Atresia Ani
-
Upload
patria-ardian -
Category
Documents
-
view
69 -
download
3
description
Transcript of Atresia Ani
1
BAB1
Pendahuluan
Latar Belakang
Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi kongenital dimana
rectumtidak mempunyai lubang ke luar.Sebagian besar prognosis atresia ani
biasanya baik bila didukung perawatan yang tepat dan juga tergantung kelainaan
letak anatomi saat lahir.Atresia ani bila tidak segera ditangani maka dapat terjadi
komplikasi seperti obstruksi intestinal, konstipasi dan inkontinensia feses.
Kehidupan masyarakat perkotaan erat kaitannya dengan kepadatan
penduduk, dan polusi udara.Sulitnya mencari pekerjaan untuk kaum urban
berpendidikan rendah, membuat banyak kaum urban berada pada tingkat ekonomi
menengah ke bawah.Tinggal di pemukiman padat dan kumuh dengan polusi udara
dan pola konsumsi nutrisi yang mungkin kurang baik.Rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat ekonomi sangat memungkinkan terbatasnya keluarga
dengan ibu hamil terpapar dengan informasi kesehatan tentang nutrisi
kehamilan.Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama kehamilan dipercaya dapat
mempengaruhi perkembangan janin. Polusi udara dari asap rokok/nikotin
dikaitkan dengan retardasi pertumbuhan janin dan peningkatan mortalitas dan
morbiditas bayi dan perinatal.
Atresia ani merupakan salah kelainan kongenital yang dapat dipengaruhi
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan atau keduanya.Atresia ani terjadi pada 1
dari setiap 4000-5000 kelainan hidup.Secara umum atresia ani lebih banyak
ditemukan pada laki-laki daripada perempuan.Fistula rektouretra merupakan
kelainan yang paling banyak ditemuai pada bayi laki-laki, diikuti oleh fistula
perineal.Sedangkan pada bayi perempuan jenis atresia ani yang paling banyak
ditemukan adalah atresia ani diikuti fistula rektovestibular dan fistula perineal.
Angka kejadian kasus atresia ani di RSUP fatmawati selama kurun waktu
3 bulan dari Januari sampai Maret 2013 ada sekitar 14 kasus dari 100 klien yang
dirawat di gedung Teratai lantai III Utara. Dari 14 kasus atresia ani tersebut
sekitar 7 kasus dirawat untuk tutup kolostomi.
2
Atresia ani letak tinggi memerlukan penatalaksanaan operasi bertahap
yaitupembuatan kolostomi, pembuatan saluran anus/PSARP (posterior
sagittalanorectoplasty), dan yang terakhir tutup kolostomi.
3
BAB2
Tinjauan Pustaka
Definisi
Atresia ani atau anus imperforata atau malformasi anorektal adalah suatu
kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya
agenesis ani, agenesis rekti dan atresia rekti. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat
muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal,Cardial, Esofageal, Renal,
Limb).1
Etiologi
1. Faktor Penyebab
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur.
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan.
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yangterjadi antara
minggu ke-4 hingga ke-6 usia kehamilan.
d. Berkaitan dengan Sindrom Down Malformasi anorektal memiliki etiologi
yang multifaktorial. Salah satunya adalah komponen genetik. Pada tahun
1950an,didapatkan bahwa risiko malformasi meningkat pada bayi yang
memiliki saudara dengan kelainan malformasi anorektal yakni 1dalam 100
kelahiran, dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000
kelahiran. Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara malformasi
anorektal dengan pasien dengan trisomi 21 ( Down's syndrome). Kedua hal
tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-macam gen yang
berbeda dapat menyebabkan malformasi anorektal atau dengan kata lain
etiologi malformasi anorektal bersifat multigenik.
