AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT...

8
1 AbstractBerdasarkan Inpres No. 10 Tahun 2005 tentang penghematan energi, perlu dilakukan manajemen energi agar penggunaan energi terutama energi listrik menjadi lebih efisien. Manajemen energi dilaksanakan melalui beberapa tahapan, langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan melaksanakan audit energi. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan audit energi pada gedung komersial khususnya Rumah Sakit Angkatan Laut dr.Ramelan Surabaya. Penelitian audit energi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penggunaan energi di rumah sakit serta mencari peluang penghematan. Tahapan yang dilakukan diantaranya survey energi, audit energi awal serta audit energi rinci Dari hasil penelitian didapatkan bahwa prosentase penggunaan energi di RSAL dr.Ramelan yaitu: Energi listrik 46,7 % , BBM 32,5 %, Air 12,95 % dan LPG 7,8%. Pada audit awal didapat nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik rata-rata RSAL dr.Ramelan Surabaya selama kurun waktu 4 tahun yaitu sebesar 9,44 % kWh/m 2 per bulan sedangkan pada audit energi rinci didapat nilai IKE Listrik rata-rata sebesar 7,93 kWh/m 2 per bulan, setelah dilakukan penghematan nilai IKE Listrik rata-rata berkurang menjadi 7,7 kWh/m 2 per bulan. Sedangkan biaya penghematan yang diperoleh dengan rekomendasi mengatur jam pemakaian lampu dan Air Conditioning, mengatur jumlah pemakaian AC, serta perawatan sistem AC secara berkala yaitu sebesar Rp 2.925.514,-/bulan sedangkan biaya penghematan yang diperoleh dengan rekomendasi mengganti tipe AC dan lampu yaitu sebesar Rp 6.199.217,-/bulan serta biaya investasi yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 157.114.600 dengan lamanya waktu pengembalian investasi yaitu 25,3 bulan. Kata kunci: Audit Energi, Konservasi Energi, IKE I. PENDAHULUAN Berdasarkan Inpres No. 10 Tahun 2005 tentang penghematan energi, maka perlu dilakukan manajemen energi agar penggunaan energi terutama energi listrik menjadi lebih efisien. Manajemen energi dilaksanakan melalui beberapa tahapan, langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan melaksanakan audit energi. Tujuan dari audit energi untuk mengetahui profil penggunaan energi dan peluang penghematan energi sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Namun pada kenyataannya proses audit energi masih jarang diterapkan di Indonesia, terutama bagi gedung- gedung komersial seperti gedung perkantoran, sekolah, universitas, rumah sakit maupun gedung-gedung komersial lainnya. Oleh karena itu dilakukan penelitian audit energi di Rumah Sakit Angkatan Laut dr.Ramelan Surabaya dengan tujuan untuk mengetahui profil penggunaan energi, untuk mengetahui besarnya nilai Intensitas Konsumsi Energi di RSAl dr.Ramelan Surabaya serta untuk mengetahui besarnya biaya penghematan yang diperoleh. II. DASAR TEORI Konservasi energi yaitu suatu kegiatan pemanfaatan energi secara lebih efisien (optimal) dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Sedangkan audit energi merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi jenis energi dan mengidentifikasi besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan serta mencoba mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi [1] . Dengan melaksanakan audit energi diharapkan [7] : a) Dapat diketahui besarnya intensitas konsumsi energi (IKE) pada bangunan tersebut. b) Dapat dicegah pemborosan energi tanpa harus mengurangi tingkat kenyamanan gedung yang berarti pula penghematan biaya energi. c) Dapat diketahui profil penggunaan energi. d) Dapat dicari upaya yang perlu dilakukan dalam usaha meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung dan telah diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC), dinyatakan dalam satuan kWh/m 2 per tahun [7] . Tabel 2.1 Standar IKE pada Bangunan Gedung di Indonesia [7] No Jenis Gedung IKE [kWh/m 2 per tahun] 1 Perkantoran (Komersial) 240 2 Pusat Perbelanjaan 330 3 Hotel dan Apartemen 300 4 Rumah Sakit 380 Sebagai pedoman, telah ditetapkan nilai standar IKE untuk bangunan di Indonesia yang telah ditetapkan oleh Depatemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2004. Tabel 2.2 Standar IKE pada Bangunan Gedung di Indonesia [5] Kriteria Ruangan AC (KWh/m 2 /bln) Ruangan Non AC (KWh/m 2 /bln) Sangat Efisien 4,17 – 7,92 0,84 – 1,67 Efisien 7,92 – 12,08 1,67 – 2,5 Cukup Efisien 12,08 – 14,58 - Agak Boros 14,58 – 19,17 - Boros 19,17 – 23,75 2,5 – 3,34 Sangat Boros 23,75 – 37,75 3,34 – 4,17 AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT dr. RAMELAN SURABAYA Resti Permata Dewi 1) Sarwono 2) Ridho Hantoro 3) 1) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected]

Transcript of AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT...

Page 1: AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-20362-ITS-paper-20362... · hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat

1

Abstract—Berdasarkan Inpres No. 10 Tahun 2005 tentang penghematan energi, perlu dilakukan manajemen energi agar

penggunaan energi terutama energi listrik menjadi lebih

efisien. Manajemen energi dilaksanakan melalui beberapa

tahapan, langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan

melaksanakan audit energi. Oleh karena itu pada penelitian ini

akan dilakukan audit energi pada gedung komersial

khususnya Rumah Sakit Angkatan Laut dr.Ramelan

Surabaya.

