Atresia Esofagus
-
Upload
panji-dwi-utomo -
Category
Documents
-
view
184 -
download
2
Transcript of Atresia Esofagus
ATRESIA ESOFAGUS
Nama : Bastian.P.SimorangkirNim : 06-037
Penguji : dr. Topan Brian, Sp.B
KEPANITERAAN ILMU BEDAHPERIODE 22 SEPTEMBER – 1 NOVEMBER 2008
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PENDAHULUAN
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan dan menyalurkan dari rongga
mulut ke lambung. Di dalam rongga dada, esofagus berada di mediastium posterior mulai
di belakang lekung aorta dan bronkus cabang utama kiri. Fungsi utama esofagus adalah
menyalurkan makanan dan minuman dari mulut ke lambung. Di dalam esofagus makanan
turun oleh peristaltik primer dan gaya berat terutama untuk makanan padat dan setengah
padat, serta peristaltik ringan.
Penting sekali pada pendidikan dokter untuk mengenali kelainan-kelainan
esofagus diantaranya adalah atresia esofagus. Atresia Esofagus meliputi kelompok
kelainan kongenital terdiri dari gangguan kontuinitas esofagus dengan atau tanpa
hubungan dengan trakhea.
Bayi dengan atresia Esofagus tidak mampu untuk menelan saliva dan ditandai dengan
jumlah saliva yang sangat banyak dan membutuhkan suction berulangkali. Angka
keselamatan pada bayi dengan atresia esofagus berhubungan langsung terutama dengan
berat badan lahir, kelainan jantung, dan faktor resiko yang menyertai.
1
ATRESIA ESOFAGUS
I. Defenisi
Atresia Esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan
kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trakhea.
II. Epidemiologi
Atresia esofagus pertama kali dikemukakan oleh Hirscprung seorang ahli anak
dari Copenhagen pada abad 17 tepatnya pada tahun 1862 dengan lebih kurang 14 kasus
atresia esofagus, kelainan ini di duga sebagai suatu malformasi dari traktus
gastrointestinal.
Tahun 1941 seorang ahli bedah Cameron Haight dari Michigan telah berhasil
melakukan operasi pada atresia esofagus dan sejak itu pulalah bahwa Atresia Esofagus
sudah termasuk kelainan kongenital yang bisa diperbaiki.
Di Amerika Utara insiden dari Atresia Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari
kelahiran hidup, angka ini makin lama makin menurun dengan sebab yang belum
diketahui. Secara Internasional angka kejadian paling tinggi terdapat di Finlandia yaitu
1:2500 kelahiran hidup. Atresia Esofagus 2-3 kali lebih sering pada janin yang kembar.
2
III. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan Atresia Esofagus. Atresia Esofagus lebih berhubungan dengan
sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik.
Namun saat ini, teori tentang terjadinya atresia esofagus menurut sebagian besar
ahli tidak lagi berhubungan dengan kelainan genetik, Perdebatan tetang proses
embriopatologi masih terus berlanjut, dan hanya sedikit yang diketahui.
IV. Klasifikasi
Klasifikasi asli oleh Vogt tahun 1912 masih digunakan sampai saat ini . Gross
pada tahun 1953 memodifikasi klasifikasi tersebut, sementara Kluth 1976 menerbitkan
"Atlas Atresia Esofagus", dengan masing-masing subtipe yang didasarkan pada
klasifikasi asli dari Vogt. Hal ini terlihat lebih mudah untuk menggambarkan kelainan
anatomi dibandingkan memberi label yang sulit untuk dikenali.
1) Atresia Esofagus dengan fistula trakheooesophageal distal ( 82% Vogt III.grossC)
Merupakan gambaran yang paling sering pada proksimal esofagus, terjadi dilatasi
dan penebalan dinding otot berujung pada mediastinum superior setinggi vetebra
thoracal III/IV. Esofagus distal (fistel), yang mana lebih tipis dan sempit,
memasuki dinding posterior trakea setinggi carina atau 1-2 cm diatasnya. Jarak
antara esofagus proksimal yang buntu dan fistula trakheooesofageal distal
bervariasi mulai dari bagian yang overlap hingga yang berjarak jauh .
3
Esophageal atresia (EA) with distal tracheoesophageal fistula (TEF). Frontal view of the
chest and abdomen of a neonate demonstrates a tube in the proximal pouch in this patient
with EA. The presence of bowel gas implies the presence of a distal TEF, making this the
most common type of EA/TEF.