4
e. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan. Kegagalan pembentukan septum
urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau
pembentukan anus dari tonjolan embrionik.2
2. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya atresia ani dapat disebabkan oleh kelainan
kongenital saat lahir seperti:
a. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas padavertebral, anal,
jantung, trachea, esofagus, ginjal, dan kelenjar limfe).
b. Kelainan sistem pencernaan.
c. Kelainan sistem pekemihan.
d. Kelainan tulang belakang.2
Klasifikasi
Klasifikasi atresia ani berbeda untuk jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Klasifikasi pada laki-laki yaitu menurut letaknya yaitu lesi rendah
atau lesi tinggi berdasarkan akhir dari rektum apakah berada pada otot levator ani
(lesi rendah) atau apakah berada diatas otot levator ani (lesi tinggi)3.Sedangkan,
pada perempuan dibedakanmenurut anatominya yaitu adanya fistel atau
bersatunya uretra, vagina dan anus menjadi satu saluran yang disebut kloaka.4
pemeriksaan radiologi untuk atresia ani yaitu :
Radiologis
Pemeriksaan foto abdomen stelah 18-24 jam setelah lahir agar usus terisi
udara, dengan cara wangenstein reis ( kedua kaki dipegang posisi badan vertical
dengan kepala di bawah atau knee chest position (sujud) bertujuan agar udara
berkumpul di daerah paling distal. Bila terdapat fistula maka dilakukan fistulgrafi.
Pemeriksaan rontgen baby gram untuk melihat cor kembangnya kedua
paru bayangan gas dalam usus meningkat.
5
Pemeriksaan RT untuk melihat anus ada tidak atau hanya lengkungan saja
(anal dumpt) lihat apakah anus di tempat normal, apakah kalibernya normal
apakah ditemukan fistel.
Gambar 1.Lesi rendah (kiri) dan lesi tinggi (kanan) pada laki-laki dengan atresia
ani.
Gambar 2.Vestibular fistula (kiri) dan Kloaka (kanan) pada perempuan dengan
atresia ani.
6
Embriologi dan Anatomi Anorektal
Pembentukan sistem pencernaan dimulai pada usia embrio minggu
keempat yang diawali oleh pembentukan primitive gut, berbentuk tabung yang
merupakan bagien dari endoderm yang dilapisi oleh yolk. Primitive gut dibatasi
pada pars cranial oleh membrane orofaringeal dan pada pars kaudal oleh
membrane kloaka. Bagian bagian dari primitive gut dibedakan menjadi 3 yakni
foregut, midgut, dan hindgut. Foregut akan membentuk esophagus, gaster,
duodenum, liver dan kantung empedu serta pankreas. Midgut membentuk
sepertiga distal duodenum hingga 2/3 transversum. Sementara hindgut
membentuk kolon desenden hingga 2/3 proksimal kanalis anal.5,6
Selain pembentukan sistem intestinal, endoderm dari hindgut juga menjadi
pembentuk epithelial lumen dari kandung kemih dan uretra. Dalam prosesnya,
terminal dari hindgut akan memasuki bagian posterior dari kloaka dan membentuk
kanal anorektal, sementara bagian anterior kloaka akan dimasuki oleh alantois dan
membentuk sinus urogenital. Kedua pars kloaka ini dipisahkan oleh septum
urorektal yang merupakan derivat dari mesoderm yang berasal dari alantois. Pada
usia fetus di akhir minggu ke 7, membrane kloaka akan ruptur dan membentuk
bukaan anus di posterior dan sinus urogenital di anterior. Sementara ujung dari
septum urorektal akan membentuk perineal body. Pada akhir minggu ke 9,
proliferasi ectoderm akan membentuk sepertiga distal dari kanal anal.5,6
Perkembangan anus dimulai dari pembentukan dua bagian, yaitu tuberkel
anal kanan dan kiri yang muncul di depan lipatan tulang ekor. Tuberkel ini
tumbuhke arah ventral sampai mereka mengelilingi bagian akhiir
hindgut.Cekungan ditengah tuberkel disebut dengan proctoderm.Kemudian
bagian atas kanalis anidibentuk oleh bagian akhir hindgut dan bagian bawahnya
dari proctoderm.Ototsfingter ani eksternus dibentuk dari mesoderm yang
berkembang sendiri danberada di perineum.7
7
Gambar 3.Pembentukan kanal anorektal dan sinus urogenital
Panjang kanalis ani kurang lebih 4 cm menuju ke bawah dan ke belakang
