ATN jadi (Autosaved)
-
Upload
jne-eunhae -
Category
Documents
-
view
234 -
download
1
description
Transcript of ATN jadi (Autosaved)
BAB I
PENDAHULUAN
ANATOMI 1
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati
dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga
disebut kelenjar suprarenal ).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum
yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12
hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk
memberi tempat untuk hati .
Sebagian dari bagian atas ginjal terl indungi oleh iga ke sebelas dan dua belas.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
pararenal) yang membantu meredam goncangan
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks , bagian lebih dalam lagi disebut
medulla . Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal
manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut
kapsula.
Ginjal pada orang dewasa beratnya kira-kira 150 gr dan kira – kira seukuran
kepalan tangan. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang
disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan l imfatik, suplai
saraf, dan ureter yang membawa ginjal dibagi dua dari atas kebawah, dua
daerah utama yang dapat digambarkan yaitu korteks dibagian luar dan
meduladibagian dalam. Medulaginjal dibagi menjadi beberapa masa jaringan
berbentuk kerucut disebut piramida ginjal .
1
Dalam ginjal cairan yang menyerupai plasma difiltrasi melalui kapiler-kapiler
glomerolus kedalam tubulus-tubulus ginjal . Pada saat filtrasi melewati
tubulus-tubulus. Dikurangi dan susunannya diubah oleh proses-proses
reabsorbsi tubulus (perbandingan air dan solute-solute dari cairan tubulus)
dan sekresi tubulus (sekresi solute-solute kedalam cairan tubulus) untuk
membentuk urine.
Ginjal berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira
sebesar kepalan tangan. Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nefron yang
berjumlah 1-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Unit nefron dimulai dari pembuluh
darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan disebut glomerulus, darah
melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk fi ltrat
(urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari , kemudian
dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut tubulus. Urin ini dialirkan keluar
ke saluran ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui uretra.
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih
dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron
berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektroli t) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan
molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme
pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut
korpuskula (atau badan Malphigi ) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
( tubulus ).
Tubulus ginjal merupakan tempat utama penggunaan energi pada ginjal.
Sehingga tubulus mudah mengalami kerusakan bila terjadi iskemia atau oleh
obat obat nefrotoksik. Struktur dan fungsi sel epitel mengalami kerusakan,
sehingga terjadi peningkatan kalsium dalam sel, aktifasi fosfolipase, polaritas
menghilang, terjadi pengelupasan skeleton dari korteks. Kematian sel yang
2
terjadi setelah iskemia atau proses toksik, sebagai akibat nekrosis atau
apoptosis dan gangguan gene yang menyebabkan kerusakan DNA. Apoptosis
terjadi akibat ada bahan yaitu tumor necrosis factor dan inhibitor yaitu
growth faktor , walaupun mekanisme yang pasti belum diketahui.
FISIOLOGI 2
Fungsi Ginjal
Jumlah zat yang difiltrasi adalah hasil daripada kadar zat dalam (tubulus),
dan dapat membuang sebagian atau seluruh zat dari fi ltrate reabsorbsi tubulus
atau dapat melakukan keduanya. Jumlah zat yang dieksresi adalah sama
dengan jumlah yang difil trasi ditambah dengan jumlah yang ditransport oleh
tubulus.
Banyak pengetahuan kita mengenai fil trasi mengenai glomerolus dan fungsi
tubulus diperoleh dengan memakai teknik mikopunksi, dimana mikropipet
dapat disisipkan kedalam tubulus-tubulus ginjal hidup dan susunan cairan
tubulus yang diaspirasi ditentukan dengan memakai teknik mikrokimia.
Mekanisme reabsorbsi dan sekresi tubulus.
Zat-zat dieksresi atau direabsorbsi pada tubulus dengan difusi pasif mengikuti
“gradient kimia” atau “gradient listrik”. Seperti system-system transport
dimanapun, tiap-tiap system transport aktif ginjal mempunyai kecepatan
maksimal, dimana dapat mentransport solute-solute tertentu. Jadi, jumlah
solute tertentu yang ditransport adalah sebanding dengan jumlah-jumlah yang
terdapat sampai kecepatan maksimal untuk solute, tetapi pada konsentrasi
yang lebih tinggi mekanisme transport adalah jenuh dan tidak ada
penambahan jumlah yang ditransport .
