Atresia Ani

27
1 BAB1 Pendahuluan Latar Belakang Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi kongenital dimana rectumtidak mempunyai lubang ke luar.Sebagian besar prognosis atresia ani biasanya baik bila didukung perawatan yang tepat dan juga tergantung kelainaan letak anatomi saat lahir.Atresia ani bila tidak segera ditangani maka dapat terjadi komplikasi seperti obstruksi intestinal, konstipasi dan inkontinensia feses. Kehidupan masyarakat perkotaan erat kaitannya dengan kepadatan penduduk, dan polusi udara.Sulitnya mencari pekerjaan untuk kaum urban berpendidikan rendah, membuat banyak kaum urban berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.Tinggal di pemukiman padat dan kumuh dengan polusi udara dan pola konsumsi nutrisi yang mungkin kurang baik.Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi sangat memungkinkan terbatasnya keluarga dengan ibu hamil terpapar dengan informasi kesehatan tentang nutrisi kehamilan.Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama kehamilan dipercaya dapat mempengaruhi perkembangan janin. Polusi udara dari asap rokok/nikotin dikaitkan dengan retardasi pertumbuhan

description

atresia aninadalah

Transcript of Atresia Ani

Page 1: Atresia Ani

1

BAB1

Pendahuluan

Latar Belakang

Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi kongenital dimana

rectumtidak mempunyai lubang ke luar.Sebagian besar prognosis atresia ani

biasanya baik bila didukung perawatan yang tepat dan juga tergantung kelainaan

letak anatomi saat lahir.Atresia ani bila tidak segera ditangani maka dapat terjadi

komplikasi seperti obstruksi intestinal, konstipasi dan inkontinensia feses.

Kehidupan masyarakat perkotaan erat kaitannya dengan kepadatan

penduduk, dan polusi udara.Sulitnya mencari pekerjaan untuk kaum urban

berpendidikan rendah, membuat banyak kaum urban berada pada tingkat ekonomi

menengah ke bawah.Tinggal di pemukiman padat dan kumuh dengan polusi udara

dan pola konsumsi nutrisi yang mungkin kurang baik.Rendahnya tingkat

pendidikan dan tingkat ekonomi sangat memungkinkan terbatasnya keluarga

dengan ibu hamil terpapar dengan informasi kesehatan tentang nutrisi

kehamilan.Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama kehamilan dipercaya dapat

mempengaruhi perkembangan janin. Polusi udara dari asap rokok/nikotin

dikaitkan dengan retardasi pertumbuhan janin dan peningkatan mortalitas dan

morbiditas bayi dan perinatal.

Atresia ani merupakan salah kelainan kongenital yang dapat dipengaruhi

oleh faktor genetik dan faktor lingkungan atau keduanya.Atresia ani terjadi pada 1

dari setiap 4000-5000 kelainan hidup.Secara umum atresia ani lebih banyak

ditemukan pada laki-laki daripada perempuan.Fistula rektouretra merupakan

kelainan yang paling banyak ditemuai pada bayi laki-laki, diikuti oleh fistula

perineal.Sedangkan pada bayi perempuan jenis atresia ani yang paling banyak

ditemukan adalah atresia ani diikuti fistula rektovestibular dan fistula perineal.

Angka kejadian kasus atresia ani di RSUP fatmawati selama kurun waktu

3 bulan dari Januari sampai Maret 2013 ada sekitar 14 kasus dari 100 klien yang

dirawat di gedung Teratai lantai III Utara. Dari 14 kasus atresia ani tersebut

sekitar 7 kasus dirawat untuk tutup kolostomi.

Page 2: Atresia Ani

2

Atresia ani letak tinggi memerlukan penatalaksanaan operasi bertahap

yaitupembuatan kolostomi, pembuatan saluran anus/PSARP (posterior

sagittalanorectoplasty), dan yang terakhir tutup kolostomi.