dari sambungan anorektal.Duapertiga bagian atas kanalis ani merupakan derivate
dari hindgut sedangkan sepertiga bagian bawah merupakan lanjutan dari anal
pit.Sedangkan epitelnya adalah derivat dari ectoderm dari anal pit dan endoderm
dari hindgut.Pada peralihan dari kedua bentuk epitel, yaitu dari epitel kolumner
menjadi epitel pipih bedapis bertingkat, terletak garis dentata dan merupakan
tempat membran ani. Kanalis ani merupakan bagian akhir dari traktus
gastrointestinalis pada manusia dan merupakan bagian yang terbuka sebagai
anus.7
Anterior dari kanalis ani pada laki-laki terdapat bangunan perineal body
yang memisahkan antara kanalis ani dengan otot tranversus perinei,
membraneurethrae dan bulbus penis.Sedangkan pada perempuan perineal body
ini memisahkan kanalis ani dengan sepertiga inferior vagina.Posterior kanalis ani
berhubungan dengan anococcygeal body yang merupakan anyaman pada jaringan
fibrosa yang membentang antara kanalis ani dengan tulang coccygeus, dan
kemudian ke atas menyatu dengan rafe media dari otot levator ani. Pada kedua sisi
kanalis ani, otot puborektalis (levator ani) memisahkan kanalis ani dari fossa
Ischiorectalis.7
8
Fisiologi dan Fungsi Anorektal
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar (udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh
sfingter :7
a. Sfingter ani interus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
Defekasi (buang air besar) didahului oleh transport. Feses ke dalam
rektum yang mengakibatkan ketegangan dinding rektum mengakibatkan
rangsangan untuk reflex defekasi sedangkan otot usus lainnya berkontraksi. M.
Levator ani relaksasi secara volunter dan tekanan ditimbulkan oleh otot-otot
abdomen.7
Fungsi anorektal secara normal adalah motilitas kolon yaitu mengeluarkan
isi feses dari kolon ke rektum, fungsi kedua adalah fungsi defekasi yaitu
mengeluarkan feses secara intermiten dari rektum, sedang fungsi ketiga adalah
menahan isi usus agar tidak keluar pada saat tidak defekasi. Fungsi fungsi tersebut
saling berkaitan satu dengan yang lain dan adanya ketidakseimbangan akan
menyebabkan ketidaknormalan terhadap masing masing fungsi tersebut.7
Patofisiologi
Pembentukan embriogenesis pada kelainan ini masih belum
diketahui.Diduga bahwa rektum berkembang dari bagian dorsal kavitas kloaka.
Kavitas kloaka ini terbentuk ketika mesenkim bertumbuh ke arah lateral yang
membentuk septum urorektal. Septum ini memisahkan rektum dan kanal anus
pada bagian dorsal dari kandung kemih dan uretra.Pada Septum tersebut terdapat
duktus kloaka dimana merupakan sebuah penghubung antara dua organ tersebut.
Duktus tersebut akan menutup pada masa kehamilan 7 minggu. Pada masa ini
akan terjadi pembukaan pada membran anus. Apabila terjadi kegagalan
pembentukan septum urorektal maka akan terjadi kegagalan pembentukan anus
atau yang dinamakan atresia ani.8
9
Gambar 4. Pathway Atresia Ani
10
Manifestasi Klinik
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium.Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi.Pada
golongan 3 hampir selalu disertai fistula.Pada bayi wanita sering ditemukan
fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari
(vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi
laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau
uretra dan jarang rektoperineal.9
Gejala yang akan timbul :
1. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
4. Perut kembung.
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti.
1. Pada anamnesis dapat ditemukan :12
a. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir.
b. Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula
c. Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan kelainan
adalah letak rendah
Menurut algoritma penatalaksanaan malformasi anorektal pada neonatus
laki-laki, jika jarak ujung distal bayangan udara dengan kulit perineum > 1 cm
maka dilakukan colostomy (sigmoidostomy) terlebih dahulu sebagai
penanganan untuk mengevakuasi feses.