Ginjal berfungsi untuk membuang zat sisa seperti urea, natrium, kalium dan
menyeimbangkan jumlah cairan dalam tubuh. Selain itu ginjal juga
menyeimbangkan kalsium dan fosfor melalui kerja vitamin D. Keseimbangan
3
kalsium dan fosor penting untuk menjalankan fungsi otot dan
mempertahankan integritas tulang. Ginjal juga berperan dalam pembentukan
sel darah merah, sehingga pada penderita NTA sering mengalami anemia.Urea
merupakan zat sisa dari protein yang kita makan.
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama
urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin .
Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut
nefrotik.
Fungsi ginjal antara lain membuang sisa-sisa makanan yang tidak diperlukan
tubuh, membuang sisa obat, mengatur kadar garam dalam tubuh, mengatur
jumlah cairan dan membuat zat yang membantu pematangan sel darah merah.
Agar fungsi ginjal penderita NTA tidak lebih cepat memburuk karena
diharuskan bekerja berat untuk membuang hasil zat sisa metabolisme, maka
penderita dan keluarganya harus:
Mengetahui jenis makanan yang memberatkan kerja ginjal, agar dapat
dihindari.
Mengetahui jumlah nutrisi yang dibutuhkan tubuh namun masih dapat
dibuang sisanya oleh ginjal.
Mengetahui bagaimana cara menyiasati berbagai makanan agar dapat
dimakan sesuai dengan fungsi ginjal yang ada
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih satu juta nefron,
masing dapat membentuk urin, ginjal t idak dapat membentuk nefron baru.
Oleh karena itu, pada trauma ginjal, pada penyakit ginjal atau penuaan
normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap.
Setiap nefron mempunyai mempunyai dua bagian utama yaitu glomerulus
(kapiler glomerulus) yang dilalui sejumlah cairan yang di filtrasi dalam darah
selain itu komponen yang kedua yaitu tubulus yang panjang yaitu dimana
4
cairan hasil fi ltrasi diubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis
ginjal.
Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler glomerulus bercabang dan
beranastomosa yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira 60
mmHg), di banding kapiler lainnya. Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel
epitel, dan seluruh glomerulus di bungkus dalam kapsul bowman dan
kemudian ke tubulus proksimal yang terletak dalam kortek ginjal.
Dari tubulus proksimal, cairan mengalir ke ansa henle yang masuk
medularenal. Setiap lengkung terdiri dari cabang desenen dan asenden.
Dinding cabang desenden dan ujung cabang asenden yang paling rendah
sangat t ipis oleh karena i tu, disebut bagian t ipis dari ansa henle. Di tengah
perjalanan kembali cabang asenden dari cabang tersebut ke korteks,
dindingnya menjadi tebal seperti bagian lain dari sistem tubular dan oleh
karena itu di sebut bagian tebal dari cabang asenden.
Ujung cabang asenden tebal merupakan bagian yang pendek yang sebenarnya
merupakan plak pada dindingnya dan dikenal sebagai densa. Makula densa
memegang peranan penting dan dalam mengatur fungsi nefron. Setelah
makula densa cairan memasuki tubulus distal yang terletak pada kortek renal,
seperti tubulus proksimal, tubulus ini kemudian dilanjutkan dengan tubulus
rektus dan tubulus koligentes kortikal, yang menuju ke duktus koligentes
kortikal, bagian awal dari dari 8 sampai 10 koligentes kortikal bergabung
menjadi duktus koligentes medullar, duktus koligentes bergabung membentuk
pelvis renal melalui ujung papilla renal, masing-masing ginjal mempunyai
kira-kira 250 duktus koligentes yang yang sangat besar, yang masing –
masingnya mengumpulkan urine kira-kira 4000 nefron.
BAB II5
ISI
DEFINISI
Definisi mengenai Nekrosis Tubulus Akut (NTA) hampir sama dengan istilah
Gagal Ginjal Akut, tapi NTA mengacu pada temuan histologik yaitu dua
sebab utama gagal ginjal intrinsik akut adalah iskemia ginjal (hipoperfusi
ginjal) yang berkepanjangan karena keadaan – keadaan prarenal dan cedera
nefrotoksik. (Davidson, 1984). Selain itu adapula pendapat yang mengatakan
bahwa nekrosis tubular akut adalah kelainan ginjal yang melibatkan
kerusakan sel tubular ginjal dan dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal
akut. 3 Nekrosis tubular akut (NTA) dapat juga diartikan sebagai kematian sel
tubular yang disebabkan sel tubular kurang mendapatkan oksigen (iskemik
NTA ) atau ketika sel mendapat pengaruh dari racun obat atau molekul
(nephrotoxic NTA). 4
Istilah nekrosis tubular akut (NTA) biasanya digunakan baik untuk lesi
nefrotoksik maupun iskemik pada ginjal , sekalipun tidak mencerminkan sifat
serta beratnya perubahan pada tubulus.
