Atresia Ani

31
PRESENTASI KASUS BEDAH I. Identitas Nama : By. M Umur : 5bulan Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Alamat : Gegesik Tanggal Masuk RS : 25 Oktober 2011 TanggalPemeriksaan : 10 November 2011 II. Anamnesis Keluhan utama : Tidak memiliki anus Keluhan tambahan : Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dibawa ibu pasien dengan keluhan tidak terdapat anus pada pasien yang diketahui sejak pasien lahir. Pemeriksaan Fisik : Status Generalis Keadaan umum : Tampak sakit sedang. Kesadaran : compos mentis Vital sign : RR : 28 x / menit , reguler, kedalamancukup N : 115 x / menit,reguler,isicukup,ekual

Transcript of Atresia Ani

Page 1: Atresia Ani

PRESENTASI KASUS BEDAH

I. Identitas

Nama : By. M

Umur : 5bulan

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Gegesik

Tanggal Masuk RS : 25 Oktober 2011

TanggalPemeriksaan : 10 November 2011

II. Anamnesis

Keluhan utama : Tidak memiliki anus

Keluhan tambahan :

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dibawa ibu pasien dengan keluhan

tidak terdapat anus pada pasien yang diketahui sejak pasien lahir.

Pemeriksaan Fisik :

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang.

Kesadaran : compos mentis

Vital sign : RR : 28 x / menit , reguler, kedalamancukup

N : 115 x / menit,reguler,isicukup,ekual

S : 36,4 °C

Kepala : Normochepal, simetris

Mata

Conjungtiva : Anemis (-)

Sklera : Anikterik

Leher : tidak ada pembesaran KGB.

Page 2: Atresia Ani

Thoraks

Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : redup, batas jantung normal

Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Inspeksi : Hemitorak ka-ki simetris saat statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus vokal dan taktil simetris hemitorak ka-ki

Perkusi : Sonor pada seluruh lap paru

Auskultasi : VBS n, rh-/- wh -/-

Abdomen : Inspeksi : tampak datar

Palpasi : supel, NT/NL/NK: -/-/-

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU +

Ekstremitas : Edema - - Sianosis - -

- - - -

III. Pemeriksaan Penunjang

JenisPemeriksaan Hasil NilaiRujukanDarahRutinHemoglobin 9.5 13-18 g/dlHematokrit 28.2 40-52 %Eritrosit 3.67 4,3-6 juta /LLeukosit 10.700 5000-14500 / uLTrombosit 285.000 150000-400000KimiaNatrium 144 130-150 mEq/LKalium 4.7 3,5-5 mEq/LKlorida 112 97-107 mmol/LKalsium 11,24Glukosasewaktu 95 144- 200 mg/dLUreum 12.8 --Kreatinin 0.22 --Asam Urat 3.37 --

Page 3: Atresia Ani

IV. Diagnosis Kerja

Atresia ani

V. Terapi

Diet ASI / PASI ad lib

Pro PSARP + Tutup fistel

Tunggu perbaikan KU

Tranfusi PRC 50 cc

Infus KaEn IB 540 cc / 24 jam

Irigasi lewat fistel (pagi dan sore) dengan NaCl 50cc

VI. Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Page 4: Atresia Ani

ATRESIA ANI

III.1 Definisi

Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal adalah suatu kelainan

kongenital tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna.

III.2 Epidemiologi

Insiden 1: 5000 kelahiran. Terdapat laporan yang menyatakan bahwa kelainan pada anus

dapat terjadi pada satu atau lebih anak pada sebuah keluarga lebih dari tiga generasi yang

berbeda. Atresia ani biasanya diikuti oleh kelainan kongenital lain yang terletak pada garis

tengah ( midline anomaly ). Dengan sebutan VATER, biasanya presentase kejadian tinggi

dimana kelainan tersebut adalah kelainan pada vertebra ( V ) dimana terjadi agenesis tulang

vertebra S1, S2, atau S3 biasanya dengan defisit neurologis, Anal atresia ( A ),

Tracheoesophageal fistul ( TE ) , Anomali renal ( R ).