Menurut algolitma penatalaksanaan malformasi anorektal pada neonates
perempuan jika terdapat fistel rektivaginal atau rektovestibuler dan jika tidak
terdapat vistel dilakukan invertrogram apabila akhiran > 1 cm dari kulit
dilakukan kolostomi terlebih dahulu.selanjutnya apabila perkembangan
neonates baik, sekitar 4-8 minggu kemudian baru dikerjakan tindakan
11
defenitive berupa PSARP. Saat ini teknik yang paling banyak dipakai adalah
posterosagital anorektoplasti, baik minimal, limited atau full postero sagital
anorektolasti. Khusus untuk malformasi anorektal type kloaka maka setelah
dilakukan kolostomi dan bila perlu vaginostomy maupun diversi urinaria maka
sekitar 6 bulan.
Pena menggunakan cara sebagai berikut:10
1. Bayi laki-laki dilakukan pemeriksaan perineum dan urin bila :
a. Fistel perianal (+), bucket handle, anal stenosis atau anal membran berarti
atresia letak rendah maka dilakukan minimal Postero Sagital Anorektoplasti
(PSARP) tanpa kolostomi
b. Bila mekoneum (+) maka atresia letak tinggi dan dilakukan kolostomi terlebih
dahulu, setelah 8 minggi kemudian dilakukan tindakan definitif.
Apabila pemeriksaan diatas meragukan dilakukan invertrogram.Bila
akhiran rektum < 1 cm dari kulit maka disebut letak rendah.Akhiran rektum > 1
cm disebut letak tinggi.Pada laki-laki fistel dapat berupa rektovesikalis,
rektouretralis dan rektoperinealis.10
2. Pada bayi perempuan 90 % atresia ani disertai dengan fistel.10
a. Bila ditemukan fistel perineal (+) maka dilakukan minimal PSARP tanpa
kolostomi.
b. Bila fistel rektovaginal atau rektovestibuler dilakukan kolostomi terlebih
dahulu.
c. Bila fistel (-) maka dilakukan invertrogram: apabila akhiran < 1 cm dari kulit
dilakukan postero sagital anorektoplasti, apabila akhiran > 1 cm dari kulit
dilakukan kolostomi terlebih dahulu.
d. Bila mekonium didapatkan pada perineum, vestibulum atau fistel perianal maka
kelainan adalah letak rendah .Bila Pada pemeriksaan fistel (-) maka kelainan
adalah letak tinggi atau rendah. Pemeriksaan foto abdomen setelah 18-24 jam
setelah lahir agar usus terisis\ udara, dengan caraWangenstein Reis (kedua kaki
dipegang posisi badan 7 vertikal dengan kepala dibawah) atau knee chest
position (sujud) dengan bertujuan agar udara berkumpul didaerah paling distal.