ETIOLOGI 1 , 2 , 5
Penyebab utama nekrosis tubular akut yaitu:
Iskemia ginjal (hipoperfusi ginjal yang berkepanjangan karena
keadaan-keadaan prarenal)
Cedera nefrotoksik (terdapat material-material yang beracun pada
ginjal)
Berdasarkan etiologinya, NTA dapat dibedakan atas :
6
Tipe iskemik, yang merupakan kelanjutan GGA prarenal.
Tipe nefrotoksik yang terjadi karena bahan nefotoksik seperti :
merkuri , karbon tetraklorid, neomisin, kanamisin, gentamisin dan lain-
lain.
Tipe kombinasi antara tipe-tipe iskemik dan nefrotoksik seperti yang
terjadi akibat : mioglobinaria, hemolisis intravascular, malaria, sepsis
dan lain sebagainya.
Cedera iskemik diduga merupakan penyebab yang paling sering dari gagal
ginjal akut intrinsik. NTA terjadi akibat iskemik ginjal dalam waktu lama
(NTA iskemia) maupun terpajan akibat nefrotoksin (NTA nefrotoksik).
Penyebab nefrotoksik pada NTA mencakup nefrotoksik oksigen (misalnya,
CCI4, merkuri, siklosporin, bahan kontras). Dan endogen (misalnya,
hemoglobin, mioglobin, asam urat, protein bencejones). Selain itu penyebab
lain dari hipoperfusi ginjal, mekanisme patogenik penyebab NTA adalah
vasokonstriksi intrarenal khususnya arteriol aferen, kebocoran cairan tubular
melewati dasar membran, obstruksi tubulus oleh silinder dan umpan balik
tubuloglomerular.
Cedera tubulus nefrotoksik dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja
dengan termakannya merkuri biklorida, etilen glikol (antibeku), atau karbon
tetraklorida. Inhalasi dari gas karbon tetraklorida (CCI4) yang biasa terdapat
dalam cairan penghilang noda atau cairan pembersih, dan terminumnya etil
alkohol (CH3CH2OH) khususnya berbahaya karena reaksi kimia antara dua
senyawa ini membentuk racun nefrotoksik yang kuat. Keadaan yang
dijelaskan diatas (minum alkohol sewaktu pesta dan menghilangkan noda
pakaian dengan cairan penghilang noda) dapat mengakibatkan gagal ginjal
akut secara tidak terduga pada beberapa orang. Dengan alasan yang sama,
orang-orang yang mempunyai hobi menggunakan pelarut dan perekat organik
harus bekerja pada ruangan dengan ventilasi yang baik dan menjauhkan diri
dari alkohol pada saat yang sama.
7
Sejumlah obat-obatan bersifat nefrotoksik, beberapa dapat mengakibatkan
nefrit is interstisial, sedangkan yang lain bersifat nefrotoksik langsung.
Beberapa obat-obatan yang bisa menyebabkan nefrotoksik NTA antara lain :
Aminoglycosides (antibiotik antibakteri seperti streptomycin dan
gentamicin)
Amphotericin B (antibiotik yang digunakan untuk mengobati meningitis
dan infeksi system fungal)
Dye yang merupakan bahan untuk radiografik (x-ray)
Radioisotopik (x-ray)
Penurunan perfusi ginjal dapat menyebabkan iskemia pada 50% penderita
NTA, sedangkan nefrotoksin seperti aminoglikosida dan bahan radiokontras
dapat menyebabkan iskemia pada 30% penderita NTA. Disfungsi ginjal pada
penderita NTA muncul dalam hitungan jam sampai hari dan paling lambat
muncul dalam satu minggu hingga satu tahun. Karena hasil tersebut dari
kerusakan ginjal t ingkat seluler yang ireversibel, baik hemodinamik yang
normal maupun pembersihan toksin yang mencemari perbaikan fungsi normal
tidak ada. Bagaimanapun, proses perbaikan dari perfusi ginjal yang normal
harus menjadi tujuan pengobatan pada pasien NTA karena proses autoregulasi
ini dihambat pada kerusakan ginjal, dan hal ini dapat menyebabkan kerusakan
ginjal yang berulang dari kejadian hipotensi ringan.
