asuhan keperawatan preeklamsia

58
 Asuhan Keperawatan pada Pasien deng an Preekl ampsia Pengertian Preeklampsia Beberapa pengertian preeklamsia menurut para ahli : 1. Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan ( Manuaba, 1998 ). 2. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). 3. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000) 4. Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ). Etiologi / Faktor Penyebab Preeklampsia  Adapun p enyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui, namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu : • Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion , dan mola hidatidosa.

Transcript of asuhan keperawatan preeklamsia

Page 1: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 1/58

 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Preeklampsia

Pengertian Preeklampsia

Beberapa pengertian preeklamsia menurut para ahli :

1. Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai

dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan),

yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah

persalinan ( Manuaba, 1998 ).

2. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,

bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak

menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,

sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu

atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).

3. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. (Mansjoer, 2000)

4. Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh

hipertensi, edema, dan proteinuria (kamus saku kedokteran Dorland ).

Etiologi / Faktor Penyebab Preeklampsia

 Adapun penyebab preeklampsia sampai

sekarang belum diketahui, namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan

tentang penyebab preeklampsia, yaitu :

• Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,hidramnion, dan

mola hidatidosa.

Page 2: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 2/58

• Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.

• Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam

uterus.

• Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Faktor Predisposisi Preeklamsia

• Molahidatidosa

• Diabetes melitus

• Kehamilan ganda

• Hidropfetalis

• Obesitas

• Umur yang lebih dari 35 tahun

Klasifikasi Preeklampsia

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

Preeklampsia Ringan :

• Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring

terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30

mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kalipemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

• Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau

lebih per minggu.

• Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada

urin kateter atau midstream.

Preeklampsia Berat

• Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

• Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

• Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .

• Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.

• Terdapat edema paru dan sianosis.

Page 3: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 3/58

Patofisiologi Preeklamsia

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi

peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke

organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar 

dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi

aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan

karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia

yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan

perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan

plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

Manifestasi Klinik Preeklampsia

Pertambahan berat badan yang berlebihan

Edema

Hipertensi

Proteinuria

Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia,

penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah

Pemeriksaan Penunjang PreeklampsiaPemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

• Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin

untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

• Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

• Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

b. Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

• Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

• LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

• Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

Page 4: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 4/58

• Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45

u/ml )

• Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31

u/l )

o Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

d. Tes kimia darah

 Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus

lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.

Diagnosis Preeklampsia

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

• Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,

hipertensi, dan timbul proteinuria

• Gejala subyektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium; gangguanvisus; penglihatan kabur, diplopia; mual dan muntah.

• Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang

• Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada

pemeriksaan laboratorium

Pencegahan Preeklampsia

• Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-

tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang

cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.

• Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada

faktor-faktor predisposisi.

Page 5: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 5/58

• Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta

pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi

protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

Komplikasi Preeklampsia

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk

komplikasi antara lain:

Pada Ibu

• Eklampsia

• Solusio plasenta

• Pendarahan subkapsula hepar 

• Kelainan pembekuan darah ( DIC )

• Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet

count )

• Ablasio retina

• Gagal jantung hingga syok dan kematian.

Pada Janin

• Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

• Prematur 

• Asfiksia neonatorum• Kematian dalam uterus

• Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

Konsep Dasar  Askep Preeklampsia

 A. Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu dengan preeklampsia adalah :

1. Data subyektif :

- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun

- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, edema, pusing,

nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur 

Page 6: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 6/58

- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,

hipertensi kronik, DM

- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion

serta riwayat kehamilan dengan preeklampsia atau eklampsia sebelumnya

- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun

selingan

- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,

oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

-

2. Data Obyektif :

- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress

- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika

refleks + )

- Pemeriksaan penunjang ;

• Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan

interval 6 jam

• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkathingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit

menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7

mg/100 ml

• Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

• Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak

• USG ; untuk mengetahui keadaan janin

• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

B. Masalah Keperawatan

a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan

fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )

Page 7: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 7/58

b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan

perubahan pada plasenta

c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan

pembukaan jalan lahir 

d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif 

terhadap proses persalinan

C. Perencanaan

Diagnosa keperawatan I :

Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi

organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu

Kriteria Hasil :

- Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )

- Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 CNadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt

Intervensi :

1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam

R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi

dari PIH

2. Catat tingkat kesadaran pasien

R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak

3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,

penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )

R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal,

 jantung dan paru yang mendahului status kejang

Page 8: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 8/58

4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi

uterus

R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan

terjadinya persalinan

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM

R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah

terjadinya kejang

Diagnosa keperawatan II :

Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan

perubahan pada plasenta

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin

Kriteria Hasil :

- DJJ ( + ) : 12-12-12

- Hasil NST :

- Hasil USG ;

Intervensi :

1. Monitor DJJ sesuai indikasi

R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio

plasenta

2. Kaji tentang pertumbuhan janin

R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga

timbul IUGR

3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim

tegang, aktifitas janin turun )

R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat

hipoxia bagi janin

4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM

Page 9: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 9/58

R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta

aktifitas janin

5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST

R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

Diagnosa keperawatan III :

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan

pembukaan jalan lahir 

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat

mengantisipasi rasa nyerinya

Kriteria Hasil :

- Ibu mengerti penyebab nyerinya

- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

-

Intervensi :

1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien

R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat

menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadapnyerinya

2. Jelaskan penyebab nyerinya

R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif 

3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul

R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi

pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan

terpenuhi

4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri

R/. untuk mengalihkan perhatian pasien

Diagnosa keperawatan IV :

Page 10: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 10/58

Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif 

terhadap proses persalinan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

- Ibu tampak tenang

- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan ibu

R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian

pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa

3. Jelaskan mekanisme proses persalinan

R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi

emosional ibu yang maladaptif 

2. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif 

R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu

efektif 

3. Beri support system pada ibuR/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang

secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati

D. Implementasi

Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.

E. Evaluasi

Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan

Daftar Pustaka

Page 11: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 11/58

Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC,

Jakarta

R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.

——(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan Dr.Soetomo. Surabaya

 A. Pengertian

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma

yang timbul akibat kelainan neurologi (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3).

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin

dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak

menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,

sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 mingguatau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,

dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).

Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai

dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan

atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi

Kebidanan : 2009).

Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit

digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :

1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau

lebih.

Page 12: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 12/58

2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan

kualitatif;

3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam

4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium

5. Edema paru dan sianosis.

(Ilmu Kebidanan : 2005)

B. Etiologi

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.

Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan

penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada

memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang

menyertai penyakit ini yaitu :

- Spasmus arteriola

- Retensi Na dan air 

- Koagulasi intravaskuler 

Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,

akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai

eklampsia (Obstetri Patologi : 1984)Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia

ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan

semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor,

melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia.

Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang

sebab mana yang akibat (Ilmu Kebidanan : 2005).