Bila terdapat fistula lakukan fistulografi.10
12
Pada pemeriksan klinis, pasien malformasi anorektal tidak selalu
menunjukkan gejala obstruksi saluran cerna. Untuk itu, diagnosis harus
ditegakkan pada pemeriksaan klinis segera setelah lahir dengan inspeksi daerah
perianal dan dengan memasukkan termometer melalui anus.11,12
Mekonium biasanya tidak terlihat pada perineum pada bayi dengan fistula
rektoperineal hingga 16-24 jam. Distensi abdomen tidak ditemukan selama
beberapa jam pertama setelah lahir dan mekonium harus dipaksa keluar melalui
fistula rektoperineal atau fistula urinarius. Hal ini dikarenakan bagian distal
rektum pada bayi tersebut dikelilingi struktur otot-otot volunter yang menjaga
rektum tetap kolaps dan kosong.Tekanan intrabdominal harus cukup tinggi untuk
menandingi tonus otot yang mengelilingi rektum. Oleh karena itu, harus ditunggu
selama 16-24 jam untuk menentukan jenis malformasi anorektal pada bayi untuk
menentukan apakah akan dilakukan colostomy atau anoplasty. 12
Inspeksi perianal sangat penting.Flat "bottom" atau flat perineum, ditandai
dengan tidak adanya garis anus dan anal dimple mengindikasikan bahwa pasien
memiliki otot-otot perineum yang sangat sedikit.Tanda ini berhubungan dengan
malformasi anorektal letak tinggi dan harus dilakukan colostomy.12
Tanda pada perineum yang ditemukan pada pasien dengan malformasi
anorektal letak rendah meliputi adanya mekonium pada perineum, "bucket-
handle" (skin tag yang terdapat pada anal dimple), dan adanya membran pada
anus (tempat keluarnya mekonium).12
Terapi Bedah pada Malformasi Anorektal
Manajemen bedah pada anus imperforata tergantung dari defek
anatomi.Secara umum, jika lesi letak rendah, hanya dikakukan operasi perineal
tanpa kolostomi. Bayi dengan lesi tinggi harus dilakukan kolostomi, diikuti
prosedur penarikan pada usia kurang lebih 2 bulan. Jika terdapat persisten kloaka,
traktus urinari harus dievaluasi saat formasi kolostomi untuk memastikan apakah
pengosongan normal dapat terjadi dan untuk mengetahui apakah kandung kemih
perlu dilakukan drainase yaitu dengan vesicostomi. Jika terdapat keraguan
terhadap tipe lesi, lebih aman jika dilakukan kolostomi daripada membahayakan
bayi dengan melakukan tindakan operasi gegabah.3
13
Gambar 1. Kolostomi
Gambar 5. Colostomy Bag
Prosedur yang banyak dilakukan adalah prosedur posterior sagittal
anorectoplasty (PSARP).Hal ini berupa memposisikan pasien dengan posisi
pronasi jackknife, membagi otot levator ani dan kompleks sphincter eksternal
pada posterior midline, memisahkan komunikasi antara traktus gastrointestinal
dengan traktus urinari, dan menarik kebawah rektum setelah ukuran yang
dikehendaki tercapai. Otot tersebut kemudian direkonstruksi dan dijahit ke
rektum.3
Gambar 6. Posisi Prone Jackknife
14
Pasien dengan lesi letak tinggi memiliki resiko inkontinensia postoperatif,
sedangkan pasien dengan lesi letak rendah memiliki resiko konstipasi.Tatalaksana
pasien dengan lesi letak tinggi dapat difasilitasi dengan pendekatan laparoskopi,
dimana pasien diposisikan supine dan rektum dimobilisasi kebawah di bagian
koneksi fistula menuju leher kandung kemih.Fistula lalu dipisahkan dan rektum
dimobilisasi dibawah tepat di bawah refleksi peritoneal.Prosedur tersebut lalu
dilanjutkan di bagian perineum, dan lokasi otot ditentukan menggunakan
stimulator saraf.Jarum Veress ditelusuri melalui kulit pada tempat yang
diindikasikan, dengan pedoman laparoskopi menuju bagian intrapelvik. Dilator
menggantikan jarum Veress, rektum ditarik melalui pembukaan perioneal ini dan
anoplasti telah terbentuk.3
Gambar 7. Bidang diseksi pada PSARP (kiri), proses penjahitan pada anoplasti
(kanan A) dan penjahitan subkutikuler (kanan B)
Gambar 8. Prosedur PSARP
Referensi:
15
1. Bedah UGM. Atresia Ani. http://www.bedahugm.net.
2. Levitt M, Pena A. Anorectal Malformation.Orphanet Journal of Rare Diseases
2007, 2:33. http://www.ojrd.com/content/2/1/33
3. Schwartz S.I., Brunicardi F.C., Andersen D.K., Billiar T.R., Dunn D.L., Hunter
J.G., et al. Schwartz's principles of surgery. Edisi 10. United States: McGraw-
Hill Education; 2014.