Kelainan ini dikembangkan menjadi VACTERL dimana ( C ) untuk kelainan jantung pada

septum ventrikel, dan ( L ) untuk defomitas pada tangan dan kaki, misalnya pada tulang

radius yang tidak ada.

Secara umum, malformasi anorektal lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada

perempuan. Fistula rektouretra merupakan kelainan yang paling banyak ditemui pada bayi

laki-laki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi perempuan, jenis malformasi

anorektal yang paling banyak ditemui adalah anus imperforata diikuti fistula rektovestibular

dan fistula perineal. Hasil penelitian Boocock dan Donna di Manchester menunjukkan bahwa

malformasi anorektal letak rendah lebih banyak ditemukan dibandingkan malformasi

anorektal letak tinggi.

Page 5: Atresia Ani

III.3 Patofisiologi

Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus

dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rektum,

sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter intern mungkin

tidak memadai. Kelainan bawaan rektum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi

rektum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan

septum urorektal yang memisahkannya. Dalam hal ini terjadi fistel antara saluran kemih dan

saluran genital. Pada kelainan rektum yang tinggi, sfingter intern tidak ada sedangkan

sfingter ekstern hipoplastik.

Anus dan rektum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka. Pertumbuhan ke

dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan septum

disebelah dorsal dari saluran kencing disebelah ventral. Kedua sistem (rektum dan saluran

kencing) menjadi terpisah sempurna pada umur kehamilan minggu ke-7. Pada saat yang

sama, bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang eksterna,

sedangkan bagian anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada kehamilan minggu ke-

8. Kelainan dalam perkembangan proses ini pada berbagai stase menimbulkan suatu

spektrum anomali, kebanyakan mengenai saluran usus bawah dan bangunan genitourinaria.

Hubungan yang menetap antara bagian genitourinaria dan bagian rektum kloaka

menimbulkan fistula.

III.4 Klasifikasi

Penanganan atresia anus harus dilakukan sesuai dengan letak ujung atresia terhadap otot

dasar panggul. Untuk itu dibuat pembagian anomali tersebut menjadi supralevator dan

translevator. Pada kelainan rendah atau distal rektum menembus m. Levator anus sehingga

jarak antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm. Kelainan intermedia merupakan

Page 6: Atresia Ani

kelainan menegah, ujung rektum mencapai m.levator anus tetapi tidak menembusnya,

sedangkan kelainan supralevator yang disebut kelainan tinggi atau proksimal tidak mencapai

tingkat m. levator anus, dengan letak antara rektum dan perineum lebih dari 1 cm.

Kelainan rendah dapat merupakan stenosis anus yang hanya membutuhkan dilatasi membran

atau merupakan membran anus tipis yang mudah dibuka segera setelah anak lahir. Kelainan

tinggi biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau ke saluran genital.

Biasanya dipakai klasifikasi Wingspread sebagai penggolongan anatomi. Menurut klasifikasi

Wingspread (1984), atresia ani dibagi 2 golongan yang dikelompokkan menurut jenis

kelamin.

Pada Perempuan

Neonatus perempuan perlu pemeriksaan khusus, karena seringnya ditemukan fistel ke

vestibulum atau vagina 80-90%.

Kelompok1.

Pada fistel vagina, mekonium tampak keluar dari vagina. Evakuasi feses menjadi tidak lancar

sehingga sebaiknya cepat dilakukan kolostomi. Pada fistel vestibulum, muara fistel terdapat

di vulva. Umumnya evakuasi feses lancar selama penderita hanya minum susu. Evakuasi

mulai terhambat saat penderita mulai makan makanan padat. Kolostomi dapat direncanakan

bila penderita dalam keadaan optimal. Bila terdapat kloaka maka tidak ada pemisahan antara

traktus urinarius, genitalis dan jalan cerna. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna hingga

perlu cepat dilakukan kolostomi.