C. Patofisiologi

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan

retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola

glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya

sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua

Page 13: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 13/58

arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik

sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat

dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui

sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan

oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis

Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan

patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh

vasospasme dan iskemia (Cunniangham,2003).

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon

terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang

dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus

dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan

sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat

menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan

hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan

peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi

penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatantahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan

anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim

(Michael,2005).

Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler 

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan

eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan

peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara

nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan

atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik / kristaloid

Page 14: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 14/58

intravena, dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler 

terutama paru (Cunningham,2003).

2. Metablisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui

penyebabnya . jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita

preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan

hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan

sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi

glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.

Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada

preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya

dalam batas normal (Trijatmo,2005).

3. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu

dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan

merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain

yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia

adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh

adaanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebriatau didalam retina (Rustam,1998).

4. Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada

korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan

(Trijatmo,2005).

5. Uterus

 Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,

sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen

terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan

tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad partus

prematur.

6. Paru2

Page 15: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 15/58

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh

edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi

pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).

D. Manifestasi Klinis

Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu :

- Edema

- Hipertensi

- Proteinuria

Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.

Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari

tangan dan muka. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik

meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang diukur setelah

pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua

yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklamsia. Proteiuria

bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau

pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein ≥ 1 g/l dalam

urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2

kali dengan jarak waktu 6 jam.Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :

- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.

- Proteinuria + ≥5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.

- Oliguria (<400 ml dalam 24 jam). - Sakit kepala hebat atau gangguan

penglihatan. - Nyeri epigastrum dan ikterus. - Trombositopenia. - Pertumbuhan

 janin terhambat. - Mual muntah - Nyeri epigastrium - Pusing - Penurunan visus

(Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3)

E. Pencegahan

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini

preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita

perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor 

Page 16: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 16/58

predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya

preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat

dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan

pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat

istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti

berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan

dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah

lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan

perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat

penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang

merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.

F. Penatalaksanaan

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia

berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah

pengobatan medisinal.

1. Perawatan aktif 

Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukanpemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :

a. Ibu

• Usia kehamilan 37 minggu atau lebih

• Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi

konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan

darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo

(tidak ada perbaikan)

b. Janin

• Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)

• Adanya tanda IUGR (janin terhambat)

c. Laboratorium

Page 17: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 17/58

• Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,

trombositopenia)

2. Pengobatan mediastinal

Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :

a. Segera masuk rumah sakit.

b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit,

refleks patella setiap jam.

c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125

cc/jam) 500 cc.

d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).

1. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4) IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit

kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4

gram di pantat kiri dan 4 gr di pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no

21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan xylocain 2% yang

tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.

2. Dosis ulang : diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu

dosis ulang diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak

melebihi 2-3 hari.3. Syarat-syarat pemberian MgSO4

• Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gr (10% dalam 10

cc) diberikan IV dalam 3 menit.

• Refleks patella positif kuat.

• Frekuensi pernapasan lebih 16 x/menit.

• Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam) 4.

MgSO4 dihentikan bila :

• Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks fisiologis menurun,

fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat

menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot pernapasan karena ada serum

10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis

Page 18: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 18/58

menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter dapat terjadi

kelumpuhan otot pernapasan dan > 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.

• Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 :

- Hentikan pemberian MgSO4

- Berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu

3 menit

- Berikan oksigen

- Lakukan pernapasan buatan

• MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sedah terjadi

perbaikan (normotensi).

f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah

 jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.

g. Anti hipertensi diberikan bila :

1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih

125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan <

90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.

2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-

obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yangdapat dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan

tekanan darah.

4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet

antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.

Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai

diberikan secara oral (syakib bakri,1997)

b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah

pengobatan medisinal.

1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda

inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.

Page 19: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 19/58

2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan

aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja

dimana gram pada pantat kiri dan 4 gram pada pantat kanan.

3. Pengobatan obstetri :

a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti

perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia

ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.

c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal

gagal dan harus diterminasi.

d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4

20% 2 gr IV.

4. Penderita dipulangkan bila :

a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan

telah dirawat selama 3 hari.

b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita

dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama

perawatan 1-2 minggu).

G. Komplikasi

1. Stroke

2. Hipoxia janin

3. Gagal ginjal

4. Kebutaan

5. Gagal jangtung

6. Kejang

7. Hipertensi permanen

8. Distress fetal

9. Infark plasenta

10. Abruptio plasenta

Page 20: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 20/58

11. Kematian janin

H. Pemeriksaan Penunjang Preeklampsia

1. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan

infeksi urin.

2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk

menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.

3. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah

retina.

4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam

plasma serta urin untuk menilai faal unit fetoplasenta (Helen Farier : 1999)

5. Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan

kardiomegali.

I. Pathways

Terlampir 

BAB III

 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT

Kasus

Ny. A 19 tahun datang kerumah sakit bersama suaminya Tn. B 21 tahun pada

tanggal 7 Januari 2011 dengan keadaan hamil, usia kehamilannya 20 minggu.

Ny. A mengatakan sesak nafas dan suaminya Tn. B mengatakan bahwa istrinya

lemas, pusing, matanya berkunang-kunang, nyeri punggung, berat badan

bertambah dengan cepat, dan kakinya membesar. Setelah dilakukan

pemeriksaan tanda vital didapatkan TD : 160 / 110 mmHg, nadi : 120 x/menit,

Page 21: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 21/58

RR : 34 x/menit, suhu : 360 C. Dari pemeriksaan Urin didapatkan kadar protein

urin 5 gr.

Hari / tanggal masuk : 7 Januari 2011

Jam :

No. CM :

Ruang :

Diagnosa medis :

 A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan : perawat H.

Hari / tanggal : 7 Januari 2011

Jam :

1. Biodata

a. Klien

Nama : Ny. A

Umur : 19 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

 Alamat : -Pekerjaan : -

Pendidikan : -

Status perkawinan : Sudah menikah

 Agama : Islam

b. Penanggung jawab

Nama : Tn. B

Umur : 21 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

 Alamat : -

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

Status perkawinan : Sudah menikah

Page 22: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 22/58

 Agama : Islam

Hubungan dengan klien : Suami klien

B. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Klien merasa sesak nafas.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Ny. A 19 tahun datang kerumah sakit bersama suaminya Tn. B 21 tahun pada

tanggal 7 Januari 2011 dengan keadaan hamil, usia kehamilannya 20 minggu.