4. Kliegman R.M. Nelson textbook of pediatrics: Saunders Elsevier; 2012.
5. Sadler TW. Langman’s Medical Embryology. 11th ed. Lippincott Williams and
Wilkins Inc. 2011.p.302-16
6. The Digestive System. In: Moore KL, Persaud TVN. The Developing Human.
9th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2013.
7. Wahid R. Embriologi dan Anatomi Anorektal. Repository Univeristas
Riau.2012
8. Rosen N.G, Cuffari C, Nazer H, et.al. 2014. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/929904-overview#a5
9. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351612-PR-Ade%20Kurniah.pdf [di akses
pada 22 Juni 2015]
10. Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M. principles and Practice of
Pediatric Surgery Vol.2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005;
1395-1434
11. FK UII. Atresia Ani.Fakultas Kedokteran Unversitas Islam Indonesia, 2006.
12. Levitt M, Pena A. Anorectal Malformation. Orphanet Journal of Rare
Diseases 2007, 2:33. http://www.ojrd.com/content/2/1/33
13. Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisike-3. Jakarta : EGC.
LAPORAN KASUS
16
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : AP
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 04/ 05/ 2014/ 1 tahun 3 bulan
Pekerjaan : -
RM : 00.60.00.49
Tanggal masuk : 26 agustus 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan utama: anus bengkak
Telaah: - Datang ke poli dengan keluhan anus bengkak kotoran pernah keluar
saat buang angin. Keluhan kembung (-) konsistensi normal perasaan ingin BAB
terasa, soiling pernah terjadi bersama flatus kemampuan menahan feses > 1 menit
BAK normal berwarna kuning jernih .
RPT : Os pernah dirawat di HAM saat usia 1 hari dan dilakukan kolostomi, dan
dilakukan kolostomi kembali pada umur 7 bulan
RPO : -
III. PEMERIKSAAN FISIK
17
Sens : CM, T: 37 oC ; BB = 7,6 Kg
Anemis (-), ikhterik (-), dispone (-), cyanosis (-), oedem (-)
Kepala : mata : RC +/+, pupil isokor, conj palpebra inferior pucat (-/-) ;
Telinga/mulut/hidung = dalam batas normal
Dada : simetris fusiformis, retraksi (-)
HR :90 x/menit regular, desah
RR :24 x/ menit , regular, ronchi (-)
Perut :colostomi (+), peristaltic(+) N
H/L : tidak teraba, tampak feses (+)
Ext: Pols 90x/i, ct/v cukup, akral hangat CRT , 3 detik
Anus: (-) kelamin perempuan (N)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
18
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin : Hb : 13.70 g/dL
Ht : 38.00 %
RBC : 5,28 x106/mm3
Leu : 15,40 x 103/mm3
Trom : 372 x 103 /mm3
Albumin : 4.8 g/dl (3.8 – 6.4)
Glukosa Darah Sewaktu : 87.80 mg/dl
Trigliserida : 120 mg/dl (40 – 200)
Kesan : Normal
V. DIAGNOSIS
Post PSA d/t atresia ani post colostomy
VI. TATALAKSANA
- Cefriaxone 500gr/12jam
- Metrinidazole 500gr/8jam
- Diet Bowel
- Personal hygiene
- Mobilisasi
- Pasien puasa 6 – 8 jam pre op
- Persiapan darah 2 bag 75cc
- Foto thoraks
VII. FOLLOW UP
19
Tanggal Follow Up
26 Agustus
2015
S Demam (-), mual dan muntah (-), anak aktifO Hemodinamik stabil, compos mentis
Abdomen: I: stoma lancar, produksi feces (+) P: timpani P: tenderness (-) A: peristaltic (+) normal
A Post PSA d/t atresia ani post colostomyP Dipuasakan untuk operasi 6-8 jam sebelum operasi
Persiapan darah 75cc 2 bagBowel: Metronidazole 500 mg/ kgbb Ceftriaxone 500 mg/ kgbb Bubur kecapKonsul anestesi dan anak untuk toleransi operasiJawaban anestesi: setuju tindakan anestesi