Page 3: Atresia Ani

3

BAB2

Tinjauan Pustaka

Definisi

Atresia ani atau anus imperforata atau malformasi anorektal adalah suatu

kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya

agenesis ani, agenesis rekti dan atresia rekti. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat

muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal,Cardial, Esofageal, Renal,

Limb).1

Etiologi

1. Faktor Penyebab

a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi

lahir tanpa lubang dubur.

b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3

bulan.

c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah

usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yangterjadi antara

minggu ke-4 hingga ke-6 usia kehamilan.

d. Berkaitan dengan Sindrom Down Malformasi anorektal memiliki etiologi

yang multifaktorial. Salah satunya adalah komponen genetik. Pada tahun

1950an,didapatkan bahwa risiko malformasi meningkat pada bayi yang

memiliki saudara dengan kelainan malformasi anorektal yakni 1dalam 100

kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000

kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara malformasi

anorektal dengan pasien dengan trisomi 21 ( Down's syndrome). Kedua hal

tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-macam gen yang

berbeda dapat menyebabkan malformasi anorektal atau dengan kata lain

etiologi malformasi anorektal bersifat multigenik.

Page 4: Atresia Ani

4

e. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan. Kegagalan pembentukan septum

urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau

pembentukan anus dari tonjolan embrionik.2

2. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya atresia ani dapat disebabkan oleh kelainan

kongenital saat lahir seperti:

a. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas padavertebral, anal,

jantung, trachea, esofagus, ginjal, dan kelenjar limfe).

b. Kelainan sistem pencernaan.

c. Kelainan sistem pekemihan.

d. Kelainan tulang belakang.2

Klasifikasi

Klasifikasi atresia ani berbeda untuk jenis kelamin laki-laki dan

perempuan. Klasifikasi pada laki-laki yaitu menurut letaknya yaitu lesi rendah

atau lesi tinggi berdasarkan akhir dari rektum apakah berada pada otot levator ani

(lesi rendah) atau apakah berada diatas otot levator ani (lesi tinggi)3.Sedangkan,

pada perempuan dibedakanmenurut anatominya yaitu adanya fistel atau

bersatunya uretra, vagina dan anus menjadi satu saluran yang disebut kloaka.4

pemeriksaan radiologi untuk atresia ani yaitu :

Radiologis

Pemeriksaan foto abdomen stelah 18-24 jam setelah lahir agar usus terisi

udara, dengan cara wangenstein reis ( kedua kaki dipegang posisi badan vertical

dengan kepala di bawah atau knee chest position (sujud) bertujuan agar udara

berkumpul di daerah paling distal. Bila terdapat fistula maka dilakukan fistulgrafi.

Pemeriksaan rontgen baby gram untuk melihat cor kembangnya kedua

paru bayangan gas dalam usus meningkat.

Page 5: Atresia Ani

5

Pemeriksaan RT untuk melihat anus ada tidak atau hanya lengkungan saja

(anal dumpt) lihat apakah anus di tempat normal, apakah kalibernya normal

apakah ditemukan fistel.

Gambar 1.Lesi rendah (kiri) dan lesi tinggi (kanan) pada laki-laki dengan atresia

ani.

Gambar 2.Vestibular fistula (kiri) dan Kloaka (kanan) pada perempuan dengan

atresia ani.

Page 6: Atresia Ani

6

Embriologi dan Anatomi Anorektal

Pembentukan sistem pencernaan dimulai pada usia embrio minggu

keempat yang diawali oleh pembentukan primitive gut, berbentuk tabung yang

merupakan bagien dari endoderm yang dilapisi oleh yolk. Primitive gut dibatasi

pada pars cranial oleh membrane orofaringeal dan pada pars kaudal oleh

membrane kloaka. Bagian bagian dari primitive gut dibedakan menjadi 3 yakni

foregut, midgut, dan hindgut. Foregut akan membentuk esophagus, gaster,

duodenum, liver dan kantung empedu serta pankreas. Midgut membentuk

sepertiga distal duodenum hingga 2/3 transversum. Sementara hindgut

membentuk kolon desenden hingga 2/3 proksimal kanalis anal.5,6

Selain pembentukan sistem intestinal, endoderm dari hindgut juga menjadi

pembentuk epithelial lumen dari kandung kemih dan uretra. Dalam prosesnya,

terminal dari hindgut akan memasuki bagian posterior dari kloaka dan membentuk

kanal anorektal, sementara bagian anterior kloaka akan dimasuki oleh alantois dan