NTA ditandai oleh kerusakan proses transportasi pada tubular, obstruksi
intra tubular, rembesan ultrafiltrat dan penurunan perfusi korteks ginjal,
menyebabkan penurunan laju fil trasi glomerulus, azotemia progresif, dan
kerusakan keseimbangan cairan dan elektroli t. Pemeriksaan laboratorium
dapat menunjukkan hasil yang abnormal seperti hiperkalemia, anion gap
asidosis metabolik, hiponatremia, hiperfosfatemia, hipermagnesemia,
hipokalsemia, dan hiperurisemia. Pemeriksaan sedimen urine sebagai
diagnostik dapat menunjukkan sel epitel tubular bebas dan sel epitel tubular
8
semu. Bila ditemukan banyak granular kasar berpigmen atau granular “muddy
brown casts”, hal tersebut memberi kesan NTA. Kadar Na urin >40 mEq/L
dan FEN a >1% pada keadaan oligouria memberi kesan NTA. Bagaimanapun,
FEN a <1% mungkin diobservasi lebih awal pada NTA nonoligouria sebagai
akibat sekunder bahan radioaktif, rhabdomiolysis, atau hipoperfusi ginjal
yang disebabkan karena gagal hati, luka bakar, luka bakar, sepsis atau gagal
jantung kongestif.
Aminoglikosida menginduksi NTA
Aminoglikosida yang menyebabkan NTA biasanya nonoligourik dan tidak
jelas selama 7 – 10 hari pengobatan. Usia lanjut, insufisiensi ginjal yang
terjadi, pengurangan volume, kelebihan dosis, dan paparan terhadap berbagai
nefrotoksin meningkatkan angka resiko terjadinya NTA. Semua
aminoglikosida adalah nefrotoksik. Penggunaan satu kali sehari mungkin
mengurangi resiko nefrotoksisitas aminoglikosida. Kadar tertinggi dan kadar
akhir harus diperhatikan dengan hati-hati, tetapi hal tersebut t idak
mengurangi resiko.
Radiokontras menginduksi NTA (Kontras Nefropati)
Radiokontras menginduksi NTA terjadi pada lebih dari 50% pasien yang
memiliki resiko t inggi, yaitu mereka yang memiliki pengurangan volume,
insufisiensi ginjal yang terjadi, atau diabetes melitus. BUN dan SCr
meningkat 24 – 48 jam setelah pemberian kontras mencapai kadar tertinggi
pada 3 – 5 hari dan akan kembali normal dalam 5 -7 hari . Kadar FENa yang
rendah dan gravitasi spesifik urin yang tinggi mungkin segera terl ihat setelah
kerusakan yang diakibatkan kontras, tetapi terdapat penurunan konsentrasi
urin pada NTA. Setelah kekurangan cairan dipenuhi, NaCl 0,9% harus
diberikan untuk mempertahankan pengeluaran urin 1 – 2 ml/menit sebelum
dan sesudah 12 jam setelah terpapar kontras. Metaanalisis memberi kesan
bahwa N-asetil sisteinjuga mengurangi resiko kerusakan ginjal akibat kontras.
Bahan kontras non ionik lebih baik digunakan pada pasien dengan insufisiensi
ginjal preexisting. Dopamin atau fenoldopam tidak dapat digunakan untuk
9
mencegah nefropati kontras. Penggunaan diuretik mengingkatkan resiko
nefrotoksisitas.
Amphotericin-B menginduksi NTA
Resiko terjadinya nefrotoksisitas meningkat bersamaan dengan peningkatan
dosis dan lama pengobatan. Pasien dengan insufisiensi ginjal kronik dan
mendapat diuretik mempunyai resiko yang lebih t inggi. Kerusakan nefron
bagian distal termanifestasikan sebagai poliuria sekunder sampai nefrogenik
Diabetes Insipidus, hipokalemia, hipomagnesemis dan asidosis tubular ginjal.
Formula komplek lemak mengurang nefrotoksik.