Ny. A mengatakan sesak nafas dan suaminya Tn. B mengatakan bahwa istrinya

lemas, pusing, matanya berkunang-kunang, nyeri punggung, berat badan

bertambah dengan cepat, dan kakinya membesar. Setelah dilakukan

pemeriksaan tanda vital didapatkan TD : 160 / 110 mmHg, nadi : 120 x/menit,

RR : 34 x/menit, suhu : 360 C. Dari pemeriksaan Urin didapatkan kadar protein

urin 5 gr.

c. Riwayat kesehatan terdahulu

Ny. A tidak mempunyai penyakit hipertensi sebelumnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga tidak mempunyai penyakit hipertensi.e. Riwayat persalinan

Ny. A belum pernah melakukan persalinan.

f. Riwayat perkawinan

Menikah 1 kali dan telah berangsung 1 tahun

g. Riwayat kontrasepsi

Pasien dan suaminya belum pernah memakai kontrasepsi

C. Pengkajian Primer 

a. Airway

Tidak ada sumbatan jalan nafas

b. Breathing

Pola nafas dalam dengan RR : 34 x/menit

Page 23: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 23/58

c. Circulation

Nadi : 120 x/menit, kulit pucat, ekstremitas dingin

D. Pengkajian Sekunder 

1. Keadaan umum : lemah

2. Kesadaran : apatis

3. Tanda-tanda vital :

TD : 160 / 110 mmHg

RR : 34 x/ menit

Nadi : 120 x/menit

Suhu : 360 C

4. Kepala : simetris

5. Mata : anemis, diplopia, ikterik

6. Telinga : terdapat serumen

7. Hidung : simetris

8. Dada :

Paru-paru

I : asimetris cembung, edema

Pa : fremitus meningkatPe : pekak

 Au : sesak nafas

Jantung

I : asimetris

Pa : denyut melemah

Pe : pekak

 Au : lemah

9. Abdomen

I : membesar sesuai status obstetri

 Au : bising usus normal

Pa : nyeri tekan pada kuadran 1

Pe :

Page 24: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 24/58

10. Ekstremitas : edema

11. Genetalia : normal

E. Pola Kehidupan Sehari-hari

1. Pernafasan

RR : 34 x/menit, takiepnea

2. Sirkulasi

TD : 160 / 110 mmHg, Nadi : 120 x/menit, Suhu : 360 C

3. Nutrisi

 Anoreksia, mual muntah

4. Eliminasi

BAB 1 x sehari, proteinuria

5. Mobilitas dan kenyamanan

Klien lemah, pusing, nyeri

6. Tidur dan istirahat

Klien sukar tidur 

7. Kebersihan diri

Klien mandi 2 x sehari.

8. KomunikasiKomunikasi klien terbatas karena kelemahan.

9. Ibadah

Pasien masih bisa melaksanakan ibadah sesuai kemampuan.

10. Sosial ekonomi

Kebutuhan sosial ekonomi klien terganggu dan ekonominya.

F. Analisa Data

Tgl / jam Data fokus Etiologi Problem

DS : klien mengatakan sesak nafas.

DO :

TD : 160 / 110 mmHg

Page 25: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 25/58

RR : 34 x/ menit

Nadi : 120 x/menit

Suhu : 360 C Peningkatan kebutuhan O2 Pola nafas inefektif.

DS : sesak nafas

DO : TD : 160 / 110 mmHg

RR : 34 x/ menit

Nadi : 120 x/menit COP menurun Gangguan perfusi jaringan

DS : sesak nafas, lemah

DO : - Kelemahan fisik, ketidakseimbangan suplai O2 Intoleransi aktifitas

DS : pusing, nyeri punggung

DO : - Peningkatan tekanan vaskuler otak Gangguan rasa nyaman nyeri

DS : Berat badan bertambah cepat, kakinya membesar.

DS : udema Peningkatan reabsorbsi Na Kelebihan volume cairan

DS : mata berkunang-kunang

DO : - Peningkatan tekanan vaskuler retina Resiko injuri

G. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O22. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik

4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak

5. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na

6. Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina

H. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Pola nafas inefektif b.d peningkatan kebutuhan O2

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit pola nafas

kembali normal

Kriteria hasil : bebas dari sianosis, pala nafas normal RR : 24 x/mnt

Intervensi :

Page 26: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 26/58

a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman

Rasional : untuk mengetahui pola nafas pasien

b. Auskultasi bunyi nafas

Rasional : mengetahui ada tidaknya nafas tambahan

c. Atur posisi pasien semi fowler 

Rasional : merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru

d. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi

Rasional : meningkatkan pengiriman oksigen ke paru

2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan COP

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit

diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi.

Kriteria hasil : CRT < 2 detik, tidak terjadi sianosis

Interensi :

a. Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu.

Rasional : untuk mengetahui kelemahan otot pernapasan.

b. Awasi tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui tingkat kegawatan klien.

c. Pantau BGARasional : asidosis yang terjadi dapat menghambat masuknya oksigen pada

tingkat sel.

d. Kolaborasi pemberian IV larutan elektrolit

Rasional : meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler.

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2, kelemahan fisik

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam aktivitas

pasien dapat terpenuhi

Kriteria hasil : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / di perlukan

Intervensi :

a. Periksa TTV sebelum dan sesudah aktivitas

Rasional : mengetahui tingkat kelemahan

Page 27: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 27/58

b. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi

Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

c. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

Rasional : Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong

kemandirian dalam melakukan aktivitas.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan vaskuler otak

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri

berkurang /menghilang

Kriteria hasil : wajah tidak menyeringai, tidak pusing

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri

Rasional : mengetahui intensitas nyeri

b. Pertahankan tirah baring

Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi

c. Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala

misalnya, mengejan, batuk panjang

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menambah beratkan

penyakitd. Ajarkan taknik relaksasi dan distraksi

Rasional : membantu menghilangkan rasa nyeri

e. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya lorazepam, diazepam

Rasional : menurunkan nyeri dan menurunkan rengsang system saraf simpatis.

5. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam BB stabil

Kriteria hasil : - Tidak ada destensi vena perifer dan edema

- Paru bersih dan BB stabil

Intervensi :

a. Obervasi input dan output

Rasional : Mengetahui pengeluaran dan pemasukan cairan

Page 28: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 28/58

b. Jelaskan tujuan pembatasan cairan / Na pada pasien

Rasional : Na dapat mengikat air sehingga meningkatkan volume cairan

bertambah

c. Kolaborasi pemberian deuretik , contoh : furosemid (lazix),asam etakrinik

(edecrin) sesuai dengan indikasi.

Rasional : Menghambat reabsorpsi natrium dan menurunkan kelebihan cairan

d. Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : diet pembatasan Na sesuai indikasi

6. Resiko injuri b.d peningkatan tekanan vaskuler retina

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak

mengalami trauma

Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami cidera

Intervensi :

a. Hindarkan pasien dari benda-benda yang berbahaya bagi pasien

Rasional : Mencegah terjadinya injuri

b. Pertahankan tirah baring

Rasional : Meminimalkan pergerakan pasien

c. Pertahankan BEL di samping tempat tidur dan pagar tempat tidur tinggiRasional : Mencegah terjadinya injuri

d. Batasi aktivitas pasien

Rasional : Meminimalkan aktivitas yang dapat menimbulkan trauma pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta

Doengoes, Marilynn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit Buku

Kedokteran. EGC : Jakarta.

Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta

Page 29: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 29/58

Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo : Jakarta Pusat

Obstetri Patologi. 1984. Elstar Offset : Bandung.

Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa

dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang

timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias :

hipertensi, proteinuri, dan edema.

Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi : A. Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan

pembengkakan, dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).

B. Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak

sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak,

dkk., 2005).

C. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan

disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).

D. Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan

(Mansjoer dkk, 2000).

Page 30: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 30/58

E. Pre eklamsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi

terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan

darah normal.

2.2 Etiologi

Etiologi penyakit preeklamsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.

Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan

penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada

memberikan jawaban yang memuaskan.

Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia.

Tanda dan gejala timbul hanya selama hamil dan menghilang dengan cepat

setelah janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi

wanita yang akan menderita preeklampsia.

Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di

usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain

adalah :· Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis

· Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan.

· Kegemukan.

· Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.

· Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.

· Mengandung lean alirbih dari satu orang bayi.

· Gizi buruk

· Gangguan aliran darah ke rahim.

 Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan

perkembangan penyakit: primigravida, grand multigravida, janin besar,

kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas.

Page 31: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 31/58

Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia

terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30%

pasien mengalami anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami

hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25%.

Preeklampsia ialah suatu penyakit yang tidak terpisahkan dari preeklampsia

ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau eklampsia (Bobak, dkk., 2005).

2.3 Patofisiologi

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi

garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus.

Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya

dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh

mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk

mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui

sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan

oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (SinopsisObstetri, Jilid I, Halaman 199).

Patofisiologi pre eklamsi-eklamsi setidaknya berkaitan dengan perubahan

fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi

peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi penurunan resistensi vaskular 

sistemik (systemic vascular resistance[SVRI]), peningkatan curah jantung, dan

penurunan tekanan osmotik koloid.

Pada pre eklamsi volume plasma yang beredar menurun sehingga terjadi

hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat

organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta.

Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan

menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal

menurun.

Page 32: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 32/58

Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensifitas terhadap tekanan

peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu

ketidakseimbagan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2.

Selain kerusakan endotelial vasospasme arterial menyebabkan peningkatan

permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut

menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami pre

eklamsi mudah mengalami edema paru.

Hubungan sistem imun dengan pre eklamsi menunjukkan bahwa faktor-faktor 

imunologi memainkan peran penting dalam pre eklamsi. Keberadaan protein

asing, plasenta, atau janin bisa membangkitkan respon imunologis lanjut. Teori

ini didukung oleh peningkatan insiden pre eklamsi pada ibu baru dan ibu hamil

dari pasangan baru (materi genetik yang berbeda).

Predisposisi genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Frekuensi pre

eklamsi dan eklamsi pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklamsi,

yang menunjukkan suatu gen resesif autoso yang mengatur respon imun

maternal.

Patofisiologi preeklampsia mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) dengan

menginduksi edema otak dan meningkatkan resistensi otak. Komplikasi meliputi

nyeri kepala, kejang, dan gangguan penglihatan (skotoma) atau perubahankeadaan mental dan tingkat kesadaran. Komplikasi yang mengancam jiwa ialah

eklampsia atau timbul kejang (Bobak, dkk., 2005).

2.4 Patologi

Berbagai teori mengenai asal preeklampsia telah diajukan, tetapi baru-baru ini

tidak terdapat penjelasan yang lengkap tentang penyebab gangguan ini.

Respons imun abnormal, gangguan endokrin, predisposisi genetik, kelebihan

atau kekurangan nutrisi, dan gangguan ginjal semua diajukan sebagai berperan

pada terjadinya preeklampsia.

Banyak sumber menyetujui bahwa penyebab preeklampsia adalah multifaktor 

antara lain nulipara, usia maternal lebih dari 35 tahun, usia ibu kurang dari 18

Page 33: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 33/58

tahun, riwayat keluarga hipertensi akibat kehamilan (HAK), dan riwayat HAK

pada kehamilan sebelumnya.

Vasospasme paling mungkin sebagai penyebab proses penyakit. Ketika

vasospasme berlanjut, terjadi kerusakan pada dinding pembuluh darah, yang

mengakibatkan mengalirnya trombosit dan fibrin ke dalam lapisan subendotel

dinding pembuluh darah. Hal ini diketahui bahwa ibu yang mengalami

preeklampsia mempunyai sensivitas pada angiotensin II, yang dianggap menjadi

kontributor utama untuk proses vasospasme. Vasokonstriksi juga berperan pada

kerusakan sel darah merah ketika melewati diameter pembuluh darah yang

bgerkurang ukurannya. Vasospasme akhirnya menimbulkan hipoksia jaringan

lokal pada berbagai sistem organ, termasuk plasenta, hati, paru, otak, dan retina.

Vasospasme serebral berperan pada gejala sakit kepala dan gangguan

penglihatan serta dapat berlanjut menjadi stroke.

Vasospasme pada sistem ginjal berperan pada penurunan aliran darah ginjal.

Sistem ginjal mengalami pembengkakan sel endotel glomerulus, lumen kapiler 

glomerulus berkonstriksi, dan filtrasi glomerulus dan selanjutnya menurun.

Karena penurunan filtrasi, nitrogen urea darah serum, kreatinin, dan natrium

meningkat; dan haluaran urin menurun. Retensi natrium selanjutnya sensivitas

terhadap angiotensi II dan peningkatan volume cairan ektra seluler. Pada kasusberat, vasospasme dan pembentukan trombus arterial dapat menimbulkan

nekrosis korteks renal.

Terjadinya edema umum karena kerusakan dinding pembuluh darah dan retensi

cairan sekunder akibat penurunan filtrasi glomerulus. Ketika cairan bergeser dari

ruang intravaskular ke ektravaskular terjadi hipovolemia dan hemokonsentrasi.

Hal ini pada gilirannya menempatkan kebutuhan pada jantung sebagai

presoreseptor pada organ mayor memberi umpan balik untuk meningkatkan

curah jantung. Riset tentang curah jantung pada preeklampsia masih menjadi

konflik.

Beberapa penelitian telah menetapkan penurunan curah jantung yang dikaitkan

dengan peningkatan tahanan vaskular perifer, sedangkan penilitian lain

menemukan bahwa beberapa ibu dengan preeklampsia secara nyata mengalami

Page 34: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 34/58

peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer sampai penyakit

menjadi berat.

Disfungsi hati pada preeklampsia dapat direntang dari perubahan enzim ringan

sampai edema hepatik, edema subkapsular, atau hemoragi. Perubahan berat

dapat terjadi sebagai nyeri kuadran kanan atas. Bila edema hepatik mewakili

derajat edema umum yang mencakup edema serebral, nyeri kuadran kanan atas

sering dikaitkan dengan derajat edema serebral yang mengakibatkan aktivitas

kejang (eklampsia).