Penelitian audit energi dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui penggunaan energi di rumah sakit serta mencari

peluang penghematan. Tahapan yang dilakukan diantaranya

survey energi, audit energi awal serta audit energi rinci

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa prosentase

penggunaan energi di RSAL dr.Ramelan yaitu: Energi listrik

46,7 % , BBM 32,5 %, Air 12,95 % dan LPG 7,8%. Pada audit

awal didapat nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik

rata-rata RSAL dr.Ramelan Surabaya selama kurun waktu 4

tahun yaitu sebesar 9,44 % kWh/m2 per bulan sedangkan pada

audit energi rinci didapat nilai IKE Listrik rata-rata sebesar

7,93 kWh/m2 per bulan, setelah dilakukan penghematan nilai

IKE Listrik rata-rata berkurang menjadi 7,7 kWh/m2 per

bulan. Sedangkan biaya penghematan yang diperoleh dengan

rekomendasi mengatur jam pemakaian lampu dan Air

Conditioning, mengatur jumlah pemakaian AC, serta

perawatan sistem AC secara berkala yaitu sebesar Rp

2.925.514,-/bulan sedangkan biaya penghematan yang

diperoleh dengan rekomendasi mengganti tipe AC dan lampu

yaitu sebesar Rp 6.199.217,-/bulan serta biaya investasi yang

dikeluarkan yaitu sebesar Rp 157.114.600 dengan lamanya

waktu pengembalian investasi yaitu 25,3 bulan.

Kata kunci: Audit Energi, Konservasi Energi, IKE

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan Inpres No. 10 Tahun 2005 tentang

penghematan energi, maka perlu dilakukan manajemen

energi agar penggunaan energi terutama energi listrik

menjadi lebih efisien. Manajemen energi dilaksanakan

melalui beberapa tahapan, langkah awal yang harus

dilakukan adalah dengan melaksanakan audit energi. Tujuan

dari audit energi untuk mengetahui profil penggunaan energi

dan peluang penghematan energi sehingga dapat

meningkatkan efisiensi penggunaan energi.

Namun pada kenyataannya proses audit energi masih

jarang diterapkan di Indonesia, terutama bagi gedung-

gedung komersial seperti gedung perkantoran, sekolah,

universitas, rumah sakit maupun gedung-gedung komersial

lainnya. Oleh karena itu dilakukan penelitian audit energi di

Rumah Sakit Angkatan Laut dr.Ramelan Surabaya dengan

tujuan untuk mengetahui profil penggunaan energi, untuk

mengetahui besarnya nilai Intensitas Konsumsi Energi di

RSAl dr.Ramelan Surabaya serta untuk mengetahui

besarnya biaya penghematan yang diperoleh.

II. DASAR TEORI

Konservasi energi yaitu suatu kegiatan pemanfaatan

energi secara lebih efisien (optimal) dan rasional tanpa

mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar

diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan atau

pekerjaan.

Sedangkan audit energi merupakan kegiatan untuk

mengidentifikasi jenis energi dan mengidentifikasi besarnya

energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu

industri/pabrik atau bangunan serta mencoba

mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi [1].

Dengan melaksanakan audit energi diharapkan[7] :

a) Dapat diketahui besarnya intensitas konsumsi energi

(IKE) pada bangunan tersebut.

b) Dapat dicegah pemborosan energi tanpa harus

mengurangi tingkat kenyamanan gedung yang berarti

pula penghematan biaya energi.

c) Dapat diketahui profil penggunaan energi.

d) Dapat dicari upaya yang perlu dilakukan dalam usaha

meningkatkan efisiensi penggunaan energi.

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik merupakan

istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya

pemakaian energi dalam bangunan gedung dan telah

diterapkan di berbagai negara (ASEAN, APEC), dinyatakan

dalam satuan kWh/m2 per tahun

[7].

Tabel 2.1 Standar IKE pada Bangunan Gedung di

Indonesia[7]

No Jenis Gedung IKE [kWh/m

2

per tahun]

1 Perkantoran (Komersial) 240

2 Pusat Perbelanjaan 330

3 Hotel dan Apartemen 300

4 Rumah Sakit 380

Sebagai pedoman, telah ditetapkan nilai standar IKE

untuk bangunan di Indonesia yang telah ditetapkan oleh

Depatemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun

2004.