Rhabdomiolysis menginduksi NTA
Rhabdomiolisis dapat menyebabkan NTA, dapat disebabkan oleh :
Kerusakan otot karena trauma, tekanan, atau iskemia
Peningkatan metabolisme otot (karena kejang, latihan, heat
stroke , miopati)
Kelainan metabolisme (ketoasidosis, hipokalemia,
hipofosfatemia)
Toksin (alkohol, karbonmonoksida, obat – obatan statin)
Infeksi berat
Obat – obatan (Statin)
Gejala klinis termasuk nyeri otot, warna urin coklat keruh, test urine posit if
terhadap darah (heme) pada kekurangan baik hemoglobin bebas yang nyata
dan sel darah merah pada urin, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hiperurisemia
dan hipokalsemia dini dengan perkembangan hiperkalsemia kemudian.
Peningkatan kadar serum kreatini kinase, mioglobin dan mioglobin urin
mendukung diagnosis.
NTA dapat dicegah dengan pergantian volume yang agresif dengan cairan
isotonik dari 200 ke 1500cc/jam. Dan ini harus dimulai tanpa terjadi 10
keterlambatan. Tiap pengeluaran urin harus jelas, kekuatan diuresis alkalin
dapat mencegah bentuk yang semu. Tujuan dari pangobatan ini adalah untuk
meningkatkan pengeluaran urin menjadi >100 cc per jam, dengan pH > 6,5.
Pengobatan ini akan dihentikan jika pasien anuria. Alkalemia mungkin
disebabkan oleh turunnya kalsium yang terionisasi.
Multiple myeloma
Multiple myeloma dapat menyebabkan gagal ginjal akut walaupun belum ada
alasan yang mendasarinya. Gagal ginjal akut dapat diikuti oleh beberapa
keadaan seperti anemia, hiperkalemia dan peningkatan serum globulin.
Hiperkalemia dapat nenyebabkan pengurangan volume dan vasokonstriksi
intrarenal, yang ielmana hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal akut
prerenal, sedangkan NTA, nefropati semu, amyloidosis primer dan penyakit
deposisi rantai ringan mungkin dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
Imunoglobulin monoklonal rantai ringan tidak dapat dideteksi dengan test
dipstick standar, sedangkan asam sulsosalisilat mendeteksi seluruh protein
urin. Asam sulfosalisi lat , urin dan serum elektroforesis, dan imunofiksasi
diindikasikan jika dicurigai adanya multiple myeloma.
Glomerulonefrit is, Vaskulit is, Penyakit Renovaskuler Akut atau Nefritis
Intersti tiel
Glomerulonefrit is atau vaskulitis harus dicurigai sebagai penyebab gagal
ginjal akut pada penyakit multisistem dengan proteinuria dan sedimen urin
aktif. Mungkin terdapat riwayat penyakit autoimun, infeksi akut atau
hepatitis. Gejala dan tanda glomerulonefrit is atau vaskulitis terdiri atas
demam, kemerahan pada kulit, arthalgia, hemoptisis, hipertensi dan volume
overload . Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan rata-rata
sedimen eritrosit, hipokomplementemia dan autoantibodi, termasuk anti-DNA
rantai ganda atau antibodi si toplasma antineutrofil. Urinalisis yang teliti
merupakan kunci diagnosis. Diagnosis akhir sering tergantung pada biopsi
ginjal atau angiography.
11
AIN biasanya diendapkan oleh obat-obatan dan diikuti oleh eosinofilia,
eosinophiluria, demam dan kemerahan. Kelainan fungsi tubular mungkin
melampaui decrement dalam glomerulonefritis. Jika t idak terjadi piuria atau
tidak ditemukan sel darah putih casts maka infeksi saluran kemih atau
glomerulonefritis patut dicurigai.
Renovaskuler akut adalah penyebab iskemik NTA termasuk trombosis, diseksi
aneurisma aorta atau arteri renalis sering sebagai komplikasi trauma atau
intervensi vaskuler. Penyakit atheroembolik ginjal kolesterol biasanya diikuti
berbagai prosedur intravaskuler. Hal ini biasanya dihubungkan dengan
berbagai gejala seperti emboli sistemik pada kulit atau ujung kuku dengan
demam, peningkatan rata-rata sedimen eritrosit, hipokomplementemia dan
eosinofil ia. Thrombosis vena renalis dapat menimbulkan komplikasi sindrom
nefrotik berat atau trombofil ia genetik. Ini dapat dimanifestasikan sebagai
penurunan fungsi ginjal dan nyeri panggul dan hematuria. Mikroangiopati
trombosis harus diduga ketika gagal ginjal akut diikuti oleh trombositopenia,
hemolisis intravaskuler, demam dan kelainan neurologi.