membentuk sinus urogenital. Kedua pars kloaka ini dipisahkan oleh septum

urorektal yang merupakan derivat dari mesoderm yang berasal dari alantois. Pada

usia fetus di akhir minggu ke 7, membrane kloaka akan ruptur dan membentuk

bukaan anus di posterior dan sinus urogenital di anterior. Sementara ujung dari

septum urorektal akan membentuk perineal body. Pada akhir minggu ke 9,

proliferasi ectoderm akan membentuk sepertiga distal dari kanal anal.5,6

Perkembangan anus dimulai dari pembentukan dua bagian, yaitu tuberkel

anal kanan dan kiri yang muncul di depan lipatan tulang ekor. Tuberkel ini

tumbuhke arah ventral sampai mereka mengelilingi bagian akhiir

hindgut.Cekungan ditengah tuberkel disebut dengan proctoderm.Kemudian

bagian atas kanalis anidibentuk oleh bagian akhir hindgut dan bagian bawahnya

dari proctoderm.Ototsfingter ani eksternus dibentuk dari mesoderm yang

berkembang sendiri danberada di perineum.7

Page 7: Atresia Ani

7

Gambar 3.Pembentukan kanal anorektal dan sinus urogenital

Panjang kanalis ani kurang lebih 4 cm menuju ke bawah dan ke belakang

dari sambungan anorektal.Duapertiga bagian atas kanalis ani merupakan derivate

dari hindgut sedangkan sepertiga bagian bawah merupakan lanjutan dari anal

pit.Sedangkan epitelnya adalah derivat dari ectoderm dari anal pit dan endoderm

dari hindgut.Pada peralihan dari kedua bentuk epitel, yaitu dari epitel kolumner

menjadi epitel pipih bedapis bertingkat, terletak garis dentata dan merupakan

tempat membran ani. Kanalis ani merupakan bagian akhir dari traktus

gastrointestinalis pada manusia dan merupakan bagian yang terbuka sebagai

anus.7

Anterior dari kanalis ani pada laki-laki terdapat bangunan perineal body

yang memisahkan antara kanalis ani dengan otot tranversus perinei,

membraneurethrae dan bulbus penis.Sedangkan pada perempuan perineal body

ini memisahkan kanalis ani dengan sepertiga inferior vagina.Posterior kanalis ani

berhubungan dengan anococcygeal body yang merupakan anyaman pada jaringan

fibrosa yang membentang antara kanalis ani dengan tulang coccygeus, dan

kemudian ke atas menyatu dengan rafe media dari otot levator ani. Pada kedua sisi

kanalis ani, otot puborektalis (levator ani) memisahkan kanalis ani dari fossa

Ischiorectalis.7

Page 8: Atresia Ani

8

Fisiologi dan Fungsi Anorektal

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum

dengan dunia luar (udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh

sfingter :7

a. Sfingter ani interus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.

b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.

Defekasi (buang air besar) didahului oleh transport. Feses ke dalam

rektum yang mengakibatkan ketegangan dinding rektum mengakibatkan

rangsangan untuk reflex defekasi sedangkan otot usus lainnya berkontraksi. M.

Levator ani relaksasi secara volunter dan tekanan ditimbulkan oleh otot-otot

abdomen.7

Fungsi anorektal secara normal adalah motilitas kolon yaitu mengeluarkan

isi feses dari kolon ke rektum, fungsi kedua adalah fungsi defekasi yaitu

mengeluarkan feses secara intermiten dari rektum, sedang fungsi ketiga adalah

menahan isi usus agar tidak keluar pada saat tidak defekasi. Fungsi fungsi tersebut

saling berkaitan satu dengan yang lain dan adanya ketidakseimbangan akan

menyebabkan ketidaknormalan terhadap masing masing fungsi tersebut.7

Patofisiologi

Pembentukan embriogenesis pada kelainan ini masih belum

diketahui.Diduga bahwa rektum berkembang dari bagian dorsal kavitas kloaka.

Kavitas kloaka ini terbentuk ketika mesenkim bertumbuh ke arah lateral yang

membentuk septum urorektal. Septum ini memisahkan rektum dan kanal anus

pada bagian dorsal dari kandung kemih dan uretra.Pada Septum tersebut terdapat

duktus kloaka dimana merupakan sebuah penghubung antara dua organ tersebut.

Duktus tersebut akan menutup pada masa kehamilan 7 minggu. Pada masa ini

akan terjadi pembukaan pada membran anus. Apabila terjadi kegagalan

pembentukan septum urorektal maka akan terjadi kegagalan pembentukan anus

atau yang dinamakan atresia ani.8

Page 9: Atresia Ani

9

Gambar 4. Pathway Atresia Ani

Page 10: Atresia Ani

10

Manifestasi Klinik

Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat

defekasi mekonium.Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi.Pada

golongan 3 hampir selalu disertai fistula.Pada bayi wanita sering ditemukan

fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari

(vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi

laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau

uretra dan jarang rektoperineal.9

Gejala yang akan timbul :

1. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.