Kerusakan dinding pembuluh darah, dan kebocoran produk darah ke dalam

ruang ektravaskular akhirnya menimbulkan koagulopati konsumtif serupa dengan

koagulasi intravaskular diseminata. Mekanisme trombositopenia yang tampak

pada preeklampsia tidak dipahami dengan baik. Satu teori adalah bahwa

kerusakan endotel dikaitkan dengan agregasi dan destruksi tombosit. Gangguan

mekanisme pembekuan normal dapat menimbulkan hemoragi dan kematian.

Beberapa ibu yang mengalami preeklampsia berlanjut mengalami sindrom

HELLP, yang dikaitkan dengan progresi cepat proses patologis dan

mengakibatkan hasil janin dan maternal sebaliknya. Ibu yang mengalami

sindrom HELLP kemungkinan menunjukkan subset individual yang mengalami

disfungsi endotel lebih berat, dan dianggap bahwa predisposisi ini mungkinbersifat genetik.

Disamping efek tidak langsung penurunan perfusi maternal pada janin, proses

vasospasme juga secara langsung mempengaruhi plasenta. Lesi plasenta yang

adalah akibat infrak selanjutnya menurunkan perfusi ke janin, yang menimbulkan

intrauterine growth restriction (IUGR) dan hipoksia. Komplikasi yang dikaitkan

dengan preeklampsia berat meliputi gangguan plasenta, gagal ginjal akut,

abrupsio retina, gagal jantung, hemoragi serebral, IUGR, dan kematian maternal

dan janin (Walsh, 2008).

2.5 Diagnosis

Diagnosis preeklampsia dilakukan pada setiap kali pemeriksaan prenatal dengan

mengukur tekanan darah ibu dan menguji protein urine. Diagnosis preeklampsia

Page 35: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 35/58

ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria

dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu (Prawirohardjo, 2008).

§ Hipertensi : sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥30 mmHg dan

kenaikan diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia.

§ Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik.

§ Edema :edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali

edema pada lengan, muka, dan perut, edema generalisata.

Prawirohardjo (2008) menjelaskan bahwa diagnosis preeklampsia ditegakkan

berdasar kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum dibawah ini.

Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih

gejala sebagai berikut :

a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110

mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat

dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

b. Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

c. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.

d. Kenaikan kadar kreatinin plasma.

e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,

skotoma dan pandangan kabur.f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat

teregangnya kapsula Glisson).

g. Edema paru-paru dan sianosis.

h. Hemolisis mikroangiopatik.

i. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit

dengan cepat.

 j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar 

alanin dan aspartate aminotransferase.

k. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.

l. Sindrom HELLP (Prawirohardjo, 2008).

Perlu diperhatikan bahwa tingginya tekanan darah bukan merupakan penentu

utama klasifikasi berat atau ringannya PE.

Page 36: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 36/58

Dari : Cunningham FG et al : Hypertensive Disorder In Pregnancy in “ Williams

Obstetrics” , 22nd ed, McGraw-Hill, 2005

2.6 Pencegahan

Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang

berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Pencegahan yang dimaksud ialah

upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang

berisiko terjadinya preeklampsia (Prawirohardjo, 2008). Oleh karena itu,

pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi angka kejadian dan

menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang

teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah,

dan pemeriksaan urin untuk menetukan proteinuria. Untuk mencegah kejadian

preeklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan

preeklampsia :

a. Diet makanan. Makanan tinggi protein, rendah karbohidrat, cukup vitamin,

rendah lemak. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna.

b. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti

bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak dudukatau berbaring kea rah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta

tidak mengalami gangguan.

c. Pengawasan antenatal. Bila terjadi perubahan peraan dan gerak janin

dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan

perhatian :

1. Uji kemungkinan preeklampsia :

a). Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya

b). Pemeriksaan tinggi fundus uteri

c). Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema

d). Pemeriksaan protein dalam urine

e). Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran

darah umum, dan pemeriksaa retina mata.

Page 37: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 37/58

2. Penilaian kondisi janin dalam rahim

a). Pemeriksaan tinggi fundus uteri

b). Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,

pemantauan air ketuban

c). Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi (Curtis, 1999).

2.7 Penanganan

Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital

pada keadaan normal, dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada

ibu dan bayi.

Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 , dalam infuse Dextrosa 5%

dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4 2 g intravena

dalam 10 menit selanjutnya 2 g/jam dalam drip infuse sampai tekanan darah

stabil 140-150/90-100 mmHg. Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan atau

dihentikan 6 jam pasca persalinan ada perbaikan nyata ataupun tampak tanda-

tanda intoksikasi. Sebelum memberikan MgSO4 perhatikan reflek patella,

pernapasan 16 kali/menit. Selama pemberian parhatikan tekanan darah, suhu,

perasaan panas, serta wajah merah. Berikan nefidipine 3-4 x 10 mg oral (dosis

maksimum 80 mg/hari), tujuannya adalah untuk penurunan tekanan darah 20%dalam 6 jam. Periksa tekanan darah, nadi, pernapasan tiap jam. Pasang kateter 

kantong urin setiap 6 jam.

PE Berat memerlukan antikonvulsi dan antihipertensi serta dilanjutkan dengan

terminasi kehamilan.

Tujuan terapi pada PE:

1. Mencegah kejang dan mencegah perdarahan intrakranial

2. Mengendalikan tekanan darah

3. Mencegah kerusakan berat pada organ vital

4. Melahirkan janin yang sehat

Terminasi kehamilan adalah terapi defintif pada kehamilan > 36 minggu atau bila

terbukti sudah adanya maturasi paru atau terdapat gawat janin.

Page 38: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 38/58

Penatalaksanaan kasus PEB pada kehamilan preterm merupakan bahan

kontroversi.Pertimbangan untuk melakukan terminasi kehamilan pada PEBerat

pada kehamilan 32 – 34 minggu setelah diberikan glukokortikoid untuk

pematangan paru.

Pada PEBerat yang terjadi antara minggu ke 23 – 32 perlu pertimbangan untuk

menunda persalinan guna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas

perinatal.