Pada atresia rektum, anus tampak normal tetapi pada pemeriksaan colok dubur, jari tidak

dapat masuk lebih dari 1-2cm. Tidak ada evakuasi mekonium sehingga perlu segera

dilakukan kolostomi. Bila tidak terdapat fistel , dibuat invertogram, yaitu foto rontgen

diambil pada bayi di letak inversi (pembalikan posisi) sehingga udara di kolon akan naik

sampai diujung buntu rektum. Jika udara > 1cm kulit perlu segera dilakukan kolostomi.

Page 7: Atresia Ani

Kelompok 2.

Lubang fistel perineum biasanya terdapat diantara vulva dan tempat letak anus normal, tetapi

tanda timah anus yang buntu ada diposteriornya. Kelainan ini umumnya menimbulkan

obstipasi. Pada stenosis anus, lubang anus terletak ditempat yang seharusnya, tetapi sangat

sempit. Evakuasi feses tidak lancar sehingga biasanya harus dilakukan terapi definitif.

Bila tidak ada fistel pada invertogram udara <1 cm dari kulit, dapat segera dilakukan

pembedahan definitif. Dalam hal ini evakuasi tidak ada sehingga, perlu segera dilakukan

kolostomi.

Pada laki-laki

Yang harus diperhatikan adalah adanya fistel atau kenormalan bentuk perineum dan ada

tidaknya butir mekonium di urine. Dari kedua hal tersebut pada anak laki-laki dapat dibuat

kelompok dengan atau tanpa fistel urine dan fistel perineum.

Kelompok 1

Jika ada fistel urin, tampak mekonium keluar dari orifisium eksternum uretra, mungkin

terdapat fistel ke uretra ataupun ke vesika urinaria. Cara praktis untuk menentukan letak fistel

adalah dengan memasang kateter urine. Bila kateter tepasang dan urin jernih, berarti fistel

terletak di uretra karena fistel tertutup kateter. Bila dengan kateter urine mengandung

mekonium berarti fistel ke vesika urinaria. Bila evakuasi feses tidak lancar, penderita

memerlukan kolostomi segera. Pada atresia rektum tindakannya sama dengan pada

perempuan, yaitu harus dibuat kolostomi. Jika tidak ada fistel dan udara > 1cm dari kulit pada

invertogtam, maka perlu segera dilakukan kolostomi.

Kelompok 2

Fistel perineum sama dengan pada wanita, lubangnya terdapat anterior dari letak anus

normal. Pada membran anal biasanya tampak bayangan mekonium dibawah selaput. Bila

evakuasi feses tidak ada sebaiknya dilakukan terapi definitif secepat mungkin. Pada stenosis

Page 8: Atresia Ani

anus , sama pada wanita, tindakan definitif harus dilakukan. Bila tidak ada fistel dan udara <

1cm dari kulit pada invertogram, perlu juga dilakukan pertolongan bedah.

Laki-laki kelompok 1Kelainan TindakanFistel urin kolostomi neonatus, operasi definitif pd usia 4-6 bulanAtresia rektumPerineum datarFistel tidak adaInvertogram: udara > 1cm dari kulitLaki-laki kelompok 2Kelainan TindakanFistel perineum operasi langsung pada neonatusMembran analStenosis anusFistel tidak adaInvertogram : udara < 1cmPerempuan kelompok 1Kelainan TindakanKloaka kolostomi neonatusFistel vaginaFistel anovestibuler atau rektovestibulerAtresia rektumFistel tidak adaInvertogram: udara > 1 cm dari kulitPerempuan kelompok 2 Kelainan TindakanFistel perineum operasi langsung pada neonatusStenosis anusFistel tidak adaInvertogram : udara < 1cm dari kulit

Tabel 1. Klasifikasi Wingspread.