2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.

3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.

4. Perut kembung.

5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti.

1. Pada anamnesis dapat ditemukan :12

a. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir.

b. Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula

c. Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan kelainan

adalah letak rendah

Menurut algoritma penatalaksanaan malformasi anorektal pada neonatus

laki-laki, jika jarak ujung distal bayangan udara dengan kulit perineum > 1 cm

maka dilakukan colostomy (sigmoidostomy) terlebih dahulu sebagai

penanganan untuk mengevakuasi feses.

Menurut algolitma penatalaksanaan malformasi anorektal pada neonates

perempuan jika terdapat fistel rektivaginal atau rektovestibuler dan jika tidak

terdapat vistel dilakukan invertrogram apabila akhiran > 1 cm dari kulit

dilakukan kolostomi terlebih dahulu.selanjutnya apabila perkembangan

neonates baik, sekitar 4-8 minggu kemudian baru dikerjakan tindakan

Page 11: Atresia Ani

11

defenitive berupa PSARP. Saat ini teknik yang paling banyak dipakai adalah

posterosagital anorektoplasti, baik minimal, limited atau full postero sagital

anorektolasti. Khusus untuk malformasi anorektal type kloaka maka setelah

dilakukan kolostomi dan bila perlu vaginostomy maupun diversi urinaria maka

sekitar 6 bulan.

Pena menggunakan cara sebagai berikut:10

1. Bayi laki-laki dilakukan pemeriksaan perineum dan urin bila :

a. Fistel perianal (+), bucket handle, anal stenosis atau anal membran berarti

atresia letak rendah maka dilakukan minimal Postero Sagital Anorektoplasti

(PSARP) tanpa kolostomi

b. Bila mekoneum (+) maka atresia letak tinggi dan dilakukan kolostomi terlebih

dahulu, setelah 8 minggi kemudian dilakukan tindakan definitif.

Apabila pemeriksaan diatas meragukan dilakukan invertrogram.Bila

akhiran rektum < 1 cm dari kulit maka disebut letak rendah.Akhiran rektum > 1

cm disebut letak tinggi.Pada laki-laki fistel dapat berupa rektovesikalis,

rektouretralis dan rektoperinealis.10

2. Pada bayi perempuan 90 % atresia ani disertai dengan fistel.10

a. Bila ditemukan fistel perineal (+) maka dilakukan minimal PSARP tanpa

kolostomi.

b. Bila fistel rektovaginal atau rektovestibuler dilakukan kolostomi terlebih

dahulu.

c. Bila fistel (-) maka dilakukan invertrogram: apabila akhiran < 1 cm dari kulit

dilakukan postero sagital anorektoplasti, apabila akhiran > 1 cm dari kulit

dilakukan kolostomi terlebih dahulu.

d. Bila mekonium didapatkan pada perineum, vestibulum atau fistel perianal maka

kelainan adalah letak rendah .Bila Pada pemeriksaan fistel (-) maka kelainan

adalah letak tinggi atau rendah. Pemeriksaan foto abdomen setelah 18-24 jam

setelah lahir agar usus terisis\ udara, dengan caraWangenstein Reis (kedua kaki

dipegang posisi badan 7 vertikal dengan kepala dibawah) atau knee chest

position (sujud) dengan bertujuan agar udara berkumpul didaerah paling distal.