Tabel 2.2 Standar IKE pada Bangunan Gedung di

Indonesia[5]

Kriteria Ruangan AC

(KWh/m2/bln)

Ruangan Non AC

(KWh/m2/bln)

Sangat Efisien 4,17 – 7,92 0,84 – 1,67

Efisien 7,92 – 12,08 1,67 – 2,5

Cukup Efisien 12,08 – 14,58 -

Agak Boros 14,58 – 19,17 -

Boros 19,17 – 23,75 2,5 – 3,34

Sangat Boros 23,75 – 37,75 3,34 – 4,17

AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT

ANGKATAN LAUT dr. RAMELAN SURABAYA

Resti Permata Dewi1) Sarwono

2) Ridho Hantoro

3)

1) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology

ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected]

Page 2: AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-20362-ITS-paper-20362... · hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat

2

Prosedur Audit Pada Bangunan Gedung Menurut SNI 03-

6196-2000

a. Audit Energi Awal

Audit energi awal adalah pengumpulan contoh data awal

dan memperkenalkan istilah-istilah seperti audit singkat dan

survey awal. Audit energi awal pada prinsipnya dapat

dilakukan pemilik/pengelola bangunan gedung yang

bersangkutan berdasarkan data rekening pembayaran energi

yang dikeluarkan dan pengamatan visual. Kegiatan audit

energi awal meliputi pengumpulan data energi bangunan

dengan data yang tersedia dan tidak memerlukan

pengukuran serta melakukan perhitungan Intensitas

Konsumsi Energi berdasarkan data yang telah

dikumpulkan.[7]

b. Audit Energi Rinci

Audit energi rinci merupakan tindak lanjut yang

dilakukan jikalau dari analisa sebelumnya nilai IKE lebih

besar dari nilai target yang ditentukan. Audit energi rinci

juga perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan

energi pada bangunan gedung, sehingga dapat diketahui

peralatan pengguna energi apa saja yang pemakaian

energinya cukup besar. Kegiatan yang dilakukan pada audit

energi rinci diantaranya: penelitian dan pengukuran

konsumsi energi. [7]

c. Analisis Peluang Hemat Energi

Setelah melakukan audit energi awal dan audit energi

rinci maka perlu adanya identifikasi peluang hemat energi.

Hasil pengumpulan data selanjutnya ditindak lanjuti dengan

perhitungan besarnya IKE dan penyusunan profil

penggunaan energi bangunan gedung. Apabila besarnya IKE

hasil perhitungan ternyata sama atau kurang dari IKE target

maka kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau

diteruskan untuk memperoleh IKE yang lebih rendah lagi.

Bila hasilnya lebih dari IKE target, berarti ada peluang

untuk melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna

memperoleh penghematan energi. [7]

Apabila peluang hemat energi telah diidentifikasi,

selanjutnya perlu ditindak lanjuti dengan analisis peluang

hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi

perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar

untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang

direkomendasikan. Penghematan energi pada bangunan

gedung harus tetap memperhatikan kenyamanan penghuni.

[7]

Sistem Tata Udara

Sistem tata udara adalah suatu proses

mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai

suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan.[2]

Gbr 2.1. Standar Efektif Temperatur dan Zona

Kenyamanan[3]

Dari Gbr 2.1 dijelaskan zona kenyamaanan menurut

ASHRAE yaitu pada:

Kelembaban relative : 30 % - 60%

Temperatur DB : 20oC - 28

oC

Temperatur WB : 20oC - 30

oC

Sedangkan Sistem Tata Udara untuk Rumah Sakit

menurut Departement of Veteran Affairs dapat dilihat pada

Tabel 2.3.

Tabel 2.3 HVAC Requirements in Radiology[8]

Ruangan Temperatur RH

CT.Scan 21-24 oC 30-60%

MRI 24 oC 30-50 %

Chest Room 21-24 oC 30-60%

Mammography Room 21-24 oC 30-60%

Ultrasound Room 21-24 oC 30-60%

Radiographic/Fluoroscopic

Room 21-24 oC 30-60 %

Sistem Penerangan

Sistem penerangan atau pencahayaan adalah suatu sistem

yang mengatur pencahayaan baik bersifat alami maupun

buatan. Untuk mengetahui sistem penerangan, perlu

diketahui beberapa satuan yang digunakan diantaranya[6]:

a. Flux Luminous

Merupakan laju emisi cahaya atau kuantitas cahaya yang

diproduksi oleh suatu sumber cahaya yang dinyatakan

dalam satuan [Lumen].

b. Efisiensi Luminous (Efikasi)

Merupakan perbandingan antara laju emisi cahaya

(Lumen) dan daya listrik yang digunakan untuk

memproduksi cahaya. Efikasi ini dinyatakan dengan satuan

[Lumen/Watt].

c. Iluminasi (E) atau Tingkat Pencahayaan

Merupakan laju emisi per luas permukaan luas yang

dikenainya. Tingkat pencahayaan ini dinyatakan dengan

satuan [Lumen/m2] atau [lux].

Pedoman pencahayaan di rumah sakit memuat beberapa

penjelasan dan teori pencahayaan serta kategori

pencahayaan pada ruangan-ruangan di rumah sakit yang

disesuaikan dengan bidang kerjanya.

Berikut ini akan ditabelkan ketegori pencahayaan yang

dinotasikan dengan huruf A,B,C,D,E,F,G,H, dan I. masing-

masing notasi mempunyai nilai intensitas 3 macam yaitu

minimal, nilai yang diharapkan dan nilai maksimal[4].