Beberapa rincian dari klasifikasi Wingspread tetap dipertanyakan. Beberapa jenis malformasi

anorektal seperti fistula rectovaginal sangat jarang, dan dari sudut pandang operasi, dengan

menggunakan PSARP di sekitar dua pertiga dari semua anorektal malformasi, jenis kelamin

pasien tidak penting dalam pilihan pendekatan bedah. Oleh karena itu, pada tahun 1995, Peña

mengusulkan sebuah klasifikasi yang didasarkan pada hubungan antara terminal kolon ke

levator sling muscle otot-otot panggul. Ia membedakan antara perineum, vestibular, bulbar,

prostat, dan leher kandung kemih fistula; anus imperforata tanpa fistula; vagina fistula;

cloacal fistula; atresia anus atau stenosis.

Page 9: Atresia Ani

Tabel 2. Klasifikasi Pena malformasi anorektal.

Deskripsi dan fistula ini berhubungan dengan pengelompokan menjadi diterima secara luas

selama sepuluh tahun terakhir. Keuntungan dari klasifikasi Peña 5 adalah bahwa jenis fistula

tidak hanya memberikan informasi tentang lokalisasi dari kantong , tetapi juga pada tingkat

diantisipasi mobilisasi dari dubur atretic segmen yang diperlukan untuk melakukan sakro-

atau-melalui abdominosacroperineal pull-through.

Gambar 3. Perineal fistula (low malformation) in male

Page 10: Atresia Ani

(a) (b)

Gambar 4. Rectourethral fistula; a) bulbar, b) prostatic

Gambar 5. Bladder neck fistula. Gambar 6. No fistula.

Gambar 7. Perineal fistula in female. Gambar 8. Recto vestibular fistula.

(a) (b)

Gambar 9. Vaginal fistula; a) low, b) high

Page 11: Atresia Ani

(a) (b)

Gambar 10. Cloaca; a) short common channel < 3 cm, b) long common channel >3cm.

Gambar 11. Rectal atresia.

III.5 Diagnosis

III.5.1 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah bayi tidak dapat buang air besar sampai

24 - 48 jam setelah lahir, feses keluar dari vagina, pangkal penis, skrotum, atau uretra,

pembengkakan daerah abdomen, pembuluh darah di kulit abdomen akan terlihat menonjol.

Bayi muntah-muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu

manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan

empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium.

Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir yaitu

Sindrom vacterl (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebra, anus, jantung, trachea,

Page 12: Atresia Ani

esofahus, ginjal dan kelenjar limfe), kelainan sistem pencernaan, kelainan sistem perkemihan,

atau kelainan tulang belakang.

III.5.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksan klinis, pasien malformasi anorektal tidak selalu menunjukkan gejala

obstruksi saluran cerna. Untuk itu, diagnosis harus ditegakkan pada pemeriksaan klinis segera

setelah lahir dengan inspeksi daerah perianal dan dengan memasukkan termometer melalui

anus selain untuk mengukur suhu tubuh bayi. Mekonium biasanya tidak terlihat pada

perineum pada bayi dengan fistula rektoperineal hingga 16-24 jam.

Distensi abdomen tidak ditemukan selama beberapa jam pertama setelah lahir dan mekonium

harus dipaksa keluar melalui fistula rektoperineal atau fistula urinarius. Hal ini dikarenakan

bagian distal rektum pada bayi tersebut dikelilingi struktur otot-otot volunter yang menjaga

rektum tetap kolaps dan kosong. Tekanan intrabdominal harus cukup tinggi untuk

menandingi tonus otot yang mengelilingi rektum. Oleh karena itu, harus ditunggu selama 16-

24 jam untuk menentukan jenis malformasi anorektal pada bayi untuk menentukan apakah

akan dilakukan colostomy atau anoplasty.

Inspeksi perianal sangat penting. Flat "bottom" atau flat perineum, ditandai dengan tidak

adanya garis anus dan anal dimple mengindikasikan bahwa pasien memiliki otot-otot

perineum yang sangat sedikit. Tanda ini berhubungan dengan malformasi anorektal letak

tinggi dan harus dilakukan colostomy. Tanda pada perineum yang ditemukan pada pasien

dengan malformasi anorektal letak rendah meliputi adanya mekonium pada perineum,

"bucket-handle" (skin tag yang terdapat pada anal dimple), dan adanya membran pada anus

(tempat keluarnya mekonium).