PATOFISIOLOGI6
Iskemia ginjal berat dapat diakibatkan oleh syok sirkulasi atau gangguan lain apapun yang
sangat menurunkan suplai darah ke ginjal. Jika iskemia berlangsung cukup berat sampai
menyebabkan penurunan yang serius terhadap pengangkutan zat makanan dan oksigen ke sel-
sel epitel tubulus ginjal dan jika gangguan ini terus berlangsung, kerusakan atau
penghancuran sel-sel epitel dapat terjadi. Kelainan ini mengikuti beberapa kondisi klinis,
seperti trauma, terbakar, dan infeksi yang penderitanya mengalami syok. Ginjal menjadi
bengkak dan pucat.
Menunjukkan adanya cedera pada seluruh panjang tubulus sel menjadi gepeng disertai
vakuolasi. Sel radang berkelompok padat pada vas rekta sebagai respon terhadap adanya sel
nefrotik. Jika hal ini terjadi maka sel-sel tubulus “hancur terlepas”dan menempel pada
banyak nefron, sehingga tidak terdapat pengeluaran urine dari nefron yang tersumbat. Nefron
yang terpengaruh sering gagal mengeksresi urine bahkan ketika aliran darah ginjal kembali 12
pulih normal, selama tubulus masih baik. Penyebab tersering dari kerusakan epitel tubulus
akibat iskemia adalah penyebab prerenal dari gagal ginjal akut yang berhubungan dengan
syok sirkulasi. Ada banyak sekali racun obat ginjal yang dapat merusak epitel tubulus dan
menyebabkan GGA. Beberapa diantaranya adalah;
Logam besi (timah, mercuri, arsenic, kromium, dan uranium)
Polari duonic (karbon tetraklorida, kloroform)
Glikogen dan glikol, propilen glikol, dieksan, dan dietilen glikon)
Bahan obat (antibiotik sulfonamide, polimiksin, obat anti inflamasi non steroid :
diuretik, merkurial, anestetik-metoksifluran)
Medium kontras iddinated radiografik
Fenol
Pertisida
Parakuat
Dari etiologi yang ada maka akan mengakibatkan penurunan perfusi ginjal ,
kenaikan sekresi ADH dan aldosteron serta kenaikan reabsorbsi natrium
ditubuli proksimal. Mekanisme adaptasi ini bertujuan untuk mempertahankan
volume intravascular dengan mencegah kehilangan natrium dan air dalam
urine.
Dua jenis lesi histologik yang sering ditemukan pada NTA adalah :
(1) Nekrosis epitel tubulus sedangkan membran basalis tetap utuh,
biasanya akibat menelan bahan kimia nefrotoksik.
(2) Nekrosis epitel tubulus dan membrane basalis yang sering menyertai
iskemia ginjal.
Umpan balik tubuloglomerular adalah proses yang menyebabkan perubahan
aliran glomerular pada NTA :
13
Reabsorbsi natrium klorida (NaCl) Yang tidak adekuat dalam tubulus
proksimal yang rusak, menyebabkan peningkatan NaCl ke tubulus
distal .
Peningkatan NaCl dalam tubulus ginjal dirasakan oleh macula densa
Sebaliknya, macula densa menyebabkan konstriksi arteriol aferen yang
nantinya akan berpengaruh pada perfusi glomerulus.
Derajat kerusakan tubulus pada NTA akibat nefrotoksin sangat bervariasi dan
prognosis berbeda sesuai dengan perbedaan kerusakan tersebut. Epitel tubulus
proksimal dapat saja mengalami nekrosis, tetapi dapat sembuh sempurna
dalam 3-4 minggu.
Lesi jenis ini sering dit imbulkan oleh merkuri biklorida atau karbon
tetraklorida. Prognosis biasanya baik apabila ditangani secara konservatif
atau dengan dialysis suportif. Sebaliknya, racun-racun lain seperti glikol
dapat menimbulkan gagal ginjal ireversibel, disertai infark seluruh nefron
yang disebut sebagai nekrosis korteks akut.
Kerusakan tubulus akibat iskemia ginjal juga sangat bervariasi. Hal ini
tergantung pada luas dan lamanya waktu pengurangan aliran darah ginjal dan
iskemia. Kerusakan dapat berupa destruksi berbecak atau luas pada epitel
tubulus dan membran basalis, atau nekrosis korteks.
Perjalanan klinis terjadinya NTA dicirikan dengan tiga tahap : 7
Stadium oliguria
Fase ini umumnya berlangsung pada 7 sampai 21 hari biasanya kurang dari 4
minggu, kemungkinan akan terjadi nekrosis kortikal akut.