Terapi pada pasien ini adalah :

1. Dirawat di RS rujukan utama (perawatan tersier)

2. MgSO4

3. Antihipertensi

4. Kortiskosteroid

5. Observasi ketat melalui pemeriksaan laboratorium

6. mengakhiri kehamilan bila terdapat indikasi

Terminasi kehamilan sedapat mungkin pervaginam dengan induksi persalinan

yang agresif. Persalinan pervaginam sebaiknya berakhir sebelum 24 jam. Bila

persalinan pervaginam dengan induksi persalinan diperkirakan melebihi 24jam,

kehamilan sebaiknya diakhiri dengan SC

2.8 Asuhan Keperawatan

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN MASALAH

PREEKLAMSIA BERAT

Tanggal masuk : 9 Mei 2011

Tanggal pengkajian : 11 Mei 2011

Dx medis : PEB

 A. PENGKAJIAN

1. Biodata

a. Identitas klien

Nama : Ny.R

Umur : 32 tahun

Page 39: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 39/58

Jenis kelamin : Perempuan

 Agama : Kristen Protesttan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Suku bangsa :

 Alamat :

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn.s

Umur : 34 th

Jenis kelamin : laki laki

 Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : swasta

Suku bangsa :

 Alamat :

Hub dg klien : suami

2. Riwayat Kesehatan.

a. Keluhan utama: mengeluh mual muntah

b. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengeluh nyeri kemudian di bawa keRS untuk menjalani perawatan medis

c. Riwayat kesehatan dahulu:

d. Riwayat kesehatan keluarga: ibu klien mengatakan dalam keluarga tidak

ada yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.

e. Genogram: -

f. Riwayat alergi obat dan makanan: tidak ada alergi obat dan makanan

3. Pola Fungsi Kesehatan

Persepsi terhadap kesehatan: ibu klien melihat tanda dan gejala nyeri pada

anaknya kemudian langsung membawa ke rumah sakit untuk mendapat

perawatan yang optimal.

Page 40: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 40/58

Pola aktivitas- latihan:

 Aktivitas 0 1 2 3 4

Makan x

Minum x

Eliminasi x

Mobilisasi x

Berpakaian x

Keterangan:

0 : mandiri

1 : dengan alat Bantu

2 : bantuan orang lain

3 : bantuan orang lain dan peralatan4 : tergantung total

4. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas

Gejala : kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ , reflek

patologis -/-.

Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka

b. Sirkulasi

Gejala : penurunan oksegen

Tanda :

c. Abdomen

Gejala : Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, sikatrik bekas

operasi ( - ) Palpasi :

Ø Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba massa

besar, lunak, noduler 

Ø Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin

di sebelah kanan.

Ø Leopold III : teraba masa keras, terfiksir 

Ø Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul

Page 41: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 41/58

 Auskultasi : BJA 142 x/1’ regular 

Eliminasi

Gejala : proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria

d. Makanan / cairan

Gejala : peningkatan berat badan, muntah-muntah

Tanda : nyeri epigastrium,

e. Integritas ego

Gejala : perasaan takut.

Tanda : cemas.

f. Neurosensori

Gejala : hipertensi

Tanda : kejang atau koma

g. Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan

penglihatan.

Tanda : gelisah,

h. Pernafasan

Gejala : vesikuler, Rhonki -/-, Whezing -/-, sonor 

Tanda : irama teratur, bising tidak adai. Keamanan

Gejala : jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan.

Tanda :

 j. Seksualitas

Gejala : Status Obstetrikus

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Darah lengkap: trombositopeni

2. Urin : proteinuria, oliguri

3. USG

C. DATA FOKUS

Page 42: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 42/58

Data subyektif:

· klien mengatakan mengalami nyeri hebat pada daerah perut

· P: nyeri berkurang setelah minum obat Q: nyeri berat R: nyeri pada daerah

perut

· S: skala 8 T: nyeri terasa selama 3menit sekali

· klien mengatakan susah makan karena sering mual muntah

· klien mengatakan sering merasa haus

Data obyektif:

· klien tampak pucat, dehidrasi

· klien tampak kurus, anoreksia, konjungtiva pucat

· klien tampak lemah, bedrest

D ANALISA DATA

NO SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI

1. DS :

DO :

- Dipsnea

- Napas pendek

- Nyeri dada

- batuk

- hemoptisis

- pembesaran

limpa

- hipoksia

Pola nafas tidak

efektif 

Deformitas dinding

dada (adanya edema

pada paru)

2. DS: klien

mengatakan

anaknyamengalami nyeri

hebat pada

daerah perut P:

nyeri berkurang

setelah minum

Nyeri akut Agen cidera biologi

Page 43: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 43/58

obat Q: nyeri

berat R: nyeri

pada daerah

perut S: skala 8

T: nyeri terasa

selama 3 menit

sekali DO: klien

tampak menahan

nyeri

3. DS: klien

mengatakan

susah makankarena sering

mual muntahDO:

klien tampak

kurus, lemah,

anoreksia,

konjungtiva pucat

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Ketidakmampuan dalam

memasukkan/mencerna

makanan karena faktor biologi

4. DS: ibu klien

mengatakan

sering merasa

haus DO: klien

tampak lemah,

bedrest,

dehidrasi, turgor 

kulit lambat

Resiko kekurangan

volume cairan

Retensi garam dan air 

5. Ds :

Do :

- Pasien selalu

merasa ingin

BAK (anyang-

anyangan)

Gangguan eliminasi

urin

Sindroma nefrotik

(penurunan filtrasi)

Page 44: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 44/58

- Pasien merasa

nyeri saat awal

setelah BAK

- Dipermukaan

saluran kencing

bawah (orifisium

uretra) merah

(eritematus) dan

membengkak

(oedema)

6. DS :

DO :- Pasien tampak

lemah

- Skala nyeri 8

- Tampak

terpasang kateter 

Resiko infeksi Tindakan invasif  

Diagnosa keperawatan dan prioritas masalah

Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru)

Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan retensi garam dan air 

Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan sindroma nefrotik (penurunan

filtrasi)

Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasife

Page 45: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 45/58

Page 46: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 46/58

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN MASALAHPREEKLAMSIA

BERAT

N

o

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Wkt Implementasi Evalua

si

1 Pola nafas

tidak efektif 

b/d

Deformitas

dinding

dada (adany

a edema

pada paru)

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawa

tan

selama 1

X 24 jam

diharapkan pola

nafas

klien

normal

dengan

kriteria

hasil:

Respirato

rystatus:

Ventilatio

n(0703)

-

Respirasi

dalam

batas

normal

- Mudah

bernafas

- Tidak

- Buka jalan

nafasdengan

tehnik chin lift

- Posisikan klien

untuk

memaksimalkan

ventilasi-

Identifikasi jikapasi

en perlupemasang

an alat jalan nafas

buatan

- Auskultasi suara

nafas, catat

adanya suara

nafas tambahan

- Monitor 

respirasi dan status

O2

- Observasi TTV

- Agar 

memuda

hkan

bernapas

dengan

lancar 

- Untuk

memenuhi

kebutuha

n O2

klien

-

Mencega

h

terjadinya

hipoksia

- Untuk

mengeta

hui

adanya

suara

nafas

tambaha

09.0

0

09.1

0

09.1

5

09.2

0

09.3

0

09.3

5

1. Membuka

 jalan nafas

dengan tehnik

chin lift

2. memposisik

an klien untuk

memaksimalkan ventilasi

3. mengidentifi

kasi jika pasien

perlu

pemasangan

alat jalan nafas

buatan

4. mengauskult

asi suara

nafas, catat

adanya suara

nafas

tambahan

5. memonitor 

respirasi dan

status O2

6. mengobserv

asi TTV

S : -

O :