Bila terdapat fistula lakukan fistulografi.10

Page 12: Atresia Ani

12

Pada pemeriksan klinis, pasien malformasi anorektal tidak selalu

menunjukkan gejala obstruksi saluran cerna. Untuk itu, diagnosis harus

ditegakkan pada pemeriksaan klinis segera setelah lahir dengan inspeksi daerah

perianal dan dengan memasukkan termometer melalui anus.11,12

Mekonium biasanya tidak terlihat pada perineum pada bayi dengan fistula

rektoperineal hingga 16-24 jam. Distensi abdomen tidak ditemukan selama

beberapa jam pertama setelah lahir dan mekonium harus dipaksa keluar melalui

fistula rektoperineal atau fistula urinarius. Hal ini dikarenakan bagian distal

rektum pada bayi tersebut dikelilingi struktur otot-otot volunter yang menjaga

rektum tetap kolaps dan kosong.Tekanan intrabdominal harus cukup tinggi untuk

menandingi tonus otot yang mengelilingi rektum. Oleh karena itu, harus ditunggu

selama 16-24 jam untuk menentukan jenis malformasi anorektal pada bayi untuk

menentukan apakah akan dilakukan colostomy atau anoplasty. 12

Inspeksi perianal sangat penting.Flat "bottom" atau flat perineum, ditandai

dengan tidak adanya garis anus dan anal dimple mengindikasikan bahwa pasien

memiliki otot-otot perineum yang sangat sedikit.Tanda ini berhubungan dengan

malformasi anorektal letak tinggi dan harus dilakukan colostomy.12

Tanda pada perineum yang ditemukan pada pasien dengan malformasi

anorektal letak rendah meliputi adanya mekonium pada perineum, "bucket-

handle" (skin tag yang terdapat pada anal dimple), dan adanya membran pada

anus (tempat keluarnya mekonium).12

Terapi Bedah pada Malformasi Anorektal

Manajemen bedah pada anus imperforata tergantung dari defek

anatomi.Secara umum, jika lesi letak rendah, hanya dikakukan operasi perineal

tanpa kolostomi. Bayi dengan lesi tinggi harus dilakukan kolostomi, diikuti

prosedur penarikan pada usia kurang lebih 2 bulan. Jika terdapat persisten kloaka,

traktus urinari harus dievaluasi saat formasi kolostomi untuk memastikan apakah

pengosongan normal dapat terjadi dan untuk mengetahui apakah kandung kemih

perlu dilakukan drainase yaitu dengan vesicostomi. Jika terdapat keraguan

terhadap tipe lesi, lebih aman jika dilakukan kolostomi daripada membahayakan

bayi dengan melakukan tindakan operasi gegabah.3

Page 13: Atresia Ani

13

Gambar 1. Kolostomi

Gambar 5. Colostomy Bag

Prosedur yang banyak dilakukan adalah prosedur posterior sagittal

anorectoplasty (PSARP).Hal ini berupa memposisikan pasien dengan posisi

pronasi jackknife, membagi otot levator ani dan kompleks sphincter eksternal

pada posterior midline, memisahkan komunikasi antara traktus gastrointestinal

dengan traktus urinari, dan menarik kebawah rektum setelah ukuran yang

dikehendaki tercapai. Otot tersebut kemudian direkonstruksi dan dijahit ke

rektum.3

Gambar 6. Posisi Prone Jackknife

Page 14: Atresia Ani

14

Pasien dengan lesi letak tinggi memiliki resiko inkontinensia postoperatif,

sedangkan pasien dengan lesi letak rendah memiliki resiko konstipasi.Tatalaksana

pasien dengan lesi letak tinggi dapat difasilitasi dengan pendekatan laparoskopi,

dimana pasien diposisikan supine dan rektum dimobilisasi kebawah di bagian

koneksi fistula menuju leher kandung kemih.Fistula lalu dipisahkan dan rektum

dimobilisasi dibawah tepat di bawah refleksi peritoneal.Prosedur tersebut lalu

dilanjutkan di bagian perineum, dan lokasi otot ditentukan menggunakan

stimulator saraf.Jarum Veress ditelusuri melalui kulit pada tempat yang

diindikasikan, dengan pedoman laparoskopi menuju bagian intrapelvik. Dilator

menggantikan jarum Veress, rektum ditarik melalui pembukaan perioneal ini dan

anoplasti telah terbentuk.3

Gambar 7. Bidang diseksi pada PSARP (kiri), proses penjahitan pada anoplasti

(kanan A) dan penjahitan subkutikuler (kanan B)

Gambar 8. Prosedur PSARP

Referensi:

Page 15: Atresia Ani

15

1. Bedah UGM. Atresia Ani. http://www.bedahugm.net.

2. Levitt M, Pena A. Anorectal Malformation.Orphanet Journal of Rare Diseases

2007, 2:33. http://www.ojrd.com/content/2/1/33

3. Schwartz S.I., Brunicardi F.C., Andersen D.K., Billiar T.R., Dunn D.L., Hunter

J.G., et al. Schwartz's principles of surgery. Edisi 10. United States: McGraw-

Hill Education; 2014.