Biasanya timbul dalam waktu 24 jam sampai 48 jam sesudah trauma,
meskipun gejala sudah biasa t imbul sampai beberapa hari sesudah kontak
dengan bahan kimia nefrotoksik. Oliguria biasanya disertai azotemia.
Oliguria Karena serangan akut gagal ginjal kronik biasanya jelas diketahui
dari riwayat penyakit. Riwayat oliguria yang lama, hipertensi, penyakit
14
sistemik dari lupus eritematosus sistematik atau diabetes melli tus, ginjal
mengisut, dan tanda-tanda penyakit ginjal yang lama seperti osteodisropi
ginjal.
Stadium poliuria
Pada fase ini terjadi diuresis. Dimana volume urine lebih dari 1liter / 24 jam
kadang-kadang sampai 4-5 liter / 24 jam. Poliuria terjadi karena efek diuretic
ureum. Disamping adanya gangguan faal tubuli dalam mereabsorsi garam dan
air. Pada fase ini akan banyak kehilangan cairan dan elektroli t sehingga
diperhatikan kemungkinan terjadinya dehidrasi serta gangguan keseimbangan
elektroli t.
Stadium Penyembuhan
Penyembuhan secara sempurna faal ginjalnya akan berlangsung sampai 6 – 12
bulan. Faal ginjal yang paling akhir menjadi normal faal konsentrasi . Stadium
penyembuhan NTA yang telah menjadi GGA berlangsung sampai satu
tahun.dan selama masa itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal semakin
membaik.
MANIFESTASI KLINIS 8 , 9 , 1 0
Tanda-tanda NTA :
Perubahan warna pada urin
Kadar sodium dalam urin meningkat
Sekresi sodium sedikit dan urea relative tinggi
Urine specific gravity, dan osmolaritas urin menunjukkan dilute urin
BUN dan serum kreatin meningkat
Gejala-gejala yang ditimbulkan NTA antara lain :
Penurunan pengeluaran urin atau tidak sama sekali15
Pembengkakan ginjal secara menyeluruh, akibat retensi cairan
Mual dan muntah
Terjadinya penurunan kesadaran
Keadaan klinis yang memiliki resiko tinggi berkembang arteri iskemik adalah
bedah mayor, luka bakar parah, perdarahan, serta penyebab hipertensi berat
dan syok.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Azotemia diluar prarenal dan pascarenal, intrarenal penyakit ginjal
tubulointerstinal, vascular, dan glomerolus). diagnostik NTA ditegakkan
berdasarkan penyakit biasanya segera dilakukan pemeriksaan.
Diantaranya :
Kadar ureum
Kreatinin serum
Biopsy ginjal (biasanya menunjukkan NTA tapi jarang digunakan)
Urinalisis dan mikrosopik
Sel-sel tubular menunjukkan adanya nekrosis tubular akut.
Proteinuri dapat juga menunjukkan nefritis interstitial akut, nekrosis tubular,
penyakit vascular.
Osmolaritas Urine
Osmolaritas urine lebih dari 500 mOsm/kg jika sebabnya adalah prerenal dan
300 mOsm/kg atau kurang jika sebabnya renal.
Elektroli t urin
Dapat memberikan indikasi aktivitas tubulus renal.
16
Pemeriksaan darah
Darah lengkap dan darah tepi dapat menunjukkan gambaran anemia hemolit ik
atau trombositopeni.
Ureum darah , elektrolit , dan kreatinin
Tes fungsi hati: abnormal pada sindrom hepatorenal
Serum amylase
Kultur darah
Imunologi : tes autoantibody untuk SLE termasuk antinuclear antibody dan
antineutrophil.
Renal ultrasound
Penelitian yang cepat dan non-invasif yang dapat membantu mendeteksi
obstruksi, Sinar X : Foto thorax (udem paru): foto abdomen jika di curigai
adanya kalkuli renal. Ultrasound Doppler pada arteri dan vena renal: untuk
menilai kemungkinan sumbatan pada arteri dan renal. Magnetic resonance
angiography : untuk menilai lebih akurat pada sumbatan vaskular ginjal.
NTA yang diindikasikan dari pemeriksaan urine adalah eksresi natrium yang
tinggi (FENa >1%) karena gangguan reabsorbsi natrium, urine isoosmatik
akibat kegagalan fungsi pemekatan , akibat kerusakan tubulus dan jumlah
silinder granular dan selular yang banyak atau sel –sel epitel tubular.