2) Atresia Esofagus terisolasi tanpa fistula ( 9%, Vogg II, Gross A)
Esofagus distal dan proksimal benar-benar berakhir tanpa hubungan dengan
segmen esofagus proksimal, dilatasi dan dinding menebal dan biasanya berakhir
setinggi mediastinum posterior sekitar vetebra thorakalis II. Esofagus distal
pendek dan berakhir pada jarak yang berbeda diatas diagframa.
4
Isolated esophageal atresia (EA). Frontal view of the chest and abdomen
demonstrates a catheter in the proximal pouch in this patient with EA. Note the
absence of bowel gas in this patient with EA, but it is not associated with a
tracheoesophageal fistula (TEF).
3) Fistula trakheo esofagus tanpa atresia ( 6 %, Groos E)
Terdapat hubungan seperti fistula antara esofagus yang secara anatomi cukup
intak dengan trakhea. Traktus yang seperti fistula ini bisa sangat tipis/sempit
dengan diameter 3-5 mm dan umumnya berlokasi pada daerah servikal paling
bawah. Biasanya single tapi pernah ditemukan dua bahkan tiga fistula.
H-type tracheoesophageal fistula (TEF). Oblique barium esophagogram
demonstrates a fistula (arrow) arising from the anterior esophagus and extending
anterosuperiorly to the trachea
5
4) Atresia erofagus dengan fistula trakeo esofagus proksimal (2%. Vogt III &
Gross B).
Gambaran kelainan yang jarang ditemukan namun. Fistula bukan pada ujung
distal esofagus tapi berlokasi 1-2 cm diatas ujung dinding depan esofagus.
A blind pouch with a fistula to the trachea from the
upper portion of the esophagus accounts for 2 percent of cases.
5) Atresia esofagus dengan fistula trakheo esofagus distal dan proksimal ( < 1%
Vogt IIIa, Gross D).
Pada kebanyakan bayi, kelainan ini sering terlewati (misdiagnosa) dan di terapi
sebagai atresia proksimal dan fistula distal. Sebagai akibatnya infeksi saluran
pernapasan berulang, pemeriksaan yang dilakukan memperlihatkan suatu fistula
dapat dilakukan dan diperbaiki keseluruhan. Seharusnya sudah dicurigai dari
kebocoran gas banyak keluar dari kantong atas selama membuat/ merancang
anastomose.
6
Two fistula connections to the trachea from the upper
and lower portions of the esophagus accounts for 1 percent
Types of esophageal atresia (EA) with/without tracheoesophageal fistulaFrom The Requisites-Pediatric Radiology
7
V. Manifestasi Klinik & Diagnosis
Diagnosa dari atresia esofagus / fistula trakheoesofagus bisa ditegakkan sebelum
bayi lahir. Salah satu tanda awal dari atresia esofagus diketahui dari pemeriksaan USG
prenatal yaitu polihidramnion, dimana terdapat jumlah cairan amnion yang sangat
banyak. Tanda ini bukanlah diagnosa pasti tetapi jika ditemukan harus dipikirkan
kemungkinan atresia esofagus.
Cairan amnion secara normal mengalami proses sirkulasi dengan cara ditelan,
dikeluarkan melalui urine. Pada Atresia Esofagus /Fistula Atresia Esofagus cairan
amnion yang ditelan dikeluarkan kembali karena menumpuknya cairan pada kantong
esofagus sehingga meningkatkan jumlah cairan amnion.
FIGURE 3. Hasil USG : Polihidramnion berat pada atresia esofagus
Diagnosa Atresia Esofagus dicurigai pada masa prenatal dengan penemuan
gelembung perut (bubble stomach) yang kecil atau tidak ada pada USG setelah kehamilan
18 minggu. Polihidraminon sendiri merupakan indikasi yang lemah dari Atresia Esofagus
(insiden 1%).
8
FIGURE 4.Hasil USG :tidak terdapatnya gambaran stomach bubbe/ gelembung gas pada
atresia esofagus.
Bayi dengan Atresia Esofagus tidak mampu menelan saliva dan ditandai dengan
saliva yang banyak, dan memerlukan suction berulang. Pada fase ini tentu sebelumnya
makan untuk pertamakali, kateter bore yang kaku harus dapat melewati mulut hingga
esofagus. Pada Atresia Esofagus, kateter tidak bisa lewat melebihi 9-10 cm dari alveolar
paling bawah.
Red arrow points to end of orogastric tube which is blocked from entering the distal esophagus by the patient's esophageal atresia. Note the lack of gas in the abdomen
indicating a fistulous tract does not connect the trachea to the distal esophagus
9
Rongent dada dan abdomen memperlihatkan ujung kateter tertahan. Disuperior
mediatinum (T2-4). Tidak adanya gas gastro intestinal menunjukkan atresia esofagus
yang terisolasi.