Page 13: Atresia Ani

III.5.3 Pemeriksaan Penunjang

Invertogram

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang seperti invertogram/

wangenstein reis yang dapat dibuat setelah udara yang ditelan oleh bayi telah mencapai

rektum. Invertogram adalah teknik pengambilan foto untuk menilai jarak puntung distal

rektum terhadap tanda timah atau logam lain pada tempat bakal anus di kulit perineum, yang

diambil pada bayi di letak inversi (pembalikan posisi), kedua kaki dipegang posisi badan vertical dengan kepala

dibawah), Cross table lateral view / knee-chest position (posisi sujud) dengan sinar horizontal

yang diarahkan ke trokanter mayor. Selanjutnya diukur jarak dari ujung udara yang ada

diujung distal rektum ke tanda logam di perineum.

Cara ini bertujuan agar udara berkumpul didaerah paling distal sehingga udara di kolon akan naik sampai di

ujung buntu rektum. Dilakukan setelah 18-24 jam setelah lahir agar usus terisi udara. Bila terdapat

fistula lakukan fistulografi.

Gambar 13. Cross table lateral position.

Page 14: Atresia Ani

USG Abdomen

USG abdomen digunakan untuk memeriksa saluran genitourinary dan untuk mencari massa

lainnya. Hidronefrosis, hydrocolpos, presacral massa, massa abdomen, dapat sangat

mempengaruhi penatalaksanaan. Pemeriksaan ini harus dilakukan sebelum operasi dan harus

diulang setelah 72 jam karena temuan USG awal mungkin tidak cukup untuk menyingkirkan

vesicoureteral hidronefrosis akibat refluks. USG atau MRI tulang belakang, banyak anak-

anak dengan malformasi anorektal mungkin memiliki kelainan pada saraf tulang belakang,

yang dapat mempengaruhi prognosis. USG harus dilakukan sedini mungkin tetapi tidak

penting sebelum prosedur pembedahan bayi yang baru lahir.

Augmented-pressure distal colostography

Augmented-pressure distal colostography, adalah diagnostik yang paling penting digunakan

untuk memperjelas anatomi di semua anak-anak dengan malformasi yang memerlukan

kolostomi. Dalam fluoroskopi suite, sebuah balon kateter dimasukkan ke stoma distal, dan

balon mengembang. Kateter ditarik kembali, dan kontras larut air disuntikkan dengan tangan.

Tekanan ini diperlukan untuk mengatasi tekanan m. levator dan untuk memungkinkan

kontras mengalir ke bagian terendah dari usus dan mengetahui adanya fistula. Pada pasien

dengan fistula ke saluran kencing, kandung kemih sering terisi, dan pemeriksaan dilanjutkan

dilengkapi dengan cystourethrography. Jika tidak ada fistula, kantong distal tampak bulat,

dan tidak terlihat ekstravasasi urin.

Page 15: Atresia Ani

III.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi harus

dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lalu penanganan atresia ani

menggunakan prosedur Abdomino Perineal Pull Through (APPT), tapi metode ini banyak

menimbulkan inkontinensia feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi.

Pena dan Defries (1982) memperkenalkan metode operasi yang baru, yaitu PSARP (Postero

Sagital Ano Recto Plasty), yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan

muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan fistel.

Teknik dari PSARP ini mempunyai akurasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan APPT

yang mempunyai tingkat kegagalan yang tinggi.

Untuk menangani secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran rectum yang dapat

ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG.

Dari berbagai klasifikasi penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian

akhiran rectum dan ada tidaknya fistula.

Leape (1987) menganjurkan pada :

a) Atresia letak tinggi & intermediet sebaiknya dilakukan sigmoid kolostomi dahulu, setelah

6 –12 bulan baru dikerjakan tindakan definitive (PSARP).

b) Atresia letak rendah sebaiknya dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan

tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.

c) Bila terdapat fistula sebaiknya dilakukan cut back incicion.

d) Stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana dikerjakan

minimal PSARP tanpa kolostomi.