Perubahan nilai pada pemeriksaan laboratorium berhubungan dengan penyakit
ginjal :
Jenis Pemeriksaan Nilai normal Nilai pada Penyakit Renal
Nitrogen Urea Darah
(BUN)
5-20 mg/dL 20-50 mg/dL atau lebih
17
Sedikit lebih tinggi pada
dewasa
Kreatinin, serum Wanita : 0.5-1.1 mg/dL
Pria : 0.6-1.2 mg/dL
Sedikit lebih rendah pada
dewasa
Tinggi;level > 4 mg/dL
mengindikasikan kerusakan
fungsi renal
Creatinin clearance Wanita : 88-128 mL/min Penurunan cadangan renal:
32.5-90.0 mL/min
Pria : 97-137 mL/min Kurangnya renal: 6.5-32.5
mL/min
Nilai turun pada orang
dewasa
Gagal renal: <>
Serum albumin 3.2-5 g/dL; 3.2-4.8 g/dL
pd dewasa
Menurun pada sindrom
nefrotik
Jumlah sel darah
merah
Wanita : 4.0-5.5
million/mm 3
Menurun pada gagal renal
kronis
Pria : 4.5-6.2
million/mm 3
Elektroli t serum Potassium : 3.5-5.0
mEq/L
Meningkat pada
insufisiensi renal
Sodium : 136-145 mEq/L Menurun pada sindrom
nefrotik
Kalsium : 4.5-5.5 mEq/L Menurun pada gagal renal
Phosphorus : 3.0-4.5
mg/dL
Meningkat pada gagal renal
18
Sedikit lebih rendah pada
dewasa
Urine creatinine Wanita : 600-1800 mg/24
jam
Menurun pada gangguan
fungsi renal
Pria : 800-2000 mg/24
jam
Urine protein Istirahat : 50-80 mg/24
jam
Meningkat pada gangguan
fungsi
Ambulatori : <> Renal
Urine sel darah
merah
<2-3/hpf;> Ada pada gangguan
glomerular
PENATALAKSANAAN
Setelah terjadi NTA, maka pertimbangan primer dalam penanganan adalah
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektroli t. Penggunaan
hemodialisis dini untuk mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektroli t
perlu diperhatikan dengan cermat, tidak saja selama stadium oliguria, tetapi
juga selama stadium dieresis, dimana mungkin akan terjadi kekurangan
natrium dan kalium yang berat.
Komplikasi tersering pada gagal ginjal yang mengakibatkan kematian adalah
infeksi. Infeksi ikut berperan sebagai penyebab kematian pada sekitar 70%
pasien dan merupakan penyebab primer pada sekitar 30% pasien. Seorang
penderita uremia t idak saja mudah terserang infeksi, tetapi bila terjadi infeksi
maka akan sulit diatasi. Infeksi yang sudah ada mungkin tidak diketahui
karena tidak adanya gejala-gejala demam yang biasanya menyertai infeksi,
oleh sebab itu hipotermia sering terjadi pada gagal ginjal. Setelah infeksi
diketahui, maka harus segera diobati dengan antibiotik yang tidak
nefrotoksik.
19
KOMPLIKASI
Pada NTA komplikasi yang terjadi antara lain :
Peningkatan resiko infeksi
Kekurangan darah pada sistem gastrointestinal
Kegagalan fungsi ginjal kronis
Penyebab penyakit ginjal akut
Hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
1. http://en.wikipedia.org/wiki/Acute_tubular_necrosis
20
2. http://www.nephrologychannel.com/atn/index.shtml
3. http://diseasereterence.net/info/acute_tubular_necrosis/206870.html
4. www.nephrologychannel.com/NTA/
5. Raggio J, Umans JG. Acute Renal Failure. In : Wiloox CS, Tisher CC.
Handbook of Nephrology and Hypertension. Fifth Edition.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. 2005; 260 – 263
6. Alatas H, 2002. Gagal ginjal akut. Dalam: Alatas H, Tambunan T,
Trihono PP, Pardede SO. Buku Ajar Nefrologi Anak. 2 n d .Ed. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 490-508
7. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/category_news.asp?
IDCategory=13&page=4&action=search
8. Guyton,A.C & Hall,J.E.(1996).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
(ed.9).Jakarta:EGC
9. Suyono, S. (2001).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
(ed.3).Jakarta:FKUI.
10. www.emedicine.com
21