Anteroposterior radiograph of the chest and upper abdomen at birth. A nasogastric tube is in place ending at the thoracic inlet. The abdomen is gasless. The findings are consistent with esophageal atresia without a distal fistula.
10
Bayi baru lahir yang dicurigai menderita atresia esofagus/ fistula trakheoesofagus
sebaiknya dilakuan pemeriksaan rontgen. Gambarannya berupa dilatasi dari kantong
esofagus, karena adanya penumpukan cairan amnion saat prenatal.
Selama perkembangan janin membesarnya esofagus menyebabkan penekanan
dan penyempitan dari trakhea. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya fistula. Adanya
udara pada pada lambung memastikan adanya fistula.
VI. Kelainan kongenital lain yang berhubungan dengan
Atresia Esofagus
Lebih dari 50% bayi dengan Atresia Esofagus mempunyai satu atau lebih kelainan
tambahan.
Seperti : Kardiovaskular 29% Vetebra/ skletal 10%
Kelainan anorektal 14% Respiratorius 6%
Genitourinaria 14% Genetik 4%
Gastrointestinal 13% dan lain-lain 11%
11
Terdapat pada angka kejadian kelainan yang saling berhubungan, " pada atresia
murni (65%) dan angka kejadian pada fistula type –H (10%) VATER pertama kali
digambarkan oleh Quan & Smith pada tahun 1973 terdiri dari kombinasi kelainan-
kelainan termasuk (Vetebra, anorectal, trakheooesepagehaeal and renal) Kelompok ini
kemudian berubah menjadi VACTERL oleh karena dimasukkan kelainan jantung dan
anggota tubuh.
Vertebral, anorectal, cardiac, tracheal, esophageal, renal,
and limb (VACTERL) association. Frontal radiograph in a patient with esophageal atresia
(EA) without a tracheoesophageal fistula (TEF). Note the catheter in the proximal pouch
and the butterfly vertebra (asterisks) at the level of T8 in this patent with associated
VACTERL.
Lebih kurang 10 % bayi dengan atresia esofagus menderita VATER atau
VACTERL ( Vetebral defek, anal atresia, cardiac abnormalities, fistel trakea esofagus
(TEF) and/or esophageal atresia, renal agenesis, and dysplasia and limb defects).
12
VII. Gambaran Radiology
CTSCAN
CT tidak khas dipakai pada evaluasi dari EA dan / atau TEF; akan tetapi, CT
menggambarkan 3 - dimensiorial (3D) dari kerongkongan dalam hubungan dengan
struktur berdekatan.
Gambaran di sekitar axis dapat sulit interpretasikan; fistula dapat hanya gambaran parsial
atau tidak sama sekali. CT sagital dapat dipergunakan pada bayi baru lahir dengan
diagnose EA dan TEF. Cara ini memperboleh visualisasi dari seluruh panjang dari
esofagus, lengkap dengan atresia dan fistula. CT tiga dimensi dengan endoscopy
menghasilkan hasil yang serupa, sebagai tambahan memudahkan pemahaman dari
hubungan anatomi yang kompleks.
Gambaran CT juga dapat mengidentifikasi lokasi dari alur aortic, Setelah koreksi dengan
pembedahan dari EA dan / atau TEF, CT helic ultrafast dapat digunakan untuk
menentukan tracheomalacia. Sebagai tambahan, trakea abnormal dalam bentuk, ukuran,
lebar dinding posterior abnormal, udara berlimpah-limpah dan air pada esofagus dapat
direkam dengan CT sesudah operasi.
Keakuratan
Diagnose dari EA dengan 3D CT sangat dapat dipercaya, dengan 100% sensitivity dan
specificity. Penentuan dengan teknik ini dapat memberi hasil yang baik yang
dihubungkan dengan pembedahan dan / atau bronchoscopic. Diagnose CT pada
tracheomalacia adalah dapat dipercaya, tapi kecurigaan harus dikonfirmasikan dengan
biopsi atau endoscopy.
13
MRI
Postnatally, MRI tidak mempunyai peran rutin pada gambaran dari EA dan TEF; akan
tetapi, MRI memberikan kemampuan untuk menggambarkan seluruh panjang dari
esofagus pada kedua potongan sagittal dan coronal, dan MRI mempunyai resolusi kontras
yang lebih unggul dari CT. MRI dapat digunakan prenatal untuk mendiagnose bentuk
cacat kongenital.