Pena secara tegas menjelaskan bahwa, atresia ani letak tinggi dan intermediet sebaiknya

dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan diversi. Operasi definitive setelah

Page 16: Atresia Ani

4 – 8 minggu. Saat ini tehnik yang paling banyak dipakai adalah posterosagital

anorectoplasti, baik minimal, limited atau full postero sagital anorektoplasti.

Selama 24 jam pertama kehidupan, bayi harus menerima cairan infus, antibiotik, dan

dievaluasi untuk kelainan bawaan lain yang bisa mewakili menjadi resiko bagi kehidupan

bayi; terutama malformasi jantung, atresia esofagus, dan kelainan urologi. Nasogastric tube

akan melindungi bayi dari aspirasi tetapi tidak benar-benar dapat mengurangi distensi kolon.

Ekokardiogram jantung dapat dilakukan, dan bayi harus diperiksa untuk menentukan adanya

atresia esofagus. Foto sinar-x dari lumbosacral harus diambil, serta USG tulang punggung

untuk menyingkirkan adanya kelainan pada tulang belakang. USG abdomen untuk

mengevaluasi adanya hidronefrosis.

Bagan 1. Algoritma malformasi anorektal pada laki-laki.

Page 17: Atresia Ani

Bagan 2. Algoritma malformasi anorektal pada perempuan.

Kolostomi

Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui

dinding perut untuk mengeluarkan feses. Tipe kolostomi yang dapat digunakan pada bayi

dengan atresia ani adalah kolostomi loop yaitu dengan membuat suatu lubang pada lengkung

kolon yang dieksteriorisasi.

Gambar 13. Kolostomi

Page 18: Atresia Ani

Teknik Pembedahan:

1. Desinfeksi kulit

2. Insisi di kuadran abdomen yang paling dekat dengan lengkung usus yang akan

dieksteriorisasi.

3. Insisi bagian fat, fasia, otot dan perineum

4. Keluarkan lengkung kolon tanpa melipat atau memutarnya

5. Buat suatu lubang di mesokolon yang cukup besar untuk dilalui oleh sepotong batang

gelas atau teugel dengan kateter.

6. Lakukan fiksasi dengan menjahit peritoneum. Kemudian dilanjutkan dengan menjahit

fasia dan kulit dengan catgut.

7. Fasia yang dibuka terlalu lebar dijahit kembali dengan catgut chromic dengan kulitnya

pula.

8. Buatlah suatu insisi di apeks dari lengkung usus tadi dengan pisau.

9. Tutupi sekitar kolostomi dengan petrolatum dan penyeka yang sebelumnya diberi salep

zincoxyd/boor/vaseline.

10. Dipasang kantung kolostomi.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang

disebut stoma.

Perawatan Post Operasi:

1. Beri perawatan post operasi dengan baik, observasi kemungkinan adanya komplikasi

2. Memberikan perawatan anoplasty perineal yang baik, mencegah infeksi, yang dapat

mempercepat penyembuhan

a. Jangan meletakkan apapun pada rectum

b. Biarkan perineum terbuka

c. Rubah posisi kiri kanan

d. Posisi panggul ditegakkan jika akan melakukan pembersihan atau perawatan

3. Melakukan perawatan kolostomi dengan baik

a. Cegah ekskoriasi dan iritasi

b. Observasi dan catat ukuran, frekwensi, karekteristik feces

4. Mempertahankan nutrisi yang adekuat untuk mencegah dehidrasi ketidakseimbangan

Elektrolit

a. NGT pada awal post operasi digunakan

b. Monitor cairan parenteral

Page 19: Atresia Ani

Komplikasi kolostomi:

1. Obstruksi

Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan

feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu

dilakukan irigasi kolostomi secara teratur.

2. Infeksi

Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya

infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat

diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong

kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

3. Retraksi stoma/ mengkerut

Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga

karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami

pengkerutan.

4. Prolaps pada stoma

Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma

yang kurang adekuat pada saat pembedahan.