Tabel 2.4. Standar Kategori Pencahayaan di Rumah Sakit[4]

Kategori

Pencahayaan

Lux

Minimal Diharapkan Maksimal

A 20 30 50

B 50 75 100

C 100 150 200

D 200 300 500

E 500 700 1000

F 1000 1500 2000

G 2000 3000 5000

H 5000 7500 10000

I 10000 15000 20000

Page 3: AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-20362-ITS-paper-20362... · hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat

3

Tabel 2.5. Standard Pencahayaan Gedung Radialogi

Diagnostik[4]

Nama

Ruangan Bidang Kerja

Ketegori

Pencahayaan

Ruang tunggu Penerimaan pasien

& pengantar

C

Administrasi Membaca, menulis,

mengetik &

pengarsipan

D

Aula Ruang serba guna C

R.sub tunggu Penerimaan pasien

& pengantar

C

Kepala UPF Membaca &

menulis

C

Staf s.d.a C

Locker Penyimpanan/ ganti

pakain

B

Kamar gelap Pemrosesan film X-

ray

A

Monitoring Pemantauan C

Mamography Pemeriksaan pasien B

Thorax s.d.a B

Tomography s.d.a B

Angiocap

diovasticular

s.d.a B

X-Ray s.d.a C

Operator Pengendalian alat

X-ray

C

Dapur Distribusi makanan C

Gudang film Penyimpanan film B

Aplikasi Persiapan peralatan

kerja

C

Storing isotop Pemeriksaan dan

persiapan alat kerja

C

Recieving Penerimaan

bahan/alat

C

Gudang Penyimpanan

peralatan

B

Genaral

Examinasi

Pemeriksaan pasien E

Barium Penyimpanan dan

pengolahan bahan

C

Enema Penyuntikan ke

pasien

E

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pengerjaan Tugas Akhir ini dilakukan melalui beberapa

tahapan seperti pada digambarkan pada diagram alir berikut:

Gbr 3.1. Diagram Alir Penelitian Tugas Akhir

Data RSAL dr.Ramelan Surabaya

Kompleks Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan

Surabaya terletak di Jl. Gadung No.1 Wonokromo. RSAL

dr.Ramelan Surabaya memiliki area tanah seluas 208.205 m2

sedangkan luas bangunan Rumah Sakit adalah sebesar

49.123 m2.

a. Sistem Distribusi Energi

Energi yang dimanfaatkan oleh Rumah Sakit Angkatan

Laut dr. Ramelan Surabaya antara lain: listrik, BBM

(premium dan solar), air dan LPG.

Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik Rumah Sakit

Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya menggunakan sumber

energi listrik yang disuplai dari PLN dengan golongan tarif

menengah dan golongan tarif rendah khusus untuk gedung

Unit Rawat Jalan (URJ).

Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dikonsumsi oleh

Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya

diantaranya : premium dan solar. Pemakain premium di

Page 4: AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-20362-ITS-paper-20362... · hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat

4

Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya biasanya

untuk angkutan dan mobil-mobil dinas sedangkan solar

digunakan untuk angkutan, generator set (genset), boiler,

dan pompa banjir. Sedangakan pamakaian LPG di Rumah

Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya hanya

digunakan untuk memasak.

b. Data Tingkat Hunian (Occupancy Rate)

Data tingkat hunian diambil berdasarkan data pasien di

Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya. Data

tingkat hunian dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Data Tingkat Hunian RSAL dr.Ramelan

Surabaya Tahun 2008-2011

Bulan Occupancy Rate (%)

2008 2009 2010 2011

Jan 52,5 52,1 48,5 51,0

Peb 51,7 40,5 51,6 45,4

Mar 52,4 47,4 55,7 52,3

Apr 57,5 58,3 54,9 39,7

Mei 56,5 56,4 56,4 57,2

Jun 49,7 50,0 50,6 52,3

Jul 47,7 55,4 50,8 51,7

Agust 46,2 47,9 49,0 42,4

Sep 42,6 41,6 42,8 45,9

Okt 46,5 46,9 50,4 57,3

Nop 48,3 43,6 49,5

Des 51,0 46,5 48,1

Rata-rata 50,2 48,9 50,7 49,5

Sumber : Bagian Midmet RSAL dr.Ramelan Surabaya

Data Kebutuhan Energi

Data kebutuhan energi yang diperoleh dari Rumah Sakit

Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya yaitu dalam jangka

waktu empat tahun (periode bulan Januari 2008 - Oktober

2011).

Berikut adalah data rata-rata pemakain energi selama

kurun waktu 4 tahun :

Tabel 3.2. Data Konsumsi Energi Rata-rata

Bulan Listrik

(kWh)

BBM

(liter) Air (m

3)

LPG

(kg)

Jan 490925 35424 29525 6253

Feb 466308 42565 32762 5577

Mar 426799 46297 31320 6146

Apr 498128 35635 31050 5721

Mei 487632 42771 31326 6268

Jun 379532 41894 31048 6083

Jul 478404 43371 29659 5585

Agust 479031 43127 29711 4803

Sept 472160 39409 29901 4324

Okt 499098 35329 31228 4812

Nop 322537 28130 23617 3797

Des 318765 29774 24194 3912

rata-rata 443276 38644 29612 5273

Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil dengan

pengamatan atau pengukuran secara langsung. Adapun data

primer yang diambil diantaranya: data pemakaian energi

listrik di RSAL dr.Ramelan Surabaya dengan melakukan

pengukuran langsung pada panel listrik menggunakan

digital clamp meter serta data intensitas cahaya, suhu dan

kelembaban.