Pola

nafas

klien

lancar 

 A :

Tujuantercapa

i,

masala

h

teratasi

P :

Pertah

ankan

interve

nsi

Page 47: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 47/58

ada

dipsnea

- TTV

normal

n

- Untuk

mengeta

hui

respirasir 

ed dan

kebutuha

b O2

-

Mengeta

hui

keadaan

umum

klien

2 Nyeri akut

berhubunga

n dengan

 Agen cidera

biologi

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawa

tan

selama 1

x 24 jam

diharapka

n nyeri

berkuran

g dengan

kriteria

hasil:

Pain

control

(1605)

·

1. Kaji secara

komprehensif 

tentang nyeri

meliputi: lokasi,

karakteristik, dan

onset, durasi,

frekuensi, kualitas,

intensitas/beratnya

nyeri, dan faktor-

faktor presipitasi

2. Kaji pengalaman

individu terhadap

nyeri, keluarga,

dengan nyeri

kronis

3. Evaluasi tentang

keefektifitan dari

-

Mengindi

kasikan

terjadinya

komplika

si.

- Dapat

memban

dingkan

nyeri

09.4

0

09.5

0

1. mengkaji

secara

komprehensif 

tentang nyeri

meliputi: lokasi,

karakteristik,

dan onset,

durasi,

frekuensi,

kualitas,

intensitas/berat

nya nyeri, dan

faktor-faktor 

presipitasi

2. mengkaji

pengalaman

individu

S :

Klien

mengat

akan

nyeri

sudah

berkura

ng

O :

wajah

klien

terlit

tidak

meringi

s

menah

an

Page 48: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 48/58

Mengenal

i faktor 

penyebab

· Menggu

nakan

metode

pencegah

an

· Menggu

nakan

metode

pencegah

an non

analgetik

untuk

mengura

ngi nyeri

· Menggu

nakananalgetik

sesuai

kebutuha

n

· Melapor 

kan

gejala

pada

tenaga

kesehata

n

· Mengen

tindakan

mengontrol nyeri

yang telah

digunakan

4. Berikan

informasi tentang

nyeri seperti

penyebab, berapa

lama terjadi, dan

tindakan

pencegahan

5. Berikan

analgetik sesuai

anjuran

6. Beritahu dokter 

 jika tindakan

berhasil atau

terjadi keluhan

yang ada

dari nyeri

sebelumn

ya

-

Penggun

aan

persepsi

diri/

perilaku

untuk

menghila

ngkan

nyeri

dapat

membant

u pasienmengata

sinya

lebih

efektif 

4.

Informasi

tentang

nyeri

dapat

membant

u dalam

menurun

09.5

5

10.0

0

10.15

10.2

0

terhadap nyeri,

keluarga,

dengan nyeri

kronis

3.

mengevaluasi

tentang

keefektifitan

dari tindakan

mengontrol

nyeri yang

telah

digunakan

4. memberikan

informasitentang nyeri

seperti

penyebab,

berapa lama

terjadi, dan

tindakan

pencegahan

5. memberikan

analgetik

sesuai anjuran

nyeri

 A :

Tujuan

tercapa

i,

Masala

h

teratasi

P :

Pertah

ankan

interve

nsi

Page 49: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 49/58

ali gejala-

gejala

nyeri

· Mencata

t

pengalam

an

tentang

nyeri

sebelumn

ya

· Melapor 

kan nyeri

yang

sudah

terkontrol

Keterang

an

penilaianNOC:

1. Tidak

dilakukan

sama

sekali

2. Jarang

dilakukan

3.

Kadang

dilakukan

4. Sering

dilakukan

kan

persepsi

nyeri

5.Analget

ik

diberikan

untuk

nyeri

ringan

yang

tidak

hilang

dengan

tindakan

kenyama

nan.

6.Untukmelanjutk

an terapi

selanjutn

ya

6. memberitau

kan dokter jika

tindakan

berhasil atau

terjadi keluhan

Page 50: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 50/58

5. Selalu

dilakukan

3 Ketidakseim

bangan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubunga

n dengan

Ketidakmam

puan dalammemasukka

n/mencerna

makanan

karena

faktor 

biologi

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawa

tan

selama 3

x 24 jam

diharapka

n nafsu

makanklien

normal

lagi

dengan

kriteria

hasil:

Nutritiona

l status

(1004)

·

Stamina,

Tenaga

·

Kekuatan

menggen

ggam

·

Penyemb

uhan

1. Kaji adanya

alergi makanan

2. Anjurkan pasien

untuk

meningkatkan

intake Fe

3. Berikan

substansi gula

4. Berikan

makanan yang

terpilih( sudah

dikonsultasikan

dengan ahli gizi)

5. Ajarkan pasien

bagaimana

membuat catatan

makanan harian

1. Untuk

mengeta

hui

apakah

pasien

ada

alergi

makanan

2. intake

fe dapatmeningka

tkan

kekuatan

tulang

3.

substansi

gula

dapat

meningka

tkan

energi

pasien

4. Untuk

memenu

hi status

gizi

pasien

10.3

0

10.3

5

10.4

0

10.4

5

11.0

0

1. mengkaji

adanya alergi

makanan

2.

menganjurkan

pasien untuk

meningkatkan

intake Fe3. memberikan

substansi gula

4. memberikan

makanan yang

terpilih( sudah

dikonsultasika

n dengan ahli

gizi)

5. memberikan

pasien

bagaimana

membuat

catatan

makanan hari

S :

Klien

mengat

akan

sudah

tidak

merasa

mual

O :

Kliensudah

tidak

terlihat

lemas,

konjun

gtiva

normal

 A :

Tujuan

tercapa

i,

Masala

h

teratasi

P :

Pertah

ankan

interve

nsi

Page 51: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 51/58

 jaringan

· Daya

tahan

tubuh

· Tidak

ada

penuruna

n BB yg

berlebih

Keterang

an

penilaian

NOC:

1. Tidak

pernah

menunjuk

kan

2. Jarang

menunjukkan

3.

Kadang

menunjuk

kan

4. Sering

menunjuk

kan

5. Selalu

menunjuk

kan

5.

