tepat serta tepat waktu.5. PemantauanPemantauan adalah proses evaluasi yang akan berlangsung terus menerus atas system pengendalian mutu perusahaan. Inspeksi adalah ukuran system pengendalian mutu pada suatu titik waktu tertentu. Perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dapat memberikan pertimbangan dan evaluasi terus menerus tentang :-Relevansi serta kecukupan kebijakan dan prosedur.-Ketepatan materi pedoman dan setiap bantuan praktik.-Efektivitas kegiatan pengembangan professional.-Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur.Standar Pengendalian Mutumemberikan panduan bagikantor akuntan publikdi dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan olehDewan Standar Profesional Akuntan PublikInstitut Akuntan Publik Indonesia(DSPAP IAPI) danAturan Etika Kompartemen Akuntan Publikyang diterbitkan oleh IAPI.Standar Pengendalian Mutumencangkup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memberikan kyakinan yang memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan SPAP. Sistem pengendalian mutu haruslah komprehensif dan harus dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan dan sifat prakteknya.Setiap pengendalian mutu memiliki keterbatasan bawaan yang dapat berpengaruh terhadap efektivitasnya. Perbedaan antar staff dan pemahaman persyaratan profesioanal, dapat memengaruhi tingkat kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu, yang kemudian memengaruhi efektivitas system tersebut.

Prosedur Pengendalian MutuKAP wajib mempertimbangkan setiap unsur pengendalian mutu yang akan dibahas, sejauh mana akan diterapkan dalam pratiknya, dalam menentukan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu lainnya. Unsur-unsur pengendalian mutu berhubungan satu samalain, oleh karena itu, praktik pemekerjaan KAP memengaruhi kebijakan pelatihannya dan praktik-praktik lainnya. Untuk memenuhi ketentuan yang dimaksud, KAP wajib membuat kebijakan dan Prosedur pengendalian Mutu mengenai : Independensiyaitumeyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus mempertahankanindependensi Penugasan Personelyaitumeyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh stafprofesionalyang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud Konsultasiyaitumeyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement), dan wewenang memadai Supervisiyaitumeyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP Pemekerjaan (Hiring)yaitumeyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secarakompeten Pengembangan Profesionalyaitumeyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP Promosi (Advancement)yaitumeyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi. Penerimaan Dan Keberlanjutan Klienyaitumenentukan apakah perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence) Inspeksiyaitumeyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.

SPAP versus ISADiketahui banyak perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan GAAS di Amerika atau SPAP versi Indonesia, menurut AICPA.org/FRC dan menurut Linberg & Seifert bahwa terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara lain :

(a) Dokumentasi prosedur audit.Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit antara SPAP dengan ISA atau Standar Audit berbeda. Pada ISA atau SA lebih menekankan kepada kearifan profesional (professional judgement). Secara spesifik pada ISA 230 paragraf 14 mensyaratkan auditor untuk menyusun dokumentasi audit didalam suatu berkas audit dan melengkapi proses administratif penyusunan berka audit final tepat waktu setelah tanggal laporan auditor, dan penerapan yang terkait serta penjelasan materialitas yang mengindikasikan bahwa batas waktu penyelesaian penyusunan berkas audit final biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan aduitor. Paragraf 15 pada ISA 230 juga mensyaratkan setelah penyusunan audit final telah selesai, maka auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum periode retensi berakhir. Periode retensi daripada kertas kerja juga berbeda pada SPAP versus ISAPada ISA 230 mengenai dokumentasi audit dinyatakan bahwa bagi kantor akuntan publik harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk retensi dokumentasi penugasan. Biasanya periode retensi penugasan audit kurang dari lima tahun sejak tanggal laporan auditan atau tanggal laporan auditan kelompok perusahaan, sedangkan pada SPAP bahwa periode retensi paling sedikit tujuh tahun. Menurut SPM 1 paragraf 47 dan ISA 230 paragraf A23 menuntut KAP untuk menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen penugasan atau perikatan. Batas waktu penyimpanan pada umumnya tidak boleh dari lima tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari laporan auditor atas laporan keuangan entitas atau laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian entitas dan perusahaan anak. Paragraf 17 ISA 230 mensyaratkan bahwa setelah tanggal penyelesaian dokumentasi. Auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum akhir dari periode retensi yang bersangkutan.

(b) Pertimbangan kelangsungan usaha (going-concern). Ketika mempertimbangkan apakah suatu entitas berkemampuan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dimasa depan, ISA tidak membatasi paling sedikit 12 bulan, sedangkan SPAP membatasi hingga 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.Pada ISA 570 mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung jawabuntuk menilai kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai goimngconcern tanpa mempertimbangkan apakah kerangka pelaporan keuangan yangditerapkan oleh manajemen atau tidak. Salah satu dari tujuan ISA 570 yaitu untukmemperoleh bukti audit yang memadai terkait dengan penggunaan asumsi goingconcern oleh manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa auditor harusmengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan usahaentitas untuk periode waktu yang memadai. Dengan demikian, ISA 570 menetapkan pertimbangan asumsi kelangsungan usaha seluruh penugasan atau perikatan.

(c) Penilaian dan pelaporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.Menurut ISA bahwa penilaian dan pelaporan pengendalian internal tidak ada kaitannya dengan efektifitas pengendalian internal klien yang diaudit akan tetapi lebih menekankan kepada relevansinya dimana hal tersebut terlihat pada laporan auditornya...........In making those risk assessment, auditor considers internal controlrelevant to the entitys preparation dan fair prsentation of the financial statements inorder to design audit procedures, that are appropriate in the circumstances , but notfor the purpose of expressing an opinion on the effectiveness of the entitys internalcontrol..... sedangkan SPAP mengkaitkan penilaian dan pelaporan pengendalian internal dengan efektifitasnya. Menurut ISA juga mensyaratkan auditor harus menguji pengendalian internal entitas yang diauditnya guna memastikan bahwa sistem yang diterapkan adalah mencukupi dan berfungsi sebagaimana yang ditetapkan.

(d) Penilaian dan respons terhadap risiko terhadap risiko yang dinilai.ISA mensyaratkan prosedur penilaian risiko tertentu agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih luas mengenai suatu entitas dan lingkungannya, tentunya dengan tujuan untuk mengidentifikasi risiko salah saji material. Lebih lanjut ISA mensyaratkan auditor harus memperoleh suatu pemahaman risiko bisnis entitas misalnya risiko operasi dan risiko strategis. Auditor mengikuti ISA harus juga menetapkan bagaimana kliennya merespons terhdap risiko semacam sebagaimana auditor merencanakan dan melakukan audit. Lebih lanjut, auditor diharuskan mengajukan pertanyaan kepada auditor internal entitas yang diauditnya, dengan tujuan memperoleh pemahaman suatu pemahaman yang lebih baik atas keahlian entitas dalam menilai risiko. Auditor juga harus memperoleh seluruh informasi yang terkait dengan risiko sama halnya dengan respons klien dalam menilai risiko salah saji material, termasuk pemahaman atas pengendalian internalnya, sedangkan SPAP tidak sekomprehensif ISA.

(e) Penggunaan auditor lain untuk bagian suatu audit.Dalam penggunaan auditor pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan auditor utama menggunakan referensi hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan SPAP membolehkan auditornya mempunyai opsi untuk menerbitkan laporan audityang dikatakan sebagai division of responsibility. Dengan kata lain merujuk kepada laporan dan kertas kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan auditor yang diterbitkan.