Pengukuran energi listrik dilakukan selama 3 minggu ,

mulai tanggal 24 November sampai 14 Desember

2011setiap satu jam dari pukul 07.00 sampai 15.00 WIB

dilanjutkan pada malam hari pada jam 19.00 dan 21.00

WIB.

Pengukuran energi listrik dilakukan pada 6 panel utama

yang terletak di gardu barat dan gardu timur serta 2 panel di

gedung URJ (Unit Rawat Jalan).

Berikut akan dilampirkan contoh data hasil pengukuran

yang dilakukan pada panel 2 dan 3 yang terletak di gardu

barat serta panel 6 yang terletak di gardu timur tanggal 25

November 2011 pada jam 10.00 WIB.

Tabel 3.3. Data Hasil Pengukuran Energi Listrik

Panel Jalur

Jum'at (25 Nopember 2011)

Arus (Ampere)

Tegangan

(Volt)

R S T R S T

2

Gilut 46 63 74 128 128 127

Jiwa 15 26 17 128 127 128

Pav VIII 100 72 96 128 127 127

Pencucian 70 66 37 127 127 128

OKA 182 194 167 128 128 127

3 Radioterapi 63 59 64 225 224 224

6

Radiologi A 87 115 92 214 215 215

Radiologi B 17 36 38 214 214 215

Radiologi C 97 144 131 214 215 215

Sedangkan untuk pengukuran intensitas cahaya, suhu dan

kelembaban dilakukan pada gedung radiologi karena gedung

radiologi yang berpotensi untuk dilakukan konservasi atau

penghematan. Pengukuran dilakukan pada hari Selasa

tanggal 20 Desember 2011 pada jam 09.00 WIB.

Berikut akan dilampirkan contoh data hasil pengukuran

intensitas cahaya, suhu dan kelembaban pada beberapa

ruangan di Gedung Radiologi,:

Tabel 3.4. Data Intensitas Cahaya ,Suhu dan Kelembaban

Nama Ruangan

Pengukuran

Intensitas

cahaya

(lux)

Tdb (0C) RH (%)

Ruang 22 68 25,6 64

Ruang 21 104 27,1 62,6

Ruang 19 83 26,8 63,6

Kamar Gelap 40 27 64

R. ET. YSF 132 25,5 60

R. CT. Scan 141 24 63

R.Dokter 123 26,2 51,31

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Audit Energi Awal

Dalam penelitian audit energi awal, informasi yang dicari

yaitu gambaran mengenai distribusi penggunaan energi serta

nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada bangunan

gedung Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya,

dengan memanfaatkan data historis energi (data yang

Page 5: AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-20362-ITS-paper-20362... · hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat

5

diperoleh tanpa hasil pengukuran) serta data bangunan

gedung Rumah Sakit Angkatan Laut Surabaya. Dalam

analisisnya, akan ditampilkan gambaran mengenai profil

penggunaan energi di Rumah Sakit Angkatan Laut dr.

Ramelan Surabaya.

a. Konsumsi Energi Listrik

Gbr 4.1. Grafik Pemakaian Listrik di RSAL dr. Ramelan

Surabaya

Dari Gbr 4.1. dapat diketahui bahwa pemakaian energi

listrik di Rumah Sakit dr. Ramelan Surabaya tidak stabil.

Pemakaian rata-rata sekitar 463.634 kWh/bulan. Sedangkan

prosentase pemakaian energi listrik per tahun dapat dilihat

pada Gbr 4.2.

Gbr 4.2. Prosentase Penggunaan Energi Listrik di RSAL dr.

Ramelan Surabaya

Dari Gbr 4.2 dapat diketahui bahwa pemakaian energi

listik paling besar di RSAL dr.Ramelan Surabaya terjadi

pada tahun 2009 dengan prosentase sebesar 26,7 %.

Sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan sekitar 3.2%,

hal ini dikarenakan pada tahun 2010 pasokan listrik dari

PLN diputus dalam jangka waktu ±3 hari.

Penurunan penggunaan energi listrik dapat disebabkan

karena adanya ganggunan atau pemadaman listrik dari PLN.

Sedangkan kenaikan penggunaan energi listrik dapat

disebabkan beberapa faktor dintaranya: peningkatan jumlah

pasien, adanya penambahan alat-alat kesehatan, dan

penambahan gedung baru.

b. Konsumsi BBM

Gbr 4.3. Grafik Pemakaian BBM di RSAL dr. Ramelan

Surabaya

Dari Gbr 4.3 dapat diketahui bahwa penggunaan Bahan

Bakar Minyak (BBM) di Rumah Sakit Angkatan Laut

Surabaya cenderung mengalami penurunan terutama pada

tahun 2009 dengan rata-rata pemakain 29.962 liter/bln. Hal

ini terjadi karena pada tahun 2009 terjadi kenaikan harga

BBM sehingga pasokan BBM ke SPBU RSAL dr.Ramelan

mengalami pengurangan dan otomatis pemakaiannya juga

akan berkurang.

Sedangkan untuk prosentase rata-rata pemakaian Bahan

Bakar Minyak (BBM) di RSAL dr. Ramelan Surabaya dapat

dilihat pada Gbr 4.4.

Gbr 4.4. Prosentase Penggunaan BBM di RSAL dr.