Tidak sama dengan ultrasonography, prenatal MRI menggambarkan visualisasi dari lesi
keseluruhan dan hubungan anatomi. Pada janin MRI mempunyai bukti akurat untuk
mendirikan atau mengesampingkan satu diagnosa kelahiran dari EA dengan risiko tinggi
yang ditemukan pada ultrasonographic; akan tetapi, pada janin MRI mungkin sulit pada
kasus polyhydramnion karena kualitas gambar kurang.
Keakuratan
Gambar yang diperoleh dari MRI sangat tinggi tingkat keakuratan nya. Pada janin MRI
mempunyai sensitivitas 100% di prenatal dalam mendiagnose EA di bayi risiko tinggi.
Positif salah / Negatif
Tidak ada varian yang meniru gambaran EA pada pengujian MRI pada janin. Gambaran
setelah kelahiran harus dilakukan untuk mengkonfirmasi terdapat atau tidaknya fistula.
ULTRASOUND
Walaupun ultrasonography tidak berperan rutin pada evaluasi postnatal dari EA dan /
atau TEF, prenatal sonography adalah satu alat pemeriksaan berkala untuk EA dan / atau
TEF. Penemuan ultrasonographic dapat tidak terlihat atau terlihat lambung kecil dengan
gelembung (stomach bubble) di kombinasi dengan maternal polyhydramnios adalah
petanda dari EA dan / atau TEF. Keakuratan diagnostik dapat ditingkatkan jika satu area
anechoic hadir di tengah-tengah leher hal-hal janin; tanda ini membedakan EA dari
penyakit susah menelan.
Penampakan dari membesarnya esofagus pada blind endng esofagus pada sonogram
adalah sugestif dari EA. Tanda kantong ini telah dikonfirmasikan dengan visualisasi
14
langsung setelah 26 kehamilan minggu, tapi serangan ini disarankan pada awal minggu
ke-22.
Postnatally, endoscopic ultrasonography menghasilkan 5 - gambaran berlapis dari
dinding esophageal yang telah dipergunakan dalam cancer;. Sebagai tambahan,
lengkungan aortic mungkin dilihat dengan sonographically untuk merencanakan
perbaikan EA dan / atau TEF.
Keakuratan
Tanda kantong adalah yang paling dapat dipercaya pada sonographic yang menandakan
EA. Ratio diagnosa kelahiran dari EA adalah rendah; ini telah dilaporkan 9.2%. Kecuali
jika membesar nya blind ending proximal secara langsung, kecurigaan memerlukan
konfirmasi setelah kelahiran. Nilai positif dapat diprediksi dari penemuan lambung kecil
atau tidak terdapat stomach bubble di asosiasikan dengan maternal polyhydramnios
adalah 56%, dan sensitivitas prenatal ultrasonography pada diagnose dari EA adalah
42%.
Polyhydramnios sendirian adalah satu perkiraan kecil dari EA. Hanyalah 1 pada 12
pasien dengan polyhydramnios dengan EA.
Positif salah / Negatif
Visualisasi aliran pada esophageal dan tidak adanya visualisasi dari lambung mungkin
dilihat pada pasien sehat. Polyhydramnion, sementara tidak normal, adalah satu
penemuan tidak spesifik.
Polyhydramnios dapat dilihat pada kondisi berikut:
• Agnathia, microstomia, synotia
• DiGeorge sindrom velocardiofacial
• Ketidakcukupan Placental
• Kencing manis Maternal mellitus
• Chromosomal kacaukan, penyakit isoimmunologic, lahir kelainan sejak, beberapa
kehamilan, kondisi idiopathic
• Epignathus
• Hydrolethalus
15
• Tetralogy dari Fallot, Treacher Collins sindrom
• Myasthenia gravis, pseudohypoaldosteronism
OBAT-OBATAN NUKLIR
Secara khas, obat nuklir bukan dipergunakan pada evaluasi dari EA dan TEF; akan tetapi,
ini mungkin berguna pada penilaian dari motilitas setelah repair. - Scintigraphy dan
radionuclide mempelajari, mendeteksi, dan pemeriksaan esophageal.
Keakuratan
Radionuclide esophageal memindahkan pembahasan dihubungkan dengan keakuratan
tinggi, dengan 97.3% sensitivity dan 94.7% positif dan bersifat prediksi untuk penentuan
dari kelainan fungsi motilitas.
VII. Therapi
Sebelum pembedahan, bayi dievaluasi untuk mengetahui abnormal kongenital yang lain.
Radiografi dada harus dievaluasi secara hati-hati untuk mengetahui abromalitas skletal.
Echokardiogram dan usg ginjal biasanya juga dibutuhkan.