Catatan

harian

makanan

dapat

mengeta

hui

asupan

nutrisi

pasien

4 Resiko Setelah 1. Pertahankan 1. Untuk 11.11.mempertaha S :

Page 52: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 52/58

kekurangan

volume

cairan

berhubunga

n dengan

retensi

garam dan

air 

dilakukan

asuhan

keperawa

tan

selama 3

x 24 jam

diharapka

n klien

dapat

tidak ada

resiko

kekurang

an

volume

cairan

dengan

kriteria

hasil:

·Mempert

ahankan

urin

output

sesuai

dengan

usia dan

BB

· TTV

dalam

batas

normal

catatan intake

output urin yang di

buat

2. Monitor adanya

status dehidrasi

3. Monitor hasil lab.

yang sesuai

dengan retensi

cairan

4. Monitor TTV

5. Kolaborasi

pemberian cairan

atau makanan/infus

6. Monitor status

nutrisi

7. Dorong masukan

oral

mengeta

hui

perubaha

n intake

output

urin klien

2.antisipa

si

terjadinya

dehidrasi

berat

3.untuk

memberi

kan

tindakan

yang

sesuai

dengan

kondisiklien

4.untuk

mengeta

hui

keadaan

umum

klien

5.Untuk

memulihk

an energi

pasien

5

11.2

5

11.3

0

11.3

5

11.4

0

12.0

0

12.1

0

nkancatatan

intake output

urin yang di

buat

2. memonitir 

adanya status

dehidrasi

3. memonitor 

hasil lab. yang

sesuai dengan

retensi cairan

4. memonitor 

TTV

5.

mengkolabora

sikan

pemberian

cairan atau

makanan/ infus

6. memonitorst

atus nutrisi

7. mendorong

Klien

mengat

akan

tidak

merasa

lemah

O

:Tugor 

kulit

normal

 A :

Tujuan

tercapa

i,

Masala

h

teratasi

P :

Pertahankan

interve

nsi

Page 53: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 53/58

·

Elastisita

s turgor 

kulit

normal

· Tidak

ada

tanda-

tanda

dehidrasi

·

Membran

mukosa

lembab

· Tidak

ada rasa

haus

berlebiha

nKeterang

an

penilaian

NOC:

1. Tidak

dilakukan

sama

sekali

2. Jarang

dilakukan

3.

Kadang

6. Untuk

mengeta

hui intake

nutrisi

pasien

7.

Mengopti

malkan

keadaan

pasien

agar 

kembali

normal

masukan oral

Page 54: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 54/58

dilakukan

4. Sering

dilakukan

5. Selalu

dilakukan

5 Gangguan

eliminasi

urin

berhubunga

n

dengansindr 

oma nefrotik(penurunan

filtrasi)

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawa

tan

selama 1

x 24 jameliminasi

urin klien

dalam

rentang

normal

dengan u

rinary

eliminatio

n kriteria

hasil :

-

Frekuensi

eliminasi

urin

dalam

rentang

normal

- Monitor 

pengeluaran urin

termasuk frekuensi,

warna, volume, dan

senyawa yang

terkandung

didalamnya- Monitor tanda dan

gejala adanya

retensi urin

- Catat waktu

pengeluaran urin

terakhir 

- Ajarkan pasien

untuk minum

secara lancar yaitu

8 gelas sehari

- Anjurkan klien

untuk mengenali

adanya ISK yang

berkelanjutan

- Untuk

mengeta

hui

warna,

frekuensi,

volume

dansenyawa

yang

terkandu

ng dalam

urine

yang di

keluarkan

oleh

paisen.

- Untuk

mengeta

hui tanda

dan

gejala

yang

terjadi

pada

pasien

pada

12.2

0

12.3

0

12.3

5

12.4

0

1. memonitorp

engeluaran

urin termasuk

frekuensi,

warna, volume,

dan senyawa

yangterkandung

didalamnya

2. memonitor t

anda dan

gejala adanya

retensi urin

3. mencatat wa

ktu

pengeluaran

urin terakhir 

4.

mengajarkan

pasien untuk

minum secara

S : -

O :

Klien

BAK

dengan

normal

 A :Tujuan

tercapa

i,

Masala

h

teratasi

P :

Pertah

ankan

interve

nsi

Page 55: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 55/58

- Tidak

ada

bengkak

dan

memerah

pada

saluran

kemih

- Tidak

ada

sekret/cai

ran

nanah

keluar 

dari

saluran

kencing

- Urin

tidak

mengand

ung

protein

glukosa

ataupun

keton

saat

terjadi

retensi

urine.

- Untuk

mengeta

hui

pengelua

ran urin

pasien

- Untuk

membant

u pasien

dalam

memasuk

kan

cairan

secara

optimal.- Untuk

membant

u pasien

mengeta

hui gejala

apbila

ISK

kembali.

12.5

0

lancar yaitu 8

gelas sehari

5. mengajarka

n klien untuk

mengenali

adanya ISK

yang

berkelanjutan

6 Resiko

infeksi

Setelah

dilakukan

- Pertahankan

tehnik isolasi

- Untuk

mencega

14.1

5

1.Mempertaha

nkantehnik

S : -

O :

Page 56: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 56/58

berhubunga

n

dengantinda

kan invasife

tindakan

keperawa

tan

selama

2x24 jam,

diharapka

n pasien

mampu

mengkont

rol

terjadinya

infeksi

dengan

criteria

hasil:

Risk

Control

(1902)

- faktor resiko

dari

lingkunga

n

terpantau

- strategi

kontrol

resiko

berkemba

ng

dengan

efektif 

- Batasi

pengunjung bila

perlu

- Instruksikan pada

pengunjung untuk

mencuci tangan

saat berkunjung

dan setelah

berkunjung

- Pertahankan

lingkungan aseptic

selama

pemasangan alat

- Tingkatkan intake

nutrisi

- Berikan terapi

antibiotic bila perlu

h

terjadinya

infeksi

- Untuk

mengura

ngi resiko

infeksi

dari

pengunju

ng

- Untuk

mencega

h

penyebar 

an

pathogen

terhadap

pengunju

ng

- Untuk

mengura

ngi

penyebar 

an

pathogen

- Untuk

mempert

ahankan

14.3

0

14.4

0

14.4

5

14.5

5

15.0

0

isolasi

2. membatasip

engunjung bila

perlu

3. mengintruksi

kanpada

pengunjung

untuk mencuci

tangan saat

berkunjung

dan setelah

berkunjung

4.mempertaha

nkanlingkunga

n aseptic

selama

pemasangan

alat

5.

mmeningkatka

nintake nutrisi

6. memberikan

terapi antibiotic

bila perlu

Tidak

terpasa

ng

kateter 

 A :

Tujuan

tercapa

i,

Masala

h

teratasi

P :

Pertah

ankan

interve

nsi

Page 57: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 57/58

-

memonito

perubaha

n status

kesehata

n

-

melaksan

akan

strategi

kontrol

resiko

yang

terpilih

Skala:

Tidak

pernah

sampaidiperlihat

kan

1.tidak

diperlihat

kan

2.jarang

diperlihat

kan

3.kadang-

kadang

diperlihat

kan

asupan

nutrisi

klien

- Antibioti

c sebagai

pelindun

g tubuh

untuk

menolak

pathogen

yang

merugika

n bagi

tubuh

Page 58: asuhan keperawatan preeklamsia

7/27/2019 asuhan keperawatan preeklamsia

http://slidepdf.com/reader/full/asuhan-keperawatan-preeklamsia 58/58

4.sering

diperlihat

kan

5.konsist

en

diperlihat

kan