Ramelan Surabaya

Dari Gbr 4.4 dapat diketahui bahwa pemakaian BBM di

RSAL dr.Ramelan Surabaya paling tinggi terjadi pada tahun

2008 dengan prosentase sebesar 34 % dan pada tahun-tahun

berikutnya justru mengalami penurunan.

c. Konsumsi Air

Gbr 4.5. Grafik Pemakaian Air di RSAL dr. Ramelan

Surabaya

Dari Gbr 4.5 dapat diketahui bahwa pemakaian air di

Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya dapat

dikatakan stabil dengan rata-rata 30.927 m3/bulannya.

Sedangkan prosentase rata-rata pemakaian air dapat dilihat

pada Gbr 4.6.

Gbr 4.6. Prosentase Penggunaan Air di RSAL dr. Ramelan

Surabaya

Page 6: AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-20362-ITS-paper-20362... · hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat

6

Dari Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pemakaian air

paling banyak yaitu pada tahun 2010, hal ini terjadi karena

tingkat hunian di RSAL dr.Ramelan Surabaya mengalami

peningkatan pada tahun tersebut dengan rata-rata tingkat

hunian sebesar 50,7 % dapat dilihat pada Tabel 3.1.

d. Konsumsi LPG

Gbr 4.7. Grafik Pemakaian LPG di RSAL dr. Ramelan

Surabaya

Dari Gbr 4.7 dapat diketahui bahwa pemakaian LPG rata-

rata selama kurun waktu 4 tahun yaitu sebesar 5.496 kg/bln.

Sedangkan prosentase rata-rata pemakaian LPG dapat

dilihat pada Gbr 4.8.

Gbr 4.8. Prosentase Penggunaan LPG di RSAL dr. Ramelan

Surabaya

Dari Gbr 4.8 dapat diketahui bahwa pemakain LPG paling

besar yaitu pada tahun 2008 dan 2010 dengan prosentase

sebesar 25,8 dan 25,9. Hal ini terjadi karena pada tahun

2008 dan 2010 tingkat hunian di RSAL dr.Ramelan

Surabaya mengalami kenaikan dengan rata-rata sebesar 50,2

% untuk tahun 2008 dan 50,7 % untuk tahun 2010, seperti

dapat dilihat pada Tabel 3.1.

e. Profil Penggunaan Energi

Gbr 4.9. Prosentase Penggunaan Energi di RSAL dr.

Ramelan Surabaya

Dari Gbr 4.9 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 4

tahun, biaya konsumsi energi yang paling besar yaitu energi

listrik, dimana biaya yang dikeluarkan hampir separuh dari

total biaya penggunaan energi di Rumah Sakit Angkatan

Laut dr. Ramelan Surabaya. Hal ini terjadi karena setiap

tahun adanya penambahan alat kesehatan sehingga otomatis

pemakaian listrik semakin besar. Selain itu pada tahun 2011,

RSAL dr. Ramelan Surabaya menaikkan daya terpasang dari

1385 kVA menjadi 2180 kVA maka otomatis biaya

pembayaran listrik juga akan mengalami peningkatan.

f. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi Listrik

Intensitas Konsumsi Energi adalah jumlah penggunaan

energi tiap meter persegi luas gross bangunan dalam suatu

kurun waktu tertentu. Luas gross kompleks Rumah Sakit

Angkatan Laut dr.Ramelan Surabaya adalah 49.123 m2.

Konsumsi energi listrik RSAL dr.Ramelan Surabaya pada

tahun 2008 sebesar 5.221.221 kWh. Sehingga Intensitas

Konsumsi Energi dapat dihitung dengan persamaan berikut :

pertahunmkWhm

kWhIKE

Luasgross

TotalkWhIKE

2

2/29.106

123.49

221.221.5

2008

==

=

Dengan cara perhitungan yang sama dapat dilakukan

perhitungan untuk seluruh data dan diperoleh IKE rata-rata

sebesar 108,285 kWh/m2 per tahun.

Gbr 4.10. Grafik IKE Listrik per bulan di RSAL dr.Ramelan

Surabaya

Dari Gbr 4.10 dapat diketahui bahwa IKE di RSAL

dr.Ramelan Surabaya berkisar antara 8,8–10 kWh/m2 per

bulan dan nilai IKE Listrik rata-rata yaitu sebesar 9,44

kWh/m2 per bulan. Sedangkan nilai Intensitas Konsumsi

Energi (IKE) listrik standar untuk bangunan rumah sakit

yaitu 31,67 kWh/m2 per bulan. Karena nilai IKE listrik

masih jauh dibawah standar yang direkomendasikan berarti

pemakaian energi listrik di RSAL dr.Ramelan Surabaya

masih tergolong sangat efisien.

Audit Energi Rinci

Dari hasil audit awal dapat diketahui bahwa pemakaian

energi paling besar di RSAL dr.Ramelan Surabaya adalah

energi listrik. Sehingga pada audit energi rinci ini akan

dikhususkan pada penelitian energi listrik.

Hal yang pertama dilakukan dalam audit energi rinci ini

adalah melakukan pengukuran energi listrik pada tiap-tiap

panel untuk mengetahui pemakaian energi listrik di tiap blok

atau gedung Rumah Sakit AL dr.Ramelan Surabaya. Setelah

itu dilakukan perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE)

untuk mengetahui pemakai energi yang paling besar

sehingga dapat dilakukan konservasi atau peluang

penghematan.