Sekali diagnosa Atresia Esofagus ditegakkan, bayi harus dipindahkan dari tempat
bersalin ke sentral bedah anak / NICU. Kateter suction, terutama type lumen ganda
(replogle catheter No.10 Frenchgauge) diletakkan pada kantong esofagus bagian atas
untuk mensuction sekret & mencegah aspirasi selama pemindahan. Bayi ditempatkan
pada inkubator sambil dimonitor vital signnya .
Semua bayi dengan Atresia Esofagus harus dilakukan echocardiagram sebelum
pembedahan ECHO akan menentukan kelainan struktur jantung atau pembuluh darah
besar dan biasanya menunjukkan sisi kanan lengkungan aorta yang terjadi pada 2,5 %
kasus.
Pada kasus ini, MRI merupakan metode pilihan untuk konfirmasi diagnosis Atresia
Esofagus lengkungan aorta kanan akan mnentukan sisi pendekatan pada operasi. Sekitar
25% bayi dengan tetralogi fallot. lingkungan aorta akan berada disisi kanan.
16
KESIMPULAN
Atresia esofagus adalah kelainan kongenital dari traktus
digestivus yang sudah dapat dideteksi pada sebelum kelahiran
(prenatal)
Penanganan yang komprehensif dapat memperbaiki angka
harapan hidup penderita atresia esofagus
Prognosa atresia esofagus teergantung pada banyaknya kelainan
kongenital lain dan komplikasi yang didapatkan oleh bayi
tersebut
MRI merupakan pemeriksaan radiologi metode pilihan untuk konfirmasi
diagnosis Atresia Esofagus
17
Gambar – Gambar
False-positive finding of
esophageal atresia (EA). Image demonstrates a feeding tube coiled
in the proximal esophagus (E). An umbilical arterial catheter (U) is
noted at the level of T11. The catheter was repositioned and
extended to the stomach, with no alteration of the infant's cry (see
Image 6.)
False-positive finding of esophageal
atresia. Follow-up image in the patient in Image 5 demonstrates the
18
tube (T) extending to the stomach. The endotracheal tube (ET) and
umbilical arterial catheter (U) are also identified.
: Barium esophagogram obtained in a
patient 3 weeks after esophageal repair shows the relative narrowing
at the anastomotic site (A). Reflux (arrow) is seen with an associated
sliding hiatal hernia (R).
: Stricture with food bolus. Frontal view
from a barium swallow examination in a patent with a repaired EA
shows a stricture at the anastomotic site, with a bolus of food
proximal to the stricture.
19
Illustrative Case
20
DAFTAR PUSTAKA
FIGURE 1. Posteroanterior chest radiograph taken at 10 hours of life in a neonate with suspected esophageal atresia. Note that the nasogastric tube has coiled in the proximal esophageal pouch (solid arrow). The prominent gastric bubble (open arrow) supports the presence of a concurrent tracheoesophageal fistula. The presence of bowel gas refutes the possibility of duodenal atresia.
21
1. Spitz,L .Oesophageal atresia. Orphanet Journal of Rare Diseases.
Department of Paediatric Surgery, Institute of Child Health,
University College, London, UK. 2007, 2:24
2. Sadler,T. Sistem Pencernaan. Embriologi Kedokteran Langman.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bab 11 hal 243-248.2000
3. Dwayne c. Clark, Esophageal Atresia and Tracheoesophageal
Fistula. Journals American Family Physician® Vol. 59/No. 4
(February 15, 1999).
4. Kabesh.A,MD. Esophageal Atresia and Tracheoesophageal Fistulae.
The Fetus and Newborn. Department of Pediatric Surgery. Ain Sharn
University. ASJOG,volume I April 2004 p 81-3
5. Wimdejong, R.sjamsuhidajat-edt. Esofagus dan Diafragma. Buku
Ajar Ilmu Bedah-edisi revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta,
1997
6. www.dr.H.K.Suheimi.com
7. http://www.emedicine.com/radio/topic704.htm , eMedicine-
Esophageal Atresia/Tracheoesophageal Fistula. Author: Keith A Kronemer, MD,
Assistant Professor, The Mallinckrodt Institute of Radiology, Washington University School of
Medicine; Consulting Staff, St Louis Children's Hospital
8. www.learning radiology.com
22
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................. i
PENDAHULUAN ....................................................................... 1
I. Definisi ...................................................................... 2
II. Epidemiologi ............................................................. 2
III. Etiologi ...................................................................... 3
IV. Klasifikasi .................................................................. 3
V. Kelainan Kongenital Lain yang Berhubungan Dengan
Atresia Esofagus........................................................ 11
VI. Gambaran Radiology ................................................ 13
VII. Therapi ..................................................................... 16
KESIMPULAN ........................................................................... 17
Lampiran ................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 22
23
i