4. Kliegman R.M. Nelson textbook of pediatrics: Saunders Elsevier; 2012.

5. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology. 11th ed. Lippincott Williams and

Wilkins Inc. 2011.p.302-16

6. The Digestive System. In: Moore KL, Persaud TVN. The Developing Human.

9th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2013.

7. Wahid R. Embriologi dan Anatomi Anorektal. Repository Univeristas

Riau.2012

8. Rosen N.G, Cuffari C, Nazer H, et.al. 2014. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/929904-overview#a5

9. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351612-PR-Ade%20Kurniah.pdf [di akses

pada 22 Juni 2015]

10. Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M. principles and Practice of

Pediatric Surgery Vol.2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005;

1395-1434

11. FK UII. Atresia Ani.Fakultas Kedokteran Unversitas Islam Indonesia, 2006.

12. Levitt M, Pena A. Anorectal Malformation. Orphanet Journal of Rare

Diseases 2007, 2:33. http://www.ojrd.com/content/2/1/33

13. Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.

Edisike-3. Jakarta : EGC.

LAPORAN KASUS

Page 16: Atresia Ani

16

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : AP

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 04/ 05/ 2014/ 1 tahun 3 bulan

Pekerjaan : -

RM : 00.60.00.49

Tanggal masuk : 26 agustus 2015

II. ANAMNESIS

Keluhan utama: anus bengkak

Telaah: - Datang ke poli dengan keluhan anus bengkak kotoran pernah keluar

saat buang angin. Keluhan kembung (-) konsistensi normal perasaan ingin BAB

terasa, soiling pernah terjadi bersama flatus kemampuan menahan feses > 1 menit

BAK normal berwarna kuning jernih .

RPT : Os pernah dirawat di HAM saat usia 1 hari dan dilakukan kolostomi, dan

dilakukan kolostomi kembali pada umur 7 bulan

RPO : -

III. PEMERIKSAAN FISIK

Page 17: Atresia Ani

17

Sens : CM, T: 37 oC ; BB = 7,6 Kg

Anemis (-), ikhterik (-), dispone (-), cyanosis (-), oedem (-)

Kepala : mata : RC +/+, pupil isokor, conj palpebra inferior pucat (-/-) ;

Telinga/mulut/hidung = dalam batas normal

Dada : simetris fusiformis, retraksi (-)

HR :90 x/menit regular, desah

RR :24 x/ menit , regular, ronchi (-)

Perut :colostomi (+), peristaltic(+) N

H/L : tidak teraba, tampak feses (+)

Ext: Pols 90x/i, ct/v cukup, akral hangat CRT , 3 detik

Anus: (-) kelamin perempuan (N)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 18: Atresia Ani

18

Pemeriksaan Laboratorium

Darah rutin : Hb : 13.70 g/dL

Ht : 38.00 %

RBC : 5,28 x106/mm3

Leu : 15,40 x 103/mm3

Trom : 372 x 103 /mm3

Albumin : 4.8 g/dl (3.8 – 6.4)

Glukosa Darah Sewaktu : 87.80 mg/dl

Trigliserida : 120 mg/dl (40 – 200)

Kesan : Normal

V. DIAGNOSIS

Post PSA d/t atresia ani post colostomy

VI. TATALAKSANA

- Cefriaxone 500gr/12jam

- Metrinidazole 500gr/8jam

- Diet Bowel

- Personal hygiene

- Mobilisasi

- Pasien puasa 6 – 8 jam pre op

- Persiapan darah 2 bag 75cc

- Foto thoraks

VII. FOLLOW UP

Page 19: Atresia Ani

19

Tanggal Follow Up

26 Agustus

2015

S Demam (-), mual dan muntah (-), anak aktifO Hemodinamik stabil, compos mentis

Abdomen: I: stoma lancar, produksi feces (+) P: timpani P: tenderness (-) A: peristaltic (+) normal

A Post PSA d/t atresia ani post colostomyP Dipuasakan untuk operasi 6-8 jam sebelum operasi

Persiapan darah 75cc 2 bagBowel: Metronidazole 500 mg/ kgbb Ceftriaxone 500 mg/ kgbb Bubur kecapKonsul anestesi dan anak untuk toleransi operasiJawaban anestesi: setuju tindakan anestesi