Page 7: AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-20362-ITS-paper-20362... · hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat

7

a. Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi Listrik

Pada audit energi rinci, diperoleh nilai Intensitas

Konsumsi Energi Listrik untuk RSAL dr.Ramelan Surabaya

yaitu sekitar 0,33 kWh/m2 per hari pada hari kerja

sedangkan pada hari libur diperoleh nilai IKE rata-rata

sebesar 0,17 kWh/m2 per hari. Oleh karena itu diperoleh

nilai rata-rata IKE listrik sebesar 0,28 kWh/m2 per hari atau

7,93 kWh/m2 per bulan. Nilai IKE listrik pada audit energi

rinci masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan IKE

listrik standar dan IKE listrik hasil audit awal, dimana IKE

listrik standar yaitu sebesar 31,67 kWh/m2.hari sedangkan

nilai IKE listrik hasil audit awal sebesar 9,44 %. Sedangkan

untuk gafik IKE listrik pada setiap blok atau gedung dapat

dilihat pada Gbr 4.11

Gbr 4.11. Grafik Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik

per Gedung di RSAL dr.Ramelan Surabaya

Dari Gbr 4.11 dapat diketahui bahwa pemakaian energi

listrik di setiap gedung di RSAL dr.Ramelan Surabaya

masih dibawah IKE standar rumah sakit (1,04 kWh/m2 per

hari) kecuali untuk gedung Radiologi dimana pemakaian

energi listrik pada hari kerja melebihi standar dengan rata-

rata sekitar 1,15 kWh/m2 per hari.

Identifikasi Peluang Hemat Energi

Berikut adalah prosentase penggunaan energi di Gedung

Radiologi :

Gbr 4.12. Prosentase Penggunaan Energi Listrik di Gedung

Radiologi

Dari Gbr 4.12 dapat diketahui bahwa pemakaian energi

listrik yang paling besar yaitu untuk penggunaan AC. Hal

ini terjadi karena AC pada beberapa ruangan seperti ruangan

MRI dan CT-Scan harus dioperasikan terus menerus selama

24 jam.

Analisa Peluang Hemat Energi

a. Sistem Penerangan

Dari Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa pemakaian listrik

untuk penerangan pada Gedung Radiologi ini masih

tergolong efisien sekitar 3 % dibanding dengan pemakaian

listrik untuk penggunaan AC dan peralatan medis.

Pemakaian listrik yang efisien memang sangat bagus

dalam rangka konservasi energi, tetapi selain itu harus

dilihat faktor-faktor lainnya terutama faktor

kenyamanannya. Adapun pemakaian listrik untuk

penerangan di Gedung Radiologi ini memang sudah

tergolong sangat efisien tetapi dalam hal kenyamanan masih

tergolong kurang karena belum sesuai dengan intensitas

penerangan standar menurut Pedoman Pencahayaan di

Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Berikut adalah grafik perbandingan intensitas penerangan

hasil pengukuran dengan intensitas penerangan standar:

Gbr 4.13. Perbandingan Intensitas Cahaya Pengukuran

dengan Intensitas Cahaya Standar

Dari Gbr 4.13 dapat diketahui bahwa intensitas

pencahayaan pada ruangan-ruangan di Gedung Radiologi

masih banyak yang belum sesuai dengan intensitas

pencahayaan yang direkomendasikan oleh Departemen

Kesehatan.

b. Sistem Tata Udara

Dari Gbr 4.12 dapat dilihat bahwa penggunaan listrik

untuk sistem tata udara (AC) paling besar dibanding dengan

sistem penerangan atau peralatan lainnya. Hal ini terjadi

karena pada beberapa ruangan seperti Ruang MRI dan CT-

Scan AC harus terus dinyalakan 24 jam.

Dalam menganalisa peluang penghematan untuk sistem

tata udara langkah yang dilakukan yaitu:

• Melakukan perhitungan beban pendingin (cooling

load) pada setiap ruangan untuk mengetahui beban

pendinginan yang dibutuhkan pada masing-masing

ruangan.

• Membandingkan beban pendinginan hasil perhitungan

dengan kapasitas pendingin pada AC yang telah

tepasang.

• Apabila kapasitas yang tepasang lebih besar dari beban

pendinginan yang dibutuhkan akan terjadi pemborosan

energi karena pada saat beban rendah atau sedang AC

harus terus bekerja full load sehingga konsumsi daya

listrik oleh AC akan relative lebih tinggi. Oleh karena

itu solusi untuk penghematannya dengan

merekomendasikan AC yang memiliki kapasitas

pendingin sesuai dengan beban yang dibutuhkannya.