5. Stenosis / penyempitan dari lumen stoma

6. Perdarahan stoma

PSARP (POSTEROSAGITAL ANORECTOPLASTY)

PSARP adalah suatu tindakan operasi definitif pada pasien atresia ani dengan tehnik operasi

menggunakan irisan kulit secara sagital mulai dari tulang koksigeus sampai batas anterior

bakal anus.

Page 20: Atresia Ani

Metode ini diperkenalkan oleh Pena dan de Vries pada tahun 1982. Prosedur ini memberikan

beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam operasi fistula rektourinaria maupun

rektovaginal dengan cara membelah otot dasar perlvis dan sfingter.

Macam-macam PSARP

Minimal PSARP

tidak dilakukan pemotongan otot levator maupun vertical fibre, yang penting adalah

memisahkan rektum dengan vagina dan yang dibelah hanya otot sfingter eksternus.

Indikasi dilakukan pada fistula perineal, anal stenosis, anal membran, bucket handle

dan atresia ani tanpa fistula yang akhiran rektum kurang dari 1 cm dari kulit.

Limited PSARP

yang dibelah adalah otot sfingter eksternus, muscle fiber, muscle complex serta tidak

membelah tulang coccygeus. Yang penting adalah diseksi rektum agar tidak merusak

vagina. Indikasi pada atresia ani dengan fistula rektovestibuler

Full PSARP

dibelah otot sfingter eksternus, muscle complex, dan tlang coccygeus. Indikasi pada

atresia ani letak tinggi dengan gambaran invertogram gambaran akhiran rektum lebih

dari 1 cm dari kulit, pada fistula rektovaginalis, fistula rektouretralis, atresia rektum

dan stenosis rektum.

Teknik operasi PSARP

1. Dilakukan dengan general anestesi , dengan endotrakeal intubasi , dengan posisi pasien

tengkurap dan pelvis ditinggikan.

2. Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk identifikasi anal dimple.

3. Insisi bagian tengah sacrum kearah bawah melewati pusat spingter dan berhenti 2 cm

didepanya

Page 21: Atresia Ani

4. Dibelah jaringan subkutis , lemak, parasagital fiber dan muscle complex. Os Coxigeus

dibelah sampai tampak muskulus levator , dan muskulus levator dibelah sehingga tampak

dinding belakang rectum

5. Rektum dibebas dari jaringan sekitarnya.

6. Rektum ditarik melewati levator, muscle complex dan parasagital fiber.

7. Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai tension.

Perawatan Pasca Operasi PSARP :

a. Diberikan antibiotik intravena selama 3 hari, dan salep antibiotok selama 8- 10 hari.

b. Dilakukan anal dilatasi pada 2 minggu pasca operasi dengan heger dilatation.

Dilatasi anus dimulai 2 minggu setelah operasi. Setelah ukuran yang diinginkan tercapai,

dilakukan penutupan kolostomi. Indikasi tutup kolostomi apabila kalibrasi anus tercapai.

III.7 Prognosis

Prognosis tergantung pada fungsi klinis. Dengan khusus dinilai pengendalian defekasi,

pencemaran pakaian dalam, sensibilitas rektum dan kekuatan kontraksi otot sfingter

padacolok dubur.

Fungsi kontinensia tidak hanya bergantung pada kekuatan sfingter atau sensibilitasnya, tetapi

juga pada usia serta kooperasi dan keadaan mental penderita.

Page 22: Atresia Ani

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Kelainan Bawaan. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed2.

Jakarta : EGC, 2004 : 667-670.

2. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6. Jakarta :

EGC.2000 : 565-566.

3. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta: EGC 1994: 262

4. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. 2000:134-

139

5. .http://emedicine.medscape.com/article/929904-diagnosis

6. http://www.bedahugm.net/atresia-ani/

7. :http://www.ptolemy.ca/members/archives/2009/Newborn%20Anorectal

%20Malformations.html)

8. http://surgery.med.umich.edu/pediatric/clinical/physician_content/am/

imperforate_anus.shtml

9. http://www.starship.org.nz/General%20Surgery%20PDFs/anorect.pdf