Page 8: AUDIT DAN KONSERVASI ENERGI PADA RUMAH SAKIT …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-20362-ITS-paper-20362... · hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat

8

Implementasi Peluang Hemat Energi

a. Perhitungan nilai Intensitas Konsumsi Energi Listrik

Setelah dilakukan penghematan energi, nilai IKE Listrik

di Gedung Radiologi mengalami penurunan menjadi 17,9

kWh/m2 per bulan atau 0,9 kWh/m

2 per hari. Penurunan

nilai IKE listrik pada Gedung Radiologi berpengaruh pada

nilai IKE total rumah sakit dimana nilai IKE RSAL

dr.Ramelan Surabaya berkurang menjadi 7,70 kWh/m2 per

hari.

b. Perhitungan Biaya Penghematan

Tabel 4.1 Penghematan Energi Tanpa Biaya

Rekomendasi Biaya penghematan

Sistem

Penerangan

Pengaturan jam

pemakaian lampu Rp. 108.779,-/bln

Sistem

Tata Udara

Pengaturan jam

pemakaian AC Rp. 1.295.668,-/bln

Pengaturan jumlah

nyala AC Rp. 987.360,-/bln

Perawatan AC secara

berkala Rp. 533.707,-/bln

Biaya total penghematan apabila mengimplementasikan

Peluang Hemat Energi (PHE) No Cost adalah sebesar Rp.

2.925.514,-/bulan.

Tabel 4.2 Penghematan Energi dengan Biaya Tinggi

Rekomendasi Biaya penghematan

Sistem

Penerangan

Mengganti tipe lampu

dan menambah

jumlah lampu

Rp. 34.993,-/bln

Sistem

Tata Udara Mengganti tipe AC Rp. 6.164.224,-/bln

Biaya total penghematan apabila mengimplementasikan

Peluang Hemat Energi (PHE) High Cost adalah sebesar Rp.

6.199.217,-/bulan. Sedangkan biaya investasi yang

dikeluarkan untuk mengganti tipe lampu dan AC yaitu

sebesar Rp. 157.114.600,-. Waktu pengembalian investasi

dapat dihitung dengan persamaan berikut :

tahunbulan

bulanRp

Rp

bulanPenghema

ACmpuembelianlainvestasipSPB

1,23,25

/217.199.6

,600.114.157

tan/

&

==

−=

=

Jadi biaya investasi untuk penggantian tipe lampu dan AC

dapat kembali dalam jangka waktu 25,3 bulan.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa

kesimpulan yaitu:

• Prosentase penggunaan energi di RSAL dr. Ramelan

Surabaya yaitu energi listrik 46,5 %, BBM 32,5 %, Air

12,95 % dan LPG 6,8 %.

• Pada audit energi awal diperoleh nilai Intensitas

Konsumsi Energi (IKE) listrik rata-rata di RSAL

dr.Ramelan Surabaya yaitu sebesar 9,44 kWh/m2 per

bulan sedangkan dari hasil audit energi rinci diperoleh

nilai IKE listrik rata-rata sebesar 7,93 kWh/m2 per

bulan. Setelah dilakukan penghematan energi nilai IKE

listrik rata-rata RSAL dr. Ramelan Surabaya menjadi

7,7 kWh/m2 per bulan.

• Penggunaan listrik untuk Air Conditioning hampir

separuh dari total penggunaan listrik yaitu 56 %

sedangkan untuk lampu sekitar 3 % sehingga pada ke-2

sistem tersebut dilakukan analisa peluang hemat

energi. Dari hasil analisa tersebut, diperoleh biaya

penghematan dengan rekomendasi mengatur jam

pemakaian lampu dan Air Conditioning, mengatur

jumlah pemakaian Air Conditioning, serta perawatan

sistem Air Conditioning secara berkala yaitu sebesar

Rp 2.925.514,-/bulan sedangkan biaya penghematan

yang diperoleh dengan rekomendasi mengganti tipe

AC dan lampu yaitu sebesar Rp 6.199.217,-/bulan serta

biaya investasi yang dikeluarkan yaitu sebesar

Rp.157.114.600 dengan lamanya waktu pengembalian

investasi yaitu 25,3 bulan atau 2,1 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdurarachim. Halim, Pasek, Darmawan Ari, dan

Sulaiman, TA. 2002. Audit Energi,Modul 2, Energi

Conservation Efficiency And Cost Saving Course,

Bandung: PT. Fiqry Jaya Mandiri.

[2] Arismunandar, Wiranto. dan Saito, Heizo. 2004.

Penyegaran Udara. Jakarta. PT. Pradnya Paramita.

[3] ASHRAE. 1993. ASHRAE Handbook Fundamentals.

[4] Direktorat Jendral Pelayanan Medik.1992. Pedoman

Pencahayaan Rumah Sakit. Departemen Kesehatan RI.

[5] DEPDIKNAS, 2004, Pedoman pelaksanaan konservasi

energi dan pengawasan di lingkungan Depdiknas,

Jakarta, Depdiknas.

[6] Harten P.Van, Setiawan, E. 1985. Instalasi Listrik Arus

Kuat, Jilid 2. Bandung: Percetakan Bina Cipta.

[7] SNI 03-6169-2000. 31-03-2009. Prosedur audit energi

pada bangunan gedung. Jurnal Insinyur Mesin.com.

[8] Department of Veteran Affair,2006. HVAC Design

Manual for Hospital.Washington.

BIODATA PENULIS

Nama : RESTI PERMATA DEWI

TTL : Garut, 12 Nopember 1987

Alamat : Jln. Cigodeg Tonggoh No. 25

Pameungpeuk Garut

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Pameungpeuk 1 (1994-2000)

2. MTs. Darul Arqom Garut (2000-2003)

3. MA. Darul Arqom Garut (2003-2006)

4. D3Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

Politeknik Negeri Bandung (2006-2009)

5. S1 Teknik Fisika ITS Surabaya (2009-

sekarang)